BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Ikan 2.2.1 Pengertian dan Jenis Ikan FAO (1995) mendefinisikan ikan sebagai organisme yang hidup di air. Kelompok organisme yang dikelompokan sebagai ikan adalah ikan bersirip (finfish), krustasea, moluska, binatang air lainnya dan tanaman air. Ikan termasuk kelas Pisces yang merupakan kelas terbesar dalam golongan vertebrata (Djuwanah, 1996). Berdasarkan UU No. 45 Tahun 2009, pengertian Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Secara umum perairan tempat kehidupan ikan terdiri dari laut, tawar dan payau. Astawan (2005) menggolongan ikan dalam tiga golongan yaitu ikan air laut, ikan air tawar dan ikan air payau (tambak). Ikan yang ada di air tawar dan air laut sangat banyak sehingga dibedakan menjadi golongan yang dapat dikonsumsi dan ikan hias. Lingkungan ikan air tawar adalah sungai, danau, kolam, sawah atau rawa. Beberapa contoh jenis ikan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu : 1. Bandeng Merupakan jenis ikan budi daya air payau yang sekaligus juga merupakan bahan konsumsi masyarakat luas. Bentuk badan yang memanjang, padat dan dapat mencapai ukuran yang cukup besar, rasanya cukup lezat membuat bandeng Universitas Sumatera Utara disukai semua lapisan masyarakat. Ciri - ciri ikan bandeng : badan memanjang, padat, kepala tanpa sisik, mulut kecil terletak di ujung kepala dan rahang tanpa gigi dan lubang hidung terletak di depan mata, sirip punggung terletak jauh dibelakang tutup insang, berwarna putih bersih dan dagingnya putih (Hadie dan Supriatna, 1996). 2. Ikan Mas Merupakan jenis ikan darat yang hidup di perairan dangkal yang mengalir tenang dengan suhu sejuk. Jenis ikan konsumsi air tawar ini banyak digemari masyarakat karena dagingnya gurih dan memiliki kadar protein tinggi. Beberapa ciri - ciri ikan mas yaitu umumnya berwarna kuning dan badan memanjang (Harli, 2004). 3. Lele Dari sekian banyak komoditas perikanan di Indonesia, lele dapat dikatakan sebagai jenis ikan yang sangat populer di masyarakat, selain rasanya lezat, kandungan gizinya pun cukup tinggi sehingga disukai berbagai kalangan, terutama bagi anak - anak karena kandungan proteinnya tinggi yang berguna untuk meningkatkan kecerdasan, umumnya berwarna hitam abu -abu, terkadang putih berbintik (Hadie dan Supriatna, 1996). 4. Gurami Gurami adalah ikan air tawar yang banyak menghuni rawa - rawa, danau atau daerah yang perairannya tenang. Beberapa ciri - ciri umumnya yaitu tubuhnya pipih dan agak memanjang, bagian dahi gurami dewasa terdapat tonjolan mirip cula (Agus, 2002). Universitas Sumatera Utara 5. Ikan Tongkol Berdasarkan pendapat Susanti, dkk yang mengutip hasil penelitian Sanger, dapat disimpulkan bahwa Ikan tongkol ( Euthynnus affinis C.) adalah ikan yang berpotensi cukup tinggi dalam bidang ekspor serta memiliki nilai ekonomis tinggi. Walaupun demikian, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Hal ini menyebabkan penanganan ikan tongkol masih belum baik dari penangkapan sampai pemasaran. Ikan tongkol juga memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 26,2 mg/100g dan sangat cocok dikonsumsi oleh anak-anak dalam masa pertumbuhan, selain itu ikan tongkol juga sangat kaya akan kandungan asam lemak omega-3. Gambar 2.1 Ikan Tongkol ( Euthynnus affinis C.) 6. Ikan Layang Ikan layang (Decapterus sp.) termasuk ikan pelagis, dan berdasarkan ukurannya dikelompokkan sebagai ikan pelagis kecil. Besarnya komposisi kimia daging ikan sangat bervariasi tergantung spesies, jenis kelamin, umur, musim dan kondisi lingkungan dimana ikan tersebut ditangkap. ikan layang memiliki Universitas Sumatera Utara kandungan gizi yang tinggi, protein sebesar 22,0 %, kadar lemak rendah 1,7% sehingga lebih menguntungkan bagi kesehatan ( Yulius, dkk, 2013). Gambar 2.2 Ikan Layang (Decapterus sp.) 7. Ikan Baronang Ikan baronang (Siganus canaliculatus) termasuk dalam Famili Siganidae, merupakan jenis ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar perairan. Ikan baronang yang kecil dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain seperti di Tapanuli Tengah dinamakan cabe-cabe, di Pulau Seribu dinamakan kea-kea, dan lain-lain (Ambo, dkk). Gambar 2.3 Ikan Baronang (Siganus canaliculatus) Universitas Sumatera Utara 8. Ikan Kembung Ikan kembung (Scomber canagorta) tergolong ikan pelagik yang menghendaki perairan yang bersalinitas tinggi. Ikan kembung suka hidup secara bergerombol dan kebiasaan makan adalah memakan plankton yang besar/kasar (Copepode atau Crustacea) (Burhanuddin, 1994). Ikan kembung (Scomber canagorta) memiliki rahang, tubuh bilateral simetris, mulutnya terminal dan memiliki tutup insang. Ikan kembung juga memiliki linea lateralis, rudimeter, finlet, memiliki lubang hidung dua buah (dirhinous), bersisik dan tidak memiliki sunggut, ikan kembung juga memiliki satu buah sirip punggung, dua buah sirip perut, pectoralis, sirip anal dan sirip ekor bercagak (Jenie, 2001). Gambar 2.4 Ikan Kembung (Scomber canagorta) 2.2.2 Kandungan Gizi dalam Ikan Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat gizi. Selain harga yang lebih murah, absorpsi protein ikan lebih tinggi dibandingkan dengan produk hewani lain seperti daging sapi dan ayam, karena daging ikan mempunyai serat-serat protein lebih pendek dari pada serat-serat protein daging sapi atau ayam. Jenisnya pun sangat beragam dan mempunyai Universitas Sumatera Utara beberapa kelebihan, diantaranya adalah mengandung omega 3 dan omega 6, dan kelengkapan komposisi asam amino (Pandit, 2008). Menurut Budiarso (1998), Ikan merupakan bahan pangan yang sangat baik mutu gizinya, karena mengandung kurang lebih 18 gram protein untuk setiap 100 gram ikan segar, sedangkan ikan yang telah dikeringkan dapat mencapai kadar protein 40 gram dalam 100 gram ikan kering. Didukung dengan Astawan (2004), dibandingkan dengan bahan makanan lainnya, ikan mengandung asam amino essensial yang lengkap dan sangat diperlukan oleh tubuh manusia, oleh karena itu mutu protein ikan sebanding dengan mutu protein daging. Ikan adalah bahan pangan yang mengandung protein tinggi yang sangat dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna, juga mengandung asam amino yang terdapat dalam tubuh manusia (Suhartini dan Hidayat, 2005). Berdasarkan hasil penelitian, daging ikan memiliki koposisi kimia, yaitu : Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daging Ikan Komposisi Air Protein Lemak Karbohidrat Vitamin dan Mineral Jumlah Kandungan (%) 60-84 18-30 0,1-0,2 0,0-1,0 Sisanya Sumber : Suhartini dan Hidayat (2005) Komposisi gizi ikan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu spesies, jenis kelamin, tingkat kematangan (umur), musim, siklus bertelur dan letak geografis. Kandungan protein ikan sangat dipengaruhi oleh kadar air dan lemaknya. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa ikan bersirip mengandung protein 16-24%, sedangkan pada ikan yang telah diolah kandungan proteinnya Universitas Sumatera Utara dapat mencapai 35%. Proporsi protein kolektif 6 (kolagen) pada ikan jauh lebih rendah daripada daging ternak yaitu berkisar antara 3-5% dari total protein. Hal ini juga yang menyebabkan daging ikan lebih empuk (Khomsan, 2004). Ikan lebih dianjurkan untuk dikonsumsi dibandingkan daripada daging hewan, terutama bagi mereka yang menderita kolesterol dan gangguan tekanan darah ataupun jantung (Suhartini dan Hidayat, 2005). Ikan juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan kadar trigliserida darah, meningkatkan kecerdasan anak dan meningkatkan kemampuan akademik, menurunkan risiko kematian karena penyakit jantung, mengurangi gejala rematik, menurunkan aktivitas pertumbuhan sel kanker dan juga mengandung omega 3 dan omega 6 (Pandit, 2008). Omega 3 yang terdapat pada ikan mencegah penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya. Masyarakat yang gemar mengonsumsi ikan memiliki umur harapan hidup rata - rata lebih panjang daripada masyarakat yang kurang mengonsumsi ikan (Pandit, 2008). 2.2.2.1 Protein pada Ikan dan Manfaatnya Ikan mengandung protein tinggi yang terdiri atas asam amino esensial yang tidak rusak pada waktu pemasakan. Kandungan protein pada ikan bervariasi, tergantung kandungan lemak dan airnya. Namun secara umum, ikan mengandung 13-20% protein. Protein ini dapat membantu pertumbuhan sel otak, sehingga ikan sering disebut makanan penunjang kecerdasan. Karena serat proteinnya lebih pendek, protein pada ikan gampang dicerna bahkan bagi bayi sekalipun. Proporsi protein konektifnya (kolagen) juga jauh lebih rendah dari hewan ternak, yaitu 3- Universitas Sumatera Utara 5% dari total protein. Makanya dibandingkan daging sapi, daging ikan terasa empuk dan lebih mudah hancur saat dikunyah (Andriani dan Bambang, 2012). 2.2.2.2 Lemak pada Ikan dan Manfaatnya Kandungan lemak dalam ikan hanya berkisar antara 1-20%, terlebih sebagian besar kandungan lemaknya pun berupa asam lemak tak jenuh yang justru berguna bagi tubuh, di antaranya berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Andriani dan Bambang, 2012). Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung asam lemak tak jenuh (Eicosapentaenoic acid/EPA, Docosahexanoid acid/DHA), yodium, selenium, fluorida, zat besi, taurin, coenzyme Q10 dan kalori yang rendah (Harli, 2004). 1. Selenium Selenium sudah diakui sebagai unsur esensial bagi manusia dan merupakan bagian penting dari enzym yang berperan dalam membuat antioksidan. Selenium membantu mencegah kerusakan DNA yang disebabkan zat kimiawi dan radiasi. Hasil penelitian pada hewan percobaan menunjukkan kekurangan selenium menimbulkan gejala pertumbuhan lambat, dystrophy otot dan necrosis jantung, ginjal dan hati. Bagi daerah atau negara yang tingkat kandungan selenium dalam tanahnya rendah seperti Australia, maka mengonsumsi ikan menjadi faktor yang amat penting untuk mencegah kekurangan selenium (KKP, 2009). 2. Co-enzyme Q10 Ikan adalah salah satu sumber co-enzym Q10 yang sangat baik. Walaupun lebih dari 40 tahun yang lalu co-enzyme Q10 telah dikenal berfungsi sebagai Universitas Sumatera Utara suatu antioksidan, namun baru akhir - akhir ini mendapat perhatian berkaitan dengan sumber makanannya (KKP, 2009). Konsentrasi co - enzyme meningkat dibawah pengaruh tekanan seperti latihan fisik dan dalam kondisi regeneratif otak, seperti penyakit kepikunan/alzheimer. Dilaporkan juga bahwa konsentrasi co - enzym menurun pada beberapa penyakit termasuk penyakit degenerasi otot dan carcinomas hati. Walaupun co - enzyme Q10 dapat dibangun dalam tubuh, namun asupan dari makanan masih sangat diperlukan (KKP, 2009). 3. Taurin Seafood, termasuk ikan laut, banyak mengandung taurin. Asam amino ini telah diketahui berperan dalam formasi dan ekskresi garam empedu, yang dipecah menjadi kolesterol. Taurin juga berperan dalam fungsi retina dan fungsi kognitif (KKP, 2009). 4. Asam Lemak tak Jenuh Asam Lemak Tak Jenuh Seafood mengandung asam lemak tak jenuh omega-3, Eicosa pentaenoic Acid (EPA) dan Docosahexaenoid Acid (DHA) yang sangat tinggi. Kandungan omega - 3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber protein hewani lainnya, seperti daging sapi dan ayam, daging babi bahkan sama sekali tidak mengandung omega - 3. Tubuh manusia dapat membentuk beberapa tipe asam lemak, namun demikian asupan asam lemak essensial khususnya asam lemak tak jenuh omega - 3 dan omega - 6 masih diperlukan. Sumber utama omega-3 adalah seafood dan tanaman seperti kacang kedelai, kanola dan biji rami. Sedangkan sumber utama omega - 3 juga ditemukan dalam semua jenis seafood Universitas Sumatera Utara seperti Crustacea, mulusca, ikan dan tanaman seperti bunga matahari, jagung dan kedele (KKP, 2009) Kandungan asam lemak omega 3 yang tinggi ini berperan meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan risiko penyakit jantung koroner, menghambat pertumbuhan beberapa jenis kanker, dan mempertahankan fungsi otak terutama yang berhubungan dengan daya ingat (Andriani dan Bambang, 2012). Tabel 2.2 Kandungan Omega 3 dan Omega 6 pada Berbagai Jenis Ikan per 100 gram Ikan Jenis Ikan Omega 3 (gr) Omega 6 (gr) Sardine 1,2 2,2 Tuna 2,1 3,2 Kembung 5,0 3,0 Salmon 1,6 2,1 Tenggiri 2,6 3,7 Tongkol 1,5 1,8 Teri 1,4 1,6 Sumber : Astawan (2005) 2.2.2.3 Vitamin pada Ikan dan Manfaatnya Ada dua kelompok vitamin pada ikan, pertama vitamin larut dalam air, antara lain Vitamin B6, B12, Biotin, dan Niasin. Vitamin ini banyak terdapat di ikan yang dagingnya berwarna gelap. Adapun kelompok kedua, yaitu vitamin larut dalam lemak (Vitamin A dan D) yang terkandung pada minyaknya (Andriani dan Bambang, 2012). Jumlah vitamin - vitamin ini kebanyakan pada hati ikan daripada hati mamalia darat. Hati ikan hiu mengandung vitamin A sampai 50000 IU/gram, sedangkan hati domba hanya 600 IU/gram (Pandit, 2008). Universitas Sumatera Utara 2.2.2.4 Mineral pada Ikan dan Manfaatnya Kandungan mineral pada ikan jumlahnya lumayan banyak, di antaranya ada magnesium (memperkuat tulang, otot, dan gizi), zat besi (mencegah anemia), seng (meningkatkan kekebalan tubuh dan mempercepat penyembuhan luka), dan selenium (mencegah kanker, mempertahankan elastisitas jaringan bersama Vitamin E sehingga kita terhindar dari penuaan dini) (Andriani dan Bambang, 2012). Orang - orang dipegunungan yang banyak menderita gondok, antara lain disebabkan jarang makan ikan laut. Kekurangan yodium yang dialami ibu sejak mengandung bayinya akan mengakibatkan bayi yang lahir kretin dan juga bisa terjadi mental retarded atau IQ nya rendah. Kandungan yodium yang diperoleh dari jenis ikan laut sangat cukup untuk mencegah berkembangnya penyakit gondok yang sering menghinggapi masyarakat miskin, oleh karena itu pemerintah sekarang membuat peraturan menambahkan yodium pada setiap garam dapur yang dijual dipasaran (Pandit,2008). Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Kandungan Zat Gizi Ikan per 100 gram Jenis Ikan Kalori(%) Protein(%) Ikan Segar Tawes 198 19.0 Bandeng 129 20.0 Bawal 96 17.0 Ekor Kuning 109 20.0 Kakap 92 20.0 Kembung 103 22.0 Layang 109 22.0 Lemuru 112 20.0 Mas 86 16.0 Selas 100 18.8 Teri 77 16.0 Mujair 89 18.7 Ikan Kering Gabus 292 58.0 Peda Banjar 556 28.0 Pindang Banjar 157 28.0 Pindang Layang 153 30.0 Selar Asin 194 38.0 Sepat 289 38.0 Teri 170 33.4 Lele Goreng 252 19.9 Lemak(%) Air(%) 13.0 4.8 1.7 4.0 0.7 1.0 1.7 3.0 2.0 2.2 1.0 1.0 66.0 74.0 78.0 70.0 77.0 76.0 74.0 76.0 80.0 75.0 80.0 79.0 4.0 4.0 4.2 2.8 3.5 14.6 3.6 19.6 24.0 46.0 59.0 60.0 43.0 30.0 37.0 10.0 Sumber : Khomsan 2004 2.5 Konsumsi Ikan 2.5.1 Faktor yang Memengaruhi Konsumsi Ikan Dewasa ini, Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan kekayaan alamnya secara maksimal, terlebih dengan banyaknya jenis ikan yang baik untuk dikonsumsi penduduk Indonesia dan tentunya dapat memenuhi kebutuhan protein penduduk indonesia. Namun, penduduk Indonesia memiliki tingkat konsumsi ikan yang masih dikategorikan rendah bahkan di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih rendah dibandingkan Singapura dan Malaysia, apalagi jika dibandingkan dengan Jepang dan Korea. Rendahnya konsumsi ikan perkapita penduduk di Universitas Sumatera Utara Indonesia berbanding terbalik dengan wilayahnya yang kaya akan sumber protein hewani. Adapun beberapa faktor–faktor yang mengakibatkan rendahnya konsumsi ikan pada masyarakat Indonesia, antara lain : 1. Mitos dan Budaya Umumnya masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang kental dengan budaya adatnya, sehingga tidak jarang cara bagaimana pola makan yang baik, cara mengolah makanan, bahkan kegemaran antar setiap makanan berbeda – beda. Contohnya, orang padang gemar mengonsumsi makanan bersantan, sedangkan orang jawa gemar mengonsumsi makanan yang manis, dan lain-lain. Dari sini kita dapat melihat bahwa pengaruh budaya sangat melekat, begitu juga dengan mitos. Masyarakat Indonesia juga sangat mudah terpengaruh dengan adanya mitos turun temurun dari nenek moyangnya. Saat ini mungkin sudah tidak jarang juga kita mendengar bahwa membiarkan anak balita atau anak sekolah mengonsumi ikan yang banyak akan mengakibatkan kecacingan, sehingga ini menjadi salah satu alasan kenapa masih banyak Ibu yang tidak mengharuskan anaknya untuk mengonsumsi ikan. 2. Kondisi Geografis Kodisi Geografis merupakan kondisi suatu daerah dilihat dari letaknya pada bola bumi dibandingkan dengan posisi atau letak daerah lain. Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir memiliki keuntungan dalam hal mengonsumsi ikan. Karena masyarakat daerah pesisir umumnya bermatapencaharian sebagai nelayan, sehingga hasil tangkapan dapat dijadikan Universitas Sumatera Utara sumber penghasilan ataupun dikonsumsi sehari-hari sebagai penyumbang protein ataupun gizi lainnya bagi setiap masyarakatnya. Berdasarkan pendapat para peneliti (Madanijah, dkk, 2006) yang mengutip hasil penelitian Daryati menyimpulkan bahwa konsumsi ikan yang lebih besar pada keluarga nelayan dibandingkan keluarga yang bukan nelayan, karena keluarga nelayan bertempat tinggal di daerah yang penghasil ikan. 3. Pendapatan Rumah tangga Besar dan kecilnya pendapatan rumah tangga sangat mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dapat dikonsumsi. Sesuai dengan fungsi makanan yang dapat menggambarkan status sosial, hal ini juga menjadi faktor pendukung untuk kalangan masyarakat menengah keatas untuk mengonsumsi makanan yang mahal, terkhusunya dalam mengonsumsi ikan. Umunya masyarakat dari golongan menengah keatas akan dengan mudah mengonsumsi Ikan berprotein tinggi yang biasanya akan dikenakan harga yang mahal, sedangkan untuk masyarakat golongan bawah tidak terlalu memperhatikan apakah makanan tersebut memiliki kandungan gizi tinggi atau tidak, tapi lebih memperhatian apakah makanan tersebut dapat mengenyangkan perut atau tidak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Restuina (2009), dapat disimpulkan bahwa masyarakat keluarga nelayan lebih memilih mengonsumsi ikan dencis daripada ikan bawal yang memiliki harga yang mahal. 4. Pengetahuan Ibu Menurut Waysima, dkk (2010) yang mengutip pendapat Birch, pada anak, pola penerimaan terhadap makanan dipengaruhi oleh berbagai pengalaman sejak Universitas Sumatera Utara lahir, seperti orangtua melalui makanan yang diperbolehkan, dan konteks sosial dimana perilaku makan terjadi, khusunya peran Ibu dalam meningkatkan asupan makanan yang sehat pada anak. Berdasarkan pendapat Waysima, dkk (2010) dapat disimpulkan bahwa seorang ibu sering digambarkan sebagai nutritional gate-keeper yaitu seseorang di dalam rumah tangga yang berlaku sebagai pembuat keputusan membeli hingga menyiapkan makanan untuk keluarga. Di Indonesia sendiri, kebanyakan ibu berlaku sebagai gate-keeper bagi keluarganya, walaupun sebagian dari mereka adalah perempuan bekerja atau sekalipun di rumahnya terdapat pembantu. Oleh karenanya ibu banyak mempengaruhi pola kebiasaan makan anak. Berdasarkan penelitian Madanijah (2006) dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan gizi ibu dapat menyebabkan peningkatan konsumsi ikan pada setiap anggota keluarga. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan menyebabkan pemilihan makanan yang bukan hanya sekedar baik tapi memiliki kandungan gizi yang bermanfaat, sebaliknya, ibu yang memiliki pengetahuan gizi kurang akan menyebabkan pemelihan makanan yang asal-asalan. Berdasarkan penelitian Indriana (2005), dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendapatan/kapita/bulan dan pengetahuan gizi Ibu tentang ikan maka semakin tinggi ketersediaan ikan di Rumah Tangga. 5. Pola Konsumsi dan Distribusi Makan Keluarga Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan bahwa kebiasaan pola konsumsi makan keluarga sangat mempengaruhi kesukaan ataupun kegemaran setiap anggota keluarga dalam memilih makanan. Begitu juga Universitas Sumatera Utara dalam pendistribusian makanan, umumnya masyarakat Indonesia menengah kebawah masih membiasakan untuk memberikan bagian terbaik suatu hidangan makanan kepada kepala keluarga dibandingkan anak balita atau anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. 6. Ketersediaan Ikan Laut Berdasarkan penelitian Waysima, dkk (2010) menyimpulkan bahwa ketersedian ikan laut bagi konsumen sangat layak mendapat perhatian, karena sering kali didapati alasan kurangnya konsumsi ikan laut di masyarakat bukan dikarenakan tidak memiliki uang namun karena tidak tersedianya ikan tersebut di daerah tersebut. Alasan lain terkait ketersediaannya juga mengarah pada kondisi ikan yang setelah sampai di pasar sudah tidak layak konsumsi karena busuk atau menggunakan bahan pengawet yang tidak diizinkan. 2.5.2 Manfaat Konsumsi Ikan Dibandingkan dengan ikan tawar, kandungan gizi ikan laut lebih banyak. Ikan laut memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Fungsinya adalah agar lemak tubuh tetap dalam keadaan cair jika berada di air laut. Adanya kemampuan tersebut membut kandungan omega 3 yang lebih tinggi. Kandungan utama dari ikan laut adalah zat makro molekul tubuh, misalnya seperti protein tinggi, lemak, vitamin dan mineral. Manfaat ikan laut dapat kita rasakan setiap hari dengan mengkonsumsinya secara teratur, berikut ini beberapa diantaranya : Universitas Sumatera Utara 1. Mengatasi Masalah Pencernaan Protein pada ikan berbeda dengan protein yang ada pada manfaat daging lainnya seperti daging sapi, ayam, atau kambing. Berdasarkan pendapat Pandit (2008), dapat disimpulkan bahwa serat pada protein ikan memiliki rantai penyusun protein yang pendek, sehingga penyerapan lebih cepat dan lebih mudah. Tentu saja ini tidak memberatkan kinerja pada usus halus, sehingga dapat membantu proses pencernaan bagi yang sedang mengalami gangguan pada proses pencernaan. 2. Merangsang Otak Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan bahwa dalam protein ikan terdapat kandungan zat yang mampu merangsang pertumbuhan otak, terutama untuk balita. Zat tersebut lebih dikenal taurine, yang bekerja dengan baik untuk merangsang sel otak yang masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Zat lain yang mampu merangsang perkembangan otak adalah asam lemak Omega 3 (EPA dan DHA). Karena sebagian besar otak manusia mengandung zat omega 3, sehingga dipercaya untuk membantu perkembangan sel otak. 3. Mengontrol Kolesterol Berdasarkan pendapat Pandit (2008), dapat disimpulkan bahwa salah satu zat yang membantu proses pertumbuhan adalah asam lemak tak jenuh. Zat ini bertugas dengan baik dalam menjaga stamina tubuh agar tetap fit. Salah satu zat yang mampu mengontrol kolesetrol tubuh agar tetap normal berasal dari manfaat Universitas Sumatera Utara omega 3. Kandungan zat di dalamnya terdapat EPA dan DHA mampu menurunkan kolestrol tinggi dan mengikat lemak. 4. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh Bayi dan balita sangat rawan terkena penyakit, untuk itu perlu ekstra hati- hati dalam menjaga kondisi agar tetap stabil. Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya yang dapat menjaga kondisi kekebalan tubuh agara tetap stabil yaitu dengan mengonsumsi asam lemak omega 3 yang banyak terdapat dalam manfaat ikan laut. Salah satu fungsinya adalah untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menjaga kondisi tubuh, sehingga anak tidak mudah terserang penyakit. 5. Menurunkan Resiko Penyakit Degeneratif Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan bahwa fungsi lainya dari asam lemak omega 3 adalah membantu untuk menurunkan resiko penyakit degeneratif. Salah satunya adalah penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, dan kanker. Selain menggunakan omega 3, kandungan mineral selenium mampu membantu metabolisme tubuh. Manfaat antioksidan di dalamnya juga dipercaya untuk mengatasi masalah penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang timbul di usia tua, misalnya jantung koroner. Penyebabnya adalah karena kolestrol yang tidak terkontrol. Ikan laut memiliki kolestrol yang lebih rendah dari daging seperti iga, gajih, dan kerang. Namun lebih tinggi dari ikan tawar. Asam lemak omega 3 mampu Universitas Sumatera Utara mengikat lemak jenuh dengan baik. Sehingga mengurangi resiko untuk terkena penyakit degeneratif tersebut. 6. Menjaga Kesehatan Mata Salah satu fungsi penting yang terdapat dalam manfaat ikan laut adalah menjaga kesehatan mata. Bukan hanya itu, juga membantu mencegah kebutaan pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena dalam ikan laut terdapat banyak manfaat vitamin A dan B kompleks. Menurut Pandit (2008), Vitamin A banyak terdapat pada hati ikan, terkhususnya hati ikan Hiu. 7. Baik untuk Pertumbuhan Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan bahwa Ikan juga berperan dalam proses pembentukan tulang dan memperkuat otot. Kandungan manfaat vitamin D dan magnesium dalam ikan laut, berperan untuk menjaga kekuatan tulang. Makanan jenis ini sangat cocok dikonsumsi untuk anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan. 8. Membantu Hasilkan Energi Selain lemak dan karbohidrat, ada zat lain yang membantu menghasilkan energi. Salah satunya adalah manfaat vitamin B kompleks. Fungsi lain yang dihasilkan oleh vitamin ini adalah membantu proses metabolisme karbohidrat tubuh. Kandungan tersebut ada di dalam ikan laut. Cocok untuk anda yang memiliki banyak aktivitas. Universitas Sumatera Utara 9. Mencegah Migrain Ikan laut merupakan salah satu bahan pangan yang kaya vitamin. Adanya fungsi vitamin B kompleks membantu tubuh mengurangi dan mencegah migraine (sakit kepala sebelah). 10. Baik untuk Anemia Anemia atau kurang darah biasanya memiliki tubuh lemas dan pucat. Mereka harus mengkonsumsi banyak manfaat sayur-sayuran untuk membantu pembentukan sel darah merah. Jika anda adalah tipe orang yang kurang suka sayuran, dapat dikolaborasikan dengan ikan laut. Nutrisi dalam ikan laut terdapat vitamin B kompleks yang juga membantu untuk pembentukan sel haemoglobin. Dengan begitu eritrosit (sel darah merah) juga akan terbentuk. Berdasarkan pendapat Andriani dan Bambang (2012), dapat disimpulkan bahwa dalam ikan laut terdapat juga manfaat zat besi, yang berfungsi untuk membantu pembentukan sel haemoglobin. 2.5.3 Konsumsi Ikan pada Masyarakat 2.5.3.1 Konsumsi Ikan pada Baduta Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Hartati (2006) di Kecamatan Gandus, Kota Palembang, dapat disimpulkan bahwa anak berusia 1-2 tahun mengonsumsi ikan kurang dari 19 gram/hari, walaupun sebagian besar anak-anak tersebut menyukai ikan. Rendahnya konsumsi ikan ini disebabkan karena harga Ikan di pasar yang mahal sehingga keluarga tidak sanggup membeli ikan. Maka frekuensi konsumsi ikan dan jumlah ikan yang dibeli dikurangi, kemudian diganti dengan membeli ikan dengan harga yang murah dan jumlah yang sedikit. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian Salasa, dkk (2006), dapat disimpulkan juga bahwa anak berusia 1-2 tahun yang tinggal di daerah dekat sungai mengonsumsi ikan 1 sampai 2 kali dalam sehari, dan jenis ikan yang dikonsumsi biasanya adalah ikan patin, ikan sepat, dan ikan gabus. 2.5.3.2 Konsumsi Ikan pada Wanita Ikan memiliki kontribusi terhadap pemenuhan zat gizi dari pangan hewani. Berdasarkan penelitian Nurjanah, dkk (2015), dapat dilihat konsumsi ikan pada wanita dewasa sebesar 109 gram/hari. Pedoman Gizi Seimbang (2014) menganjurkan wanita dewasa mengkonsumsi 120 gram pangan hewani sebagai penyumbang protein dengan mutu gizi yang tinggi. Pemenuhan pangan hewani dari ikan sesuai pedoman gizi seimbang adalah 91% atau hampir memenuhi anjuran konsumsi. Ikan menyumbang protein sebanyak 19,1 g /hari atau 82% dari total asupan protein pangan hewani. Jika dibandingkan dengan kebutuhan protein, konsumsi ikan perhari pada wanita dewasa hanya memenuhi 34% kebutuhan protein per hari. Pola konsumsi ikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok umur pada wanita dewasa di Indonesia. Berdasarkan penelitian Nurjanah, dkk (2015) juga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi ikan, asupan, zat gizi, dan status gizi. Konsumsi ikan berhubungan positif dengan asupan energi dan beberapa zat gizi, antara lain: lemak, lemak jenuh, kolesterol, lemak trans, dan natrium. Status perkawinan dan status ekonomi juga mempengaruhi konsumsi ikan. Wanita dewasa dengan status perkawinan memiliki peluang 1,13 kali lebih tinggi mengkonsumsi ikan dibandingkan wanita yang tidak kawin. Wanita dewasa Universitas Sumatera Utara dengan status ekonomi menengah hingga tinggi berpeluang 1,11 kali mengkonsumsi ikan yang lebih tinggi dibandingkan status ekonomi rendah. 2.5.3.3 Konsumsi Ikan pada Keluarga Nelayan Berdasarkan pendapat Waysima, dkk (2010), dapat disimpulkan bahwa sikap anak dari keluarga nelayan terhadap makan ikan laut ditentukan oleh wilayah pesisir, yang berarti ketersediaan ikan dalam jumlah banyak dan relatif segar di suatu wilayah sangat menentukan hal yang berkaitan dengan kegiatan anak mengonsumsi ikan laut. Pola makan keluarga, yang berarti anak cenderung mengikuti pola makan orangtua dalam mengonsumsi ikan laut. Begitu juga dengan sikap afektif atau kesukaan ibu terhadap ikan laut akan memberikan kontribusi nyata ke sikap anak dalam mengonsumsi ikan laut. 2.6 Protein 2.6.1 Angka Kecukupan Protein Protein terdiri dari asam asam amino. Disamping menyediakan asam amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Pangan sumber protein hewani meliputi daging, telur, susu, ikan, seafood dan hasil olahnya. Pangan sumber protein nabati meliputi kedele, kacang - kacangan dan hasil olahnya seperti tempe, tahu, susu kedele. Secara umum mutu protein hewani lebih baik dibanding protein nabati. Di Indonesia kotribusi energi dari protein hewani terhadap total energi relatif rendah yaitu 4% (Hardinsyah dkk, 2001), yang menurut FAO RAPA (1989) sebaiknya sekitar 15% dari total energi. Universitas Sumatera Utara 2.6.2 Angka Kecukupan Protein pada anak Balita Kecukupan protein seseorang dipengaruhi oleh berat badan, usia (tahap pertumbuhan dan perkembangan) dan mutu protein dalam pola konsumsi pangannya. Bayi dan anak-anak yang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat membutuhkan protein lebih banyak perkilogram berat badannya dibanding orang dewasa (IOM, 2005). Perhitungan kecukupan protein didasarkan pada kebutuhan protein per kilogram berat badan menurut umur dan jenis kelamin berdasarkan hasil review yang dilakukan IOM (2005); demikian pula untuk tambahan kecukupan protein bagi ibu menyusui (IOM, 2005), dengan data berat badan rata–rata sehat penduduk Indonesia menurut kelompok umur dan jenis kelamin, seperti halnya pada perhitungan AKE. Perhitungan kecukupan protein disesuaikan dengan rata rata berat badan sehat, serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein (Hardinsyah, dkk, 2011). Asumsi mutu protein diet penduduk Indonesia pada perhitungan AKG yang lalu adalah 85 perlu disempurnakan dengan mutu protein 80. Ini artinya faktor koreksi mutu protein pada AKG 2012 ini adalah 100/80 atau 1.3. Sedangkan faktor koreksi mutu protein bagi perempuan hamil adalah 1.2 karena pada saat hamil menurut IOM (2005) terjadi efisiensi penyerapan zat gizi termasuk protein sekitar 10%. Selain itu dengan mempertimbangkan bahwa asam manio esensial pada diet usia anak dan remaja cenderung defisit, dan protein terutama protein hewani turut berperan dalam pertumbuhan linear atau pencegahan stunting, maka koreksi mutu protein 1.3 tidak diberlakukan pada anak Universitas Sumatera Utara dan remaja tetapi ditingkatkan menjadi 1.5. Berikut rumus perhitungan kecukupan protein (Hardinsyah, dkk, 2011) : Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein Keterangan : AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari) BB = Berat badan aktual (kg) Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa dan 1.5 bagi anak dan remaja. Faktor koreksi mutu protein Perempuan hamil = 1.2 Tabel 2.4 Angka Kecukupan Protein Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari) 2013 pada Balita Berat Tinggi Kecukupan Golongan Faktor Badan Badan Protein (g) Protein Umur (thn) Koreksi (kg) (cm) (/kg BB) 1-3 13 91 26 1.3 1.5 4-6 19 112 35 1.2 1.5 Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia Pemenuhan kebutuhan gizi mikro yang berkualitas berkaitan erat dengan konsumsi protein, terutama protein hewani. Dalam kaitannya dengan mengatasi masalah gizi mikro terutama mineral zat besi, zink, selenium, kalsium dan vitamin B12, serta masalah stunting sejak usia dini yang merupakan masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia, perlu ditingkatkan asupan protein terutama dari pangan hewani. Guna memperoleh mutu protein dan mutu zat gizi mikro yang lebih baik, paling tidak seperempat (25%) AKP dipenuhi dari protein hewani. Porsi ikan akan lebih banyak dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani penduduk Indonesia, karena dalam pola pangan penduduk saat ini sekitar 60% kuantitas pangan hewani penduduk berasal dari ikan (Hardinsyah dkk, 2011). Universitas Sumatera Utara 2.3.3 Kontribusi Ikan terhadap Protein Sebagai bahan pangan, ikan mempunyai banyak keunggulan dibanding sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi, daging ayam, telur dan susu. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Ikan juga bersifat universal, dapat diterima semua agama dan semua golongan (tidak memerlukan ritual khusus terkait penyembelihan) serta dapat dikonsumsi oleh semua kelompok umur. Keragamanan yang sangat tinggi pada ikan baik dari segi jenis, bentuk, warna, rasa dan ukuran juga menyebabkan ikan dapat diproses lebih lanjut menjadi berbagai macam produk olahan. Berdasarkan hasil penelitian Anindita (2012), dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kejadian stunting pada balita, yang artinya semakin tinggi tingkat kecukupan protein maka semakin naik pula pertumbuhan balita. Berdasarkan laporan KKP (2014) yang memperoleh data SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) – BPS menunjukkan bahwa sumbangan protein ikan terhadap konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia mencapai 57%. Ini terjadi seiring dengan kecenderungan pergeseran konsumen dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dari red meat kepada white meat. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Sumbangan Konsumsi Protein Ikan Indonesia terhadap Total Konsumsi Protein Mutu suatu protein pada bahan pangan, sangat ditentukan oleh tinggirendahnya asam amino esensial yang dikandungnya. Dan protein ikan memiliki keunggulan karena kelengkapan komposisi asam aminonya dan kemudahannya untuk dicerna tubuh. Meskipun tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan China, namun kontribusi protein ikan terhadap total protein hewani lebih baik yaitu mencapai lebih dari 50%. Bahkan untuk tahun 2008 dan 2009, kontribusinya mencapai 2/3 dari total konsumsi protein hewani. Namun, ketika pasokan protein dari ikan tersebut dibandingkan dengan total protein (termasuk protein nabati), komposisi pasokan protein dari ikan masih di bawah 15%. Berdasarkan kelompoknya, pasokan konsumsi protein ikan sebagian besar berasal dari konsumsi protein ikan dan udang segar yaitu lebih dari 43% sedangkan kontribusi dari konsumsi protein ikan dan udang diawetkan sekitar 22%. Sementara itu, kontribusi dari protein hewani selain ikan yang dominan adalah telur ayam ras/ kampung dan daging ayam ras/kampung. Universitas Sumatera Utara 2.4 Kerangka Konsep Konsumsi Ikan : • Jenis Ikan • Jumlah Ikan • Frekuensi Kecukupan Protein Gambar 2.6 Kerangka Konsep Alur kerangka konsep penelitian : Konsumsi ikan pada balita di keluarga nelayan yang meliputi jenis, jumlah dan frekuensi ikan akan memberikan kontribusi terhadap kecukupan protein ikan. Universitas Sumatera Utara