perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2000-2008 Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh NAMA : Danang Pratomo NIM : F 1106023 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: Ø Kedua orang tua ku tercinta Ø Almamaterku Ø Angkatan 2006 EP Non Reg commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HALAMAN MOTTO Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, melainkan berusahalah menjadi manusia yang berguna. (Albert Einsten) Jadilah kamu manusia, dimana saat kelahiranmu semua orang tersenyum hanya kamu sendiri yang menangis. Kemudian saat hari kematianmu, semua orang menangis hanya kamu sendiri yang tersenyum (Mahatma Gandhi) Tolong menolonglah kamu dalam hal kebajikan dan bertaqwa, serta jangan tolong menolong dalam hal dosa dan kejahatan. (QS. Al Maidah : 2) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Karesidenan Surakarta Tahun 2000-2008”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini membahas tentang pentingnya peranan investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, dan ekspor daerah terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. Meskipun dengan data dan informasi yang terbatas, penulis tetap berusaha untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun untuk memperkaya isi penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi, penulis dibantu oleh banyak pihak. Tanpa bantuan dari berbagai pihak tersebut, penulis yakin penulisan skripsi ini tidak akan berhasil. Maka dalam kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati dan rasa yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. M.Com, Ak. Bambang Sutopo, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat tersususn. 4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis. 5. Kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa selalu mendoakan, memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis. 6. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 Non Reguler terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya. 7. Teman-teman New 202 : Arip, Yoga, Damar, Libe, Simbah, dan Ghandy. Terima kasih atas hiburan dan sarannya. 8. Ayu Widhyani, terima kasih telah memberikan semangat juang pada ku. 9. Dan semua pihak yang telah membantu dan mendorong penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Surakarta, commit to user Maret 2011 Penulis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II PENELITIAN SEBELUMNYA DAN LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja a. Konsep Permintaan Tenaga Kerja b. Konsep Tenaga Kerja 2. Investasi a. Definisi Investasi b. Macam-macam Investasi c. Peran Investasi 3. Pengeluaran Pemerintah a. Pengeluaran Rutin Pemerintah b. Pengeluaran Pembangunan 4. Ekspor a. Definisi Ekspor b. Aneka Cara Ekspor B. Penelitian Sebelumnya C. Kerangka Pemikiran D. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Jenis Dan Sumber Data C. Variabel Penelitian D. Metode Analisis Data E. Tehnik Analisis Data 1. Metode Data Panel 2. Estimasi Model Data Panel userPanel 3. Pemilihan Metode commit EstimasitoData i ii iii iv v vi vii ix xi xii 1 6 6 7 8 8 13 17 18 19 20 21 21 22 24 30 32 33 33 34 35 35 37 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Uji Statistik a. Uji t (Uji parsial) b. Uji f (Uji simultan) c. Koefisien Determinasi (R2) 5. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas b. Uji Heterokedastisitas c. Uji Autokorelasi BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL A. Gambaran umum 1. Kota Surakarta 2. Kabupaten Boyolali 3. Kabupaten Sukoharjo 4. Kabupaten Wonogiri 5. Kabupaten Karanganyar 6. Kabupaten Klaten 7. Kabupaten Sragen B. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian 1. Variabel Penyerapan Tenaga Kerja 2. Variabel Investasi 3. Variabel Pengeluaran Pemerintah 4. Variabel Ekspor C. Deskripsi Data D. Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hasil Estimasi Model Regresi a. Pendekatan Pooled OLS b. Pendekatan Fixed Effect 2. Pemilihan Metode Estimasi Data Panel 3. Uji Statistik a. Uji t (Uji Parsial) b. Uji F (Uji Simultan) c. Koefisien Determinan R2 4. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas b. Uji Heteroskedastisitas c. Uji Autokorelasi 5. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN commit to user 39 40 42 43 44 45 47 48 50 51 53 55 56 59 61 63 65 66 67 68 68 69 71 72 74 76 77 78 79 81 87 88 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Se-Karesidenan Surakarta Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tabel 4.4 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Tabel 4.5 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar Tabel 4.6 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten Tabel 4.7 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen Tabel 4.8 Data Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja Tabel 4.9 Data Investasi Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta Tabel 4.10 Data Pengeluaran Pemerintah Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta Tabel 4.11 Data Nilai Ekspor Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta Tabel 4.12 Hasil Estimasi Data Panel pendekatan Pooled OLS Tabel 4.13 Hasil Estimasi Data Panel pendekatan Fixed effect Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.16 Hasil Uji Autokorelasi commit to user 3 48 50 51 53 54 56 58 60 62 64 66 68 70 77 78 79 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 32 Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t 40 Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F 42 Gambar 3.3 Daerah Ho Diterima dan Ditolak uji Autokorelasi (Durbin-Watson) 45 Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Investasi Daerah 73 Gambar 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Pengeluaran Pemerintah Daerah 73 Gambar 4.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Ekspor Daerah 74 Gambar 4.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan uji F 75 Gambar 4.5 Daerah Kritis Uji Durbin-Watson 80 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2000-2008 ABSTRAK Danang Pratomo F 1106023 Penduduk Se-Karesidenan Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk yang relatif besar. Jumlah penduduk yang besar disatu sisi merupakan potensi Sumber Daya Manusia yang diandalkan, tetapi disisi lain juga merupakan masalah yang menimbulkan dampak besar bagi sektor ekonomi salah satunya adalah masalah pengangguran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan data deret waktu (time series) antara tahun 2000-2008. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier data panel. Pengolahan data dengan menggunakan program Econometric Views (E-views) versi 4.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara parsial investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan. Secara simultan investasi, pengeluaran Pemerintah, dan ekspor berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil dari penelitian, maka diajukan rumusan rekomendasi atau saran adalah. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat menciptakan iklim investasi yang baik sehingga banyak investor yang menanamkan modalnya di daerah tersebut. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menggunakan anggaran belanja pembangunan. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang strategis atau potensial dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekspor. Dalam penyerapan tenaga kerja hendaknya diutamakan penduduk usia kerja di daerah sendiri terlebih dahulu. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya menyertakan variabel konsumsi dan impor sebagai variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Kata kunci : penyerapan tenaga kerja, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, Karesidenan Surakarta. commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam proses pembangunan suatu daerah menuntut peran serta secara aktif masyarakat sebagai penggerak utama pembangunan. Pemerintah berperan aktif dalam mendorong dan mengambil kebijakan terhadap jalannya pembangunan yang diwujudkan melalui perumusan, peraturan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan serta mengarahkan kegiatan masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan Nasional Indonesia berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dam makmur, merata, material, dan spiritual. Proses pembangunan ekonomi biasanya tidak hanya ditandai dengan terjadinya perubahan pada struktur permintaan serta penawaran barang dan jasa yang diproduksi. Proses pembangunan ekonomi juga ditandai dengan terjadinya perubahan struktur penduduk dan ketenagakerjaan (Susanti, 2000:81). Perubahan struktur penduduk didalam demografi dikenal dengan istilah transisi demografis. Istilah tersebut mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingat kelahiran dan tingkat kematian ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah. Apabila proses transisi ini dikaitkan dengan peningkatan pendapatan perkapita, maka pada awal proses pembangunan peningkatan pendapatan perkapita biasanya diikuti commit to user 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dengan penurunan angka kematian yang lebih cepat dari pada penurunan angka kelahiran. Penurunan angka kematian yang cepat ini disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Selain itu, peningkatan pendapatan masyarakat ini juga akan menyebabkan penerimaan pajak pemerintah meningkat dan hal ini tentu saja memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan pengeluarannya di bidang kesehatan masyarakat (Susanti, 2000:83). Penduduk mempunyai dua peranan penting dalam perekonomian, dalam konteks pasar berada disisi permintaan dan penawaran. Disisi permintaan, penduduk bertindak sebagai konsumen, sedangkan disisi penawaran penduduk bertindak sebagai produsen (Dumairy, 1999:68). Penduduk yang besar jumlahnya sebagai Sumber Daya Manusia yang potensial dan produktif didukung oleh kekayaan alam yang beraneka ragam merupakan modal dasar dalam pembangunan masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka pemanfaatan dan pendayagunaan Sumber Daya Manusia dalam mengelola Sumber Daya Alam yang tersedia tersebut pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh peningkatan produktivitas dan efisiensi serta Sumber Daya Manusia yang berkualitas. commit to user 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Se-Karesidenan Surakarta Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Penduduk Karesidenan Surakarta 6249946 6296398 6332862 6307785 6348906 6399354 6410241 6489221 6596051 Sumber : Badan Pusat Statistik Berdasarkan pada data tabel diatas, jumlah penduduk se-Karesidenan Surakarta dari tahun 2000 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan. Pada tahun 2000 jumlah penduduk se-Karesidenan Surakarta berjumlah 6.249.946 jiwa. Kemudian pada tahun 2004 penduduk Surakarta berjumlah 6.348.906 jiwa dan pada tahun 2008 penduduk se-Karesidenan Surakarta berjumlah 6.596.051 jiwa. Sedangkan pada tahun 2003 jumlah penduduk seKaresidenan Surakarta mengalami penurunan 6.307.785 jiwa. Masalah yang dihadapi ketenagakerjaan meliputi, pertumbuhan jumlah penduduk tiap tahun, dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk tiap tahun, menyebabkan jumlah angkatan kerja juga meningkat. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut, jika tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja yang memadai, tentunya akan menciptakan pengangguran. Masalah pengangguran tersebut merupakan masalah serius dalam bidang ketenagakerjaan karena pengangguran telah lama dipandang sebagai penyebab utama kemiskinan.commit Oleh karena to useritu, jumlah penduduk yang besar 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan terus bertambah tiap tahunnya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk pembangunan terutama penempatan tenaga kerja sebagai salah satu modal pembangunan. Menurut (Simanjuntak, 1985), permintaan akan tenaga kerja didasarkan atas kemampuannya memproduksi barang dan jasa. Secara umum, permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah dan tingkat produksi. Semakin besar produk yang dihasilkan, maka akan semakin besar pula pendapatan yang diterima. Tingkat pendapatan yang tinggi mencerminkan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian berjumlah banyak. Pendapatan didaerah dinamakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), jadi secara langsung permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh PDRB. Teori ini didukung oleh penelitian Nainggolan yang menganalisisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara dengan PDRB sebagai variabel yang mempengaruhi kesempatan kerja. Permintaan akan tenaga kerja secara langsung dipengaruhi oleh PDRB, sedangkan PDRB dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Oleh karena itu secara tidak langsung permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Karena keterbatasan data dan waktu, maka penelitian dalam membahas faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun commit to user 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2000-2008 hanya dipengaruhi oleh investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor. Menurut (Sukirno, 2000), kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional, maka peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja. Pertambahan barang modal sebagai akaibat dari investasi akan menambahkan kapasitas produksi di masa yang akan dating, perkembangan ini akan menstimular perubahan produksi nasional dan kesempatan kerja. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara langsung dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Menurut (Susanti, 1995), alokasi anggaran untuk bantuan diprioritaskan untuk sektor-sektor yang dapat merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas dan intensif. Pada nantinya pengeluaran pemerintah tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada sektor industri sehingga dapat memperluas lapangan kerja. Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara lain, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Menurut (Djojohadikusumo dalam Boediono, 1995), tujuan dilakukannya perdagangan internasional salah satunya adalah untuk mengatasi hambatan ekonomi, terutama dalam upaya meningkatkan pendapatan dam memperluas kesempatan kerja. Dilihat dari kondisinya, penduduk Karesidenan Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup besar. Jumlah penduduk yang besar disatu sisi merupakan potensi Sumber Daya Manusia yang dapat diandalkan, commit to user 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tetapi disisi lain juga merupakan masalah yang menimbulkan dampak besar di sektor ekonomi. Jika pertumbuhan angkatan kerja jauh lebih tinggi dari lapangan kerja baru yang tersedia, maka tingkat pengangguran secara fluktuasi cenderung relatif tinggi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka diadakan penelitian mengenai faktor apa dan bagaimana faktor tersebut mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. Adapun judul yang dipilih adalah : “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2000-2008” B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirinci beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas, meliputi : 1. Bagaimana pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara parsial terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008 ? 2. Bagaimana pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara simultan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008 ? commit to user 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara parsial terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008. 2. Untuk mengetahui pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara simultan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Memberikan gambaran yang jelas dari faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta dengan membandingkan antara teori yang diperoleh dengan kenyataan sebenarnya di lapangan. 2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Daerah seKaresidenan Surakarta dalam membuat kebijakan untuk menurunkan jumlah pengangguran di daerahnya. 3. Sebagai rujukan bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah ini. commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA A. LANDASAN TEORI 1. Tenaga Kerja a. Konsep Permintaan Tenaga Kerja Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Seseorang membeli karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada orang tersebut. Akan tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang karena orang tersebut dapat memproduksikan barang dan jasa untuk dijual kepada konsumen (Simanjuntak, 1985:74). Permintaan dan penawaran merupakan dua mata bilah gunting yang dibutuhkan untuk menganalisir pasar, oleh karena itu selain penawaran harus dipahami pula tentang permintaan tenaga kerja. Analisis tenagakerja didasarkan atas asumsi bahwa permintaan tenaga kerja diturunkan dari permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dibutuhkanya. Tenaga kerja diminta karena kemampuanya menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian, analisis permintaan tenaga kerja biasanya bertopang pada teori produktivitas tenaga kerja. Produksi per satu unit tenaga kerja disebut juga produksi rata-rata masukan (PRTK-APL). Angka ini diperoleh dari hasil bagi volume produksi dengan kuantitas masukan commit to user 8 yang digunakan untuk 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menghasilkan atau merupakan indeks kemampuan menghasilkan dari masukan yang dipakai. Bila disajikan dalam bentuk rumus, diperoleh: Q PRTK = -----TK Dimana : PRTK = Produksi per unit tenaga kerja. Q = Volume produksi yang dihasilkan sebagai akibat dari penggunaan tenaga kerja. TK = Banyaknya tenaga kerja yang digunakan. Produksi rata-rata akan menjadi lebih jelas bila dilihat dalam hubungannya dengan fungsi produksi, karena ada keterkaitan secara fungsional antara Q dan TK. Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara Q dan TK. Dalam jangka pendek, hubungan antara Q yang dalam hal ini dicerminkan oleh PDRB dan TK secara simultan sebagai komponen perhitungan produktivitas, dilakukan dengan menganggap atau mengasumsikan bahwa tidak terjadi perubahan tehnologi dan modal. Selanjutnya rumus produksi marginal dapat ditulis sebagai : cQ dQ yQ PM TK = ------ = ------- = -----cTK dTK yTK Di mana : PMTK commit marginal to user = Produksi 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c, d, y = Tanda perubahan. Besarnya permintaan tenaga kerja dapat ditunjukan oleh jumlah orang bekerja pada suatu saat. Dengan demikian, jumlah orang bekerja merupakan kesempatan kerja (Alfred dalam Sudarsono, 1989). Analisis permintaan tenaga kerja didasarkan atas asumsi bahwa permintaan pasar tenaga kerja diturunkan dari permintaan masyarakat atas barang dan jasa yang dibutuhkan. Tenaga kerja diminta karena kemampuannya memproduksi barang dan jasa, dengan demikian analisis mengenai permintaan tenaga kerja produktivitasnya (Setianingrum, 2008:9). DTK » PRODturunan………………… (i) DTK = f(QTP)………….….……….. (ii) DTK = f(PDRB) )……..….……….. (iii) PDRB = f( C, I, G, (X-M) )……… (iv) DTK = f(C, I, G, (X-M) ) ………… (v) Dimana : DTK = Permintaan tenaga kerja QTP = Kuantitas tingkat produksi PDRB = Produk Domestik Regional Bruto C = Konsumsi I = Investasi G = Pengeluaran pemerintah X-M = Ekspor dan impor commit to user didasarkan pada 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Secara umum, permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah tingkat produksinya (i). Semakin besar produk yang dihasilkan maka semakin besar pula pendapatan yang diterima (ii). Tingkat pendapatan yang tinggi mencerminkan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh perekonomian tersebut berjumlah banyak. Pendapatan yang diterima didaerah dinamakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Jadi permintaan tenaga kerja secara langsung dipengaruhi oleh PDRB (iii). Sedangkan PDRB dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor dan impor (iv). Oleh karena itu secara tidak langsung permintaan akan tenaga kerja juga dapat dipengaruhi investasi,pengeluaran oleh pemerintah konsumsi dan ekspor rumah dan tangga, impor (v) (Setianingrum, 2008:10). b. Konsep Tenaga Kerja 1) Tenaga Kerja Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja (Simanjuntak, 1985:2). Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga commit to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2003:59). 2) Angkatan Kerja Besarnya penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang atau jasa. Mereka dinamakan golongan yang bekerja atau employed persons. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja da sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor force. Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau demand dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah (Simanjuntak, 1985:3). a) Bekerja Bekerja adalah mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan, yang lamanya bekerja palaing sedikit satu jam selama seminggu yang lalu kontinyu (Setianingrum, 2008:11). commit to user 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (1) Bekerja Penuh Bekerja penuh adalah mereka yang benar-benar bekerja secara penuh paling sedikit satu jam dalam seminggu sebelum pencacahan. (2) Setengah Menganggur Di negara-negara berkembang migrasi dari desa ke kota yang sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagian terpaksa menganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja penuh waktu, dan jam kerja mereka jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan diatas digolongkan sebagai setengah menganggur atau underemployment (Sukirno, 2004:331). Pekerja setengah menganggur adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan secara normal mampu dan ingin dikerjakannya (Mulyadi, 2003:60). (a) Setengah Pengangguran Kentara Adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) diluar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu commit to user 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang lebih pendek dari biasaya, kurang dari 35 jam dalam seminggu (Mulyadi, 2003:61). (b) Setengah Pengangguran Tidak Kentara Yaitu yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah. Jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi, karena pendapatannya yang terlalu rendah atau pekerjaanya tidak memungkinkan orang tersebut untuk mengembangkan seluruh keahliannya (Mulyadi, 2003:61). b) Mempunyai Pekerjaan Sementara Tidak Bekerja Orang termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang selama satu minggu pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam, antara lain : (1) Pekerja tetap yaitu pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir, atau perusahaan menghentikan kegiatan mereka. (2) Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu panen. (3) Orang-orang yang bekerja di bidang keahlian, misalnya dokter, tukang cukur, dan lain sebagainya. commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c) Mencari Kerja atau Menganggur Angkatan kerja yang sama sekali tidak bekerja atau melakukan suatu kegiatan ekonomi dan mereka berusaha mencari pekerjaan. Dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Mereka yang belum pernah bekerja atau pada saat pencacahan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. (2) Mereka yang pernah bekerja tetapi pada saat pencacahan sedang menganggur atau berusaha mendapatkan pekerjaan. (3) Mereka yang sedang dibebas tugaskan baik akan dipanggil kembali atau tidak tetap sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan sebab-sebab terjadinya, pengangguran dapat dibedakan menjadi empat jenis pengangguran, antara lain: (Sukirno, 2004:329). (1) Pengangguran Normal atau Friksional Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak memperoleh kerja, tetapi karena sedang mencari kerja lain yang lebih baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat, pengangguran adalah rendah dan pekerjaan mudah diperoleh. Sebaliknya pengusaha susah memperoleh pekerja. Maka pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Ini akan mendorong pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya yang lama dan mencari commit to user 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pekerjaan yang baru yang lebih tinggi gajinya dan sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari kerja baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur. (2) Pengangguran Siklikal Saat permintaan agregat lebih tinggi, ini mendorong pengusaha untuk menaikkan produksi sehingga banyak angkatan kerja yang terserap untuk bekerja dan akan menyebabkan berkurangnya pengangguran. Sebaliknya saat permintaan agregat mengalami kemerosotan ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaannya, maka akan menyebabkan pengangguran bertambah. (3) Pengangguran Struktural Disebut demikian karena jenis pengangguran ini disebabkan oleh perubahan struktur kegiatan ekonomi. Ada beberapa beberapa faktor penyebabnya, yaitu: wujudnya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan ke atas barang tersebut, biaya produksi sangat tinggi dan tidak dapat bersaing, dan ekspor produksi industri menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemerosotan ini akan menyebabkan kegiatan produksi industri tersebut menurun, commit to user 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan yang kemudian menjadi pengangguran. (4) Pengangguran Teknologi Pengangguran yang ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin, bahan kimia dan kemajuan teknologi. Sehingga perusahaan-perusahaan mengurangi sebagian tenaga kerjanya. 3) Bukan angkatan kerja Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan, yakni: (1) golongan yang masih bersekolah, (2) golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah; dan (3) golongan lain-lain. Yang tergolong dalam lain-lainini ada dua macam, yaitu : (a) penerima pendapatan, yakni mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pension, bunga atas simpananatau sewa milik; dan (b) mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain, misalnya: karena lanjut usia, cacat, dalam penjara atau sakit kronis (Simanjuntak, 1985:6). 2. Investasi a. Definisi Investasi Investasi merupakan pengeluaran atau pengeluaran penanampenanam modal (perusahaan) untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah aus dan perlu didepresiasikan. (Sukirno, 2004:121). b. Macam-macam Investasi Macam-macam investasi berdasarkan pelaku investasi dapat dibedakan sebagai berikut (Sobri, 1987:146). 1) Investasi Pemerintah (Public Invesment) Public investment biasanya dilakukan tidak dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan, tetapi tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (nasional), seperti jalan raya, rumah sakit, pelabuhan dan sebagainya. Investasi-investasi seperti ini sering disebut dengan social averhead capital (SOC). Keuntungan bagi investasi-investasi ini baru terasa apabila munculnya pertambahan permintaan efektif, yang juga menaikkan pendapatan akan memberikan keuntungan bagi publik investasi. 2) Investasi Swasta ( Private Inverstment) Private Inverstment adalah jenis investasi yang dilakukan oleh swasta dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan (laba) dan didorong oleh adanya pertambahan pendapatan. Apabila pendapatan commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id bertambah, maka konsumsi juga akan bertambah dan pada akhirnya bertambah pula efektif demand. Investasi yang ditimbulkan oleh sebab bertambahnya permintaan yang bersumber dari investor mungkin dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. 3) Investasi Pemerintah Dan Swasta Jenis investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta adalah investasi luar negeri (Foreign Invesment). Foreign investment terjual dari selisih antara ekspor diatas impor (X-M). induced investment dalam hal (X-M) adalah disebabkan oleh dari penambahan permintaan disebut induced investment. Induced perkembangan ekonomi di luar negeri. c. Peran Investasi Di berbagai negara, terutama di negara industri yang perekonomiannya sudah sangat berkembang, investasi perusahaan adalah volatile yaitu selalu mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat besar dan merupakan sumber penting dari fluktuasi dalam kegiatan perekonomian. Disamping itu perlu diingat kegiatan perekonomian dan kesempatan kerja meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi dalam perekonomian (Sukirno, 2000:367) : 1) Investasi merupakan salah satu komponen agregat maka kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id nasional. Peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja. 2) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahkan kapasitas produksi di masa yang akan datang dan perkembangan ini akan menstimular perubahan produksi nasional dan kesempatan kerja. 3) Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, sehingga perkembangan teknologi akan memberikan sumbangan penting atas kenaikan produktivitas dan pendapatan per kapita masyarakat. 3. Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara langsung dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah dan secara tidak langsung dimiliki oleh masyarakat melalui pembayaran pajak (Susanti, 1995:69). Pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menurut dua klasifikasi, yaitu : a. Pengeluaran Rutin Pemerintah Merupakan pengeluaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan pemerintah sehari-hari. Yang termasuk dalam pengeluaran rutin antara lain belanja pegawai, belanja barang, subsidi di daerah otonom, bunga, cicilan utang, dan lain-lainnya. Anggaran belanja rutin memegang peranan yang penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintah serta upaya commit to user perpustakaan.uns.ac.id 21 digilib.uns.ac.id peningkatan efisiensi dan produktivitas yang pada gilirannya akan menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. b. Pengeluaran Pembangunan Merupakan pengeluaran untuk pembangunan fisik seperti jalan, jembatan, gedung-gedung dan pembelian kendaraan, maupun untuk pembanguna non fisik spiritual misalnya seperti penataran, pelatihan dan sebagainya. Selain membiayai Pengeluaran sektoral melalui lembaga-lembaga, pengeluaran pembangunan juga membiayai proyek-proyek khusus daerah yang dikenal sebagai proyek inpres (Instruksi Presiden), baik yang dilaksanakan oleh pusat maupun masing-masing daerah. Besarnya alokasi anggaran untuk bantuan pembangunan dipengaruhi oleh kemampuan keuangan negara serta beberapa faktor-faktor yang disesuaikan dengan masing-masing wilayah, seperti banyaknya penduduk dan luas wilayah. Pada nantinya pengeluaran pemerintah tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada sektor industri sehingga dapat memperluas lapangan kerja. Dengan demikian proyek-proyek yang dibangun dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah, sejalan dengan pembangunan di daerah lain. 4. Pengertian Ekspor a. Definisi Ekspor Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara lain, dengan mengharapkan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 22 digilib.uns.ac.id pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing. Sebaliknya, kegiatan impor adalah melakukan pembelian komoditi yang lebih berdaya guna dari negara lain yang bersedia membayar harganya dalam valuta asing (Amir, 2004:1). Tujuan dilakukannya perdagangan internasional salah satunya adalah untuk mengatasi hambatan ekonomi yang banyak terjadi pada negara-negara di dunia. Terutama dalam upaya meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja. Untuk negara yang sedang berkembang, perdagangan internasional sangatlah membantu dalam mengatasi masalah kemiskinan dan menurunkan angka ketergantungan, khususnya ketergantungan akan sumber dana bagi pembangunan, dengan cara dihasilkannya devisa bagi negara tersebut (Djojohadikusumo dalam Boediono, 1995). Ekspor suatu negara merupakan impor negara lain dengan hanya dianggap tetap, ekspor tergantung dari pendapatan luar negeri bukan pendapatan nasional negara tersebut yang artnya ekspor tidak tergantung dari pendapatan nasional (Arsyad, 1999:154). b. Aneka Cara Ekspor Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain sebaga berikut (Amir, 2005:49) 1) Ekspor biasa Dalam hal ini barang dikirim keluar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli luar negeri commit to user perpustakaan.uns.ac.id 23 digilib.uns.ac.id untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importer luar negeri. 2) Barter Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang keluar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. 3) Konsinyasi Konsinyasi adalah pengiriman barang keluar negeri untuk dijual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Tegasnya didalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di luar negeri. 4) Package Deal Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi kita terutama dengan negara-negara sosialis, pemerintah ada kalanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan salah satu negara. Pada prinsipnya semacam barter, namun terdiri dari aneka komoditi. 5) Penyelundupan (smuggling) Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari suatu negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyelundupan/smuggling. Bahaya dari setiap penyelundupan terletak adanya pelarian dari kekayaan ke luar negeri (assets flight) tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal ini berarti suatu pengurasan atas kekayaan negara dan masyarakat. commit to user 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. PENELITIAN SEBELUMNYA 1. Penelitian Elnopembri Suatu jurnal yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 1990-2004”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri kecil di Kabupaten Tanah Datar. Data yang digunakan adalah data sekunder runtut waktu (time series) dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004. Antara lain : a. Jumlah tenaga kerja industri kecil. b. Upah Minimum Regional (UMR). c. Tingkat suku bunga investasi kredit Bank Pemerintah Daerah. d. Tingkat suku bunga kredit investasi bank persero pemerintah di daerah. e. Nilai produksi industri kecil di Kabupaten Tanah Datar. Data jumlah tenaga kerja dan nilai produksi industri kecil diperoleh dari Dinas Koperindagtam Kabupaten Tanah Datar, data upah minimum regional diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar, sedangkan data tingkat suku bunga kredit menurut kelompok bank diperoleh dari laporan Bank Indonesia. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda yang ditaksir dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square, OLS) dalam bentuk semi-log. commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Hasil yang diperoleh adalah : a. Upah minimum regional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil. b. Tingkat suku bunga kredit investasi Bank Pemerintah Daerah dan Bank Persero Pemerintah di daerah sama-sama memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil artinya peningkatan suku bunga kredit hanya akan mengakibatkan turunnya permintaan tenaga kerja industri kecil. c. Nilai produksi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil. Ekspansi yang dilakukan industri kecil dengan menciptakan akses pasar akan mendorong peningkatan produksi sehingga berdampak terciptanya lapangan kerja baru (http://arc.ugm.ac.id/files/Abst_(0046-H2008).pdf. diakses pada 4/9/2010 11:54 PM). 2. Penelitian Rostarlita Sri Hardany Suatu jurnal yang berjudul “ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI MANUFAKTUR ISIC 31 SKALA BESAR DAN SEDANG DI INDONESIA PERIODE 1990-2005”. Angka pengangguran Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja secara maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dianalisis faktor-faktor apa saja yang mampu mempengaruhi peningkatan kemampuan penyerapan tenaga kerja, khususnya pada industri yang commit to user 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id bersifat padat karya, seperti pada industri manufaktur ISIC 31 (makanan, minuman, dan pengolahan tembakau) skala besar dan sedang di Indonesia. Pada kelompok industri tersebut, faktor-faktor yang diduga dapat memberikan pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah : Jumlah perusahaan, Output, Tingkat upah. Dari ketiga variabel bebas tersebut kemudian diambil tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh jumlah perusahaan, output, dan tingkat upah baik secara parsial maupun simultan terhadap penyerapan tenaga kerja industri manufaktur ISIC 31 skala besar dan sedang di Indonesia tahun 1990-2005, disamping untuk mengetahui variabel manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas jumlah perusahaan, output, dan tingkat upah secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di industri manufaktur ISIC 31 skala besar dan sedang di Indonesia tahun 1990-2005. Kemudian jumlah perusahaan merupakan variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap penyerapan tenaga kerja industri manufaktur ISIC 31 skala besar dan sedang di Indonesia tahun 1990-2005 (http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/220/gdlhub-gdl-s1-2009-hardanyros10985-c190-k.pdf. diakses pada 4/9/2010 11:12 PM). commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Penelitian M. Agus Subekti Suatu jurnal yang berjudul “PENGARUH UPAH, NILAI PRODUKSI, TENAGA NILAI KERJA INVESTASI PADA TERHADAP INDUSTRI KECIL PENYERAPAN GENTENG DI KABUPATEN BANJARNEGARA”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja, untuk mengetahui adakah pengaruh nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja, untuk mengetahui adakah pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja, dan untuk mengetahui manakah faktor paling dominant mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil genteng di Kabupaten Banjarnegara. Model penelitian yang digunakan adalah teknik Area Random Sampling dengan teknik analisis regresi berganda doubel Log, jumlah sample dalam penelitian ini adalah 64 orang dari jumlah populasi sebesar 178 orang di Kabupaten Banjarnegara. Hasil penelitian menunjukan perhitungan secara varian di peroleh variable upah, nilai produksi dan nilai investasi mampu menerangkan dengan baik variable penyerapan tenaga kerja. Sedangkan perhitungan secara parsial menerangkan bahwa variable upah, nilai produksi dan nilai investasi memberikan pengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil genteng di Kabupaten Banjarnegara. Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang paling dominan memberikan sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja commit to user 28 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada industri kecil genteng di Kabupaten Banjarngara adalah nilai produksi. Melihat hal ini maka sebaiknya pengusaha lebih meningkatkan lagi mutu produknya yang disertai juga dengan peningkatan teknologi modern sehingga nilai produksi genteng dapat terus meningkat (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd5ea.dir/doc. pdf. diakses pada 4/9/2010 11:07PM). 4. Penelitian Erna Setianingrum Penelitian dari Setianingrum 2008, tentang “ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 1991-2006”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karanganyar. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel investasi dan pengeluaran pemerintah yang berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada tingkat 5%. Sedangkan ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja karena mempunyai nilai probabilitas di atas 0,05. Apabila ada kenaikan investasi sebesar 1%, maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat sebesar 0,58%. Apabila pengeluaran pemerintah naik 1%, maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami penurunan sebesar 0,27%. Sedangkan secara keseluruhan investasi ekspor dan pengeluaran pemerintah berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karanganyar, ini ditunjukkan commit to user 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dengan nilai uji F sebesar 11,372 artinya variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji ekonometrika menunjukkan tidak adanya gangguan multikolinearitas (nilai r untuk semua variabel independen lebih kecil dari R2), tidak adanya gangguan heterokedastisitas dan tidak adanya gangguan autokorelasi. Jenis penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 tahun yaitu dari tahun 1991 sampai 2006. Metode analisis data adalah regresi linear berganda dengan pengujian statistik antara lain uji T, uji F dan R2 serta uji ekonometrika. 5. Penelitian Nainggolan Penelitian Nainggolan (dalam Suyanto, 2010) menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data panel. Dengan variabel bebas adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota, Tingkat Bunga Kredit dan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Propinsi (UMK), sedangkan variabel terikat adalah kesempatan kerja. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara dan Bank Indonesia dengan runtun waktu tahun 2002-2007. Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Generalized Least Square (GLS) dengan Random Effek Model (REM). commit to user 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota berpengaruh positif sebesar 76,38% dan signifikan, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh negatip sebesar 53,06% dan signifikan, dan Tingkat Bunga Kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesempatan bekerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera. C. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan dari landasan teori yang telah dijelaskan diatas, penyerapan tenaga kerja dapat dijadikan dasar untuk menentukan apakah pembangunan ekonomi di suatu daerah sudah berjalan dengan baik atau belum. Suatu daerah mampu semakin banyak menyerap masyarakatnya untuk diberikan pekerjaan, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah tersebut sudah baik. Penyerapan tenaga kerja secara tidak langsung dipengaruhi oleh konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Oleh karena keterbatasan data dan waktu, maka konsumsi dan impor tidak dimasukkan, penyerapan tenaga kerja hanya dipengaruhi oleh investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor. Investasi daerah merupakan salah satu komponen agregat maka kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja. Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahkan kapasitas produksi di masa yang akan datang dan commit to user 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id perkembangan ini akan menstimular perubahan produksi nasional dan kesempatan kerja. Pengeluaran pemerintah daerah merupakan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang berwujud pada dana-dana pembiayaan. Pengeluaran pembangunan merupakan sarana untuk mewujudkan kesejahteraan, dengan kata lain untuk meningkatkan kemakmuran secara merata dan serasi antar daerah dan antar golongan, dilaksanakan melalui upaya bidang ekonomi. Prioritas diberikan kepada sektor-sektor yang dapat merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas dan intensif. Hal ini berarti dapat memperluas lapangan dan kesempatan kerja. Jika ekspor suatu negara atau daerah meningkat maka secara otomatis jumlah barang dan jasa yang diproduksi di suatau negara atau daerah juga mengalami peningkatan, ini berarti bisa dipastikan jumlah industri-industri di suatu negara atau daerah jumlahnya bertambah, maka akan mempengaruhi penyerapan terhadap tenaga kerja. Gambar 2.1 Kerangka pemikiran Investasi daerah Pengeluaran pemerintah daerah commit to user Penyerapan tenaga kerja Ekspor daerah 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. HIPOTESIS Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Secara parsial investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah diduga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. 2. Secara simultan investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah diduga berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan data deret waktu (time series) antara tahun 2000-2008. Lokasi yang diambil untuk penelitian adalah Kota/Kabupaten di wilayah Karesidenan Surakarta, yaitu : Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Klaten, Sragen. B. JENIS DAN SUMBER DATA Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data tahunan mencakup tentang jumlah tenaga kerja, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor. Analisis data ini dibuat secara time series dengan rentan waktu antara tahun 2000-2008. Data tersebut diperoleh dari dokumen-dokumen yang berisi data statistik dari berbagai edisi yang diterbitkan oleh instansi terkait, yaitu Biro Pusat Statistik (BPS) dan data-data yang diterbitkan dari sumber-sumber penunjang lainnya. Adapun data yang digunakan, antara lain : 1. Data jumlah angkatan kerja yang bekerja (Tenaga Kerja) di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008. 2. Data jumlah investasi di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008. commit to user 33 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Data jumlah pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008. 4. Data jumlah ekspor di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008. C. VARIABEL PENELITIAN Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Variabel Dependen (Y) Variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. Dalam hal ini yang dimaksud dengan penyerapan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terserap di Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam jiwa. 2. Variabel Independen (X) a. Investasi daerah (X1), yaitu nilai pembentukan modal tetap bruto yang terjadi di Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam juta rupiah. b. Pengeluaran pemerintahan daerah (X2), yaitu anggaran belanja pembangunan Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam juta rupiah. c. Ekspor daerah (X3), adalah nilai ekspor komoditi non migas yaitu : tekstil, dan produk tekstil serta furnitur Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam juta rupiah. commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. METODE ANALISIS DATA Model analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh antara investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, dan ekspor daerah terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta adalah model data panel. Pengolahan data dengan program Econometric Views (E-Views). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Yit = β0 + β1I1it + β2G2it + β3X3it + eit Keterangan : Y = Kesempatan kerja t = Jumlah tahun yang diteliti 2000-2008 i = Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta (SUBOSUKOWONOSRATEN) β = Parameter variabel terkait I = Investasi G = Pengeluaran pemerintah X = ekspor e = variabel pengganggu commit to user perpustakaan.uns.ac.id 36 digilib.uns.ac.id E. TEHNIK ANALISIS DATA 1. Metode Data Panel Metode data Panel adalah metode yang menggabungkan observasi lintas sektor (cross-section) dan runtut waktu (time series) sehingga mengakibatkan jumlah observasi meningkat. Peningkatan jumlah observasi ini menolong salah satu kendala yang dihadapi dalam penelitian yaitu jumlah observasi yang tidak mencukupi ketika diestimasi dengan runtut waktu atau observasi yang terlalu sedikit ketika diestimasi dengan data lintas sektor untuk menghasilkan estimasi yang efisien (Akbar dalam Suyanto, 2010). Dengan Model Panel data dapat mengeluarkan unobserve variabel tersebut yang disebut sebagai individual effect sehingga model produksi tersebut menjadi lebih baik. Individual effect tersebut dikategorikan dua macam yaitu Fixed Effect dan Random Effect. Secara hipotesis bahwa jika sumber data berasal dari sampel maka dugaan model panel adalah random effect, namun bila sumber data adalah data aggregate maka kecenderungan adalah fixed effect (Nainggolan dalam Suyanti, 2010). Menurut Baltagi (dalam Aisyah, 2007) keunggulan data panel dibandingkan dengan data runtun waktu dan data lintas sektor adalah: a. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap unit. b. Dengan data panel, data lebih informative, mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisien. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 37 digilib.uns.ac.id c. Data panel lebih cocok digunakan untuk menggambarkan adanya dinamika perubahan. d. Data panel dapat lebih mampu mendeteksi dan mengukur dampak. e. Data panel dapat digunakan untuk studi dengan model yang lebih lengkap. f. Data panel dapat meminimumkan bias yang mungkin dihasilkan dalam agregasi. 2. Estimasi Model Data Panel a. Pooled OLS Teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel yang merupakan data time series dan cross section dengan menggunakan metode OLS. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar variabel sama dalam berbagai kurun waktu. b. Fixed Effect Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kudrat terkecil biasa adalah asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik antar daerah maupun antar waktu. Asumsi ini sangat ketat dan mungkin tidak beralasan. Satu cara untuk memperhatikan “kekhas-an” unit cross-section atau unit time-series adalah dengan memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda, baik lintas unit cross-section maupun unit waktu. commit to user 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pendekatan yang paling sering dilakukan adalah dengan mengizinkan intercept bervariasi antar unit cross-section. Pada pendekatan tersebut tetap mengasumsikan bahwa slope koefisien adalah konstan antar unit cross-section. Untuk mengestimasi model Fixed Effect dimana intersep berbeda antar individu digunakan metode teknik variabel dummy untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut. c. Random Effect Dalam mengestimasi data panel dengan fixed effect melalui teknik variabel dummy menunjukkan ketidakpastian model yang digunakan. Untuk mengatasinya dapat menggunakan variabel residual yang dikenal dengan model random effect. Di dalam model tersebut dapat dilakukan pemilihan estimasi data panel dimana residual mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Dalam menjelaskan random effect diasumsikan setiap variabel mempunyai perbedaan intersep. Namun demikian, kita mengasumsikan bahwa intersep adalah variabel random atau stokastik. Model ini sangat berguna jika individual variabel yang kita ambil sebagai sampel adalah dipilih secara random dan merupakan wakil dari populasi. 3. Pemilihan Metode Estimasi Data Panel Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : commit to user 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id F = (R - R )/m (1 - R ) / n - k 2 UR 2 R 2 UR Dimana: R2UR = R2 dari hasil estimasi data panel dengan metode fixed effect R2 R = R2 dari hasil estimasi data panel dengan metode pooled OLS n = Jumlah variabel dalam penelitian k = Jumlah data yang digunakan dalam penelitian Jika nilai F signifikan, maka estimasi model dengan menggunakan model fixed effect lebih baik dibandingkan dengan pooled OLS. 4. Uji Statistik a. Uji t (Uji parsial) Uji t ini merupakan pengujian variabel-variabel secara individu, dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, dengan beranggapan variabel independen lain tetap / konstan. Langkah-langkah pengujian t-test adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995). 1) Menentukan hipotesisnya a) Ho : b1 = 0 Berarti suatu variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependent. commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b) Ho : b1 ¹ 0 Berarti suatu variabel independen secara berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) Melakukan perhitungan nilai t sebagai berikut: a) Nilai ttabel = t a / 2 ; N - K Keterangan: a : derajat signifikansi N : jumlah sampel (banyaknya observasi) K : banyaknya parameter b) Nilai thitung = bi Se(b i ) Keterangan: bi : koefisien regresi Se(b i ) : standar error koefisien regresi 3) Kriteria pengujian Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t Ho ditolak Ho diterima - ta/2; N - K Ho ditolak ta/2; N - K Sumber : Gujarati, 1995 commit to user individu 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4) Kesimpulan a) Apabila nilai – ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima.Artinya variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan. b) Apabia nilai thitung > + ttabel atau thitung < - ttabel, maka Ho ditolak.Artinya variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. b. Uji f (Uji simultan) Uji f ini merupakan pengujian bersama-sama variabel independen yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen secara signifikan. Langkahlangkah pengujian adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995) : 1) Menentukan Hipotesis a) Ho : b1 = b 2 = b 3 = b 4 = 0 Berarti, semua variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b) Ho : b1 ¹ b 2 ¹ b 3 ¹ b 4 ¹ 0 Berarti, semua variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) Melakukan perhitungan nilai F sebagai berikut: a) Nilai F table = F a; K - 1; N - K commit to user 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Keterangan: N : jumlah sample / data K : banyaknya parameter b) Nilai F hitung = R 2 /(K - 1) (1 - R 2 )( N - K ) Keterangan : R 2 : Koefisien determinasi N : jumlah observasi/ sampel K : banyaknya variabel. 3) Kriteria pengujian Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F Ho diterima Ho ditolak F(a; K -1; N - k) Sumber : Gujarati, 1995 4) Kesimpulan a) Apabila nilai F hit < F table, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan. commit to user tidak 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b) Apabila nilai F hit > F table, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan. c. Koefisien Determinasi (R2) Nilai R 2 untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi ( R 2 ) antara nol dan satu (0 < R 2 < 1). Jika koefisien determinasi 0, artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas. Jika koefisien determinan mendekati 1, artinya variabel independen semakin mempengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati 1. 5. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995). Salah satu asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa atau semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinieritas, maka model tersebut memiliki kesalahan commit to user 44 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi. Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Multikolinearitas merupakan suatu masalah yang sering muncul dalam ekonomi karena dalam ekonomi, sesuatu tergantung pada sesuatu yang lain (everything depends on everything else). Multikolinearitas dapat diketahui dengan melakukan pengujian dengan metode auxillary regression yang diambil dari Klien’s rule of thumb (Damodar Gujarati, 2003), yaitu nilai R2a (awal) pada regresi antara variabel dependen dengan semua variabel bebas dibandingkan dengan nilai R2 pada regresi antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas lainnya. Jika R2 awal > R2 maka ketiga variabel memang layak atau berguna untuk dimasukkan ke dalam model. b. Uji Heterokedastisitas Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan penggangu mempunyai variasi yang sama. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas, yaitu suatu keadaan dimana variasi dari kesalahan penggangu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Terdapat beberapa metode yang dipergunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model empiris yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji white, Uji LM ARCH dan Uji Breusch Pagan–Godfeg. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian commit to user 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ini akan menggunakan uji Park. Kriteria pengujian Yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Apabila thitung > ttabel maka tidak ada masalah heterokesdasitas. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan variabel penggangu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan penggangu periode lain. Asumsi ini untuk menegaskan bahwa nilai variabel dependen hanya diterangkan (secara sistematis) oleh variabel independen dan bukan oleh variabel gangguan (Gujarati, 1995). Untuk menilai apakah model dalam penelitian terdapat masalah autokorelasi atau tidak, maka digunakan pengujian dengan metode Durbin-Watson test. Gambar 3.3 Daerah Ho Diterima dan Ditolak uji Autokorelasi (DurbinWatson) Ragu- Ragu- ragu ragu Autokore- Tidak ada Lasi (+) Autokorelasi 0 dl du 2 Autokorelasi (-) 4-du 4-dl 4 Hipotesis untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah : Ho : tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif. commit to user 46 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Untuk menguji hipotesis nol tidak ada autokorelasi, terdapat tabel Durbin-Watson (DW), dengan kriteria hasil perhitungan DW statistik dibandingkan dengan table (DW), sebagai berikut: Jika d < dL = Menolak Ho Jika du < d < 4-du = tidak menolak Ho Jika dL ≤ d ≤ du atau 4-du ≤ d ≤ 4-dL = pengujian tidak meyakinkan (inconclusive) commit to user 47 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL A. Gambaran Umum 1. Kota Surakarta a. Letak Geografis Wilayah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya, seperti Semarang maupun Yogyakarta. Kota Surakarta merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter dari permukaan laut dan luas wilayah 44,06 km2, yang terletak pada 110° 45° 15˝ s/d 110° 45° 35˝ Bujur Timur, dan antara 7° 36° s/d 7° 56° Lintang Selatan. Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar di sebelah timur, dan di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. b. Kependudukan Keadaan penduduk Kota Surakarta, berdasarkan pada perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 tercatat sebesar 514.948 jiwa. Berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kota Surakarta mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2002 dan 2003, terlihat bahwa commit to user 47 48 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id jumlah penduduk pada tahun 2002-2003 mengalami penurunan yaitu dari 554.630 jiwa pada tahun 2002 menjadi 497.234 jiwa pada tahun 2003. Dan pada tahun-tahun berikutnya jumlah penduduk Kota Surakarta juga mengalami peningkatan dan penurunan. Hal ini dapat terlihat melalui tabel berikut : Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Penduduk Surakarta 548.623 553.580 554.630 497.234 510.711 534.540 512.898 515.372 514.948 Sumber: BPS Surakarta Dalam Angka 2. Kabupaten Boyolali a. Letak Geografis Kabupaten Boyolali membentang dari barat-timur sepanjang 49 km dan utara-selatan sepanjang 54 km. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah kurang-lebih 101.510.965 ha atau kurang dari 4,5% luas provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali terletak 110° 22° s/d 110° 50° commit to user Bujur Timur, dan antara 7° 36° s/d 7° 71° Lintang Selatan. Adapun 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Boyolali adalah sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Grobogan. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang dan Kota Semarang. b. Kependudukan Keadaan penduduk Kabupaten Boyolali berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan terus- menerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Boyolali sebesar 921.730 jiwa, dan terus meningkat pada tahuntahun berikutnya hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Boyolali sebesar 952.447 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut : commit to user 50 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Penduduk Sragen 840589 849441 851583 852647 854478 856755 861090 865743 876329 Sumber: BPS Boyolali Dalam Angka 3. Kabupaten Sukoharjo a. Letak Geografis Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN, dimana secara geografis terletak pada 110° 42° 06,79˝ s/d 110° 57° 33,7˝ Bujur Timur, dan antara 7° 32° 17˝ s/d 7° 49° 32˝ Lintang Selatan dengan luas wilayah 444.666 km2. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Sukoharjo adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. commit to user 51 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Kependudukan Keadaan penduduk Kabupaten Sukoharjo berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan terusmenerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo sebesar 784.965 jiwa, dan terus meningkat pada tahuntahun berikutnya hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo sebesar 839.901 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Penduduk Sukoharjo 784.965 795.680 802.502 808.811 815.089 821.213 826.289 831.613 839.901 Sumber: BPS Sukoharjo Dalam Angka 4. Kabupaten Wonogiri a. Letak Geografis Secara geografis lokasi Kabupaten Wonogiri berada dibagian tenggara provinsi Jawa tengah. Secara umum Kabupaten Wonogiri terletak pada garis 110° 41° s/d 110° 18° Bujur Timur, dan antara 7° commit to user 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 32° s/d 8° 15° Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.822,37 km2. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudra Indonesia, Sebelah barat berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Klaten. b. Kependudukan Keadaan penduduk Kabupaten Wonogiri, berdasarkan pada perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 tercatat sebesar 1.194.676 jiwa. Berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri mengalami peningkatan terus menerus. Perubahan jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2006 dan 2007, terlihat bahwa jumlah penduduk pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan yaitu dari 1.127.907 jiwa pada tahun 2006 menjadi 1.181.114 jiwa pada tahun 2007. Hal ini dapat terlihat melalui tabel berikut : commit to user 53 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.4 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Penduduk Wonogiri 1.104.856 1.105.869 1.106.418 1.112.825 1.117.115 1.121.459 1.127.907 1.181.114 1.194.676 Sumber: BPS Wonogiri Dalam Angka 5. Kabupaten Karanganyar a. Letak Geografis Bagian barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran rendah, yakni lembah bengawan Solo yang mengalir menuju ke utara. Bagian timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari gunung Lawu. Sebagian besar daerah Kabupaten Karanganyar merupakan pegunungan yang masih tertutup hutan. Apabila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak antara 110° 40° s/d 110° 70° Bujur Timur, dan antara 7° 28° s/d 7° 46° Lintang Selatan dengan luas wilayah 77.378,6374 ha. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah sebelah timur berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Timur, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sragen, sebelah user selatan berbatasan commit dengan toKabupaten Wonogiri dan Kabupaten 54 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Sukoharjo, sebelah barat berbatasan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali. b. Kependudukan Keadaan penduduk Kabupaten Karanganyar berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan terusmenerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar sebesar 795.982 jiwa, dan terus meningkat pada tahuntahun berikutnya hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar sebesar 869.220 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Penduduk Karanganyar 795.982 804.031 814.819 823.203 830.640 838.182 844.634 851.366 869.220 Sumber: BPS Karanganyar Dalam Angka commit to user 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 6. Kabupaten Klaten a. Letak Geografis Secara Geografis kabupaten Klaten terletak pada 110° 30° s/d 110° 45° Bujur Timur, dan antara 7° 30° s/d 7° 45° Lintang Selatan dengan luas wilayah mencapai 665,65 km2. Menurut topografi Kabupaten Klaten terletak diantara pegunungan Merapi dan pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 m di atas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Klaten adalah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali. b. Kependudukan Keadaan penduduk Kabupaten Klaten berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Klaten mengalami peningkatan terus-menerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Klaten sebesar 1.253.201 jiwa, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Klaten sebesar 1.348.531 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut : commit to user 56 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.6 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Penduduk Klaten 1.253.201 1.265.295 1.271.530 1.277.297 1.281.786 1.286.058 1.293.242 1.296.987 1.348.531 Sumber: BPS Klaten Dalam Angka 7. Kabupaten Sragen a. Letak Geografis Kabupaten Sragen merupakan salah satu dari 35 kabupaten diprovinsi Jawa Tengah dan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN yang terletak pada 110° 45° s/d 110° 10° Bujur Timur, dan antara 7° 15° s/d 7° 30° Lintang Selatan. Kabupaten Sragen mempunyai ketinggian rata-rata 109 m diatas permukaan laut, dengan standar deviasi sebesar 50 m. Kabupaten Sragen mempunyai iklim tropis dengan suhu harian bekisar antara 19°-31° c. Curah hujan rata-rata dibawah 3000 mm/th dengan hari hujan dibawah 150 hari/th. Adapun yang menjadi batasbatas wilayah Kabupaten Sragen adalah sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali,commit sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten to user 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Grobogan, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ngawi (Jawa Timur). b. Kependudukan Keadaan penduduk Kabupaten Sragen berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Sragen mengalami peningkatan terus- menerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Sragen sebesar 840.589 jiwa, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Sragen sebesar 876.329 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Sragen yang mencolok pada tahun 2000 sampai 2001, pada tahun 2000 jumlah penduduk sebesar 840.589, sedangkan pada tahun 2001 jumlah penduduk sebesar 849.441 jiwa dan pada tahun 2007 sampai 2008, pada tahun 2007 jumlah penduduk sebesar 865.743 jiwa, sedangkan pada tahun 2008 jumlah penduduk sebesar 876.329 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut : commit to user 58 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.7 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Penduduk Sragen 840.589 849.441 851.583 852.647 854.478 856.755 861.090 865.743 876.329 Sumber: BPS Sragen Dalam Angka commit to user 591 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian 1. Variabel Penyerapan Tenaga Kerja Bekerja adalah kesempatan yang tersedia bagi tenaga kerja sebagai faktor produksi untuk melakukan proses produksi. Adanya kesempatan kerja ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi yang menjadi sumber pendapatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja yang bekerja di Karesidenanan Surakarta pada tahun 2000 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan dan penurunan. Penurunan terjadi pada tahun 2007 sampai 2008. Pada tahun 2007 jumlah angkatan kerja yang bekerja berjumlah 3.248.836 jiwa sedangkan pada tahun 2008 berjumlah 3.136.851 jiwa. Peningkatan terjadi pada tahun 2006 sampai tahun 2007, pada tahun 2006 berjumlah 3.069.886 jiwa, sedangkan pada tahun 2007 berjumlah 3.248.836 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut : commit to user 1 Tabel 4.8 Data Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja (jiwa) Kabupaten Surakarta Boyolali Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Klaten Sragen Jumlah 2000 213492 494343 362908 517904 391678 534606 433503 2948434 2001 214113 493572 370681 522638 146419 548277 298023 2593723 2002 216858 491368 388176 530289 400296 562775 412206 3001968 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Dalam Angka 60 2003 208894 496698 392099 503884 422274 578652 471663 3074164 Tahun 2004 225511 464817 402733 539426 416456 526319 445994 3021256 2005 214996 502366 407445 527299 443724 604888 436622 3137340 2006 233892 509602 412009 518823 401629 557425 436506 3069886 2007 260681 530864 426623 539364 434401 584022 472881 3248836 2008 251101 505189 411496 525547 425444 568193 449881 3136851 161 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Variabel Investasi Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki oleh suatu daerah dan biasanya berjangka waktu lama. Alasan individu atau perusahaan melakukan penanaman modal adalah mengharapkan mendapat keuntungan dimasa yang akan datang. Berdasarkan pada data Bank Indonesia jumlah penanaman modal atau investasi antara tahun 2000 sampai tahun 2008 di Karesidenan Surakarta mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan secara terus-menerus terjadi antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2006. Pada tahun 2000 jumlah investasi di Karesidenan Surakarta sebesar Rp 914,535,000 dan pada tahun 2006 investasi di Karesidenan Surakarta berjumlah Rp 2,434,860,000. Investasi di Karesidenan Surakarta mengalami penurunan pada tahun 2007, ini dapat terlihat dari perbandingan jumlah investasi di Karesidenan Surakarta pada tahun 2006 sebesar Rp 2,434,860,000 dan pada tahun 2007 sebesar Rp 2,412,918,000 dan pada tahun 2008 invstasi di Karesidenan Surakarta mengalami peningkatan sebesar Rp 2,418,939,000 . Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut : commit to user 1 Tabel 4.9 Tabel Data Investasi Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta (juta rupiah) Kabupaten Surakarta Boyolali Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Klaten Sragen Jumlah 2000 2001 2002 2003 541,944,000 641,502,000 610,047,000 809,001,000 113,175,000 51,201,000 66,987,000 73,503,000 33,291,000 108,972,000 135,954,000 206,424,000 95,436,000 122,452,000 283,635,000 89,379,000 42,849,000 45,801,000 52,074,000 48,123,000 54,315,000 52,578,000 55,827,000 85,347,000 33,525,000 34,659,000 64,188,000 71,739,000 914,535,000 1,057,165,000 1,268,712,000 1,383,516,000 Tahun 2004 2005 2006 746,802,000 916,065,000 907,749,000 57,609,000 113,706,000 223,227,000 405,009,000 376,794,000 223,227,000 294,327,000 309,348,000 302,553,000 97,326,000 101,142,000 354,159,000 101,349,000 107,235,000 69,786,000 230,454,000 259,299,000 354,159,000 1,932,876,000 2,183,589,000 2,434,860,000 Sumber: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Daerah Karesidenan Surakarta 62 2007 2008 903,735,000 906,327,000 228,258,000 224,919,000 208,863,000 224,622,000 298,125,000 311,472,000 354,177,000 342,522,000 75,465,000 79,038,000 344,295,000 330,039,000 2,412,918,000 2,418,939,000 631 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Variabel Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah dimaksudkan untuk mengalokasikan anggaran dari pendapatan daerah untuk membiayai operasional daerah juga untuk membiayai operasional daerah juga untuk membiayai proyek-proyek khusus daerah. Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengeluaran pemerintah antara tahun 2000 sampai tahun 2008 di Karesidenan Surakarta megalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2000 jumlah pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta sebesar Rp 712,409,674 dan pada tahun 2001 menigkat menjadi Rp 3,783,468,910,. Jumlah pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2002 pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta sebesar Rp 2,666,448,247 dan pada tahun 2003 mengalami peningkatan menjadi Rp 2,745,692,261, sedangkan pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta pada tahun 2004 sebesar Rp 2,735,713,095 ini berarti pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta mengalami penurunan. Pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta pada tahun 2005 sampai dengan 2008 mengalami peningkatan secara terus-menerus, jumlah pengeluaran pemerintah di Karesidenen Suarakarta pada tahun 2005 sebesar Rp 3,083,030,551 dan pada tahun 2008 sebesar Rp 5,534,355,459. Hal ini dapat terlihat commit to user pada tabel berikut : 1 Tabel 4.10 Data Pengeluaran Pemerintah Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta (juta rupiah) Kabupaten Surakarta Boyolali Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Klaten Sragen Jumlah 2000 2001 2002 2003 91,348,629 280,561,619 931,794,480 351,968,337 104,122,537 172,947,203 287,112,031 430,749,856 82,369,860 135,611,008 202,601,519 336,907,166 117,051,084 201,825,129 300,401,019 403,084,458 85,634,912 147,277,661 266,943,817 348,659,943 137,320,496 2,568,109,175 401,310,426 483,855,113 94,562,156 277,137,115 276,284,955 390,467,388 712,409,674 3,783,468,910 2,666,448,247 2,745,692,261 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Dalam Angka 64 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 327,393,370 318,941,418 470,560,732 656,247,692 760,080,852 395,692,550 382,077,385 471,110,937 738,497,675 793,262,108 329,529,000 307,736,896 422,997,440 634,302,937 717,122,974 444,084,458 441,082,709 604,492,633 635,205,765 688,055,132 363,553,294 348,879,655 546,038,250 619,989,534 772,834,364 495,124,462 518,208,433 585,382,497 866,452,800 1,000,357,887 380,335,961 766,104,055 557,444,774 701,934,395 802,642,142 2,735,713,095 3,083,030,551 3,658,027,263 4,852,630,798 5,534,355,459 1 digilib.uns.ac.id 65 perpustakaan.uns.ac.id 4. Variabel Ekspor Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki pada Negara lain, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Kegiatan ekspor bertujuan untuk menambah pendapatan daerah pengekspor. Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah nilai ekspor antara tahun 2000 sampai tahun 2008 di Karesidenan Surakarta mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Pada tahun 2005-2006 jumlah nilai ekspor di Karesidenan Surakarta mengalami penurunan, yaitu dari Rp 53,585,372,096 pada tahun 2005 menjadi Rp 42,045,921,003 pada tahun 2006. Dan pada tahun 2006-2007 jumlah nilai ekspor di Karesidenan Surakarta mengalami peningkatan, yaitu Rp 42,045,921,003 pada tahun 2006 menjadi Rp 70,435,358,630 pada tahun 2007. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut : commit to user 67 Tabel 4.11 Data Nilai Ekspor Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta (juta rupiah) Kabupaten 2000 2001 2002 2003 26,477,675 26,477,675 23,445,193 36,891,784 Surakarta 104,108,400 429,749,100 344,044,800 238,322,700 Boyolali 135,545,627 136,729,948 140,628,841 145,892,056 Sukoharjo Wonogiri 7,678,200,316 10,367,872,992 5,392,371,246 16,830,190,400 Karanganyar 109,236,600 42,748,200 56,281,500 41,114,700 148,200,774 156,429,939 178,294,220 167,823,618 Klaten Sragen 12,238,766,000 12,238,766,000 14,759,553,000 13,476,700,000 Jumlah 20,440,535,392 23,398,773,854 20,894,618,800 30,936,935,258 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Dalam Angka 66 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 33,742,243 31,253,361 35,754,917 35,420,129 36,788,101 427,699,800 310,097,700 572,804,100 740,361,600 717,839,100 148,528,279 150,272,360 152,303,006 152,303,006 157,293,965 25,682,287,036 34,851,075,001 20,501,875,001 47,723,107,644 48,245,177,810 111,622,500 79,596,000 70,507,800 86,277,300 89,832,900 273,898,328 342,616,674 456,876,179 632,888,951 683,578,720 17,820,461,000 17,820,461,000 20,255,800,000 21,065,000,000 21,987,284,000 44,498,239,186 53,585,372,096 42,045,921,003 70,435,358,630 71,917,794,596 68 digilib.uns.ac.id 67 perpustakaan.uns.ac.id C. Deskripsi Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh dengan cara mencatat dari instansi yang terkait dengan penelitian. Data tersebut diperoleh dari dokumen-dokumen yang berisi data statistik dari berbagai edisi yang diterbitkan oleh instansi terkait, yaitu Biro Pusat Statistik (BPS) dan data-data yang diterbitkan dari sumber-sumber penunjang lainnya. D. Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel investasi daerah, pengeluaran pemerintah pemerintah, dan nilai ekspor daerah terhadap penyerapan tenaga kerja, dengan menggunakan regresi linier data panel. Dalam penelitian ini persamaan model regresi adalah sebagai berikut: Yit = β0 + β1I1it + β2G2it + β3X3it + eit Keterangan : Y = Penyerapan tenaga kerja t = Jumlah tahun yang diteliti 2000-2008 i = Kota/Kabupaten SeKaresidenan Surakarta (SUBOSUKOWONOSRATEN) β = Parameter variabel terkait I = Investasi G = Pengeluaran pemerintah commit to user 69 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id X = ekspor e = variabel pengganggu Model pengolahan data dengan menggunakan program Econometric Views (E-views) versi 4.0. 1. Hasil Estimasi Model Regresi a. Pendekatan Pooled OLS Tabel 4.12 menunjukkan hasil estimasi data panel dengan menggunakan pendekatan pooled OLS. Berdasarkan hasil estimasi data panel tersebut, diperoleh nilai R² sebesar 0.558779. Hal ini berarti model mampu menjelaskan variasi kesempatan kerja sebesar 55,87%. Tabel 4.12 Hasil Estimasi Data Panel Periode 2000-2008 Pendekatan Pooled OLS Variabel Investasi daerah(I) Pengeluaran pemerintah daerah(G) Ekspor daerah (Ex) Pooled OLS Koefisein 0.000304 Probabilitas 0.0000 thitung 7.659383 Koefisein 0.000085 Probabilitas 0.0033 thitung 3.061826 Koefisein 0.0000024 Probabilitas 0.0063 thitung 2.834446 F 24.90661 R² 0.558779 D-W 1.025101 Sumber : Data diolah commit to user 70 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa variabel investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah dan ekspor daerah memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap variabel kesempatan kerja. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Berikutnya analisis akan dilakukan dengan pendekatan fixed effect. b. Pendekatan Fixed Effect Hasil estimasi dengan pendekatan Fixed Effect pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa variabel investasi daerah secara statistik signifikan pada α=5% dengan koefisiennya sebesar 0,0000968. Variabel pengeluaran pemerintah daerah secara statistik signifikan pada α=5% dengan koefisiennya sebesar 0,0000125. Variabel ekspor daerah secara statistik signifikan pada α=5% dengan koefisiennya sebesar 0,0000184. Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa investasi daerah, pengeluaran daerah dan ekspor daerah memiliki efek positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja dimana sesuai dengan hipotesis penelitian. Hasil estimasi dengan fixed effect memiliki nilai R² sebesar 0,996763. Hal ini berarti model mampu menjelaskan variasi kesempatan kerja sebesar 99,67%. commit to user 71 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.13 Hasil Estimasi Data Panel Periode 2000-2008 Pendekatan Fixed Effect Variabel Konstanta Investasi daerah(I) Pengeluaran pemerintah daerah(G) Ekspor daerah (Ex) Fixed Effect 454617.1 Koefisein 0.0000968 Probabilitas 0.0001 thitung 6.166527 Koefisein 0.0000125 Probabilitas 0.0149 thitung 3.408170 Koefisein 0.0000184 Probabilitas 0.0448 thitung 2.746331 Surakarta 145700.4 Boyolali 481194.7 Sukoharjo 372070.3 Wonogiri 501474.4 Karanganyar 366608.1 Klaten 545728.0 Sragen 407262.0 F 8159.543 R² 0.996763 D-W 2.201844 Sumber : Data diolah Nilai intersep untuk masing-masing daerah ialah: Surakarta sebesar 145700.4, Boyolali sebesar 481194.7, Sukoharjo sebesar 372070.3, Wonogiri sebesar 501474.4, Karanganyar sebesar 366608.1, Klaten sebesar 545728.0, Sragen sebesar 407262.0. Dengan demikian, pendekatan Fixed Effect menjelaskan adanya pebedaan penyerapan tenaga kerja ketujuh daerah tersebut. commit to user 72 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Pemilihan Metode Estimasi Data Panel Hasil perbandingan estimasi Pooled OLS dan Fixed Effect dengan Restricted F test diperoleh hasil sebagai berikut: F (R - R )/m = (1 - R ) / n - k 2 UR 2 R 2 UR = (0,996763 - 0,5588)/4 (1 - 0,996763) / 60 = 2027,6074 Nilai F sebesar 2027,6074 adalah signifikan, artinya estimasi model dengan menggunakan fixed effect lebih baik dibandingkan dengan pooled OLS. Berdasarkan hasil regresi Fixed Effect, diperoleh estimasi model regresi sebagai berikut: Penyerapan tenaga kerja = 454617.1+ 0.0000968Investasi daerah + 0.0000125Pengeluaran pemerintah daerah+ 0.0000184Nilai Ekspor daerah Setelah diperoleh nilai dari persamaan regresi tersebut, maka di lakukan uji statistik dan uji ekonometrika. 3. Uji statistik Berdasarkan hasil perhitungan data panel dengan pendekatan fixed effect, diperoleh nilai thitung, fhitung, dan R2 adalah sebagai berikut : commit to user 73 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Uji t (Uji Parsial) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dengan dasar batas-batas pengujian sebagai berikut : Ho : bi = 0 artinya tidak ada pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Hi : bi ¹ 0 Artinya ada pengaruh dari masing masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Kriteria Pengujian : Ho diterima jika thitung berada di daerah penerimaan Ho ditolak jika thitung berada di daerah penolakan Dengan a = 5% dan derajat kebebasan sebesar n – k (63 – 3) diperoleh t – tabel sebesar 2,000. 1) Pengujian pengaruh investasi daerah (I) terhadap penyerapan tenaga kerja (Y) Diperoleh nilai koefisien = 0,0000968 sedangkan thitung sebesar 6,166527 dan ttabel sebesar 2,000 sehingga |6,166527| > |2,000|, dimana nilai probabilitas diperoleh = 0,0001 < 0,05. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (6,166527 > 2,000), maka Ho ditolak. Artinya variabel investasi daerah signifikan terhadap penyerapan commit to user tenaga kerja. berpengaruh 74 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Investasi Daerah Daerah Tolak Ho Daerah Tolak Ho Daerah Terima Ho -2,000 2,000 6,166 Sumber : Gujarati, 1995 2) Pengujian pengaruh pengeluaran pemerintah daerah (G) terhadap penyerapan tenaga kerja (Y) Diperoleh nilai koefisien = 0,0000125 sedangkan thitung sebesar 3,408170 dan ttabel sebesar 2,000 sehingga |3,408170| > |2,000|, dimana nilai probabilitas diperoleh = 0,0149 < 0,05. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (3,408170 > 2,000), maka Ho ditolak. Artinya variabel pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Gambar 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Pengeluaran Pemerintah Daerah Daerah Tolak Ho Daerah Tolak Ho Daerah Terima Ho -2,000 Sumber : Gujarati, 1995 commit to user 2,000 3,408 75 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Pengujian pengaruh ekspor daerah (X) terhadap penyerapan tenaga kerja (Y) Diperoleh nilai koefisien = 0,0000184 sedangkan thitung sebesar 2,746331 dan ttabel sebesar 2,000 sehingga |2,746331| > |2,000|, dimana nilai probabilitas diperoleh = 0,0448 < 0,05. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (2,746331 > 2,000), maka Ho ditolak. Artinya variabel ekspor daerah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Gambar 4.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Ekspor Daerah Daerah Tolak Ho Daerah Tolak Ho Daerah Terima Ho -2,000 Sumber : Gujarati, 1995 b. 2,000 2,746 Uji F (Uji Simultan) Uji F-test merupakan uji statitik yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang diuji adalah: Ho : b1 = b2 = b3 = 0 Artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hi : b1 ¹ b2 ¹ b3 ¹0 commit to user 76 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Kriteria pengujian : Ho diterima bila Fhitung < Ftabel Ho ditolak bila Fhitung > Ftabel Ftabel dicari dengan cara menggunakan a = 5% dan derajat kebebasan (k, N – k-1) maka (3, 63-3-1) sehingga diperoleh Ftabel sebesar 2,76. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung sebesar 8159,543 dengan p=0,000000. Dikarenakan Fhitung > Ftabel (8159,543 > 2,76) dengan p<0,05, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian secara simultan seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Artinya investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, dan ekspor daerah secara bersama-sama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Gambar 4.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan uji F Daerah tolak Ho Daerah terimaHo Sumber : Gujarati, 1995 2,76 commit to user 8159,543 77 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Koefisien Determinan R2 R2 atau koefisien Determinan digunakan untuk mengukur kebaikan dari regresi yaitu menunjukan seberapa besar variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independennya dalam model koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model. Nilai R2 menunjukkan bahwa variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0, maka variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai koefisien determinan (R2) dari hasil estimasi koefisien determinasi adalah sebesar 0.996763. Artinya 99,67% variasi penyerapan tenaga kerja dapat dijelaskan oleh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, dan ekspor daerah. Sedangkan sisanya sebesar 0,33% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dihipotesiskan atau tidak dimasukkan ke dalam model. 4. Uji Asumsi Klasik Berdasarkan hasil perhitungan data panel dengan pendekatan fixed effect, analisis untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikolinieritas, heterokesdastisitas dan autokorelasi adalah sebagai berikut : commit to user 78 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Uji Multikolinieritas Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Multikolinearitas merupakan suatu masalah yang sering muncul dalam ekonomi karena dalam ekonomi, sesuatu tergantung pada sesuatu yang lain (everything depends on everything else). Dalam penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah multikolnieritas adalah dengan menggunakan metode auxillary regression yang diambil dari Klien’s rule of thumb (Gujarati, 2003), yaitu membandingkan nilai R2 pada regresi dengan tiga variabel bebas dengan r2 pada regresi antar variabel bebas. Jika R2 > r2, maka multikolinieritas tidak menjadi masalah. Berdasarkan perhitungan didapat nilai R2 sebesar 0.996763. Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel dependen Variabel independen r2 R2 Investasi daerah (I) Pengeluaran pemerintah daerah (G) 0.707976 0.996763 Investasi daerah (I) Ekspor daerah (Ex) 0.696637 0.996763 Pengeluaran pemerintah daerah (G) Ekspor daerah (Ex) 0.507938 0.996763 Sumber : Data diolah commit to user 79 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode auxillary regression didapat nilai r2 lebih kecil dari nilai R2. Dapat disimpulkan bahwa multikolinieritas dalam penelitian tidak menjadi masalah. b. Uji Heteroskedastisitas Pengujian terhadap ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model empirik di lakukan dengan uji Park. Kriteria pengujian Yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Apabila thitung > ttabel maka tidak ada masalah heterokesdasitas. Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Investasi daerah (I) Pengeluaran pemerintah daerah (G) Ekspor daerah (X) thitung Tanda ttabel Keterangan Tidak ada masalah heteroskedastisitas 6,166 > 2,000 3,408 > 2,000 Tidak ada masalah heteroskedastisitas 2,746 > 2,000 Tidak ada masalah heteroskedastisitas Sumber : Data diolah Dari hasil perhitungan menunjukkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas yang terjadi dalam proses estimasi parameter model penduga, dimana tidak ada nilai thitung yang lebih kecil dari ttabel. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi terjadi apabila pengganggu dalam suatu periode commit to kesalahan user mempunyai korelasi dengan pengganggu dengan periode 80 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebelumnya. Adapun untuk melihat autokorelasi dapat digunakan uji Durbin Watson (D-W). Sasaran yang hendak dijelaskan guna mengetahui ada tidaknya penyimpangan autokorelasi adalah dengan menunjukan posisi dari nilai Durbin-Watson yang diperoleh dari hasil perhitungan regresi. Sedangkan penentuan adalah dengan cara membandingkan antara nilai dU tabel dengan DW hitung dan dL tabel juga dengan DW hitung. Dari hasil perhitungan regresi linier data panel diketahui nilai Durbin Watson sebesar 2,201844. Nilai DW tabel dengan derajat kepercayaan 5% dan derajat bebas variabel bebas sebanyak 3 dan jumlah sampel sebanyak 63 diperoleh nilai dL sebesar 1,50 dan nilai dU sebesar 1,69. Tabel 4.16 Hasil Uji Autokorelasi D-W 2,201 dL dU 4-dU Kriteria 1,50 1,69 2,30 1,69 > 2,201> 2,30 Keterangan Bebas autokorelasi Sumber: Data diolah Nilai statistik Durbin Watson berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai-nilai taksiran faktor-faktor gangguan yang beruntun. Durbin Watson test merupakan test yang paling sering digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi sehingga tidak perlu dihitung lagi dan langsung bisa dibandingkan dengan nilai statistik Durbin Watson tabel (Ghozali, 2001). Hasil uji autokorelasi dapat digambarkan sebagai berikut: commit to user 81 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Gambar 4.5 Daerah Kritis Uji Durbin-Watson Menolak Ho Bukti Autokorelasi positif 0 Daerah Tidak ada keputusan Daerah Tidak ada keputusan Menerima Ho atau H*o atau kedua-duanya dL 1,50 du 1,69 2 4-du 2,30 Menolak H*o Bukti Autokorelasi negatif 4-dL 2,50 D-W = 2,201 Nilai D-W berada di daerah bebas autokorelasi, yaitu du < D-W < 4-dU yaitu 1,69 > 2,201 > 2,30, sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada gangguan autokorelasi dalam regresi. 5. Pembahasan Hasil Penelitian a) Pengaruh investasi daerah terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil uji hipotesis, nilai probabilitas diperoleh 0,0001 dengan tingkat signifikasi sebesar 5%. Artinya investasi daerah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika investasi di Karesidenan Surakarta meningkat, maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah. Artinya dengan bertambahnya investasi maka commit to user 4 82 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kesempatan kerja akan bertambah karena tumbuhnya industri. Begitu juga sebaliknya berkurangnya investasi maka kesempatan kerja akan berkurang. Investasi daerah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta, maka penelitian ini sesuai dengan teori (Sukirno, 2000), yang berpendapat bahwa kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional, maka peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja. Pertambahan barang modal sebagai akaibat dari investasi akan menambahkan kapasitas produksi di masa yang akan dating, perkembangan ini akan menstimular perubahan produksi nasional dan kesempatan kerja. Hasil perhitungan variabel investasi daerah di Karesidenan Surakarta pada tahun 2000-2008 mempunyai nilai koefisien sebesar 0,0000968×100000 = 9 dengan arah parameter positif, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan investasi sebesar 1 juta rupiah, maka akan meningkatkan proporsi penyerapan tenaga kerja ± 9 jiwa, dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan. Berdasarkan sudut pandang ekonomi makro, maka investasi atau penanaman modal merupakan pengeluaran yang menambah modal bagi masyarakat. Modal tersebut dapat berupa penambahan sejumlah uang yang diinvestasikan maupun penambahan pada faktor-faktor produksi. Investasi daerah adalah semua pembelian commit to user 83 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pembelian barang dan jasa yang dimaksud adalah pembelian barang atau jasa pada tahun yang bersangkutan. Artinya bahwa pengeluaran pemerintah daerah tersebut adalah pengeluaran di pasar barang. Pengeluaran pemerintah tersebut tergambar dalam APBD pada sisi pengeluaran pembangunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan investasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah mampu meningkatkan proporsi kesempatan kerja. b) Pengaruh pengeluaran pemerintah daerah terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil uji hipotesis, dengan nilai probabilitas 0,0149 pada taraf signifikasi 5%. Artinya pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika pengeluaran pemerintah daerah di Karesidenan Surakarta meningkat, maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah. Begitu juga sebaliknya berkurangnya pengeluaran pemerintah maka kesempatan kerja akan berkurang. Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta, maka penelitian ini sesuai dengan teori (Susanti, 1995), yang berpendapat bahwa alokasi anggaran untuk bantuan diprioritaskan untuk sektor-sektor yang dapat merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas dan intensif. Pada nantinya pengeluaran commit to user 84 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pemerintah tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada sektor industri sehingga dapat memperluas lapangan kerja. Hasil perhitungan variabel pengeluaran pemerintah daerah di Karesidenan Surakarta pada tahun 2000-2008 mempunyai nilai koefisien sebesar 0,0000125×100000 = 1 dengan arah parameter positif, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan pengeluaran pemerintah daerah sebesar 1 juta rupiah, maka akan meningkatkan proporsi penyerapan tenaga kerja ± 1 jiwa, dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan. Pengeluaran pemerintah daerah merupakan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang berwujud pada dana-dana pembiayaan. Pembiayaan tersebut tidak semuanya disalurkan untuk kebutuhan proyek-proyek pembangunan tetapi sebagian besar dipergunakan untuk pengeluaran rutin. Pada dasarnya pengeluaran pembangunan merupakan sarana untuk mewujudkan kesejahteraan, dengan kata lain untuk meningkatkan kemakmuran secara merata dan serasi antar daerah dan antar golongan, dilaksanakan melalui upaya bidang ekonomi. Prioritas diberikan kepada sektor-sektor yang dapat merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas dan intensif. Hal ini sekaligus berarti perluasan lapangan dan kesempatan kerja. Pengeluaran pemerintah berfungsi untuk membiayai pelayanan atau program pembangunan tertentu. Terdapat hubungan antara commit to user 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, prosentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, pembangunan ekonomi berwujud pada aktivitas pemerintah yang beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaranpengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya program kesejahteraan, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya. c) Pengaruh ekspor daerah terhadap penyerapan tenaga kerja Hasil uji hipotesis nilai probabilitas 0,0448 pada taraf signifikansi 5%. Artinya ekspor daerah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika ekspor daerah di Karesidenan Surakarta meningkat, maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah. Artinya dengan bertambahnya ekspor daerah maka kesempatan kerja akan bertambah karena tumbuhnya industri. commit to user 86 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Begitu juga sebaliknya berkurangnya ekspor maka kesempatan kerja akan berkurang. Ekspor daerah berpengaruh signifikan, maka penelitian ini sesuai dengan teori (Djojohadikusumo dalam Boediono, 1995), yang berpendapat bahwa tujuan dilakukannya perdagangan internasional salah satunya adalah untuk mengatasi hambatan ekonomi, terutama dalam upaya meningkatkan pendapatan dam memperluas kesempatan kerja. Hasil perhitungan variabel ekspor daerah di Karesidenan Surakarta pada tahun 2000-2008 mempunyai nilai koefisien sebesar 0,0000184×100000 = 2 dengan arah parameter positif, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan ekspor daerah sebesar 1 juta rupiah, maka akan meningkatkan proporsi penyerapan tenaga kerja ± 2 jiwa dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor. Daerah pengekspor akan menggunakan faktor produksi yang melimpah secara intensif. Dengan adanya ekspor, suatu daerah commit to user 87 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dapat menaikkan produksi barang-barang yang sudah tidak dapat dijual lagi dalam negeri tetapi masih dapat dijual di luar negeri. Perluasan pasar yang terjadi akan mendorong sektor produktif untuk mengadakan teknik produksi yang lebih tinggi produktifitasnya dan memperluas produksi, sehingga dapat memperluas kesempatan kerja di daerah. commit to user 88 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Investasi daerah secara parsial, berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008. 2. Pengeluaran pemerintah daerah secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008. 3. Ekspor daerah secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008. 4. Investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008. commit to user 87 89 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat menciptakan iklim investasi yang baik sehingga banyak investor yang menanamkan modalnya di daerah tersebut. Upaya menciptakan iklim investasi yang baik dapat dilaksanakan dengan mempermudah pengurusan ijin usaha, pengurangan jenis dan besarnya pajak, dan penyediaan lahan industri yang strategis. 2. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengeluaran pemerintah dari penggunaan anggaran belanja pembangunan. Pemerintah daerah harus lebih bijaksana dalam memprioritaskan pembangunan daerahnya, terutama untuk dapat memberikan sarana dan prasarana seperti pembangunan jalan serta pengembangan sumber daya manusia yang lebih merata. Agar dapat lebih memperluas lapangan kerja Pemerintah Daerah harus lebih tajam dalam pengalokasian pengeluarannya untuk sektor-sektor industri yang berorientasi pada padat karya. Pemerintah Daerah hendaknya perlu mengembangkan sektor yang masih potensial seperti pertanian, perkebunan, dan wisata. 3. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang strategis atau potensial dalam rangka meningkatkan pertumbuhan commit to user ekspor. Dengan 90 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id meningkatnya ekspor diharapkan dapat menaikkan permintaan barang dan jasa, sehingga produksi dalam negeri menigkat, maka hal tersebut akan memperluas lapangan kerja. 4. Hal menarik dalam penelitian ini adalah investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah dan ekspor daerah di Karesidenan Surakarta mengalami peningkatan setiap tahun namun penyerapan terhadap penduduk usia kerja di Karesidenan Surakarta hanya sedikit, kemungkinan ini disebabkan oleh faktor migrasi penduduk di sekitar Karesidenan Surakarta. Migrasi penduduk memiliki dampak positif karena meningkatkan kesejahteraan rumah tangga para migran, dan dampak negatif nya terhadap penyerapan tenaga (penduduk usia kerja) di daerah tujuan mengalami penurunan. Hendaknya Pemerintah Daerah Se-Karesidenan Surakarta membuat kebijakan-kebijakan dalam penyerapan tenaga kerja diutamakan pada penduduk usia kerja di daerah. 5. Penyerapan tenaga secara tidak langsung dipengaruhi oleh konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, dan impor. Karena keterbatasan waktu dan data, dalam penelitian ini penyerapan tenaga kerja hanya dipengaruhi oleh investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor. Untuk peneliti-peneliti selanjutnya dalam meneliti masalah tentang penyerapan tenaga kerja hendaknya juga menyertakan variabel konsumsi dan impor sebagai variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. commit to user