PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, identifikasi seseorang berdasarkan biometrik telah berkembang dengan pesat di kalangan akademik dan industri. Metode pengenalan identitas seseorang yang banyak digunakan di antaranya berdasarkan nomor identitas unik (kunci fisik, kartu identitas dan lainnya) atau berdasarkan ingatan terhadap sesuatu (sandi rahasia dan lainnya). Metode tersebut banyak memiliki kekurangan di antaranya adalah kartu identitas dapat hilang dan sandi dapat lupa dari ingatan seseorang. Ada dua jenis biometrik di antaranya adalah physiological (iris mata, wajah dan sidik jari) dan behavioural (suara dan tulisan tangan) (Yong et al. 2000). Pengenalan iris mata adalah jenis biometrik berdasarkan fitur physiological. Iris memiliki tekstur yang unik dan cukup kompleks untuk digunakan dalam biometrik. Dibandingkan dengan metode biometrik lain seperti pengenalan wajah, pola iris lebih stabil dan dapat diandalkan. Iris mata seseorang juga memiliki pola yang konsisten, tidak seperti wajah yang relatif memiliki perubahan seiring dengan bertambah waktu. Penelitian mengenai pengenalan iris mata telah dilakukan oleh Daugman (2002) yang menggunakan Gabor Wavelets dua dimensi pada ekstrasi ciri serta Hamming distances sebagai algoritme pengujian. Masek (2003) melakukan penelitian serupa dengan menggunakan data dari Chinese Academy of Science-Institute of Automation (CASIA) dan Lion’s Eye Institute (LEI). Selain itu, penelitian Abidin (2011) menggunakan jaringan syaraf tiruan sebagai algoritme pelatihan dan pengujian terhadap data CASIA dan menggunakan dekomposisi wavelet sebagai ekstraksi ciri. Sistem pengenalan pola yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri atas empat tahap. Tahap pertama adalah proses segmentasi citra untuk mengambil citra iris mata saja lalu membuang bagian citra yang lainnya. Pada tahap kedua, proses normalisasi dilakukan dengan mengubah dimensi citra iris menjadi tetap seningga menghasilkan ekstraksi ciri yang lebih baik. Tahap selanjutnya adalah melakukan ekstraksi ciri terhadap citra yang sudah ternormalisasi sehingga dihasilkan template yang memiliki nilai biner dan dilanjutkan ke tahap terakhir yaitu melakukan pelatihan serta pengujian terhadap template tersebut. Pelatihan dan pengujian template citra dilakukan pada tiga subset yang berbeda, untuk kemudian dilakukan perhitungan terhadap akurasinya menggunakan 3-fold cross validation. Penggunaan algoritme Voting Feature Intervals versi ke-5 (VFI5) pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tingkat akurasi yang diberikan untuk kemudian dapat dibandingkan dengan hasil penelitian lainnya. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui akurasi dari proses pengenalan citra iris mata menggunakan algoritme VFI5 pada citra mata kiri, kanan dan gabungan keduanya. Ruang Lingkup Penelitian ini memiliki batasan yaitu : data yang digunakan adalah data citra mata dari sepuluh orang berbeda yang berasal dari CASIA, bobot yang digunakan dalam pelatihan algoritme VFI5 adalah 1. Manfaat Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai akurasi algoritme klasifikasi VFI5 terhadap pengenalan iris mata kiri, kanan dan gabungan vote keduanya dari individu yang berbeda. TINJAUAN PUSTAKA Representasi Citra Digital Citra didefinisikan sebagai suatu fungsi dua dimensi f(x,y), dengan x dan y merupakan koordinat spasial, dan f disebut sebagai kuantitas bilangan skalar positif yang memiliki maksud secara fisik ditentukan oleh sumber citra. Suatu citra digital yang diasumsikan dengan fungsi f(x,y) direpresentasikan dalam suatu fungsi koordinat berukuran M x N. Variabel M adalah Baris dan N adalah kolom sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Setiap elemen dari array matriks disebut image element, picture element, pixel, atau pel (Gonzales dan Woods 2002). Gambar 1 Fungsi koordinat sebagai representasi citra digital. 1