analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN
SURAKARTA TAHUN 2000-2008
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh
NAMA : Danang Pratomo
NIM
: F 1106023
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Ø Kedua orang tua
ku tercinta
Ø Almamaterku
Ø Angkatan 2006
EP Non Reg
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, melainkan berusahalah
menjadi manusia yang berguna.
(Albert Einsten)
Jadilah kamu manusia, dimana saat kelahiranmu semua orang tersenyum hanya
kamu sendiri yang menangis. Kemudian saat hari kematianmu, semua orang
menangis hanya kamu sendiri yang tersenyum
(Mahatma Gandhi)
Tolong menolonglah kamu dalam hal kebajikan dan bertaqwa, serta jangan tolong
menolong dalam hal dosa dan kejahatan.
(QS. Al Maidah : 2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penyerapan Tenaga Kerja di Karesidenan Surakarta Tahun 2000-2008”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulisan skripsi ini membahas tentang pentingnya peranan investasi
daerah, pengeluaran pemerintah daerah, dan ekspor daerah terhadap penyerapan
tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. Meskipun dengan data dan informasi
yang terbatas, penulis tetap berusaha untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan, maka dari itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran
yang membangun untuk memperkaya isi penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi, penulis
dibantu oleh banyak pihak. Tanpa bantuan dari berbagai pihak tersebut, penulis
yakin penulisan skripsi ini tidak akan berhasil. Maka dalam kesempatan ini,
dengan penuh kerendahan hati dan rasa yang tulus, penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M.Com, Ak. Bambang Sutopo, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah
menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan
arahan sehingga skripsi ini dapat tersususn.
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu,
bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.
5. Kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa selalu mendoakan,
memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis.
6. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 Non Reguler
terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya.
7. Teman-teman New 202 : Arip, Yoga, Damar, Libe, Simbah, dan Ghandy.
Terima kasih atas hiburan dan sarannya.
8. Ayu Widhyani, terima kasih telah memberikan semangat juang pada ku.
9. Dan semua pihak yang telah membantu dan mendorong penulis dalam
penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Surakarta,
commit to user
Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
HALAMAN MOTTO
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II PENELITIAN SEBELUMNYA DAN LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Tenaga Kerja
a. Konsep Permintaan Tenaga Kerja
b. Konsep Tenaga Kerja
2. Investasi
a. Definisi Investasi
b. Macam-macam Investasi
c. Peran Investasi
3. Pengeluaran Pemerintah
a. Pengeluaran Rutin Pemerintah
b. Pengeluaran Pembangunan
4. Ekspor
a. Definisi Ekspor
b. Aneka Cara Ekspor
B. Penelitian Sebelumnya
C. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
B. Jenis Dan Sumber Data
C. Variabel Penelitian
D. Metode Analisis Data
E. Tehnik Analisis Data
1. Metode Data Panel
2. Estimasi Model Data Panel
userPanel
3. Pemilihan Metode commit
EstimasitoData
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
xii
1
6
6
7
8
8
13
17
18
19
20
21
21
22
24
30
32
33
33
34
35
35
37
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Uji Statistik
a. Uji t (Uji parsial)
b. Uji f (Uji simultan)
c. Koefisien Determinasi (R2)
5. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
b. Uji Heterokedastisitas
c. Uji Autokorelasi
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Gambaran umum
1. Kota Surakarta
2. Kabupaten Boyolali
3. Kabupaten Sukoharjo
4. Kabupaten Wonogiri
5. Kabupaten Karanganyar
6. Kabupaten Klaten
7. Kabupaten Sragen
B. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian
1. Variabel Penyerapan Tenaga Kerja
2. Variabel Investasi
3. Variabel Pengeluaran Pemerintah
4. Variabel Ekspor
C. Deskripsi Data
D. Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hasil Estimasi Model Regresi
a. Pendekatan Pooled OLS
b. Pendekatan Fixed Effect
2. Pemilihan Metode Estimasi Data Panel
3. Uji Statistik
a. Uji t (Uji Parsial)
b. Uji F (Uji Simultan)
c. Koefisien Determinan R2
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
b. Uji Heteroskedastisitas
c. Uji Autokorelasi
5. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
39
40
42
43
44
45
47
48
50
51
53
55
56
59
61
63
65
66
67
68
68
69
71
72
74
76
77
78
79
81
87
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Se-Karesidenan Surakarta
Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Kota Surakarta
Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali
Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo
Tabel 4.4 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri
Tabel 4.5 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar
Tabel 4.6 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten
Tabel 4.7 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen
Tabel 4.8 Data Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja
Tabel 4.9 Data Investasi Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta
Tabel 4.10 Data Pengeluaran Pemerintah Kota/Kabupaten
Se-Karesidenan Surakarta
Tabel 4.11 Data Nilai Ekspor Kota/Kabupaten Se-Karesidenan
Surakarta
Tabel 4.12 Hasil Estimasi Data Panel pendekatan Pooled OLS
Tabel 4.13 Hasil Estimasi Data Panel pendekatan Fixed effect
Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas
Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.16 Hasil Uji Autokorelasi
commit to user
3
48
50
51
53
54
56
58
60
62
64
66
68
70
77
78
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
32
Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t
40
Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F
42
Gambar 3.3 Daerah Ho Diterima dan Ditolak uji Autokorelasi
(Durbin-Watson)
45
Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Investasi Daerah 73
Gambar 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Pengeluaran
Pemerintah Daerah
73
Gambar 4.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Ekspor Daerah
74
Gambar 4.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan uji F
75
Gambar 4.5 Daerah Kritis Uji Durbin-Watson
80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN
TENAGA KERJA DI KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2000-2008
ABSTRAK
Danang Pratomo
F 1106023
Penduduk Se-Karesidenan Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk yang
relatif besar. Jumlah penduduk yang besar disatu sisi merupakan potensi Sumber
Daya Manusia yang diandalkan, tetapi disisi lain juga merupakan masalah yang
menimbulkan dampak besar bagi sektor ekonomi salah satunya adalah masalah
pengangguran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi, pengeluaran
pemerintah, dan ekspor terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan data
deret waktu (time series) antara tahun 2000-2008. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier data panel. Pengolahan data dengan menggunakan
program Econometric Views (E-views) versi 4.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara parsial investasi, pengeluaran
pemerintah, dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan. Secara simultan investasi,
pengeluaran Pemerintah, dan ekspor berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil dari
penelitian, maka diajukan rumusan rekomendasi atau saran adalah. Pemerintah
Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat menciptakan iklim investasi yang
baik sehingga banyak investor yang menanamkan modalnya di daerah tersebut.
Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam menggunakan anggaran belanja pembangunan. Pemerintah Daerah
di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat mengembangkan sektor-sektor ekonomi
yang strategis atau potensial dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekspor.
Dalam penyerapan tenaga kerja hendaknya diutamakan penduduk usia kerja di daerah
sendiri terlebih dahulu. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya menyertakan variabel
konsumsi dan impor sebagai variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.
Kata kunci : penyerapan tenaga kerja, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor,
Karesidenan Surakarta.
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam proses pembangunan suatu daerah menuntut peran serta secara aktif
masyarakat sebagai penggerak utama pembangunan. Pemerintah berperan
aktif dalam mendorong dan mengambil kebijakan terhadap jalannya
pembangunan yang diwujudkan melalui perumusan, peraturan, pelaksanaan,
dan pengawasan pembangunan serta mengarahkan kegiatan masyarakat
dalam pembangunan. Pembangunan Nasional Indonesia berlandaskan pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat adil dam makmur, merata, material, dan spiritual.
Proses pembangunan ekonomi biasanya tidak hanya ditandai dengan
terjadinya perubahan pada struktur permintaan serta penawaran barang dan
jasa yang diproduksi. Proses pembangunan ekonomi juga ditandai dengan
terjadinya perubahan struktur penduduk dan ketenagakerjaan (Susanti,
2000:81).
Perubahan struktur penduduk didalam demografi dikenal dengan istilah
transisi demografis. Istilah tersebut mengacu pada suatu proses pergeseran
dari suatu keadaan dimana tingat kelahiran dan tingkat kematian ke keadaan
dimana tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah. Apabila proses transisi
ini dikaitkan dengan peningkatan pendapatan perkapita, maka pada awal
proses pembangunan peningkatan pendapatan perkapita biasanya diikuti
commit to user
1
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan penurunan angka kematian yang lebih cepat dari pada penurunan
angka kelahiran. Penurunan angka kematian yang cepat ini disebabkan oleh
membaiknya
gizi
masyarakat
akibat
dari
pertumbuhan
pendapatan
masyarakat. Selain itu, peningkatan pendapatan masyarakat ini juga akan
menyebabkan penerimaan pajak pemerintah meningkat dan hal ini tentu saja
memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan pengeluarannya di bidang
kesehatan masyarakat (Susanti, 2000:83).
Penduduk mempunyai dua peranan penting dalam perekonomian, dalam
konteks pasar berada disisi permintaan dan penawaran. Disisi permintaan,
penduduk bertindak sebagai konsumen, sedangkan disisi penawaran
penduduk bertindak sebagai produsen (Dumairy, 1999:68). Penduduk yang
besar jumlahnya sebagai Sumber Daya Manusia yang potensial dan produktif
didukung oleh kekayaan alam yang beraneka ragam merupakan modal dasar
dalam pembangunan masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka
pemanfaatan dan pendayagunaan Sumber Daya Manusia dalam mengelola
Sumber Daya Alam yang tersedia tersebut pertumbuhan ekonomi harus
didukung oleh peningkatan produktivitas dan efisiensi serta Sumber Daya
Manusia yang berkualitas.
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Se-Karesidenan Surakarta
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah Penduduk
Karesidenan Surakarta
6249946
6296398
6332862
6307785
6348906
6399354
6410241
6489221
6596051
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan pada data tabel diatas, jumlah penduduk se-Karesidenan
Surakarta dari tahun 2000 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan. Pada
tahun 2000 jumlah penduduk se-Karesidenan Surakarta berjumlah 6.249.946
jiwa. Kemudian pada tahun 2004 penduduk Surakarta berjumlah 6.348.906
jiwa dan pada tahun 2008 penduduk se-Karesidenan Surakarta berjumlah
6.596.051 jiwa. Sedangkan pada tahun 2003 jumlah penduduk seKaresidenan Surakarta mengalami penurunan 6.307.785 jiwa.
Masalah yang dihadapi ketenagakerjaan meliputi, pertumbuhan jumlah
penduduk tiap tahun, dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk tiap
tahun, menyebabkan jumlah angkatan kerja juga meningkat. Peningkatan
jumlah angkatan kerja tersebut, jika tidak diimbangi dengan penyediaan
lapangan kerja yang memadai, tentunya akan menciptakan pengangguran.
Masalah pengangguran tersebut merupakan masalah serius dalam bidang
ketenagakerjaan karena pengangguran telah lama dipandang sebagai
penyebab utama kemiskinan.commit
Oleh karena
to useritu, jumlah penduduk yang besar
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan terus bertambah tiap tahunnya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin
untuk pembangunan terutama penempatan tenaga kerja sebagai salah satu
modal pembangunan.
Menurut (Simanjuntak, 1985), permintaan akan tenaga kerja didasarkan
atas kemampuannya memproduksi barang dan jasa. Secara umum,
permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah dan tingkat produksi.
Semakin besar produk yang dihasilkan, maka akan semakin besar pula
pendapatan yang diterima. Tingkat pendapatan yang tinggi mencerminkan
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian berjumlah
banyak. Pendapatan didaerah dinamakan PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto), jadi secara langsung permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh PDRB.
Teori ini didukung oleh penelitian Nainggolan yang menganalisisa tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di
Propinsi Sumatera Utara dengan PDRB sebagai variabel yang mempengaruhi
kesempatan kerja.
Permintaan akan tenaga kerja secara langsung dipengaruhi oleh PDRB,
sedangkan PDRB dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga, investasi,
pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Oleh karena itu secara tidak
langsung permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh konsumsi rumah
tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Karena
keterbatasan data dan waktu, maka penelitian dalam membahas faktor-faktor
yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2000-2008 hanya dipengaruhi oleh investasi, pengeluaran pemerintah dan
ekspor.
Menurut (Sukirno, 2000), kenaikan investasi akan meningkatkan
permintaan agregat dan pendapatan nasional, maka peningkatan ini akan
selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja. Pertambahan barang
modal sebagai akaibat dari investasi akan menambahkan kapasitas produksi
di masa yang akan dating, perkembangan ini akan menstimular perubahan
produksi nasional dan kesempatan kerja. Pengeluaran pemerintah merupakan
salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara langsung
dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Menurut (Susanti, 1995), alokasi
anggaran untuk bantuan diprioritaskan untuk sektor-sektor yang dapat
merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas
dan intensif. Pada nantinya pengeluaran pemerintah tersebut mengakibatkan
pertumbuhan pada sektor industri sehingga dapat memperluas lapangan kerja.
Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada
bangsa lain atau negara lain, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta
asing.
Menurut
(Djojohadikusumo
dalam
Boediono,
1995),
tujuan
dilakukannya perdagangan internasional salah satunya adalah untuk
mengatasi hambatan ekonomi, terutama dalam upaya meningkatkan
pendapatan dam memperluas kesempatan kerja.
Dilihat dari kondisinya, penduduk Karesidenan Surakarta mengalami
pertumbuhan penduduk yang cukup besar. Jumlah penduduk yang besar
disatu sisi merupakan potensi Sumber Daya Manusia yang dapat diandalkan,
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tetapi disisi lain juga merupakan masalah yang menimbulkan dampak besar di
sektor ekonomi. Jika pertumbuhan angkatan kerja jauh lebih tinggi dari
lapangan kerja baru yang tersedia, maka tingkat pengangguran secara
fluktuasi cenderung relatif tinggi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diadakan penelitian mengenai
faktor apa dan bagaimana faktor tersebut mempengaruhi penyerapan tenaga
kerja di Karesidenan Surakarta. Adapun judul yang dipilih adalah :
“ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN SURAKARTA
TAHUN 2000-2008”
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirinci beberapa
pokok permasalahan yang akan dibahas, meliputi :
1. Bagaimana pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah,
ekspor daerah secara parsial terhadap penyerapan tenaga kerja di
Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008 ?
2. Bagaimana pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah,
ekspor daerah secara simultan terhadap penyerapan tenaga kerja di
Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008 ?
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah
daerah, ekspor daerah secara parsial terhadap penyerapan tenaga kerja di
Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.
2. Untuk mengetahui pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah
daerah, ekspor daerah secara simultan terhadap penyerapan tenaga kerja di
Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran yang jelas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
penyerapan
tenaga
kerja
di
Karesidenan
Surakarta
dengan
membandingkan antara teori yang diperoleh dengan kenyataan sebenarnya
di lapangan.
2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Daerah seKaresidenan Surakarta dalam membuat kebijakan untuk menurunkan
jumlah pengangguran di daerahnya.
3. Sebagai rujukan bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
melakukan penelitian tentang masalah ini.
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA
A. LANDASAN TEORI
1. Tenaga Kerja
a. Konsep Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan
pengusaha
atas
tenaga
kerja
berbeda
dengan
permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Seseorang membeli
karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada orang tersebut.
Akan tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang karena orang
tersebut dapat memproduksikan barang dan jasa untuk dijual kepada
konsumen (Simanjuntak, 1985:74).
Permintaan dan penawaran merupakan dua mata bilah gunting
yang dibutuhkan untuk menganalisir pasar, oleh karena itu selain
penawaran harus dipahami pula tentang permintaan tenaga kerja.
Analisis tenagakerja didasarkan atas asumsi bahwa permintaan tenaga
kerja diturunkan dari permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa
yang dibutuhkanya. Tenaga kerja diminta karena kemampuanya
menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian, analisis permintaan
tenaga kerja biasanya bertopang pada teori produktivitas tenaga kerja.
Produksi per satu unit tenaga kerja disebut juga produksi rata-rata
masukan (PRTK-APL). Angka ini diperoleh dari hasil bagi volume
produksi
dengan
kuantitas masukan
commit to user
8
yang
digunakan
untuk
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghasilkan atau merupakan indeks kemampuan menghasilkan dari
masukan yang dipakai. Bila disajikan dalam bentuk rumus, diperoleh:
Q
PRTK = -----TK
Dimana :
PRTK = Produksi per unit tenaga kerja.
Q
= Volume produksi yang dihasilkan sebagai akibat dari
penggunaan tenaga kerja.
TK
= Banyaknya tenaga kerja yang digunakan.
Produksi rata-rata akan menjadi lebih jelas bila dilihat dalam
hubungannya dengan fungsi produksi, karena ada keterkaitan secara
fungsional antara Q dan TK. Fungsi produksi merupakan hubungan
teknis antara Q dan TK.
Dalam jangka pendek, hubungan antara Q yang dalam hal ini
dicerminkan oleh PDRB dan TK secara simultan sebagai komponen
perhitungan
produktivitas,
dilakukan
dengan
menganggap
atau
mengasumsikan bahwa tidak terjadi perubahan tehnologi dan modal.
Selanjutnya rumus produksi marginal dapat ditulis sebagai :
cQ
dQ
yQ
PM TK = ------ = ------- = -----cTK
dTK
yTK
Di mana :
PMTK
commit marginal
to user
= Produksi
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c, d, y
= Tanda perubahan.
Besarnya permintaan tenaga kerja dapat ditunjukan oleh jumlah
orang bekerja pada suatu saat. Dengan demikian, jumlah orang bekerja
merupakan kesempatan kerja (Alfred dalam Sudarsono, 1989).
Analisis permintaan tenaga kerja didasarkan atas asumsi bahwa
permintaan pasar tenaga kerja diturunkan dari permintaan masyarakat
atas barang dan jasa yang dibutuhkan. Tenaga kerja diminta karena
kemampuannya memproduksi barang dan jasa, dengan demikian
analisis
mengenai
permintaan
tenaga
kerja
produktivitasnya (Setianingrum, 2008:9).
DTK » PRODturunan…………………
(i)
DTK = f(QTP)………….….………..
(ii)
DTK = f(PDRB) )……..….………..
(iii)
PDRB = f( C, I, G, (X-M) )………
(iv)
DTK = f(C, I, G, (X-M) ) …………
(v)
Dimana :
DTK = Permintaan tenaga kerja
QTP = Kuantitas tingkat produksi
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
X-M = Ekspor dan impor
commit to user
didasarkan
pada
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara umum, permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh
jumlah tingkat produksinya (i). Semakin besar produk yang dihasilkan
maka semakin besar pula pendapatan yang diterima (ii). Tingkat
pendapatan yang tinggi mencerminkan jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh perekonomian tersebut berjumlah banyak. Pendapatan
yang diterima didaerah dinamakan PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto). Jadi permintaan tenaga kerja secara langsung dipengaruhi oleh
PDRB (iii). Sedangkan PDRB dipengaruhi oleh konsumsi rumah
tangga, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor dan impor (iv).
Oleh karena itu secara tidak langsung permintaan akan tenaga kerja
juga
dapat
dipengaruhi
investasi,pengeluaran
oleh
pemerintah
konsumsi
dan
ekspor
rumah
dan
tangga,
impor
(v)
(Setianingrum, 2008:10).
b. Konsep Tenaga Kerja
1) Tenaga Kerja
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan
kegiatan lain seperti bersekolah dan yang mengurus rumah tangga,
walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu
dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja (Simanjuntak, 1985:2).
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64
tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas
tersebut (Mulyadi, 2003:59).
2) Angkatan Kerja
Besarnya penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat
adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses
produksi. Diantara mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya
yang menghasilkan barang atau jasa. Mereka dinamakan golongan
yang bekerja atau employed persons. Sebagian lain tergolong yang
siap bekerja da sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka
dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang bekerja dan
pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor force. Jumlah
orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau
demand dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh
kegiatan ekonomi dan tingkat upah (Simanjuntak, 1985:3).
a) Bekerja
Bekerja adalah mereka yang selama seminggu sebelum
pencacahan melakukan pekerjaan dengan maksud untuk
memperoleh penghasilan atau keuntungan, yang lamanya
bekerja palaing sedikit satu jam selama seminggu yang lalu
kontinyu (Setianingrum, 2008:11).
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(1) Bekerja Penuh
Bekerja penuh adalah mereka yang benar-benar bekerja
secara penuh paling sedikit satu jam dalam seminggu
sebelum pencacahan.
(2) Setengah Menganggur
Di negara-negara berkembang migrasi dari desa ke kota
yang sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang
yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan
mudah. Sebagian terpaksa menganggur sepenuh waktu. Di
samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak
pula bekerja penuh waktu, dan jam kerja mereka jauh lebih
rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya bekerja
satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam
sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti
yang dijelaskan diatas digolongkan sebagai setengah
menganggur atau underemployment (Sukirno, 2004:331).
Pekerja setengah menganggur adalah perbedaan antara
jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam
pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan secara normal
mampu dan ingin dikerjakannya (Mulyadi, 2003:60).
(a) Setengah Pengangguran Kentara
Adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time)
diluar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang lebih pendek dari biasaya, kurang dari 35 jam
dalam seminggu (Mulyadi, 2003:61).
(b) Setengah Pengangguran Tidak Kentara
Yaitu yang produktivitas kerja dan pendapatannya
rendah. Jika seseorang bekerja secara penuh (full time)
tetapi pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi,
karena
pendapatannya
yang
terlalu
rendah
atau
pekerjaanya tidak memungkinkan orang tersebut untuk
mengembangkan
seluruh
keahliannya
(Mulyadi,
2003:61).
b) Mempunyai Pekerjaan Sementara Tidak Bekerja
Orang termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang
selama satu minggu pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau
bekerja kurang dari satu jam, antara lain :
(1) Pekerja tetap yaitu pegawai pemerintah atau swasta yang
sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok,
mangkir, atau perusahaan menghentikan kegiatan mereka.
(2) Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang
tidak bekerja karena menunggu panen.
(3) Orang-orang yang bekerja di bidang keahlian, misalnya
dokter, tukang cukur, dan lain sebagainya.
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Mencari Kerja atau Menganggur
Angkatan kerja yang sama sekali tidak bekerja atau
melakukan suatu kegiatan ekonomi dan mereka berusaha
mencari pekerjaan. Dapat digolongkan sebagai berikut:
(1) Mereka yang belum pernah bekerja atau pada saat
pencacahan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
(2) Mereka yang pernah bekerja tetapi pada saat pencacahan
sedang menganggur atau berusaha mendapatkan pekerjaan.
(3) Mereka yang sedang dibebas tugaskan baik akan dipanggil
kembali atau tidak tetap sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan.
Berdasarkan sebab-sebab terjadinya, pengangguran dapat
dibedakan menjadi empat jenis pengangguran, antara lain:
(Sukirno, 2004:329).
(1) Pengangguran Normal atau Friksional
Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan
karena tidak memperoleh kerja, tetapi karena sedang
mencari kerja lain yang lebih baik. Dalam perekonomian
yang berkembang pesat, pengangguran adalah rendah dan
pekerjaan mudah diperoleh. Sebaliknya pengusaha susah
memperoleh pekerja. Maka pengusaha menawarkan gaji
yang lebih tinggi. Ini akan mendorong pekerja untuk
meninggalkan pekerjaannya yang lama dan mencari
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pekerjaan yang baru yang lebih tinggi gajinya dan sesuai
dengan keahliannya. Dalam proses mencari kerja baru ini
untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai
penganggur.
(2) Pengangguran Siklikal
Saat permintaan agregat lebih tinggi, ini mendorong
pengusaha untuk menaikkan produksi sehingga banyak
angkatan kerja yang terserap untuk bekerja dan akan
menyebabkan berkurangnya pengangguran. Sebaliknya saat
permintaan
agregat
mengalami
kemerosotan
ini
mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengurangi pekerja
atau menutup perusahaannya, maka akan menyebabkan
pengangguran bertambah.
(3) Pengangguran Struktural
Disebut demikian karena jenis pengangguran ini
disebabkan oleh perubahan struktur kegiatan ekonomi. Ada
beberapa beberapa faktor penyebabnya, yaitu: wujudnya
barang
baru
yang
lebih
baik,
kemajuan
teknologi
mengurangi permintaan ke atas barang tersebut, biaya
produksi sangat tinggi dan tidak dapat bersaing, dan ekspor
produksi industri menurun karena persaingan yang lebih
serius dari negara-negara lain. Kemerosotan ini akan
menyebabkan kegiatan produksi industri tersebut menurun,
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan yang kemudian
menjadi pengangguran.
(4) Pengangguran Teknologi
Pengangguran
yang
ditimbulkan
oleh
adanya
penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin, bahan kimia
dan kemajuan teknologi. Sehingga perusahaan-perusahaan
mengurangi sebagian tenaga kerjanya.
3) Bukan angkatan kerja
Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan,
yakni: (1) golongan yang masih bersekolah, (2) golongan yang
mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga
tanpa memperoleh upah; dan (3) golongan lain-lain. Yang tergolong
dalam lain-lainini ada dua macam, yaitu : (a) penerima pendapatan,
yakni mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi, tetapi
memperoleh pendapatan seperti tunjangan pension, bunga atas
simpananatau sewa milik; dan (b) mereka yang hidupnya tergantung
dari orang lain, misalnya: karena lanjut usia, cacat, dalam penjara
atau sakit kronis (Simanjuntak, 1985:6).
2. Investasi
a. Definisi Investasi
Investasi merupakan pengeluaran atau pengeluaran penanampenanam modal (perusahaan) untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
Pertambahan
barang
modal
ini
memungkinkan
perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di
masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk
menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah aus dan perlu
didepresiasikan. (Sukirno, 2004:121).
b. Macam-macam Investasi
Macam-macam investasi berdasarkan pelaku investasi dapat
dibedakan sebagai berikut (Sobri, 1987:146).
1) Investasi Pemerintah (Public Invesment)
Public investment biasanya dilakukan tidak dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan, tetapi tujuan utamanya adalah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat (nasional), seperti jalan raya,
rumah sakit, pelabuhan dan sebagainya.
Investasi-investasi seperti ini sering disebut dengan social averhead
capital (SOC). Keuntungan bagi investasi-investasi ini baru terasa
apabila munculnya pertambahan permintaan efektif, yang juga
menaikkan pendapatan akan memberikan keuntungan bagi publik
investasi.
2) Investasi Swasta ( Private Inverstment)
Private Inverstment adalah jenis investasi yang dilakukan oleh
swasta dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan (laba) dan
didorong oleh adanya pertambahan pendapatan. Apabila pendapatan
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertambah, maka konsumsi juga akan bertambah dan pada akhirnya
bertambah pula efektif demand. Investasi yang ditimbulkan oleh
sebab bertambahnya permintaan yang bersumber dari investor
mungkin dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
3) Investasi Pemerintah Dan Swasta
Jenis investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta adalah
investasi luar negeri (Foreign Invesment). Foreign investment terjual
dari selisih antara ekspor diatas impor (X-M). induced investment
dalam hal (X-M) adalah disebabkan oleh dari penambahan
permintaan disebut induced investment. Induced perkembangan
ekonomi di luar negeri.
c. Peran Investasi
Di
berbagai
negara,
terutama
di
negara
industri
yang
perekonomiannya sudah sangat berkembang, investasi perusahaan
adalah volatile yaitu selalu mengalami kenaikan dan penurunan yang
sangat besar dan merupakan sumber penting dari fluktuasi dalam
kegiatan perekonomian. Disamping itu perlu diingat kegiatan
perekonomian dan kesempatan kerja meningkatkan pendapatan nasional
dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peranan ini bersumber dari
tiga fungsi penting dari kegiatan investasi dalam perekonomian
(Sukirno, 2000:367) :
1) Investasi merupakan salah satu komponen agregat maka kenaikan
investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nasional. Peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam
kesempatan kerja.
2) Pertambahan
barang
modal
sebagai
akibat
investasi
akan
menambahkan kapasitas produksi di masa yang akan datang dan
perkembangan ini akan menstimular perubahan produksi nasional
dan kesempatan kerja.
3) Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, sehingga
perkembangan teknologi akan memberikan sumbangan penting atas
kenaikan produktivitas dan pendapatan per kapita masyarakat.
3. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan
sumber daya ekonomi yang secara langsung dikuasai dan dimiliki oleh
pemerintah dan secara tidak langsung dimiliki oleh masyarakat melalui
pembayaran pajak (Susanti, 1995:69). Pengeluaran pemerintah dapat
dibedakan menurut dua klasifikasi, yaitu :
a. Pengeluaran Rutin Pemerintah
Merupakan pengeluaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan
pemerintah sehari-hari. Yang termasuk dalam pengeluaran rutin antara
lain belanja pegawai, belanja barang, subsidi di daerah otonom, bunga,
cicilan utang, dan lain-lainnya.
Anggaran belanja rutin memegang peranan yang penting untuk
menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintah serta upaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
peningkatan efisiensi dan produktivitas yang pada gilirannya akan
menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan.
b. Pengeluaran Pembangunan
Merupakan pengeluaran untuk pembangunan fisik seperti jalan,
jembatan, gedung-gedung dan pembelian kendaraan, maupun untuk
pembanguna non fisik spiritual misalnya seperti penataran, pelatihan
dan sebagainya.
Selain membiayai Pengeluaran sektoral melalui lembaga-lembaga,
pengeluaran pembangunan juga membiayai proyek-proyek khusus
daerah yang dikenal sebagai proyek inpres (Instruksi Presiden), baik
yang dilaksanakan oleh pusat maupun masing-masing daerah. Besarnya
alokasi anggaran untuk bantuan pembangunan dipengaruhi oleh
kemampuan keuangan negara serta beberapa faktor-faktor yang
disesuaikan dengan masing-masing wilayah, seperti banyaknya
penduduk dan luas wilayah. Pada nantinya pengeluaran pemerintah
tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada sektor industri sehingga
dapat memperluas lapangan kerja. Dengan demikian proyek-proyek
yang dibangun dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
masing-masing daerah, sejalan dengan pembangunan di daerah lain.
4. Pengertian Ekspor
a. Definisi Ekspor
Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita
miliki kepada bangsa lain atau negara lain, dengan mengharapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22
digilib.uns.ac.id
pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan
memakai bahasa asing. Sebaliknya, kegiatan impor adalah melakukan
pembelian komoditi yang lebih berdaya guna dari negara lain yang
bersedia membayar harganya dalam valuta asing (Amir, 2004:1).
Tujuan dilakukannya perdagangan internasional salah satunya
adalah untuk mengatasi hambatan ekonomi yang banyak terjadi pada
negara-negara di dunia. Terutama dalam upaya meningkatkan
pendapatan dan memperluas kesempatan kerja. Untuk negara yang
sedang berkembang, perdagangan internasional sangatlah membantu
dalam mengatasi masalah kemiskinan dan menurunkan angka
ketergantungan, khususnya ketergantungan akan sumber dana bagi
pembangunan, dengan cara dihasilkannya devisa bagi negara tersebut
(Djojohadikusumo dalam Boediono, 1995).
Ekspor suatu negara merupakan impor negara lain dengan hanya
dianggap tetap, ekspor tergantung dari pendapatan luar negeri bukan
pendapatan nasional negara tersebut yang artnya ekspor tidak
tergantung dari pendapatan nasional (Arsyad, 1999:154).
b. Aneka Cara Ekspor
Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh
beberapa cara antara lain sebaga berikut (Amir, 2005:49)
1) Ekspor biasa
Dalam hal ini barang dikirim keluar negeri sesuai dengan peraturan
umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli luar negeri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23
digilib.uns.ac.id
untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan
dengan importer luar negeri.
2) Barter
Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang
keluar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang
dibutuhkan dalam negeri.
3) Konsinyasi
Konsinyasi adalah pengiriman barang keluar negeri untuk dijual
sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil
ekspor biasa. Tegasnya didalam hal pengiriman barang sebagai
barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di luar negeri.
4) Package Deal
Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi kita terutama dengan
negara-negara sosialis, pemerintah ada kalanya mengadakan
perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan salah satu negara.
Pada prinsipnya semacam barter, namun terdiri dari aneka komoditi.
5) Penyelundupan (smuggling)
Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari suatu
negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat
dianggap sebagai usaha penyelundupan/smuggling. Bahaya dari
setiap penyelundupan terletak adanya pelarian dari kekayaan ke luar
negeri (assets flight) tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal ini
berarti suatu pengurasan atas kekayaan negara dan masyarakat.
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. PENELITIAN SEBELUMNYA
1. Penelitian Elnopembri
Suatu jurnal yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PENYERAPAN
TENAGA
KERJA
INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI
SUMATERA BARAT TAHUN 1990-2004”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan
tenaga kerja industri kecil di Kabupaten Tanah Datar.
Data yang digunakan adalah data sekunder runtut waktu (time series) dari
tahun 1990 sampai dengan tahun 2004. Antara lain :
a. Jumlah tenaga kerja industri kecil.
b. Upah Minimum Regional (UMR).
c. Tingkat suku bunga investasi kredit Bank Pemerintah Daerah.
d. Tingkat suku bunga kredit investasi bank persero pemerintah di daerah.
e. Nilai produksi industri kecil di Kabupaten Tanah Datar.
Data jumlah tenaga kerja dan nilai produksi industri kecil diperoleh
dari Dinas Koperindagtam Kabupaten Tanah Datar, data upah minimum
regional diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar,
sedangkan data tingkat suku bunga kredit menurut kelompok bank
diperoleh dari laporan Bank Indonesia.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
regresi berganda yang ditaksir dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil (Ordinary Least Square, OLS) dalam bentuk semi-log.
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil yang diperoleh adalah :
a. Upah minimum regional memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil.
b. Tingkat suku bunga kredit investasi Bank Pemerintah Daerah dan Bank
Persero Pemerintah di daerah sama-sama memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil
artinya peningkatan suku bunga kredit hanya akan mengakibatkan
turunnya permintaan tenaga kerja industri kecil.
c. Nilai produksi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja industri kecil.
Ekspansi yang dilakukan industri kecil dengan menciptakan akses
pasar akan mendorong peningkatan produksi sehingga berdampak
terciptanya lapangan kerja baru (http://arc.ugm.ac.id/files/Abst_(0046-H2008).pdf. diakses pada 4/9/2010 11:54 PM).
2. Penelitian Rostarlita Sri Hardany
Suatu
jurnal
yang
berjudul
“ANALISIS
PENYERAPAN
TENAGA KERJA INDUSTRI MANUFAKTUR ISIC 31 SKALA
BESAR DAN SEDANG DI INDONESIA PERIODE 1990-2005”. Angka
pengangguran Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya jumlah
angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan kemampuan penyerapan
tenaga kerja secara maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
dianalisis faktor-faktor apa saja yang mampu mempengaruhi peningkatan
kemampuan penyerapan tenaga kerja, khususnya pada industri yang
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersifat padat karya, seperti pada industri manufaktur ISIC 31 (makanan,
minuman, dan pengolahan tembakau) skala besar dan sedang di Indonesia.
Pada kelompok industri tersebut, faktor-faktor yang diduga dapat
memberikan pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja diantaranya
adalah : Jumlah perusahaan, Output, Tingkat upah.
Dari ketiga variabel bebas tersebut kemudian diambil tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh jumlah perusahaan, output, dan
tingkat upah baik secara parsial maupun simultan terhadap penyerapan
tenaga kerja industri manufaktur ISIC 31 skala besar dan sedang di
Indonesia tahun 1990-2005, disamping untuk mengetahui variabel
manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap penyerapan tenaga
kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas jumlah
perusahaan, output, dan tingkat upah secara parsial maupun simultan
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di industri
manufaktur ISIC 31 skala besar dan sedang di Indonesia tahun 1990-2005.
Kemudian jumlah perusahaan merupakan variabel bebas yang memiliki
pengaruh paling dominan terhadap penyerapan tenaga kerja industri
manufaktur ISIC 31 skala besar dan sedang di Indonesia tahun 1990-2005
(http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/220/gdlhub-gdl-s1-2009-hardanyros10985-c190-k.pdf. diakses pada 4/9/2010 11:12 PM).
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Penelitian M. Agus Subekti
Suatu jurnal yang berjudul “PENGARUH UPAH, NILAI
PRODUKSI,
TENAGA
NILAI
KERJA
INVESTASI
PADA
TERHADAP
INDUSTRI
KECIL
PENYERAPAN
GENTENG
DI
KABUPATEN BANJARNEGARA”. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui adakah pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja,
untuk mengetahui adakah pengaruh nilai produksi terhadap penyerapan
tenaga kerja, untuk mengetahui adakah pengaruh nilai investasi terhadap
penyerapan tenaga kerja, dan untuk mengetahui manakah faktor paling
dominant mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil
genteng di Kabupaten Banjarnegara.
Model penelitian yang digunakan adalah teknik Area Random
Sampling dengan teknik analisis regresi berganda doubel Log, jumlah
sample dalam penelitian ini adalah 64 orang dari jumlah populasi sebesar
178 orang di Kabupaten Banjarnegara.
Hasil penelitian menunjukan perhitungan secara varian di peroleh
variable upah, nilai produksi dan nilai investasi mampu menerangkan
dengan baik variable penyerapan tenaga kerja. Sedangkan perhitungan
secara parsial menerangkan bahwa variable upah, nilai produksi dan nilai
investasi memberikan pengaruh secara signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja pada industri kecil genteng di Kabupaten Banjarnegara.
Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang
paling dominan memberikan sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja
commit to user
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada industri kecil genteng di Kabupaten Banjarngara adalah nilai
produksi. Melihat hal ini maka sebaiknya pengusaha lebih meningkatkan
lagi mutu produknya yang disertai juga dengan peningkatan teknologi
modern sehingga nilai produksi genteng dapat terus meningkat
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd5ea.dir/doc.
pdf. diakses pada 4/9/2010 11:07PM).
4. Penelitian Erna Setianingrum
Penelitian dari Setianingrum 2008, tentang “ANALISIS FAKTORFAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PENYERAPAN
TENAGA
KERJA DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 1991-2006”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi,
pengeluaran pemerintah dan ekspor terhadap penyerapan tenaga kerja di
Kabupaten Karanganyar.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel investasi
dan pengeluaran pemerintah yang berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja pada tingkat 5%. Sedangkan ekspor tidak
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja karena
mempunyai nilai probabilitas di atas 0,05. Apabila ada kenaikan investasi
sebesar 1%, maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat sebesar 0,58%.
Apabila pengeluaran pemerintah naik 1%, maka penyerapan tenaga kerja
akan mengalami penurunan sebesar 0,27%. Sedangkan secara keseluruhan
investasi ekspor dan pengeluaran pemerintah berpengaruh nyata terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karanganyar, ini ditunjukkan
commit to user
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan nilai uji F sebesar 11,372 artinya variabel-variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji
ekonometrika menunjukkan tidak adanya gangguan multikolinearitas (nilai
r untuk semua variabel independen lebih kecil dari R2), tidak adanya
gangguan heterokedastisitas dan tidak adanya gangguan autokorelasi.
Jenis penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Jumlah sampel
dalam penelitian ini berjumlah 16 tahun yaitu dari tahun 1991 sampai
2006. Metode analisis data adalah regresi linear berganda dengan
pengujian statistik antara lain uji T, uji F dan R2 serta uji ekonometrika.
5. Penelitian Nainggolan
Penelitian Nainggolan (dalam Suyanto, 2010) menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di
Propinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data panel. Dengan
variabel bebas adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten/Kota,
Tingkat
Bunga
Kredit
dan
Upah
Minimum
Kabupaten/Kota di Propinsi (UMK), sedangkan variabel terikat adalah
kesempatan kerja.
Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera
Utara, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara dan
Bank Indonesia dengan runtun waktu tahun 2002-2007. Metode analisis
yang dipergunakan adalah Metode Generalized Least Square (GLS)
dengan Random Effek Model (REM).
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota berpengaruh positif sebesar
76,38% dan signifikan, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
berpengaruh negatip sebesar 53,06% dan signifikan, dan Tingkat Bunga
Kredit berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap kesempatan
bekerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera.
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan dari landasan teori yang telah dijelaskan diatas,
penyerapan tenaga kerja dapat dijadikan dasar untuk menentukan apakah
pembangunan ekonomi di suatu daerah sudah berjalan dengan baik atau
belum. Suatu daerah mampu semakin banyak menyerap masyarakatnya untuk
diberikan pekerjaan, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi
daerah tersebut sudah baik. Penyerapan tenaga kerja secara tidak langsung
dipengaruhi oleh konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan
impor. Oleh karena keterbatasan data dan waktu, maka konsumsi dan impor
tidak dimasukkan, penyerapan tenaga kerja hanya dipengaruhi oleh investasi,
pengeluaran pemerintah dan ekspor.
Investasi daerah merupakan salah satu komponen agregat maka
kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan
nasional. Peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam
kesempatan kerja. Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan
menambahkan kapasitas produksi di masa yang akan datang dan
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan ini akan menstimular perubahan produksi nasional dan
kesempatan kerja.
Pengeluaran pemerintah daerah merupakan pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang berwujud pada dana-dana pembiayaan.
Pengeluaran
pembangunan
merupakan
sarana
untuk
mewujudkan
kesejahteraan, dengan kata lain untuk meningkatkan kemakmuran secara
merata dan serasi antar daerah dan antar golongan, dilaksanakan melalui
upaya bidang ekonomi. Prioritas diberikan kepada sektor-sektor yang dapat
merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas
dan intensif. Hal ini berarti dapat memperluas lapangan dan kesempatan
kerja.
Jika ekspor suatu negara atau daerah meningkat maka secara otomatis
jumlah barang dan jasa yang diproduksi di suatau negara atau daerah juga
mengalami peningkatan, ini berarti bisa dipastikan jumlah industri-industri di
suatu negara atau daerah jumlahnya bertambah, maka akan mempengaruhi
penyerapan terhadap tenaga kerja.
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
Investasi daerah
Pengeluaran
pemerintah daerah
commit to user
Penyerapan tenaga
kerja
Ekspor daerah
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Secara parsial investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor
daerah diduga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di
Karesidenan Surakarta.
2. Secara simultan investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor
daerah diduga berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di
Karesidenan Surakarta.
commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan
menggunakan data deret waktu (time series) antara tahun 2000-2008. Lokasi
yang diambil
untuk
penelitian
adalah Kota/Kabupaten
di
wilayah
Karesidenan Surakarta, yaitu : Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri,
Karanganyar, Klaten, Sragen.
B. JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang berupa data tahunan mencakup tentang jumlah tenaga kerja, investasi,
pengeluaran pemerintah, dan ekspor. Analisis data ini dibuat secara time
series dengan rentan waktu antara tahun 2000-2008. Data tersebut diperoleh
dari dokumen-dokumen yang berisi data statistik dari berbagai edisi yang
diterbitkan oleh instansi terkait, yaitu Biro Pusat Statistik (BPS) dan data-data
yang diterbitkan dari sumber-sumber penunjang lainnya.
Adapun data yang digunakan, antara lain :
1. Data jumlah angkatan kerja yang bekerja (Tenaga Kerja) di Karesidenan
Surakarta tahun 2000-2008.
2. Data jumlah investasi di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.
commit to user
33
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Data jumlah pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta tahun
2000-2008.
4. Data jumlah ekspor di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.
C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah penyerapan
tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan penyerapan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terserap di
Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam jiwa.
2. Variabel Independen (X)
a. Investasi daerah (X1), yaitu nilai pembentukan modal tetap bruto yang
terjadi di Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam juta rupiah.
b. Pengeluaran pemerintahan daerah (X2), yaitu anggaran belanja
pembangunan Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam juta
rupiah.
c. Ekspor daerah (X3), adalah nilai ekspor komoditi non migas yaitu :
tekstil, dan produk tekstil serta furnitur Karesidenan Surakarta yang
dinyatakan dalam juta rupiah.
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. METODE ANALISIS DATA
Model analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian
yaitu untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh antara investasi daerah,
pengeluaran pemerintah daerah, dan ekspor daerah terhadap penyerapan
tenaga kerja di Karesidenan Surakarta adalah model data panel. Pengolahan
data dengan program Econometric Views (E-Views).
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Yit = β0 + β1I1it + β2G2it + β3X3it + eit
Keterangan :
Y
= Kesempatan kerja
t
= Jumlah tahun yang diteliti 2000-2008
i
= Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta
(SUBOSUKOWONOSRATEN)
β
= Parameter variabel terkait
I
= Investasi
G
= Pengeluaran pemerintah
X
= ekspor
e
= variabel pengganggu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
E. TEHNIK ANALISIS DATA
1. Metode Data Panel
Metode data Panel adalah metode yang menggabungkan observasi
lintas sektor (cross-section) dan runtut waktu (time series) sehingga
mengakibatkan jumlah observasi meningkat. Peningkatan jumlah
observasi ini menolong salah satu kendala yang dihadapi dalam penelitian
yaitu jumlah observasi yang tidak mencukupi ketika diestimasi dengan
runtut waktu atau observasi yang terlalu sedikit ketika diestimasi dengan
data lintas sektor untuk menghasilkan estimasi yang efisien (Akbar dalam
Suyanto, 2010).
Dengan Model Panel data dapat mengeluarkan unobserve variabel
tersebut yang disebut sebagai individual effect sehingga model produksi
tersebut menjadi lebih baik. Individual effect tersebut dikategorikan dua
macam yaitu Fixed Effect dan Random Effect. Secara hipotesis bahwa
jika sumber data berasal dari sampel maka dugaan model panel adalah
random effect, namun bila sumber data adalah data aggregate maka
kecenderungan adalah fixed effect (Nainggolan dalam Suyanti, 2010).
Menurut Baltagi (dalam Aisyah, 2007) keunggulan data panel
dibandingkan dengan data runtun waktu dan data lintas sektor adalah:
a. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam
tiap unit.
b. Dengan data panel, data lebih informative, mengurangi kolinearitas
antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37
digilib.uns.ac.id
c. Data panel lebih cocok digunakan untuk menggambarkan adanya
dinamika perubahan.
d. Data panel dapat lebih mampu mendeteksi dan mengukur dampak.
e. Data panel dapat digunakan untuk studi dengan model yang lebih
lengkap.
f. Data panel dapat meminimumkan bias yang mungkin dihasilkan
dalam agregasi.
2. Estimasi Model Data Panel
a. Pooled OLS
Teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel yang
merupakan data time series dan cross section dengan menggunakan
metode OLS. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi
individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar
variabel sama dalam berbagai kurun waktu.
b. Fixed Effect
Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kudrat terkecil biasa
adalah asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap
konstan baik antar daerah maupun antar waktu. Asumsi ini sangat ketat
dan mungkin tidak beralasan. Satu cara untuk memperhatikan “kekhas-an” unit cross-section atau unit time-series adalah dengan
memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan
terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda, baik lintas
unit cross-section maupun unit waktu.
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendekatan
yang
paling
sering
dilakukan
adalah
dengan
mengizinkan intercept bervariasi antar unit cross-section. Pada
pendekatan tersebut tetap mengasumsikan bahwa slope koefisien
adalah konstan antar unit cross-section. Untuk mengestimasi model
Fixed Effect dimana intersep berbeda antar individu digunakan metode
teknik variabel dummy untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut.
c. Random Effect
Dalam mengestimasi data panel dengan fixed effect melalui teknik
variabel dummy menunjukkan ketidakpastian model yang digunakan.
Untuk mengatasinya dapat menggunakan variabel residual yang
dikenal dengan model random effect. Di dalam model tersebut dapat
dilakukan pemilihan estimasi data panel dimana residual mungkin
saling berhubungan antar waktu dan antar individu.
Dalam menjelaskan random effect diasumsikan setiap variabel
mempunyai
perbedaan
intersep.
Namun
demikian,
kita
mengasumsikan bahwa intersep adalah variabel random atau stokastik.
Model ini sangat berguna jika individual variabel yang kita ambil
sebagai sampel adalah dipilih secara random dan merupakan wakil dari
populasi.
3. Pemilihan Metode Estimasi Data Panel
Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed
Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
commit to user
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F
=
(R - R )/m
(1 - R ) / n - k
2
UR
2
R
2
UR
Dimana:
R2UR
= R2 dari hasil estimasi data panel dengan metode fixed effect
R2 R
= R2 dari hasil estimasi data panel dengan metode pooled OLS
n
= Jumlah variabel dalam penelitian
k
= Jumlah data yang digunakan dalam penelitian
Jika nilai F signifikan, maka estimasi model dengan menggunakan
model fixed effect lebih baik dibandingkan dengan pooled OLS.
4. Uji Statistik
a. Uji t (Uji parsial)
Uji t ini merupakan pengujian variabel-variabel secara individu,
dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing
variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, dengan
beranggapan variabel independen lain tetap / konstan. Langkah-langkah
pengujian t-test adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995).
1) Menentukan hipotesisnya
a) Ho : b1 = 0
Berarti suatu variabel independen secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependent.
commit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Ho : b1 ¹ 0
Berarti
suatu
variabel
independen
secara
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Melakukan perhitungan nilai t sebagai berikut:
a) Nilai ttabel = t a / 2 ; N - K
Keterangan:
a : derajat signifikansi
N : jumlah sampel (banyaknya observasi)
K : banyaknya parameter
b) Nilai thitung =
bi
Se(b i )
Keterangan:
bi
: koefisien regresi
Se(b i ) : standar error koefisien regresi
3) Kriteria pengujian
Gambar 3.1
Daerah Kritis Uji t
Ho ditolak
Ho diterima
- ta/2; N - K
Ho ditolak
ta/2; N - K
Sumber : Gujarati, 1995
commit to user
individu
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Kesimpulan
a) Apabila nilai – ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima.Artinya
variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen secara signifikan.
b) Apabia nilai thitung > + ttabel atau thitung < - ttabel, maka Ho
ditolak.Artinya variabel independen mampu mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
b. Uji f (Uji simultan)
Uji f ini merupakan pengujian bersama-sama variabel independen
yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen secara signifikan. Langkahlangkah pengujian adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995) :
1) Menentukan Hipotesis
a) Ho : b1 = b 2 = b 3 = b 4 = 0
Berarti, semua variabel independen secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
b) Ho : b1 ¹ b 2 ¹ b 3 ¹ b 4 ¹ 0
Berarti, semua variabel independen secara individu berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2) Melakukan perhitungan nilai F sebagai berikut:
a) Nilai F table = F a; K - 1; N - K
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan:
N : jumlah sample / data
K : banyaknya parameter
b) Nilai F hitung =
R 2 /(K - 1)
(1 - R 2 )( N - K )
Keterangan :
R 2 : Koefisien determinasi
N : jumlah observasi/ sampel
K : banyaknya variabel.
3) Kriteria pengujian
Gambar 3.2
Daerah Kritis Uji F
Ho diterima
Ho ditolak
F(a; K -1; N - k)
Sumber : Gujarati, 1995
4) Kesimpulan
a) Apabila nilai F hit < F table, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya
variabel
independen
secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan.
commit to user
tidak
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Apabila nilai F hit > F table, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen secara signifikan.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R 2 untuk mengetahui berapa persen variasi variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis
regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi ( R 2 )
antara nol dan satu (0 < R 2 < 1). Jika koefisien determinasi 0, artinya
variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen, atau
dengan kata lain model tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi
dalam variabel tidak bebas. Jika koefisien determinan mendekati 1,
artinya variabel independen semakin mempengaruhi variabel dependen,
atau dengan kata lain model dikatakan lebih baik apabila koefisien
determinasinya mendekati 1.
5. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya
lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa atau semua
variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995). Salah satu
asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara
beberapa atau semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model
terdapat multikolinieritas,
maka
model tersebut memiliki kesalahan
commit
to user
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan
ketepatan tinggi.
Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linear yang
sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel
bebas. Multikolinearitas merupakan suatu masalah yang sering muncul
dalam ekonomi karena dalam ekonomi, sesuatu tergantung pada sesuatu
yang lain (everything depends on everything else). Multikolinearitas
dapat diketahui dengan melakukan pengujian dengan metode auxillary
regression
yang diambil dari
Klien’s rule of thumb
(Damodar
Gujarati, 2003), yaitu nilai R2a (awal) pada regresi antara variabel
dependen dengan semua variabel bebas dibandingkan dengan nilai R2
pada regresi antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas
lainnya. Jika R2 awal > R2 maka ketiga variabel memang layak atau
berguna untuk dimasukkan ke dalam model.
b. Uji Heterokedastisitas
Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan
penggangu mempunyai variasi yang sama. Apabila asumsi tersebut
tidak terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas, yaitu suatu
keadaan dimana variasi dari kesalahan penggangu tidak sama untuk
semua nilai variabel bebas. Terdapat beberapa metode yang
dipergunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model
empiris yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji white, Uji LM ARCH dan Uji
Breusch Pagan–Godfeg. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian
commit to user
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini akan menggunakan uji Park. Kriteria pengujian Yaitu dengan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Apabila thitung > ttabel maka
tidak ada masalah heterokesdasitas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan variabel
penggangu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan
penggangu periode lain. Asumsi ini untuk menegaskan bahwa nilai
variabel dependen hanya diterangkan (secara sistematis) oleh variabel
independen dan bukan oleh variabel gangguan (Gujarati, 1995).
Untuk menilai apakah model dalam penelitian terdapat masalah
autokorelasi atau tidak, maka digunakan pengujian dengan metode
Durbin-Watson test.
Gambar 3.3
Daerah Ho Diterima dan Ditolak uji Autokorelasi (DurbinWatson)
Ragu-
Ragu-
ragu
ragu
Autokore-
Tidak ada
Lasi (+)
Autokorelasi
0
dl
du
2
Autokorelasi (-)
4-du
4-dl
4
Hipotesis untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah :
Ho : tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif.
commit to user
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menguji hipotesis nol tidak ada autokorelasi, terdapat
tabel Durbin-Watson (DW), dengan kriteria hasil perhitungan DW
statistik dibandingkan dengan table (DW), sebagai berikut:
Jika d < dL = Menolak Ho
Jika du < d < 4-du = tidak menolak Ho
Jika dL ≤ d ≤ du atau 4-du ≤ d ≤ 4-dL = pengujian tidak
meyakinkan (inconclusive)
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Gambaran Umum
1. Kota Surakarta
a. Letak Geografis
Wilayah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota
Solo” merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Tengah
yang menunjang kota-kota lainnya, seperti Semarang maupun
Yogyakarta. Kota Surakarta merupakan wilayah dataran rendah
dengan ketinggian kurang lebih 92 meter dari permukaan laut dan
luas wilayah 44,06 km2, yang terletak pada 110° 45° 15˝ s/d 110°
45° 35˝ Bujur Timur, dan antara 7° 36° s/d 7° 56° Lintang Selatan.
Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di sebelah
utara, Kabupaten Karanganyar di sebelah timur, dan di sebelah
selatan dan barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.
b. Kependudukan
Keadaan
penduduk
Kota
Surakarta,
berdasarkan
pada
perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 tercatat
sebesar 514.948 jiwa. Berdasarkan pengamatan dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kota Surakarta
mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan jumlah penduduk
paling mencolok terjadi pada tahun 2002 dan 2003, terlihat bahwa
commit to user
47
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jumlah penduduk pada tahun 2002-2003 mengalami penurunan yaitu
dari 554.630 jiwa pada tahun 2002 menjadi 497.234 jiwa pada tahun
2003. Dan pada tahun-tahun berikutnya jumlah penduduk Kota
Surakarta juga mengalami peningkatan dan penurunan. Hal ini dapat
terlihat melalui tabel berikut :
Tabel 4.1
Data Jumlah Penduduk Kota Surakarta
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah
Penduduk
Surakarta
548.623
553.580
554.630
497.234
510.711
534.540
512.898
515.372
514.948
Sumber: BPS Surakarta Dalam Angka
2. Kabupaten Boyolali
a. Letak Geografis
Kabupaten Boyolali membentang dari barat-timur sepanjang 49
km dan utara-selatan sepanjang 54 km. Sebagian besar wilayahnya
adalah dataran rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan
yang tidak begitu terjal. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah
kurang-lebih 101.510.965 ha atau kurang dari 4,5% luas provinsi
Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali terletak 110° 22° s/d 110° 50°
commit to user
Bujur Timur, dan antara 7° 36° s/d 7° 71° Lintang Selatan. Adapun
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Boyolali adalah
sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen dan
Kabupaten Grobogan. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo,
sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten dan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebelah barat berbatasan
dengan wilayah Kabupaten Magelang dan Kota Semarang.
b. Kependudukan
Keadaan
penduduk
Kabupaten
Boyolali
berdasarkan
pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah
penduduk di Kabupaten Boyolali
mengalami peningkatan terus-
menerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten
Boyolali sebesar 921.730 jiwa, dan terus meningkat pada tahuntahun berikutnya hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten
Boyolali sebesar 952.447 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel
berikut :
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah
Penduduk
Sragen
840589
849441
851583
852647
854478
856755
861090
865743
876329
Sumber: BPS Boyolali Dalam Angka
3. Kabupaten Sukoharjo
a. Letak Geografis
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di
wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN, dimana secara geografis
terletak pada 110° 42° 06,79˝ s/d 110° 57° 33,7˝ Bujur Timur, dan
antara 7° 32° 17˝ s/d 7° 49° 32˝ Lintang Selatan dengan luas wilayah
444.666 km2. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten
Sukoharjo adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Surakarta
dan Kabupaten Karanganyar. Sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten
Karanganyar,
sebelah
selatan
berbatasan
dengan
Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri, sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.
commit to user
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kependudukan
Keadaan
penduduk
Kabupaten
Sukoharjo
berdasarkan
pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah
penduduk di Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan terusmenerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten
Sukoharjo sebesar 784.965 jiwa, dan terus meningkat pada tahuntahun berikutnya hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten
Sukoharjo sebesar 839.901 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.3
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah
Penduduk
Sukoharjo
784.965
795.680
802.502
808.811
815.089
821.213
826.289
831.613
839.901
Sumber: BPS Sukoharjo Dalam Angka
4. Kabupaten Wonogiri
a. Letak Geografis
Secara geografis lokasi Kabupaten Wonogiri berada dibagian
tenggara provinsi Jawa tengah. Secara umum Kabupaten Wonogiri
terletak pada garis 110° 41° s/d 110° 18° Bujur Timur, dan antara 7°
commit to user
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
32° s/d 8° 15° Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.822,37 km2.
Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri
adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten
Karanganyar,
sebelah
timur
berbatasan
dengan
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur),
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur)
dan Samudra Indonesia, Sebelah barat berbatasan dengan Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Klaten.
b. Kependudukan
Keadaan penduduk Kabupaten Wonogiri, berdasarkan pada
perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 tercatat
sebesar 1.194.676 jiwa. Berdasarkan pengamatan dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri
mengalami peningkatan terus menerus. Perubahan jumlah penduduk
paling mencolok terjadi pada tahun 2006 dan 2007, terlihat bahwa
jumlah penduduk pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan
yaitu dari 1.127.907 jiwa pada tahun 2006 menjadi 1.181.114 jiwa
pada tahun 2007. Hal ini dapat terlihat melalui tabel berikut :
commit to user
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah
Penduduk
Wonogiri
1.104.856
1.105.869
1.106.418
1.112.825
1.117.115
1.121.459
1.127.907
1.181.114
1.194.676
Sumber: BPS Wonogiri Dalam Angka
5. Kabupaten Karanganyar
a. Letak Geografis
Bagian barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran
rendah, yakni lembah bengawan Solo yang mengalir menuju ke
utara. Bagian timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari
gunung Lawu. Sebagian besar daerah Kabupaten Karanganyar
merupakan pegunungan yang masih tertutup hutan. Apabila dilihat
dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar
terletak antara 110° 40° s/d 110° 70° Bujur Timur, dan antara 7° 28°
s/d 7° 46° Lintang Selatan dengan luas wilayah 77.378,6374 ha.
Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Karanganyar
adalah sebelah timur berbatasan langsung dengan provinsi Jawa
Timur, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sragen, sebelah
user
selatan berbatasan commit
dengan toKabupaten
Wonogiri dan Kabupaten
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sukoharjo, sebelah barat berbatasan dengan Kota Surakarta dan
Kabupaten Boyolali.
b. Kependudukan
Keadaan penduduk Kabupaten Karanganyar berdasarkan
pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah
penduduk di Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan terusmenerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten
Karanganyar sebesar 795.982 jiwa, dan terus meningkat pada tahuntahun berikutnya hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten
Karanganyar sebesar 869.220 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.5
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah
Penduduk
Karanganyar
795.982
804.031
814.819
823.203
830.640
838.182
844.634
851.366
869.220
Sumber: BPS Karanganyar Dalam Angka
commit to user
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Kabupaten Klaten
a. Letak Geografis
Secara Geografis kabupaten Klaten terletak pada 110° 30° s/d
110° 45° Bujur Timur, dan antara 7° 30° s/d 7° 45° Lintang Selatan
dengan luas wilayah mencapai 665,65 km2. Menurut topografi
Kabupaten Klaten terletak diantara pegunungan Merapi dan
pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 m di atas
permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng gunung Merapi
di bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di
bagian selatan. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten
Klaten adalah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung
Kidul, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan
disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
b. Kependudukan
Keadaan penduduk Kabupaten Klaten berdasarkan pengamatan
dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di
Kabupaten Klaten mengalami peningkatan terus-menerus. Terlihat
dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Klaten sebesar
1.253.201 jiwa, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya
hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Klaten sebesar
1.348.531 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut :
commit to user
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah
Penduduk
Klaten
1.253.201
1.265.295
1.271.530
1.277.297
1.281.786
1.286.058
1.293.242
1.296.987
1.348.531
Sumber: BPS Klaten Dalam Angka
7. Kabupaten Sragen
a. Letak Geografis
Kabupaten Sragen merupakan salah satu dari 35 kabupaten
diprovinsi Jawa Tengah dan merupakan salah satu kabupaten yang
terletak di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN yang terletak pada
110° 45° s/d 110° 10° Bujur Timur, dan antara 7° 15° s/d 7° 30°
Lintang Selatan. Kabupaten Sragen mempunyai ketinggian rata-rata
109 m diatas permukaan laut, dengan standar deviasi sebesar 50 m.
Kabupaten Sragen mempunyai iklim tropis dengan suhu harian
bekisar antara 19°-31° c. Curah hujan rata-rata dibawah 3000 mm/th
dengan hari hujan dibawah 150 hari/th. Adapun yang menjadi batasbatas wilayah Kabupaten Sragen adalah sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Boyolali,commit
sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten
to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Grobogan, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ngawi (Jawa
Timur).
b. Kependudukan
Keadaan
penduduk
Kabupaten
Sragen
berdasarkan
pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah
penduduk di Kabupaten Sragen
mengalami peningkatan terus-
menerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten
Sragen sebesar 840.589 jiwa, dan terus meningkat pada tahun-tahun
berikutnya hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Sragen
sebesar 876.329 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk Kabupaten
Sragen yang mencolok pada tahun 2000 sampai 2001, pada tahun
2000 jumlah penduduk sebesar 840.589, sedangkan pada tahun 2001
jumlah penduduk sebesar 849.441 jiwa dan pada tahun 2007 sampai
2008, pada tahun 2007 jumlah penduduk sebesar 865.743 jiwa,
sedangkan pada tahun 2008 jumlah penduduk sebesar 876.329 jiwa.
Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut :
commit to user
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7
Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah
Penduduk
Sragen
840.589
849.441
851.583
852.647
854.478
856.755
861.090
865.743
876.329
Sumber: BPS Sragen Dalam Angka
commit to user
591
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian
1. Variabel Penyerapan Tenaga Kerja
Bekerja adalah kesempatan yang tersedia bagi tenaga kerja
sebagai faktor produksi untuk melakukan proses produksi. Adanya
kesempatan kerja ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk
melakukan kegiatan ekonomi yang menjadi sumber pendapatan,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah
angkatan kerja yang bekerja di Karesidenanan Surakarta pada tahun
2000 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan dan penurunan.
Penurunan terjadi pada tahun 2007 sampai 2008. Pada tahun 2007
jumlah angkatan kerja yang bekerja berjumlah 3.248.836 jiwa
sedangkan pada tahun 2008 berjumlah 3.136.851 jiwa. Peningkatan
terjadi pada tahun 2006 sampai tahun 2007, pada tahun 2006
berjumlah 3.069.886 jiwa, sedangkan pada tahun 2007 berjumlah
3.248.836 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut :
commit to user
1
Tabel 4.8
Data Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja (jiwa)
Kabupaten
Surakarta
Boyolali
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Klaten
Sragen
Jumlah
2000
213492
494343
362908
517904
391678
534606
433503
2948434
2001
214113
493572
370681
522638
146419
548277
298023
2593723
2002
216858
491368
388176
530289
400296
562775
412206
3001968
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Dalam Angka
60
2003
208894
496698
392099
503884
422274
578652
471663
3074164
Tahun
2004
225511
464817
402733
539426
416456
526319
445994
3021256
2005
214996
502366
407445
527299
443724
604888
436622
3137340
2006
233892
509602
412009
518823
401629
557425
436506
3069886
2007
260681
530864
426623
539364
434401
584022
472881
3248836
2008
251101
505189
411496
525547
425444
568193
449881
3136851
161
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Variabel Investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki oleh suatu daerah dan biasanya berjangka waktu lama.
Alasan individu atau perusahaan melakukan penanaman modal adalah
mengharapkan mendapat keuntungan dimasa yang akan datang.
Berdasarkan pada data Bank Indonesia jumlah penanaman modal
atau investasi antara tahun 2000 sampai tahun 2008 di Karesidenan
Surakarta mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan secara
terus-menerus terjadi antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2006.
Pada tahun 2000 jumlah investasi di Karesidenan Surakarta sebesar Rp
914,535,000 dan pada tahun 2006 investasi di Karesidenan Surakarta
berjumlah Rp 2,434,860,000. Investasi di Karesidenan Surakarta
mengalami penurunan pada tahun 2007, ini dapat terlihat dari
perbandingan jumlah investasi di Karesidenan Surakarta pada tahun
2006 sebesar Rp 2,434,860,000 dan pada tahun 2007 sebesar Rp
2,412,918,000 dan pada tahun 2008 invstasi di Karesidenan Surakarta
mengalami peningkatan sebesar Rp 2,418,939,000 . Hal ini dapat
terlihat pada tabel berikut :
commit to user
1
Tabel 4.9
Tabel Data Investasi Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta (juta rupiah)
Kabupaten
Surakarta
Boyolali
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Klaten
Sragen
Jumlah
2000
2001
2002
2003
541,944,000 641,502,000 610,047,000 809,001,000
113,175,000 51,201,000 66,987,000 73,503,000
33,291,000 108,972,000 135,954,000 206,424,000
95,436,000 122,452,000 283,635,000 89,379,000
42,849,000 45,801,000 52,074,000 48,123,000
54,315,000 52,578,000 55,827,000 85,347,000
33,525,000 34,659,000 64,188,000 71,739,000
914,535,000 1,057,165,000 1,268,712,000 1,383,516,000
Tahun
2004
2005
2006
746,802,000 916,065,000 907,749,000
57,609,000 113,706,000 223,227,000
405,009,000 376,794,000 223,227,000
294,327,000 309,348,000 302,553,000
97,326,000 101,142,000 354,159,000
101,349,000 107,235,000 69,786,000
230,454,000 259,299,000 354,159,000
1,932,876,000 2,183,589,000 2,434,860,000
Sumber: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Daerah Karesidenan Surakarta
62
2007
2008
903,735,000 906,327,000
228,258,000 224,919,000
208,863,000 224,622,000
298,125,000 311,472,000
354,177,000 342,522,000
75,465,000 79,038,000
344,295,000 330,039,000
2,412,918,000 2,418,939,000
631
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Variabel Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah dimaksudkan untuk mengalokasikan
anggaran dari pendapatan daerah untuk membiayai operasional daerah
juga untuk membiayai operasional daerah juga untuk membiayai
proyek-proyek khusus daerah. Berdasarkan perhitungan Badan Pusat
Statistik (BPS) jumlah pengeluaran pemerintah antara tahun 2000
sampai tahun 2008 di Karesidenan Surakarta megalami peningkatan
dan penurunan.
Pada tahun 2000 jumlah pengeluaran pemerintah di Karesidenan
Surakarta sebesar Rp 712,409,674 dan pada tahun 2001 menigkat
menjadi Rp 3,783,468,910,. Jumlah pengeluaran pemerintah di
Karesidenan Surakarta pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2004
mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2002 pengeluaran
pemerintah di Karesidenan Surakarta sebesar Rp 2,666,448,247 dan
pada tahun 2003 mengalami peningkatan menjadi Rp 2,745,692,261,
sedangkan pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta pada
tahun 2004 sebesar Rp 2,735,713,095 ini berarti pengeluaran
pemerintah
di
Karesidenan
Surakarta
mengalami
penurunan.
Pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta pada tahun 2005
sampai dengan 2008 mengalami peningkatan secara terus-menerus,
jumlah pengeluaran pemerintah di Karesidenen Suarakarta pada tahun
2005 sebesar Rp 3,083,030,551 dan pada tahun 2008 sebesar Rp
5,534,355,459.
Hal
ini
dapat terlihat
commit to user
pada
tabel
berikut
:
1
Tabel 4.10
Data Pengeluaran Pemerintah Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta (juta rupiah)
Kabupaten
Surakarta
Boyolali
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Klaten
Sragen
Jumlah
2000
2001
2002
2003
91,348,629 280,561,619 931,794,480 351,968,337
104,122,537 172,947,203 287,112,031 430,749,856
82,369,860 135,611,008 202,601,519 336,907,166
117,051,084 201,825,129 300,401,019 403,084,458
85,634,912 147,277,661 266,943,817 348,659,943
137,320,496 2,568,109,175 401,310,426 483,855,113
94,562,156 277,137,115 276,284,955 390,467,388
712,409,674 3,783,468,910 2,666,448,247 2,745,692,261
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Dalam Angka
64
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
327,393,370 318,941,418 470,560,732 656,247,692 760,080,852
395,692,550 382,077,385 471,110,937 738,497,675 793,262,108
329,529,000 307,736,896 422,997,440 634,302,937 717,122,974
444,084,458 441,082,709 604,492,633 635,205,765 688,055,132
363,553,294 348,879,655 546,038,250 619,989,534 772,834,364
495,124,462 518,208,433 585,382,497 866,452,800 1,000,357,887
380,335,961 766,104,055 557,444,774 701,934,395 802,642,142
2,735,713,095 3,083,030,551 3,658,027,263 4,852,630,798 5,534,355,459
1
digilib.uns.ac.id
65
perpustakaan.uns.ac.id
4. Variabel Ekspor
Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita
miliki pada Negara lain, dengan mengharapkan pembayaran dalam
valuta asing. Kegiatan ekspor bertujuan untuk menambah pendapatan
daerah pengekspor.
Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah
nilai ekspor antara tahun 2000 sampai tahun 2008 di Karesidenan
Surakarta mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan jumlah
penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2005 sampai dengan
tahun 2007. Pada tahun 2005-2006 jumlah nilai ekspor di Karesidenan
Surakarta mengalami penurunan, yaitu dari Rp 53,585,372,096 pada
tahun 2005 menjadi Rp 42,045,921,003 pada tahun 2006. Dan pada
tahun 2006-2007 jumlah nilai ekspor di Karesidenan Surakarta
mengalami peningkatan, yaitu Rp 42,045,921,003 pada tahun 2006
menjadi Rp 70,435,358,630 pada tahun 2007. Hal ini dapat terlihat
pada tabel berikut :
commit to user
67
Tabel 4.11
Data Nilai Ekspor Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta (juta rupiah)
Kabupaten
2000
2001
2002
2003
26,477,675 26,477,675 23,445,193 36,891,784
Surakarta
104,108,400 429,749,100 344,044,800 238,322,700
Boyolali
135,545,627 136,729,948 140,628,841 145,892,056
Sukoharjo
Wonogiri 7,678,200,316 10,367,872,992 5,392,371,246 16,830,190,400
Karanganyar 109,236,600 42,748,200 56,281,500 41,114,700
148,200,774 156,429,939 178,294,220 167,823,618
Klaten
Sragen 12,238,766,000 12,238,766,000 14,759,553,000 13,476,700,000
Jumlah 20,440,535,392 23,398,773,854 20,894,618,800 30,936,935,258
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Dalam Angka
66
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
33,742,243 31,253,361 35,754,917 35,420,129 36,788,101
427,699,800 310,097,700 572,804,100 740,361,600 717,839,100
148,528,279 150,272,360 152,303,006 152,303,006 157,293,965
25,682,287,036 34,851,075,001 20,501,875,001 47,723,107,644 48,245,177,810
111,622,500 79,596,000 70,507,800 86,277,300 89,832,900
273,898,328 342,616,674 456,876,179 632,888,951 683,578,720
17,820,461,000 17,820,461,000 20,255,800,000 21,065,000,000 21,987,284,000
44,498,239,186 53,585,372,096 42,045,921,003 70,435,358,630 71,917,794,596
68
digilib.uns.ac.id
67
perpustakaan.uns.ac.id
C. Deskripsi Data
Data-data
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
seluruhnya
merupakan data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh dengan
cara mencatat dari instansi yang terkait dengan penelitian. Data tersebut
diperoleh dari dokumen-dokumen yang berisi data statistik dari berbagai
edisi yang diterbitkan oleh instansi terkait, yaitu Biro Pusat Statistik (BPS)
dan data-data yang diterbitkan dari sumber-sumber penunjang lainnya.
D. Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
investasi daerah, pengeluaran pemerintah pemerintah, dan nilai ekspor
daerah terhadap penyerapan tenaga kerja, dengan menggunakan regresi
linier data panel.
Dalam penelitian ini persamaan model regresi adalah sebagai
berikut:
Yit = β0 + β1I1it + β2G2it + β3X3it + eit
Keterangan :
Y
= Penyerapan tenaga kerja
t
= Jumlah tahun yang diteliti 2000-2008
i
= Kota/Kabupaten SeKaresidenan Surakarta
(SUBOSUKOWONOSRATEN)
β
= Parameter variabel terkait
I
= Investasi
G
= Pengeluaran pemerintah
commit to user
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X
= ekspor
e
= variabel pengganggu
Model pengolahan data dengan menggunakan program Econometric
Views (E-views) versi 4.0.
1. Hasil Estimasi Model Regresi
a. Pendekatan Pooled OLS
Tabel 4.12 menunjukkan hasil estimasi data panel dengan
menggunakan pendekatan pooled OLS. Berdasarkan hasil estimasi
data panel tersebut, diperoleh nilai R² sebesar 0.558779. Hal ini
berarti model mampu menjelaskan variasi kesempatan kerja
sebesar 55,87%.
Tabel 4.12
Hasil Estimasi Data Panel Periode
2000-2008 Pendekatan Pooled OLS
Variabel
Investasi daerah(I)
Pengeluaran pemerintah
daerah(G)
Ekspor daerah (Ex)
Pooled OLS
Koefisein
0.000304
Probabilitas
0.0000
thitung
7.659383
Koefisein
0.000085
Probabilitas
0.0033
thitung
3.061826
Koefisein
0.0000024
Probabilitas
0.0063
thitung
2.834446
F
24.90661
R²
0.558779
D-W
1.025101
Sumber : Data diolah
commit to user
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa variabel investasi
daerah, pengeluaran pemerintah daerah dan ekspor daerah memiliki
pengaruh signifikan yang positif terhadap variabel kesempatan
kerja. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Berikutnya analisis
akan dilakukan dengan pendekatan fixed effect.
b. Pendekatan Fixed Effect
Hasil estimasi dengan pendekatan Fixed Effect pada Tabel
4.13 menunjukkan bahwa variabel investasi daerah secara statistik
signifikan pada α=5% dengan koefisiennya sebesar 0,0000968.
Variabel pengeluaran pemerintah daerah secara statistik signifikan
pada α=5% dengan koefisiennya sebesar 0,0000125. Variabel
ekspor daerah secara statistik signifikan pada α=5% dengan
koefisiennya sebesar 0,0000184.
Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa investasi daerah,
pengeluaran daerah dan ekspor daerah memiliki efek positif dan
signifikan terhadap kesempatan kerja dimana sesuai dengan
hipotesis penelitian. Hasil estimasi dengan fixed effect memiliki
nilai R² sebesar 0,996763. Hal ini berarti model mampu
menjelaskan variasi kesempatan kerja sebesar 99,67%.
commit to user
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.13
Hasil Estimasi Data Panel Periode 2000-2008
Pendekatan Fixed Effect
Variabel
Konstanta
Investasi daerah(I)
Pengeluaran pemerintah
daerah(G)
Ekspor daerah (Ex)
Fixed Effect
454617.1
Koefisein
0.0000968
Probabilitas
0.0001
thitung
6.166527
Koefisein
0.0000125
Probabilitas
0.0149
thitung
3.408170
Koefisein
0.0000184
Probabilitas
0.0448
thitung
2.746331
Surakarta
145700.4
Boyolali
481194.7
Sukoharjo
372070.3
Wonogiri
501474.4
Karanganyar
366608.1
Klaten
545728.0
Sragen
407262.0
F
8159.543
R²
0.996763
D-W
2.201844
Sumber : Data diolah
Nilai intersep untuk masing-masing daerah ialah: Surakarta
sebesar 145700.4, Boyolali sebesar 481194.7, Sukoharjo sebesar
372070.3, Wonogiri sebesar 501474.4, Karanganyar sebesar
366608.1, Klaten sebesar 545728.0, Sragen sebesar 407262.0.
Dengan demikian, pendekatan Fixed Effect menjelaskan adanya
pebedaan penyerapan tenaga kerja ketujuh daerah tersebut.
commit to user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pemilihan Metode Estimasi Data Panel
Hasil perbandingan estimasi Pooled OLS dan Fixed Effect dengan
Restricted F test diperoleh hasil sebagai berikut:
F
(R - R )/m
=
(1 - R ) / n - k
2
UR
2
R
2
UR
=
(0,996763 - 0,5588)/4
(1 - 0,996763) / 60
= 2027,6074
Nilai F sebesar 2027,6074 adalah signifikan, artinya estimasi
model dengan menggunakan fixed effect lebih baik dibandingkan
dengan pooled OLS. Berdasarkan hasil regresi Fixed Effect, diperoleh
estimasi model regresi sebagai berikut:
Penyerapan tenaga kerja = 454617.1+ 0.0000968Investasi daerah +
0.0000125Pengeluaran pemerintah daerah+ 0.0000184Nilai Ekspor
daerah
Setelah diperoleh nilai dari persamaan regresi tersebut, maka di
lakukan uji statistik dan uji ekonometrika.
3. Uji statistik
Berdasarkan hasil perhitungan data panel dengan pendekatan
fixed effect, diperoleh nilai thitung, fhitung, dan R2 adalah sebagai berikut :
commit to user
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Uji t (Uji Parsial)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen
dengan dasar batas-batas pengujian sebagai berikut :
Ho : bi = 0 artinya tidak ada pengaruh dari masing-masing
variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen.
Hi : bi ¹ 0 Artinya ada pengaruh dari masing masing
variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen.
Kriteria Pengujian :
Ho diterima jika thitung berada di daerah penerimaan
Ho ditolak jika thitung berada di daerah penolakan
Dengan a = 5% dan derajat kebebasan sebesar n – k (63 – 3)
diperoleh t – tabel sebesar 2,000.
1) Pengujian pengaruh investasi daerah (I) terhadap penyerapan
tenaga kerja (Y)
Diperoleh nilai koefisien = 0,0000968 sedangkan thitung
sebesar 6,166527 dan ttabel sebesar 2,000 sehingga |6,166527| >
|2,000|, dimana nilai probabilitas diperoleh = 0,0001 < 0,05.
Dikarenakan nilai thitung > ttabel (6,166527 > 2,000), maka Ho
ditolak. Artinya variabel investasi daerah
signifikan terhadap
penyerapan
commit
to user tenaga kerja.
berpengaruh
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.1
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Investasi Daerah
Daerah Tolak Ho
Daerah Tolak Ho
Daerah Terima Ho
-2,000
2,000
6,166
Sumber : Gujarati, 1995
2) Pengujian pengaruh pengeluaran pemerintah daerah (G)
terhadap penyerapan tenaga kerja (Y)
Diperoleh nilai koefisien = 0,0000125 sedangkan thitung
sebesar 3,408170 dan ttabel sebesar 2,000 sehingga |3,408170| >
|2,000|, dimana nilai probabilitas diperoleh = 0,0149 < 0,05.
Dikarenakan nilai thitung > ttabel (3,408170 > 2,000), maka Ho
ditolak. Artinya variabel pengeluaran pemerintah daerah
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Gambar 4.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk
Pengeluaran Pemerintah Daerah
Daerah Tolak Ho
Daerah Tolak Ho
Daerah Terima Ho
-2,000
Sumber : Gujarati, 1995
commit to user
2,000
3,408
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Pengujian pengaruh ekspor daerah (X) terhadap penyerapan
tenaga kerja (Y)
Diperoleh nilai koefisien = 0,0000184 sedangkan thitung
sebesar 2,746331 dan ttabel sebesar 2,000 sehingga |2,746331| >
|2,000|, dimana nilai probabilitas diperoleh = 0,0448 < 0,05.
Dikarenakan nilai thitung > ttabel (2,746331 > 2,000), maka Ho
ditolak. Artinya variabel ekspor daerah berpengaruh signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja.
Gambar 4.3
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Ekspor Daerah
Daerah Tolak Ho
Daerah Tolak Ho
Daerah Terima Ho
-2,000
Sumber : Gujarati,
1995
b.
2,000
2,746
Uji F (Uji Simultan)
Uji F-test merupakan uji statitik yang digunakan untuk
mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang diuji
adalah:
Ho : b1 = b2 = b3 = 0
Artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hi : b1 ¹ b2 ¹ b3 ¹0
commit to user
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen.
Kriteria pengujian :
Ho diterima bila Fhitung < Ftabel
Ho ditolak bila Fhitung > Ftabel
Ftabel dicari dengan cara menggunakan a = 5% dan derajat
kebebasan (k, N – k-1) maka (3, 63-3-1) sehingga diperoleh
Ftabel sebesar 2,76.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung sebesar 8159,543
dengan p=0,000000. Dikarenakan Fhitung > Ftabel (8159,543 > 2,76)
dengan p<0,05, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian secara simultan seluruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan. Artinya investasi daerah, pengeluaran pemerintah
daerah, dan ekspor daerah secara bersama-sama berpengaruh
terhadap penyerapan tenaga kerja.
Gambar 4.4
Daerah Penerimaan dan Penolakan uji F
Daerah tolak Ho
Daerah terimaHo
Sumber : Gujarati, 1995
2,76
commit to user
8159,543
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Koefisien Determinan R2
R2 atau koefisien Determinan digunakan untuk mengukur
kebaikan dari regresi yaitu menunjukan seberapa besar variasi dari
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independennya dalam model koefisien determinasi menyatakan
persentase total variasi dari variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen dalam model. Nilai R2
menunjukkan bahwa variasi variabel dependen dapat dijelaskan
oleh variasi variabel independen. Sebaliknya jika nilai R2
mendekati 0, maka variasi dari variabel dependen tidak dapat
dijelaskan oleh variabel independen.
Nilai koefisien determinan (R2) dari hasil estimasi koefisien
determinasi adalah sebesar 0.996763. Artinya 99,67% variasi
penyerapan tenaga kerja dapat dijelaskan oleh investasi daerah,
pengeluaran pemerintah daerah, dan ekspor daerah. Sedangkan
sisanya sebesar 0,33% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dihipotesiskan atau tidak dimasukkan ke dalam model.
4. Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil perhitungan data panel dengan pendekatan
fixed effect, analisis untuk mengetahui ada tidaknya masalah
multikolinieritas, heterokesdastisitas dan autokorelasi adalah sebagai
berikut :
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linear yang
sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua
variabel bebas. Multikolinearitas merupakan suatu masalah yang
sering muncul dalam ekonomi karena dalam ekonomi, sesuatu
tergantung pada sesuatu yang lain (everything depends on
everything else).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya
masalah multikolnieritas adalah dengan menggunakan metode
auxillary regression yang diambil dari Klien’s rule of thumb
(Gujarati, 2003), yaitu membandingkan nilai R2 pada regresi
dengan tiga variabel bebas dengan r2 pada regresi antar variabel
bebas. Jika R2 > r2, maka multikolinieritas tidak menjadi masalah.
Berdasarkan perhitungan didapat nilai R2 sebesar 0.996763.
Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel
dependen
Variabel
independen
r2
R2
Investasi daerah
(I)
Pengeluaran
pemerintah
daerah (G)
0.707976
0.996763
Investasi daerah
(I)
Ekspor daerah
(Ex)
0.696637
0.996763
Pengeluaran
pemerintah
daerah (G)
Ekspor daerah
(Ex)
0.507938
0.996763
Sumber : Data diolah
commit to user
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode auxillary
regression didapat nilai r2 lebih kecil dari nilai R2. Dapat
disimpulkan bahwa multikolinieritas dalam penelitian tidak
menjadi masalah.
b.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian terhadap ada tidaknya heteroskedastisitas dalam
model empirik di lakukan dengan uji Park. Kriteria pengujian
Yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Apabila
thitung > ttabel maka tidak ada masalah heterokesdasitas.
Tabel 4.15
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel
Investasi daerah
(I)
Pengeluaran
pemerintah daerah
(G)
Ekspor daerah (X)
thitung
Tanda
ttabel
Keterangan
Tidak ada masalah
heteroskedastisitas
6,166
>
2,000
3,408
>
2,000
Tidak ada masalah
heteroskedastisitas
2,746
>
2,000
Tidak ada masalah
heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah
Dari hasil perhitungan menunjukkan tidak ada gangguan
heteroskedastisitas yang terjadi dalam proses estimasi parameter
model penduga, dimana tidak ada nilai thitung yang lebih kecil dari
ttabel.
Sehingga
dapat
disimpulkan
tidak
ada
masalah
heteroskedastisitas dalam penelitian ini.
c.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi apabila pengganggu dalam suatu periode
commit
to kesalahan
user
mempunyai korelasi
dengan
pengganggu dengan periode
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebelumnya. Adapun untuk melihat autokorelasi dapat digunakan
uji Durbin Watson (D-W).
Sasaran yang hendak dijelaskan guna mengetahui ada
tidaknya penyimpangan autokorelasi adalah dengan menunjukan
posisi dari nilai Durbin-Watson yang diperoleh dari hasil
perhitungan regresi. Sedangkan penentuan adalah dengan cara
membandingkan antara nilai dU tabel dengan DW hitung dan dL
tabel juga dengan DW hitung. Dari hasil perhitungan regresi linier
data panel diketahui nilai Durbin Watson sebesar 2,201844. Nilai
DW tabel dengan derajat kepercayaan 5% dan derajat bebas
variabel bebas sebanyak 3 dan jumlah sampel sebanyak 63
diperoleh nilai dL sebesar 1,50 dan nilai dU sebesar 1,69.
Tabel 4.16
Hasil Uji Autokorelasi
D-W
2,201
dL
dU
4-dU
Kriteria
1,50
1,69
2,30
1,69 > 2,201> 2,30
Keterangan
Bebas
autokorelasi
Sumber: Data diolah
Nilai statistik Durbin Watson berdasarkan jumlah selisih
kuadrat nilai-nilai taksiran faktor-faktor gangguan yang beruntun.
Durbin Watson test merupakan test yang paling sering digunakan
untuk mendeteksi adanya autokorelasi sehingga tidak perlu
dihitung lagi dan langsung bisa dibandingkan dengan nilai statistik
Durbin Watson tabel (Ghozali, 2001). Hasil uji autokorelasi dapat
digambarkan sebagai berikut:
commit to user
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.5
Daerah Kritis Uji Durbin-Watson
Menolak Ho
Bukti
Autokorelasi
positif
0
Daerah Tidak ada
keputusan
Daerah Tidak ada
keputusan
Menerima Ho
atau H*o atau
kedua-duanya
dL
1,50
du
1,69
2
4-du
2,30
Menolak
H*o
Bukti
Autokorelasi
negatif
4-dL
2,50
D-W =
2,201
Nilai D-W berada di daerah bebas autokorelasi, yaitu du <
D-W < 4-dU yaitu 1,69 > 2,201 > 2,30, sehingga dapat
dinyatakan bahwa tidak ada gangguan autokorelasi dalam
regresi.
5. Pembahasan Hasil Penelitian
a) Pengaruh investasi daerah terhadap penyerapan tenaga kerja.
Hasil uji hipotesis, nilai probabilitas diperoleh 0,0001 dengan
tingkat signifikasi sebesar 5%. Artinya investasi daerah berpengaruh
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika investasi di
Karesidenan Surakarta meningkat, maka penyerapan tenaga kerja
akan bertambah. Artinya dengan bertambahnya investasi maka
commit to user
4
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesempatan kerja akan bertambah karena tumbuhnya industri.
Begitu juga sebaliknya berkurangnya investasi maka kesempatan
kerja akan berkurang.
Investasi daerah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja di Karesidenan Surakarta, maka penelitian ini sesuai
dengan teori (Sukirno, 2000), yang berpendapat bahwa kenaikan
investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan
nasional, maka peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertambahan
dalam kesempatan kerja. Pertambahan barang modal sebagai
akaibat dari investasi akan menambahkan kapasitas produksi di
masa yang akan dating, perkembangan ini akan menstimular
perubahan produksi nasional dan kesempatan kerja.
Hasil perhitungan variabel investasi daerah di Karesidenan
Surakarta pada tahun 2000-2008 mempunyai nilai koefisien sebesar
0,0000968×100000 = 9 dengan arah parameter positif, hal ini berarti
bahwa setiap kenaikan investasi sebesar 1 juta rupiah, maka akan
meningkatkan proporsi penyerapan tenaga kerja ± 9 jiwa, dengan
asumsi variabel yang lain dianggap konstan.
Berdasarkan sudut pandang ekonomi makro, maka investasi
atau penanaman modal merupakan pengeluaran yang menambah
modal bagi masyarakat. Modal tersebut dapat berupa penambahan
sejumlah uang yang diinvestasikan maupun penambahan pada
faktor-faktor produksi. Investasi daerah adalah semua pembelian
commit to user
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pembelian
barang dan jasa yang dimaksud adalah pembelian barang atau jasa
pada tahun yang bersangkutan. Artinya bahwa pengeluaran
pemerintah daerah tersebut adalah pengeluaran di pasar barang.
Pengeluaran pemerintah tersebut tergambar dalam APBD pada sisi
pengeluaran pembangunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan investasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah
mampu meningkatkan proporsi kesempatan kerja.
b) Pengaruh
pengeluaran
pemerintah
daerah
terhadap
penyerapan tenaga kerja.
Hasil uji hipotesis, dengan nilai probabilitas 0,0149 pada taraf
signifikasi 5%. Artinya pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika pengeluaran
pemerintah daerah di Karesidenan Surakarta meningkat, maka
penyerapan tenaga kerja akan bertambah. Begitu juga sebaliknya
berkurangnya pengeluaran pemerintah maka kesempatan kerja akan
berkurang.
Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta, maka penelitian
ini sesuai dengan teori (Susanti, 1995), yang berpendapat bahwa
alokasi anggaran untuk bantuan diprioritaskan untuk sektor-sektor
yang dapat merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan
ekonomi secara lebih luas dan intensif. Pada nantinya pengeluaran
commit to user
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintah tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada sektor
industri sehingga dapat memperluas lapangan kerja.
Hasil perhitungan variabel pengeluaran pemerintah daerah di
Karesidenan Surakarta pada tahun 2000-2008 mempunyai nilai
koefisien sebesar 0,0000125×100000 = 1 dengan arah parameter
positif, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan pengeluaran
pemerintah daerah sebesar 1 juta rupiah, maka akan meningkatkan
proporsi penyerapan tenaga kerja ± 1 jiwa, dengan asumsi variabel
yang lain dianggap konstan.
Pengeluaran pemerintah daerah merupakan pengeluaran rutin
dan pengeluaran pembangunan yang berwujud pada dana-dana
pembiayaan. Pembiayaan tersebut tidak semuanya disalurkan untuk
kebutuhan proyek-proyek pembangunan tetapi sebagian besar
dipergunakan untuk pengeluaran rutin. Pada dasarnya pengeluaran
pembangunan merupakan sarana untuk mewujudkan kesejahteraan,
dengan kata lain untuk meningkatkan kemakmuran secara merata
dan serasi antar daerah dan antar golongan, dilaksanakan melalui
upaya bidang ekonomi. Prioritas diberikan kepada sektor-sektor
yang dapat merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan
ekonomi secara lebih luas dan intensif. Hal ini sekaligus berarti
perluasan lapangan dan kesempatan kerja.
Pengeluaran pemerintah berfungsi untuk membiayai pelayanan
atau program pembangunan tertentu. Terdapat hubungan antara
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan
pengeluaran
pemerintah
dengan
tahap-tahap
pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap
menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan
ekonomi, prosentase investasi pemerintah terhadap total investasi
besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan
prasarana, seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan
sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi
pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan
investasi swasta sudah semakin membesar. Pada tingkat ekonomi
yang lebih lanjut, pembangunan ekonomi berwujud pada aktivitas
pemerintah yang beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaranpengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya program
kesejahteraan, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan
sebagainya.
c) Pengaruh ekspor daerah terhadap penyerapan tenaga kerja
Hasil uji hipotesis nilai probabilitas 0,0448 pada taraf
signifikansi 5%. Artinya ekspor daerah berpengaruh signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika ekspor daerah di
Karesidenan Surakarta meningkat, maka penyerapan tenaga kerja
akan bertambah. Artinya dengan bertambahnya ekspor daerah maka
kesempatan kerja akan bertambah karena tumbuhnya industri.
commit to user
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Begitu juga sebaliknya berkurangnya ekspor maka kesempatan
kerja akan berkurang.
Ekspor daerah berpengaruh signifikan, maka penelitian ini
sesuai dengan teori (Djojohadikusumo dalam Boediono, 1995),
yang
berpendapat
bahwa tujuan
dilakukannya
perdagangan
internasional salah satunya adalah untuk mengatasi hambatan
ekonomi, terutama dalam upaya meningkatkan pendapatan dam
memperluas kesempatan kerja.
Hasil perhitungan variabel ekspor daerah di Karesidenan
Surakarta pada tahun 2000-2008 mempunyai nilai koefisien sebesar
0,0000184×100000 = 2 dengan arah parameter positif, hal ini berarti
bahwa setiap kenaikan ekspor daerah sebesar 1 juta rupiah, maka
akan meningkatkan proporsi penyerapan tenaga kerja ± 2 jiwa
dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan.
Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya
lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja.
Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan
mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat
memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah
lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.
Daerah pengekspor akan menggunakan faktor produksi yang
melimpah secara intensif. Dengan adanya ekspor, suatu daerah
commit to user
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat menaikkan produksi barang-barang yang sudah tidak dapat
dijual lagi dalam negeri tetapi masih dapat dijual di luar negeri.
Perluasan pasar yang terjadi akan mendorong sektor produktif untuk
mengadakan teknik produksi yang lebih tinggi produktifitasnya dan
memperluas produksi, sehingga dapat memperluas kesempatan
kerja di daerah.
commit to user
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Investasi daerah secara parsial, berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun
2000-2008.
2. Pengeluaran pemerintah daerah secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta
tahun 2000-2008.
3. Ekspor daerah secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun
2000-2008.
4. Investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di
Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.
commit to user
87
89
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat
menciptakan iklim investasi yang baik sehingga banyak investor yang
menanamkan modalnya di daerah tersebut. Upaya menciptakan iklim
investasi yang baik dapat dilaksanakan dengan mempermudah
pengurusan ijin usaha, pengurangan jenis dan besarnya pajak, dan
penyediaan lahan industri yang strategis.
2. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengeluaran pemerintah dari penggunaan
anggaran belanja pembangunan. Pemerintah daerah harus lebih
bijaksana dalam memprioritaskan pembangunan daerahnya, terutama
untuk dapat memberikan sarana dan prasarana seperti pembangunan
jalan serta pengembangan sumber daya manusia yang lebih merata.
Agar dapat lebih memperluas lapangan kerja Pemerintah Daerah harus
lebih tajam dalam pengalokasian pengeluarannya untuk sektor-sektor
industri yang berorientasi pada padat karya. Pemerintah Daerah
hendaknya perlu mengembangkan sektor yang masih potensial seperti
pertanian, perkebunan, dan wisata.
3. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat
mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang strategis atau potensial
dalam
rangka
meningkatkan pertumbuhan
commit to user
ekspor.
Dengan
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatnya ekspor diharapkan dapat menaikkan permintaan barang
dan jasa, sehingga produksi dalam negeri menigkat, maka hal tersebut
akan memperluas lapangan kerja.
4. Hal menarik dalam penelitian ini adalah investasi daerah, pengeluaran
pemerintah daerah dan ekspor daerah di Karesidenan Surakarta
mengalami peningkatan setiap tahun namun penyerapan terhadap
penduduk usia kerja di Karesidenan Surakarta hanya sedikit,
kemungkinan ini disebabkan oleh faktor migrasi penduduk di sekitar
Karesidenan Surakarta. Migrasi penduduk memiliki dampak positif
karena meningkatkan kesejahteraan rumah tangga para migran, dan
dampak negatif nya terhadap penyerapan tenaga (penduduk usia kerja)
di daerah tujuan mengalami penurunan. Hendaknya Pemerintah
Daerah Se-Karesidenan Surakarta membuat kebijakan-kebijakan dalam
penyerapan tenaga kerja diutamakan pada penduduk usia kerja di
daerah.
5. Penyerapan tenaga secara tidak langsung dipengaruhi oleh konsumsi,
investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, dan impor. Karena
keterbatasan waktu dan data, dalam penelitian ini penyerapan tenaga
kerja hanya dipengaruhi oleh investasi, pengeluaran pemerintah dan
ekspor. Untuk peneliti-peneliti selanjutnya dalam meneliti masalah
tentang penyerapan tenaga kerja hendaknya juga menyertakan variabel
konsumsi dan impor sebagai variabel yang mempengaruhi penyerapan
tenaga kerja.
commit to user
Download