BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Imunisasi a

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang
baru lahir sampai usia satu tahun untuk mecapai kadar kekebalan diatas
ambang perlindungan. (Depkes RI,2005). Sedangkan menurut (Ranuh
dkk, 2001) imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpapar antigen yang serupa tidak pernah terjadi penyakit.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu (Theophilus, 2007), sedangkan yang dimaksud vaksin
adalah obat yang diberikan untuk membantu mencegah penyakit serta
membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi berfungsi melindungi tubuh
(Theopahilus, 2007).
Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap
penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa (Indriarti, 2008).
Imunisasi merupakan rekasi antara antigen dan antibodi- antibodi, yang
dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut
sebagai antigen) (Riyadi, 2009).
16
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b. Syarat-syarat pemberian imunisasi
Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak,
yang pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam
bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada
tubuh yang sehat. Berikut ini keadaan tidak boleh memperoleh imuisasi
yaitu : anak sakit keras, keadaan fisik lemah, dalam masa tunas suatu
penyakit, sedang mendapat pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau
obat imunisupresif lainnya (terutama vaksin hidup) karena tubuh mampu
membentuk zat anti yang cukup banyak (Huliana, 2003).
Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat
yang harus diperhatikan yaitu: diberikan pada bayi atau anak yang sehat,
vaksin yang diberikan harus baik, disimpan dilemari es dan belum lewat
masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat,
mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi
yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang telah diberikan,
memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor batch pada buku
anak atau kartu imuisasi serta memberikan informed
concent kepada
orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang
sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan
efek samping atau kejadian pasca imunisasi yang dapat timbul setelah
pemberian imunisasi.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c. Jenis Imunisasi
Ada dua jenis klasifikasi imunisasi, yaitu kekebalan pasif dan
kekebalan aktif (Sukarmin, 2009)
Imunisasi aktif
Merupakan imunisasi dengan cara menyuntikan antigen ke dalam
tubuh anak sendari yang membuat zat antibody yang akan bertambah
bertahun-tahun. imunisasi aktif akan bertahan lama dibandingkan dengan
imunisasi pasif.
Imunisasi pasif
Disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi
mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikan bahan atau serum
yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkan dari ibu
saat dalam kandungan.
1)
Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Dalam Program Imunisasi
a) Vaksin BCG (Bacilius Calmette Guerine)
Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk
mencapai cakupan yang lebih luas, Departemen Kesehatan
Menganjurkan pemberian BCG pada umur antara 0-12 bulan.
Pada pemberian imunisasi BCG akan menimbulkan reaksi: reaksi
lokal, 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada area penyuntikan
timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.
Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung
berisi nanah), lalu pecah membentuk luka terbuka (ulkus). Luka
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu
dengan meningkatkan jaringan parut yang disebut scar. Reaksi
regional pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa
disertai nyteri tekan maupun demam yang akan menghilangkan
dalam waktu 3-6 bulan.
b) Hepatitis B
Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi
hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif
untuk memutuskan rantai penularan memalui transmisi maternal
dari ibu pada bayinya. Pemberian kepada anak yang sakit berat
sebaiknya ditunda sampai anak benar- benar pulih efek samping
dari pemberian vaksin HB adalah efek lokal nyeri pada tempat
suntikan, demam ringan,lesu, perasaan tidak enak pada saluran
pencernaan, yang akan hilang dalam beberapa hari.
c) DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)
Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh
diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu.
DPT sering menyebabkan efeksamping yang ringan seperti
demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa
hari efek samping terjadi karena adanya komponen pertusis di
dalam
vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan DPT
menyebabkan komplikasinya demam tinggi (lebih 40,50C),
kejang, kejang demam, syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
meberikan respon). Jika anak mempunyai riwayat kejang.
Pemberian imunisasi diberikan adalah DT, yang hanya dapat
diperoleh di puskesmas (kombinasi toksoid difteri dan tetanus
(DT) mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang
memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertusis
(Ranuh, dkk, 2005)
d) Polio
Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program
pengembangan
imunisasi
(PPI)
sebagai
mendapatkan cakupan yang tinggi.
tambahan
untuk
Kontraindikasipemberian
vaksin polio : diare, gangguan kekebalan (karena obat
imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid).
e) Campak
Rutin dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan
dalam, pada umur 9 bulan. Kontraindikasi pemberian adalah
infeksi akut yang disertai demam lebih dari 380C, gangguan
sistem kekebalan, alergi terhadap protein telur.
2)
Vaksin Kombinasi/Kombo
Vaksin kombinasi adalah gabungan beberapa antigen tunggal
satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda.
Misalnya Vaksin kombinasi DPT/Hb adalah gabungan antigenantigen D-P-T dengan antigen Hb untuk mencegah penyakit difteri,
pertusis, tetanus,dan Hb (Depkes RI, 2008).
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Alasan utama pembuatan vaksi kombinasi adalah:
a) Kemasan vaksin kombinasi lebih praktis dibandingkan dengan
vaksin monovalen, sehingga mempermudah pemberian maka
dapat lebih meningkatkan cakupan imunisasi.
b) Mengurang ferkuensi kunjungan ke fasilitas kesehatan sehingga
mengurangi biaya pengobatan.
c) Mengurangi biaya pengadaan vaksin.
d) Memudahkan penambahan vaksin baru ke dalam program
imunisasi yang telah ada.
e) Untuk mengejar imunisai yang terlambat.
f) Biaya lebih murah.
d. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi
Dasar
Menurut Suparyanto (2011), faktor yang
mempengaruhi
kelengkapan imunisasi dasar adalah:
1)
Pendidikan
pengaruh tingkat pendidikan terhadap penggunaan fasilitas
pelayanan kesehatan. Bahwa penggunaan posyandu dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dapat membuat orang menjadi berpandangan lebih
luas berfikir dan bertindak secara rasional sehingga latar belakang
pendidikan seseorang dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan
kesehatan (Notoadmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan Wardana
(2002) menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan rendah, maka
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
status imunisasi anaknya cenderung tidak lengkap dibandingkan ibu
yang berpendidikan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Danuri
(2005) tentang hubungan karakteristik,pengetahuan dan sikap ibu
batita dengan kelengkapan status imunisasi di Desa Ambowetan
Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kelengkapan
status imunisasi (p= 0,008).
2)
Pendapatan atau pengasilan
Tingkat pendapatan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan.
Semakin rendah pendapatan keluarga semakin tidak mampu lagi ibu
dalam membelanjakan bahan makanan yang lebih baik dalam kualitas
maupun kuantitasnya, sebagai ketersediaan pangan di tingkat
keluarga tidak mencukupi (Syamsul, 2002). Penelitian yang
dilakukan oleh Mardani (2008) tentang beberapa faktor yang
mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar di kecamatan kretek
kabupaten bantul propinsi daerah istimewa yogyakarta ditemukan
hasil terdapat 8 faktor yang mempengaruhi kaitan dengan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi, yaitu kondisi bayi, jumlah
anak balita yang diasuh, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendidikan
formal ibu/suami, tingkat pengahasilan, penyuluhan imunisasi dan
jarak ketempat pelayanan imunisasi.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3)
Pengetahuan
Terbatasnya pengetahuan ibu tentang imunisasi bayi ini
mengenai manfaat dan tujuan imunisasi maumpun dampak yang akan
terjadi jika dilaksanakan Imunisasi bayi akan mempengaruhi
kesehatan bayi. Hal ini sesuai dengan teori dan pendorong. Dalam
pendorong dengan mengimunisasi bayinya, salah satunya dalah
pengetahuan dimana pengetahuan tersebut ditemukan dalam media
elektronik (TV, Radio), media massa (Koran majalah).
Pengetahuan adalah segala seseuatu yang diketahui berkaitan
dengan proses pembelajaran dan dipengaruhi faktor dari dalam seperti
motivasi dan faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia
serta keadaan sosial budaya (Poerwadarminta, 2002). Penelitian yang
dilakukan oleh Amplas (2003) menunjukan bahwa pengetahuan ibu
berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita.
Penelitian yang dilakukan oleh Akmar Azmi (2005) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan masyarakat di masa
yang akan datang semakin besar kesadaran untuk melaksanakan
imunisasi dan secara tepat ibu tersebut menerima informasi dan dapat
mengambil keputusan untuk kesehatan bayinya terutama untuk
melaksanakan imunisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari, Fakhiyah (2010)
tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan
pemberian imunisasi dasar di posyandu wilayah puskesmas
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kedunggalar dengan hasil menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang makin mudah untuk menerima informasi
tetapi sebaliknya dengan pengetahuan yang rendah akan menghambat
untuk menerima informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Karina dan Warsito (2012)
mengenai pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar balita dengan hasil
ibu yang memiliki pengetahuan baik sebesar 62,5% dan yang
memiliki pengetahuan kurang sebesar 37,5% menunjukan bahwa
sebagian besar ibu memiliki pengetahuan baik tentang imunisasi
dasar balita, dan diharapkan pengetahuan yang baik
ini dapat
menunjang status imunisasi yang baik untuk anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Albertina dan Febriana (2009)
tentang kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan faktor-faktor
yang berhubungan di poliklinik anak bebrapa rumah sakit dijakarta
dan sekitar pada bulan maret 2008 dengan hasil kelengkapan
imunisasi dasar anak balita di tempat penelitian 61%, faktor yang
berhubungan dengan kelengkapan imunisasi ialah pengetahuan
orangtua.
4)
Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertup. Sikap
secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-sehari adalah merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan atau prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
tebuka (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian Zakiyah (2007) tentang
hubungan pengetahuan, sikap ibu tentang imunisasi dan dukungan
keluarga dengan kelengkapan imunisasi DPT pada bayi umur 6-11
bulan di desa taman gede kecamatan gemuh kabupaten kendal,
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu tentang
imunisasi dengan kelengkapan imunisasi DPT pada bayi umur 6-11
bulan.
5)
Motif
Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri sesorang yang
menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan guna
mencapai suatu tujuan (Suparyanto, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2008) faktorfaktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di
Puskesmas
Banyudono
Kabupaten
boyolali,
hasil
penelitian
menunjukan bahwa motivasi, memiliki pengaruh signifikan terhadap
kelengkapan imunisasi.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
6)
Pengalaman
Sesuai dengan kategori hidonisme (Bahasa Yunani) berarti
kesukaran, kesenangan, atau kenikmatan. Dalam hal ini semua orang
akan mengindari hal-hal yang sulit dan mengusahakan atau
mengandung resiko berat. Jika kegiatan imunisasi tetap berjalan
dengan baik misalnya, bayi menangis saat menunggu giliran yang
lama, tubuh menjadi panas setelah diimunisasi. Hal ini dapat
mempengaruhi ibu untuk mengimunisasikan bayinya (Suparyanto,
2011).
7)
Pekerjaan
Teori kebutuhan (teori Maslow) mengemukakan nilainya 5
tingkat kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkat ilmiah yang
kemudian dijadikan pengertian guna dalam mempelajari motivasi
manusia. Kelima tingkatan tersebut adalah kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan
penghargaan, kebutuhan aktivitas diri ibu yang mempunyai pekerjaan
itu demi mencukupi kebutuhan keluarga (kebutuhan pertama) akan
mempengaruhi kegiatan imunisasi yang termasuk kebutuhan rasa
aman dan perlindungan sehingga ibu lebih mengutamakan pekerjaan
dari pada mengantarkan bayinya untuk imunisasi (Suparyanto, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Ali (2005) menunjukan tidak
ada perbedaan pengetahuan tentang imunisasi antara ibu bekerja dan
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
ibu tidak bekerja, namun perbedaan ini bermakna pada sikap dan
perillaku.
8)
Dukungan Keluarga
Teori lingkungan kebudayaan dimana orang belajar banyak
dari lingkungan kebudayaan sekitarnya. Pengaruh keluarga terhadap
pembentukan sikap sangat besar karena keluarga merupakan orang
yang paling dekat dengan anggota keluarga yang lain. Jika sikap
keluarga terhadap imunisasi kurang begitu respon dan bersikap tidak
menghiraukan atau bahkan pelaksanaan kegiatan imunisasi maka
pelaksanan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu bayi karena tidak
ada dukungan oleh keluarga (Suparyanto, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Dimicco dan Dashiff (2004)
dukungan paling bermakna dirasakan dari ibu dan kedua dari ayah si bayi.
Jadi sangat berbeda dengan sistem dukungan di Indonesia khususnya kota
depok dimana sebagian besar ibu menyatakan yang paling bermakna adalah
darin suami.
9)
Fasilitas Posyandu
Fasilitas
merupakan
suatu
saran
untuk
melancarkan
pelaksanaan fungsi (Suparyanto, 2011).
10) Lingkungan
Kehidupan dalam suatu linngkungan mutlak adanya interaksi
sosial hubungan antara dua atau lebih individu yang salinng
mempengaruhi lingkungan rumah dan masyarakat dimana individu
melakukan
interaksi
sosial
merupakan
faktor
yang
dapat
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar seperti jarak pelayanan
kesehatan, tempat pelayanan imunisasi, ketersediaan sarana dan
prasarana kesehatan yang menunjang pelayanan imunisasi dasar
(Panjaitan, 2003)
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Adisti
(2009)
yang
menunjukan adanya hubungan antara lingkungan dengan kelengkapan
imunisasi pada bayi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dengan
lingkungan yang positif akan berdampak positif juga terhadap
kelengkapan imunisasi di suatu daerah. Begitu pula sebaliknya. Nilai
p-value 0,001 (p=0,05).
11) Tenaga kesehatan
Petugas
kesehatan
berupaya
dan
bertanggung
jawab,
memberikan pelayanan kesehatan pada individu dan masyarakat yang
provesional akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
Sehingga diharapkan ibu mau mengimunisasi bayinya dengan
meberikan
atau
menjelaskan
pentingnya
imunisasi
(Suparyanto,2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Sabariah (2007) melalukan
survei terhadap ibu-ibu bayi usia 0-12 bulan untuk mengidentifikasi
faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada
bayi menyebutkan bahwa penerimaan ibu terhadap imunisasi bayi
dipengruhi oleh tingkat pengetahuan, waktu tempuh dan pelayanan
petugas imunisasi.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Menurut lawrence green dalam Notoatmodjo (2007) yang
mengatakan bahwa kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh
dua faktor pokok yaitu faktor prilaku dan faktor-faktor diluar
perilaku. Faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok:
a) Faktor predisposisi (Predisposing faktor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut masyarakat, tingakat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi.
b) Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor mencakup ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas
kesehatan.
c) Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(toma), sikap dan perilaku para petugas kesehatan.
Konsep Blum yang menjelaskan bahwa derajat kesehatan di
pengaruhi oleh 3 yakni lingkungan, pelayanan kesehatan,
keturnan (hereditas).
e. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31)
DepKes (2000) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,
pioliomielitis, campak, dan hepatitis. Berikut ini akan diuraiakan tujuh
pernyakit tersebut satu persatu.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
1)
Tuberkulosis
Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang sebagian besar menyerang masyarakat dengan kelas sosial
ekonomi rendah karena umumnya masyarakat ini mengalami
gangguan nutrisi sehingga daya tahan tubuh rendah dan tinggal di
pemukiman yang padat dan tidak sehat sehingga mudah terjadi
penularan penyakit. Apabila sorang anak terkena tuberkulosis,organ
tubuh yang akan terkena dalah paru-paru, kelenjar, kulit, tulang,
sendi, dan selaput otak. Cara penularannya adalah melalui droplet
atau percikan air ludah, sedangkan reservoar adalah manusia.
Imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG. Ada
kesulitan unmtuk menilai dampak BCG terhadap angka kejadian
tuberkulosis karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti
pemukiman yang padat tidak sehat dan banyaknya sumber penularan
dimasyarakat yang tidak mendapat pengobatan dengan tepat. dampak
vaksinasi BCG lebih ringan sehingga menurunkan angka kematian
atau kecacatan.
2)
Difteri
Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Corynebacterium
dyptheriae tipe gravis, milis, dan intermedius, yang menular melalui
percikan lidah yang tercemar. Anak yang terkena difteri akan
menunjukan gejala ringan sampai berat. Gejala ringan dapat berupa
membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi
obstruksi jalan nafas karena mengenai laring, saluran nafas bagian
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
atas, tonsil, dan kelenjar sekitar leher membengkak (bull neck).
Kematian dapat terjadi apabila gagal jantung dan obstruksi jalan nafas
yang tidak bisa dihindari. Difteri dapat menjadi endemik pada
lingkungan masyarakat dengan sosial ekonomi rendah karena
banyaknya difteri kulit yang dialami anak-anak dan menular dengan
cepat. Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit ini adalah
DPT pada anak dibawah satu tahun (imunsiasi dasar) dan DT pada
anak kelas 1 dan VI SD (booster).
3)
Pertusis
Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Bordetelle pertusis
dengan penularan melalui droplet. Masyarakat awan mengenalnya
dengan istilah batuk rejan atau batuk 100 hari. Bahaya dari pertusis
adalah pneumonia yang dapat menimbulkan kematian. Gejala awal
batuk pilek, kemudian setelah hari ke-10 batuk bertambah berat dan
sering kali disertai muntah. Untuk itu, imunisasi DPT adalah saalah
satu cara pencegahan yang dapat dilakukan karena kekebalan dari ibu
tidak bersifat proktektif (DepKes, 2000).
4)
Tetanus
Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Mycobacterium tetani
yang berbetuk spora masuk ke dalam luka terbuka, berkembang biak
secara anaerobik, dan membentuk toksin. Tetanus yang khas terjadi
pada usia anak adalah tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum dapat
menimbulkan kematian karena terjadi kejang, sianosis, dan henti
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
napas. Reservoarnya adalah kotoran hewan atau tanah yang
terkontaminasi kotoran hewan dan manusia. Gejala awal ditunjukan
dengan mulut mencucu dan bayi tidak mau menyusu. Kekebalan pada
penyakit ini hanya diperoleh dengan imunisasi atau vaksinasi lengkap
karena riwayat penyakit tetanus tidak meyebabkan kekebalan pada
anak. Imunisasi yang diberikan tidak hanya DPT pada anak, tetapi
juga TT pada calon pengantin (TT caten), TT pada ibu hamil yang
diberikan saat antenatal care (ANC), dan DT pada anak sekolah
dasar kelas I dan VI.
5)
Poliomielitis
Sesuai dengan namanya, penyebab infeksi ini adalah virus
polio tipe 1,2, dan 3, yang menyerang mielin atau serabut otak. Gejala
awal tidak jelas, dapat timbul gelaja demam ringan dan infeksi
saluran pernafasan (ISPA), kemudian timbul gejala paralisis flaksid
yang mengenai sekelompok serbut otot sehingga timbul kelumpuhan.
Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota badan, saluran napas, dan
otot menelan. Penularan manusia yang menderita polio. Pencegahan
dapat dilakukan dengan imunisasi dengan menggunakan vaksinasi
polio, bahkan dapat eradiaksi dengan cakupan polio 100%.
6)
Campak
Penyebab penyakit infeksi ini dalam virus morbili yang
menular droplet. Gejala awal ditunjukan dengana adanya kemerahan
yang mulai timbul pada bagian belalakang telinga, dahi, dan menjalar
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kewajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu
disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Seletah 3-4 hari,
kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan
bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak
seperti bersisik. Imunisasi diberikan pada anak usia 9 bulan dengan
rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan
hilang sampai usia 9 bulan. Komplikasi yang harus dicegah adalah
otitis media, konjungtivitis berat, enteritis, dan pneumonia, terlebih
pada anak dengan status gizi buruk.
7)
Hepatitis B
Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus hepatitis tipe B
yang menyerang kelompok resiko secara vertikal, yaitu bayi dan ibu
pengidap, sedangkan secara horisontal tenaga medis dan paramedis,
pecandu narkoba, pasien hemodialisis, pekerja laboratorium, pemakai
jasa atau petugas akupuntur. Gejala yang dapat muncul yaitu khas,
seperti anoreksia, mual, dan kadang-kadang ikterik. Sejak tahun 1992,
vaksin hepatitis B menjadi bagian dari program di Inidonesia
walupun belum merata di semua provinsi dapat menjalankannya
karena harga vaksin yang cukup mahal sehingga dilakukan secara
bertahap. Imunisasi hepatitis B diberikan pada bayi 0-11 bulan
dengan maksud untuk memutus penularan dari ibu ke bayi.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
f. Pedoman pemberi imunisasi
Umur yang tepat untuk mendapatkan imunisasi adalah sebelum
bayi mendapat infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
berilah imunisasi sedini mungkin segera setelah bayi lahir dan usahakan
melengkapi imunisasi sebelum bayi berumur 1 tahun. Khusus untuk
campak, dimulai segera setelah anak berumur 9 bulan. Pada umur kurang
dari 9 bulan, kemungkinan besar pembentukan zat kekebalan tubuh anak
dihambat karena masih adanya zat kekbalan yang berasal dari darah ibu
(Satgas IDAI,2008).
Urutan pemberian jenis imunisasi, berapa kali harus diberikan serta
jumlah dosis yang dipakai juga sudah ditentukan sesuai dengan
kebutuhann tubuh bayi. Untuk jenis imunisasi yang harus diberikan lebih
dari sekali juga harus diperhatikan rentang wajtiu antara satu pemberian
dengan pemberian berikutnya.
g. Cara dan pemberian waktu imunisasi
Berikut ini adalah cara pemberian dan waktu yang tepat untuk
pemberian imunisasi
Tabel 2.1 Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan
Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000, hlm 40)
Vaksin
BCG
Dosis
0,05 cc
DPT
Polio
Campak
0,5 cc
2 tetes
0,5 cc
Cara pemberian
Intrakutan tepat di insersio
mukulus
deltoideus kanan
Intramuskular
Diteteskan kemulut
Subkutan, biasanya dilengan kiri atas
Hepatitis B
0,5 cc
Intramuskular pada paha bagian luar
TT
0,5 cc
Intramuskular dalam biasa di muskulus
deltoideus
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Tabel 2.2 Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar
Vaksin
Pemberian
imunisasi
1 kali
3 kali
4 kali
1 kali
3 kali
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis
B
Selang waktu
pemberian
4 minggu
4 minggu
4 minggu
4 minggu
Umur
pemberian
0-11 bulan
2-11 bulan
0-11 bulan
9-11 bulan
0-11 bulan
Keterangan
Untuk bayi
yang lahir di
RS/Puskesmas,
hepatitis B,
BCG, dan polio
dapat diberikan
segera
Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan
menggunakan Vaksin DPT/HB Kombo
UMUR
VAKSIN
Bayi lahir di rumah
0 bulan
HB 1
1 bulan
BCG, Polio 1
2 bulan
DPT/HB Kombo 1, polio 2
3 bulan
DPT/HB Kombo 2, polio 3
4 bulan
DPT/HB kombo 3, Polio 4
9 bulan
Campak
Bayi lahir di RS/RB/Bidan Praktekan
0 bulan
HB 1, Polio, BCG
2 bulan
DPT/HB Kombo 1, Polio 2
3 bulan
4 bulan
9 bulan
DPT/HB Kombo 2, Polio 3
DPT/HB Kombo 3, Polio 4
Campak
TEMPAT
Rumah
Posyandu *
Posyandu *
Posyandu *
Posyandu *
Posyandu *
RS/RB/BIDAN
RS/RB/BIDAN #
RS/RB/BIDAN #
RS/RB/BIDAN #
RS/RB/BIDAN #
Keterangan:
*: Atau tempat pelayanan lain
#: Atau posyandu
h. Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak di atas usia 1 tahun atau
lebih populer dengan sebutan anak dibawah lima tahun. Balita merupakan
singkatan bawah lima tahun, salah satu periode usia manusia dengan
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
rentan usia 2 hingga 5 tahun, ada juga yang menyebutkan dengan periode
usia prasekolah (Muaris, 2006)
Klasifikasi menurut Lewer GH (1996) membagi tahap perkembangan
untuk anak mulai balita :
a. Usia bayi (0-1 tahun)
b. Usia bermain toddler (1-3 tahun)
c. Usia pra sekolah (3-5 tahun)
2. Pengetahuan
a. Pengertian
pengetahuan segala yang diketahui berkaitan dengan proses
pembelajaran dan dipengaruhi faktor dari dalam seperti motifasi dan
faktor dari luar berupa saranan informasi yang tersedia serta keadaan
sosial
budaya
(Poerwadaminto,
2002).
Sementara
itu
menurut
Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pennginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
dipengaruhi dari mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran).
b. Kategori pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori,
yaitu:
1)
Baik : bila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari
seluruh pertanyaan.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2)
Cukup : bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari
seluruh pertanyaan.
3)
Kurang : bila subyek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari
seluruh pertanyaan.
c. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) dibagi menjadi 6
domain meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Tahu (know) sebagai mengingatkan suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
Termasuk
kedalam
pengetahuan
tingkat
ini
dalah
mengingatkan kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Memahami
(comprehension) Kemampuan menjelaskan dengan benar mengenai obyek
yang telah diketahui dan dapat meninterprestasikan materi tersebut
dengan benar. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi rill
(sebenarnya). Analisis (Analysis) artinya suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen,
tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, masih ada kaitannya satu
sama lain. Sintesis (Sintesis) artinya menunjukan suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Evaluasi (Evaluation) artinya berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justufikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut:
1)
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut mendapat
informasi.
2)
Informasi/media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar bagi setiap orang.
3)
Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi dilakukan oleh orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau buruk. Demikian
seseorang
akan
bertambah
pengetahuannya
walaupun
tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
ketersediaan fasilitas yang diperlukan dalam kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4)
Lingkungan
Lingkungan
berpengaruh
terhadap
proses
masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut.
5)
Pengalaman
Pengalaman
merupakan
sumber
pengetahuan,
atau
pengalaman itu suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal
ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa lalu.
6)
Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
3. Sikap
a. Pengertian sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulasi atau obyek (Notoatmodjo, 2007). Manifestasi
sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif
tertentu (Walgito, 2003).
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Menurut Gerungan (1996) dikutip oleh Sunaryo (2002), attitude
diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan
sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oelh
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi.
b. Komponen sikap
Menurut Aswar (2011) sikap terdiri dari 3 komponen yang saling
menunjang yaitu:
1) Komponen kognitif, representasi yang dipercayai individu pemilik
sikap,komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu
mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama
apablila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.
2) Komponen afektif, perasaan yang menyangkut aspek emosional.
3) Komponen koratif, aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
sikap yang dimiliki oleh seseorang.
c. Tingkatan Sikap
Menurut
Notoatmodjo
(2007)
Berbagai
tingkatan
dalam
pembentukan sikap yaitu :
1) Menerima (receiving)
Menerima,
diartikan
bahwa
orang
(subjek)
mau
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
tugas yang diberikan, lepas pekerjakan itu benar atau salah adalah
berarti orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah-masalah adalah suatu
indikasi tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
d. Ciri-Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Purwanto, 1998: 63):
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan dalam hubungan.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang bila terdapat keadaan dan syarat tertentu
yang mempermudah sikap orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
e. Teori sikap
1) Kognitif Disonasi Kognitif Festinger(Festinger,1957)
Kognitif adalah suatu pengetahuan, opini atau apa yang
dipercaya orang menganai lingkungan, mengenai diri sendir dan atau
perilaku. Jadi kognitif mempunyai tiga unsur yaitu kepercayaan, sikap,
dan perilaku. Dan apabila terjadi konflik (inkosistensi) diantara
kognisi maka akan terjadi disonasi.
Disonasi kognitif adalah suatu keadaan psikologi yang tidak
menyenangkan yang timbul ketika dalam diri manusia terjadi konflik
dua unsur kognisi (Brehm dan Kassin, 1990). Penyebab utama yang
menyebabkan terjadinya inkonsistensi yaitu Inkonsistensi logis,
Norma dan Budaya, Pendapatan yang inkonsistensi dengan perbuatan
dan Pengalaman masa lalu.
Festinger
membuat
hipotesis
“Adanya
disonansi
yang
menimbulkan ketidakenakan psikologis akan memotivasi seseorang
untuk mecoba mengurangi disonansi tersebut dalam mencapai
konsonansi”.
Ada 3 cara mengurangi disonansi:
a)
Mengubah unsur kognitif yang berupa perilaku
b)
Mengubah unsur kognitif dari lingkungan
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c)
Menambahkan unsur kognitif yang baru
2) Teori Konsistensi Afektif-Kognitif (Rosenberg)
Manusia
mempunyai
kebutuhan
untuk
mencapai
dan
memelihara konsistensi afektif, konsep teori ini adalah apa yang
terjadi dalam diri individu seawktu terjadi perubahan sikap. Aspek
yang penting untuk memahami sikap dan perilaku manusia adalah
pengungkapan assessment dan pengukuran (measurement) sikap.
Dalam sikap tergantung preferensi atau rasa suka tak suka terhadap
sesuatu sebagai obyek sikap.
f. Pengukuran sikap
Pengukuran sikap model Likert
Dalam
skala
likert,
item
ada
yang
bersifat
favorable
(baik/positif/tidak mendukung) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya
yang bersifat unfavorable (tidak baik/regatif) terhadap masalah yang
diteliti. Jumlah item yang positifmaupun yang negatif sebaiknya harus
seimbang atau sama (Machfoedz, 2007).
Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pertanyaan yang
masuk dalam kategori skala likert adalah sebagi berikut:
Alternatif penilaian terhadap item positif:
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
4
3
2
1
Alternatif penilaian terhadap item yang negatif
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
1
2
3
4
Gambar 2.1
Hidayat, 2007
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Skala likert makin tinggi skor yanng diperoleh oleh seseorang,
merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif terhadap
objek sikap,demikian sebaliknya (Zuriah, 2003).
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Menurut
Azwar
(2007) faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pembentukan sikap antara lain:
1) Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen yang ikut mempengaruhi sikap kita.
3) Pengaruh kebudayaan
Dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita.
4) Media massa
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut, media
masa sebagai sarana komunikasi yang mempengaruhi pengaruh besar
pembentukan opini dan kepercayaan.
5) Lembaga pendidikan dan agama
Lembaga pendidikan serta agama sebgai suatu sistem
mempunyai
pengaruh
dalam
pembentukan
sikap
dikarenakan
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam
individu.
6) Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk
sikap merupakan kenyataan yang didasarkan oleh emosi yang bertugas
sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. (Aswar, 2000).
4. Tenaga Kesehatan
a. Pengertian
Pengertian SDM hubungannya dengan kesehatan yang tertuang dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004 disebutkan bahwa tenaga
kesehatan sebagai orang bekerja secara aktif dan profesional dibidang
kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan (Depkes 2004).
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan
profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Ali, 2005)
Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan merupakan pokok
dari subsistem SDM kesehatan, yaitu tatanam yang menghimpun sebagai
upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Ali,
2005).
b. Peran tenaga kesehatan dibidang Pelayanan Posyandu
Menurut Soekanto (2002) peran adalah segala sesuatu oleh seseorang atau
kelompok orang dalam melakukan suatu kegiatan karena kedudukan yang
dimilikinya.
Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial
tertentu agar memenuhi harapan (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan
adalah suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
c. Peran kader sebagai tenaga pelayanan posyandu
Peran adalah suatu rangkain yang teratur yang ditimbulkan karena
suatu jabatan. Peran kader posyandu adalah yaitu melaksanakan tugas
program pos pelayanan terpadu yang menjadi tanggungjawabnya.
Untuk menilai peran kader pasyandu menurut Djaimal (2002) adalah
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan Tugas
Kader posyandu sebagai pelaksanaan tugas program pos pelayanan
terpadu. Seorang kader posyandu harus dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik, karena itu diperlukan pengetahuan baik yang mendukung
pelaksanaan tugas tersebut.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2) Tanggung jawab
Kader posyandu bertanggungjawab terhadapa jalannya program
posyandu dan memberikan pelayanan kepada masyarakat desa.
3) Sikap
Persepsi kader terhadap tugasnya. Sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu.
Sikap
akan
menenentukan
perilaku
kader
dalam
melaksanakan tugasnya.
4) Perilaku
Tindakan atau praktek kader dalam melaksanakan tugasnya sebagai
kader posyandu. Perilaku adalah semua kegiatan/aktifitas yang diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar.
d. Peran Bidan sebagai Tenaga Pelayanan Posyandu
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan bidan yang telah berlaku, dicacat (registrasi), diberi izin secara
sah untuk menjalankan praktek (Nazariah, 2009).
Menurut Estiwidani. D, dkk (2008) peran, fungsi bidan dalam
pelayanan kebidanan adalah sebagai: pelaksana, pengelola, pendidik dan
penelti. Sedangkan tanggungjawab bidan meliputi pelayanan konseling,
pelayanan kebidanan normal, pelayanan kebidanan abnormal, pelayanan
kebidanan pada anak, pelayanan KB, dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Sedemikian kompleknya peran, fungsi, dan tanggunga jawab
seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kebidanan yang tebaik dan profesional kepada masyarakat maka untuk
keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan landasan yang
kuat berupa kompetensi bidan.
5. Waktu Tempuh
a. Pengertian
Kehidupan dalam suatu lingkungan mutlak adanya interaksi sosial
hubungan antara dua atau lebih individu yang saling mempengaruhi
lingkungan rumah dan masyarakat dimana individu melakukan interaksi
sosial merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kelengkapan imunisasi
dasar seperti jarak pelayanan kesehatan (Panjaitan, 2003).
b. Jarak tempuh ke pelayanan kesehatan
Jarak adalah angka yang menunjukan seberapa jauh suatu benda
berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam
pengerian sehari-hari, jarak bisa berupa estimasi jarak fisik dari dua buah
posisiberdasarkan kriteria tertentu (Anonim, 2010). Yang dimaksud jarak
dalam penelitian ini adalah ukuran jauh dekatnya dari rumah atau tempat
tinggal ke Posyandu dimana adanya kegiatan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di wilayahnya. Menurut Departemen Pendidikan Nasioanl
(2002) dalam Khalimah (2007) jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh)
antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat
Posyandu. Menurut Effendy (1997) dalam Khalimah (2007), letak
posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh
masyarakt, ditentukan lokal sendiri, atau dapat dilaksanakan dirumah
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
penduduk, balai rakyat, pos rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW)
atau pos lainnya. Hal ini agar jarak Posyandu tidak terlalu jauh sehingga
tidak menyulitkan masyarakat untuk menimbang anaknya.
Dari beberapa hasil penelitian, bahwa faktor jarak ternyata
memberikan kontribusi terhadap sesorang dalam melalukan suatu
tindakan, seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian Sambas (2002)
bahwa responden yang jarak tempuhnya dekat dari rumah ke
Posyanduberpeluang baik untuk berkunjung ke Posnyandu dibandingkan
yang jarak tempuh jauh. Jarak tempuh penerima pelayanan menjadi salah
satu pertimbangan untuk mencari fasilitas pelayanan kesehatan karena
selain melibatkan waktu tempuh ke fasilitas tersebut, juga melibatkan
transportasi dan biaya yang dibutuhkan. Pertimbangan tersebut akan
menjadi sangat diperhitungkan apabila tempat pelayanan kesehatan yang
ada berada sangat jauh dati akses pelayanan kesehatan dengan tingakt
perekonomian penduduk yang rendah (Maryati, 2010).
c. Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan
Besaran yang menunjukan lamanya suatu peristiwa berlangsung.
Waktu termasuk besaran skala. Satuan waktu anatara lain detik, menit,
jam dn hari. Alat yang digunakan untuk mengukur satuan waktu adalah
arloji, stopwatch (Sarwono, 2007). Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai
fasilitas
pelayanan
kesehatan
mempengaruhi
keinginan
seseorang untuk mencari dan mencapai fasilitas pelayanan kesehatan,
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
tidak hanya karena lamanya waktu yang dibutuhkan tetapi karena
transportasi dan biaya yang dibutuhkan (Maryanti, 2010).
d. Sarana dan fasilitas kesehatan
Menurut penelitian Hutagalung (1992) menunjukan bahwa persepsi
ibu terhadap kelengkapan Posyandu dengan perilaku menimbangkan
anaknya ke Posyandu mempunyai hubungan yang bermakna, yang berarti
semakin lengkap kelengkapan Posyandu maka semakin sering ibu
menimbangkan anaknya ke Posyandu.
Hasil penelitian tentang kelengkapan sarana, fasilitas dan kegiatan
Posyandu dibuktikan oleh penelitian yang berkesimpulan bahwa semakin
lengkap sarana yang digunakan di Posyandu, semakin sering ibu
menimbangkan anaknya di Posyandu (Sihol H, 1992).
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
B. Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori
dalam penelitianini adalah sebagai berikut :
Faktor Predisposisi:
-pengetahuan
Pelayanan
kesehatan
(keaktifan kader)
Pendidikan
Motif
Sikap
pengalaman
faktor pemungkin:
fasilitas posyandu
Waktu tempuh
Kelengkapan
imunisasi
pekerjaan
Tenaga kesehatan
pendapatan/
penghasilan
Faktorpenguat :
Pengalaman
Keturunan
Dukungan keluarga
Keterangan
Yang diteliti
Tidak diteliti
Gambar 2.1 (sumber modifikasi Lawrance Green dan Hendrik L. Blum dalam
suparyanto 2011, Notoatmodjo 2007)
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
C. Kerangka Konsep
pengetahuan
Kelengkapan
imunisasi
sikap
Waktu tempuh
Tenaga kesehatan
Keterangan
Independen (bebas)
Dependen (terikat)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis penelitian
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kelengkapan imunisasi pada
balita di posyandu Desa Karang Bawang kecamatan Rembang
2. Ada hubungan antara sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi pada balita di
posyandu Desa Karang Bawang Kecamatan Rembang
3. Ada hubungan antara tenaga kesehatan terhadap kelengkapan imunisasi pada
balita di posyandu Desa Karang Bawang Kecamatan Rembang.
4. Ada hubungan antara waktu tempuh terhadap kelengkapan imunisasi pada
balita di posyandu Desa Karang Bawang Kecamatan Rembang.
Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Download