BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Motor Induksi 2.1.1 Umum Motor listrik yang paling umum dipergunakan dalam perindustrian industri adalah motor induksi. Berdasarkan phasa sumber daya yang digunakan, motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi motor satu phasa dan motor phasa banyak. Karena sistem distribusi umumnya adalah tiga phasa, maka motor phasa banyak biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di dalam berbagai bidang industri, sedangkan motor induksi satu phasa banyak digunakan pada peralatan rumah tangga karena motor induksi satu phasa mempunyai daya keluaran yang rendah. Adapun beberapa keuntungan motor induksi dibandingkan motor lain adalah konstruksinya yang sederhana tetapi padat dan kuat, ukurannya lebih kecil dan lebih ringan sehingga harganya lebih murah, perawatan yang mudah, dan memiliki efisiensi yang tinggi. Tetapi dalam hal pengaturan kecepatan dan pengontrolan torsi lebih sulit dilakukan dibandingkan motor DC. Tetapi seiring perkembangan teknologi dalam bidang elektronika daya, telah memungkinkan untuk menandingi motor dc dalam hal pengaturan kecepatan dan pengontrolan torsi. 2.1.2 Konstruksi Motor Induksi Motor induksi terdiri dari dua bagian utama yaitu stator dan rotor. Stator merupakan bagian yang diam dan rotor bagian yang berputar. Stator dan rotor dipisahkan oleh celah udara yang jaraknya sangat kecil. Konstruksi motor induksi diperlihatkan pada Gambar 2.1. 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 Gambar 2.1 Konstruksi motor induksi rotor belitan A. Stator Stator motor induksi pada prinsipnya sama dengan stator motor sinkron. Stator tersebut terbuat dari sejumlah stamping (kaki) yang membentuk slot, tempat dari belitan-belitannya. Belitan pada stator adalah belitan tiga phasa yang dihubungkan dengan sumber tiga phasa. Belitannya dibelitkan untuk sejumlah kutub tertentu, dimana jumlah pastinya ditentukan dari kecepatan yang dibutuhkan. Semakin besar jumlah kutub, kecepatan putarnya semakin berkurang dan sebaliknya. Jika belitan stator disuplai dengan tegangan tiga phasa maka akan mengalir arus tiga phasa yang akan menghasilkan fluks magnetik berputar dengan besaran yang konstan, fluks magnetik yang berputar ini akan menginduksikan ggl pada rotor. Konstruksi stator motor induksi ditunjukkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Stator http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 B. Rotor Ada dua jenis kumparan rotor, yaitu jenis rotor sangkar (squirel-cage rotor) dan rotor belitan (wound rotor). Kedua rotor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai konstruksi stator yang sama, hanya berbeda dalam konstruksinya saja. 1. Rotor Sangkar (Squirrel Cage Rotor) Hampir 90% dari motor induksi adalah jenis rotor sangkar, karena jenis ini mempunyai konstruksi yang sangat sederhana dan kuat. Rotor ini seperti pada Gambar 2.3, terdiri dari laminasi silindris inti dengan slot-slot yang paralel sebagai tempat dari konduktornya, dan konduktor-konduktor ini terbuat dari batangan tembaga atau aluminium alloy. Konduktornya tidak terisolasi dari inti, karena arus rotor secara alamiah akan mengalir melalui tahanan yang paling kecil, yaitu konduktor rotor. Pada setiap ujung konduktor rotor, semuanya dihubungsingkatkan dengan cincin ujung sehingga tidak mungkin menambahkan tahanan luar sebagai pembantu starting. Gambar 2.3 Rotor sangkar Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar yang lebih kecil adalah coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan kemudian dilas dengan kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor sangkar tidak selalu ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau dengungmagnetik sewaktu motor sedang berputar. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 2. Rotor Belitan (Wound Rotor) Motor rotor belitan atau motor cincin slip berbeda dengan motor sangkar dalam hal konstruksi rotornya. Rotor ini memiliki belitan tiga phasa dengan jumlah kutub yang sama dengan stator. Belitan rotor ini juga diberikan tambahan resistansi luar yang terhubung melalui slip-ring. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan terisolasi serupa dengan lilitan stator. Lilitan phasa rotor dihubungkan secara Υ dan masing-masing phasa ujung terbuka yang dikeluarkan ke cincin slip yang terpasang pada poros rotor. Motor rotor belitan kurang banyak digunakan dibandingkan dengan motor sangkar tupai karena harganya yang mahal dan biaya pemeliharaannya yang lebih besar. Rotor ini dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Rotor belitan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 2.1.3 Medan Putar Ketika belitan tiga phasa dari motor induksi diberi suplai maka medan magnet yang berputar akan dihasilkan. Medan magnet ini dibentuk oleh kutubkutubnya yang berada pada posisi yang tidak tetap pada stator tetapi berubah-ubah mengelilingi stator. Adapun magnitudo dari medan putar ini selalu tetap yaitu sebesar 1.5 Фm dimana Фm adalah fluks yang disebabkan suatu phasa. 2.2 Dasar-Dasar Motor Induksi 2.2.1 Cara Kerja Motor Induksi Motor induksi terdiri dari stator dan rotor. Stator terdiri dari tiga fasa lilitan yang mempunyai hambatan yang sangat kecil dan disusun secara seimbang dengan beda fasa 120˚. Pada mulanya tegangan 3 fasa diberikan pada stator dengan bentuk gelombang seperti terlihat pada gambar 2.5 di bawah ini. Gambar 2.5 Gelombang Sinusoidal Tegangan Arus Bolak-Balik 3 Fasa Pada Stator http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Saat tegangan dan arus diberikan di stator, medan magnet akan dihasilkan didalam kumparan stator. Gambar 2.6 Nilai Sesaat Gaya Gerak Magnet Stator Pada gambar 2.6 di atas terlihat bagaimana medan magnet putar stator dapat dihasilkan. Medan magnet ini akan berotasi di dalam stator. Kecepatan rotasi medan magnet ini sinkron dengan frekuensi daya listrik sehingga disebut kecepatan sinkron dan besar kecepatannya dengan : nsync = kecepatan medan magnet stator (rpm) fe = frekuensi listrik (Hz) p = jumlah kutub http://digilib.mercubuana.ac.id/ (2.1) 11 Kemudian rotasi flux medan magnet yang dihasilkan di stator ini akan melewati celah udara di antara stator dan rotor dan akan menembus batang rotor sehingga menginduksi tegangan emf pada batang rotor. Besarnya tegangan induksi pada rotor dengan : = × ∙ eind = tegangan induksi (Volt) v = kecepatan rotor terhadap kecepatan medan magnet stator (m/s) B = kerapatan fluks magnet (Tesla) l = panjang konduktor dalam medan magnet (m) (2.2) Dengan adanya tegangan induksi ini ditambah konduktor rotor yang merupakan rangkaian tertutup maka arus akan dihasilkan dalam batang rotor dan cincin penghubung. Dengan timbulnya arus pada rotor, akan diinduksikan medan magnet pada rotor yang arahnya berlawanan dengan medan magnet stator. Sesuai dengan hukum Lenz, arah gaya cenderung untuk mengurangi perubahan fluks itu sendiri, yang berarti bahwa rotor akan beraselerasi mengikuti arah rotasi fluks. Medan magnet stator akan berinteraksi dengan medan magnet rotor untuk menghasilkan gaya rotasi. Gaya rotasi ini berasal dari torsi induksi pada rotor sebesar dengan : ind = × (2.3) = torsi induksi (Nm) k = konstanta torsi BR = kerapatan fluks magnet rotor (Tesla) BS = kerapatan fluks magnet stator (Tesla) Torsi induksi inilah yang akan menyebabkan rotor beraselerasi dan berputar mencapai nilai kecepatan ratingnya. Namun ada batas kecepatan motor yang tidak boleh dilewati. Jika kecepatan motor sama dengan kecepatan sinkronnya, maka http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 batang rotor akan dianggap diam terhadap medan magnet stator akibatnya tidak akan timbul tegangan induksi. Jika eind sama dengan nol, maka tidak akan timbul arus pada rotor, dan rotor tidak akan menghasilkan medan magnet. Dengan tidak adanya medan magnet pada rotor ini, maka torsi induksi yang dihasilkan juga akan nol, dan rotor akan berhenti berputar karena adanya gesekan. Motor induksi hanya dapat mencapai kecepatan sedikit di bawah kecepatan sinkronnya, namun tidak pernah sama dengan kecepatan sinkronnya. 2.2.2 Slip Motor Induksi Tegangan induksi pada rotor motor bergantung pada kecepatan rotor relatif terhadap medan magnet statornya. Pada motor induksi kecepatan rotor selalu tidak pernah sama dengan kecepatan medan magnet statornya. Terjadinya perbedaan antara dua kecepatan tersebut disebabkan adanya “slip/geseran” yang meningkat dengan meningkatnya beban. Slip ini hanya terjadi pada motor induksi dan besarnya slip dirumuskan sebagai berikut. % = × 100% = × 100% (2.4) dengan : nsync = kecepatan sinkron (rpm) nm = kecepatan motor (rpm) nslip = kecepatan slip (rpm) Jika rotor berputar sama dengan kecepatan sinkronnya, maka s = 0, sedangkan jika rotor diam, maka s = 1. Semua motor induksi nilai slipnya berkisar antar dua batas nilai tersebut. Slip saat beban penuh biasanya bernilai 5% atau lebih kecil. Jika rotor motor dikunci sehingga rotor tidak dapat berputar, maka rotor akan mempunyai frekuensi yang sama dengan stator. Namun sebaliknya, jika rotor berputar pada kecepatan sinkronnya, frekuensi rotor akan sama dengan nol. Dari hubungan tersebut dapat didapat nilai frekuensi rotor. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 dengan : = = − (2.5) fr = frekuensi rotor (Hz) nsync = kecepatan sinkron (rpm) fe = frekuensi sistem (Hz) nm = kecepatan motor (rpm) s = slip p = jumlah kutub mesin 2.2.3 Karakteristik Torsi-Kecepatan Karakteristik torsi-kecepatan sebuah motor induksi merupakan parameter yang penting untuk menentukan kinerja motor. Gambar 2.7 menunjukkan grafik torsi-kecepatan motor induksi AC tiga fase. Grafik ini menggambarkan apa yang terjadi pada keluaran motor dan kecepatan saat motor di start dengan kecepatan penuh. Motor pada mulanya diam dengan kecepatan nol dan mulai menghasilkan torsi locked rotor (titik A) yang biasanya bernilai 175% dari torsi full load. Saat motor mulai beraselerasi, torsi motor akan berkurang sejenak pada titik B yang disebut sebagai torsi pull-up. Ini adalah torsi yang paling kecil saat masa start motor. Dengan bertambahnya kecepatan, maka bertambah pula torsinya, hingga mencapai suatu titik C di mana torsinya tidak dapat bertambah lagi. Torsi ini disebut breakdown torque atau pull-out torque yang nilainya sekitar 2-3 kali torsi full loadnya. Pada saat itu, arus akan berkurang secara drastis. Akhirnya, saat motor dibebani dengan torsi full-loadnya, kecepatan motor mulai stabil (titik D) dan baik torsi maupun arus akan berkurang secara substansial. Jika motor tidak dihubungkan dengan beban, maka kecepatannya akan bertambah mencapai kecepatan beban nolnya atau mendekati kecepatan sinkronnya (titik E). Contohnya, sebuah motor 4 kutub dengan frekuensi 60 Hz, kecepatan beban nolnya sekitar 1799 RPM dengan kecepatan sinkronnya 1800 RPM. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Gambar 2.7 Grafik Torsi-Kecepatan Motor Induksi 2.2.4 Rangkaian Ekivalen Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi V = tegangan suplai stator IS = arus stator ES = tegangan induksi stator IR = arus rotor ER = tegangan induksi rotor = arus magnetisasi Ns = lilitan stator IM RC = rugi-rugi inti NR = lilitan rotor XM = reaktansi magnetisasi RS = hambatan stator RR = hambatan rotor XS = reaktansi bocor stator XR = reaktansi bocor rotor Gambar 2.8 di atas merupakan gambar rangkaian ekivalen dari sebuah fasa motor induksi. Motor induksi merupakan mesin dengan konstruksi yang terdiri dari http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 lilitan-lilitan dan inti besi yang memiliki resistansi dan induktansi. Motor induksi operasinya hampir sama dengan operasi transformer, sehingga rangkaian ekivalen motor induksi pada dasarnya juga sama dengan rangkaian ekivalen transformer, seperti pada gambar 2.8 di atas. Gambar 2.8 di atas sangat kompleks untuk dianalisa karena trafo di antara stator dan rotor mempunyai rasio yang berubah jika slip berubah. Rangkaian dapat disederhanakan secara matematis dengan mengganti nilai reaktansi dan hambatan rotor terhadap rasio lilitan N2 = ( NR / NR)2 terhadap stator. Rangkaian dapat disederhanakan sebagai gambar 2.9 di bawah ini. Gambar 2.9 Rangkaian Sederhana Motor Induksi 2.3 Efisiensi Motor Induksi 2.3.1 Perhitungan Efisiensi Efisiensi sebuah mesin adalah suatu ukuran seberapa baik mesin dapat mengubah energi masukan listrik ke energi keluaran mekanik. Efisiensi berhubungan langsung dengan rugi-rugi motor induksi terlepas dari desain mnesin itu sendiri. Gambar 2.10 Blok Diagram Daya dan Rugi Motor Induksi Dari gambar 2.10 di atas efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara daya keluaran dengan daya masukannya. Daya keluaran sama dengan daya masukan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 dikurangi dengan semua rugi-rugi yang ada. Oleh karena itu, jika dua dari tiga variabel (keluaran, masukan, atau rugi-rugi) telah didapatkan nilainya, nilai efisiensi dapat ditentukan dengan persamaan berikut : dengan : = × 100% = ϗ = efisensi (%) Pout = daya keluaran (Watt) Pin = daya masukan (Watt) × 100% (2.6) Plosses = total rugi-rugi (Watt) Bila dilihat dari gambar rangkaian seperti pada gambar 2.9, nilai Pin dan Pout dapat dicari melalui persamaan di bawah ini. dengan : Pin = daya masukan (Watt) VL = tegangan line (Volt) IL = arus line (Ampere) cos = faktor daya = √3 × × = × × cos dengan : Pout load IL = daya keluaran (Watt) = torsi beban (Nm) = arus line (Ampere) = kecepatan motor (rpm) http://digilib.mercubuana.ac.id/ (2.7) (2.8) 17 IEEE juga mempunyai standar metode tersendiri dalam menghitung efisiensi seperti yang terlihat pada tabel 2.1. Tiap standar ini pengukurannya berbeda-beda karena metode yang digunakan dalam perhitungan juga berbeda-beda. Tabel 2.1 Metode Pengukuran Efisiensi Motor Induksi IEEE No Metode Keterangan 1 A 2 B 3 C 4 E 5 E1 6 F Rangkaian ekivalen dengan pengukuran langsung pada rugi-rugi stray 7 F1 Rangkaian ekivalen dengan asumsi rugi-rugi stray 8 C/F 9 E/F 10 E1/F1 Pengukuran langsung pada masukan dan keluaran Pengukuran langsung pada masukan dan keluaran dengan menghitung tiap rugi-rugi dan pengukuran tak langsung pada rugi-rugi stray Menduplikat mesin dengan tiap rugi-rugi dan pengukuran tak langsung pada rugi-rugi stray Pengukuran daya listrik saat ada beban dengan tiap rugi-rugi yang ada dan pengukuran langsung rugi-rugi stray Pengukuran daya listrik saat ada beban dengan tiap rugi-rugi yang ada dan asumsi nilai rugi stray Rangkaian ekivalen yang dikalibrasikan per titik beban metode C dengan pengukuran tak langsung rugi-rugi stray Rangkaian ekivalen yang dikalibrasikan per titik beban Metode E dengan pengukuran langsung rugi-rugi stray Rangkaian ekivalen yang dikalibrasikan per titik beban Metode E dengan asumsi nilai rugi-rugi stray 2.3.2 Diagram Aliran Daya Daya masukan motor induksi berasal dari tegangan dan arus tiga fasa. Pada dasarnya motor induksi sama seperti transformator. Pada transformator, daya masukannya berasal dari arus dan tegangan tiga fasa, dan daya keluaran listrik transformator digunakan pada lilitan sekunder. Pada motor induksi, lilitan sekundernya dihubungkan pada kedua ujungnya, sehingga daya keluaran listriknya tidak ada, namun daya keluarannya berbentuk energi mekanik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Rugi-rugi yang pertama kali timbul yaitu rugi-rugi pada lilitan stator dan biasa disebut stator copper loss PSCL . Kemudian rugi-rugi yang timbul berikutnya berasal dari inti besi Pcore yaitu rugi-rugi hysteresis dan arus eddy. Daya yang tersisa kemudian akan ditransfer ke rotor melalui celah udara di antara stator dan rotor. Dengan adanya celah udara ini, maka daya yang ditransfer dari stator ke rotor tidak 100%, rugi-rugi inilah yang disebut air-gap power PAG . Sama halnya pada stator, pada rotor juga terdapat rugi-rugi tembaga PRCL sebesar I2 Rr. Setelah daya ditransfer ke rotor dan dikurangi dengan rugi-rugi tembaga, maka sisanya akan diubah dari listrik menjadi mekanik (Pcony ). Akhirnya, rugi-rugi gesekan dan angin serta rugirugi lainnya mengurangi daya mekanik. Sisa daya kemudian menjadi keluaran motor Pout . 2.3.3 Rugi-Rugi Motor Induksi Berdasarkan rangkaian ekivalen dari motor induksi, rugi-rugi terdiri dari 2 sifat yaitu : 1. Rugi-rugi yang bergantung nilainya terhadap beban. Rugi-rugi ini sebagian besar merupakan rugi-rugi tembaga yang diakibatkan oleh arus beban yang mengalir melalui kumparan stator dan rotor. Rugi-rugi ini sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir. 2. Rugi-rugi konstan. Rugi-rugi ini sebagian besar merupakan rugi-rugi karena gesekan, udara dan rugi-rugi besi. Rugi-rugi ini tidak bergantung dengan berapa besar beban yang ditarik. Karena rugi-rugi konstan tidak bergantung terhadap beban, sedangkan rugirugi stator dan rotor bergantung dengan Kuadrat arus beban, maka efisiensi motor induksi akan turun secara signifikan saat level beban rendah seperti gambar 2.11 di bawah ini. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Gambar 2.11 Grafik Efisiensi Motor Terhadap Beban Motor 2.3.3.1 Rugi-Rugi Resistif Rugi-rugi ini merupakan rugi-rugi utama yang menghasilkan panas di dalam motor induksi. Rugi-rugi ini juga merupakan rugi-rugi dasar yang selalu ada pada kawat konduktor (alumunium atau tembaga) dan menghasilkan disipasi daya dalam bentuk panas sesuai dengan persamaan 2.9 di bawah ini. Pf = RI2 dengan : Pf = rugi-rugi resistif (Watt) R = hambatan (Ohm) I = arus (Ampere) http://digilib.mercubuana.ac.id/ (2.9) 20 Nilai resistansi juga dipengaruhi oleh perubahan suhu konduktor yang sesuai dengan koefisien suhu seperti persamaan 2.10 di bawah ini = dengan : ∆ ∆ (2.9) = koefisien muai linear (K-1) ∆R = besar perubahan hambatan (Ohm) R1 = hambatan awal (Ohm) ∆T = besar perubahan suhu (K) Faktor lain yang mempengaruhi nilai resistansi kumparan motor induksi adalah skin effect dan proximity effect. Keduanya berhubungan dengan distribusi arus yang tidak seragam pada penampang melintang konduktor. Yang pertama, skin effect disebabkan oleh distribusi yang tidak teratur dari garis-garis fluks magnet pada konduktor yang dapat menambah induktansi di tengah-tengah konduktor akibatnya arus akan berkurang di daerah ini. Sedangkan proximity effect disebabkan oleh kedekatan antara dua konduktor yang menyebabkan gangguan pada kerapatan arus. 2.3.3.2 Rugi-Rugi Magnetik Rangkaian magnet motor induksi terdiri dari bahan-bahan feromagnetik yang terdapat pada stator, rotor dan celah udara. Kerapatan fluks dipengaruhi oleh arus, saat arus ac naik, maka fluks pada inti juga bertambah dan akan mencapai saturasi, namun saat siklus arus berkurang menuju nol, fluks yang dihasilkan, garisnya tidak sama seperti garis awal, karena adanya fluks sisa pada inti. Hal ini dapat digambarkan pada gambar 2.12 kurva hysterisis di bawah ini. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Gambar 2.12 Kurva Hysterisis Dengan adanya hysteresis pada bahan akan menyebabkan rugi-rugi karena dibutuhkan energi untuk menyelesaikan reorientasi domain selama tiap siklus arus ac pada inti. Tipe rugi-rugi lain yang timbul pada inti yang disebabkan oleh perubahan medan magnet pada inti yaitu rugi-rugi arus eddy. Rugi-rugi magnetik ini disebabkan oleh arus yang berputar-putar pada inti besi. Rugi-rugi ini sebanding dengan kuadrat tegangan pada stator. Baik rugi hysterisis maupun rugi arus eddy akan menyebabkan panas di material inti. Karena kedua rugi-rugi ini terjadi pada inti besi. Kedua rugi ini dijadikan satu dan biasa disebut rugi-rugi inti. 2.3.3.3 Rugi-Rugi Mekanik Rugi-rugi ini tidak bergantung pada kondisi operasi mesin namun disebabkan oleh gesekan pada bagian yang berpuatar pada rotor. Rugi-rugi ini menyebabkan panas sehingga dibutuhkan ventilasi untuk membuang panas dari mesin. 2.3.3.4 Rugi-Rugi Stray Rugi rugi ini tidak dapat diklasifikasikan dengan rugi-rugi yang telah disebutkan sebelumnya. Rugi-rugi ini sulit untuk diukur dan bahkan sampai hari ini merupakan tantangan bagi para peneliti untuk mengukurnya. Namun IEEE telah menetapkan standar besarnya rugi-rugi stray seperti pada tabel 2.2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Tabel 2.2 Persentase Rugi-Rugi Stray Terhadap Daya Keluaran Rating Mesin Presentase Rugi Stray Terhadap Total Rugi 1-125 hp 1-90 kW 1,8 % 126-500 hp 91-375 kW 1,5% 501-2499 hp 376-1850 kW 1,2% 2500 hp ke atas 1851 kW ke atas 0,9% Rugi-rugi ini disebabkan karena tidak sempurnanya konstruksi mesin. Tidak sempurnanya konstruksi ini menyebabkan diskontinu pada komponen medan magnet khususnya daerah celah udara, yang menghasilkan rugi-rugi tambahan dengan ditandai timbulnya arus parasit pada inti magnet dan menambah rugi-rugi resistif pada konduktor. Rugi-rugi ini besarnya sekitar 2% dari daya keluaran mesin. Gambar 2.13 di bawah ini menunjukkan distribusi rugi-rugi stray pada motor induksi 75 hp. Gambar 2.13 Persentase Penyebab Rugi-Rugi Stray Pada Motor 75 HP Dari semua penjelasan tentang rugi-rugi motor induksi yang telah diberikan sebelumnya dapat dibuat ringkasannya seperti pada tabel 2.3 di bawah ini. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Tabel 2.3 Ringkasan Rugi-Rugi Motor Induksi No Jenis Persentase Rugi- Rugi Rugi Total Penyebab Nilainya Peningkatan Efisiensi Menggunakan lebih banyak tembaga dan konduktor yang Panas karena arus 1 Stator 25 – 40 % yang mengalir di kumparan stator lebih besar untuk Berubah- meningkatkan luas ubah penampang konduktor Memperbesar slot stator Menggunakan isolator yang lebih tipis Menggunakan batang 2 Rotor 15 – 25 % Panas akibat arus pada rotor Berubahubah konduktor dan cincin rotor yang lebih besar untuk memperbesar luas penampang Memperbesar permeabilitas baja Memperpanjang inti untuk mengurangi rugi-rugi Energi yang 3 Besi 15 – 20 % dibutuhkan untuk Tetap karena massa jenis flux operasi yang lebih rendah magnetisasi inti Menggunakan laminasi yang lebih tipis pada inti untuk mengurangi arus eddy Menggunakan rancangan fan Akibat gesekan dengan kehilangan yang bearing dan 4 Gesekan 5 – 15 % hambatan udara Tetap yang disebabkan Stray 10 – 20 % arus beban dan macam-macam aliran udara gesekannya kecil Fluks bocor 5 Mendisain Menggunakan bearing yang oleh kipas akibat induksi rendah Menggunakan rancangan Berubah- yang sudah dioptimalkan ubah rugi kecil lainnya http://digilib.mercubuana.ac.id/ dan prosedur pengendalian kualitas yang ketat. 24 2.3.4 Faktor daya Motor induksi menarik arus lagging terhadap tegangan linenya. Faktor daya saat beban penuh untuk motor kecepatan tinggi ukuran besar biasanya mencapai 90%. Saat beban ¾ full load, motor kecepatan tinggi ukuran besar dapat mencapai faktor daya 92%. Sedangkan faktor daya untuk motor kecepatan rendah ukuran kecil hanya mencapai 50%. Saat starting motor, faktor daya berada di nilai 10% - 25%, dan naik saat kecepatan rotor bertambah seperti gambar 2.14 di bawah ini. Gambar 2.14 Faktor Daya Dan Efisiensi Motor Induksi Terhadap Beban Faktor daya bervariasi nilainya sesuai dengan beban mekaniknya. Motor yang sedang tidak dibebani dianalogikan seperti sebuah trafo yang sisi sekundernya tidak dihubungkan dengan beban. Hanya hambatan kecil yang direfleksikan dari sekunder (rotor) ke primer (stator). Sehingga catu daya melihat beban reaktif dengan faktor daya yang rendah yaitu 10%. Saat rotor dibebani komponen resistif yang direfleksikan dari rotor ke stator bertambah menyebabkan faktor daya juga bertambah. 2.3.5 Faktor-Faktor Efisiensi Motor Induksi Motor mengubah energi listrik menjadi energi mekanik untuk melayani beban tertentu. Tentunya besar energi mekanik ini pasti lebih rendah dari energy listrik. Besar efisiensi motor ditentukan oleh kehilangan dasar yang dapat dikurangi hanya oleh perubahan pada rancangan motor dan kondisi operasi. Kehilangan dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 bervariasi dari kurang lebih dua persen hingga dua puluh persen. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah: 1. Usia. Motor baru lebih efisien. 2. Kapasitas. Sebagaimana pada hampir kebanyakan peralatan, efisiensi motor meningkat dengan laju kapasitasnya 3. Kecepatan. Motor dengan kecepatan yang lebih tinggi biasanya lebih efisien. 4. Jenis. Motor sangkar tupai biasanya lebih efisien daripada motor cincin geser. 5. Suhu. Motor yang didinginkan oleh fan dan tertutup total (TEFC) lebih efisien daripada motor screen protected drip-proof (SPDP) 6. Penggululngan ulang motor dapat menurunkan efisiensi. 2.3.6 Analisa Efisiensi Motor Induksi 2.3.6.1 Analisa Biaya Pengembalian Masalah berikut yang harus dipikirkan juga adalah menghitung berapa banyak rupiah yang dapat kita hemat dengan mengganti motor. Metode “simple payback” digunakan untuk menentukan berapa tahun dapat mengembalikan biaya pembelian motor baru. Penghematan tahunan = 0,746 × HP × L× C × U × ( 100 − 100 ) (2.11) dengan : = daya (Watt) = persentase beban C = biaya energi (Rp/kWh) = jam operasi tahunan (jam) = efisiensi motor lama (%) = efisiensi motor baru (%) Setelah analisa di atas dilakukan, maka jumlah tahun untuk menutup biaya pembelian motor baru dapat dihitung. Periode pengembalian dirumuskan dengan selisih biaya dua motor dikurangi dengan penghematan tahunan. Analisa di atas mempunyai beberapa kekurangan di antaranya tidak melibatkan biaya modal dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 inflasi. Untuk itu digunakan Analisa Present Worth Life Cycle. Misalnya, jika nilai bunga menyebabkan pembayaran bunga tahunan kurang dari penghematan, maka penggantian motor perlu dilakukan. Pertama harus dihitung nilai bunga efektifnya berdasarkan inflasi biaya energi dan pengembalian yang diharapkan. = 100+ 1 100+ 2 − 1 Penghematan tahun ke- n = Penghematan tahunan × (2.12) ( dengan : ( ) ) (2.13) = bunga efektif (%) = inflasi biaya energi (%) = nilai pengembalian yang diharapkan (%) 2.3.6.2 Analisa Penentuan Ukuran Motor Oversizing merupakan salah saru cara untuk menjamin umur motor yang lebih panjang selama fluktuasi beban tiba-tiba maupun penambahan beban yang akan datang. Menggerakkan beban konstan 25 HP dengan motor 50 HP akan menghasilkan kenaikan panas yang lebih rendah daripada menggerakkan beban konstan 25 HP dengan motor 25 HP. Hal ini juga dapat menambah umur motor dan isolasi. Akan tetapi, pentingya masalah energi sekarang membuat para pembeli motor tidak lagi memperhatikan oversizing. Perhatian ini tidaklah selalu benar, karena efisiensi kerja motor antar 50%-100% relatif sama untuk motor di atas 1 HP. 2.4 Penentuan IE Sesuai Dengan Kelompok IEC telah mengembangkan pengujian internasional yang berlaku Standar IEC 60034-2-1 untuk motor listrik dan skema klasifikasi IEC 60034-30-1 dengan empat tingkat efisiensi motor ("IE-code"): IE1 efisiensi Standard IE2 efisiensi tinggi IE3 Efisiensi Premium IE4 super efisiensi premium http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 IE-kode dan tingkat efisiensi membuat kosakata dasar bagi pemerintah untuk menentukan tingkat efisiensi untuk standar kinerja energi minimum mereka (MEPS). Uni Eropa menetapkan tingkat MEPS bermotor (Directive 640/2009) di IE3 (atau IE2 dalam kombinasi dengan drive frekuensi variabel) dari tahun 2015 untuk motor kecil dan dari 2017 meliputi juga motor yang lebih besar (lihat Tabel 1 untuk rincian). Amerika Serikat adalah negara pertama di dunia yang mengatur MEPS untuk motor. Pada tahun 1997 (Undang-Undang Kebijakan Energi) minimum tingkat yang diperlukan ditetapkan pada setara dengan IE2. Pada tahun 2007 (Kemerdekaan Energi dan Security Act) MEPS dibesarkan setara dengan tingkat IE3 (NEMA Premium). NEMA Premium dan IE3 dikoordinasikan sebagai tingkat efisiensi, Amerika Serikat saat ini mengakui dalam persyaratan hukumnya pengujian nasional standar IEEE 112B dan standar uji CSA390 Kanada namun belum tes IEC Standard IEC 60034-2-1 (perbedaan yang minimal). Australia dan Selandia Baru mengatur tingkat MEPS di IE2 pada tahun 2000 (AS / NZS 1.359,5-2.000), efektif sejak tahun 2001 berdasarkan uji IEC Standard IEC 61972 dari tahun 2002 (pendahulu dari IEC 60034-2-1). Cina memutuskan pada tahun 2002 (GB 18693) untuk motor asynchronous tiga fase kecil dan menengah untuk memulai dengan MEPS bermotor. Standar ini telah diperbarui sejak tahun 2006 dan 2012 untuk menyelaraskan dengan Standar IEC dan bergerak langkah tingkat MEPS demi langkah dari IE1 ke IE2 dan IE3. Jepang memutuskan untuk menyelaraskan JIS nasional dengan kelas efisiensi IEC dan untuk memasukkan motor listrik di IE2 dan IE3 tingkat dalam program Toprunner di 2014. India memiliki label efisiensi komparatif sejak 2009 dan standar sukarela tingkat IE2 sejak 2012. Banyak negara menggunakan standar tes nasional mereka sendiri sementara pada saat yang sama juga referensi tes internasional Standard IEC 60034-2-1. Motor standar pengukuran efisiensi energi yang digunakan di seluruh dunia. Ulasan Efisiensi Energi Pengukuran Standar untuk motor induksi dalam Konteks dari IECEE Efisiensi global. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 2.4.1 Pelabelan Initiative Gambar 2.15 Measurement Standard Hari ini, negara-negara konsumen lebih dari 70% dari listrik global telah menetapkan MEPS untuk motor baik di IE2 atau dengan 2015/17 di tingkat IE3. Ini adalah tingkat tinggi harmonisasi internasional untuk produk yang diperdagangkan secara global, mengakui pada saat yang sama bahwa anggota parlemen tingkat dapat berbeda sesuai dengan situasi pasar negara. Hambatan perdagangan dikurangi melalui nomenklatur transparan dan definisi dari IE-kode (tingkat MEPS di IE1, IE2 atau IE3). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 2.4.2 MEPS di Seluruh Dunia Gambar 2.16 Tabel Efisiensi Sebagai standar tes, tingkat efisiensi dan skema sertifikasi bervariasi dari satu negara ke negara, produsen diprakarsai Motor Pelabelan Global Program di bawah IECEE. Tujuan dari program ini adalah untuk memiliki satu metode yang diakui uji (IEC 60034-2-1), satu tes format laporan, satu proses sertifikasi dan satu label untuk motor listrik di semua negara yang berpartisipasi. Dengan demikian, masing-masing motor akan memiliki "paspor internasional": sekali bersertifikat untuk satu tingkat tertentu efisiensi energi di satu negara yang akan diakui di negara lain (berpartisipasi) negara juga. Ini juga akan membuat kerja sama internasional antara negara-negara yang berbeda pada penegakan peraturan juga mungkin. 2.4.2.1 Refrensi Angers, P., A. Baghurst, M. Doppelbauer (2013), "motor standar pengukuran efisiensi energi yang digunakan di seluruh dunia. Ulasan Efisiensi Energi Pengukuran Standar untuk motor induksi dalam Konteks dari IECEE Efisiensi global Labeling Initiative ", EEMODS'13. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Gambar 2.17 Efficiency Class Comparison Versi terakhir dari DIN dan Eropa standar didasarkan pada standar IEC; nilai minimum dari standar EN ditentukan dalam peraturan Uni Eropa tentang pelaksanaan 2005/32 / EC untuk dipilih jenis motor. 2.4.2.2 Kode Kelas kode kelas IE1, IE2, IE3 dan IE4 telah diperkenalkan. Sistem ini mirip dengan IP, IM dan kode IC menggunakan selama bertahun-tahun di industri mesin listrik. IE singkatan, Energi Internasional Efisiensi Class 'dan diharapkan akan diterima secara luas. 2.4.2.3 Perbandingan Kelas Efisiensi Dalam perbandingan langsung dengan motor yang sama, dapat diasumsikan bahwa efisiensi ditentukan dengan metode pengukuran baru untuk motor IE akan lebih rendah. Sebagai contoh, 4 pole 15 kW EFF1 motor dengan efisiensi 91,8% secara fisik identik dengan 4 tiang IE2 motor dengan efisiensi 90,6%. Perbedaan utama antara Kelas EFF dan IE adalah metode yang digunakan untuk menentukan efisiensi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Gambar 2.18 Grafik Tingkatan IE 2.4.3 Pengecualian untuk persyaratan Klasifikasi IEC 60034-30 Modus operasi S2, S3 <80%, S4 untuk S10 motor inverter-driven yang tidak dapat dioperasikan langsung dari listrik. Motor yang tidak dapat diukur secara independen, seperti motor pompa dengan rotor basah. 2.4.3.1 Kelas Premium Super IE4 Untuk Teknologi baru Teknologi ini sedang dalam pengembangan dan digambarkan dalam versi draft IEC 60034-30 standar dan sekarang dapat ditemukan dalam Lampiran A dari buku aplikasi IEC 60034-31. batas yang diramalkan untuk Super Premium efisiensi kelas IE4 dinyatakan ada untuk tujuan informasi. Mereka diharapkan dapat mengurangi disipasi daya hingga 15% dibandingkan dengan kelas IE3. Kelas IE4 berlaku untuk semua jenis motor listrik, di motor induksi sangkar tupai tertentu dan magnet permanen motor sinkron dengan pasokan inverter. Motor ini umumnya dinilai oleh torsi bukan kekuasaan. Efisiensi secara keseluruhan ditentukan dengan mempertimbangkan disipasi daya dalam konverter dan keuntungan proses sering cukup dicapai dengan kontrol kecepatan. Oleh karena itu Sebuah perbandingan langsung dari kelas bermotor IE4 dan IE3 tidak bermakna. Dengan mengembangkan pemahaman yang lebih besar mengenai efisiensi motor dan operasi karakteristik listrik, Anda dapat menyadari beberapa penghematan biaya energi listrik yang serius. Karakteristik sering diabaikan dan banyak disalahpahami dari motor listrik adalah faktor daya (PF). aplikasi motor listrik yang tepat dan efisiensi adalah hal penting untuk mengetahui ketika menerapkan atau http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 mengganti motor, meskipun PF bisa sama-sama penting ketika biaya operasional dianggap. Studi terbaru menunjukkan tingkat pengetahuan dan implementasi sistem motorik langkah efisiensi energi rendah. Sebuah sejumlah besar informasi pada desain sistem motorik, praktik terbaik, pembelian, dan manajemen tersedia secara luas, namun beberapa perusahaan telah memeluk itu. kesempatan pelatihan dan alat untuk memperdalam basis pengetahuan pengguna akhir perlu diterapkan bermotor dan sistem motorik langkah efisiensi di tingkat pabrik. Kebanyakan motor listrik pembelian dan pemeliharaan keputusan yang mempengaruhi efisiensi yang dibuat di tingkat pabrik. Selain itu, telah ada pelatihan terbatas pada tingkat ini mengenai efisiensi motor dan optimasi sistem motorik. Studi juga menunjukkan bahwa persentase rendah manajer fasilitas telah menerapkan pembelian bermotor dan pemeliharaan spesifikasi. Faktor-faktor ini dapat dikaitkan dengan adopsi tingkat pabrik bermotor peningkatan efisiensi sistem. 2.4.3.2 Efisiensi Motor Energi Kebijakan Act (EPAct) menjadi efektif pada tahun 1997. EPAct membutuhkan 1-hp ke 200-hp motor tujuan umum dijual di Amerika Serikat untuk memenuhi tingkat efisiensi minimum, disebut sebagai tingkat EPAct. AS Kemerdekaan Energi dan Security Act (EISA), yang efektif pada Desember 2010, diperbarui EPAct tingkat efisiensi untuk 1-hp ke motor 200-hp dan mendirikan tingkat efisiensi minimum untuk sebagian besar 201-hp ke 500-hp motor efisiensi motor adalah rasio antara jumlah pekerjaan mekanik berkinerja motor dan daya listrik mengkonsumsi untuk melakukan pekerjaan, yang diwakili oleh persentase. Persentase yang lebih tinggi merupakan motor yang lebih efisien. efisiensi motor listrik tergantung pada (namun tidak terbatas pada) kondisi desain, bahan, konstruksi, rating, beban, kualitas daya, dan operasi. 2.4.3.3 Dasar-Dasar Faktor Daya PF, sering dibahas sebagai langkah pengurangan biaya energi, tidak benar penghematan energi ukuran. Meningkatkan PF dapat mengurangi biaya energi jika pengguna akhir adalah dikenakan biaya utilitas PF. Pengguna dengan tingkat utilitas listrik berdasarkan penggunaan energi saja, tidak ada biaya permintaan (seperti pengguna komersial perumahan dan kecil), biasanya akan mendapatkan keuntungan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 dari langkah-langkah koreksi PF. Pengguna akhir koreksi PF terutama diterapkan untuk menghindari biaya utilitas listrik untuk PF rendah dan mengurangi permintaan pada transformator pengguna akhir dan generator untuk membebaskan kapasitas. utilitas listrik, untuk mengurangi kerugian sistem mereka, mendorong pengguna energi untuk mengkonsumsi energi secara efisien dengan mendefinisikan biaya mereka berdasarkan parameter tertentu. Sebuah biaya utilitas umum listrik adalah untuk PF rendah. Digambarkan dan dipahami dengan meninjau komponen sistem listrik, PF adalah rasio antara kilowatt (kW) dan kilovolt-ampere (kVA). Total daya listrik kVA memiliki dua komponen: kW daya nyata dan daya reaktif kilovolt-ampere reaktif (kVAR) - matematis digambarkan sebagai: kVA2 = KW2 + kVAR2 dan faktor daya = kW ÷ kVA. Banyak beban fasilitas komersial dan industri adalah motor, beban induktif membutuhkan daya reaktif induktif. Kapasitor menyediakan listrik daya reaktif dalam arah yang berlawanan dari kekuatan induktif reaktif. Induktif kVAR dapat dikurangi atau dibatalkan dengan menambahkan kVAR kapasitif. Persatuan PF, atau 100% PF, adalah ketika kVA = kW. Sebuah PF tertinggal adalah setiap PF yang kurang dari 100%, kVAR induktif, dan khas di fasilitas komersial dan industri. Terkemuka PF, kapasitif kVAR, adalah setiap PF yang lebih besar dari 100%. Memimpin PF biasanya kondisi listrik yang tidak diinginkan untuk berbagai alasan. Variasi dalam komponen daya reaktif tidak berpengaruh pada kekuatan yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban. daya reaktif memang memiliki efek pada kVA memasok beban dan dapat membuat beban pada generator lebih besar dari yang diperlukan. kapasitor tetap pada layanan listrik utama adalah metode umum untuk memperbaiki PF lagging. Fasilitas dengan motor besar juga dapat menemukan kapasitor pada motor, membantu mengurangi konduktor dan trafo arus beban hingga motor. 2.4.3.4 Faktor Daya dan Efisiensi Motor Sejak daya reaktif tidak melakukan pekerjaan apapun, PF menunjukkan persentase energi yang berguna dari total energi - dan yang terbaik adalah ketika itu sebagai dekat dengan kesatuan mungkin. Rendah PF dapat berkontribusi untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 efisiensi yang rendah, kerugian yang lebih tinggi, dan tidak perlu biaya utilitas listrik. Motor induksi membutuhkan baik daya nyata dan reaktif untuk beroperasi. Kekuasaan yang sesungguhnya (kW) menghasilkan kerja dan panas. Daya reaktif (kVAR) menetapkan medan magnet di motor yang memungkinkan untuk beroperasi. PF dari motor lebih rendah ketika motor berada di bawah-dimuat dan berkurang secara signifikan ketika beban motor kurang dari 70%. Erat cocok dengan motor untuk beban adalah cara terbaik untuk menjaga PF dekat dengan motor Peringkat desain, yang biasanya 80% sampai 85% PF. 2.4.3.5 Sistem Motorik Proyek Perbaikan Faktor Daya Saya baru-baru melakukan sistem motorik, proyek perbaikan PF di pabrik proses industri kecil dengan jumlah yang signifikan dari beban motor besar. Pada saat penelitian, agregat permintaan puncak tanaman adalah 480kW dengan 85% PF, menghasilkan rata-rata utilitas listrik biaya PF $ 276 per bulan. Gambar 2.19 Tabel Perhitungan Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengidentifikasi motor berkontribusi terhadap PF kurang diinginkan dan meningkatkan tanaman PF untuk menghindari biaya PF masa depan. Sebuah garis proses, yang terdiri dari lima motor induksi (75 hp, 150 hp, 200 hp, dan dua di 125 hp) diidentifikasi untuk memantau penggunaan daya dan PF dari masing-masing motor dalam proses selama siklus produksi normal. Sebuah monitor kekuatan mengumpulkan data, dan paket perangkat lunak yang terkait digunakan untuk menganalisis data. Tabel menunjukkan ringkasan temuan pemantauan. Pengukuran daya monitor menunjukkan semua motor yang di bawahloaded, yang mengemudi PF bermotor di M1 dan M2 jauh di bawah peringkat papan nama. Temuan juga menyarankan proses seluruh baris adalah kebesaran berdasarkan produksi normal. Under-loaded motor beroperasi di bawah papan nama PF, seperti yang terlihat pada Gambar tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Gambar 2.20 Motor Load Vs. PF 2.4.4 Langkah-Langkah Perbaikan Sistem Untuk menghindari biaya utilitas PF listrik, tanaman yang dibutuhkan untuk menjadi pada atau di atas 90% PF. Setelah analisis yang cermat, diskusi, dan pertimbangan, diputuskan untuk mengkonfigurasi ulang proses dengan cara yang akan memungkinkan 75-hp bermotor M1 untuk dihapus. M1 hanya 41% dimuat dan menggunakan kVAR induktif pada 63% PF. Ada juga akan ada beberapa pengurangan permintaan kW diversifikasi dan penghematan energi mungkin dengan menghapus M1. Meskipun permintaan dan penghematan energi yang sulit untuk menghitung karena pekerjaan yang M1 tampil dipindahkan ke motor M4 dalam proses, M4 memiliki kapasitas untuk menyerap beban dari M1. Ada juga potensi untuk meningkatkan efisiensi dan PF dari M4 dengan penambahan beban, efektif mengurangi kontribusi kVAR induktif M4. Perbaikan lain untuk sistem motorik dianalisis dan bertekad untuk menjadi ukuran hemat biaya untuk melaksanakan. Diputuskan untuk menambahkan 50 kVAR dari kapasitansi pada 200-hp bermotor M2. Berdasarkan bongkar pengukuran PF dari M2, menambahkan kVAR kapasitif tidak akan memperbaiki M2 PF di atas 90% tetapi akan memberikan cukup kVAR kapasitif, bersama dengan perbaikan M1 dan M4, untuk membawa tanaman keseluruhan 90% PF. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 2.4.4.1 Hasil Langkah-langkah perbaikan dilaksanakan mengakibatkan tanaman PF dari 93%, menghilangkan $ 276 biaya PF bulanan. Langkah-langkah juga mengakibatkan pengurangan rata-rata bulanan puncak tanaman permintaan dari 10kW - sebuah $ 90 tabungan bulanan. Payback proyek kurang dari 18 bulan. Catatan: Tanaman memiliki yang ada, berfungsi 200 kVAR kapasitor tetap di tempat di pintu masuk layanan listrik utama untuk dukungan PF sebelum proyek ini dimulai. kapasitor ini tetap di tempat. 2.4.4.2 Pertimbangan Ada berbagai macam hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan langkahlangkah efisiensi sistem motorik, termasuk isu-isu operasi yang mempengaruhi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Motor hasil perbaikan sistem mendukung kebutuhan untuk menciptakan pengetahuan tingkat pabrik dan alat yang diperlukan untuk meningkatkan sistem motorik. pemimpin keputusan meninjau praktek manajemen bermotor harus memutuskan kecukupan mereka dalam meningkatkan tujuan efektivitas dan penghematan biaya yang memuaskan bahwa kebanyakan pemimpin dihadapkan dengan. Perbaikan manajemen sistem motorik, pembelian, dan pelatihan dapat menyebabkan signifikan, penghematan berkelanjutan. Mengingat harga awal motor hanya mewakili sekitar 2% dari biaya operasional hidup-waktu, penghematan besar potensi yang ada. http://digilib.mercubuana.ac.id/