BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek didefinisikan sebagai sebagai usaha temporer yang memiliki tujuan tertentu untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang unik (PMI, 2013). Temporer berarti proyek memiliki waktu pelaksanaan yang jelas awal dan akhirnya. Unik berarti proyek memiliki karakter yang berbeda satu sama lain (PMI, 2013). Contoh proyek antara lain adalah proyek konstruksi pembangunan jembatan Suramadu. Manajemen proyek merupakan penerapan wawasan, instrumen dan teknik pada aktivitas proyek yang bertujuan untuk memenuhi keinginan pemegang kepentingan dalam proyek (PMI, 2013). Manajemen proyek merupakan hal yang penting untuk perusahaan karena dengan manajemen proyek perusahaan dapat mengelola keterbatasan dalam hal waktu dan biaya untuk memaksimalkan kepuasan dari konsumen. Beberapa tahun terakhir ini, Project Management Maturity Model (PM3) telah menarik banyak perhatian pada bidang manajemen proyek. Project Management Maturity Model (PM3) bertujuan untuk meningkatkan kedewasaan dari sebuah proyek dengan melakukan perbaikan terus menerus pada proses (Fengyong & Renhui, 2007). Menurut Bay dan Skitmore (2006) terdapat teori traditional yaitu jika perusahaan menerapkan manajemen proyek yang lebih lanjut maka perusahaan tersebut memiliki kinerja yang lebih baik. Supriyadi (2014) melakukan studi empiris untuk meneliti hubungan tingkat kedewasaan manajemen proyek dengan kinerja perusahaan teknologi informasi. Hasil dari penelitian Supriyadi (2014) tersebut memperkuat teori traditional seperti diungkapkan Bay dan Skitmore (2006). “Pengaruh tingkat kedewasaan manajemen proyek perusahaan teknologi informasi (X) terhadap performa perusahaan teknologi informasi (Y) memiliki 1 2 persamaan y = 0.622x + 0.225. Variabel X bernilai positif artinya tingkat kedewasaan manajemen proyek perusahaan teknologi informasi berbanding lurus dengan kinerjanya.” (Supriyadi, 2014). Namun di sisi lain terdapat teori kontijensi yang mengungkapkan bahwa tidak terdapat sistem manajemen proyek yang berlaku secara universal (Sisaye, 2005). Berdasarkan teori kontijensi maka hubungan antara tingkat kedewasaan manajemen proyek dan kinerja perusahaan berbeda-beda tergantung jenis perusahaannya. Oleh karena itu jika penelitian dilakukan pada objek perusahaan yang berbeda maka perlu diteliti ulang hubungan antara tingkat kedewasaan atau implementasi manajemen proyek dengan kinerja pada perusahaan tersebut. Bay dan Skitmore (2006) dalam penelitiannya tentang penerapan Project Management Maturity Model (PM3) pada 6 jenis organisasi di Indonesia menyatakan bahwa manajemen proyek belum digunakan secara efektif pada sebagian besar organisasi tersebut. Jenis perusahaan konstruksi yang menjadi salah satu obyek penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat beberapa masalah dalam memenuhi tujuan proyek konstruksi. Perusahaan konstruksi sering kali mengalami keterlambatan, overbudget, atau mengalami keduanya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik mengenai nilai proyek kontruksi di Indonesia dari tahun 2004 hingga 2012 mengalami kenaikan. Pada tahun 2004 nilai proyek konstruksi Indonesia senilai 56 trilyun dan terus meningkat hingga pada 2012 senilai 439 trilyun (BPS, 2012). Hal ini merupakan suatu ironi dengan melihat fakta bahwa semakin banyak proyek konstruksi di Indonesia namun dalam praktiknya tidak dilakukan secara efektif dan efisien maka perbaikan pada proses sangat penting dilakukan. Kerzner (2001) menyatakan untuk dapat melakukan perbaikan terlebih dahulu kita harus mengenali pada level mana tingkat kedewasaan manajemen organisasi saat ini dan ke arah mana organisasi perlu berkembang. Oleh karena itu perlu dikembangkan model pengukuran tingkat kedewasaan manajemen proyek dengan fokus penelitian pada perusahaan konstruksi di Indonesia. Fengyong dan Renhui (2007) dalam penelitiannya menyatakan betapa pentingnya perhatian terhadap manajemen proyek dalam proyek organisasi 3 konstruksi. Manajemen proyek dalam organisasi konstruksi merupakan sesuatu yang sangat mendasar (Fengyong & Renhui, 2007). IFC (2013) menjelaskan organisasi konstruksi memiliki peran secara langsung maupun tidak langsung pada perekonomian suatu negara. Peranan organisasi konstruksi secara langsung contohnya organisasi konstruksi menyerap banyak tenaga kerja (IFC, 2013). Peranan organisasi secara tidak langsung contohnya organisasi konstruksi menyediakan infrastuktur untuk jenis organisasi atau industri lain seperti manufaktur dan jasa (Azhari, 2013). Data BPS (2013) tentang persentase kontribusi organisasi konstruksi terhadap total pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia juga menunjukkan peningkatan. Tahun 2000 persentase kontribusi organisasi kontruksi terhadap total PDB Indonesia senilai 6% dan meningkat terus hingga tahun 2012 senilai 10%. Mempertimbangkan arti pentingnya organisasi konstruksi bagi suatu negara maka perlu dilakukannya penelitian mengenai tingkat kedewasaan manajemen proyek dalam organisasi konstruksi di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka masalah yang akan ditelaah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengukur dan mengevaluasi tingkat kedewasaan implementasi manajemen proyek perusahaan konstruksi. Pengukuran dilakukan sebagai langkah awal perbaikan tingkat implementasi manajemen proyek. Selain itu dalam penelitian ini juga akan diteliti hubungan antara tingkat implementasi manajemen proyek dan kinerja pada perusahaan konstruksi. Studi empiris ini dilakukan untuk membuktikan apakah teori tradisional mengenai hubungan implementasi manajemen proyek dan kinerja terbukti benar. 4 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Agar penelitian dapat terfokus maka diberikan asumsi dan batasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan konstruksi yang telah berbadan usaha. 2. Penelitian difokuskan di wilayah Yogyakarta dan Jakarta karena keterbatasan waktu, biaya, serta akses responden yang susah. 3. Penyebaran kuisioner dan wawancara dilakukan kepada praktisi manajemen proyek atau responden dengan pengalaman kerja di bidang manajemen proyek. 1.4 Tujuan Penelitian Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kedewasaan implementasi manajemen proyek pada perusahaan konstruksi di Indonesia. Penelitian ini secara spesifik bertujuan untuk: 1. mengetahui kondisi umum tingkat implementasi manajemen proyek perusahaan konstruksi di Indonesia. 2. mengetahui hubungan antara tingkat implementasi manajemen proyek terhadap kinerja perusahaan konstruksi di Indonesia. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan konstruksi di Indonesia untuk mengukur tingkat kedewasaan implementasi manajemen proyek perusahaan tersebut. Selanjutnya hasil pengukuran dapat dijadikan landasan pengambilan keputusan mengenai tindakan perbaikan apa yang sesuai dengan kondisi yang ada pada perusahaan tersebut.