BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan masa dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai oleh perubahan fisiologis seperti mual dan muntah, perubahan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan. Kesehatan gigi dan mulut saat hamil juga dipengaruhi oleh perubahan pola makan dan kurangnya menjaga kebersihan mulut (Jayanth dkk., 2006). Beberapa pasien merasa bahwa ketika hamil, ibu hamil kehilangan motivasi untuk menyikat giginya (Hamissi dkk., 2010). Penelitian tentang kesehatan mulut ibu hamil didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu hamil pada penelitiannya melakukan sikat gigi satu kali sehari sebesar 58,5% (Vasiliauskiene, 2003). Wanita hamil malas menyikat gigi karena menyikat gigi dapat menyebabkan muntah (Diana, 2009) Ibu hamil lebih berisiko menderita penyakit periodontal karena adanya peningkatan level hormon esterogen dan pogesteron (Tanin dkk., 2003). Gingivitis atau periodontitis merupakan bentuk penyakit periodontal (Thomas dkk., 2008). Faktor utama terjadinya penyakit periodontal adalah bakteri plak, sama halnya seperti ibu yang tidak hamil (Maulid, 2008). Peningkatan hormon merupakan faktor yang memperparah reaksi peradangan pada jaringan periodontal (Carranza dan Newman, 1996).Peningkatan jumlah mikroba plak gigi akan terjadi pada keadaan gingiva yang mengalami inflamasi (Daliemuth, 2008). 1 2 Kontrol plak merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit periodontal dan kunci keberhasilan perawatan kesehatan gigi secara keseluruhan (Loe, 1965 sit Tjahja, 2005). Pelaksanaan kontrol plak penting dilakukan untuk mencegah peradangan gingiva akibat iritasi lokal, gangguan keseimbangan hormonal dan kelainan- kelainan di rongga mulut selama kehamilan (Hasibuan, 2004). Usaha pengendalian plak gigi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara mekanis dan kimiawi(Daliemunthe, 1998). Cara mekanis yaitu dengan menggunakan sikat gigi dan dental floss (Hamsar, 2006). Pengendalian plak dengan bahan kimia misalnya dengan menggunakan larutan antiseptik untuk berkumur (Virgiono, 2010). Seiring dengan slogan “back to nature”, penggunaan obat tradisional menjadi alternatif pengobatan disamping obat modern (Nugroho, 2011). Dewasa ini telah beredar berbagai obat kumur yang mengandung bahan anti mikroba dan beberapa diantaranya dapat membantu mengendalikan pertumbuhan plak supragingiva dan gingivitis (Fedi dkk., 2004). Alternatif penggunaan bahan alam sebagai pengganti obat kumur berbahan kimiawi masih menjadi pilihan masyarakat karena harganya yang murah dan memiliki efek samping yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan bahan sintetik (Rukmana, 2003). Salah satu tanaman yang berkhasiat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah manggis (Garcinia mangostana L.) terutama pemanfaatan kulit buahnya (Nugroho, 2007). Beberapa penelitian telah membuktikan aktivitas farmakologi dari senyawa yang dikandung kulit buah manggis diantaranya sebagai antioksidan, antikanker, anti-inflamasi, antialergi, antibakteri, antifungi, 3 antivirus, serta antimalaria (Chaverri dkk., 2008). Senyawa utama kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan mempunyai aktivitas farmakologi adalah xanthone (Nugroho, 2007).Xanthone mempunyai aktivitas anti inflamasi, antioksidan dan antibakteri yang dipercaya dapat mencegah pertumbuhan sel kanker dan tumor. Derivatnya α-mangosteen, β-mangosten dan γ-mangosten. Kandungan alpha-mangostin dan gamma-mangostin pada buah manggis juga bersifat sebagai antibakteri(Suyanti, 2010). Selain xanthone kandungan farmakologi yang lain adalah flavonoid, saponin dan tanin (Chaverry, 2008). Pada konsentrasi 3,13%, ekstrak kulit manggis dapat menghambat pertumbuhan bakteri plak supragingiva (Sitaresmi dkk., 2014). Ekstrak kulit manggis memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas yang dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif. Ekstrak kulit manggis dapat membunuh bakteri yang meliputi Staphylococcus aereus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhimurium, Enterococcus species, dan Streptococcus mutan. Ekstrak kulit manggis memiliki aktivitas bakterisidal yang baik untuk dikembangkan sebagai bahan antiplak (Torrungruang dkk., 2007). B. Rumusan masalah Apakah terdapat pengaruh berkumur dengan larutan ekstrak etanolik kulit manggis (Garcinia Mangostana L.) 3,13% terhadap akumulasi plak gigi pada ibu hamil? 4 C. Keslian penelitian Sebelumnya penelitian mengenai ekstrak kulit manggis sudah pernah dilakukan Sitaresmi dkk (2014), penelitian mengatahui daya hambat ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi 3,13% terhadap pertumbuhan bakteri plak supragingiva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggisdapat menghambat pertumbuhan bakteri plak supragingiva. Menurut Rassameemasmaung dkk (2007), Obat kumur herbal yang mengandung ekstrak etanolik kulit manggis (Garcinia mangostana L.) mempunyai efek melawan senyawa folatil sulfur, plak dan perdarahan papila pada 60 subjek yang menderita gingivitis kronis ringan maupun sedang..Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengaruh berkumur dengan larutan ekstrak etanolik kulit manggis 3,13% terhadap akumulasi plak pada ibu hamil belum pernah dilakukan. D. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berkumur dengan larutan ekstrak etanolik kulit manggis (Garcinia mangostana L.) 3,13% terhadap akumulasi plak gigi pada ibu hamil. E. Manfaat penelitian Mendapatkan alternatif obat kumur herbal yang alami dan murah sebagai pengganti obat kumur kimiawi untuk mengurangi akumulasi plak gigi pada ibu hamil.