Pengaruh Daya Informasi Akuntansi pada Hubungan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Informasi Asimetri
Investor yang telah berpengalaman melakukan investasi di pasar
selalu mencari informasi mengenai saham itu terlebih dahulu sebelum
melakukan investasi. Sementara ada investor yang melakukan investasi
hanya mendapatkan informasi yang sangat minim di pasar. Investor yang
pintar akan melakukan diskusi dengan analis untuk mendapatkan gambaran
perusahaan secara lengkap sehingga melakukan investasi dengan tepat dan
mendapatkan kapital gain di masa mendatang.
Informasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan dimiliki oleh para
agen perusahaan seperti direksi dan manager perusahaan. Informasi ini tidak
mungkin bisa keluar ke publik begitu saja karena agen tersebut harus
memenuhi regulasi yang ada dalam menyampikan informasi ke publik.
Informasi tersebut selalu ditahan perusahaan dan menginformasikannya tepat
pada waktunnya. Investor memiliki informasi yang dimiliki antara investor
dengan agen perusahaan. Investor memiliki informasi yang kurang lengkap
sementara agen perusahaan mempunyai informasi yang lengkap. Perbedaan
informasi yang dimiliki agen perusahaan dan investor dikenal dengan
Asymetris Information.
Pembahasan informasi asimetris selalu menyangkut dua pihak,
misalkan penerbit surat investasi atau manajemen perusahaan dan investor,
atau pemberi pinjaman dan peminjam. Adanya pihak ini mengakibatkan para
pihak mengalami kerugian dan keuntungan yang menghasilkan zero sum
game. Informasi asimetris di pasar modal menyangkut tiga jenis yaitu seleksi
adverse, moral hazard dan monitor biaya (Manurung, 2012). Seleksi adverse
7
mempelajari bagaimana pemilihan yang dilakukan dikarenakan kelemahan
informasi yang dimiliki pengambil keputusan ketika memutuskannya. Moral
hazard merupakan tindakan yang dilakukan secara sengaja agar bisa
mendapatkan yang diinginkan. Pihak yang dapat menyembunyikan hal-hal
tertentu secara sengaja. Monitor biaya berhubungan dengan tindakan yang
disembunyikan oleh pihak yang mendapatkan keuntungan dikarenakan
informasi yang lebih baik. Problem mengenai asimetri informasi ini bisa
dikurangi dengan mengadopsi full disclosure dan timley diclosure, namum
permasalahan informasi ini akan tetap muncul karena biaya pelaporan
ternyata mahal (Tarjo, 2010). Guna mengurangi asimetri informasi maka
perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki baik laporan
keuangan maupun laporan non keuangan. Salah satu informasi non keuangan
yang dapat diungkapkan adalah laporan corporate social responsibilty.
Pengungkapan CSR dalam laporan keuangan diharapkan dapat
menambah informasi bagi para pemangku kepentingan. Informasi akuntansi
yang mempunyai relevansi nilai dan berkualitas berguna bagi investor untuk
menurunkan ketidakseimbangan informasi. Hal ini didukung oleh Gonedes
(1980) dalam Nuryatno dkk (2007) yang mengatakan bahwa regulasi
pengungkapan informasi akuntansi mempunyai potensi untuk mengurangi
informasi asimetri. Informasi asimetri seharusnya berkurang pada saat
perusahaan mengumumkan informasi publik dan informasi spesifik
perusahaan (Brooks, 1996) dalam Nuryatno dkk (2007). Pengurangan
informasi asimetri ini mengindikasikan pengurangan cost of equity capital.
2.2 Teori Pensinyalan (Signalling theory)
Teori signal pertama kali diperkenalkan oleh Spence (1973) yang
membahas tentang signal dan apa yang disampaikan signal tersebut
(Manurung, 2012). Teori sinyal menjelaskan bagaimana seharusnya sinyal8
sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada
pemilik (Agustini, 2011). Perusahaan sering kali melakukan aksi korporasi
(corporate action) dalam rangka membuat perusahaan terus beroperasi
(going concern). Aksi korporasi dilakukan cukup beragam seperti pembagian
deviden tunai, pembagian deviden saham, melakukan penawaran saham
dengan right issue, melakukan akuisisi terhadap aset, saham dan bisnis
perusahaan lain serta berbagai aksi korporasi lainnya. Aksi korporasi yang
dilakukan perusahaan tersebut memberikan makna kepada pemegang saham
atau juga kepada supllier atau stakeholder.
Pada sisi lain, pemerintah yang mengumumkan berbagai indikator
ekonomi setiap bulannya memberikan makna kepada semua pihak.
Pengumuman tersebut bukan saja hanya memberikan angka-angka tetapi
juga memberikan makna bagi mereka memahami tindakan Pemerintah
tersebut. Makna yang diberikan oleh informasi tersebut dikenal secara umum
dengan signal. Demikian juga, perusahaan yang mengumumkan semua aksi
korporasinya dapat disebut sebagai signal atas kondisi perusahaan.
Signal yang disampaikan melalui aksi korporasi tersebut dapat
disebut signal positif dan signal negatif. Bila perusahaan mengumumkan
akan ada aksi korporasi dengan melakukan right issu yang artinya
perusahaan menjual saham karena membutuhkan dana. Aksi korporasi ini
dianggap investor atau pemegang saham sebagai signal negatif bahwa
perusahaan tidak memiliki dana sehingga membutuhkan dana pemilik
perusahaan dan perusahaan dianggap tidak memiliki prospek. Akibatnya,
pemegang saham melakukan tindakan penjualan saham karena ketakutan
harga saham perusahaan akan turun sehingga menjual lebih dulu dilakukan
daripada harga saham perusahaan akan turun daripada menahan saham
tersebut.
9
Pada sisi lain, perusahaan melakukan aksi korporasi dikarenakan
perusahaan ingin melakukan investasi agar perusahaan bisa going concern.
Investasi yang dilakukan perusahaan membuat harga saham perusahaan akan
mengalami kenaikan dimasa mendatang. Oleh karenanya, agen perusahaan
menerbitkan saham yang memberikan signal untuk disampaikan kepada
pemegang saham yaitu pemilik saham yang diajak melakukan investasi lagi
kepada perusahaan karena kinerja yang disampaikan. Sebenarnya, signal
yang disampaikan oleh perusahaan adalah signal yang positif, tetapi
ditangkap
negatif
oleh
investor.
Signal
dapat
dilakukan
melalui
pengungkapan (dislosure) informasi akuntansi. Informasi akuntansi salah
satunya adalah informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan.
2.3 Corporate Social Responsibilty
2.3.1 Pengertian Corporate Social Responsibilty
Corporate social responsibilty adalah komitmen perusahaan atau
dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomis, sosial dan lingkungan (Suhandari M. Putri, Schema CSR,
Kompas, 4 Agustus 2007 dalam Untung, 2009). Pertanggungjawaban sosial
perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme
bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian
terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan
stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum
(Darwin, 2004). Perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR
secara sukarela adalah untuk alasan strategis manajemen. Hasil penelitian
menunujukkan bahwa kegiatan sosial, pelaporan lingkungan dan audit
meningkat setelah ancaman terhadap legitimasi perusahaan dilakukan demi
10
kelangsungan hidup perusahaan secara berkelanjutan (Basamalah et al,
2005). Penelitian yang dilakukan oleh Lako (2011) terhadap riset-riset
empiris diberbagai negara menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang
peduli dan berkomiten melaksanakan CSR meraup keuntungan ekonomis
yang berlimpah dan terus berkembang bisnisnya secara langgeng. Selain laba
dan nilai ekuitas (modal) pemilik terus meningkat pesat, harga sahamnya
juga meningkat.
2.3.2 Akuntansi Corporate Social Responsibilty
Secara konseptual, akuntansi CSR dapat didefinisikan sebagai berikut
: “ Suatu proses pengukuran, pencatatan, pelaporan, dan pengungkapan
informasi terkait dampak sosial dan lingkungan dari tindakan-tindakan
ekonomi
perusahaan
terhadap
kelompok-kelompok
tertentu
dalam
masyarakat atau menjadi stakeholder perusahaan”(Untung, 2009). Menurut
Aggraini (2006) akuntansi pertanggungjawaban sosial didefinisikan sebagai
proses seleksi varaibel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan
prosedur pengukuran yang secara sistematis mengembangkan informasi yang
bermanfaat
untuk
mengevaluasi
kinerja
sosial
perusahaan
dan
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang
tertarik, baik didalam maupun diluar perusahaan.
Ada dua dimensi utama dalam akuntansi CSR. Pertama, melaporkan
dan mengungkapkan cost dan benefits dari aktivitas ekonomi perusahaan
yang secara langsung berdampak terhadap profitabilitas bottom-line (laba).
Cost dan benefits tersebut bisa dihitung dan dikuantifikasi secara akuntansi.
Kedua, melaporkan cost dan benefits dari aktivitas ekonomi perusahaan yang
berdampak langsung terhadap individu, masyarakat, dan lingkungan.
Benefits itu sulit dikuantifikasi sehingga pelaporannya harus dilakukan
secara kualitatif.
11
2.4 Cost of Equity Capital
Biaya modal ekuitas adalah sebuah konsep yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor ekonomi dan jumlah biaya yang diukur sebagai tingkat
bunga dari berbagai sumber modal yang masing-masing ditimbang menurut
peranannya dalam struktur modal dan permodalan yang digunakan oleh
perusahaan (Sujana Ismaya, 2006 dalam Chancera, 2011). Konsep biaya
modal dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya secara riil yang
harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber
atau penggunaan modal dari masing-masing sumber dana untuk kemudian
menentukan biaya modal rata-rata (average cost of capital) dari keseluruhan
dana yang dipergunakan perusahaan tersebut. Modigliani dan Miller (1958)
dalam Agustini (2011) berpendapat bahwa biaya modal ekuitas adalah biaya
yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pembelanjaan (source of
financing). Mereka merupakan pihak yang pertama kali mendefinisikan
biaya modal ekuitas (cost of equity capital) dalam literatur keuangan. Biaya
modal merupakan suatu rate yang harus dicapai perusahaan dalam rangka
memenuhi kepuasan dari berbagai kombinasi imbalan yang diharapkan oleh
para pemodal perusahaan. Dana yang digunakan bisa dari modal pemilik
ataupun pinjaman pihak lain atau hutang (Nuryatno dkk, 2007). Di sisi lain,
Mardiyah (2002) dalam Chancera (2011) menyatakan bahwa biaya modal
ekuitas dapat diidentifikasi sebagai tingkat return minimum yang disyaratkan
oleh penggunaan modal ekuitas atas investasi.
Sesuai dengan beberapa definisi diatas, cost of equity capital
merupakan biaya yang ditanggung perusahaan untuk memperoleh dana dari
kegiatan re-investasi termasuk di dalamnya biaya pengungkapan yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan publik. Kewajiban
perusahaan
untuk
melaporkan
pengungkapan
12
mengenai
perusahaan
berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan (Agustini, 2011). Oleh karena
itu cost of equity capital yang dimaksud dalam studi ini adalah biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk pengungkapan informasi bagi publik
(pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan masyarakat secara
umum).
Pengukuran biaya modal ekuitas dipengaruhi oleh penilaian
perusahaan yang digunakan Utami (2005). Ada beberapa model penilaian
perusahaan, antara lain :
1. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
CAPM adalah suatu model keseimbangan yang dapat menentukan
hubungan antara risiko dan return yang akan diperoleh investor.
Berdasarkan model CAPM, biaya model ekuitas adalah tingkat retrun
yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas risiko yang
tidak dapat dideversifikasi yang diukur dengan beta.
2. Residual Income Model
Model residual income ini lebih dikenal sebagai Edward Bell Ohlson
(EBO) Valuation. Model ini digunakan untuk mengestimasi nilai
perusahaan dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah
dengan nilai tunai dari laba.
3. Model penilaian pertumbuhan konstan (constant growth valuation
model)
Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa nilai saham sama
dengan nilai tunai (present value) dari semua deviden yang akan
diterima di masa yang akan datang (diasumsikan pada tingkat
pertumbuhan konstan) dalam waktu yang tidak terbatas
ini dikenal dengan sebutan Gordon model).
13
( Model
Penelitian ini menggunakan model CAPM (Capital Asset Pricing
Model) untuk menghitung cost of equity capital.
2.5 Daya Informasi Akuntansi
Salah satu kata kunci penting dalam definisi akuntansi adalah
informasi keuangan. Sederatan angka belum tentu merupakan informasi
tetapi tetap hanya sekedar data kalau deretan angka tersebut tidak
mempunyai makna atau nilai bagi yang membacanya. Nilai informasi adalah
kemampuan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keyakinan
pemakai dalam pengambilan keputusan (Suwardjono, 2010-111).
Informasi harus bermanfaat bagi para pemakai sama saja dengan
mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai. Informasi dikatakan
mempunyai nilai apabila informasi tersebut (Suwardjono 2010:167) :
1. Menambah
pengetahuan
pembuat
keputusan
tentang
keputusannya di masa lalu, sekarang, atau masa datang.
2. Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas
terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidakpastian.
3. Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.
Angka akuntansi didefinisikan sebagai nilai yang relevan sebagai
kekuatan spesifik variabel laporan keuangan untuk menjelaskan perubahan
nilai ekuitas. Semakin besar daya explanatory spesifik variabel laporan
keuangan semakin besar nilai relevansi (Hasan dan Asoka, 2003). Kualitas
dari informasi akuntansi dapat diukur dengan beberapa cara, salah satunya
dengan melihat daya informasi angka-angka yang disajikan dalam laporan
keuangan terhadap ukuran-ukuran pasar modal (Feliana, 2007). Penelitian
(Ely dan Waymire, 1999; Ali dan Hwang, 2000; Naimah dan Utama, 2006)
membuktikan bahwa book value of equity / nilai buku ekuitas dan earnings /
laba akuntansi memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap harga
14
saham. Penelitian mengenai variasi koefisien nilai buku ekuitas sudah mulai
mendapat perhatian yang pada umumnya dilakukan dengan menguji
gabungan koefisien laba dan nilai buku (Barth et al, 1998; Burgstahler dan
Dichev, 1997; Ou dan Sepe, 2002). Para peneliti telah membuktikan
hubungan tingkat tinggi antara perubahan laba akuntansi dan nilai buku
ekuitas serta kombinasi keduanya dengan perubahan nilai ekuitas. Asumsi
intrinsik adalah bahwa laba akuntansi dan nilai buku ekuitas memiliki
kandungan informasi untuk investor. Informasi ini kemudian berpengaruh
positif atau negatif pada harga saham. Dalam penelitian ini daya informasi
akuntansi diukur menggunakan laba akuntansi dan nilai buku ekuitas.
2.6 Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat
penjualan dan rata-rata total aktiva (Solechan, 2009). Size perusahaan
dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki perusahaan dapat mempengaruhi
luas pengungkapan tanggungjawab sosial karena umumnya perusahaan
memiliki competitive disadvantage lebih rendah dari perusahaan kecil, skill
karyawan
yang
lebih
baik
sehingga
memungkinkan
melakukan
pengungkapan terhadap laporan keuangan yang lebih luas (Lawer dan
Andreas). Menurut Anggraeni (2006) perusahaan besar cenderung akan
memberikan informasi laba sekarang lebih rendah dibandingkan perusahaan
kecil, sehingga perusahaan besar cenderung akan mengeluarkan biaya untuk
pengungkapan informasi sosial yang lebih besar dibandingkan perusahaan
kecil. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
total aktiva.
15
2.7 Jenis Usaha (Profile)
Jenis usaha (profile) merupakan berbagai macam industri yang
dikelompokkan menurut kegiatan memproses atau mengelola barang yang
diproduksi. Jenis industri dibedakan menjadi dua yaitu high profile dan low
profile (Hackston dan Milne, 1996 dalam Anggraeni, 2006). Perusahaan
yang tergolong high profile seperti perminyakan dan pertambangan, kimia,
hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan
minuman, media komunikasi, kesehatan, transportasi dan pariwisata.
Perusahaan yang tergolong low profile seperti bidang bangunan, keuangan
dan perbankan, supllier peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil
serta produk personal dan rumah tangga. Hasil penelitian lebih banyak
mengungkapkan
bahwa
perusahaan
high
profile
lebih
banyak
mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab sosial jika dibandingkan
perusahaan low profile. Ini disebabkan karena perusahaan high profile lebih
banyak berinteraksi dengan sumber daya seperti tenaga kerja, alam serta
lingkungan sekitarnya (Agustini, 2011).
2.8 Leverage
Rasio hutang atau leverage merupakan istilah yang sering digunakan
perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi
seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi, secara umum
leverage dapat dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas
(Solechan, 2009). Manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang
dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders (Belkaoui dan
Karpik, 1989 ; Cormier dan Magnan 1999). Rasio hutang yang tinggi
menunjukkan tingkat hutang perusahaan yang tinggi pula, sehingga
mengakibatkan
sabagian
investor
takut
16
dalam
berspkeluasi
dalam
penanaman sahamnya ke perusahaan tersebut. Menurut Jensen & Meckling,
(1976) dalam Anggraini (2006) perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi justru akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi.
Didukung hasil penelitian Raharja (2012) juga menunjukkan hasil bahwa
perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi belum tentu tidak akan
mengungkapan CSR yang rendah, sebab perusahaan yang mendapat hutang
yang tinggi justru dianggap dipercaya oleh kreditur, sehingga bisa membayar
hutang dan operasional perusahaannya dan dapat menghasilkan laba untuk
membiayai CSR perusahaan. Variabel leverage akan diuji kembali
pengaruhnya terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap
cost of equity capital sebagai variabel kontrol.
2.9 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Penelitian-penelitian sebelumnya
No
1.
2.
3.
Penelitian
Amalia dan Wijayanto,
2007
Pengaruh Environmental
Performance
dan
Enviromental Disclosure
Terhadap
Economic
Performance.
Hellstrom (2005)
The Value Relevance of
Financial
Accounting
Information
in
a
Transitional Economy:
The Case of the Czech
Republic.
Naimah dan Utama,
2006
Pengaruh
Ukuran
Hasil Penelitian
Perusahaan yang memiliki kinerja yang
bagus akan direspon positif oleh para
investor melalui fluktuasi harga saham
yang semakin naik dari periode ke periode.
Relevansi
nilai
dipahami
sebagai
kemampuan
pernyataan
informasi
keuangan
untuk
meringkas
atau
menangkap informasi yang mempengaruhi
nilai saham dan diuji secara empiris
sebagai hubungan statistik antara nilai
pasar dan nilai akuntansi.
Menunjukkan bahwa baik laba akuntansi
maupun nilai buku ekuitas mempunyai
pengaruh positif terhadap harga saham.
17
4.
5.
6.
7.
8.
Perusahaan,
Pertumbuhan
dan
Profitabilitas Perusahaan
Terhadap
Koefisien
Respon
Laba
dan
Koefisien Respon Nilai
Buku Ekuitas: Studi Pada
Perusahaan Manufaktur
di BEJ.
Ely, K. dan G. Waymire.
1999.
Accounting
Standard-Setting
Organizations
and
Earnings
Relevance:
Longitudinal Evidence
from NYSE Common
Stocks
Utami, 2005
Pengaruh
Manajemen
Laba terhadap Biaya
Modal Ekuitas (Studi
pada Perusahaan Publik
Sektor Manufaktur).
Botosan
(1997)
Disclosure level and the
cost of equity capital.
Dhaliwal, Li, Tsang dan
Yang (2009)- Voluntary
Non-Financial
Disclosure and the Cost
of Equity Capital: The
Initiation of Corporate
Social
Responsibilty
Reporting.
Plumlee, Brown dan
Marshall (2009)- The
impact of voluntary
enviromental disclosure
Menemukan bahwa laba dan nilai buku
merupakan
faktor yang signifikan mempengaruhi
harga saham.
Banyaknya informasi yang diungkap oleh
perusahaan
berdampak
terhadap
meningkatnya biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk menyediakan informasi
bagi publik.
Hubungan antara tingkat pengungkapan
sukarela dengan cost of equity capital
menunjukkan bahwa semakin besar tingkat
pengungkapan akuntansi yang dilakukan
oleh perusahaan semakin rendah cost of
equity capital nya.
Menemukan bahwa perusahaan dengan
biaya modal tinggi cenderung menerbitkan
laporan CSR mandiri dan perusahaan
dengan kinerja CSR yang baik akan
menikmati pengurangan berikutnya dalam
biaya modal ekuitas.
Meneliti
hubungan
antara
kualitas
pengungkapan
sukarela
lingkungan
perusahaan dan nilai perusahaan (biaya
modal ekuitas dan arus kas yang
18
quality on firm value.
9.
Yuli Agustini, 2011
Pengaruh
Daya
Informasi
Akuntansi
Pada
Hubungan
Pengungkapan
CSR
Dengan CEC.
Sumber : Data diolah
diharapkan) ditemukan bahwa kualitas
pengungkapan sukarela lingkungan negatif
terkait dengan biaya modal perusahaan.
Daya
informasi
akuntansi
terbukti
mempengaruhi hubungan pengungkapan
CSR dengan CEC. Semakin besar tingkat
pengungkapan CSR disertai dengan daya
informasi akuntansi yang baik, maka
semakin turun CEC nya.
2.10 Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Sesuai dengan PSAK No.1 yaitu laporan keuangan harus berguna
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, maka laporan
keuangan harus dapat membantu berbagai pemangku kepentingan untuk
menginterpretasikan keadaan perusahaan. Manajer dapat memberikan sinyal
mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna meningkatkan nilai
saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan (dislosure) informasi akuntansi.
Pengungkapan informasi corporate social responsibility dalam
laporan keuangan perusahaan menunjukan implementasi tanggung jawab
perusahaan tidak hanya laporan keuangan (financial) saja. Perusahaan juga
mempunyai tanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan. Banyaknya
informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berhubungan dengan tingkat
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi
publik (cost of equity capital).
Penelitian sebelumnya tentang hubungan pengungkapan CSR pernah
diteliti oleh Lako (2011) menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang
peduli dan berkomiten melaksanakan CSR meraup keuntungan ekonomis
yang berlimpah dan terus berkembang bisnisnya secara langgeng. Dhaliwal,
19
Li, Tsang dan Yang (2009) membuktikan perusahaan dengan kinerja CSR
yang baik akan menikmati pengurangan dalam biaya modal ekuitas.
Plumlee, Brown dan Marshall (2009) meneliti hubungan antara kualitas
pengungkapan sukarela lingkungan perusahaan dan nilai perusahaan (biaya
modal ekuitas dan arus kas yang diharapkan) ditemukan bahwa kualitas
pengungkapan sukarela lingkungan negatif terkait dengan biaya modal
perusahaan.
Adanya pengungkapan CSR dalam laporan keuangan lebih menarik
perhatian investor sehingga harga saham lebih tinggi dan akan mengurangi
biaya modal ekuitas. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Pengungkapan corporate social responsibilty berpengaruh negatif
terhadap cost of equity capital.
2. Hipotesis Kedua dan ketiga
Pengungkapan informasi tambahan dapat berupa laporan pertanggung
jawaban sosial dan lingkungan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
dari laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan
keuangan yang memiliki relevansi nilai. Menurut Feliana (2007) kualitas
laporan keuangan dapat diukur salah satunya dengan melihat daya informasi
angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Penelitian ini
menggunakan daya informasi akuntansi sebagai variabel pemoderasi yang
diproksikan dengan laba akuntansi dan nilai buku ekuitas. Ohslon (1995)
menyatakan laba akuntansi dan nilai buku memiliki kandungan informasi
untuk investor dan berpengaruh positif atau negatif pada harga saham. Laba
akuntansi dan nilai buku merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi
harga saham (Ely dan Waymire, 1999; Ali dan Hwang, 2002). Dengan
20
demikian, daya informasi akuntansi yang diproksikan dengan laba dan nilai
buku ekuitas yang tinggi akan dapat memperkuat pengaruh negatif CSR
terhadap CEC.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H2: Semakin tinggi nilai laba akuntansi semakin kuat pengaruh negatif
hubungan pengungkapan corporate social responsibilty dengan cost of equity
capital.
H3: Semakin tinggi nilai book value of equity semakin kuat pengaruh negatif
hubungan pengungkapan corporate social responsibilty dengan cost of equity
capital.
2.11 Konsep Penelitian
Bedasarkan hipotesis sebelumnya, maka konsep penelitian dapat
dirumuskan menentukan pengaruh daya informasi akuntansi pada hubungan
corporate social responsibilty dengan cost of equity capital seperti pada
gambar 2.1
Corporate Social Responsibility
Cost Of Equity Capital
Corporate Social Responsibility
Cost Of Equity Capital
Laba akuntansi
21
Cost Of Equity Capital
Corporate Social Responsibility
Book value of equity
Gambar 2.1
Konsep Penelitian
22
Download