BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Imunisasi a. Pengertian Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mecapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. (Depkes RI,2005). Sedangkan menurut (Ranuh dkk, 2001) imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar antigen yang serupa tidak pernah terjadi penyakit. Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu (Theophilus, 2007), sedangkan yang dimaksud vaksin adalah obat yang diberikan untuk membantu mencegah penyakit serta membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi berfungsi melindungi tubuh (Theopahilus, 2007). Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa (Indriarti, 2008). Imunisasi merupakan rekasi antara antigen dan antibodi- antibodi, yang dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut sebagai antigen) (Riyadi, 2009). 16 Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 b. Syarat-syarat pemberian imunisasi Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang sehat. Berikut ini keadaan tidak boleh memperoleh imuisasi yaitu : anak sakit keras, keadaan fisik lemah, dalam masa tunas suatu penyakit, sedang mendapat pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau obat imunisupresif lainnya (terutama vaksin hidup) karena tubuh mampu membentuk zat anti yang cukup banyak (Huliana, 2003). Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu: diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan dilemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang telah diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imuisasi serta memberikan informed concent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek samping atau kejadian pasca imunisasi yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 c. Jenis Imunisasi Ada dua jenis klasifikasi imunisasi, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif (Sukarmin, 2009) Imunisasi aktif Merupakan imunisasi dengan cara menyuntikan antigen ke dalam tubuh anak sendari yang membuat zat antibody yang akan bertambah bertahun-tahun. imunisasi aktif akan bertahan lama dibandingkan dengan imunisasi pasif. Imunisasi pasif Disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkan dari ibu saat dalam kandungan. 1) Jenis-Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Dalam Program Imunisasi a) Vaksin BCG (Bacilius Calmette Guerine) Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang lebih luas, Departemen Kesehatan Menganjurkan pemberian BCG pada umur antara 0-12 bulan. Pada pemberian imunisasi BCG akan menimbulkan reaksi: reaksi lokal, 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada area penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah membentuk luka terbuka (ulkus). Luka Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meningkatkan jaringan parut yang disebut scar. Reaksi regional pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa disertai nyteri tekan maupun demam yang akan menghilangkan dalam waktu 3-6 bulan. b) Hepatitis B Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan memalui transmisi maternal dari ibu pada bayinya. Pemberian kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar- benar pulih efek samping dari pemberian vaksin HB adalah efek lokal nyeri pada tempat suntikan, demam ringan,lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan, yang akan hilang dalam beberapa hari. c) DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus) Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. DPT sering menyebabkan efeksamping yang ringan seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari efek samping terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan DPT menyebabkan komplikasinya demam tinggi (lebih 40,50C), kejang, kejang demam, syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 meberikan respon). Jika anak mempunyai riwayat kejang. Pemberian imunisasi diberikan adalah DT, yang hanya dapat diperoleh di puskesmas (kombinasi toksoid difteri dan tetanus (DT) mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertusis (Ranuh, dkk, 2005) d) Polio Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program pengembangan imunisasi (PPI) sebagai mendapatkan cakupan yang tinggi. tambahan untuk Kontraindikasipemberian vaksin polio : diare, gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid). e) Campak Rutin dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam, pada umur 9 bulan. Kontraindikasi pemberian adalah infeksi akut yang disertai demam lebih dari 380C, gangguan sistem kekebalan, alergi terhadap protein telur. 2) Vaksin Kombinasi/Kombo Vaksin kombinasi adalah gabungan beberapa antigen tunggal satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda. Misalnya Vaksin kombinasi DPT/Hb adalah gabungan antigenantigen D-P-T dengan antigen Hb untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus,dan Hb (Depkes RI, 2008). Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Alasan utama pembuatan vaksi kombinasi adalah: a) Kemasan vaksin kombinasi lebih praktis dibandingkan dengan vaksin monovalen, sehingga mempermudah pemberian maka dapat lebih meningkatkan cakupan imunisasi. b) Mengurang ferkuensi kunjungan ke fasilitas kesehatan sehingga mengurangi biaya pengobatan. c) Mengurangi biaya pengadaan vaksin. d) Memudahkan penambahan vaksin baru ke dalam program imunisasi yang telah ada. e) Untuk mengejar imunisai yang terlambat. f) Biaya lebih murah. d. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Menurut Suparyanto (2011), faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar adalah: 1) Pendidikan pengaruh tingkat pendidikan terhadap penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Bahwa penggunaan posyandu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dapat membuat orang menjadi berpandangan lebih luas berfikir dan bertindak secara rasional sehingga latar belakang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan (Notoadmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan Wardana (2002) menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan rendah, maka Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 status imunisasi anaknya cenderung tidak lengkap dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Danuri (2005) tentang hubungan karakteristik,pengetahuan dan sikap ibu batita dengan kelengkapan status imunisasi di Desa Ambowetan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kelengkapan status imunisasi (p= 0,008). 2) Pendapatan atau pengasilan Tingkat pendapatan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan. Semakin rendah pendapatan keluarga semakin tidak mampu lagi ibu dalam membelanjakan bahan makanan yang lebih baik dalam kualitas maupun kuantitasnya, sebagai ketersediaan pangan di tingkat keluarga tidak mencukupi (Syamsul, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Mardani (2008) tentang beberapa faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar di kecamatan kretek kabupaten bantul propinsi daerah istimewa yogyakarta ditemukan hasil terdapat 8 faktor yang mempengaruhi kaitan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi, yaitu kondisi bayi, jumlah anak balita yang diasuh, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendidikan formal ibu/suami, tingkat pengahasilan, penyuluhan imunisasi dan jarak ketempat pelayanan imunisasi. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 3) Pengetahuan Terbatasnya pengetahuan ibu tentang imunisasi bayi ini mengenai manfaat dan tujuan imunisasi maumpun dampak yang akan terjadi jika dilaksanakan Imunisasi bayi akan mempengaruhi kesehatan bayi. Hal ini sesuai dengan teori dan pendorong. Dalam pendorong dengan mengimunisasi bayinya, salah satunya dalah pengetahuan dimana pengetahuan tersebut ditemukan dalam media elektronik (TV, Radio), media massa (Koran majalah). Pengetahuan adalah segala seseuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran dan dipengaruhi faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Poerwadarminta, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Amplas (2003) menunjukan bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita. Penelitian yang dilakukan oleh Akmar Azmi (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan masyarakat di masa yang akan datang semakin besar kesadaran untuk melaksanakan imunisasi dan secara tepat ibu tersebut menerima informasi dan dapat mengambil keputusan untuk kesehatan bayinya terutama untuk melaksanakan imunisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari, Fakhiyah (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan pemberian imunisasi dasar di posyandu wilayah puskesmas Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 kedunggalar dengan hasil menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang makin mudah untuk menerima informasi tetapi sebaliknya dengan pengetahuan yang rendah akan menghambat untuk menerima informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Karina dan Warsito (2012) mengenai pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar balita dengan hasil ibu yang memiliki pengetahuan baik sebesar 62,5% dan yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 37,5% menunjukan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan baik tentang imunisasi dasar balita, dan diharapkan pengetahuan yang baik ini dapat menunjang status imunisasi yang baik untuk anak. Penelitian yang dilakukan oleh Albertina dan Febriana (2009) tentang kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan faktor-faktor yang berhubungan di poliklinik anak bebrapa rumah sakit dijakarta dan sekitar pada bulan maret 2008 dengan hasil kelengkapan imunisasi dasar anak balita di tempat penelitian 61%, faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi ialah pengetahuan orangtua. 4) Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-sehari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang tebuka (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian Zakiyah (2007) tentang hubungan pengetahuan, sikap ibu tentang imunisasi dan dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi DPT pada bayi umur 6-11 bulan di desa taman gede kecamatan gemuh kabupaten kendal, menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu tentang imunisasi dengan kelengkapan imunisasi DPT pada bayi umur 6-11 bulan. 5) Motif Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri sesorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan (Suparyanto, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2008) faktorfaktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Banyudono Kabupaten boyolali, hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi, memiliki pengaruh signifikan terhadap kelengkapan imunisasi. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 6) Pengalaman Sesuai dengan kategori hidonisme (Bahasa Yunani) berarti kesukaran, kesenangan, atau kenikmatan. Dalam hal ini semua orang akan mengindari hal-hal yang sulit dan mengusahakan atau mengandung resiko berat. Jika kegiatan imunisasi tetap berjalan dengan baik misalnya, bayi menangis saat menunggu giliran yang lama, tubuh menjadi panas setelah diimunisasi. Hal ini dapat mempengaruhi ibu untuk mengimunisasikan bayinya (Suparyanto, 2011). 7) Pekerjaan Teori kebutuhan (teori Maslow) mengemukakan nilainya 5 tingkat kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkat ilmiah yang kemudian dijadikan pengertian guna dalam mempelajari motivasi manusia. Kelima tingkatan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, kebutuhan aktivitas diri ibu yang mempunyai pekerjaan itu demi mencukupi kebutuhan keluarga (kebutuhan pertama) akan mempengaruhi kegiatan imunisasi yang termasuk kebutuhan rasa aman dan perlindungan sehingga ibu lebih mengutamakan pekerjaan dari pada mengantarkan bayinya untuk imunisasi (Suparyanto, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Ali (2005) menunjukan tidak ada perbedaan pengetahuan tentang imunisasi antara ibu bekerja dan Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 ibu tidak bekerja, namun perbedaan ini bermakna pada sikap dan perillaku. 8) Dukungan Keluarga Teori lingkungan kebudayaan dimana orang belajar banyak dari lingkungan kebudayaan sekitarnya. Pengaruh keluarga terhadap pembentukan sikap sangat besar karena keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan anggota keluarga yang lain. Jika sikap keluarga terhadap imunisasi kurang begitu respon dan bersikap tidak menghiraukan atau bahkan pelaksanaan kegiatan imunisasi maka pelaksanan imunisasi tidak akan dilakukan oleh ibu bayi karena tidak ada dukungan oleh keluarga (Suparyanto, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Dimicco dan Dashiff (2004) dukungan paling bermakna dirasakan dari ibu dan kedua dari ayah si bayi. Jadi sangat berbeda dengan sistem dukungan di Indonesia khususnya kota depok dimana sebagian besar ibu menyatakan yang paling bermakna adalah darin suami. 9) Fasilitas Posyandu Fasilitas merupakan suatu saran untuk melancarkan pelaksanaan fungsi (Suparyanto, 2011). 10) Lingkungan Kehidupan dalam suatu linngkungan mutlak adanya interaksi sosial hubungan antara dua atau lebih individu yang salinng mempengaruhi lingkungan rumah dan masyarakat dimana individu melakukan interaksi sosial merupakan faktor yang dapat Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar seperti jarak pelayanan kesehatan, tempat pelayanan imunisasi, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang menunjang pelayanan imunisasi dasar (Panjaitan, 2003) Penelitian yang dilakukan oleh Adisti (2009) yang menunjukan adanya hubungan antara lingkungan dengan kelengkapan imunisasi pada bayi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dengan lingkungan yang positif akan berdampak positif juga terhadap kelengkapan imunisasi di suatu daerah. Begitu pula sebaliknya. Nilai p-value 0,001 (p=0,05). 11) Tenaga kesehatan Petugas kesehatan berupaya dan bertanggung jawab, memberikan pelayanan kesehatan pada individu dan masyarakat yang provesional akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Sehingga diharapkan ibu mau mengimunisasi bayinya dengan meberikan atau menjelaskan pentingnya imunisasi (Suparyanto,2011). Penelitian yang dilakukan oleh Sabariah (2007) melalukan survei terhadap ibu-ibu bayi usia 0-12 bulan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi menyebutkan bahwa penerimaan ibu terhadap imunisasi bayi dipengruhi oleh tingkat pengetahuan, waktu tempuh dan pelayanan petugas imunisasi. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Menurut lawrence green dalam Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor prilaku dan faktor-faktor diluar perilaku. Faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok: a) Faktor predisposisi (Predisposing faktor) Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingakat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. b) Faktor penguat (Reinforcing factors) Faktor mencakup ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan. c) Faktor penguat (Reinforcing factors) Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Konsep Blum yang menjelaskan bahwa derajat kesehatan di pengaruhi oleh 3 yakni lingkungan, pelayanan kesehatan, keturnan (hereditas). e. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31) DepKes (2000) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, pioliomielitis, campak, dan hepatitis. Berikut ini akan diuraiakan tujuh pernyakit tersebut satu persatu. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 1) Tuberkulosis Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang masyarakat dengan kelas sosial ekonomi rendah karena umumnya masyarakat ini mengalami gangguan nutrisi sehingga daya tahan tubuh rendah dan tinggal di pemukiman yang padat dan tidak sehat sehingga mudah terjadi penularan penyakit. Apabila sorang anak terkena tuberkulosis,organ tubuh yang akan terkena dalah paru-paru, kelenjar, kulit, tulang, sendi, dan selaput otak. Cara penularannya adalah melalui droplet atau percikan air ludah, sedangkan reservoar adalah manusia. Imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG. Ada kesulitan unmtuk menilai dampak BCG terhadap angka kejadian tuberkulosis karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti pemukiman yang padat tidak sehat dan banyaknya sumber penularan dimasyarakat yang tidak mendapat pengobatan dengan tepat. dampak vaksinasi BCG lebih ringan sehingga menurunkan angka kematian atau kecacatan. 2) Difteri Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Corynebacterium dyptheriae tipe gravis, milis, dan intermedius, yang menular melalui percikan lidah yang tercemar. Anak yang terkena difteri akan menunjukan gejala ringan sampai berat. Gejala ringan dapat berupa membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi obstruksi jalan nafas karena mengenai laring, saluran nafas bagian Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 atas, tonsil, dan kelenjar sekitar leher membengkak (bull neck). Kematian dapat terjadi apabila gagal jantung dan obstruksi jalan nafas yang tidak bisa dihindari. Difteri dapat menjadi endemik pada lingkungan masyarakat dengan sosial ekonomi rendah karena banyaknya difteri kulit yang dialami anak-anak dan menular dengan cepat. Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit ini adalah DPT pada anak dibawah satu tahun (imunsiasi dasar) dan DT pada anak kelas 1 dan VI SD (booster). 3) Pertusis Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Bordetelle pertusis dengan penularan melalui droplet. Masyarakat awan mengenalnya dengan istilah batuk rejan atau batuk 100 hari. Bahaya dari pertusis adalah pneumonia yang dapat menimbulkan kematian. Gejala awal batuk pilek, kemudian setelah hari ke-10 batuk bertambah berat dan sering kali disertai muntah. Untuk itu, imunisasi DPT adalah saalah satu cara pencegahan yang dapat dilakukan karena kekebalan dari ibu tidak bersifat proktektif (DepKes, 2000). 4) Tetanus Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Mycobacterium tetani yang berbetuk spora masuk ke dalam luka terbuka, berkembang biak secara anaerobik, dan membentuk toksin. Tetanus yang khas terjadi pada usia anak adalah tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum dapat menimbulkan kematian karena terjadi kejang, sianosis, dan henti Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 napas. Reservoarnya adalah kotoran hewan atau tanah yang terkontaminasi kotoran hewan dan manusia. Gejala awal ditunjukan dengan mulut mencucu dan bayi tidak mau menyusu. Kekebalan pada penyakit ini hanya diperoleh dengan imunisasi atau vaksinasi lengkap karena riwayat penyakit tetanus tidak meyebabkan kekebalan pada anak. Imunisasi yang diberikan tidak hanya DPT pada anak, tetapi juga TT pada calon pengantin (TT caten), TT pada ibu hamil yang diberikan saat antenatal care (ANC), dan DT pada anak sekolah dasar kelas I dan VI. 5) Poliomielitis Sesuai dengan namanya, penyebab infeksi ini adalah virus polio tipe 1,2, dan 3, yang menyerang mielin atau serabut otak. Gejala awal tidak jelas, dapat timbul gelaja demam ringan dan infeksi saluran pernafasan (ISPA), kemudian timbul gejala paralisis flaksid yang mengenai sekelompok serbut otot sehingga timbul kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota badan, saluran napas, dan otot menelan. Penularan manusia yang menderita polio. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dengan menggunakan vaksinasi polio, bahkan dapat eradiaksi dengan cakupan polio 100%. 6) Campak Penyebab penyakit infeksi ini dalam virus morbili yang menular droplet. Gejala awal ditunjukan dengana adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belalakang telinga, dahi, dan menjalar Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 kewajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Seletah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi diberikan pada anak usia 9 bulan dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia 9 bulan. Komplikasi yang harus dicegah adalah otitis media, konjungtivitis berat, enteritis, dan pneumonia, terlebih pada anak dengan status gizi buruk. 7) Hepatitis B Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko secara vertikal, yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horisontal tenaga medis dan paramedis, pecandu narkoba, pasien hemodialisis, pekerja laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupuntur. Gejala yang dapat muncul yaitu khas, seperti anoreksia, mual, dan kadang-kadang ikterik. Sejak tahun 1992, vaksin hepatitis B menjadi bagian dari program di Inidonesia walupun belum merata di semua provinsi dapat menjalankannya karena harga vaksin yang cukup mahal sehingga dilakukan secara bertahap. Imunisasi hepatitis B diberikan pada bayi 0-11 bulan dengan maksud untuk memutus penularan dari ibu ke bayi. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 f. Pedoman pemberi imunisasi Umur yang tepat untuk mendapatkan imunisasi adalah sebelum bayi mendapat infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, berilah imunisasi sedini mungkin segera setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi sebelum bayi berumur 1 tahun. Khusus untuk campak, dimulai segera setelah anak berumur 9 bulan. Pada umur kurang dari 9 bulan, kemungkinan besar pembentukan zat kekebalan tubuh anak dihambat karena masih adanya zat kekbalan yang berasal dari darah ibu (Satgas IDAI,2008). Urutan pemberian jenis imunisasi, berapa kali harus diberikan serta jumlah dosis yang dipakai juga sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhann tubuh bayi. Untuk jenis imunisasi yang harus diberikan lebih dari sekali juga harus diperhatikan rentang wajtiu antara satu pemberian dengan pemberian berikutnya. g. Cara dan pemberian waktu imunisasi Berikut ini adalah cara pemberian dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi Tabel 2.1 Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000, hlm 40) Vaksin BCG Dosis 0,05 cc DPT Polio Campak 0,5 cc 2 tetes 0,5 cc Cara pemberian Intrakutan tepat di insersio mukulus deltoideus kanan Intramuskular Diteteskan kemulut Subkutan, biasanya dilengan kiri atas Hepatitis B 0,5 cc Intramuskular pada paha bagian luar TT 0,5 cc Intramuskular dalam biasa di muskulus deltoideus Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Tabel 2.2 Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar Vaksin Pemberian imunisasi 1 kali 3 kali 4 kali 1 kali 3 kali BCG DPT Polio Campak Hepatitis B Selang waktu pemberian 4 minggu 4 minggu 4 minggu 4 minggu Umur pemberian 0-11 bulan 2-11 bulan 0-11 bulan 9-11 bulan 0-11 bulan Keterangan Untuk bayi yang lahir di RS/Puskesmas, hepatitis B, BCG, dan polio dapat diberikan segera Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan menggunakan Vaksin DPT/HB Kombo UMUR VAKSIN Bayi lahir di rumah 0 bulan HB 1 1 bulan BCG, Polio 1 2 bulan DPT/HB Kombo 1, polio 2 3 bulan DPT/HB Kombo 2, polio 3 4 bulan DPT/HB kombo 3, Polio 4 9 bulan Campak Bayi lahir di RS/RB/Bidan Praktekan 0 bulan HB 1, Polio, BCG 2 bulan DPT/HB Kombo 1, Polio 2 3 bulan 4 bulan 9 bulan DPT/HB Kombo 2, Polio 3 DPT/HB Kombo 3, Polio 4 Campak TEMPAT Rumah Posyandu * Posyandu * Posyandu * Posyandu * Posyandu * RS/RB/BIDAN RS/RB/BIDAN # RS/RB/BIDAN # RS/RB/BIDAN # RS/RB/BIDAN # Keterangan: *: Atau tempat pelayanan lain #: Atau posyandu h. Balita Balita adalah anak yang telah menginjak di atas usia 1 tahun atau lebih populer dengan sebutan anak dibawah lima tahun. Balita merupakan singkatan bawah lima tahun, salah satu periode usia manusia dengan Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 rentan usia 2 hingga 5 tahun, ada juga yang menyebutkan dengan periode usia prasekolah (Muaris, 2006) Klasifikasi menurut Lewer GH (1996) membagi tahap perkembangan untuk anak mulai balita : a. Usia bayi (0-1 tahun) b. Usia bermain toddler (1-3 tahun) c. Usia pra sekolah (3-5 tahun) 2. Pengetahuan a. Pengertian pengetahuan segala yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran dan dipengaruhi faktor dari dalam seperti motifasi dan faktor dari luar berupa saranan informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Poerwadaminto, 2002). Sementara itu menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pennginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia dipengaruhi dari mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran). b. Kategori pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: 1) Baik : bila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 2) Cukup : bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan. 3) Kurang : bila subyek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh pertanyaan. c. Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) dibagi menjadi 6 domain meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tahu (know) sebagai mengingatkan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini dalah mengingatkan kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Memahami (comprehension) Kemampuan menjelaskan dengan benar mengenai obyek yang telah diketahui dan dapat meninterprestasikan materi tersebut dengan benar. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi rill (sebenarnya). Analisis (Analysis) artinya suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, masih ada kaitannya satu sama lain. Sintesis (Sintesis) artinya menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Evaluasi (Evaluation) artinya berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justufikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut mendapat informasi. 2) Informasi/media massa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar bagi setiap orang. 3) Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau buruk. Demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan dalam kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 4) Lingkungan Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. 5) Pengalaman Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. 6) Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. 3. Sikap a. Pengertian sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek (Notoatmodjo, 2007). Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Walgito, 2003). Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Menurut Gerungan (1996) dikutip oleh Sunaryo (2002), attitude diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oelh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi. b. Komponen sikap Menurut Aswar (2011) sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang yaitu: 1) Komponen kognitif, representasi yang dipercayai individu pemilik sikap,komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apablila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial. 2) Komponen afektif, perasaan yang menyangkut aspek emosional. 3) Komponen koratif, aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. c. Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) Berbagai tingkatan dalam pembentukan sikap yaitu : 1) Menerima (receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 tugas yang diberikan, lepas pekerjakan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah-masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. d. Ciri-Ciri Sikap Ciri-ciri sikap menurut Purwanto, 1998: 63): 1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan dalam hubungan. 2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang bila terdapat keadaan dan syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu. 3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. 4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. e. Teori sikap 1) Kognitif Disonasi Kognitif Festinger(Festinger,1957) Kognitif adalah suatu pengetahuan, opini atau apa yang dipercaya orang menganai lingkungan, mengenai diri sendir dan atau perilaku. Jadi kognitif mempunyai tiga unsur yaitu kepercayaan, sikap, dan perilaku. Dan apabila terjadi konflik (inkosistensi) diantara kognisi maka akan terjadi disonasi. Disonasi kognitif adalah suatu keadaan psikologi yang tidak menyenangkan yang timbul ketika dalam diri manusia terjadi konflik dua unsur kognisi (Brehm dan Kassin, 1990). Penyebab utama yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi yaitu Inkonsistensi logis, Norma dan Budaya, Pendapatan yang inkonsistensi dengan perbuatan dan Pengalaman masa lalu. Festinger membuat hipotesis “Adanya disonansi yang menimbulkan ketidakenakan psikologis akan memotivasi seseorang untuk mecoba mengurangi disonansi tersebut dalam mencapai konsonansi”. Ada 3 cara mengurangi disonansi: a) Mengubah unsur kognitif yang berupa perilaku b) Mengubah unsur kognitif dari lingkungan Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 c) Menambahkan unsur kognitif yang baru 2) Teori Konsistensi Afektif-Kognitif (Rosenberg) Manusia mempunyai kebutuhan untuk mencapai dan memelihara konsistensi afektif, konsep teori ini adalah apa yang terjadi dalam diri individu seawktu terjadi perubahan sikap. Aspek yang penting untuk memahami sikap dan perilaku manusia adalah pengungkapan assessment dan pengukuran (measurement) sikap. Dalam sikap tergantung preferensi atau rasa suka tak suka terhadap sesuatu sebagai obyek sikap. f. Pengukuran sikap Pengukuran sikap model Likert Dalam skala likert, item ada yang bersifat favorable (baik/positif/tidak mendukung) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya yang bersifat unfavorable (tidak baik/regatif) terhadap masalah yang diteliti. Jumlah item yang positifmaupun yang negatif sebaiknya harus seimbang atau sama (Machfoedz, 2007). Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pertanyaan yang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagi berikut: Alternatif penilaian terhadap item positif: Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 4 3 2 1 Alternatif penilaian terhadap item yang negatif Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 1 2 3 4 Gambar 2.1 Hidayat, 2007 Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Skala likert makin tinggi skor yanng diperoleh oleh seseorang, merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif terhadap objek sikap,demikian sebaliknya (Zuriah, 2003). g. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Menurut Azwar (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain: 1) Pengalaman pribadi Apa yang telah dan kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen yang ikut mempengaruhi sikap kita. 3) Pengaruh kebudayaan Dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. 4) Media massa Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut, media masa sebagai sarana komunikasi yang mempengaruhi pengaruh besar pembentukan opini dan kepercayaan. 5) Lembaga pendidikan dan agama Lembaga pendidikan serta agama sebgai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu. 6) Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan kenyataan yang didasarkan oleh emosi yang bertugas sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Aswar, 2000). 4. Tenaga Kesehatan a. Pengertian Pengertian SDM hubungannya dengan kesehatan yang tertuang dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004 disebutkan bahwa tenaga kesehatan sebagai orang bekerja secara aktif dan profesional dibidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Depkes 2004). Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Ali, 2005) Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan merupakan pokok dari subsistem SDM kesehatan, yaitu tatanam yang menghimpun sebagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Ali, 2005). b. Peran tenaga kesehatan dibidang Pelayanan Posyandu Menurut Soekanto (2002) peran adalah segala sesuatu oleh seseorang atau kelompok orang dalam melakukan suatu kegiatan karena kedudukan yang dimilikinya. Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan adalah suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. c. Peran kader sebagai tenaga pelayanan posyandu Peran adalah suatu rangkain yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan. Peran kader posyandu adalah yaitu melaksanakan tugas program pos pelayanan terpadu yang menjadi tanggungjawabnya. Untuk menilai peran kader pasyandu menurut Djaimal (2002) adalah sebagai berikut: 1) Pelaksanaan Tugas Kader posyandu sebagai pelaksanaan tugas program pos pelayanan terpadu. Seorang kader posyandu harus dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, karena itu diperlukan pengetahuan baik yang mendukung pelaksanaan tugas tersebut. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 2) Tanggung jawab Kader posyandu bertanggungjawab terhadapa jalannya program posyandu dan memberikan pelayanan kepada masyarakat desa. 3) Sikap Persepsi kader terhadap tugasnya. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap akan menenentukan perilaku kader dalam melaksanakan tugasnya. 4) Perilaku Tindakan atau praktek kader dalam melaksanakan tugasnya sebagai kader posyandu. Perilaku adalah semua kegiatan/aktifitas yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar. d. Peran Bidan sebagai Tenaga Pelayanan Posyandu Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah berlaku, dicacat (registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek (Nazariah, 2009). Menurut Estiwidani. D, dkk (2008) peran, fungsi bidan dalam pelayanan kebidanan adalah sebagai: pelaksana, pengelola, pendidik dan penelti. Sedangkan tanggungjawab bidan meliputi pelayanan konseling, pelayanan kebidanan normal, pelayanan kebidanan abnormal, pelayanan kebidanan pada anak, pelayanan KB, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Sedemikian kompleknya peran, fungsi, dan tanggunga jawab seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 kebidanan yang tebaik dan profesional kepada masyarakat maka untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan landasan yang kuat berupa kompetensi bidan. 5. Waktu Tempuh a. Pengertian Kehidupan dalam suatu lingkungan mutlak adanya interaksi sosial hubungan antara dua atau lebih individu yang saling mempengaruhi lingkungan rumah dan masyarakat dimana individu melakukan interaksi sosial merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar seperti jarak pelayanan kesehatan (Panjaitan, 2003). b. Jarak tempuh ke pelayanan kesehatan Jarak adalah angka yang menunjukan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam pengerian sehari-hari, jarak bisa berupa estimasi jarak fisik dari dua buah posisiberdasarkan kriteria tertentu (Anonim, 2010). Yang dimaksud jarak dalam penelitian ini adalah ukuran jauh dekatnya dari rumah atau tempat tinggal ke Posyandu dimana adanya kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya. Menurut Departemen Pendidikan Nasioanl (2002) dalam Khalimah (2007) jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat Posyandu. Menurut Effendy (1997) dalam Khalimah (2007), letak posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakt, ditentukan lokal sendiri, atau dapat dilaksanakan dirumah Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 penduduk, balai rakyat, pos rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW) atau pos lainnya. Hal ini agar jarak Posyandu tidak terlalu jauh sehingga tidak menyulitkan masyarakat untuk menimbang anaknya. Dari beberapa hasil penelitian, bahwa faktor jarak ternyata memberikan kontribusi terhadap sesorang dalam melalukan suatu tindakan, seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian Sambas (2002) bahwa responden yang jarak tempuhnya dekat dari rumah ke Posyanduberpeluang baik untuk berkunjung ke Posnyandu dibandingkan yang jarak tempuh jauh. Jarak tempuh penerima pelayanan menjadi salah satu pertimbangan untuk mencari fasilitas pelayanan kesehatan karena selain melibatkan waktu tempuh ke fasilitas tersebut, juga melibatkan transportasi dan biaya yang dibutuhkan. Pertimbangan tersebut akan menjadi sangat diperhitungkan apabila tempat pelayanan kesehatan yang ada berada sangat jauh dati akses pelayanan kesehatan dengan tingakt perekonomian penduduk yang rendah (Maryati, 2010). c. Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Besaran yang menunjukan lamanya suatu peristiwa berlangsung. Waktu termasuk besaran skala. Satuan waktu anatara lain detik, menit, jam dn hari. Alat yang digunakan untuk mengukur satuan waktu adalah arloji, stopwatch (Sarwono, 2007). Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fasilitas pelayanan kesehatan mempengaruhi keinginan seseorang untuk mencari dan mencapai fasilitas pelayanan kesehatan, Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 tidak hanya karena lamanya waktu yang dibutuhkan tetapi karena transportasi dan biaya yang dibutuhkan (Maryanti, 2010). d. Sarana dan fasilitas kesehatan Menurut penelitian Hutagalung (1992) menunjukan bahwa persepsi ibu terhadap kelengkapan Posyandu dengan perilaku menimbangkan anaknya ke Posyandu mempunyai hubungan yang bermakna, yang berarti semakin lengkap kelengkapan Posyandu maka semakin sering ibu menimbangkan anaknya ke Posyandu. Hasil penelitian tentang kelengkapan sarana, fasilitas dan kegiatan Posyandu dibuktikan oleh penelitian yang berkesimpulan bahwa semakin lengkap sarana yang digunakan di Posyandu, semakin sering ibu menimbangkan anaknya di Posyandu (Sihol H, 1992). Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 B. Kerangka Teori Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori dalam penelitianini adalah sebagai berikut : Faktor Predisposisi: -pengetahuan Pelayanan kesehatan (keaktifan kader) Pendidikan Motif Sikap pengalaman faktor pemungkin: fasilitas posyandu Waktu tempuh Kelengkapan imunisasi pekerjaan Tenaga kesehatan pendapatan/ penghasilan Faktorpenguat : Pengalaman Keturunan Dukungan keluarga Keterangan Yang diteliti Tidak diteliti Gambar 2.1 (sumber modifikasi Lawrance Green dan Hendrik L. Blum dalam suparyanto 2011, Notoatmodjo 2007) Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 C. Kerangka Konsep pengetahuan Kelengkapan imunisasi sikap Waktu tempuh Tenaga kesehatan Keterangan Independen (bebas) Dependen (terikat) Gambar 2.2 Kerangka Konsep D. Hipotesis penelitian 1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kelengkapan imunisasi pada balita di posyandu Desa Karang Bawang kecamatan Rembang 2. Ada hubungan antara sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi pada balita di posyandu Desa Karang Bawang Kecamatan Rembang 3. Ada hubungan antara tenaga kesehatan terhadap kelengkapan imunisasi pada balita di posyandu Desa Karang Bawang Kecamatan Rembang. 4. Ada hubungan antara waktu tempuh terhadap kelengkapan imunisasi pada balita di posyandu Desa Karang Bawang Kecamatan Rembang. Faktor-Faktor yang..., Pipit Astini, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014