HUBUNGAN MOTIVASI IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KUPANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Oleh WINDA LESTARI NIM. 030216A184 PROGRAMSTUDI DIVKEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017 HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN MOTIVASI IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KUPANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG Disusun oleh : WINDA LESTARI NIM. 030216A184 PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk diujikan. Ungaran, September 2017 Pembimbing Utama Sri Wahyuni, S.KM., M.Kes NIDN. 0613007502 HUBUNGAN MOTIVASI IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KUPANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMBARAWA Winda Lestari 1), Sri Wahyuni 2), Chichik Nirmasari 3) 1,3) Program Studi DIV Kebidanan, 2)Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo Email: [email protected] ABSTRACT: Exclusive Asi is very important for infants aged 0-6 months because all the nutrient content is in breast milk that is useful to build and provide energy in the arrangement given, there is no other food for newborns that can be equated with breast milk.The purpose of this study is To Determine Relationship Motivation Mother with Exclusive Breastmilk In Kupang Village working area of Ambarawa Public Health Center of Semarang Regency Methods: The research method used is correlation study with cross sectional approach. The population of 127 is mothers who have babies 7-12 months with a sample of 56 respondents. Proportional sampling random sampling technique. By statistical test using chi-square test with α = 0,05. Result: The results showed that there was a relationship of mother's motivation with Exclusive breastfeeding p p value 0,008<α (0,05). Suggestion: It is suggested that people can give motivation to give Exclusive Breast Milk until baby is 6 months old. Keywords: Exclusive Breast Milk, Motivation ABSTRAK: Asi Esklusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan gizi ada pada ASI yang berguna untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diberikan, tidak ada makanan lain bagi bayi baru lahir yang dapat disamakan dengan ASI. Tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Hubungan Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif DiDesa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah correlation study dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 127 yaitu ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan dengan jumlah sampel 56 responden. Tehnik pengambilan sampel proposionalrandom sampling. Dengan ujistatistik menggunakan uji chi-squaredengan α=0,05. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan motivasi ibu dengan pemberian ASI Eksklusif dangan p-value 0,008< α (0,05). Saran: Disarankan agar masyarakat bisa menembah motivasi dalam memberikan ASI Eksklusif sampai bayi usia 6 bulan. Kata kunci: ASI Eksklusif, Motivasi Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa 1 PENDAHULUAN Asi Ekslusif adalah pemberian ASI saja pada bayi berumur 0-6 bulan tanpa makanan dan minuman lain. Asi Ekslusif sangat penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan gizi ada pada ASI yang berguna untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diberikan, tidak ada makanan lain bagi bayi baru lahir yang dapat disamakan dengan ASI. Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia0-6 bulan sudah terpenuhi gizinya dengan ASI saja, tetapi banyak ibu menghadapi masalah untuk memberikan ASI esklusif. Salah satu masalah yang timbuldisebabkan oleh ibu yang bekerja. Dimana ibu yang bekerja memberikanmakanan tambahan yang belum waktunya seperti pemberian pisang dan susu formula, sehingga pelaksanaan ASI Ekslusif tidak bisa terlaksana di Indonesia, target program pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2015 sebesar 88%. Cakupan ASI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 65%, persentase pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2015 sebesar 61,6%, sedikit meningkat dibandingkan persentase pemberian ASI Ekslusif tahun 2014 yaitu 60,7%. Menurut data provinsi, hanya terdapat satu provinsi yang berhasil mencapai target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7%. Provinsi Jawa Barat, Papua Barat, dan Sumatera Utara merupakan tiga provinsi dengan capaian terendah. Sedangkan Provinsi Jawa Tengah hanya 60.0 % ibu yang memberikan ASI Eksklusif. Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Semarang tahun 2015 sebesar 21,3 % mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 36,29 %. Namun demikian, sosialisasi mengenai ASI Eksklusif selalu diberikan, selain itu beberapa kegiatan yang mendukung seperti kelas ibu dan penyediaan sarana prasarana seperti Ruang ASI yang disediakan di beberapa kantor atau perusahaan, meningkatnya informasi tentang pentingnya ASI Eksklusif. Dukungan regulasi, adanya pemantauan dan pembinaan ke tempat penyelenggaraan kerja tentang Upaya Kesehatan Kerja serta telah terbitnya Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. (Profil Kesehatan tahun 2015) Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih sangat kurang, penyebabnya adalah sosial budaya, yang dimaksud sosial budaya diantaranya ibu bekerja atau kesibukan lainnya, atau adanya sifat menirukan teman atau tetangganya yang memberi susu botol atau susu formula.Keadaan psikologis ibu, seperti ibu merasa kurang seksi apabila menyusui, faktor fisik ibu, dimana ada keadaan ibu yang tidak memungkinkan untuk menyusui. Berbagai faktor yang terkait dengan pemberian ASI eksklusif yaitu aspek pemahaman dan pola pikir. Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Selain itu, kebiasaan ibu yang bekerja, terutama yang tinggal diperkotaan, juga turut mendukung rendahnya tingkat ibu menyusui. Adapun mitos tentang pemberian ASI bagi bayi, misalnya ibu yang menyusui anaknya dapat menurunkan kondisi fisik dirinya merupakan suatu mitos yang sulit diterima oleh akal sehat. Demikian halnya dengan kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan makanan bayi. Anggapan ini sering menjadi kandala bagi ibu, yang akhirnya mencari alternatif lain dnegan memberi susu pendamping manakala bayi lapar. Hal-hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pola dasar pemberian ASI menjadi pemberian susu formula. Bila kondisi ini terus berlanjud, maka bisa jadi bangsa indonesia mengalami kemunduran di masa mendatang. Situasi seperti ini akan menjadi masalah ynag cukup mendasar, karena bayi Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa 2 kehilangan kesempatan dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Aspek pendidikan, bagi sebagian ibu menyusui bayi merupakan tindakan yang alamiah dan nuluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa menyusui tidak perlu dipelajari. Sebenarnya, anggapan ini tidak sepenuhnya keliru, tetapi menyusui bisa menjadi masalah manakala ibu menikah dini,atau melahirkan bayi yang pertama, terutama dikalangan artis atau ibu yang bekerja. Sesunggunya Tuhan menganugerahi payudara memang untuk menyusui bayi, karena dapat menghasilkan ASI. Maka hendaknya ibu memanfaatkannya dengan menyusui bayi. Meskipun bersifat alamiah dan naluriah, para ibu tetap memerlukan informasi dan pengetahuan yang terkait penyusunan. Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek yang lainnya. Waktu yang lama bersama bayi tidak di manfaatkan secara optimal, sehingga para ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Kegiatan atau pekerjaan ibu sering kali dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif. Manfaat ASI sangat menguntungkan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan negara. ASI sebagai makanan yang terbaik dan paling sempurna, ASI dapat mencegah terjadinya infeksi, melihat banyak manfaat manfaat ASI k pada bayinya, kenyataan yang anda sekarang banyak ibu yang tidak menyusui bayinya (Utami, Roesli 2008). Padahal dampak bila bayi tidak diberikan ASI Eksklusif dapat menurunkan berat badan bayi, bayi juga akan mudah sakit karena tidak dapat zat immunoglobulin yang terkandung dalam kolustrum. Pemberian susu formula pada bayi baru lahir biasa menyebabkan alergi karena merangsang aktivasi system lgE yang pada bayi baru lahir belum sempurna, sedangkan dalam jangka panjang anak akan mudah kekurangan gizi dan obesitas (Suradi, Ruslina, 2008). Motivasi ibu dalam memberikan ASI dapat muncul dari diri sendiri atau dari luar diri ibu, artinya bahwa ibu ingin memberikan ASI kepada bayinya di dorong oleh kemauannya sendiri atau dipengaruhioleh orang lain. Rangsangan dari dirinya sendiri muncul karena kesadaran atau keinginan dalam memberikan ASI. Pengaruh atau ransangan dari luar dapat berupa ajakan atau paksaan dari keluarga atau dari orang lain untuk memberikan ASI (Mufdillah, 2009). Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya motivasi ibu adalah tingkat pengetahuan semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin tinggi pula tingkat motivasi ibu untuk memberikan ASI, apabila tingkat pengetahuan ibu kurang maka motivasi ibu yang dimiliki rendah. Tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat pendidikan maka makin tinggi pula tingkat motivasi seseorang. Disini jelas bahwa faktor pendidikan besar pengaruhnya terhadap peningkatan motivasi seseorang. Pendidikan adalah suatu proses dimana manusia membina perkembangan manusia lain secara sadar dan berencana (Sudrajat,Ahmad. 2008) Menurut hasil penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal kedokteran circulation, bayi yang diberi ASI berkemungkinan lebih kecil mengidap penyakit jantung. Faktanya bahwa bayi yang diberikan ASI menelan sedikit natrium (yang berkaitan erat dengan tekanan darah), sehingga tidak mengalami penambahan berat badan berlebihan, merupakan beberapa di antara manfaat ASI bagi jantung. Oleh karena itu, telah diketahui bahwa resiko terjadinya kelebihan berat badan pada bayi yang diberi ASI berkurang.Pemberian ASI bukan hanya mengurangi resiko penyakit seperti kelebihan berat badan, tetapi juga mengurangi resiko penyakit seperti diabetes jenis 2 dan kekebalan terhadap insulin, dan penyakit pada pembuluh nadi utama jantung. Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa 3 Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ambarawa di dapatkan jumlah keseluruhanbayi pada bulan Februari tahun 2017 umur 7-12 bulan adalah 472 bayi, dengan jenis kelamin lakilaki berjumlah 249 dan jenis kelamin perempuan berjumlah 223.Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa terdiri dari 10 desa dan jumlah bayi yang paling banyak terdapat di Desa Kupang yaitu sejumlah 127 bayi. Wawancara yang dilakukan pada salah satu bidan di Puskesmas Ambarawa menyatakan bahwa ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di Puskesmas Ambarawa kurangnya pemberian ASI Eksklusif pada bayinya di karenakan kurangnya kesadaran ibu dan kurangnya motivasi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif, dikarenakan sebagian ibu bekerja pabrik (70%) dan (30%) sebagai ibu rumah tangga dan masa cuti tidak cukup untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya dan banyaknya promosi susu formula.Wawancara juga di lakukan pada 10 ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan. Dari 10 ibu yang dilakukan wawancara 3 diantaranya benar-benar melakukan ASI eksklusif pada bayinya karena tidak bekerja di luar rumah, 7 dari 10 ibu tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan bekerja diluar rumah. Dengan demikian dapat diketahui bahwa masih banyak ibu menyusui di Puskesmas Ambarawa yang belum memberikan bayinya ASI Eksklusif. Ibu yang mempunyai bayi diWilayah Kerja Puskesmas Ambarawa sebagian besar adalah pekerja pabrik, sehingga ibu tidak bisa memberikan ASI secara Ekslusif dan ada juga ibu yang beranggapan bahwa ASI saja tidak cukup untuk memenuhi cakupan nutrisi dan gizi pada bayi sehingga harus di tambah dengan memberikan susu formula. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Korelasi (Correlation Study) merupakan penelitian atau penelahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu diDesa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang dan waktu penelitian pada bulan Juli 2017.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan yang berjumlah 127 ibu. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovindan didapatkan hasil sebanyak 56 responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian hubungan motivasi ibu dengan pemberian asi eksklusif di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa A. Karakteristik Responden 1. Umur Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi Persentase (thn) (%) <20 6 9,2 20-35 35 62,5 >35 15 26,7 Jumlah 56 100,0 Hasil penelitian menunjukan bahwa responden ibu yang mempunyai bayi 712 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang, sebagian besar berumur 20-35 tahun yaitu sejumlah 35 orang (62,5%) dan umur <20 sejumlah 6 orang (9,2%), umur >35 berjumlah 15 orang (26,7%). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat bahwa semakin cukup umur, maka seseorang akan lebih dewasa. Maka umurdalam motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu sangat berpengaruh karena samakin bertambahnya usia maka akan semakin bertambah kedewasaannya. Lebih matang dalam berfikir dan bertindak sehingga lebih mudah dalam mendapatkan informasi dan pengalaman. Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa 4 Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, prubahan proposi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada asfek psikologi dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa (Mubarak,2007). 2. Pendidikan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 2 3,5 SMP 19 33,9 SMA 31 55,3 Akademi/PT 4 7,7 Jumlah 56 100,0 Hasil penelitian menunjukan bahwa responden ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang, sebagian besar ibu berpendidikan SMA berjumlah 31 (55,3%) ibu yang berpendidikan SD berjumlah 2 (3,5%) ibu yang berpendidikan SMP berjumlah 19 (33,9%) dan ibu yang berpendidikan di perguruan tinggi berjumlah 4 (7,7%). Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik juga mengakses informasi tentang kesehatan. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa dengan bermodal pendidikan yang cukup, maka akan mudah untuk menyerap informasi tentang kesehatan khususnya motivasi ibu memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuannya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Sehingga dengan pengetahuan yang baik akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, seperti memberikan ASI Eksklusif (Indrawati,2014). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Wawan dan Dewi,2010). Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin muda pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sehingga jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak,2007). Pada penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum R, 2009, menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan prilaku masyarakat memang sangat signifikan. Dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan. Peningkatan tingkat pendidikan akan menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah karena pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan menekan adanya keluarga besar. Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya berkualitas dengan harapan dikemudian hari dapat melanjutkan cita-cita keluarga, berguna bagi masyarakat dan Negara. Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa 5 B. ANALISIS BIVARIAT 1. Motivasi Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang Motivasi Frekuensi Persentase (%) Rendah 35 62,5 Sedang 7 12,5 Tinggi 14 25,0 Jumlah 56 100,0 Hasil penelitian menunjukan bahwa responden ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang, sebagian besaribu mempunyai motivasi rendah yaitu berjumlah 62,5% (35 orang) ibu yang mempunyai motivasi sedang 12,5% (7 orang) dan ibu yang mempunyai motivasi tinggi 25,0% (14 orang). Motivasi pada dasarnya merupakan reaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya. Di dalam diri seseorang terdapat kebutuhan atau keinginan terhadap objek diluar seseorang tersebut, kemudian bagaimana seseorang tersebut menghubungkan antara kebutuhan dengan situasi di luar objek tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Motivasi adalah alasan (reasoning) seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmojo, S, 2010). Ada beberapa pengertian motivasi menurut para ahli diantaranya, menurut Terry motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. ( Hasibun, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi diantaranya yaitu pekerjaan, pengetahuan, lingkungan, sosial budaya, dukungan keluarga, dukungan suami, dan dukungan tenaga kesehatan. Menurut Uno (2010) motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelum. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mila, F. (2014) yang menyatakan bahwa motivasi yang datangnya dari dalam diri individu itu sendiri. Motivasi intrinsik timbul dari keinginan individu sendiri tanpa adanya dorongan dari orang lain. Misalnya seorang orang tua ingin memberikan pengetahuan pada anak atas dasar kemauannya sendiri bukan bukan dari pengaruh iklan, televisi atau bujukan dari orang lain. Motivasi instrinsik mempunyai pola yang berhubungan dengan kemampuan dan pengendalian diri yang tinggi, merencanakan dan menganalisis tugas secara realistis, dan percaya dengan usaha yang dilakukannya dalam meningkatkan kemampuan dan pengendalian diri, motivasi instrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan pemecahan soal. (Motivasi, 2008). Hal ini mengingat bahwa motivasi tidak mutlak diperoleh hanya dari diri sendiri saja meliankan dapat diperoleh dari berbagai banyak pihak dan cara yang bermacam-macam. Hasil penelitian Mila F. 2014 menyatakan bahwa motivasi ibu hamil dalam pemberian ASI hampir setengahnya motivasi responden sebelum pemberian ASI adalah lemah sebanyak 44,1% (15 orang). Rencana pemberian ASI lebih dari setengah responden tidak merencanakan pemberian ASI sebanyak 61,8% (21 orang). Tabulasi silang antara motivasi ibu hamil dengan rencana pemberian ASI Ekslusif hampir seluruh dari 15 responden yang mempunyai motivasi lemah, 14 (93,3%) diantaranya tidak merencanakan pemberian ASI esklusif. Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa 6 Dari Hasil penelitian Lestari Ade pada tahun 2012 menyatakan bahwa ibu yang bekerja berada pada rentang motivasi yang dipengaruhi secara ekstrinsik dengan integrated regulation merupakan regulasi yang paling terinternalisasi dari motivasi ekstrinsik. Integrated regulation adalah motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI Eksklusif karena sesuatu yang dianggap nilai, kepercayaan dalam dirinya. Dalam hal ini berarti ibu bekerja meyakini bahwa memberikan ASI Eksklusif merupakan nilai yang ada pada diri mereka. Menurut Basri (2009) nilai atau norma dalam memberikan ASI Eksklusif Apabila nilai yang dianut suatu keluarga dan masyrakat mendukung untuk memberikan ASI Eksklusif, maka kemungkinan besar prilaku tersebut akan dapat dilaksanakan dengan baik. Keyakinan seseorang juga berpengaruh terhadap motivasi pemberian ASI Eksklusif. Seorang ibu yang yakin akan manfaat ASI Ekslusif akan termotivasi memberikan ASI Eksklusif. 2. ASI Eksklusif Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang Pemberian Frekuensi Persentase ASI (%) Eksklusif Tidak 35 62,5 diberikan 21 37,5 Diberikan Jumlah 56 100,0 Hasil penelitian menunjukan bahwa responden ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang, sebagian besar ibu tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu berjumlah 62,5% (35 orang) karena sebagian besar ibu bekerja diluar rumah sehingga mereka tidak memiliki waktu yang banyak untuk bersama bayinya, dan itu menjadi kendala untuk memberikan ASI secara ideal dan ibu yang memberikan ASI Eksklusif yaitu berjumlah 37,5% (21 orang) karena sebagian ibu yang bekerja dirumah atau yang tidak bekerja, memiliki waktu lebih banyak bagi bayinya sehingga kebutuhan bayi terhadap ASI dapat diberikan dengan maksimal. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di kecamatan karang malang kabupaten seragen didapatkan hasil uji statitik Chi Square menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 (p ≤ 0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pkerja dengan pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI secara Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa diberi tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanapa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, bubur nasi, biscuit, dan tim. Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk waktu sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus diperkenalkan dengan makanan padat, sehingga ASI dapat diberikan sampai usia tahun atau lebih (Roesli,2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif menurut Notoadmodjo (2003), adalah karakteristik individu (umur, pendidikan, dan pekerjaan), pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai dari seseorang, lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya sarana dan fasilitas kesehatan dan perilaku petugas kesehatan lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Hasil penelitian Purwaningsih, E (2015), menyatakan bahwa terdapat 60,5% (26 orang) yang frekuensi menyusui > 8 x menyusui < 8 x Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa 7 menyusui dan berhasil menggunakan berpendidikan sangat kurang KB MAL sebanyak 2,3%. memberikan ASI Eksklusif di Menyimpulkan bahwa ada hubungan bandingkan dengan ibu yang antara frekuensi menyusui dengan berpendidikan tinggi. Sebuah keberhasilaan metode MAL. konferensi Eropa melakukan strategi Menurut hasil penelitian, yang untuk keberhasilan ASI Eksklusif diterbitkan dalam jurnal kedokteran melalu promosi yang dilakukan. circulation, bayi yang diberi ASI Dari teori dan penelitian terkait berkemungkinan lebih kecil mengidap diatas maka terbukti bahwa faktor penyakt jantung. Telah diungkap pekerjaan berhubungan dengan bahwa keberadaan asam-asam lemak motivasi pemberian ASI Eksklusif. tak jenuh berantai panjang (yang Seorang ibu yang bersetatus sebagai mencegah pengerasan pembuluh ibu rumah tangga bisa dikatakan arteri), serta bahwa bayi yang diberi mempunyai kesempatan lebih besar ASI menelan sedikit natrium (yang membeikan ASI dibandingkan dengan berkaitan erat dengan pembuluh ibu yang mempunyai pekerjaan diluar darah), yang dengannya tidak sebagai ibu rumah tangga. Pada mengalami penambahan berat badan hakikatnya pekerjaan tidak boleh berlebihan, merupakan beberapa di menjadi alasan ibu berhenti memberi antara manfaat ASI bagi jantung. ASI secara Eksklusif selama sedikitnya Selain itu, kelompok penelitian yang 6 bulan. dipimpin oleh Lisa Martin dari pusat Menurut peneliti ada Hubungan kedokteran rumah sakit anak Cicinnati dengan motivasi ibu dengan pemberian di Amerika Serikat menemukan ASI Eksklusif karena ibu bekerja diluar kandungan tinggi hormon protein yang rumah tidak mempunyai banyak waktu dikenal sebagai adiponectin di dalam untuk memberikan ASI Eksklusif , ASI. sebaliknya ibu yang tidak bekerja di Menurut hasil penelitian luar rumah memiliki banyak waktu Agneta Yngve 2001, menyatakan untuk memberikan ASI Eksklusif. bahwa pemberian ASI Eksklusif minimal selama 6 bulan. ASI Eksklusif berguna untuk mencegah terjadinya infeksi, alergi dan penyakit kronis di Negara-negara Eropa. Beberapa pengecualian ibu-ibu muda lebih kurang menyusui di bandingkan dengan ibu-ibu tua. Ibu yang kurang 3. Hubungan Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang. Tabel 5 Hubungan Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang Motivasi Rendah Sedang Tinggi Total Pemberian ASI Eksklusif Tidak Diberikan Total diberikan % f % f f % 25 71,4 10 28,6 35 100 6 85,7 1 14,3 7 100 4 28,6 10 71,4 14 100 35 64,6 21 35,4 56 100 2 p value 9,676 0,008 Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa 8 Hasil uji Chi Square diperolehChi Square hitung sebesar 9,676 dengan pvalue 0,008 Oleh karena p-value 0,008 < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara motivasi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif yang mempunyai motivasi Rendah (62,5%) lebih banyak dibandingkan dengan ibu yangmemberikan ASI eksklusif dan mempunyai motivasi Sedang (12,5%) dan motivasi Tinggi (25,0%). Minimnya tingkat motivasi ibu tentang ASI menyebabkan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya karena semakin tinggi tingkat motivasi seseorang tentang pemberian ASI maka akan mempengaruhi pola pikir dan sikap seseorang, sehingga akan menimbulkan perilaku positif dalam pemberikan ASI Eksklusif. Menurut hasil penelitian Fehring Richard(2001), konferensi menyusui di Ballagio, Italia, para ahli mengembangkan sebuah algoritma tentang penggunaan menyusui sebagai sarana untuk keluarga berencana yang di kenal sebagai MAL yaitu bahwa seorang wanita yang menyusui sepenuhnya akan memiliki kurang dari 2% kemungkinan hamil dalam 6 bulan pertama setelah melahirkan. Sehubungan dengan pengetahuan tentang MAL sebagai alat untuk menghindari kehamilan, namun metode ini dianggap masi kurang efektif karena kurangnya perilaku cocok dengan klien dan metode keluarga berencana lainnya dipandang lebih mudah digunakan. Penelitian tentang pengetahuan MAL dianggap hanya bisa digunakan diantara mereka yang berpendidikan dan termotivasi pasangan yang sudah menikah. Menurut penelitian Rohini Ghosh 2006, ibu yang bekerja lebih sedikit mempunyai waktu menyusui di bandingkan dengan ibu yang hanya di rumah mengurus rumah tangga saja. Ibu yang bekerja hanya memiliki waktu menyusui sebelum pergi bekerja dan pulang dari kerja. Sedangkan ibu rumah tangga memiliki waktu kapan saja dalam menyusui. Menurut penelitian Turki Rukiye(2010), dalam Studi Demografi dan Kesehatan Turki tahun 2003, 16% Wanita menggunakan ASI sebagai metode keluarga berencana dan ditemukan Masing 47,1% dan 20,7% wanita Menyusui untuk program keluarga berencana. Kedua penelitian ini Dilakukan di berbagai daerah di Turki (yaitu, Marmara Dan Anatolia Tengah) status sosial dan ekonomi, Karakteristik budaya, dan status sosial Perempuan yang tinggal di daerah ini berbeda dengan nasional Sampel yang digunakan dalam Demografi dan Kesehatan Sudah disarankan wanita Yang sedang menyusui agar memiliki pengetahuan yang memadai Dan praktik yang berkaitan dengan penggunaan ASI sebagai Sebuah metode keluarga berencana. Hasil ini menunjukkan bahwa wanita memilih pengetahuan tentang MAL secara sadar, tapi Tidak dapat menggunakannya secara efisien karena tidak cukup Dididik tentang kriteria penggunaan MAL. Sehingga metode kontrasepsi ini tidak banyak digunakan. Mayoritas Negara berkembang saat ini menggunakan MAL sebagai metode Kontrasepsi. Dalam sebuah studi di negaranegara berkembang Yang dilakukan oleh WHO, tingkat pemakaian MAL bervariasi dari 17,2% menjadi 68,4% Namun, di Turki salah satu dari Negara berkembang 16% perempuan menggunakan MAL. Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa ASI merupakan gizi terbaik untuk bayi. Para pakar masi memperdebatkan tentang lamanya periode menyusui yang paling baik dan besarnya resiko penggunaan susu formula. Di banyak negara, pemberian susu formula terkait dengan tingkat kematian bayi akibat diare. Tetapi, apabila pembuatannya dilakukan dengan hati-hati menggunakan air bersih, pemberian susu formula cukup aman. Maka dari itu, pemerintah dan organisasional sepakat untuk mempromosikan menyusui Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa 9 sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi, setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, secara lain WHO, American Akademy of Pediatrics, dan Departermen kesehatan. Dengan demikian, sudah jelas sekali bahwa ASI memang merupakan makanan yang tak tergantikan. Perannya tidak bisa digantikan oleh susu sapi atau susu formula.( Khamzah,2012). KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden yang mempunyai motivasi Rendah yaitu 62,5%sedangkan kategori Sedang yaitu 12,5% dan kategori Tinggi yaitu 25,0%. 2. Sebagian besarresponden yang tidak memberikan ASI Ekskusif sejumlah 62,5% (35 orang)dan yang memberikan ASI Eksklusif yaitu 37,5% (21 orang). 3. Berdasarkan 56 responden diketahui bahwa respoden yang memberikan ASI Eksklusif mempunyai motivasi rendah (62.5%) lebih banyak dibandingkan responden yang memberikan ASI Eksklusif dan mempunyai motivasi sedang (12.5%) dan motivasi tinggi (25.0%). Hasil Uji Chi Square diperoleh nilai p= 0,008 karena p= 0,008< α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan secara signifikan antara Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas AmbarawaKabupaten Semarang. SARAN Disarankan agar masyarakat bisa menembah motivasi dalam memberikan ASI Eksklusif sampai bayi usia 6 bulan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia. 2006. profil kesehatan repoblik indonesia (MKJP) Pada Akseptor KB Wanita Di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Di akses tanggal 20 Juli 2017 pukul 17.00 WIB Mila Denok Faizatul.2014. motivasi ibu hamil dengan rencana pemberian ASI Eksklusif di desa jatiwates kecamatan tembelang kabupaten jombang. Cakru Kencong Jembur. Mubarak. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan.Salemba Medika; Jakarta Mufdillah.2009. Antenatal care fokus. Yogyakarta: nuhamedika Notoatmodjo,S 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta Roesli.utami.2005. mengenal ASI esklusif. Jakarta: trubus agriwidia Rukiye Turk, Rukiye. 2010. The Use Of Amenorrhea As A Method Of Family Planning In Eastern Turkey And Influential Factors. Jurnal of Midwifery and women’s health Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori-teori Motivasi Artikel pendidikan, http://akhmadsudrajat.woedpress.com/ 20008/02/06/teori-teori-motivasi.[26 mei 2013]. Suradi,R. 2008. Manfaat asi dan menyusui. Jakarta : balai penerbit FKUI Uno, hamzan. 2010. peren canaan pembelajaran. Jakarta: bumi aksara: Wawan A dan Dewi M. 2010 Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika Hasibuan. 2010. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: bumi aksara: Indrawati F, T.2014. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Hubungan Motivasi Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Kupang Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa 10