Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

advertisement
Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual
a. Penyebab penyakit (agent)
Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit,
bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).
b. Tuan (host)
Beberapa faktor yang terdapat pada host, berperan pada perbedaan insiden
penyakit menular adalah :
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Pilihan dalam hubungan seksual.
Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang ada tiga yaitu faktor
predisposisi,
faktor-faktor
pendukung
dan
faktor
pendorong.
Faktor
predisposisi adalah yang memudahkan terjadinya perilaku antara lain
pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai pandangan
dan persepsi, tradisi, norma sosial, pendapatan, pendidikan, umur dan status
sosial. Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya
perilaku, antara lain adanya keterampilan dan sumber daya seperti fasilitas,
personal dan pelayanan kesehatan serta kemudahan untuk mencapainya.
Faktor pendorong adalah faktorfaktor yang mampu menguatkan seseorang
untuk melakukan perilaku tersebut, diantaranya sikap dan perilaku petugas
kesehatan serta dorongan yang berasal dari masyarakat ( Notoatmodjo,
2003).
4) Lama bekerja sebagai pekerja seks komersial.
Pekerjaan seseorang sering merupakan ikatan erat dengan kemungkinan
terjadinya PMS. Pada beberapa orang yang bekerja dengan kondisi tertentu
dan lingkungan yang memberikan peluang terjadinya kontak seksual akan
meningkatkan penderita PMS. Orang tersebut termasuk dalam kelompok
risiko tinggi terkena PMS.
5) Status perkawinan Insiden PMS lebih tinggi pada orang yang belum kawin,
bercerai atau orang yang terpisah dari keluarganya bila dibandingkan dengan
orang yang sudah kawin karena pemenuhan kebutuhan seksualnya terpenuhi
(Setyawulan, 2007). 6) Pemakaian kondom (Saifudin, 2006).
c. Faktor lingkungan
1) Faktor demografi
 Bertambahnya jumlah penduduk dan pemukiman yang padat.
 Perpindahan populasi yang menambah migrasi dan mobilisasi
penduduk misalnya : perdagangan, hiburan dan lain-lain.

Meningkatnya prostitusi dan homo seksual. d) Remaja lebih cepat
matang dibidang seksual yang ingin lebih cepat mendapatkan
kepuasan seksual.
2) Faktor sosial ekonomi Sosial adalah sesuatu yang mengenai masyarakat,
sedangkan ekonomi adalah segala usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mencapai kemakmuran hidupnya (Aat, 2010).
Sosial ekonomi adalah sebuah konsep, karena untuk mengukur sosial
ekonomi harus melalui variable-variabel pendapatan, tingkat pendidikan
dan pekerjaan (Notoatmodjo, 2005). Ekonomi adalah pengetahuan dan
penelitian azas penghasilan, produksi, distribusi, pemasukan, pemakaian
barang dan kekayaan, penghasilan serta menjalankan usaha menurut
ajaran ekonomi (Aat, 2010).
Alasan seorang wanita terjerumus menjadi pekerja seks adalah karena
desakan ekonomi, dimana untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari,
namun sulitnya mencari pekerjaan, sehingga menjadi pekerja seks
merupakan pekerjaan yang termudah (Utami, 2010). Pelacuran erat
hubungannya dengan masalah sosial. Kemiskinan sering memaksa orang
bisa berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup termasuk
melacurkan diri ke lingkaran prostitusi. Hal ini biasanya dialami oleh
perempuan kalangan menengah kebawah (Utami, 2010).
Penyebab lain diantaranya tidak memiliki modal untuk kegiatan
ekonomi,
tidak
memiliki
keterampilan
maupun
pendidikan
untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga menjadi pekerja seks
merupakan pilihan. Faktor pendorong lain untuk bekerja sebagai PSK
antara lain terkena PHK sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup
menjadi
PSK
merupakan
pekerjaan
yang
paling
mudah
mendapatkan uang (Utami, 2010).
d. Faktor kebudayaan
Kekosongan spiritual berhubungan dengan rendahnya pemahaman terhadap
nilai-nilai agama pada pekerja seks komersial yang terlihat. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa konflik kebutuhan justru menjadi konflik utama dalam diri
mereka, dan bukan konflik yang disebabkan munculnya perasaan bersalah dan
berdosa pada Tuhan. Manajemen konflik yang dilakukan subjek juga terpusat
pada pengelolaan konflik kebutuhan, sehingga adanya kekosongan spiritual
dalam diri mereka yang menyebabkan mereka tetap bertahan dari pekerjaannya
sebagai wanita pekerja seks komersial (Utami, 2010).
e. Faktor medik
Standar Minimum berlaku untuk Klinik IMS yang telah dikembangkan guna
memperbaiki kualitas diagnosis dan pengobatan IMS secara keseluruhan di
seluruh klinik IMS di Indonesia. Untuk melaksanakan ini, setiap klinik IMS harus
melakukan hal-hal seperti promosi kondom dan seks yang aman, pelayanan
ditargetkan untuk kelompok berisiko tinggi, misalnya pekerja seks dan kelompok
“penghubung” pelanggan mereka, pelayanan yang efektif yaitu pengobatan
secepatnya bagi orang dengan gejala, program penapisan, dan pengobatan
secepatnya untuk IMS yang tanpa gejala pada kelompok risiko tinggi yang
menjadi sasaran (Arifianti, 2008).
Pipit, dkk. 2012. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Kejadian Pms Di
Lokalisasi Gang Sadar Baturadenkabupaten Banyumas Tahun 2011. Bidan Prada :
Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol.3 No.1 Edisi Juni 2012
Faktor resiko gonorrhea
1. Umur
Distribusi umur penting untuk diperhatikan, karena makin muda umur
seorang wanita, makin rawan tertular IMS. Pada perempuan umur > 29 tahun
tergolong berisiko tinggi untuk terinfeksi penyakit menular seksual. Pada
perempuan remaja mudah terkena IMS di sebabkan sel-sel organ reproduksi
belum matang. (Komisi Penanggulangan AIDS, 2007).
Penelitian di Quebec city pada WPS yang berumur < 20 tahun berisiko
1.7 kali lebih besar untuk terjadinya infeksi gonore di banding WPS yang
berumur <20 tahun. OR 1.7 95%CI 0.20 – 5.80.(Celine Pauline 2000).
Penelitian cross sectional di Vietnam pada umur ≤ 20 tahun OR 1.75 95%CI
1.21 – 2.49. (Nguyen Vu Thuong, 2001).
2. Tingkat pengetahuan
Pendidikan merupakan salah satu karakteristik sosial yang menunjang
kemampuan seseorang dalam menerima informasi dan pengetahuan
sehingga meningkatkan ketrampilan seseorang. Tingkat pengetahuan juga
mempengaruhi tingkat kesehatan dimana orang yang berpendidikan biasanya
mempunyai
pengertian
yang
lebih
besar
terhadap
masalah-masalah
kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan mempunyai pendidikan yang
memadai seseorang dapat merawat diri sendiri dan ikut serta mengambil
dalam keluarga dan masyarakat.
3. Perineal hygiene
Pada perempuan, kebersihan vagina sangat dianjurkan. Misalnya,
mencuci vulva kira-kira sekali sehari. Hasil ini juga serupa dengan laporan
penelitian prevalensi infeksi saluran reproduksi pada pekerja seks komersial
di Medan, Sumatra Utara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal PPM dan
PL yang menyatakan bahwa sebesar 84% PSK melakukan pencucian vagina
yang salah.
4. Sering berganti pasangan
Meningkatkan resiko paparan virus
5. Penggunaan kondom
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Harvard Boston Amerika
Serikat yang melaporkan bahwa dari 123 remaja putri yang semula tidak
menggunakan kondom dalam melakukan hubungan seksual angka kejadian
penyakitnya sebanyak 75%, setelah diberi bimbingan untuk berprilaku seks
yang aman banyak dari mereka yang menggunakan kondom sehingga angka
kejadian penyakit menular seks berkurang menjadi 25%
Afriana, Nurhalina. 2012. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Infeksi Gonore Pada Wanita Penjaja Sek Komersial Di 16 Kabupaten/Kota Indonesia
(Analisis Data Sekunder Survei Terpadu Biologi Dan Prilaku 2011). Universitas
Indonesia.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20303165-T30668%20-%20Faktor
%20faktor.pdf
Nurlina. 2011. FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN GONORE (Studi pada Pekerja
Seks Komersial di Objek Wisata Pangandaran Kabupaten Ciamis Tahun 2009).
Universitas Siliwangi. http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/9/9GO-lina_8.pdf.pdf
Faktor resiko herpes genitalia
Risiko terinfeksi herpes genitalis dapat meningkat apabila
1. Merupakan seorang perempuan.
Perempuan lebih cenderung memiliki herpes genitalis dibandingkan
laki-laki. Virus ini menular seksual lebih mudah dari laki-laki terhadap
perempuan daripada laki-laki dari perempuan.
2. Memiliki banyak pasangan seksual.
Setiap pasangan seksual tambahan memperluas peluang untuk
terkena virus yang menyebabkan herpes genitalis.
3. Riwayat PMS sebelumnya
4. Sosial ekonomi yang buruk
5. Pasien dengan HIV
Karena turunnya imunitas
Mayo
Clinic.
Genital
Herpes.
http://www.mayoclinic.com/health/genital-
herpes/DS00179.
The
NewYork
Times.
Health
Guide
–
Genital
Herpes.
http://www.nytimes.com/health/guides/disease/genital-herpes/risk-factors.html
Faktor resiko sifilis
1. Terlibat dalam hubungan seks bebas
2. Berhubungan seks dengan beberapa mitra
3. Seks sesame jenis, seperti seorang pria yang berhubungan seks dengan
pria
4. Terinfeksi HIV, virus yang menyebabkan AIDS
5. Fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai
6. Pendidikan kesehatan
7. Pendidikan seksual kurang tersebar luas,
Faktor resiko HPV
Infeksi HPV sangat mudah menular dan dapat terjadi pada siapa saja. Terdapat
beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena virus ini.
1. Sering berganti pasangan. Berhubungan seks dengan lebih dari satu
pasangan akan mempertinggi risiko.
2. Berbagi barang pribadi, misalnya handuk, saputangan, atau kaus kaki.
3. Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya mengidap HIV/AIDS atau
menjalani kemoterapi.
4. Kulit yang rusak, misalnya luka terbuka karena digaruk.
5. Usia. Kutil biasa umum diderita oleh anak-anak, sementara kutil plantar dan
kelamin lebih sering terjadi pada remaja dan kalangan dewasa muda.
6. Tidak menjaga kebersihan, misalnya ke kamar mandi umum tanpa
mengenakan alas kaki.
Faktor-faktor risiko berkembangnya infeksi HPV menjadi kanker serviks
1. Pada wanita: usia muda (20-24 tahun), jumlah pasangan, hubungan seksual
di usia muda, gaya hidup pasangan, kebiasaan merokok (jumlah rokok yang
dikonsumsi), penggunaan kontrasepsi, dan pasangan yang tidak disunat.
2. Pada laki-laki: usia muda (25-29 tahun), memiliki lebih dari 1 pasangan
seksual, dan tidak disunat.
Download