BAB II DASAR TEORI 2.1 Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) Worldwide Interoperability for Microwave Access, merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access atau disingkat BWA) yang memiliki kecepatan akses yang tinggi dengan jangkauan yang luas. Tekonologi WiMax merupakan pengembangan dari teknologi WiFi yang didisain untuk kondisi non-LOS ( non-Line Of Sight ) dan merupakan teknologi akses wireless broadband berkecepatan tinggi untuk pertukaran informasi. WiMAX memiliki jangkauan yang jauh dan dapat digunakan untuk kondisi Non LOS sehingga sesuai untuk transmisi pada daerah rural. WiMAX mampu mengirimkan data maksimum dengan throughput maksimum hingga 75 Mbps dan jarak jangkau yang mampu mencapai 50 km tergantung frekuensi yang digunakan. 2.1.1 Standarisasi WiMAX Teknologi WiMax diimplementasikan sesuai standar IEEE 802.16, dimana standar ini merupakan pengembangan dari IEEE 802.11 yang merupakan acuan standarisasi WiFi. Jadi dapat dikatakan bahwa teknologi WiMax merupakan pengembangan dari teknologi WiFi. Standar IEEE 802.16 WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) merupakan sebuah standar untuk Wireless Metropolitan Area Network (WMAN) yang merupakan air interface untuk aplikasi BWA sebagai landasan untuk teknologi wireless multimedia generasi (4G). IEEE 802.16-2004(d) untuk jaringan fixed dan IEEE 802.16e secara umum dibuat untuk mendukung aplikasi fixed dan mobile sekaligus pada band terlisensi 2-6 GHz pada kondisi LOS maupun NLOS. WiMAX menyediakan transmisi non line-of-sight (NLOS) sampai 6-10 km (4-6 miles) untuk Customer Premise Equipment (CPE) fixed. 4 Dengan kecepatan data yang besar (sampai 70 Mbps), WiMAX layak diaplikasikan untuk “last mile” broadband connections. Tabel 2.1 Varian-Varian IEEE 802.16 2.1.2 Aplikasi WiMAX WiMAX yang merupakan evolusi dari teknologi sebelumnya, dengan fitur- fitur yang lebih menarik. Disamping kecepatan data yang tinggi mampu diberikan, WiMAX juga dapat sebagai solusi untuk jaringan akses yang konvergen dengan jaringan axsisting (2G/3G atau WiFi). 1. Sebagai last-mile akses bagi para pengguna perumahan dan bagi layanan sekelas DSL 2. Sebagai sarana melayani kebutuhan backhaul bagi jaringan-jaringan hotspot dan pelanggan yang berbasis ET/T1 3. Sebagai backhaul bagi komunikasi bergerak, 5 4. Sebagai suatu cakupan MAN bagi jaringan-jaringan hotspot, sehingga pelanggan-pelanggan hotspot bisa mendapatkan suatu cakupan luas yang nomadic 5. Layanan Mobility dengan menggunakan 802.11e. Dengan fitur mobility, maka WiMAX pun dapat dipakai sebagai WiMAX Hotzones bagi nomadic DSL. Hal ini dimungkinkan dengan adanya standar IEEE 802.16e Gambar 2.1 Aplikasi WiMAX 2.1.3 Jenis-jenis layanan WiMAX Adapun jenis layanan yang didukung oleh teknologi WiMAX dapat dikelompokkan berdasarkan prioritas yang paling utama, yaitu : 1. UGS ( Unsolicited Grant Service ) UGS merupakan jenis layanan yang membutuhkan jaminan transfer data dengan prioritas yang paling utama. Adapun kriteria untuk jenis layanan ini adalah : Maximun dan minimum bandwith yang ditawarkan. Membutuhkan jaminan Real-Time. Layanan yang sensitive pada throughput, latency dan jitter seperti layanan TDM ( Time Division Multiplexing ). 6 2. Contoh layanan : VoiP, T1/E1 dan ATM CBR. Non-Real Time Polling Service (NRTPS) Kriteria jenis layanan ini dapat dikarakteristikkan sebagai berikut : Membutuhkan throughput yang intensif dengan jaminan garansi minimal pada latency. Jenisnya harus non-real-time dengan regular variable size burst. Layanan yang mungkin diperluas samapai full-bandwidth tetapi dibatasi oleh kecepatan maximum yang sudah ditentukan. 3. Real Time Polling Service (RTPS) Kriteria jenis layanan ini dapat dikarakteristikkan sebagai berikut : Sensitif terhadap throughput dan latency dengan toleransi yang longgar jika dibandingkan dengan UGS. Jenis layanan yang bersifat : real-time service flows dan periodic variable size data packets ( variable bit rate ). Garansi rate dan syarat delay telah ditentukan. Contoh layanan : MPEG video, VoIP, video conference. Contoh layanan : video dan audio streaming. 4. Best Effort (BE) Kriteria jenis layanan ini dapat dikarakteristikkan sebagai berikut : Layanan yang kurang memprioritaskan kecepatan data (best effort) Tidak ada jaminan ( requirement ) pada rate atau delay-nya. Contoh layanan : internet ( web browsing ), email dan FTP. 2.2 Wireless Metropolian Area Network (WMAN) Teknologi WMAN merupakan teknologi yang mengizinkan koneksi dari berbagai jaringan dalam suatu area metropolitan seperti bangunan-bangunan yang berbeda dalam suatu kota tanpa harus memasang kabel tembaga atau fiber antar bangunannya, tetapi cukup dengan menggunakan media transmisi wireless untuk dapat berkomunikasi antara satu area dengan area lainnya. Pada gambar berikut anda dapat melihat salah satu bentuk dari jaringan WMAN yang didesain untuk 7 sebuah kota. Pada gambar tersebut dapat dilihat bentuk jaringan yang terbentuk dari beberapa jaringan Wireless LAN pada suatu tempat atau daerah. Gambar 2.2 Bentuk Desain Jaringan WMAN Suatu jaringan WMAN memungkinkan para pengguna untuk membuat suatu koneksi dari suatu kota ke kota lain hanya dengan menenbakkan gelombang wireless kedaerah tujuan. Gelombang yang dipancarkan oleh Wireless merupakan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh pemancar. Untuk membangun sebuah jaringan Wireless tidak akan memakan banyak biaya seperti membangun jaringan dengan menggunakan kabel, karena pada jaringan wireless kemampuan yang dimiliki oleh kabel telah digantikan oleh kemampuan sinyal yang dipancarkan oleh wireless. 2.2.1 Sistem WMAN ( Wireless Metropolian Area Network ) Kesatuan dasar WMAN adalah sebuah sel radio, yang terdiri dari hub station and mobile stations. Hub station adalah bertanggung jawab untuk menyediakan konektivas antara mobile stations di dalam sel, dan dari mobile stations ke wired backbone. WMAN, terdiri dari satu atau lebih sel radio yang terdapat pada jaringan, bersama dengan wired terminals, dihubungkan dari 8 jaringan satu ke jaringan lain sehingga jangkauan yang diperoleh lebih luas (wider network) melalui wired backbone. Gambar 2.3 Sistem Jaringan MAN yang mengunakan Wireless Pada Gambar diatas dapat dilihat bahwa Teknologi WMAN memungkinkan pengguna untuk membuat koneksi nirkabel antara beberapa lokasi di dalam suatu area metropolitan (contohnya, antara gedung yang berbeda-beda dalam suatu kota atau pada kampus universitas). Pemakaian teknologi nirkabel dapat menghemat biaya fiber optic atau kabel tembaga yang terkadang sangat mahal. WMAN juga dapat digunakan sebagai backup bagi jaringan yang berbasis kabel dan dia akan aktif ketika jaringan yang berbasis kabel tadi mengalami gangguan. WMAN menggunakan gelombang radio atau cahaya infrared untuk mentransmisikan data. Jaringan akses nirkabel broadband yang melayani pengguna dengan akses berkecepatan tinggi. Kelompok kerja IEEE 802.16 untuk standar akses nirkabel broadband masih terus membuat spesifikasi bagi teknologiteknologi tersebut. 2.2.2 Standarisasi WMAN ( Wireless Metropolian Area Network ) Standarisasi Untuk perangkat WMAN telah ditetapkan oleh IEEE yang dikenal dengan The IEEE 802.16 WirelessMAN® Standard for Broadband 9 Wireless Metropolitan Area Networks. Dalam aturan standarisasi ini dituliskan property dari 802.16 adalah : Broad bandwidth, Up to 96 Mbps (>70 Mbps throughput) pada channel 20 MHz (Wireless MANTM-OFDM air interface) Mampu melakukan multiple services berkeanjutan dengan QoS yang terbaik,Efisiensi transport dengan IPv4, IPv6, ATM, Ethernet, dsb. Bandwidth on demand (frame by frame) MAC di desain untuk mengeffisienkan penggunaan spectrum gelombang Comprehensive, modern, dan extensible security Mampu melayani alokasi frekwensi dari <1 hingga 66 GHz, ODFM dan OFDMA untuk applikasi non-line-of-sight TDD dan FDD Link adaptation: mengadaptasi modulasi dan coding, Subscriber by subscriber, burst by burst, uplink dan downlink Point-to-multipoint topology, dengan extensi mesh Bisa berinteraksi dengan antenna adaptive dan space-time coding, Beamforming dan MIMO Wireless MAN dirancang untuk mampu melayani bervagai servis yang tersedia. Ini sangat diperlukan karena, semua orang akan membutuhkan hubungan koneksi ke jaringan internet kapan pun dan dimanapun ia berada. Beberapa perusahaan saat ini membutuhkan jaringan agar dapat berkomunikasi dengan para kliennya dan itu membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup mahal jika dilakukan secara manual. Tetapi jika disetiap tempat telah terdapat jaringan wireless, dan setiap orang bisa terhubung ke jaringan maka resiko dan biaya yang akan dihadapi jika dilakukan secara manual dapat dihindari dengan adanya jaringan wireless tersebut. Agar setiap orang dapat terkonrksi dengan internet kapan saja dan dimana saja, maka dibutuhkan pula suatu sarana yang menyediakan koneksi tersebut. Salah satu solusinya adalah dengan media wireless ini. Dengan adanya standarisasi Wireless MAN yang ditetapkan oleh IEEE ini maka kebutuhan untuk 10 dapat terkoneksi ke jaringan kapan saja dan dimana saja akan dapat dipenuhi. Seperti pada gambar berikut ini : Gambar 2.4 Beberapa servis yang dilayani Wireless MAN 2.3 FWA (Fixed Wireless Access) Fixed Wireless Access menurut ITU didefenisikan sebagai aplikasi wireless access dimana lokasi dari end user termination dan network access point dihubungkan ke end user secara fixed. Pada dasarnya Fixed Wireless Access (FWA) memiliki kesamaan dengan wireless local loop (WLL) yaitu pada spektrum frekuensi yang diduduki. Australian Communication authority (ACA) mendefenisikan Fixed Wireless Access (FWA) sebagai Wireless Local Loop (WLL). WLL merupakan local loop yang menghubungkan pelanggan dan local exchange dengan menggunakan link wireless. WLL didefenisikan sebagai koneksi radio end-user ke jaringan utama, baik berupa Public Switched Telephone Network (PSTN), Integrated Service Digital Network (ISDN), Internet atau local/wide area network. 11 IEEE 802.16 Backhaul LOS PTP IEEE 802.16a LOS PTMP IEEE 802.16a LOS PTMP Internet Backbone Telco Core Network or Private (Fibre) Network IEEE 802.11b LOS PTMP SOHO Custumers IEEE 802.11b LOS PTMP SOHO Custumers Multi_tenant Individual residential custumers Residential Custumers Multi_tenant Individual residential custumers Residential Custumers Gambar 2.5. Konfigurasi Umum Fixed Wireless Access (FWA) 2.3.1 Sistem Fixed Wireless Access Standard Pada dasarnya, FWA memiliki sistem yang hampir sama dengan mobile selular. FWA menggunakan konfigurasi selular. Base station dan terminal station mencakup area yang terbatas. Konfigurasi selular menyediakan spectrum yang lebih efisien karena menggunankan frequency reuse. Bagaimanapun juga FWA berbeda dengan sistem selular mobile wireless access (MWA) terutama pada berbagai jenis pelayanan yang disediakan, skenerio penggelaran, penggunaan frekuensi dan manajemen frekuensinya. FWA menyediakan akses network pengganti wireline untuk fixed user. Wireline jenis FWA memerlukan sistem yang berbeda dengan spektrum selluler dari segi jumlah maupun jenis. FWA dapat beroperasi pada frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan teknologi selular, namun memerlukan cakupan yang lebih baik (yaitu dengan frekuensi dan tingkat daya yang lebih rendah) dari sistem penyiaran atau broadband. Pelayanan FWA dan perbedaannya dengan sistem Mobile Wireless Access terdapat lima syarat yang harus dimiliki oleh FWA,yaitu : 12 Availability : Pelayanan FWA disediakan melalui udara. Kualitas suara tidak lebih jelek dari kualitas toll. Kecepatannya tidak lebih lambat dari sistem wireline. Sistem wireline, menggunakan vocoder dan memiliki bandwidth yang terbatas sehingga menghasilkan kualitas yang kurang maksimal. Pada MWA, kualitas dan pelayanan seringkali mengalami delay yang cukup panjang . Hal ini karena terkadang, sistem mobile mengalami keadaan Hot-Spot dimana pengguna menuju suatu sel tertentu dan membebani sistem. Hal ini tidak dialami oleh FWA karena penggunanya berada dalam posisi yang tetap. Reliability: Tingkat reliability FWA 99,99%, sementara MWA 90%. Transparancy : Pelayanan FWA beroperasi secara transparan pada pelayanan sentralokal dengan telepon reguler. FWA tidak dapat menggunakan mobile terminal untuk pengganti telepon fixed dan tidak mendapatkan level pelayanan yang sama jika menggunakan mobile terminal. Hal ini disebabkan karena terminal MWA memelukan penyesuaian untuk beroperasi seperti regular fixed phone. Sistem MWA tidak didesign untuk berbagai jenis transparancy. Bandwidth : Bandwidth memiliki spektrum elektromagnetik di udara dan mengakibatkan resource terbatas dan bandwitdh selalu menjadi masalah bagi sistem wireless. Untuk masa yang akan datang FWA akan berkompetisi lebih keras dengan sistem wireline. xDSL, Kabel koaksial dan kabel optik. Kebutuhan untuk bersaing mendorong sistem FWA menuju bandwidth dan band frekuensi yang lebih tinggi, dimana pengirim dan penerima harus line of sight dan hampir tidak mungkin untuk mobility. 2.3.2 Network Topologi FWA Fixed wireless access mempunyai beberapa network topologi yaitu point to point, point to multi point dan mesh network. 13 Point to Point Jaringan yang menghubungkan antara dua terminal. Antara sisi pemancar dan sisi penerima terdapat 1 perangkat pemancar dan 1 perangkat penerima. Contohnya adalah hubungan antara BTS dengan BSC di PT TELKOM. Point to Multipoint Jaringan yang menghubungkan antara sisi pemancar dan sisi penerima terdapat 1 perangkat pemancar dan banyak perangkat penerima. Contohnya adalah hubungan antara BTS dengan pemakai. Point to Point Connection Point to multipoint connection Gambar 2.6 Metode Point to Point dan Point to Multipoint pada FWA Mesh Network Mesh Network end user terminal juga berfungsi sebagi router bagi end user terminal yang lain. Mesh network menawarkan peningkatan coverage wireless access network karena setiap subscriber berfungsi sebagai BTS baru bagi subscriber disampingnya. Gambar 2.7 Metode Mesh Pada FWA 14 2.4 Teknik Modulasi Teknik Modulasi yang digunakan dalam standart IEEE 802.16a adalah BPSK, QPSK, 16 QAM, dan 64 QAM. Modulasi IEEE 802.16a bersifat adaptif sesuai tingkat RSL penerima. BPSK (Binary phase Sift Keying) dan QPSK (Quadrature Phase Shift Keying) adalah dua singgle carrier modulation yang paling simpel. BPSK menggunakan 2 fasa bit secara bergantian sedangkan QPSK menggunakan 4 bit secara bergantian. Untuk meningkatkan data rate, metode yang digunakan adalah metode QAM (Quadratur amplitudo modulation) modulasi QAM amplitudo dan fasa dirubah. Banyaknya konstelilasi point modulasi didefinisikan dengan dengan nama metode modulasi seperti 16 QAM dan 64 QAM seperti yang digunakan dalam FWA sistem. Sebagai contoh ketika kita menggunakan 16 QAM, 4 bit dapat ditransmisikan per simbol(24=16). 2.5 Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah sebuah teknik transmisi yang menggunakan beberapa buah frekuensi yang saling tegak lurus (orthogonal). OFDM bekerja dengan cara memisahkan sinyal radio ke dalam sejumlah kecil subsinyal yang kemudian ditransmisikan secara simultan pada frekuensi berbeda. Masing-masing sub-carrier tersebut dimodulasikan dengan teknik modulasi konvensional pada rasio simbol yang rendah. Teknik OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) hampir sama dengan teknik FDM (Frequency Division Multiplexing). Namun pada FDM, kanal satu dengan kanal yang lain terpisah, sedangkan pada OFDM antar subcarrier saling overlapping dan untuk menjaga agar antar saubcarrier tidak saling interferensi, subcarrier-subcarrier tersebut harus saling orthogonal. Orthogonal merupakan suatu kondisi dimana saat suatu subcarrier mencapai amplitudo maksimum, subcarrier lainnya berada pada keadaan nol. Prinsip dari OFDM adalah membagi bit rate sinyal informasi wideband menjadi deretan data paralel dengan bit rate yang lebih rendah sehingga akan didapatkan deretan paralel sinyal bit rate rendah narrowband, kemudian data-data paralel tersebut dimodulasi 15 dengan subcarrier yang saling ortogonal. Gambar 2.8. Ilustrasi Teknik Multiplexing menggunakan OFDM dan Tanpa OFDM (a) Tidak Overlap. (b) Overlap othogonal 2.5.1 Prinsip kerja OFDM Prinsip kerja dari OFDM dapat dijelaskan sebagai berikut. Deretan data informasi yang akan dikirim dikonversikan kedalam bentuk paralel, sehingga bila bit rate semula adalah R, maka bit rate di tiap-tiap jalur paralel adalah R/N dengan N adalah jumlah jalur paralel (sama dengan jumlah sub-carrier). Setelah itu, modulasi dilakukan pada tiap-tiap sub-carrier. Modulasi ini bisa berupa BPSK, QPSK, QAM atau yang lain, namun ketiga teknik tersebut yang sering digunakan pada OFDM Gambar 2.9 OFDM Frekuensi 2.5.2 Parameter Spektrum OFDM Deskripsi frekuensi domain termasuk struktur dasar dari OFDM simbol. OFDM simbol disusun dari subcarriers yang banyaknya menentukan ukuran FFT yang digunakan. Ada tiga jenis sub carriers : 16 Data sub carriers: Data sub carrier adalah subcarrier yang membawa bit bit informasi yang akan dikirimkan ke penerima. Pilot sub carriers: Pilot Sub carrier adalah sub carrier yang digunakan untuk menandai urutan carrier dari banyaknya N OFDM yang digunakan. Null subcarriers: Null subcarriers subcarrier yang tidak berisi data sama sekali, fungsi dari nul sub carrier sebagai guard band untuk menjaga agar tidak terjadi interferensi antar kanal. Tujuan dari guard band adalah sebagai penyedia sinyal untuk naturally delay. Pilot sub carriers berfungsi sebagai referensi selama proses transmisi dan DC carrier berfungsi sebagai frekuensi tengah. Sistem WiMAX pada standar IEEE 802.16d menggunakan 256 FFT, yang terdiri dari 192 data sub carrier, 8 pilot sub carrier dan 56 null. Data sub carrier terbagi dalam dua jalur paralel masing-masing 192 data stream dengan rate 1/192 dari rate semula. Setiap stream ini kemudian dipetakan ke data sub carrier dan dimodulasi dengan modulasi digital seperti PSK atau QAM. Gambar 2.9 Struktur Symbol OFDM Parameter Utama OFDM terdiri dari : BW, merupakan nilai channel bandwidth Nused , jumlah subcarriers yang digunakan n (sampling factor) , parameter ini bersama dengan BW dan Nuseddigunakan untuk menentukan subcarriers spacing dan symbol timeo G , parameter ini adalah perbandingan CP time. Sedangkan Parameter Turunan OFDM : N FFT : nilai dari penjumlahan N used + Guard Band 17 Sampling Frequency (n) Subcarrier Spacing : ∆f = Fs / N FFT Useful Symbol time : Tb =1 / ∆f CP Time : Tg = G .Tb OFDM Symbol time : Ts = Tb + Tg Sampling Time : Tb / N FFT 2.6 Parameter Transmisi Untuk mendapatkan sistem komunikasi yang baik, yang perlu dilakukan adalah melakukan perhitungan link (link budget) dari sistem tersebut. Perhitungan link budget merupakan perhitungan level daya yang dilakukan untuk memastikan bahwa level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level daya threshold (RSL ≥ Rth). Tujuannya untuk menjaga keseimbangan gain dan loss guna mencapai SNR yang diinginkan di receiver. Parameter-parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi suatu kanal wireless adalah sebagai berikut : .Lingkungan propagasi : Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi gelombang radio. Gelombang radio dapat diredam, dipantulkan, atau dipengaruhi oleh noise dan interferensi. Tingkat peredaman tergantung frekuensi, dimana semakin tinggi frekuensi redaman juga semakin besar. Parameter yang mempengaruhi kondisi propagasi yaitu rugi-rugi propagasi, fading, delay spread, noise, dan interferensi. Rugi-rugi propagasi : Dalam lingkungan radio, konfigurasi alam yang tidak beraturan, bangunan, dan perubahan cuaca membuat perhitungan rugi-rugi propagasi sulit. Kombinasi statistik dan teori elektromagnetik membantu meramalkan rugi-rugi propagasi dengan lebih teliti. Fading : Fading adalah fluktuasi amplituda sinyal. Fading margin adalah level daya yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan selisih antara daya rata-rata yang sampai di penerima dan level sensitivitas penerima. Nilai fading margin biasanya sama dengan peluang level fading yang terjadi., yang nilainya 18 tergantung pada kondisi lingkungan dan sistem yang digunakan. Nilai fading margin minimum agar sistem bekerja dengan baik sebesar 15 dBm. Noise : Noise dihasilkan dari proses alami seperti petir, noise thermal pada sistem penerima, dll. Disisi lain sinyal transmisi yang mengganggu dan tidak diinginkan dikelompokkan sebagai interferensi. 2.6.1 Redaman Ruang Bebas (Free Space Loss) Redaman ruang bebas didefinisikan sebagai yang terjadi pada ruang bebas di antara dua buah antena isotropis (pemancar dan penerima) dimana pengaruh dari difraksi, refraksi, refleksi, absorbsi maupun bloking dianggap tidak ada. L fs = 10 log 4.π .d . f ……………………..(2.1) λ.c Karena λ = c/f dengan c adalah cepat rambat gelombang cahaya di ruang hampa (3x108 m/dt), maka besarnya redaman ruang bebas menjadi : L fs = 20 log 4.π + 20 log d + 20 log f c =32,5+20log d + 20 log f……………………………………………(2.2) dimana : L fs = redaman ruang bebas (dB) d = jarak antara antena pemancar ke antena penerima (km) f = frekuensi (MHz) 2.6.2 EIRP (Equivalent Isotropic Radiated Power) EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu antena di bumi, dapat dihitung dengan rumus : EIRP = RSL + Lpath - GRX + (L KT + LCT )………………………….(2.3) 19 dimana : EIRP = Daya pancar (dBW) GRX = Gain antena (dB) Lpath = Redaman lintasan L KT = Redaman feeder transmitter (kabel) LCT = Redaman branching transmitter (konektor) 2.6.3 RSL (Receive Signal Level) RSL adalah level sinyal yang diterima di penerima dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima (RSL ≥ Rth). Sensitivitas perangkat penerima merupakan kepekaan suatu perangkat pada sisi penerima yang dijadikan ukuran threshold atau kemampuan penerima menerima daya minimum.Dimana semakin kecil nilai RSL maka akan semakin baik sensitifitas penerima.Nilai RSL dapat dihitung dengan persamaan : RSL = (Eb / No ) + NF -204 + 10 log x Laju Bit ................…………(2.4) dimana : RSL : Receive Signal Level Eb : Energi per bit No : Rapat daya noise NF : Noise figure 2.6.4 Fade Margin Fade margin adalah perbedaan antara besarnya sinyal pada receiver (RSL) dengan sinyal minimum yang ditentukan oleh suatu perangkat. Kondisi fade margin yang baik adalah lebih besar dari 10dB. Besarnya fade margin dapat dihitung dengan persamaan : 20 Fade margin = RSL – Receiver threshold ………………(2.5) 2.7 Model Propagasi Untuk jaringan WiMAX, model propagasi yang dapat digunakan adalah model propagasi SUI dimana Stanford Universitas Interim ( SUI) model adalah suatu perluasan menyangkut pekerjaan lebih awal yang dilakukan oleh AT&T wireless. Dan menggunakan tiga jenis tanah lapang yang basis dasar:untuk kondisi NLOS yang menggunakan 3 tipe dasar terrain, yaitu 1. Kategori A –Hilly/moderate-to-heavy tree density (urban): Tipe ini berasosiasi dengan pathloss terbesar yaitu perbukitan dengan densitas pepohonan sedang sampai tinggi. 2. Kategori B –Hilly/light tree density or flat/moderate-to-heavy tree density/intermediate (sub urban) : Tipe ini merupakan asosiasi pathloss pertengahan yaitu dengan terrain dan densitas pepohonan antara A dan C. 3. Kategori C -Flat/light tree density (rural) : Tipe ini berasosiasi dengan pathloss terkecil yaitu terrain rata dengan dengan pepohonan jarang. Kategori tanah lapang ini menyediakan suatu metoda sederhana ke dengan teliti menaksir path-loss menyangkut RF menggali di dalam suatu situasi NLOS. Menjadi statistik secara alami, model bisa menghadirkan cakupan kerugian jalur yang berpengalaman di dalam suatu jalur RF pada hasil yang riil. Tabel 2.2 Model Parameter SUI Propagation Model Model Terrain Type A Terrai Type B Terrai Type C Parameter (Hilly, heavy trees) (Intermediate) (Flat, few trees) A 4.6 4 3.6 B 0.0075 0.0065 0.005 C 12.6 17.1 20 21 Sedangkan untuk perhitungan loss propagasinya (propagasi NLOS)dapat dilihat pada rumus dibawah: L = Lfs (d 0 ) + 10 γ log10 ( d d0 ) + ∆PL f + ∆PLh + s ............................................(2.6) dimana : A= 20 log10 (4πd 0 / λ ) (free space path loss) γ = a − bhb + c / hb (hb = tinggi base station antara 10 meters < hb < 80 λ = panjang gelombang meters) s = log normal shadowing margin (data sheet) a,b,c = konstanta berdasarkan kategori daerah (berdasarkan tabel 2.1) d 0 = ditetapkan sebesar 100m (referensi jarak) d = jarak dari BTS Mhz faktor koreksi frekuensi ∆PLf = 6 log f / 2000 f dalam Mhz ................................................................(2.7) Koreksi tinggi antena user (>2 meter) ∆PLh = −10.8 log(hCPE / 2) 1 meter < hCPE < 8 meter .........................................(2.8) 22