Bab I Pendahuluan A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Mendengar kata Mesias, penulis pertama-tama mengaitkan itu dengan agama tertentu yaitu agama Yahudi dan Kristen. Di dalam kedua agama tersebut terdapat pemahaman tentang Mesias yang memiliki makna berbeda-beda. Tentunya masing-masing agama tersebut mempunyai keyakinan dan alasan teologis tersendiri, sehingga masing-masing agama tersebut mempunyai pemaknaan dan arti tentang kata Mesias yang berguna bagi pemeluknya. Bagi masyarakat Kristen, Mesias mempunyai arti yang sudah “baku” atau jelas. Dalam Perjanjian Baru sudah banyak yang menjelaskan tentang konsep Mesias dan hal ini sudah menjadi darah daging atau baku bagi masyarakat Kristen. Yesus Kristus dipahami sebagai Mesias yang telah datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari dosanya, agar manusia memperoleh kekekalan hidup. 1 Sedangkan dalam Perjanjian Lama kata Mesias dipahami dengan penafsiran yang berbeda-beda. Kata Mesias berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “yang diurapi”. Awalnya kata itu hanya dikenakan pada seorang Raja yang terutama berasal dari keturunan Daud. Tetapi lambat laun pemahaman ini berkembang menjadi sosok yang tetap berasal dari keturunan Daud, meski kedudukannya bukan sebagai raja, namun dia dianggap sebagai raja keselamatan bagi umat Israel pada khususnya. 2 Penafsir mengatakan bahwa Mesias itu hanya akan membawa bangsa Israel berjaya dalam hal materi dan kekuasaan yang bersifat politis saja, namun juga ada penafsir yang menafsirkan Mesias itu secara ekskatologis, yaitu membawa keselamatan pada masa yang akan datang setelah dunia kiamat (seperti Paul Volz, Eduard Konig, Sigmund Mowinckel, Bentzen, dsb). 3 Ajaran atau konsep tentang Mesias banyak juga terdapat dalam agama dan kepercayaan masyarakat, bukan hanya agama Kristen dan Yahudi saja. Meski istilah yang dipakai dan pemahaman yang berbeda-beda, namun secara esensi mempunyai kesamaan sebagai penyelamat. Tidak terkecuali juga agama Islam, mempunyai ajaran atau konsep tentang Mesias. 1 S.M. Siahaan, Pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1990, hal.3 Ibid, hal. 3-4 3 Ibid, hal. 3-7 2 1 Agama Islam di dunia ini tidak hanya terdiri dari satu aliran saja, namun juga mempunyai berbagai macam aliran di dalamnya, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Syi’ah, Suni, Ahmadiyah dan sebagainya. Di Indonesia, Islam juga terdiri dari berbagai Aliran seperti yang tersebut di atas. Ahmadiyah sebagai salah satu aliran dalam Islam, masuk ke Indonesia tidak lepas dari adanya perkembangan agama Islam yang berada di luar negeri yang kemudian masuk ke Indonesia. Ajaran Ahmadiyah ini dibawa dari India, daerah Punjab pada masa akhir abad 19. Pemimpin gerakan ini adalah Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908), tepatnya pada tahun 1888 M. 4 Kemudian gerakan Ahmadiyah ini menyebar ke seluruh dunia. Ada faktor internal dan juga eksternal yang menyebabkan atau melatarbelakangi penyebaran Ahmadiyah ini. Faktor internal berasal dari kalangan Islam sendiri, yaitu sikap yang ditunjukkan oleh Islam Tradisional dan fundamentalis yang membuat Islam cenderung menjadi statis. Dengan demikian menjadikan Islam mengalami kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam hal keagamaan. Kemunculan Ahmadiyah adalah dalam rangka menanggapi kemunduran dan juga kemerosotan Islam yang terjadi pada waktu itu. Sedangkan faktor yang eksternal adalah adanya “serangan” dari luar agama Islam yang gencar terhadap Islam, terutama dari Hindhu (Arya Samaj), serta adanya gerakan yang gencar dari misionaris Kristen. Gerakan Ahmadiyah muncul juga untuk mereaksi adanya serangan-serangan tersebut. 5 Di dalam Ahmadiyah terdapat ajaran-ajaran yang khusus, yang berbeda dari ajaran agama Islam pada umumnya. Ini terjadi dikarenakan adanya penafsiran-penafsiran yang berbeda terhadap Al Our’an. Bagi Ahmadiah Al Qur’an terbuka akan penafsiran-penasiran yang berbeda dengan aliran dalam Islam lainnya. Al Qur’an adalah sebuah nama diri dan satu-satunya kitab suci agama Islam. Al Qur’an adalah satu-satunya sumber utama dan pertama dari seluruh ajaran dan syariat Islam. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya umat Islam mempunyai pendapat bahwa sumber ajaran Islam ada empat yaitu Al Qur’an, Sunnah dan Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Sunnah dan Hadits adalah sumber ajaran dan syariat Islam yang kedua sesudah kitab suci Al Qur’an. Ini dikarenakan Sunnah dan Hadits merupakan penjelasan yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. terhadap kitab suci Al Qur’an. Nabi Muhammadlah satu-satunya nabi yang 4 Iskandar Zukarnain, Misi Kenabian dan Mesianisme di Akhir Zaman : Nalar Keagamaan Gerakan Ahmadiyah Indonesia, makalah seminar yang diadakan oleh Dialogue Center Program Pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 30 Juni 2005, hal.1 5 Ibid 2 paling paham terhadap isi dan maksud Al Qur’an. Sunnah adalah perbuatan nabi Muhammad saw. Sedangkan Hadits adalah sabda beliau. Ijma’ atau Ijtihad adalah Sumber syariat yang ketiga sesudah Al Qur’an, Sunnah dan Hadits. Ini adalah secara teknis diterapkan bagi ahli hukum yang dengan kemampuan akalnya berusaha keras untuk menentukan pendapat di lapangan hukum mengenai hal yang pelik dan meragukan, yang tidak diatur secara tegas dalam undang-undang. Qiyas adalah sebuah analogi. Seperti contohnya tentang hal apakah minum tuak atau beralkohol diperbolehkan? Karena tidak ada dalam Al Qur’an, Sunnah dan Hadits sehingga diambil Qiyas, yaitu dalam Al Qur’an dikatakan bahwa hal yang memabukkan dilarang, maka minum tuak dilarang, karena dapat memabukkan. Dari semua hal di atas, harus diakui bahwa Hadits, Ijma’, Qiyas hanyalah didasarkan pada Al Qur’an, sehingga benar-benar hanya Al Qur’an sajalah yang merupakan satu-satunya asas yang tertinggi, sehingga pembangunan Islam berpijak padanya. 6 Salah satu ajaran yang berbeda dengan agama Islam pada umumnya adalah ajaran Ahmadiyah tentang Mesias. Ajaran Mesias ini jika dikaitkan dengan Ahmadiyah sangat erat hubungannya. Ini terkait dengan doktrin yang dibawakan oleh Ahmadiyah tentang al-Mahdi dan al-Masih, karena ajaran Mesias ini menjadi salah satu ajaran yang pokok dalam Ahmadiyah. 7 Tetapi ajaran tentang Mesias dalam Ahmadiyah ini menimbulkan kontroversi dalam umat Islam di Indonesia. Ini terbukti dengan fatwa sesat yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), karena ajaran tentang Mesias yang dibawakan oleh Ahmadiyah dianggap melenceng dari Al Qur’an dan Hadits. Tidak hanya memberi fatwa sesat saja, MUI juga menghimbau pada pemerintah Indonesia untuk menutup atau melarang segala kegiatan Ahmadiyah. Namun sangat disayangkan terjadi penutupan dengan paksa dan bahkan diikuti oleh tindakan yang anarkis oleh sebagian pemeluk Islam di Indonesia yang tidak setuju dengan adanya Ahmadiyah di Indonesia. 8 Terlepas dari kontroversi yang ada di atas, penulis yang beragama Kristen tertarik dengan ajaran Ahmadiyah tentang Mesias tersebut, sehingga mendorong penulis untuk menyelidiki dan memahami ajaran Ahmadiyah tentang Mesias, sebagai pengetahuan dan bahan perbandingan bagi penulis. Bagaimanakah sebenarnya ajaran Ahmadiyah tentang Mesias tersebut? 6 Mulyono, Bunga Rampai Paham Keagamaan Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Darul kutubil Islamiyah kerjasama dengan Lembaga pers Mahasiswa akademi Teknik PIRI Yogyakarta, Yogyakarta. 2003, hal. 1-2 7 Iskandar Zukarnain, Misi Kenabian dan Mesianisme di Akhir Zaman : Nalar Keagamaan Gerakan Ahmadiyah Indonesia, makalah seminar yang diadakan oleh Dialogue Center Program Pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 30 Juni 2005, hal.4 8 Koran tempo tentang penyerangan Ahmadiyah: Tanggal 10-13 September 2002 serangan terhadap jemaat Ahadmiyah di kota Selong, Lombok Timur. Tanggal 23 Desember 2002 penyerangan masjid di desa Manior Lor, Kuningan, Jawa Barat. Tanggal 15 Juli 2005 penyerangan kampus Mubarak, Parung, Bogor. Dan sebagainya. 3 A.2. Permasalahan Masyarakat Islam mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya sumber dari ajaran dan syariat Islam. Namun demikian Al Qur’an pun tidak memberi penjelasan segala-galanya menyangkut permasalahan kehidupan yang sangat kompleks ini. Contohnya mengenai hukum-hukum yang wajib dipatuhi dan mana yang dilarang dalam hidup ini. Karena ayat-ayat yang mengandung ketentuan hukum dalam Al Qur’an hanya sedikit. Dari yang sedikit itupun hanya sedikit pula yang bersifat qat’i, artinya tidak dapat diberi interpretasi. Jadi masih banyak hukum-hukum dalam Al Qur’an yang bisa diberi interpretasi yang berbeda-beda. Dengan melihat kenyataan yang demikian, maka pemikiran manusia tidak selamanya sama, karena adanya interpretasi yang berbeda-beda terhadap ayat-ayat yang terdapat dalam Al Qur’an. 9 Bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, pemunculan gerakan Ahmadiyah menimbulkan permasalahan tersendiri. Ini terkait dengan doktrin-doktrin yang dibawakannya atau disebarluaskan kepada umat Islam di Indonesia. Doktrin-doktrin itu menimbulkan keresahan di dalam masyarakat Islam Indonesia, sampai-sampai Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan lembaga resmi negara, yang berhak memberikan fatwa tentang masalah-masalah kehidupan yang dihadapi umat Islam di Indonesia, memberikan fatwa sesat pada gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Ajaran Ahmadiyah tentang konsep Mesias, merupakan ajaran yang pokok dalam Ahmadiyah, sehingga gerakan Ahmadiyah identik dengan gerakan mesianis dalam Islam. Dengan melihat kenyataan bahwa ajaran tentang Mesias merupakan ajaran yang pokok juga dalam Kristen, membuat penulis tertarik untuk lebih mengetahui dan memahami tentang ajaran Mesias dalam Ahmadiyah di Indonesia. Dengan adanya latar belakang yang dikemukakan penulis di atas, maka penulis mengungkapkan dan mengutarakan permasalahan sebagai berikut: • Pemunculan gerakan Ahmadiyah di Indonesia tentunya tidak lepas dari pengaruh perkembangan agama Islam di luar negeri sampai akhirnya masuk ke Indonesia. Bagaimana sebenarnya sejarah dari gerakan Ahmadiyah dalam Islam? • Ajaran gerakan Ahmadiyah dalam Islam mempunyai ajaran-ajaran yang berbeda dengan Islam pada umumnya, sehingga di Indonesia pemunculan Ahmadiyah menimbulkan 9 Harun Nasution, dalam pengantar bukunya Gustave E. Von Grunebaum (Ed), Islam Kesatuan dalam Keragaman, Yayasan Perkhidmatan, Jakarta, 1983, hal.XXI 4 kontroversi. Kenyataan ini meresahkan masyarakat Islam di Indonesia. Salah satu ajaran dari Ahmadiyah yang menimbulkan kontroversi itu adalah ajaran tentang Mesias. Ajaran Mesias sangat erat kaitanya dengan gerakan Ahmadiyah dalam Islam. Bagaimana sebenarnya ajaran Ahmadiyah tentang Mesias? • Bagaimanakah sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga resmi negara terhadap Ahmadiyah di Indonesia? Serta bagaimana pembelaan Ahmadiyah terhadap fatwa sesat itu? • Apakah akibat yang timbul dari paham Mesianis Ahmadiyah di Indonesia bagi kehidupan bersama? A.3. Batasan Permasalahan Perbedaan pemahaman umat Islam terhadap Al Qur’an, menimbulkan penafsiran-penafsiran yang berbeda-beda terhadap ayat-ayat suci dalam Al Qur’an, bahkan dalam ayat-ayat yang sama pun bisa ditafsirkan dengan berbagai penafsiran. Sehingga ada perbedaan pemahaman tentang nabi dan rasul dalam Islam, konsep Mesias, dan ajaran yang lainnya. Dengan melihat kenyataan dan juga permasalahan yang penulis kemukakan di atas, penulis membatasi permasalahan tentang gerakan Ahmadiyah dalam Islam yang terkait dengan: • Sejarah gerakan Islam Ahmadiyah di dunia pada umumnya sampai akhirnya masuk ke Indonesia. Penyebab apakah yang melatar belakangi timbulnya gerakan Ahmadiyah ini. • Ajaran-ajaran dari gerakan Islam Ahmadiyah juga terdiri dari berbagai ajaran tentang kehidupan dan keagamaan sama seperti halnya Islam pada umumnya. Namun penulis disini hanya akan melihat bagaimana ajaran Ahmadiyah tentang konsep Mesias yang menjadi ajaran pokok dan identik dengan gerakan Ahmadiyah di Indonesia. • Sikap yang ditunjukkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Sebagai lembaga resmi Islam di Indonesia yang mempunyai hak menanggapi masalah-masalah yang muncul dalam masyarakat Indonesia yang bersifat meresahkan. Serta bagaimana pembelaan Ahmadiyah terhadap fatwa sesat itu. • Akibat yang timbul dari paham Mesianis Ahmadiyah di Indonesia bagi kehidupan bersama. Itulah batasan yang akan penulis gunakan dalam tulisan ini, sehingga penulis akan menemukan sesuatu yang baik guna diambil bagi kehidupan bersama bangsa dan negara Indonesia. 5 B. JUDUL Dari rumusan latar belakang dan juga rumusan masalah yang penulis kemukakan, maka penulis memberi judul skripsi ini: “Konsep Mesianis dalam Ahmadiyah di Indonesia” (Suatu Tinjauan Hermeneutis) C. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan ini adalah: • Mengetahui dan memahami sejarah penyebaran gerakan Ahmadiyah di dunia sampai masuk ke Indonesia. • Mengetahui dan memahami penyebab munculnya gerakan Ahmadiyah. • Mengetahui dan memahami konsep Mesias yang diajarkan oleh Ahmadiyah di Indonesia. • Mendapatkan pengetahuan yang luas tentang konsep Mesias dengan belajar dari konsep Mesias yang ada dalam ajaran Ahmadiyah di Indonesia. • Memahami dan mengetahui sikap yang ditunjukkan Majelis Ulama Indonesia terhadap Ahmadiyah, serta bagaimana pembelaan Ahmadiyah terhadap fatwa sesat itu. • Mengetahui akibat yang timbul dari paham Mesianis Ahmadiyah di Indonesia bagi kehidupan bersama. D. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipakai oleh penulis adalah metode studi literatur dari buku-buku yang ada. Dengan berusaha melihat buku-buku yang menjadi acuan penelitian dan melihatnya dengan kritis. Selain itu penulis juga menggunakan metode penelitian interview (wawancara) terhadap tokoh-tokoh Islam Ahmadiyah. Dengan wawancara itu diharapkan skripsi ini menjadi lebih lengkap dan akurat, sehingga mudah dipahami dan dimengerti. E. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I Pendahuluan Bagian ini memaparkan apa yang menjadi latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, batasan permasalahan, pemilihan judul dan alasannya, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika skripsi ini. Dari pembahasan ini setidaknya pembaca akan mendapatkan gambaran singkat mengenai isi skripsi ini. 6 Bab II Sejarah Ahmadiyah Pada bagian ini akan memberikan gambaran sejarah dari Ahmadiyah, dimana muncul pertama kali dan bagaimana sampai ke Indonesia. Dengan memberikan penjelasan sejarah dari Ahmadiyah ini diharapkan penulis dan pembaca mengetahui sejarah munculnya Ahmadiyah sampai akhirnya muncul di Indonesia. Bab III Konsep Mesianisme dalam Ahmadiyah di Indonesia Pada bagian ini akan menjelaskan tentang konsep Mesias dari Ahmadiyah yang menjadi salah satu ajaran yang pokok. Bagaimana Mesias dipahami dan dimengerti dalam Ahmadiyah. Apa saja yang berkaitan dengan paham Mesias mereka. Tentang pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta pembelaan Ahmadiyah terhadap fatwa sesat dari MUI. Dengan adanya penjelasan ini diharapkan penulis dan juga pembaca memahami konsep Mesias dalam Ahmadiyah. Bab IV Tinjauan Teologis dan Relevansi Konsep Mesianis Ahmadiyah di Indonsesia bagi Kehidupan Bersama Pada bagian ini penulis akan melihat serta menganalisa ayat-ayat yang digunakan oleh Ahmadiyah untuk menguatkan pendapatnya, baik dari Al Qur’an maupun Injil. Sehingga dengan begitu diharapkan pembaca mengetahui kemungkinan tafsiran yang bisa muncul dari ayat-ayat tersebut. Kemudian penulis juga melihat bagaimana akibat dan relevansi yang muncul dari konsep Mesianis yang di bawa oleh Ahmadiyah bagi kehidupan bersama bangsa Indonesia. Bab V Refleksi Teologis Pada bagian ini penulis akan merefleksikan fenomena yang muncul akibat adanya paham Mesianisme Ahmadiyah di Indonesia bagi kehidupan bersama. Dengan ini penulis berharap bisa mengambil sesuatu yang berharga guna disumbangkan bagi kehidupan bersama bangsa Indonesia. Bab VI Penutup Pada bagian ini penulis akan menyimpulkan isi skripsi yang penulis buat dan juga saran-saran yang bisa digunakan setelah melihat fenomena paham Mesianis Ahmadiyah di Indonesia ini. Diharapkan penulis bisa mengambil kesimpulan yang bisa mewakili fenomena pemunculan paham Mesianis Ahmadiyah di Indonesia ini dan kiranya hal itu dapat bermanfaat bagi kehidupan bersama bangsa dan negara Indonesia pada umumnya dan juga Kekristenan pada khususnya. 7