BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Informasi Asimetri Investor yang telah berpengalaman melakukan investasi di pasar selalu mencari informasi mengenai saham itu terlebih dahulu sebelum melakukan investasi. Sementara ada investor yang melakukan investasi hanya mendapatkan informasi yang sangat minim di pasar. Investor yang pintar akan melakukan diskusi dengan analis untuk mendapatkan gambaran perusahaan secara lengkap sehingga melakukan investasi dengan tepat dan mendapatkan kapital gain di masa mendatang. Informasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan dimiliki oleh para agen perusahaan seperti direksi dan manager perusahaan. Informasi ini tidak mungkin bisa keluar ke publik begitu saja karena agen tersebut harus memenuhi regulasi yang ada dalam menyampikan informasi ke publik. Informasi tersebut selalu ditahan perusahaan dan menginformasikannya tepat pada waktunnya. Investor memiliki informasi yang dimiliki antara investor dengan agen perusahaan. Investor memiliki informasi yang kurang lengkap sementara agen perusahaan mempunyai informasi yang lengkap. Perbedaan informasi yang dimiliki agen perusahaan dan investor dikenal dengan Asymetris Information. Pembahasan informasi asimetris selalu menyangkut dua pihak, misalkan penerbit surat investasi atau manajemen perusahaan dan investor, atau pemberi pinjaman dan peminjam. Adanya pihak ini mengakibatkan para pihak mengalami kerugian dan keuntungan yang menghasilkan zero sum game. Informasi asimetris di pasar modal menyangkut tiga jenis yaitu seleksi adverse, moral hazard dan monitor biaya (Manurung, 2012). Seleksi adverse 7 mempelajari bagaimana pemilihan yang dilakukan dikarenakan kelemahan informasi yang dimiliki pengambil keputusan ketika memutuskannya. Moral hazard merupakan tindakan yang dilakukan secara sengaja agar bisa mendapatkan yang diinginkan. Pihak yang dapat menyembunyikan hal-hal tertentu secara sengaja. Monitor biaya berhubungan dengan tindakan yang disembunyikan oleh pihak yang mendapatkan keuntungan dikarenakan informasi yang lebih baik. Problem mengenai asimetri informasi ini bisa dikurangi dengan mengadopsi full disclosure dan timley diclosure, namum permasalahan informasi ini akan tetap muncul karena biaya pelaporan ternyata mahal (Tarjo, 2010). Guna mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki baik laporan keuangan maupun laporan non keuangan. Salah satu informasi non keuangan yang dapat diungkapkan adalah laporan corporate social responsibilty. Pengungkapan CSR dalam laporan keuangan diharapkan dapat menambah informasi bagi para pemangku kepentingan. Informasi akuntansi yang mempunyai relevansi nilai dan berkualitas berguna bagi investor untuk menurunkan ketidakseimbangan informasi. Hal ini didukung oleh Gonedes (1980) dalam Nuryatno dkk (2007) yang mengatakan bahwa regulasi pengungkapan informasi akuntansi mempunyai potensi untuk mengurangi informasi asimetri. Informasi asimetri seharusnya berkurang pada saat perusahaan mengumumkan informasi publik dan informasi spesifik perusahaan (Brooks, 1996) dalam Nuryatno dkk (2007). Pengurangan informasi asimetri ini mengindikasikan pengurangan cost of equity capital. 2.2 Teori Pensinyalan (Signalling theory) Teori signal pertama kali diperkenalkan oleh Spence (1973) yang membahas tentang signal dan apa yang disampaikan signal tersebut (Manurung, 2012). Teori sinyal menjelaskan bagaimana seharusnya sinyal8 sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (Agustini, 2011). Perusahaan sering kali melakukan aksi korporasi (corporate action) dalam rangka membuat perusahaan terus beroperasi (going concern). Aksi korporasi dilakukan cukup beragam seperti pembagian deviden tunai, pembagian deviden saham, melakukan penawaran saham dengan right issue, melakukan akuisisi terhadap aset, saham dan bisnis perusahaan lain serta berbagai aksi korporasi lainnya. Aksi korporasi yang dilakukan perusahaan tersebut memberikan makna kepada pemegang saham atau juga kepada supllier atau stakeholder. Pada sisi lain, pemerintah yang mengumumkan berbagai indikator ekonomi setiap bulannya memberikan makna kepada semua pihak. Pengumuman tersebut bukan saja hanya memberikan angka-angka tetapi juga memberikan makna bagi mereka memahami tindakan Pemerintah tersebut. Makna yang diberikan oleh informasi tersebut dikenal secara umum dengan signal. Demikian juga, perusahaan yang mengumumkan semua aksi korporasinya dapat disebut sebagai signal atas kondisi perusahaan. Signal yang disampaikan melalui aksi korporasi tersebut dapat disebut signal positif dan signal negatif. Bila perusahaan mengumumkan akan ada aksi korporasi dengan melakukan right issu yang artinya perusahaan menjual saham karena membutuhkan dana. Aksi korporasi ini dianggap investor atau pemegang saham sebagai signal negatif bahwa perusahaan tidak memiliki dana sehingga membutuhkan dana pemilik perusahaan dan perusahaan dianggap tidak memiliki prospek. Akibatnya, pemegang saham melakukan tindakan penjualan saham karena ketakutan harga saham perusahaan akan turun sehingga menjual lebih dulu dilakukan daripada harga saham perusahaan akan turun daripada menahan saham tersebut. 9 Pada sisi lain, perusahaan melakukan aksi korporasi dikarenakan perusahaan ingin melakukan investasi agar perusahaan bisa going concern. Investasi yang dilakukan perusahaan membuat harga saham perusahaan akan mengalami kenaikan dimasa mendatang. Oleh karenanya, agen perusahaan menerbitkan saham yang memberikan signal untuk disampaikan kepada pemegang saham yaitu pemilik saham yang diajak melakukan investasi lagi kepada perusahaan karena kinerja yang disampaikan. Sebenarnya, signal yang disampaikan oleh perusahaan adalah signal yang positif, tetapi ditangkap negatif oleh investor. Signal dapat dilakukan melalui pengungkapan (dislosure) informasi akuntansi. Informasi akuntansi salah satunya adalah informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. 2.3 Corporate Social Responsibilty 2.3.1 Pengertian Corporate Social Responsibilty Corporate social responsibilty adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan (Suhandari M. Putri, Schema CSR, Kompas, 4 Agustus 2007 dalam Untung, 2009). Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004). Perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR secara sukarela adalah untuk alasan strategis manajemen. Hasil penelitian menunujukkan bahwa kegiatan sosial, pelaporan lingkungan dan audit meningkat setelah ancaman terhadap legitimasi perusahaan dilakukan demi 10 kelangsungan hidup perusahaan secara berkelanjutan (Basamalah et al, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Lako (2011) terhadap riset-riset empiris diberbagai negara menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang peduli dan berkomiten melaksanakan CSR meraup keuntungan ekonomis yang berlimpah dan terus berkembang bisnisnya secara langgeng. Selain laba dan nilai ekuitas (modal) pemilik terus meningkat pesat, harga sahamnya juga meningkat. 2.3.2 Akuntansi Corporate Social Responsibilty Secara konseptual, akuntansi CSR dapat didefinisikan sebagai berikut : “ Suatu proses pengukuran, pencatatan, pelaporan, dan pengungkapan informasi terkait dampak sosial dan lingkungan dari tindakan-tindakan ekonomi perusahaan terhadap kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat atau menjadi stakeholder perusahaan”(Untung, 2009). Menurut Aggraini (2006) akuntansi pertanggungjawaban sosial didefinisikan sebagai proses seleksi varaibel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik didalam maupun diluar perusahaan. Ada dua dimensi utama dalam akuntansi CSR. Pertama, melaporkan dan mengungkapkan cost dan benefits dari aktivitas ekonomi perusahaan yang secara langsung berdampak terhadap profitabilitas bottom-line (laba). Cost dan benefits tersebut bisa dihitung dan dikuantifikasi secara akuntansi. Kedua, melaporkan cost dan benefits dari aktivitas ekonomi perusahaan yang berdampak langsung terhadap individu, masyarakat, dan lingkungan. Benefits itu sulit dikuantifikasi sehingga pelaporannya harus dilakukan secara kualitatif. 11 2.4 Cost of Equity Capital Biaya modal ekuitas adalah sebuah konsep yang dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi dan jumlah biaya yang diukur sebagai tingkat bunga dari berbagai sumber modal yang masing-masing ditimbang menurut peranannya dalam struktur modal dan permodalan yang digunakan oleh perusahaan (Sujana Ismaya, 2006 dalam Chancera, 2011). Konsep biaya modal dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya secara riil yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber atau penggunaan modal dari masing-masing sumber dana untuk kemudian menentukan biaya modal rata-rata (average cost of capital) dari keseluruhan dana yang dipergunakan perusahaan tersebut. Modigliani dan Miller (1958) dalam Agustini (2011) berpendapat bahwa biaya modal ekuitas adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pembelanjaan (source of financing). Mereka merupakan pihak yang pertama kali mendefinisikan biaya modal ekuitas (cost of equity capital) dalam literatur keuangan. Biaya modal merupakan suatu rate yang harus dicapai perusahaan dalam rangka memenuhi kepuasan dari berbagai kombinasi imbalan yang diharapkan oleh para pemodal perusahaan. Dana yang digunakan bisa dari modal pemilik ataupun pinjaman pihak lain atau hutang (Nuryatno dkk, 2007). Di sisi lain, Mardiyah (2002) dalam Chancera (2011) menyatakan bahwa biaya modal ekuitas dapat diidentifikasi sebagai tingkat return minimum yang disyaratkan oleh penggunaan modal ekuitas atas investasi. Sesuai dengan beberapa definisi diatas, cost of equity capital merupakan biaya yang ditanggung perusahaan untuk memperoleh dana dari kegiatan re-investasi termasuk di dalamnya biaya pengungkapan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan publik. Kewajiban perusahaan untuk melaporkan pengungkapan 12 mengenai perusahaan berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan (Agustini, 2011). Oleh karena itu cost of equity capital yang dimaksud dalam studi ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pengungkapan informasi bagi publik (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan masyarakat secara umum). Pengukuran biaya modal ekuitas dipengaruhi oleh penilaian perusahaan yang digunakan Utami (2005). Ada beberapa model penilaian perusahaan, antara lain : 1. Capital Asset Pricing Model (CAPM) CAPM adalah suatu model keseimbangan yang dapat menentukan hubungan antara risiko dan return yang akan diperoleh investor. Berdasarkan model CAPM, biaya model ekuitas adalah tingkat retrun yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas risiko yang tidak dapat dideversifikasi yang diukur dengan beta. 2. Residual Income Model Model residual income ini lebih dikenal sebagai Edward Bell Ohlson (EBO) Valuation. Model ini digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba. 3. Model penilaian pertumbuhan konstan (constant growth valuation model) Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa nilai saham sama dengan nilai tunai (present value) dari semua deviden yang akan diterima di masa yang akan datang (diasumsikan pada tingkat pertumbuhan konstan) dalam waktu yang tidak terbatas ini dikenal dengan sebutan Gordon model). 13 ( Model Penelitian ini menggunakan model CAPM (Capital Asset Pricing Model) untuk menghitung cost of equity capital. 2.5 Daya Informasi Akuntansi Salah satu kata kunci penting dalam definisi akuntansi adalah informasi keuangan. Sederatan angka belum tentu merupakan informasi tetapi tetap hanya sekedar data kalau deretan angka tersebut tidak mempunyai makna atau nilai bagi yang membacanya. Nilai informasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keyakinan pemakai dalam pengambilan keputusan (Suwardjono, 2010-111). Informasi harus bermanfaat bagi para pemakai sama saja dengan mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai. Informasi dikatakan mempunyai nilai apabila informasi tersebut (Suwardjono 2010:167) : 1. Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di masa lalu, sekarang, atau masa datang. 2. Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidakpastian. 3. Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai. Angka akuntansi didefinisikan sebagai nilai yang relevan sebagai kekuatan spesifik variabel laporan keuangan untuk menjelaskan perubahan nilai ekuitas. Semakin besar daya explanatory spesifik variabel laporan keuangan semakin besar nilai relevansi (Hasan dan Asoka, 2003). Kualitas dari informasi akuntansi dapat diukur dengan beberapa cara, salah satunya dengan melihat daya informasi angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan terhadap ukuran-ukuran pasar modal (Feliana, 2007). Penelitian (Ely dan Waymire, 1999; Ali dan Hwang, 2000; Naimah dan Utama, 2006) membuktikan bahwa book value of equity / nilai buku ekuitas dan earnings / laba akuntansi memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap harga 14 saham. Penelitian mengenai variasi koefisien nilai buku ekuitas sudah mulai mendapat perhatian yang pada umumnya dilakukan dengan menguji gabungan koefisien laba dan nilai buku (Barth et al, 1998; Burgstahler dan Dichev, 1997; Ou dan Sepe, 2002). Para peneliti telah membuktikan hubungan tingkat tinggi antara perubahan laba akuntansi dan nilai buku ekuitas serta kombinasi keduanya dengan perubahan nilai ekuitas. Asumsi intrinsik adalah bahwa laba akuntansi dan nilai buku ekuitas memiliki kandungan informasi untuk investor. Informasi ini kemudian berpengaruh positif atau negatif pada harga saham. Dalam penelitian ini daya informasi akuntansi diukur menggunakan laba akuntansi dan nilai buku ekuitas. 2.6 Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva (Solechan, 2009). Size perusahaan dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan tanggungjawab sosial karena umumnya perusahaan memiliki competitive disadvantage lebih rendah dari perusahaan kecil, skill karyawan yang lebih baik sehingga memungkinkan melakukan pengungkapan terhadap laporan keuangan yang lebih luas (Lawer dan Andreas). Menurut Anggraeni (2006) perusahaan besar cenderung akan memberikan informasi laba sekarang lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar cenderung akan mengeluarkan biaya untuk pengungkapan informasi sosial yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva. 15 2.7 Jenis Usaha (Profile) Jenis usaha (profile) merupakan berbagai macam industri yang dikelompokkan menurut kegiatan memproses atau mengelola barang yang diproduksi. Jenis industri dibedakan menjadi dua yaitu high profile dan low profile (Hackston dan Milne, 1996 dalam Anggraeni, 2006). Perusahaan yang tergolong high profile seperti perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media komunikasi, kesehatan, transportasi dan pariwisata. Perusahaan yang tergolong low profile seperti bidang bangunan, keuangan dan perbankan, supllier peralatan medis, retailer, tekstil dan produk tekstil serta produk personal dan rumah tangga. Hasil penelitian lebih banyak mengungkapkan bahwa perusahaan high profile lebih banyak mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab sosial jika dibandingkan perusahaan low profile. Ini disebabkan karena perusahaan high profile lebih banyak berinteraksi dengan sumber daya seperti tenaga kerja, alam serta lingkungan sekitarnya (Agustini, 2011). 2.8 Leverage Rasio hutang atau leverage merupakan istilah yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi, secara umum leverage dapat dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas (Solechan, 2009). Manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders (Belkaoui dan Karpik, 1989 ; Cormier dan Magnan 1999). Rasio hutang yang tinggi menunjukkan tingkat hutang perusahaan yang tinggi pula, sehingga mengakibatkan sabagian investor takut 16 dalam berspkeluasi dalam penanaman sahamnya ke perusahaan tersebut. Menurut Jensen & Meckling, (1976) dalam Anggraini (2006) perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi justru akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Didukung hasil penelitian Raharja (2012) juga menunjukkan hasil bahwa perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi belum tentu tidak akan mengungkapan CSR yang rendah, sebab perusahaan yang mendapat hutang yang tinggi justru dianggap dipercaya oleh kreditur, sehingga bisa membayar hutang dan operasional perusahaannya dan dapat menghasilkan laba untuk membiayai CSR perusahaan. Variabel leverage akan diuji kembali pengaruhnya terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap cost of equity capital sebagai variabel kontrol. 2.9 Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 Penelitian-penelitian sebelumnya No 1. 2. 3. Penelitian Amalia dan Wijayanto, 2007 Pengaruh Environmental Performance dan Enviromental Disclosure Terhadap Economic Performance. Hellstrom (2005) The Value Relevance of Financial Accounting Information in a Transitional Economy: The Case of the Czech Republic. Naimah dan Utama, 2006 Pengaruh Ukuran Hasil Penelitian Perusahaan yang memiliki kinerja yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode. Relevansi nilai dipahami sebagai kemampuan pernyataan informasi keuangan untuk meringkas atau menangkap informasi yang mempengaruhi nilai saham dan diuji secara empiris sebagai hubungan statistik antara nilai pasar dan nilai akuntansi. Menunjukkan bahwa baik laba akuntansi maupun nilai buku ekuitas mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. 17 4. 5. 6. 7. 8. Perusahaan, Pertumbuhan dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Ely, K. dan G. Waymire. 1999. Accounting Standard-Setting Organizations and Earnings Relevance: Longitudinal Evidence from NYSE Common Stocks Utami, 2005 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). Botosan (1997) Disclosure level and the cost of equity capital. Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009)- Voluntary Non-Financial Disclosure and the Cost of Equity Capital: The Initiation of Corporate Social Responsibilty Reporting. Plumlee, Brown dan Marshall (2009)- The impact of voluntary enviromental disclosure Menemukan bahwa laba dan nilai buku merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi harga saham. Banyaknya informasi yang diungkap oleh perusahaan berdampak terhadap meningkatnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik. Hubungan antara tingkat pengungkapan sukarela dengan cost of equity capital menunjukkan bahwa semakin besar tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan semakin rendah cost of equity capital nya. Menemukan bahwa perusahaan dengan biaya modal tinggi cenderung menerbitkan laporan CSR mandiri dan perusahaan dengan kinerja CSR yang baik akan menikmati pengurangan berikutnya dalam biaya modal ekuitas. Meneliti hubungan antara kualitas pengungkapan sukarela lingkungan perusahaan dan nilai perusahaan (biaya modal ekuitas dan arus kas yang 18 quality on firm value. 9. Yuli Agustini, 2011 Pengaruh Daya Informasi Akuntansi Pada Hubungan Pengungkapan CSR Dengan CEC. Sumber : Data diolah diharapkan) ditemukan bahwa kualitas pengungkapan sukarela lingkungan negatif terkait dengan biaya modal perusahaan. Daya informasi akuntansi terbukti mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR dengan CEC. Semakin besar tingkat pengungkapan CSR disertai dengan daya informasi akuntansi yang baik, maka semakin turun CEC nya. 2.10 Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Pertama Sesuai dengan PSAK No.1 yaitu laporan keuangan harus berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, maka laporan keuangan harus dapat membantu berbagai pemangku kepentingan untuk menginterpretasikan keadaan perusahaan. Manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna meningkatkan nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (dislosure) informasi akuntansi. Pengungkapan informasi corporate social responsibility dalam laporan keuangan perusahaan menunjukan implementasi tanggung jawab perusahaan tidak hanya laporan keuangan (financial) saja. Perusahaan juga mempunyai tanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan. Banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berhubungan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital). Penelitian sebelumnya tentang hubungan pengungkapan CSR pernah diteliti oleh Lako (2011) menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang peduli dan berkomiten melaksanakan CSR meraup keuntungan ekonomis yang berlimpah dan terus berkembang bisnisnya secara langgeng. Dhaliwal, 19 Li, Tsang dan Yang (2009) membuktikan perusahaan dengan kinerja CSR yang baik akan menikmati pengurangan dalam biaya modal ekuitas. Plumlee, Brown dan Marshall (2009) meneliti hubungan antara kualitas pengungkapan sukarela lingkungan perusahaan dan nilai perusahaan (biaya modal ekuitas dan arus kas yang diharapkan) ditemukan bahwa kualitas pengungkapan sukarela lingkungan negatif terkait dengan biaya modal perusahaan. Adanya pengungkapan CSR dalam laporan keuangan lebih menarik perhatian investor sehingga harga saham lebih tinggi dan akan mengurangi biaya modal ekuitas. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Pengungkapan corporate social responsibilty berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital. 2. Hipotesis Kedua dan ketiga Pengungkapan informasi tambahan dapat berupa laporan pertanggung jawaban sosial dan lingkungan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang memiliki relevansi nilai. Menurut Feliana (2007) kualitas laporan keuangan dapat diukur salah satunya dengan melihat daya informasi angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan daya informasi akuntansi sebagai variabel pemoderasi yang diproksikan dengan laba akuntansi dan nilai buku ekuitas. Ohslon (1995) menyatakan laba akuntansi dan nilai buku memiliki kandungan informasi untuk investor dan berpengaruh positif atau negatif pada harga saham. Laba akuntansi dan nilai buku merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi harga saham (Ely dan Waymire, 1999; Ali dan Hwang, 2002). Dengan 20 demikian, daya informasi akuntansi yang diproksikan dengan laba dan nilai buku ekuitas yang tinggi akan dapat memperkuat pengaruh negatif CSR terhadap CEC. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2: Semakin tinggi nilai laba akuntansi semakin kuat pengaruh negatif hubungan pengungkapan corporate social responsibilty dengan cost of equity capital. H3: Semakin tinggi nilai book value of equity semakin kuat pengaruh negatif hubungan pengungkapan corporate social responsibilty dengan cost of equity capital. 2.11 Konsep Penelitian Bedasarkan hipotesis sebelumnya, maka konsep penelitian dapat dirumuskan menentukan pengaruh daya informasi akuntansi pada hubungan corporate social responsibilty dengan cost of equity capital seperti pada gambar 2.1 Corporate Social Responsibility Cost Of Equity Capital Corporate Social Responsibility Cost Of Equity Capital Laba akuntansi 21 Cost Of Equity Capital Corporate Social Responsibility Book value of equity Gambar 2.1 Konsep Penelitian 22