Tesis Dewi Purwanti

advertisement
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa
kesimpulan antara lain:
1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dari 17,98 US$ per barel pada tahun 1999
menjadi 97,04 US$ per barel pada tahun 2008 atau naik sekitar 23,86 persen
per tahun. Selama periode yang sama, rata-rata inflasi dan pertumbuhan
ekonomi di negara-negara ASEAN+3 menunjukkan peningkatan yaitu
masing-masing sebesar 3,31 persen dan 5,3 persen per tahun.
2. Selama tahun 1999-2008, peningkatan harga minyak dunia umumnya diikuti
oleh peningkatan inflasi di masing-masing negara ASEAN+3 kecuali di
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh penerapan subsidi harga bahan bakar
minyak yang sangat tinggi di Indonesia. Beberapa negara lainnya menerapkan
pajak terhadap bahan bakar dalam rangka menyesuaikan dengan kenaikan
harga minyak dunia. Penerapan subsidi bertujuan untuk mengurangi dampak
kenaikan inflasi sedangkan penerapan pajak bahan bakar akan berdampak
pada inflasi. Hubungan antara harga minyak dunia dengan pertumbuhan
ekonomi di beberapa negara-negara ASEAN+3 umumnya menunjukkan
hubungan yang positif kecuali di Jepang, Filipina, dan Thailand. Hal ini
menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak dunia sekarang tidak selalu
diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang negatif. Hubungan positif antara
harga minyak dunia dengan pertumbuhan ekonomi antara lain terjadi di
Indonesia dan Malaysia karena kedua negara tersebut merupakan pengekspor
minyak mentah dan produk-produk olahannya.
3. Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan laju perubahan harga minyak
dunia secara signifikan menyebabkan inflasi di negara-negara ASEAN+3. Hal
ini disebabkan karena umumnya negara-negara ASEAN+3 tidak melakukan
subsidi harga bahan bakar. Kenaikan harga minyak juga dapat mengakibatkan
kenaikan harga-harga barang lain seperti harga barang dan jasa yang terkait
dengan bahan bakar minyak dan kenaikan harga komoditas lain (beras, karet,
82
kelapa sawit, kopi emas, perak, batubara, gas alam, serta bahan tambang
lainnya). Tingginya harga minyak juga telah mendorong berkembangnya
produksi biofuel sebagai energi alternatif. Beralihnya penggunaan sejumlah
besar komoditas yang semula hanya sebagai bahan pangan menjadi bahan
baku industri biofuel (seperti minyak sawit, jagung, gandum, kedelai) juga
pada akhirnya memicu kenaikan harga. Selain itu, Kenaikan harga minyak
juga menyebabkan kenaikan defisit fiskal dimana salah satu asal inflasi adalah
hasil dari ketidakseimbangan fiskal.
4. Kenaikan laju perubahan harga minyak dunia secara signifikan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+3. Hal ini disebabkan karena
adanya peningkatan pendapatan yang diperoleh dari ekspor minyak mentah
dan produk-produk olahannya, peningkatan pendapatan negara pengekspor
komoditi lain yang harganya mengikuti kenaikan harga minyak, dan
penurunan intensitas minyak. Penurunan intensitas minyak terkait dengan
usaha penghematan konsumsi minyak dan perubahan teknologi yang berperan
dalam perekonomian sehingga tidak lagi terlalu terganggu oleh kenaikan
harga minyak. Perekonomian saat ini lebih berbasis jasa dan bukan berbasis
manufaktur. Sektor jasa biasanya menggunakan energi lebih sedikit untuk
memproduksi daripada sektor industri. Peningkatan permintaan agregat juga
berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga peningkatan
harga minyak yang berdampak pada inflasi tidak diiringi penurunan
pertumbuhan ekonomi seperti pada tahun 1970-an. Peningkatan permintaan
agregat ini disebabkan oleh struktur perekonomian negara-negara ASEAN+3
yang didominasi oleh konsumsi serta kenaikan ekspor akibat nilai tukar
domestik yang terdepresiasi sehingga menyebabkan barang domestik lebih
berdaya saing dibanding dengan barang luar negeri.
5. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap inflasi.
Inflasi yang tinggi sering ditandai dengan kontraksi tingkat GDP dimana
inflasi tinggi terkait dengan kinerja makroekonomi yang buruk. Selain itu,
inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Inflasi yang tinggi berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Inflasi yang tinggi menyebabkan biaya sosial tinggi
83
yang harus ditanggung oleh pemerintah, pengusaha, dan masyarakat.
Kenaikan tingkat harga akan menurunkan stok uang riil yang pada akhirnya
menyebabkan penurunan permintaan dan output. Secara umum, inflasi
meningkatkan biaya produksi dan transportasi serta menurunkan daya beli
masyarakat sehingga berpengaruh negatif bagi perekonomian.
6. Inflasi dan pertumbuhan ekonomi masing-masing dipengaruhi secara positif
oleh Inflasi dan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya namun tidak
signifikan di negara-negara ASEAN+3.
6.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan pada
penelitian ini antara lain:
1. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak kenaikan harga minyak terhadap
inflasi negara-negara ASEAN+3 adalah melalui mekanisme revisi harga
secara regular untuk menetapkan harga bahan bakar minyak pada tingkat
harga keekonomian untuk menjamin stabilitas ekonomi. Selain itu, penurunan
konsumsi minyak juga dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan
minyak negara-negara ASEAN+3. Konsumsi minyak yang tinggi di negaranegara ASEAN+3 tidak diiringi dengan produksi (supply) yang cukup
sehingga perlu dilakukan upaya untuk mendidik dan menyadarkan konsumen
tentang pentingnya konservasi energi (misalnya melalui praktek-praktek
manajemen energi yang baik). Penghematan bahan bakar bisa dilakukan
melalui efisiensi penggunaan bahan bakar dan penciptaan energi alternatif
seperti energi surya, tenaga air, angin, panas bumi, serta pemanfaatan bahan
bakar alternatif seperti biofuel dan briket batubara. Hal ini sejalan dengan
kesepakatan para pemimpin ASEAN untuk mengembangkan sumber energi
yang lebih inovatif dan energi terbarukan dengan mensinergikan apa yang bisa
dilakukan pada tingkat kawasan sebagai salah satu upaya meningkatkan
ketahanan energi. Selain itu, pembangunan infrastruktur energi lain seperti
gas alam dan batubara dan memasukkan upaya pengurangan peranan minyak
dalam salah satu target energy mix diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan terhadap minyak bumi.
84
2. Dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi tetap tinggi maka untuk
mengurangi dampak kenaikan harga minyak terhadap pertumbuhan ekonomi
bagi negara-negara penghasil minyak adalah menyiapkan dana cadangan yang
berasal dari kelebihan penerimaan ekspor minyak akibat dampak kenaikan
harga minyak mentah dunia. Selanjutnya dana cadangan ini dapat digunakan
untuk memenuhi permintaan minyak dalam negeri. Selain itu juga dapat
dilakukan dengan meningkatkan nilai tambah produk-produk ekspor yang
harganya terkait dengan harga minyak dunia seperti batubara, karet, dan
kelapa sawit. Peningkatan nilai tambah ini bisa dilakukan dengan
meningkatkan ekspor barang setengah jadi dan mengurangi ekspor barang
mentah. Untuk itu, perlu dukungan riset yang terintegrasi antara lembaga
penelitian dengan universitas dan perusahaan sehingga diperoleh terobosan
baru di industri hilir.
3. Pemerintah dalam hal ini otoritas moneter (bank sentral) di negara-negara
ASEAN+3 hendaknya lebih mengutamakan dampak harga minyak dunia
terhadap inflasi antara lain melalui jalur suku bunga.
4. Kenaikan harga minyak menyebabkan kenaikan inflasi negara-negara
ASEAN+3 dan inflasi yang tinggi menyebabkan biaya tinggi dalam
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sehingga pembuat
kebijakan diharapkan dapat membuat kebijakan yang tidak hanya baik untuk
jangka pendek namun juga untuk jangka panjang. Peran pemerintah dalam
meredistribusi pendapatan masyarakat melalui transfer payment hendaknya
dipergunakan sebaik-baiknya sehingga bisa tepat sasaran. Selain itu, peran
pemerintah dalam memengaruhi harga melalui insentif (subsidi), disinsentif
(pajak), dan pengaturan struktur pasar dari monopolistis menjadi lebih
kompetitif hendaknya juga dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat dalam
jangka panjang.
5. Perlu dilakukan upaya penurunan intensitas minyak melalui penurunan
konsumsi minyak dengan penghematan di semua sektor sehingga diharapkan
akan mengurangi dampak tingginya harga minyak terhadap inflasi dan
pertumbuhan ekonomi. Sektor industri dan transportasi berpotensi besar untuk
melakukan penghematan energi melalui peningkatan efisiensi penggunaan
85
yang beralih dari bahan bakar minyak ke listrik untuk proses pemanasan.
Makin tingginya konsumsi minyak berdampak pada makin tingginya emisi
CO2. Secara tidak langsung, subsidi bahan bakar telah memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan emisi CO2 yang lebih cepat. Transportasi merupakan
salah satu penghasil emisi gas rumah kaca, dan potensi penghematan energi di
sektor ini cukup signifikan. Pembatasan emisi dalam transportasi dapat
meningkatkan penghematan ini. Individu akan didorong untuk membuat moda
transportasi
ramah
lingkungan
(bukan
energi-intensif).
Penghematan
konsumsi minyak terutama di sektor transportasi, industri, listrik, maupun
di tingkat rumah tangga hendaknya dilakukan untuk memastikan stabilitas
ekonomi yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
6. Perlu dilakukan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi
mengingat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat menurunkan inflasi. Hal
ini dapat dilakukan melalui peningkatan investasi dan ekspor.
Download