TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kambing di Indonesia Pada mulanya domestikasi kambing terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 8000-7000 SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu bezoar goat atau kambing liar eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy) dan makhor goat atau kambing makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri). Sebagian besar kambing yang diternakkan di Asia berasal dari keturunan bezoar. Berdasarkan klasifikasi biologi, kambing digolongkan dalam kerajaan Animalia, filum cordata, kelas kelompok mamalia, ordo Arthodactyla, famili Bovidae, sub family Caprinae dan genus Capra. Ciri-ciri kambing lokal antara lain : (1) garis profil kepala lurus atau cekung, (2) daun telinga pendek dengan sikap berdiri yang mengarah ke depan dan panjangnya 15 cm, (3) tanduk relatif pendek, melengkung dengan ujung yang membengkok keluar, panjang tanduk jantan 10 cm dan betina 8 cm, (4) betina memiliki bulu yang pendek dan jantan memiliki bulu yang panjang pada dagu, tengkuk, pundak dan punggung sampai ke ekor serta bagian belakang, (5) warna bulu hitam, putih, coklat serta campuran (Pamungkas et al., 2009). Menurut Setiadi et al., (2002), ada dua rumpun kambing yang dominan di Indonesia yakni kambing Kacang dan kambing Ettawah. Kambing Kacang berukuran kecil sudah ada di Indonesia sejak tahun 1900-an dan kambing Ettawah tubuhnya lebih besar menyusul kemudian masuk ke Indonesia. Kemudian ada juga beberapa jenis kambing yang didatangkan ke Indonesia pada masa jaman pemerintahan Hindia Belanda dalam jumlah kecil sehingga menambah keragaman genetik kambing di Indonesia. Sejalan dengan bertambahnya jenis bangsa kambing maka terjadilah proses adaptasi terhadap agroekosistem yang spesifik sesuai dengan lingkungan dan manajemen pemeliharaan yang ada di daerah setempat. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit, bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan 3 mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana. Menurut Pamungkas et al., (2009), ciri-ciri kambing Kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam dan coklat). Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan, leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit, bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana. Ciri-ciri kambing Kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna tunggal (putih, hitam dan coklat). Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna tersebut. Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang. Telinga pendek dan menggantung. Janggut selalu terdapat pada jantan, sementara pada betina jarang ditemukan. Leher pendek dan punggung melengkung. Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor (Pamungkas et al., 2009). Tingkat kesuburan kambing Kacang tinggi dengan kemampuan hidup dari lahir sampai sapih 79,4%, sifat prolifik anak kembar dua 52,2%, kembar tiga 2,6% dan anak tunggal 44,9%. Kambing Kacang dewasa kelamin rata-rata umur 307,72 hari, persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg. Karakteristik morfologik kambing Kacang disajikan pada Tabel 1. 4 Tabel 1. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Kacang Uraian Kambing Kacang Betina Jantan Bobot/kg 22 25 Panjang badan/cm 47 55 Tinggi pundak/cm 55,3 55,7 Tinggi pinggul/cm 54,7 58,4 Lingkar dada/cm 62,1 67,6 Lebar dada/cm - - Dalam dada/cm - - Panjang Tanduk/cm 7 7,8 Panjang telinga/cm 4 4,5 Lebar telinga/cm - - Tegak Tegak Panjang ekor/cm 12 12 Lebar ekor/cm 2 2,5 Type telinga Sumber: Batubara et al., (2007) Kambing Benggala Kambing Benggala diduga merupakan hasil persilangan kambing Black Benggal dengan kambing Kacang. Kambing Benggala secara umum lebih besar dari kambing Kacang, umumnya didominasi warna hitam dan sedikit berwarna kecoklatan. Ciri khas dari kambing ini antara lain: bentuk telinga sedang, lurus ke samping dan kira-kira sepertiga bagian ujung telinga jatuh seperti patah di ujung, garis muka lurus tidak cembung seperti Peranakan Ettawah (PE), garis punggung lurus, bulu rambut sedang menutup semua permukaan kulit tetapi tidak panjang atau tebal dan tanduk tegak ke belakang. Kambing ini termasuk tipe pedaging (kambing potong) dan biasanya cukup prolifik (jumlah anak sekelahiran lebih dari satu atau kembar). Kambing Benggala mempunyai jumlah ambing yang cukup bagus sehingga produksi susu relatif cukup untuk kebutuhan anak walaupun kembar dua atau tiga pada saat pra sapih (Pamungkas et al., 2009). Karakteristik morfologik kambing Benggala disajikan pada Tabel 2. 5 Tabel 2. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Benggala Uraian Umur ±6 Bulan ±9 Bulan Induk Jantan 13,8 18,9 37,9 40 Panjang badan (cm) 50 57,2 72,8 77,3 Tinggi pundak (cm) 46,9 46,3 59 69,7 Tinggi pinggul (cm) 42,4 49,8 62,7 74 Lingkar dada (cm) 56,6 63,5 78,3 85,7 Lebar dada (cm) 42,6 52,4 62 66,6 Diameter dada (cm) 21 26,2 31 33,5 Panjang tanduk (cm) 1,8 6,4 15,2 14,3 Panjang telinga (cm) 14 13,5 18 27 Lebar telinga (cm) 4,8 5,9 6,3 6,8 Panjang ekor (cm) 16 9,7 13,2 15,5 Lebar ekor (cm) 5 5,6 4,8 6 Bobot (kg) Sumber: Batubara et al., (2007) Hijauan Pakan Hijauan pakan adalah semua pakan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Hijauan pakan diberikan pada ternak dapat berupa pakan segar atau pakan kering. Hijauan pakan terbagi dalam dua kelompok, yaitu hijauan pakan budidaya dan hijauan pakan alami. Hijauan pakan adalah faktor yang penting untuk pertumbuhan karena dengan pemberian pakan yang berkualitas dan cukup maka berat badan ternak akan meningkat, begitu pula dengan kualitas karkasnya (Newman dan Snapp, 1969). Jenis hijauan pakan yang dikumpulkan peternak untuk pakan ternak pada umumnya berasal dari golongan rumput dan leguminosa (kacang-kacangan). Sebagian besar hijauan pakan yang diberikan kepada ternak di Indonesia berupa rumput lokal atau rumput asli yang sering disebut rumput alam, baik yang berasal dari padang penggembalaan umum maupun dari tempat lain seperti pematang sawah, pinggir jalan, pinggir hutan, saluran irigasi atau perkebunan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2010). Apabila menginginkan produksi lebih baik sesuai dengan tujuan komersil, selain hijauan pakan juga harus diberikan makanan penguat seperti dedak padi, jagung, bungkil kelapa dan lainnya. 6 Hijauan Pakan Budidaya Hijauan pakan budidaya adalah hijauan yang dihasilkan lewat tata laksana budidaya hijauan meliputi penyediaan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, perawatan/penyiangan dan pemanenan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2010). Budidaya hijauan pakan dapat dilakukan dengan beberapa model sistem tanam yang mampu mengakomodasi tanaman utama, pakan ternak dan konservasi. Model sistem tanam budidaya hijauan pakan antara lain strip rumput, penguat teras, tanaman lorong/alley cropping, sistem tiga strata dan pagar hidup. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schum) Rumput gajah merupakan jenis hijauan pakan yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat (0-3000 m dpl), tahan lindungan, dan respon terhadap pemupukan. Rumput gajah merupakan tanaman tahunan dengan sistem pengakaran yang kuat, tumbuh tegak membentuk rumpun dengan rhizome yang pendek dan menghasilkan anakan apabila dipangkas. Umumnya batang tumbuh tegak mencapai tinggi 200-600 cm, jumlah buku mencapai 20 buku, diameter batang bagian bawah mencapai 3 cm. Panjang daun 30-120 cm dan lebar daun 10-50 mm. Pelepah daun halus hingga berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang lebar dan memiliki ujung yang runcing. Warna bunga kehijauan, kekuningan, kecoklatan atau keunguan (Reksohadiprojo, 2000). Rumput Ruzi (Brachiaria ruziziensis R. Germ dan C. M. Evrard) Brachiaria ruziziensis merupakan salah satu spesies rumput yang memiliki fungsi ganda yang dapat dipakai sebagai rumput potongan atau penggembalaan, palatabilitas tinggi, pertumbuhan cepat dan mampu bersaing dengan tanaman lain. Rumput Brachiaria sering disebut rumput bede yang dapat tumbuh dengan baik pada tanah subur dengan pH netral sampai keasaman sedang. Rumput ruzi memiliki daun yang lebat, padat berbulu pendek dan bertekstur lembut dengan panjang 10-25 cm dan lebar 10-15 mm. Daun dapat tumbuh dari buku batang dan rhizome. Tinggi tanaman mencapai 0,5-1,5 m saat berbunga. Kandungan beberapa zat nutrisi penting pada rumput ruzi antara lain bahan kering (18%-20%), air (80%-82%), bahan 7 organik (89%-90%), abu/mineral (9%-10%), protein kasar (8%-14%), NDF (50%61%), ADF (35%-40%) dan energi 4064 kkal/kg BK (Hutasoit et al., 2009). Rumput Setaria (Setaria splendida Staft) Rumput setaria berasal dari kawasan Afrika tropis, kemudian berkembang di Kenya dan Senegal. Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m. Memiliki daun yang halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, pangkal batang pipih dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti. Rumput setaria cocok ditanam di daerah yang mempunyai ketinggian 1.200 m dpl dengan curah hujan tahunan 750 mm, dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan tahan terhadap genangan air. Produksi hijauan setaria mencapai 100 ton rumput segar/hektar/tahun. Komposisi nutrient rumput setaria antara lain abu 11,5%, ekstrak eter/EE 2,8%, serat kasar 32,5%, BETN 44,8%, PK 8,3% dan TDN 52,88% (Rukmana, 2005). Rumput Raja (Pennisetum typhoides [Burm. f.] Stapf ) Rumput raja (Pennisetum purputhypoides Burm.) disebut juga “King Grass” merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum) dan jewawut mutiara {Pennisetum typhoides (Burm. f.) Stapf dan C. E. Hubb}. Selanjutnya dinyatakan bahwa rumput raja mempunyai toleransi yang cukup tinggi terhadap tempat tumbuhnya, tetapi tidak tahan terhadap naungan dan genangan air. Rumput raja merupakan tanaman tahunan, tumbuh tegak membentuk rumpun. Perakaran cukup dalam dan tingginya dapat mencapai 4 meter. Berbatang tebal, daun lebar dan panjang dibandingkan dengan rumput gajah. Pada daun banyak terdapat bulu kasar dibandingkan dengan rumput gajah ( Reksohadiprojo, 2000). Hijauan Pakan Alami Hijauan pakan alami merupakan jenis pakan ternak yang dapat tumbuh secara liar atau pun ditanam secara khusus tanpa ada perawatan khusus. Hijauan pakan alami terdiri dari jenis rumput-rumputan, kacang-kacangan dan daun-daunan (ramban). 8 Rumput Rumput tergolong dalam Famili Gramineae yaitu tanaman monokotiledon (bijinya terdiri atas satu kotiledon atau disebut juga berkeping satu). Struktur rumput relatif sederhana, terdiri dari akar yang bagian atasnya silindris dan langsung berhubungan dengan batang. Batangnya berbuku, helai daunnya keluar dari pelepah daun (sheath) pada buku batang. Malai rumput terdiri atas beberapa bunga yang nantinya menghasilkan biji. Hampir semua rumput adalah tanaman herba (tidak berkayu) sedangkan ukuran, bentuk dan pola tumbuhnya sangat beragam (Turgeon, 2002). Rumput mempunyai bagian atas yang terdiri dari batang, daun dan organ reproduktif serta bagian bawah yang berupa akar (Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990). Rumput dapat diperbanyak secara generatif yaitu dengan benih dan vegetatif yaitu dengan stolon dan rhizome (Sulistyantara, 1992). Rumput merupakan jenis tumbuhan yang mampu hidup dengan pertumbuhan tinggi di daerah tropik lembab, akan tetapi kelemahannya adalah sulit dalam mempertahankan kualitasnya karena semakin tua umur tanaman semakin rendah kadar proteinnya dan semakin tinggi kadar serat kasarnya. Rumput lapang adalah pakan yang sudah umum digunakan oleh peternak sebagai pakan utama ternak ruminansia. Rumput banyak di sekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi jalan dan semak-semak. Rumput ini tumbuh liar sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan (Aboenawan, 1991). Rumputrumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan peternak/pengelola ternak. Rumput lapang adalah campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah, namun rumput lapang merupakan hijauan yang mudah di dapat, murah dan pengelolaannya mudah (Wiradarya, 1989). Rumput mengandung zat makanan yang bermanfaat bagi ternak seperti lemak, bahan ekstrak tanpa-N, serat kasar, mineral (terutama phosphor dan garam dapur) serta vitamin. Kacangan/Leguminosa Leguminosa adalah tanaman dikotilledon (bijinya terdiri dari dua kotiledon atau disebut juga berkeping dua). Famili tanaman kacangan/leguminosa terbagi atas 9 tiga sub-famili yaitu Mimosaceae, Caesalpinaceae dan Papilionaceae. Kacangan merupakan salah satu hijauan pakan yang mengandung protein lebih tinggi daripada rumput, tanaman ini umumnya responsif terhadap pemupukan fosfat karena dibutuhkan untuk pertumbuhan perakaran dan aktivitas fiksasi nitrogen (Sumarsono, 2002). Mimosaceae adalah tanaman perdu berkayu dengan bunga biasa sedangkan Caesalpinaceae mempunyai bunga irregular. Papilionaceae adalah tanaman semak berkayu dengan bunga papilionate atau berbentuk seperti kupu. Antar jenis kacangan/leguminosa terdapat perbedaan morfologi. Fungsi kacangan dibagi menjadi 3 macam yaitu: (1) sebagai bahan pangan dan hijauan pakan (Papilionaceae): kacang tanah (Arachis hipogeae), kacang kedelai (Glycine soya), kacang panjang (Vigna sinensis); (2) sebagai hijauan pakan ternak (Mimosaceae): kacang gude (Cayanus cayan), kalopo (Calopogonium muconoides), sentro (Centrosoma pubescens) dan (3) multi fungsi (pakan, pagar, pelindung, penahan erosi): Gliricidia maculata, Albizzia falcata. Kandungan nilai protein dari tanaman leguminosa sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman rumput-rumputan. Selain itu, leguminosa juga mempunyai kandungan serat kasar yang lebih rendah dibanding rumput sehingga kecernaannya akan lebih tinggi (Sumarsono, 2002). Daun-Daunan (Ramban) Daun-daunan atau ramban berasal dari tanaman yang tidak tergolong sebagai jenis tanaman yang secara konvensional dikenal sebagai hijauan pakan ternak seperti rumput-rumputan ataupun leguminosa. Daun-daunan/ramban tergolong sebagai tanaman buah-buahan, gulma ataupun tanam pohon dikawasan hutan. Penggunaan daun-daunan ini umumnya dapat diamati dikawasan pertanian intensif di negaranegara tropis, khususnya pada musim kemarau yang merupakan periode dimana jenis-jenis hijauan pakan ternak konvensional sulit didapatkan. Adapun beberapa jenis daun-daunan yang dimaksud misalnya berasal dari tanaman alpukat (Persea sp), nangka (Artocarpus sp) serta pisang (Musa sp). Jenis-jenis pohon yang daunnya dilaporkan digunakan sebagai pakan ruminansia di kawasan asia meliputi Erythrina variegata, Ficus (F. exasperata, F. bengalnensis, F. religiosa), Albizia lebbeck, Tamarindus indica, Cajanus cajan (Devendra, 1990). 10 Usaha Peternakan Kambing Ternak kambing merupakan ternak yang dipelihara oleh masyarakat secara luas karena mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan bagi pemeliharaannya yaitu sebagai tabungan yang sewaktu-waktu boleh dijual dan cepat berkembang biak. Menurut Mubyarto (1989), peternakan dilihat dari pola pemeliharaan yang terbagi atas tiga kelompok, yaitu 1) peternakan rakyat dengan pemeliharaan tradisional, 2) peternakan rakyat dengan pemeliharaan semi komersil dan 3) peternakan komersil. Tercapainya produksi optimal memerlukan faktor pendukung produksi meliputi ternak, tenaga kerja, modal dan manajemen. Pemeliharaan ternak kambing secara tradisional umumnya memiliki produktivitas kambing rendah. Menurut Handiwirawan et al., (1996) rendahnya produktivitas kambing terutama berkaitan dengan rendahnya laju pertambahan bobot badan, panjangnya selang beranak dan tingginya laju mortalitas. Sistem Pemeliharaan Ternak Sistem pemeliharaan ternak terbagi atas tiga yaitu sistem ekstensif, semiintensif atau intensif (Parakkasi, 1999). Sistem Pemeliharaan Ekstensif Sistem pemeliharaan ekstensif umumnya dilakukan di daerah dengan kondisi tanah tidak cocok untuk peningkatan pertanian dan terlalu sulit atau mahal untuk dipagar. Ternak dilepas bebas dan mencari makan sendiri di padang rumput atau tempat sumber pakan lain pada siang hari dan pulang pada malam hari. Ternak tidak memiliki kandang sebagai tempat berlindung (Mulyono et al., 2008). Parakkasi (1999) menyatakan bahwa sistem ekstensif dapat dilihat dari aktivitas perkawinan, pembesaran, pertumbuhan dan penggemukan yang dilaksanakan oleh orang dan di lapangan yang sama. Ditinjau dari segi usaha, cara ini tidak merugi karena ongkos produksi hampir nol, akan tetapi secara nasional akan kebutuhan daging sistem ini tidak diharapkan. Sistem Pemeliharaan Semi Intensif Sistem pemeliharaan semi intensif merupakan pemeliharaan ternak dengan penggembalaan secara teratur, memiliki kandang sebagai tempat berlindung dan 11 tempat tidur ternak pada malam hari. Peternak mulai memperhatikan tanda-tanda birahi dan membantu kelahiran ternak. Masa penggembalaan berlangsung sekitar delapan jam setiap hari cerah. Selain rerumputan, kambing juga mulai diberi makanan tambahan sebagai penguat seperti dedak padi, ampas tahu, ubi jalar, ubi kayu serta daun-daunan seperti daun lamtoro atau petai cina, daun nangka atau daun mangga. Garam mineral dan gula merah juga diberikan sebagai campuran pada air minum kambing atau bisa juga dicampur dengan rumput atau pakan penguat (Mulyono et al., 2008). Sistem Pemeliharaan Intensif Sistem pemeliharaan intensif menuntut perhatian penuh dan memerlukan pengadaan hijauan pakan terus menerus tanpa penggembalaan. Kandang ternak dipisahkan menurut jenis kelamin dan umur ternak. Perawatan rutin yang dilakukan meliputi : 1) pembersihan kandang, 2) pengumpulan kotoran dan 3) penyediaan pakan hijauan, pakan tambahan dan air minum. Perawatan insidental meliputi: 1) pemotongan kuku kambing, 2) kastrasi atau pengebirian, 3) pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat, 4) pemberian tanda pengenal, 5) pemotongan tanduk dan 6) vaksinasi (Mulyono et al., 2008). 12