BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Malayu S.P Hasibuan dalam bukunya Manajemen dasar pengertian dan masalah (2003; 2), bahwa: ”Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Menurut Andrew F.Sikula yang dikutif oleh Malayu S.P Hasibun dalam bukunya Manajemen dasar pengertian dan Masalah (2003;2 ), bahwa: ”Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk jasa secara efisien”. Menurut G.R Terry yang dikutif oleh Malayu S.P Hasibun dalam bukunya Manajemen dasar pengertian dan Masalah (2003; 2), bahwa: ”Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya”. 2.2 Pemasaran 2.2.1 Pengertian Pemasaran Marketing adalah salah satu sub bagian dari manajemen, dimana hampir setiap orang berhubungan dengan marketing. Banyak orang yang mempunyai anggapan bahwa pemasaran hanyalah aktifitas menjual dan mengiklankan saja, padahal kedua aktivitas tersebut hanyalah bagian dari kegiatan pemasaran. 7 BAB II Tinjauan Pustaka 8 Aktivitas dalam pemasaran meliputi seluruh aktivitas pada saat sebelum dan sesudah penjualan yang dititik bertakan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumennya. Menurut Kotler (2005:10), “Pemasaran adalah proses sosial dimana dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan penawaran, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain”. Menurut William J Stanton, yang dikutip oleh Basu Swasta dan Irawan dalam bukunya Manajemen Pemasaran Modern (2003:5), bahwa: ”Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”. Menurut Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran (2002:9), bahwa: ”Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. Dari definisi-definisi tersebut diatas disimpulkan bahwa Pemasaran adalah suatu kegiatan bisnis yang dilakukan individu maupun kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 2.2.2 Tujuan Manajemen Pemasaran Tujuan manajemen pemasaran yang paling utama menurut Komaruddin Sastradipoera (2003 : 10) adalah : a. Untuk mencapai jumlah penjualan ( Sales Volume ) yang paling tepat sehingga terjadi hubungan arus barang atau jasa yang lancar antara manajemen produksi dan manajemen marketing. BAB II Tinjauan Pustaka 9 b. Untuk meraih pangsa pasar ( Market Share ) yaitu ukuran relatif bagian yang diperoleh suatu perusahaan atau merek dagang dari pasar keseluruhan yang ada pada waktu tertentu, dengan cara yang paling efisien dan efektif. c. Untuk menaikan tingkat pertumbuhan penjualan ( Sales Growth rate ) yang stabil dan dinamis. d. Upaya melakukan penetrasi pasar ( Market penetration ), yaitu suatu upaya marketing agar meraih penjualan yang lebih banyak pada proses produk yang sedang berlangsung melalui kebijakan marketing yang lebih agresif, khususnya jika berhadapan dengan pesaing. 2.2.3 Bauran Pemasaran Dalam pemasaran terdapat salah satu strategis yang disebut bauran pemasaran. Bauran pemasaran mempunyai peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli produk/jasa yang ditawarkan perusahaan : Menurut Kotler ( 2005 : 18 ) ada 4 komponen P dalam Bauran pemasaran atau ( marketing mix ) yang terdiri dari : Produk, Price, Promotion dan Place, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. BAB II Tinjauan Pustaka 10 Bauran Pemasaran Produk Tempat Keragaman produk Saluran pemasaran Kualitas Cakupan pasar Pengelompokan Lokasi Design Persediaan Ciri Transportasi Kemasan Ukuran Pelayanan Garansi Pasar sasaran Harga Promosi Daftar harga Promosi penjualan Rabat/diskon Periklanan Potongan harga khusus Tenaga penjualan Periode pembayaran Kehumasan/Public relation Syarat kredit Pemasaran langsung 2.3 Konsep Jasa 2.3.1 Pengertian Jasa Produk berupa barang berwujud maupun tidak, pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama, produk diciptakan untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan dari konsumen. Produk diciptakan untuk memenihi kebutuhan serta keinginan konsumen. Produk berupa barang tidak berwujud atau lebih dikenal dengan jasa, memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang BAB II Tinjauan Pustaka 11 berwujud. Untuk memahami lebih lanjut tentang produk berupa jasa, terlebih dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud dengan produk fisik”. Menurut Valarie A.Zeithami dan Mary Jo Bitner (2000:3), yang dikutip oleh Buchari Alma dalam bukunya Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, bahwa: ”Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak berwujud”. Menurut Kotler (2000:428), mengemukakan pengertian jasa sebagai berikut, ”Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak yang lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan”. Menurut Zeithaml dan Bitner (2000:3) mengemukakan pengertian jasa bahwa: ”Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud bagi pembeli pertamanya”. Jasa pada dasarnya merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau kontruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) konsumen. 2.3.2 Karakteristik Jasa Menurut Edward W.Wheatley (2000;7) karakteristik umum jasa yaitu : 1. Jasa bersifat tidak berwujud, berbeda dengan barang yang bersifat berwujud, dapat dilihat, dirasa, dicium, memiliki berat, ukuran dan sebagainya. BAB II Tinjauan Pustaka 2. 12 Barang bersifat tahan lama, tetapi jasa tidak. Jasa dibeli dan dikonsumsi pada waktu yang sama. 3. Barang dapat disimpan, sedangkan jasa tidak dapat disimpan. 4. Ramalan permintaan dalam marketing barang merupakan masalah, tidak demikian halnya dengan marketing jasa. Untuk menghadapi masa-masa puncak, dapat dilatih tenaga khusus. 5. Adanya puncak yang sangat padat, merupakan masalah tersendiri bagi marketing jasa. Pada masa puncak, ada kemungkinan layanan yang dipersingkat, agar dapat melayani langganan sebanyak mungkin. Jika mutu jasanya tidak dikontrol maka, ini dapat berakibat negatif terhadap perusahaan, karena banyak langganan merasa tidak puas. 6. Usaha jasa sangat mementingkan unsur manusia. Distribusinya bersifat langsung, dari produsen ke konsumen. 2.3.3 Klarifikasi Jasa Klarifikasi jasa menurut Lovelock (dalam Evans dan Bermanb, 1990) yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dalam bukunya ”Manajemen Jasa” (2001:8) terdapat tujuh kriteria sebagai berikut : 1. Segmen Pasar Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa kepada konsumen akhir ( misalnya jasa akutansi, jasa konsultasi manajemen, dan jasa konsultasi hukum ) dan jasa kepada organisasi ( misalnya BUMN ) BAB II Tinjauan Pustaka 2. 13 Tingkat keberwujudan Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : a. Rented good service Dalam jenis ini, konsumen menyewa dan menggunakan produk-produk tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Karena kepemilikannya hanya dapat menggunakan produk tersebut, karena kepemilikannya tetap berada pada pihak perusahaan yang menyewakannya. b. Owned goods service Pada owned goods service, produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan untuk kerjanya, atau dipelihara atau dirawat perusahaan jasa. c. Non-goods service Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible ( tidak berwujud fisik ) ditawarkan pada pelanggan. 3. Keterampilan penyedia jasa Pada jasa yang memerlukan keterampilan tinggi dalam proses operasinya, pelanggan cenderung sangat selektif dalam memilih penyedia jasa. Hal inilah yang pelanggannya. menyebabkan para profesional dapat mengikat para BAB II Tinjauan Pustaka 4. 14 Tujuan Organisasi Jasa Berdasarkan tujuan organisasi jasa dapat dibagi menjadi commerical service atau profit service ( misalnya penerbangan, bank, dan jasa parcel ) dan non profit service ( misalnya sekolah, yayasan dana bantuan, panti asuhan ). 5. Pengaturan Dari aspek regulasi, jasa dibagi menjadi regulated service (misalnya pialang, angkutan umum, dan perbankan) non regulated service (seperti makelar, catering). 6. Tingkat intesitas karyawan Berdasarkan tingkat intesitas karyawan ( keterlibatan tenaga kerja ), jasa dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu equipment based service (seperti cuci mobil, jasa sambungan telepon jarak jauh dan binatu ) dan people based service ( seperti pelatih jasa akuntansi, konsultasi manajemen). 7. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dibagi menjadi high contact service ( seperti universitas, bank, dokter ) dan low contact service (misalnya bioskop ). 2.3.4 Bauran Pemasaran Jasa Definisi bauran pemasaran atau marketing mix menurut Rambat lupiyoadi dalam bukunya “ Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktik ” (2001:58 ) secara garis besar, marketing mix terbagi kedalam empat element, yaitu: BAB II Tinjauan Pustaka • 15 Product Merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli benefit dan value dari produk tersebut yang disebut ” the offer ” terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari konsumen. • Pricing Strategi penentuan harga (pricing) dalam pemberian value kepada konsumen dan mempengaruhi imager produk serta keputusan konsumen untuk membeli. Pricing juga berhubungan denganpendapatan dan turut mempengaruhi supply atau marketing channels. Akan tetapi, yang paling penting adalah kepuasan dalam princing harus konsisten dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. • Place Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. • Promotion Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Menurut Rambat Lupiyoadi dalam bukunya ” Manajemen Pemasaran Jasa ” (2001:63) telah dikemukakan bahwa untuk memasarkan produk berupa BAB II Tinjauan Pustaka 16 jasa diperlukan jasa lagi tiga unsur marketing mix yang sering disebut dengan 3P, disamping yang telah disebutkan diatas, yaitu : • People Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka people yang berfungsi sebagai service provider sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam people ini berarti sehubungan dengan seleksi, training, motivasi, dan manajemen sumber daya manusia. • Processes Merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme aktivitas dan hal-hal rutin dimana jasa disampaikan kepada konsumen. • Physical Evidance Merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumen. 2.4 Definisi Churn Churn menurut Reichheld & Cook: “Churn adalah pelanggan yang berhenti dan beralih secara jelas adalah pelanggan yang menutup akun berlangganan mereka dan mengalihkannya pada penyedia jasa lain”. Tiga kelompok gejala pada calon pelanggan yang berhenti (Customer defection). yaitu : (Zeithaml, 2000:467) a. Pelanggan yang menutup account berlangganan mereka dan mengalihkan pada kompetitor BAB II Tinjauan Pustaka 17 b. Pelanggan yang mengalihkan beberapa bagian dari bisnis mereka ke perusahaan lain, atau c. Pelanggan yang masih tetap membeli tetapi porsi pembeliannya lebih kecil dari porsi yang dianggarkan pengeluaran mereka. Sementara menurut Booz Allen & Hamilton inc. (Winning the customer churn battle in the wireless industry, 2001:5). “Pengertian wireless churn adalah pelanggan yang beralih/ berhenti dari satu layanan operator wireless (telekomunikasi) untuk kemudian menggunakan layanan operator jasa wireless lain”. 2.4.1 Tipe Churn Dua tipe churn yaitu : (Booz allen hamilton, 2001:5) 1. Tipe Voluntary Churn yaitu pelanggan yang berinisiatif berhenti berlangganan dari suatu layanan. 2. Tipe Involuntary Churn yaitu jika penghentian berlangganan dikarenakan pelanggan menunggak pembayaran atau tidak membayar tagihan ( sehingga diberhentikan perusahaan ). 2.4.2 Sebab dan Alasan Churn Menurut Keaveney (Customer switching behavior in service industries), dalam sebuah studi akademis terhadap sekitar 500 insiden pengalihan layanan, 8 motif terbesar yang melatari keputusan beralih (berhenti berlangganan) telah teridentifikasi. Delapan motif terbesar tersebut yaitu : 1. Masalah Pentarifan/harga (Pricing), ditunjukkan dengan indikator tarif BAB II Tinjauan Pustaka 18 terlalu mahal, tarif mengalami kenaikan, tarif yang tidak wajar dan pentarifan yang mengecoh. 2. Masalah Ketidaknyamanan/ Ketidaksenangan Pelayanan (Inconvenience), ditunjukkan dengan indikator ketidaknyamanan tempat/waktu pelayanan, ketidaknyamanan menunggu janji pelayanan dan ketidaknyamanan menunggu sebelum dilayani. 3. Kegagalan Inti Layanan (Core Service Failure), diindikasikan dengan adanya kekeliruan pelayanan, penagihan yang salah, dan kesalahan layanan yang menyebabkan kerugian/ masalah bagi pelanggan. 4. Kegagalan dalam Pemberian Pelayanan (Service Encounter Failure), ditunjukkan dengan indikator pelayanan tidak memperdulikan pelanggan, pelayanan tidak sopan, tidak tanggap dan petugas tidak berpengetahuan pelayanan. 5. Tanggapan terhadap Kegagalan Pelayanan (Response to Service Failure), diindikasikan dengan adanya tanggapan negatif pelayanan, tidak ada respon/tanggapan dan petugas pelayanan melayani dengan enggan. 6. Persaingan (Competition), dengan indikasi pelanggan menemukan layanan lain yang lebih baik. 7. Faktor Etik (Ethical Problems), ditunjukkan dengan indikator adanya kecurangan, teknik penjualan layanan dengan agresif atau memaksa, dan motif konflik kepentingan kastemer. 8. Faktor Peralihan diluar inisiatif (Involuntary Switching), dengan indikator pelanggan pindah atau penyedia layanan tutup. BAB II Tinjauan Pustaka 19 Sedangkan pada wireless industry, deaktivasi layanan komunikasi nirkabel yang didasarkan riset, (Booz allen hamilton, 2001;6) dilatarbelakangi oleh 6 alasan utama, diantaranya : 1. Masalah Terminal (equipment problem), dengan indikator terminal bermasalah (rusak/ hilang). 2. Terlalu mahal (too expensive), dengan indikator tarif yang mahal. 3. Ketidakcukupan Cakupan (inadequate coverage), dengan indikator kualitas sinyal buruk, dan kastemer pindah ke daerah coverage buruk. 4. Harga yang lebih murah karena persaingan (cheaper prices), dengan indikator harga produk pesaing lebih murah. 5. Masalah billing dan pelayanan (poor services), dengan indikator penagihan salah. 6. Alasan lain (other reasons), dengan indikator selain yang diatas. 2.4.3 Pendekatan Pengelolaan Churn Menurut Neslin, Gupta, Kamakura, Lu, Mason (Defection Detection: Improving Predictive Accuracy of Customer Churn Models, 2004: 3-4), terdapat dua pendekatan dasar dalam mengelola pelanggan yang churn, yaitu : 1. Pendekatan tidak bersasaran, yaitu melalui peningkatan kualitas produk atau jasa menjadi lebih baik, dan melalui iklan massal untuk meningkatkan brand loyalty dan mempertahankan pelanggan. 2. Pendekatan bersasaran, yaitu dengan mengidentifikasi pelanggan yang mungkin akan churn, lalu kemudian menyediakan insentif langsung atau BAB II Tinjauan Pustaka 20 rencana pelayanan ter-customize yang ditawarkan kepada mereka untuk tetap berlangganan (tidak berhenti). Jenis pendekatan ini dibedakan dua jenis, yaitu : a. Reaktif, dengan cara menunggu hingga pelanggan menghubungi perusahaan untuk berhenti berlangganan, dan b. Proaktif, dengan cara perusahaan mengidentifikasi dengan tepat pelanggan yang akan berhenti berlangganan dimasa akan datang, lalu kemudian mentarget pelanggan ini dengan program atau insentif khusus untuk mencegah churn. 2.5 Definisi Outbond Call Menurut Reichheld & Cook: Outbond Call yaitu proses panggilan keluar yang dilakukan petugas caller untuk mengetahui beragam informasi mengenai status pelanggan telepon.