BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis hipotesis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel pengetahuan lingkungan berpengaruh positif pada variabel sikap ramah lingkungan. Dengan demikian, semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan hidup, isu-isu mengenai lingkungan, serta simbol-simbol tentang lingkungan yang dimiliki oleh penduduk Yogyakarta, maka hal tersebut akan semakin memicu mereka untuk memiliki sikap ramah lingkungan. 2. Variabel pengaruh interpersonal berpengaruh positif pada variabel sikap ramah lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengaruh interpersonal (pengaruh keluarga, kelompok pertemanan, dan opini seorang ahli) mengenai ajakan untuk lebih sadar lingkungan terhadap individu penduduk Yogyakarta, maka mereka akan semakin mendukung untuk bersikap ramah lingkungan. 3. Variabel orientasi nilai, khususnya nilai individualistik, berpengaruh negatif pada sikap ramah lingkungan. Apabila nilai yang dianut oleh masyarakat Yogyakarta lebih mengarah pada nilai individualistik, maka mereka akan cenderung untuk tidak bersikap ramah lingkungan. Atau dengan kata lain, semakin tinggi pengaruh orientasi nilai individualistik 101 pada masyarakat Jogja, maka sikap mendukung kelestarian lingkungan atau sikap ramah lingkungan mereka akan semakin rendah. 4. Ketiga variabel tersebut di atas, secara bersama-sama mempengaruhi variabel sikap ramah lingkungan. Hal ini sesuai dengan teori reasonedaction. Dari ketiga variabel itu, orientasi nilai memiliki pengaruh yang paling besar pada sikap ramah lingkungan. Hal ini disebabkan karena orientasi nilai merupakan sesuatu yang bersifat mendasar pada diri seseorang dan dijadikan sebagai pedoman atau prinsip dalam hidup untuk meraih tujuan yang diinginkan. Sesuatu yang telah menjadi prinsip akan sangat mempengaruhi pola pikir atau evaluasi seseorang terhadap sesuatu, sehingga orientasi nilai memiliki pengaruh yang lebih kuat pada sikap ramah lingkungan apabila dibandingkan dengan pengetahuan lingkungan maupun pengaruh interpersonal. 5. Variabel sikap ramah lingkungan berpengaruh positif pada variabel niat beli produk ramah lingkungan khususnya produk lampu LED (Light Emitting Diode). Kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positif, dengan kata lain bahwa semakin tinggi sikap ramah lingkungan yang dimiliki penduduk Yogyakarta, maka niat atau kemauan untuk membeli produk lampu LED akan semakin tinggi. Perilaku pembelian seseorang didukung oleh motivasi orang tersebut, sehingga apabila orang itu memiliki motivasi untuk melestarikan alam maka ia akan bersedia membeli produk-produk ramah lingkungan. 102 6. Variabel persepsi akan kebutuhan produk memoderasi hubungan antara variabel sikap ramah lingkungan dengan variabel niat beli produk ramah lingkungan, khususnya produk lampu LED. Interaksi antara sikap dengan persepsi memiliki slope negatif, sehingga efek moderasi dari variabel persepsi akan kebutuhan produk adalah akan memperlemah hubungan antara variabel sikap ramah lingkungan dengan variabel niat beli produk ramah lingkungan yang telah ada sebelumnya. Dengan kata lain, apabila seorang penduduk Yogyakarta yang telah memiliki sikap ramah lingkungan dan ia mempunyai persepsi/anggapan bahwa produk lampu LED adalah unnecessary product, maka niatnya untuk membeli produk lampu LED akan berkurang. Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan bahwa responden menganggap produk lampu LED memiliki harga yang relatif mahal dan belum sepenuhnya sebagai produk ramah lingkungan, karena belum menerapkan konsep ramah lingkungan secara menyeluruh pada proses produksi, distribusi, dan konsumsinya, dan menganggap bahwa produk tersebut masih sama dengan produk-produk konvensional (yang tidak ramah lingkungan), sehingga produk lampu LED pun dianggap belum begitu dibutuhkan, dan hal itu akan berdampak pada niat untuk membeli produk lampu LED yang belum begitu kuat. Penemuan tersebut dapat dijelaskan melalui teori kesesuaian citra diri (self-image congruity theory), yang menjelaskan adanya hubungan antara citra diri dengan citra produk, apabila seseorang memilih bersikap ramah lingkungan dan memiliki pola hidup ramah lingkungan, maka ia akan 103 cenderung untuk membeli produk-produk yang menggambarkan tentang dirinya, atau produk yang sesuai dengan citra dirinya, yaitu produk yang benar-benar menerapkan konsep ramah lingkungan. 5.2. Saran Berdasarkan analisis uji hipotesis, pembahasan, dan kesimpulan yang telah dituliskan sebelumnya, maka saran yang dapat diusulkan dari hasil penelitian ini adalah: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang memproduksi produk ramah lingkungan khususnya lampu LED dalam kaitannya untuk meningkatkan niat beli produk lampu LED. Salah satu cara untuk meningkatkan niat beli produk lampu LED adalah dengan mendorong mereka agar lebih bersikap ramah lingkungan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, sikap ramah lingkungan dipengaruhi oleh pengetahuan tentang lingkungan, pengaruh interpersonal, dan orientasi nilai. Oleh sebab itu, perusahaan harus mengupayakan inisiatif pemasaran dengan melibatkan adanya proses edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan alam. Lalu, perusahaan juga harus bisa memberikan gambaran yang jelas bagaimana penggunaan produk ramah lingkungan dalam sebuah situasi sosial, baik itu di lingkup keluarga maupun masyarakat secara luas dengan menggunakan seseorang yang dianggap ahli oleh masyarakat luas sebagai endorser dalam memasarkan produknya. Selain itu, perusahaan harus bisa menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling memiliki pada diri seorang konsumen melalui manfaat dari produk ramah lingkungan yang mereka 104 tawarkan, hal ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai kolektivis pada diri masyarakat, karena dari hasil penelitian ditemukan bahwa orientasi nilai individualis memiliki pengaruh negatif pada sikap ramah lingkungan. Oleh karenanya, penting bagi perusahaan untuk bisa menumbuhkan sikap ramah lingkungan, karena seseorang yang memiliki sikap ramah lingkungan maka ia akan memiliki niat untuk membeli produk ramah lingkungan khusunya lampu LED. Perusahaan juga harus memperhatikan tentang persepsi akan kebutuhan dari produk lampu LED. Niat beli seseorang terhadap produk ramah lingkungan khususnya lampu LED akan menurun ketika produk tersebut memiliki harga yang relatif mahal dan dianggap sebagai produk yang belum dibutuhkan. Untuk itu, perusahaan dapat melakukan penyesuaian dan perbaikan dalam mengimplementasikan strategi pemasaran produk ramah lingkungan dengan menerapkan penyesuaian bauran pemasaran untuk produk ramah lingkungan, seperti misalnya kemasan produk yang dibuat ramah lingkungan, pengkomunikasian produk dengan menekankan kontribusi produk pada lingkungan, menawarkan kualitas produk yang benar-benar menerapkan aspek ramah lingkungan, fitur-fitur dari produk tersebut harus sesuai standar ramah lingkungan, serta perlu adanya kejelasan dalam pemosisian (positioning) produk ramah lingkungan melalui promosi-promosi yang menekankan bahwa produk tersebut memiliki konstruksi dan atribut ramah lingkungan. Jadi, meskipun produk lampu LED memiliki harga relatif mahal, diharapkan masyarakat akan menganggap produk itu benar-benar 105 dibutuhkan karena manfaat dan adanya keharusan untuk membeli produk tersebut untuk kepentingan kelestarian alam. 5.3. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, di mana hal tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah model penelitian tidak sampai membahas pengaruh karakteristik demografis, sehingga interpretasi data hanya sebatas pada statistik deskriptif saja. Lalu, pengujian variabel orientasi nilai yang memiliki dua dimensi bertentangan yaitu individualis dan kolektivis dijadikan satu pengujian. 106