Ringkasan Khotbah

advertisement
Ringkasan Khotbah - 13 Januari 2013
Latar Belakang Kitab 1 Petrus:
Petrus, Rasul Yesus Kristus (1Pet.1:1)
Ev. Calvin Renata, M.Div.
Ketika Tuhan memberikan wahyunya kepada kita Tuhan ingin kita mengerti firman-Nya secara
utuh bukannya sepotong-potong. Tetapi kebanyakan gereja di Indonesia ini tidak berani
memberitakan firman secara ekspositori. Khotbah ekspositori merupakan khotbah yang
menguraikan ayat demi ayat Alkitab sehingga firman Tuhan bisa dimengerti secara
komprehensif dan utuh. Kebanyakan gereja mengkhotbahkan ayat yang menyenangkan
jemaat. Tahun ini khotbah akan bersifat ekspositori dan saya akan membahas kitab 1 Petrus.
Dalam zaman Petrus hidup cara orang menulis surat berbeda dengan zaman kita sekarang. Di
jaman itu awal surat selalu diawali dengan identifikasi penulis dan tidak pernah mencantumkan
tanggal dan tempat penulisan. Berbeda dengan zaman ini dimana penulis surat selalu
mengawali suratnya dengan identitas penerima dan mencantumkan tempat dan tanggal
penulisan sedangkan identitas penulis diletakkan di akhir.
Karena tidak ada tempat dan tanggal penulisan penafsiran tahun dan tempat penulisan semua
surat di dalam Perjanjian Baru banyak yang bersifat kira-kira. Surat 1 Petrus diawali dengan
identitas penulis, yaitu Petrus, yang menyebut dirinya rasul Yesus Kristus. Pemberian predikat
rasul Yesus Kristus, digunakan oleh Petrus untuk memperlihatkan otoritasnya kepada penerima
suratnya. Tetapi tidak serta merta semua orang menerima klaim Petrus bahwa ia adalah rasul
Yesus Kristus.
Dalam sejarah gereja di abad ke-18 muncul gerakan liberalisme. Gerakan ini memunculkan
kritik terhadap Alkitab kita dalam bentuk source criticism. Banyak orang meragukan surat 1
Petrus benar-benar ini ditulis oleh Petrus.
Ada 2 alasan mengapa mereka meragukan surat 1 Petrus benar-benar ditulis oleh Petrus.
Pertama, gaya bahasa dalam surat ini terlalu indah, sehingga Petrus yang kasar dan tidak
berpendidikan tinggi dirasa tidak mungkin menulis surat dengan gaya bahasa yang indah.
Tetapi Tuhan bisa memakai siapapun, termasuk orang yang tidak berpendidikan, untuk menjadi
alat-Nya. Inilah perbedaan cara pandang manusia dan Tuhan.
Kemungkinan lainnya, Petrus menyuruh Silwanus untuk menuliskan surat 1 Petrus dengan
pimpinannya. Hal ini ditunjukkan secara singkat dalam 1Pet.5:12. Silwanus adalah rekan kerja
Paulus. Kemungkinan besar saat itu Paulus sudah mati sehingga Silwanus ikut melayani
1/5
Ringkasan Khotbah - 13 Januari 2013
dengan Petrus.
Keberatan kedua dari orang liberal adalah isi surat tersebut. Petrus dirasa tidak mungkin
menulis surat 1 Petrus karena isi surat tersebut terlalu berbau ajaran Paulus. Ferdinand
Christian Bauer mengatakan bahwa karena Petrus dan Paulus mempunyai injil yang berbeda
dengan kepentingan dan misi mereka masing-masing tidak mungkin kedua orang ini
mempunyai pemikiran yang sama dengan injil.
Jadi Bauer menyimpulkan bahwa penulis surat 1 Petrus ini meniru surat-surat Paulus. Tetapi di
dalam Alkitab, setelah Paulus bertobat, ia menemui rasul yang lain dan belajar dari mereka.
Petrus lebih dulu percaya dan bersama Yesus, sehingga kemungkinan besar Pauluslah yang
belajar kepada Petrus dan rasul lain bukan sebaliknya.
Kedua keberatan ini tidak masuk akal dan hanya mencari-cari kesalahan Alkitab. Kita harusnya
kembali kepada iman yang ortodoks, kita tidak perlu meragukan bahwa kitab ini benar-benar
ditulis oleh Petrus.
Dari semua murid Yesus, hanya sedikit yang tulisannya dijadikan kanon, hanya tulisan dari 3
murid yang dijadikan kanon yaitu Matius, Petrus, dan Yohanes. Tidak ada injil lainnya.
Sehingga walaupun di tahun 70-an di Mesir ditemukan kitab-kitab gnostik seperti injil Barnabas
atau injil Bartolomeus, iman kita tidak perlu menjadi goncang karenanya. Firman Tuhan sudah
lengkap dan selesai dan tidak perlu ditambahkan kitab lainnya lagi.
Selama Yesus hidup Petrus merupakan salah satu murid yang paling dekat dengan-Nya.
Selama Yesus hidup ada 3 percakapan penting (discourses) antara Yesus dan Petrus.
Discourse pertama, dapat ditemukan pada Mat 16:13–20. Perikop ini menceritakan percakapan
antara Yesus dan murid-murid-Nya dan dicatat dalam injil sinoptik yang lain. Tetapi di injil
Matius mencatat percakapan pribadi antara Yesus dan Petrus. Yesus menanyakan kepada
murid-murid-Nya mengenai siapakah diri-Nya bagi para murid. Petrus memberikan jawaban
yang sangat penting dalam kristologi yaitu Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Yesus
menyatakan bahwa jawaban itu dinyatakan oleh Bapa di surga kepada Petrus.
Matius mencatat bahwa setelah Yesus memuji Petrus, Yesus mengatakan “Engkau adalah
Petros, dan di atas petra ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan
2/5
Ringkasan Khotbah - 13 Januari 2013
menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan Sorga, apa yang kauikat di dalam
dunia akan terikat di sorga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Kalimat ini merupakan kalimat yang sulit dipahami dan menimbulkan banyak perdebatan.
Apakah maksud Yesus dengan perkataan-Nya tersebut? Ada 3 kelompok penafsiran mengenai
kalimat ini. Kelompok pertama, Gereja Roma Katolik menafsirkan ayat ini sebagai
pengangkatan Petrus sebagai paus pertama.
Kelompok kedua, yang dikemukakan oleh Leon Morris dan DA Carson mengatakan bahwa kata
batu karang (petra) menunjuk kepada Petrus, tetapi Tuhan tidak menunjuk Petrus sebagai paus
pertama di gereja. Yesus menyebut kunci kerajaan Allah untuk menunjukkan peran Petrus yang
penting sekali dalam gereja.
Kelompok yang ketiga, yaitu Agustinus dan para reformator menafsirkan bahwa kata batu
karang menunjuk kepada pengakuan Petrus, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Di atas
pengakuan Petrus, Yesus membangun jemaat-Nya.
Dari ketiga penafsiran tersebut, kelompok yang pertama jelas sudah salah, karena Alkitab tidak
mendukung sistem kepemimpinan kepausan (dipimpin oleh 1 orang) di dalam gereja, tetapi
dipimpin oleh penatua (elders). Hal ini dapat dilihat pada surat Timotius dan Titus, Paulus
berbicara mengenai penatua dan penilik jemaat. Bagian Alkitab ini menggugurkan bentuk
kepemerintahan kepausan dalam gereja.
Dari dua penafsiran sisanya, kedua penafsiran ini benar. Dalam penafsiran kedua, Petrus
merupakan batu karang, tetapi tidak diangkat sebagai paus. Bukan berarti Petrus tidak ada
gunanya dalam sejarah Gereja. Perkataan Tuhan digenapi satu persatu dalam Kisah Para
Rasul. Petrus memiliki otoritas yang penting dalam menegakkan gereja mula-mula. Petrus
merupakan orang pertama yang menegakkan otoritas Tuhan kepada Ananias dan Safira yang
membohongi Petrus mengenai hasil penjualan tanah. Suami istri ini jahat di mata Tuhan dan
Petrus, yang dipenuhi dengan kuasa Tuhan, menghukum mereka.
Dalam Kisah Para Rasul pasal 1, Petrus merupakan orang pertama yang berinisiatif untuk
mencari pengganti Yudas Iskariot dengan membuang undi. Di pasal ke 2, Petrus mengadakan
KKR dan 3000 orang bertobat mendengar khotbahnya. Di pasal ke 10, Petrus merupakan kunci
3/5
Ringkasan Khotbah - 13 Januari 2013
yang membuka penginjilan kepada orang non Yahudi. Kemudian di pasal 11, saat para rasul
berdebat apakah injil boleh diberitakan kepada orang non Yahudi, Petrus menjawab dengan
penuh otoritas bahwa Injil harus diberitakan kepada orang non Yahudi. Meskipun Paulus yang
banyak menginjili orang non Yahudi, tetapi Petruslah yang memegang kuncinya. Petrus juga
memegang peranan penting dalam fondasi doktrin keselamatan dari Tuhan. Otoritas seperti
yang ditunjukkan dalam Kisah Para Rasul ini diberikan oleh Tuhan kepada Petrus.
Discourse kedua, bertolak belakang dengan discourse pertama yang bernada positif,
percakapan kedua ini bernada negatif. Discourse kedua mengenai penyangkalan iman Petrus
kepada Yesus Kristus. Discourse ini dicatat di ke 4 Injil. Percakapan kedua ini terjadi pada
malam sebelum Yesus ditangkap. Yesus berkata kepada Petrus bahwa Petrus akan
menyangkal Yesus 3 kali sebelum ayam berkokok. Petrus menyangkal nubuat Yesus. Yesus
tidak memuji Petrus seperti sebelumnya. Tetapi beberapa jam kemudian, apa yang Yesus
nubuatkan kepada Petrus terjadi.
Petrus yang ketakutan menghunus pedang dan memotong telinga seorang perwira. Meskipun
kelihatannya berani, tetapi Petrus takut. Ia bahkan takut terhadap seorang hamba wanita. Inilah
jiwa Petrus yang sesungguhnya. Sehingga akhirnya Petrus melakukan dosa yang begitu serius
dengan menyangkal Tuhan Yesus. Dalam penyangkalannya, ada intensitas yang bertambah.
Petrus menyangkal Yesus 3 kali, semakin menyangkal semakin kuat penyangkalan Petrus.
Dosa yang dilakukan Petrus sangatlah serius, karena Yesus pernah mengatakan siapa yang
menyangkal Dia akan disangkal oleh Bapa di surga. Iman Kristen tidak membedakan dosa
besar dan kecil, tetapi Alkitab mencatat ada dosa-dosa serius: Daud berzinah, atau Saul yang
tidak taat, tetapi Petrus yang menyangkal Yesus merupakan dosa yang lebih serius. Tetapi
pada hari itu juga Petrus bertobat. Setelah Yesus keluar dari pengadilan Herodes, dicatat
bahwa Yesus menatap Petrus tanpa kata-kata dan kemudian Petrus teringat akan nubuat
Yesus mengenai penyangkalannya dan menangis sedih luar biasa dan bertobat. Inilah titik balik
dalam hidup Petrus. Pada hari itu ada 2 orang yang mengkhianati Yesus, yaitu Yudas karena
materi dan Petrus yang menyangkal Yesus karena ketidaksiapan hatinya dalam menghadapi
peristiwa tersebut. Peristiwa ini menjadi inspirasi bagi gereja segala zaman dalam pengakuan
iman kita. Di dalam hidup kita seringkali kita menyangkal Tuhan dalam banyak cara. Dosa ini
sangat serius. Peristiwa yang dialami Petrus menjadi peringatan bagi kita semua supaya kita
tidak mengulang kesalahan ini. Akan tiba saatnya dimana orang Kristen akan dianiaya,
beranikah kita mengaku iman kita pada saat itu? Ataukah kita seperti Petrus yang menyangkal
imannya?
Discourse ke 3 dicatat di Yoh 21:15–19, setelah Yesus bangkit dari kematian, Petrus dan murid
4/5
Ringkasan Khotbah - 13 Januari 2013
lain kembali menjadi nelayan. Petrus kehilangan visi dalam hidupnya sehingga ia tidak tahu apa
yang harus ia kerjakan dan kembali menjadi nelayan. Setelah Yesus bangkit, Ia mencari
murid-Nya satu persatu, seperti saat Adam berdosa, Tuhan mencari Adam, bukan manusia
mencari Tuhan. Yesus menemukan Petrus dan menanyakan apakah Petrus mengasihi-Nya?
Yesus bertanya hingga 3 kali, paralel dengan penyangkalan Petrus sebanyak 3 kali.
Ada kesalahan eksegesis dalam penafsiran ayat ini. Yesus bertanya sebanyak 3 kali, pada
pertanyaan 1 dan 2 Yesus bertanya menggunakan kata agape, Petrus menjawab keduanya
dengan filea. Pada pertanyaan 3 Yesus mengganti pertanyaan-Nya menjadi filea, kemudian
Petrus menjawab dengan filea. Banyak orang menafsirkan Yesus mengganti kata agape
menjadi filea, karena Petrus tidak dapat mencapai standar yang ditetapkan Yesus dalam
hidupnya. Sehingga Yesus menurunkan standar cinta yang Tuhan inginkan dengan kata filea.
Tafsiran ini salah karena kata agape tidak selalu menunjuk kepada Tuhan.
Kita diajarkan bahwa agape berarti cinta Tuhan kepada manusia; filea berarti cinta kepada
sesama manusia; eros berarti cinta suami kepada istri; dan storge berarti cinta manusia secara
umum. Kita diajarkan bahwa ke 4 kata cinta ini mempunyai hierarki dimana agape paling tinggi,
dan eros/storge terendah. D.A. Carson mengungkapkan dalam salah satu bukunya bahwa kata
agape dan filea dipakai secara bergantian (interchangeable). D.A.Carson membuktikan dalam
peristiwa Yesus dibaptis, Bapa di surga menggunakan kata filea untuk mengungkapkan
kasih-Nya kepada Yesus. Dalam cerita Yakub, kata agape dan filea digunakan bergantian.
Yang paling mengerikan adalah Amnon dikatakan agape kepada Tamar, padahal cinta Amnon
kepada Tamar merupakan cinta yang penuh nafsu, karena akhirnya Amnon memperkosa
Tamar. Jadi penggunaan kata filea dan agape dalam pertanyaan Yesus tidak menunjukkan
standar/ kualitas.
Petrus hari itu menerima perintah baru dalam hidupnya untuk menggembalakan umat-Nya.
Perintah itu diingat terus oleh Petrus dan dalam salah satu suratnya, ia meneruskan perintah
Yesus kepada jemaat yang dipimpinnya. Selain itu Yesus juga menubuatkan kematian Petrus.
Petrus akan mati dan dalam kematiannya Petrus memuliakan Tuhan. Kematian Petrus dicatat
sebagai peristiwa unik yaitu disalib terbalik, tetapi peristiwa ini tidak pernah dicatat dalam
Alkitab. Peristiwa ini dicatat dalam kitab non kanonikal yang ditulis salah satunya oleh Clemens,
murid Petrus. Kitab ini bukan kita kanonikal, sehingga kitab ini tidak dianggap berotoritas. Cara
Petrus meninggal bukan hal yang penting. Hal yang utama adalah dalam kematiannya Petrus
memuliakan Tuhan. Discourse ke 3 ini menjadi titik balik bagi Petrus. Yesus mengajak Petrus
untuk mengikut Dia, dan hingga akhir hidupnya Petrus tidak pernah menyangkal Yesus lagi.
(Transkrip ini belum diperiksa pengkhotbah, MD).
5/5
Download