Klasifikasi resesi menurut Miller : Kelas I : Resesi pada marginal gingiva, dimana tidak melibatkan perbatasan mukogingiva (mucogingival junction). Pada kelas ini belum terjadi kerusakan jaringan periodontal (jaringan tulang atau jaringan lunak) pada area interdental. Tipe resesi ini dapat terlihat sempit atau lebar. Kelas II : Resesi pada marginal gingiva, dimana melibatkan atau melewati perbatasan mukogingiva (mucogingival junction). Belum terjadi kerusakan jaringan periodontal (jaringan tulang atau jaringan lunak) pada area interdental. Kelas III : Resesi pada marginal gingiva, dimana melibatkan atau melewati perbatasan mukogingiva (mucogingival junction / MGJ). Terjadi kerusakan tulang dan jaringan lunak pada area interdental. Gigi mengalami malposisi. Kelas IV: Resesi pada marginal gingiva, dimana melibatkan atau melewati perbatasan mukogingiva (mucogingival junction). Terjadi kerusakan tulang dan jaringan lunak yang parah pada area interdental. Gigi mengalami malposisi. Perawatan pada periodontitis kronis : Perawatan periodontitis kronis dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu: Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I : 1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak. 2. Scaling dan root planning 3. Perawatan karies dan lesi endodontic 4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging 5. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment) 6. Splinting temporer pada gigi yang goyah 7. Perawatan ortodontik 8. Analisis diet dan evaluasinya 9. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukan pada fase ini: 1. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain: kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft) 2. Penyesuaian oklusi 3. Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini: 1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien 2. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi. 3. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali. 4. Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus 5. Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies Periodontitis aggressive Aggressive periodontitis adalah salah satu kelainan pada jaringan periodontal yang disertai dengan adanya bone loss secara progresif. Plak pada penderita aggressive periodontitis biasanya hanya ditemukan dengan jumlah yang tidak sebanding dengan kerusakan tulang alveolar yang terjadi secara agresif. Plak yang ditemukan pada penderita aggressive periodontitis di dominasi oleh bakteri A. Actinomycetecomitans dan Porphyromonas gingivalis Penyakit aggressive periodontitis banyak ditemukan pada ras negroid jika dibandingkan dengan ras lainnya. Hal ini berhubungan dengan keberadaan IL-1β yang ditemukan lebih banyak pada orang-orang negroid seperti afrika. Keberadaan IL-1β dapat dijadikan sebagai marker diagnostik untuk penyakit aggressive periodontitis Teknik menyikat gigi dengan metode Bass Teknik penyikatan ini ditujukan untuk membersihkan daerah leher gingival dan untuk ini, ujung sikat dipegang sedemikian rupa sehingga bulu sikat terletak 45º terhadap sumbu gigi geligi. Ujung bulu sikat mengarah ke leher gingival. Sikat kemudian ditekan kearah gingiva dan digerakkan dengan gerakan memutar yang kecil sehingga bulu sikat masuk ke daerah leher gingival dan juga terdorong masuk diantara gigi geligi. Teknik ini dapat menimbulkan rasa sakit bila jaringan terinflamasi dan sensitive. Bila gingival dalam keadaan sehat, teknik bass merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti teknik ini merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan plak (Depkes, 1991). Mekanisme kerusakan tulang : Kerusakan tulang alveolar bisa disebabkan karena bakteri atau trauma Kerusakan tulang yang disebakan oleh bakteri terjadi pada peradangan gingival atau periodontitis. Kerusakan bermula dari margin gingiva hingga ke jaringan periodontal. Sel sel Inflammatory menginvasi dari permukaan tulang dan meinisiasi kerusakan tulang alveolar. Periodontitis selalu berawal dari gingivitis namun gingivitis tidak selalu berkembang ke periodontitis.. Perkembangan gingivitis ke periodontitis melibatkan komposisi bakteri dalam plak, akumulasi bakteri yang semakin banyak akan menyebabkan meningkatnya keparahan dari kerusakan yang terjadi. Sel sel yang dominan pada saat gingivitis adalah fibroblast dan limfosit (limfosit adalah sel pertahanan tubuh). Saat terjadi inflamasi sel pertahanan yang berperan T limfosit, jika ,kerusakan tulang yang berlanjut maka sel yang berperan B lymfosit. Bakteri dalam plak memngeluarkan produk bakteri dan sel sel inflamatori menyerang osteoblas sehingga mengurangi kepadatan tulang. Perkembangan inflamasi yang parah dan berlanjut menyebakan kerusakan dari kolagen dan juga permukaan tulang. Sel sel inflamatori ( prostaglandin, interleukin 1 , intrleukin 1 )dapat meresorpi tulang. Kerusakan tulang horizontal Kerusakan tulang secara horizontal banyak terjadi pada penyakit periodontal. Kerusakannya berjalan dari bagian tulang alveolar tertinggi namun belum sampai ke margin .bentuk kerusakannya tidak selalu mengelilingi gigi. Kerusakan tulang vertical Kerusakan tulang secara vertical ditandai dengan kerusakan tulang alveolar yang semakin dalam hingga apikal dan mengelilingi permukaan gigi serta tulang alveolar. Pada poket infrabony terjadi kerusakan tulang vertical. Kerusakan tulang vertical dapat terjadi disemua sisi, terlihat pada radiograf, kerusakannya tebal, dan dapat meningkat semakin bertambahnya umur.