1 Analisis Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia Oleh Nurlis Abstract This study has the objective to determine the impact of independent variables SBI Rate, Money Supply, Inflation and Rupiah Exchange Rate against the dependent variable Equity Fund Performance in Indonesia 2006-2011 period. Data processing technique used is multiple linear regression analysis with the F test of hypothesis testing to test the effect of simultaneous and t tests to examine the effect of independent variables on the dependent variable partially with a significance level of 5%. The results of this study indicate that macroeconomic factors (Rate Interest Rates, Money Supply, Inflation and Exchange Rate Rupiah / USD) is used to predict the relevant Net Asset Value of Mutual Fund Shares of Indonesia is a very significant effect on the level of less than 1% (0.000). It is also strengthened by the power of prediction and Adjusted R2 of 97.4%. Key words : SBI Rate, Money Supply, Inflation and Rupiah Exchange Rate to USD and Net Asset Value of Mutual Fund Shares A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kesejahteraan dan tingkat harapan hidup akan membuat seseorang berpikir mengenai masa depan dan akan membawa dampak terhadap perlunya penempatan dana yang umumnya disisihkan dari pendapatan, tetapi dalam sesuatu yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa datang. Kegiatan menempatkan dana (asset) pada sesuatu (aktiva/aset keuangan) yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang disebut sebagai kegiatan investasi. Ada tiga hal utama yang mendasari perlunya melakukan investasi, yaitu adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini, adanya keinginan untuk 2 menambah nilai aset dan adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang sudah dimiliki, dan karena adanya inflasi. Oleh karena itu, orang berusaha untuk menyisihkan sebagian pendapatannya di masa produktif dan menyimpannya untuk masa depan yang umumnya sudah kurang produktif. Investasi memiliki arti yang sangat luas dan umum karena berhubungan dengan nilai dari aset baik berupa uang maupun benda. Sekolah sejak TK hingga lulus sarjana adalah sebuah investasi bagi diri pribadi. Jika kita saat ini bisa membaca, menulis, berpikir, mempunyai keahlian, dan memiliki pekerjaan, ini semua merupakan hasil investasi yang kita lakukan tersebut. Selanjutnya, pengertian investasi dalam tulisan ini akan membahas dalam cakupan investasi keuangan (financial investment). Investasi keuangan ini dilakukan di pasar keuangan (financial market) yang pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu pasar uang dan pasar modal. Pasar uang (money market) merupakan pasar untuk surat berharga jangka pendek seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan commercial paper sedangkan dalam pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang dimana instrumen yang diperjualbelikan seperti saham dan obligasi. Secara perlahan namun pasti, pasar modal Indonesia bagi dunia usaha, memberikan alternatif pembiayaan yang menarik melalui kemungkinankemungkinan menggalang dana dimana perusahaan-perusahaan menjadi institutionalized, atau melembaga secara ekonomi dan sosial (sosial karena perusahaan yang go public disebut public company) dalam sistem ekonomi sementara dari sudut perusahaan, pasar modal membuat perusahaan itu mempunyai public accountability yang menjadikan ia lebih “transparan” (lebih jelas terbaca kegiatan maupun hasil-hasilnya secara finansial) dan terbuka bagi kritik masyarakat secara meluas. Di sisi lain, bagi para pemilik dana, pasar modal memberikan berbagai pilihan investasi. Jumlah dan bentuk pilihan ini semakin banyak mulai dari yang relatif tinggi resikonya sampai pada pilihan-pilihan beresiko rendah. Alternatif yang semula terbatas pada saham dan obligasi, kini menjadi semakin beragam dengan adanya portofolio, yang merupakan cikal bakal terbentuknya reksa dana. 3 Gambar 1 Proses Pembentukan Portofolio Melalui Reksa Dana Portofolio Manajer Investasi Investor Individu dengan Dana Terbatas Sumber: Eduardus Tandelilin (2007 : 21) Lahirnya reksa dana merupakan suatu pemecahan baru terhadap wahana investasi dimana seorang pemodal dapat mengimplementasikan prinsip diversifikasi, “don’t put all your eggs into one basket”, tanpa harus mempunyai modal yang relatif besar, pengetahuan yang cukup dan tidak perlu mengorbankan waktu untuk memilih dan mengawasinya terus-menerus untuk memperhatikan kondisi dan perkembangan pasar. Per definisi, Reksa Dana (mutual fund) adalah institusi jasa keuangan yang menerima uang dari para pemodal yang kemudian menginvestasikan dana tersebut dalam portofolio yang terdiversifikasi pada efek/sekuritas. Reksa Dana sendiri sebagai produk adalah cukup sederhana dan menarik. Sederhana karena produk merupakan dalam bentuk sertifikat yang terdiri dari berbagai instrumen pasar modal dan pasar uang. Pengetahuan yang baik mengenai kondisi perusahaan-perusahaan akan menjadikan sertifikat reksa dana sangat menguntungkan bagi calon investor yang tidak harus memilih hanya sahamsaham tertentu. Begitupun, dalam situasi bursa efek yang berkepanjangan mengalami depresi, banyak sekali kalangan yang melihat reksa dana sebagai “resep” untuk membuat bursa menjadi bullish kembali. 4 Tabel 1 Perkembangan Industri Reksa Dana Periode 2006-2010 2006 Jumlah Reksa Dana 403 2007 473 92.1 53.589 2008 2009 2010 567 610 726 74.0 112.9 146.6 60.976 69.978 81.464 Tahun Nilai Aktiva Bersih (dalam triliun rupiah) 51.6 Jumlah Pemegang Unit Penyertaan (juta) 36.140 Sumber: Diolah dari berbagai sumber Fenomena maraknya produk reksa dana ini tidak bisa ditutup-tutupi dan yang paling menonjol dari perkembangan industri reksa dana adalah semakin banyaknya jumlah produk reksa dana. Jadi, bukan tidak mungkin krisis perbankan justru bukan bencana bagi industri reksa dana malah sebaliknya merupakan blessing in disguise. Data memperlihatkan sejak 2006 sampai 2010 produk reksa dana tumbuh pesat dan terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Setiap tahun rata-rata muncul lebih dari 10 reksa dana baru yang akan semakin memberikan banyak pilihan investasi bagi masyarakat pemodal. Jenis reksa dana itu sendiri cukup banyak, seperti reksa dana pendapatan tetap yang 80 persen portofolio investasinya pada efek yang berbentuk surat utang seperti obligasi, reksa dana pasar uang yang portofolio investasinya pada jenis instrumen pasar uang seperti SBI, reksa dana saham yang portofolio investasinya terdiri dari saham dan reksa dana campuran yang instrumen investasinya bisa berbentuk saham dan obligasi atau dikombinasikan dengan instrumen lainnya. Nilai Aktiva Bersih reksa dana semakin memperlihatkan peningkatan, meski pada awal tahun 2006 industri reksa dana di Indonesia di tandai dua peristiwa penting. Pertama terjadinya kasus manipulasi Reksa Dana Prudence oleh Bank Global yang sedikit banyak berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat terutama menyangkut fungsi perbankan sebagai channel of distribution produk 5 reksa dana di Indonesia, yang lainnya menyangkut pemberlakuan metode penilaian portofolio dengan menggunakan metode marked to market. Semangat investasi pada reksa dana adalah market-based return yang berarti mekanisme pasarlah yang akan menentukan besar kecilnya rate of return yang akan diperoleh oleh seorang investor. Hal tersebut menjadikan masyarakat mulai menyadari bahwa tingkat pengembalian (yield) investasi di reksa dana ternyata lebih tinggi dari investasi deposito atau produk perbankan lainnya dimana tingkat pengembalian industri reksa dana ini didukung oleh faktor makroekonomi seperti pertumbuhan GDP, kondisi moneter, suku bunga SBI, nilai tukar rupiah dan laju inflasi. Akan tetapi, faktor makroekonomi jugalah yang membuat kinerja reksa dana terpuruk.Adanya kendala dari faktor-faktor tersebut, maka reksa dana saham muncul menjadi pilihan tepat karena umumnya pemodal mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri pada instrumen saham tersebut. Di lain pihak, catatan historis menunjukkan, dalam jangka panjang, investasi pada reksa dana saham dapat memberikan hasil yang lebih baik. Reksa Dana saham tidak hanya memberikan manfaat secara langsung kepada emiten maupun investor tetapi juga secara tidak langsung akan memberikan manfaat bagi industri pasar modal dan bagi pertumbuhan ekonomi karena turut menjadi salah satu penopang berputarnya roda perekonomian, yakni sebagai intermediary (perantara) yang menyediakan sumber dana bagi kegiatan investasi. Keberhasilan penggalangan dana masyarakat untuk tujuan investasi ini pada akhirnya akan berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang berorientasi pada penggunaan sumber dana dalam negeri. Hal ini akan dapat memperbaiki struktur pembiayaan nasional yang selama ini sangat tergantung pada pinjaman luar negeri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan deskripsi yang dituangkan di atas, dapat dirumuskan masalah mengenai variabel-variabel makroekonomi Indonesia dalam kaitannya dengan kinerja reksa dana saham sebagai berikut : 6 1. Apakah variabel tingkat bunga SBI, jumlah uang beredar, inflasi dan nilai tukar rupiah berpengaruh secara serentak terhadap kinerja reksa dana saham di Indonesia 2. Apakah variabel tingkat bunga SBI, jumlah uang beredar, inflasi dan nilai tukar rupiah berpengaruh secara parsial terhadap kinerja reksa dana saham di Indonesia C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini, dengan berdasarkan masalah-masalah yang tercantum dalamrumusan masalah adalah untuk menganalisis pengaruh variabel tingkat bunga SBI, jumlah uang beredar, inflasi dan nilai tukar rupiah baik secara serentak maupun parsial terhadap kinerja reksa dana saham di Indonesia. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai tambahan pengetahuan serta referensi bagi pihak akademis maupun umum yang hendak melakukan penelitian yang lebih mendalam, selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi investor yang ingin menanamkan dananya pada pasar modal Indonesia sebagai alternatif investasi. D. Landasan Teoritis dan Kerangka Pikir 1. Reksa Dana Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, Pasal 1 ayat (27), Reksa dana dapat didefinisikan sebagai berikut: “Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi”. Reksa Dana muncul karena umumnya investor mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri secara terpisah pada berbagai efek yang ada. Kesulitan yang dihadapi investor antara lain menyangkut kemampuan dan pengalaman untuk melakukan berbagai analisa dan memonitor kinerja efek maupun kondisi pasar secara terus-menerus yang menyita banyak waktu dan 7 tenaga. Disamping itu dibutuhkan pula dana yang relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada berbagai surat berharga yang ditawarkan oleh pasar. Istilah Nilai Aktiva Bersih (NAB) tidak bisa dipisahkan dari reksa dana, karena istilah ini merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu reksa dana.Yang dimaksud dengan NAB adalah sejumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per saham atau per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana setelah dikurangi semua biaya operasional (kewajiban) dan dibagi dengan jumlah saham atau unit penyertaan yang beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. NAB per saham/unit penyertaan dihitung setiap hari oleh bank kustodian setelah mendapatkan data dari manajer investasi dan nilainya dapat dilihat pada surat kabar tertentu setiap hari. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung pada perubahan nilai efek dalam portofolio reksa dana. Meningkatnya NAB mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang saham/unit penyertaan, begitu pula sebaliknya Gambar 2 Mekanisme Kerja Reksa Dana BAPEPAM INVESTOR MANAJER INVESTASI PERANTARA PASAR MODAL & PASAR UANG BANK KUSTODIAN Sumber: Eko Priyo Pratomo & Ubaidillah Nugraha (2004 :43) Harga pasar reksa dana merupakan harga yang telah disesuaikan dengan kondisi pasar. Sesungguhnya harga pasar ini tergantung juga pada nilai reksa 8 dana. Sebagaimana diketahui, nilai reksa dana merupakan NAB, dimana untuk menentukan NAB sangat bergantung pada hasil portofolio investasi yang dilakukan manajer investasi. Dengan demikian NAB akan dipengaruhi oleh harga instan isi portofolio reksa dana dan pada akhirnya NAB juga akan mempengaruhi harga pasar. Pengertian NAB adalah total market value dari suatu portofolio dikurangi kewajibannya, dibagi dengan total jumlah saham yang beredar. Dengan demikian rumus perhitungan NAB per saham/unit penyertaan sebagai berikut: NAB per saham/unit penyertaan Nilai Pasar Waja r dari Aset - Kewajiban Unit Penyertaan yang beredar 2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem Diskonto/bunga, SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah, dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. sejak awal juli 2005, BI menggunakan mekanisme “BI Rate” (Suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. SBI merupakan instrumen hutang (debt instrument) karena aset ini mengharuskan penerbitnya melakukan pembayaran kembali dalam jumlah tertentu yang terdiri dari nilai pokok ditambah bunga. Tingkat suku bunga SBI ditentukan pada pelelangan di kantor pusat Bank Indonesia pada hari Rabu setiap minggunya. Sertifikat Bank Indonesia memiliki pengaruh terhadap kinerja reksa dana saham (NAB) antara lain: 9 Jika tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan, tingkat suku bunga deposito berjangka juga akan naik sehingga penanaman modal dalam bentuk deposito berjangka menjadi lebih menarik, di sisi lain tingkat bunga pinjaman perbankan juga akan naik yang akan menyebabkan turunnya pendapatan perusahaan karena peningkatan jumlah pembayaran bunga hutang sehingga penanaman modal pada instrumen saham justru akan berkurang, akibatnya NAB reksa dana saham juga akan mengalami penurunan. Jika tingkat suku bunga SBI mengalami penurunan, SBI akan menjadi pilihan investasi yang kurang menarik dibandingkan instrumen investasi lain seperti saham atau obligasi sehingga permintaan instrumen investasi saham mengalami kenaikan akibatnya harga saham di bursa naik yang akhirnya akan meningkatkan NAB reksa dana saham. 3. Jumlah Uang Beredar Yang dimaksud dengan jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) adalah jumlah uang beredar yang terdiri atas uang kartal dan uang giral. Uang kartal adalah uang tunai yang terdiri dari uang kertas dan logam (yang dikeluarkan oleh pemerintah atau bank sentral) yang langsung dapat digunakan oleh masyarakat umum. Uang giral adalah seluruh nilai saldo rekening koran (giro) yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum. Penciptaan uang / besarnya uang beredar dalam masyarakat dapat digambarkan sebagai proses pasar (Daryon : 2003). Jumlah Uang Beredar juga mempunyai keterikatan dengan suku bunga deposito. Semakin banyak jumlah uang yang beredar dimasyarakat, investasi menjadi lebih menarik bila dibandingkan dengan menyimpan dalam bentuk tabungan. Secara teknis, yang dihitung sebagai jumlah uang beredar adalah uang yang benar-benar berada di tangan masyarakat. Uang yang berada di tangan bank (bank 10 umum dan bank sentral), serta uang kertas dan logam (kuartal) milik pemerintah tidak dihitung sebagai uang yang beredar Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan atau seiring dengan perkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian bertumbuh dan berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah, sedang komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan uang kartal makin sedikit, digantikan uang giral atau near money. Biasanya juga bila perekonomian makin meningkat, komposisi M1 dalam peredaran uang semakin kecil, sebab porsi uang kuasi makin besar. Jumlah uang beredar dapat mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana. Pada saat terjadi kenaikan jumlah uang beredar, masyarakat dianggap memiliki proporsi lebih untuk berinvestasi sehingga permintaan instrumen investasi saham mengalami kenaikan yang berarti akan meningkatkan NAB reksa dana saham, dan sebaliknya 4. Inflasi Inflasi adalah proses kenaikan harga- harga umum barang-barang secara terus menerus. Tapi kenaikan harga tersebut tidak selalu dalam prosentase yang sama (Nopirin : 2000). Kenaikan harga tersebut diukur dengan beberapa cara antara lain dengan,a. Indeks biaya hidup (consumer price index), b. Indeks harga perdagangan besar (whole sale price index) danc. GNP Deflator. Inflasi Tinggi (hyper inflation) adalah inflasi yang sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga nilai uang turun secara tajam (Nopirin : 2001). Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (over heated), artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami mengalami kenaikan. Kondisi ekonomi yang over heated tersebut juga akan menurunkan daya beli uang (purchasing power of money) dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Tandelilin : 2001). Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. 11 Indikator inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan daya beli Rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan. Rumus perhitungan inflasi sebagai berikut: INFt (IHK t IHK t 1 ) 100% IHK t 1 Kenaikan inflasi akan menyebabkan harga-harga meningkat (dalam hal ini instrumen investasi saham). Karena sebagian besar dari pemilik unit penyertaan di reksa dana saham adalah investor institusi dan investor dari masyarakat golongan menengah ke atas, maka kenaikan inflasi ini akan meningkatkan NAB reksa dana saham, dan sebaliknya. 5. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar/kurs (exchange rate) adalah nilai suatu mata uang dimana negaranegara melakukan pertukaran di pasar dunia. Nilai tukar rupiah terutama terhadap dollar AS merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perkembangan dunia usaha. Fluktuasi nilai tukar yang berlebihan (over fluctuation) merupakan kendala operasional yang paling ditakuti oleh para pengusaha, karena di dalam dunia usaha sangat diperlukan kestabilan dan kepastian dalam perencanaan usaha dan investasi. Nilai tukar mata uang suatu negara dikatakan mengalami apresiasi jika nilai mata uangnya meningkat relatif terhadap mata uang negara lain dan dikatakan depresiasi jika nilai mata uangnya menurun relatif terhadap mata uang negara lain. Apresiasi rupiah terhadap mata uang dollar AS maka masyarakat bisa melihat bahwa mata uang rupiah sebagai salah satu indikator makroekonomi negara mengalami perbaikan. Hal ini akan meningkatkan ekspektasi dalam berinvestasi sehingga meningkatkan permintaan terhadap reksa dana saham, akibatnya NAB reksa dana saham juga akan meningkat, dan sebaliknya. 12 6. Kerangka Pikir dan Hipotesis a. Hubungan Tingkat suku bunga SBI terhadap Kinerja Reksadana Saham Jika tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan, tingkat suku bunga deposito berjangka juga akan naik sehingga penanaman modal dalam bentuk deposito berjangka menjadi lebih menarik, di sisi lain tingkat bunga pinjaman perbankan juga akan naik yang akan menyebabkan turunnya pendapatan perusahaan karena peningkatan jumlah pembayaran bunga hutang sehingga penanaman modal pada instrumen saham justru akan berkurang, akibatnya NAB reksa dana saham juga akan mengalami penurunan. Jika tingkat suku bunga SBI mengalami penurunan, SBI akan menjadi pilihan investasi yang kurang menarik dibandingkan instrumen investasi lain seperti saham atau obligasi sehingga permintaan instrumen investasi saham mengalami kenaikan akibatnya harga saham di bursa naik yang akhirnya akan meningkatkan NAB reksa dana saham. b. Hubungan Jumlah Uang Beredar terhadap Kinerja Reksadana Saham Secara teknis, yang dihitung sebagai jumlah uang beredar adalah uang yang benar-benar berada di tangan masyarakat. Uang yang berada di tangan bank (bank umum dan bank sentral), serta uang kertas dan logam (kuartal) milik pemerintah tidak dihitung sebagai uang beredar. Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan atau seiring dengan perkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian bertumbuh dan berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah, sedang komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan uang kartal makin sedikit, digantikan uang giral atau near money. Biasanya juga bila perekonomian makin meningkat, komposisi M1 dalam peredaran uang semakin kecil, sebab porsi uang kuasi makin besar. Jumlah uang beredar dapat mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana. Pada saat terjadi kenaikan jumlah uang beredar, masyarakat dianggap memiliki proporsi lebih untuk berinvestasi sehingga permintaan instrumen investasi 13 saham mengalami kenaikan yang berarti akan meningkatkan NAB reksa dana saham, dan sebaliknya c. Hubungan Tingkat Inflasi terhadap Kinerja Reksadana Saham Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga- harga umum barang-barang secara terus menerus, Indikator inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan daya beli Rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan Kenaikan inflasi akan menyebabkan harga-harga meningkat (dalam hal ini instrumen investasi saham). Karena sebagian besar dari pemilik unit penyertaan di reksa dana saham adalah investor institusi dan investor dari masyarakat golongan menengah ke atas, maka kenaikan inflasi ini akan meningkatkan NAB reksa dana saham, dan sebaliknya. d. Hubungan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD terhadap Kinerja Reksadana Saham Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dolar misalnya, akan memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila hal ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, karena menurunnya nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor. Seterusnya, akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Dan memburuknya neraca pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan devisa. Berkurangnya cadangan devisa akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal sehingga terjadi capital outflow. Selanjutnya bila terjadi penurunan kurs yang berlebihan, akan berdampak pada perusahaan–perusahaan go public yang menggantungkan faktor produksi terhadap barang barang impor. Besarnya belanja impor dari 14 perusahaan seperti ini bisa mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan. Selanjutnya dapat ditebak, harga saham perusahaan itu akan anjlok. Hal ini akan meningkatkan ekspektasi dalam berinvestasi sehingga mempengaruhi permintaan terhadap reksa dana saham, akibatnya NAB reksa dana saham juga akan terpengaruh. Atas dasar analisis tersebut maka pengaruh dari masing - masing variabel tersebut terhadap NAB Reksadana Saham dapat digambarkan dalam model paradigma seperti ditunjukan dalam gambar berikut : Gambar 3. Model Penelitian E. E. E. 15 E.Hipotesis Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Diduga bahwa Tingkat Suku Bunga SBI (X1) , Jumlah Uang Beredar (X2), Tingkat Inflasi (X3) dan Nilai Tukar Rupiah/USD (X4) secara serentak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kinerja Reksadana Saham (Y) Indonesia H2 : Diduga bahwa Tingkat Suku Bunga SBI (X1) , Jumlah Uang Beredar (X2), Tingkat Inflasi (X3) dan Nilai Tukar Rupiah/USD (X4) mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Kinerja Reksadana Saham (Y) Indonesia F. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jakarta, terhadap kinerja reksa dana saham di Indonesia yang terjadi pada periode 2006-2011. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Juli 2012 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian kausal yaitu untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel tertentu terhadap variabel tertentu lainnya, yaitu untuk menguji dan menganalisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Jumlah uang rupiah beredar, Inflasi dan Nilai tukar Rupiah/USD baik secara serentak maupun parsial terhadap kinerja Reksadana Saham periode tahun 20062011. G. Variabel dan Skala Pengukuran a. Variabel Independen/Bebas (X) 1. Tingkat Suku Bunga SBI, dalam hal ini tingkat suku bunga SBI bulanan yang didapat berdasarkan mekanisme sistem lelang, dengan rumus sebagai berikut :Rata-rata tingkat SBI = Jumlah tingkat suku bunga periode harian selama 1 bulan dibagi dengan jumlah periode waktu selama 1 bulan. Data Tingkat Suku Bunga Data mengenai SBI 16 didapat dari Situs resmi Bank Sentral Republik Indonesia (www.bi.go.id). 2. Jumlah Uang Beredar, dalam hal ini adalah total keseluruhan uang yang ada di masyarakat dan dihitung dengan cara, Jumlah uang beredar = Uang Kartal + Uang Logam + Uang Giral + Deposito Berjangka + Saldo Tabungan. Data mengenai jumlah uang beredar didapatkan dari Situs resmi Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (http://www.kemendag.go.id) 3. Tingkat Inflasi, dalam hal ini penghitungan dipengaruhi, Index Harga Konsumen Indonesia, dan data tersebut didapatkan dari Situs resmi Bank Sentral Republik Indonesia (www.bi.go.id). 4. Nilai Tukar Rupiah atas Dollar Amerika Serikat (Kurs) , dalam hal ini adalah harga 1 USD terhadap mata uang Rupiah b. Variabel Dependen/Terikat (Y) Variabel terikat adalah NAB Reksadana Saham di Indonesia Periode tahun 2006 – 2011 yang diperoleh situs resmi Bapepam LK (www.bapepamlk.go.id). Skala Pengukuran yang digunakan untuk variable Independen dan Variabel Dependen adalah skala Rasio. H. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan (Library Research) yaitu untuk memperoleh data dengan cara mempelajari teori teori dari buku–buku literatur atau jurnal serta tulisan tulisan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas guna memperoleh pemahaman mengenai konsep-konsep dan landasan teori yang akan digunakan untuk mengevaluasi permasalahan yang sedang dibahas dan data sekunder yang di dapat melalui Situs-situs resmi Bank Sentral 17 Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Bapepam LK I. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah tingkat suku bunga SBI, Jumlah uang beredar, Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah/USD berpengaruh secara signifikan terhadap NAB Reksadana Saham. Karena yang menjadi objek penelitian adalah Reksadana saham , maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah NAB Reksadana saham yang terdaftar dari Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2011. Sampel adalah sebagian data jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005:35 Sementara penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan purposive sampling dengan kriteria sampel yang dipilih hanya NAB reksadana saham selama tahun 2006 sampai dengan 2011 untuk 72 data yang diperoleh setiap bulan selama 6 tahun J. Analisis Statistik Deskriptif Tabel 2 Descriptive Statistics N SBI Uang_Beredar Inflasi KURS NAB_RD Valid N (listwise) Minimum 72 72 72 72 72 72 Maximum .060 .128 (Nov 11) (Jan 06) 1190834 2877220 (Jan 06) (Des 06) -.310 2.460 (April 09) (Juni 08) 8508 12151 (Juli 11) (Nov 11) 27124166 163150847 (Peb 06) (Des 11) Mean Std. Deviation .08344 .020307 1862952.17 459352.147 .53806 .492543 9378.22 759.855 94263606.27 38101602.833 18 K. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas data Uji data dilakukan dengan analisa One-Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut : Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Pengambilan keputusan untuk menentukan data variabel penelitian terdistribusi secara normal atau tidak adalah sebagai berikut : 1. Nilai Asymp.Sig. (2-tailed) ≥ 0,05, maka data berdistribusi normal. 2. Nilai Asymp.Sig. (2-tailed) ≤ 0,05, maka data berdistribusi tidak normal. Tabel 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N Normal Parametersa,,b 72 Mean Std. Deviation Most Extreme Differences .0000000 6.10934873E6 Absolute .122 Positive .122 Negative -.064 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 1.039 .231 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed)nya sebesar 0,231 atau nilainya lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini menunjukkan Ha ditolak dan Ho tidak dapat ditolak, yang berarti data berdistribusi normal. Uji Multikolinearitas 19 Tabel 4 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Collinearity Statistics Std. Error t Sig. Tolerance VIF 84647631.524 13504593.000 6.268 .000 -547657558.044 63091620.043 -8.680 .000 .339 2.947 59.146 2.778 21.289 .000 .342 2.924 Inflasi 5059487.182 1586998.522 3.188 .002 .912 1.097 KURS -6141.537 1033.448 -5.943 .000 .903 1.107 SBI Uang_Beredar a. Dependent Variable: NAB_RD Dilihat dari nilai Tolerance yang besar dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 untuk setiap variabel, maka dapat disimpulkan tidak ada Multikolonieritas antar variabel independen. Berdasarkan tabel 4.4 Coefficient Correlations, besaran korelasi antar variabel independen kurang dari 0,90, juga dapat disimpulkan tidak ada Multikolonieritas antar variabel independen. Tabel 5 Coefficient Correlationsa Model 1 KURS Correlations SBI 1.000 -.031 .239 -.142 Uang Beredar -.031 1.000 .168 .804 .239 .168 1.000 .108 -.142 .804 .108 1.000 1068014.730 -89.809 3.925E8 -9.235E9 Uang Beredar -89.809 7.719 742679.987 1.410E8 Inflasi 3.925E8 742679.987 2.519E12 1.080E13 -9.235E9 1.410E8 1.080E13 3.981E15 SBI KURS SBI a. Dependent Variable: NAB_RD Inflasi KURS Inflasi Covariances Uang Beredar Uji Autokorelasi 20 Tabel 6. Model Summaryb Model R 1 .987a R Square Adjusted R Square .974 Std. Error of the Estimate DurbinWatson .973 6289073.770 .538 a. Predictors: (Constant), KURS, Jumlah_Uang_Beredar, Inflasi, SBI b. Dependent Variable: NAB_RD Dari hasil pengolahan data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai DW 0,538 berada dibawah dl 1,5029 dan diatas 0, maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi positif. Uji Heteroskedastisiitas Tabel 7 Dari grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi NAB_RD berdasarkan masukkan variabel SBI, jumlah uang beredar, inflasi dan Kurs. 21 L. Uji Hipotesis Analisis Koefisien determinasi Tabel 8 Model Summaryb Model R 1 .987a R Square Adjusted R Square .974 Std. Error of the Estimate .973 6289073.770 a. Predictors: (Constant), KURS, Jumlah_Uang_Beredar, Inflasi, SBI b. Dependent Variable: NAB_RD Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa % dari variasi variasi dependen (NAB) dijelaskan oleh variasi dari variabel independen. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2 ) sebesar 0,973. Berarti variasi variabel Independen dalam menjelaskan variasi variabel NAB adalah 97,3% dan sisanya 2,7% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Nilai Adjusted R2 untuk NAB yang besar akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi NAB Reksadana saham. Dengan melihat kemampuan model dalam menjelaskan variasi perubahan nilai variabel NAB, maka model persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dinyatakan baik untuk dijadikan sebagai penaksir nilai variabel NAB yang akan datang. Untuk meyakinkan keakuratan model persamaan regresi, maka model persamaan regresi tersebut perlu diuji dengan pengujian hipotesis. Uji Anova (F) Tabel 9 ANOVAb Model 1 Sum of Squares Df Mean Square Regression 1.004E17 4 2.511E16 Residual 2.650E15 67 3.955E13 Total 1.031E17 71 a. Predictors: (Constant), KURS, Jumlah_Uang_Beredar, Inflasi, SBI b. Dependent Variable: NAB_RD F 634.746 Sig. .000a 22 Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan uji F seperti dalam Tabel 4.8 Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan signifikansi 5% (α = 0,05) dan degree of freedom (k-1) dan (n-k), dihasilkan nilai Ftabel sebesar 2,38 Nilai Fhitung dalam Tabel 4.8 sebesar 634,746 sehingga nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (634,746 >2,38). Nilai signifikansinya juga sebesar 0,000 (sig. < 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa secara bersama sama variasi variabel–variabel independen (Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah/USD dan Jumlah Uang Beredar) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variasi variabel dependen NAB Reksadana. Dengan demikian Hipotesis 1 yang menyatakan: “Diduga bahwa variabel variabel independen Nilai Tingkat Suku Bunga SBI (X1), Tingkat Inflasi (X2), Nilai Tukar Rupiah/USD (X3) dan Jumlah Uang Beredar (X4) secara bersama sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana Saham (Y) di Indonesia periode tahun 2006 – 2011” dikatakan diterima. Uji Partial (t) Tabel 10 Unstandardized Coefficients Model B 1 (Constant) Std. Error T Sig. 84647631.524 13504593.000 6.268 .000 -547657558.044 63091620.043 -8.680 .000 59.146 2.778 21.289 .000 Inflasi 5059487.182 1586998.522 3.188 .002 KURS -6141.537 1033.448 -5.943 .000 SBI Uang_Beredar Pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan uji t terlihat dalam tabel 4.9 Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/USD secara parsial terhadap NAB Reksadana Saham Indonesia. Dengan menggunakan signifikansi 23 5% (α=0,05) dan degree of freedom (n-k)= 70 diperoleh ttabel sebesar 1,67. Dari perhitungan dihasilkan thitung variabel tingkat SBI, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/USD semua lebih besar 8.680 dan tingkat signifikansi kecil dari 5%, hal ini berarti bahwa variasi variabel Tingkat Suku Bunga SBI Jumlah Uang Beredar, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/USD secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variasi variasi NAB Reksadana Saham, sehingga hipotesis 2 diterima. Analisis Regresi linear berganda Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh Nilai Tukar Rupiah/USD dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap NAB Reksadana Saham di Indonesia. Dari Tabel 4.9 dapat diketahui persamaan regresi sebagai berikut : NAB_RD = 84.647.631,524 - 547.657.558,044 SBI +59,146 J_UB+ 5.059.487,182 INFLASI – 6.141,537 KURS + e Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Konstanta sebesar 84.647.631.524; artinya jika SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Nilai Kurs 0, maka Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham (Y) sebesar Rp 84.647.631.524.000. b. Koefisien regresi SBI (X1)sebesar - 547.657.558,044; artinya pada variabel SBI terdapat hubungan negatif Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham dengan. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1 persen SBIakan menyebabkan penurunan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham sebesar Rp547.657.558,044. Hasil ini memiliki pendapat bahwa variabel ekonomi makro yang direfleksikan dengan Tingkat SBI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NAB Reksadana Saham. Jika tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan, tingkat suku bunga deposito berjangka juga akan naik sehingga penanaman modal dalam bentuk deposito berjangka menjadi lebih menarik, di sisi lain tingkat bunga pinjaman perbankan juga akan naik yang akan menyebabkan turunnya pendapatan perusahaan karena peningkatan jumlah pembayaran bunga hutang sehingga penanaman 24 modal pada instrumen saham justru akan berkurang, akibatnya NAB reksa dana saham juga akan mengalami penurunan. Jika tingkat suku bunga SBI mengalami penurunan, SBI akan menjadi pilihan investasi yang kurang menarik dibandingkan instrumen investasi lain seperti saham atau obligasi sehingga permintaan instrumen investasi saham mengalami kenaikan akibatnya harga saham di bursa naik yang akhirnya akan meningkatkan NAB reksa dana saham c. Koefisien regresi Jumlah Uang Beredar(X2)sebesar 59,146; artinya pada variabel Jumlah Uang Beredarterdapat hubungan positif dengan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan Rp 1 jumlah Uang beredar akan menyebabkan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham sebesar Rp 59.146.000. Dapat disimpulkan bahwa Nilai Jumlah Uang Beredar berpengaruh signifikan terhdap NAB Reksadana Saham. Berdasarkan hasil penelitian tersebut berarti Perkembangan jumlah uang beredar seiring dengan perkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian bertumbuh dan berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah, sedang komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan uang kartal makin sedikit, digantikan uang giral atau near money. Biasanya juga bila perekonomian makin meningkat, komposisi M1 dalam peredaran uang semakin kecil, sebab porsi uang kuasi makin besar. Jumlah uang beredar dapat mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana. Pada saat terjadi kenaikan jumlah uang beredar, masyarakat dianggap memiliki proporsi lebih untuk berinvestasi sehingga permintaan instrumen investasi saham mengalami kenaikan yang berarti akan meningkatkan NAB reksa dana saham, dan sebaliknya d. Koefisien regresi Inflasi (X3) sebesar 5.059.487,182; artinya pada variabel Inflasiterdapat hubungan positif dengan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1 persen dari Inflasiakan menyebabkan kenaikkan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham sebesar Rp 5.059.487,182. Dapat disimpulkan bahwa Tingkat Inflasi berpengaruh 25 signifikan terhdap NAB Reksadana Saham. Berdasarkan hasil penelitian tersebut berarti Kenaikan inflasi akan menyebabkan harga-harga meningkat (dalam hal ini instrumen investasi saham). Karena sebagian besar dari pemilik unit penyertaan di reksa dana saham adalah investor institusi dan investor, maka kenaikan inflasi ini akan meningkatkan NAB reksa dana saham, dan sebaliknya. e. Koefisien regresi Kurs (X4) sebesar – 6.141,537; artinya pada variabel Kurs terdapat hubungan negatif dengan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham. Hal ini menunjukkan setiap penurunan Rp1 dari Kurs rupiah terhadap USD akan menyebabkan penurunan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham sebesar Rp 6.141,537. Dapat disimpulkan bahwa Nilai Tukar Rupiah/USD berpengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana Saham. Berdasarkan hasil penelitian tersebut berarti Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dolar misalnya, akan memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila hal ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, karena menurunnya nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor. Seterusnya, akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Dan memburuknya neraca pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan devisa. Berkurangnya cadangan devisa akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal sehingga terjadi capital outflow.Selanjutnya bila terjadi penurunan kurs yang berlebihan, akan berdampak pada perusahaan–perusahaan go public yang menggantungkan faktor produksi terhadap barang barang impor. Besarnya belanja impor dari perusahaan seperti ini bisa mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan. Selanjutnya dapat ditebak, harga saham perusahaan itu akan anjlok. Hal ini akan meningkatkan ekspektasi dalam berinvestasi sehingga mempengaruhi 26 permintaan terhadap reksa dana saham, akibatnya NAB reksa dana saham juga akan terpengaruh. M. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa faktor makroekonomi (Tingkat Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/USD) sangat relevan digunakan untuk memprediksi Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham Indonesia yang sangat signifikan berpengaruh pada level kurang dari 1% (0,000). Hal ini juga diperkuat dengan kekuatan prediksi dan Adjusted R2 sebesar 97,3%. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini baik kepada investor, perusahaan maupun untuk pengembangan penelitian yang lebih lanjut adalah sebagai berikut: 1. Investor sebaiknya memperhatikan informasi-informasi mengenai Tingkat Suku Bunga SBI, Jumlah Uang beredar,Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/USD yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia karena dengan adanya informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprediksi NAB Reksadana saham yang kemudian digunakan dalam pengambilan keputusan yang tepat sehubungan dengan investasinya, 2. Agar tidak terjadi penurunan NAB reksa dana saham yang disebabkan oleh tingginya suku bunga SBI, maka hendaknya pemerintah, Dirjen Pajak, menghapus pajak tarif umum terhadap capital gain bagi reksa dana saham dan penghapusan ini juga berkaitan dengan penutupan buku secara harian bagi reksa dana saham dalam menghitung NAB/unit penyertaan, disamping itu juga karena reksa dana sebagai katalisator yang akan mendorong perbaikan struktur pembiayaan nasional yang selama ini sangat tergantung pada pinjaman luar negeri. Jadi, sebaiknya diterapkan pajak final seperti yang telah diterapkan terhadap capital gain saham dibursa. 27 3. Ketika terjadi depresiasi rupiah yang dapat menyebabkan “redemption besar-besaran” dan berdampak terhadap menurunnya NAB reksa dana saham, maka sebaiknya pemerintah memberi insentif yang lebih kepada investor yaitu dengan menghapus pajak deviden sebesar 20 persen sehingga nantinya dalam second round effect, perusahaan tidak mengandalkan pembiayaannya dari pihak perbankan dan jika krisis perbankan terjadi, perusahaan tetap mendapatkan suntikan modal. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada para investor minimal dapat menambah referensi dalam pengambilan keputusan investasi. Disamping itu penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong penelitian yang lebih lanjut mengenai topik ini pada NAB Reksadana Saham. Daftar Pustaka Anoraga, Panji dan Piji Pakarti. 2011. Pengantar Pasar Modal. PT. Rineke Cipta, Jakarta Avonti, Amos Amoroso dan Hudi Prawoto. 2004. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/USD dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. III No.5 Eko Priyo Pratomo & Ubaidillah Nugraha, 2004,Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern, Cetakan Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Eduardus Tandelilin, 2007, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio; Edisi Pertama, Cetakan ketiga, BPFE, Yogyakarta. 28 Rahardjo, Sapto. 2005. Investasi Reksadana, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta Gozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari. 2003. Indikatorindikator Pasar Saham Dan Pasar Uang Yang Saling Berkaitan Ditinjau Dari Pasar Saham Sedang Bullish dan Bearish, Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 3 No.3 Sudjono. 2002. Analisis Keseimbangan Dan Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomi Makro terhadap Nab Reksadana Saham di Indonesia, Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol.2 No.3 Saepudin, Asep. 2005. Reksa dana sebagai alternatif investasi di Pasar Modal, Himpunan Manajemen UNPAR, Bandung Sasana, Hadi. 2006. Analisis Variabel Ekonomi yang mempengaruhi Jumlah Uang beredar di Indonesia, Jurnal Ekonomi Bisnis Akuntansi Ventura, Vol.9 No.1 Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS, Graha Ilmu, Yogyakarta. http://www.bi.go.id, http://www.kemendag.go.id dan http://www.bapepamlk.go.id 29