Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Dow Jones

advertisement
FINESTA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
1
Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Dow Jones Terhadap
Composite Index di Bursa Efek Indonesia
Ardy Haryogo
Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: [email protected]
Abstrak - Pasar modal dan nilai tukar merupakan indikator
makro ekonomi yang sangat penting bagi sebuah negara. Pasar
modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi
dana jangka panjang yang diarahkan untuk pembangunan
nasional. Sedangkan nilai tukar (Kurs) mempengaruhi tingkat
inflasi dan juga kinerja ekspor impor suatu negara. Penelitina
ini dimaksudkan untuk menguji seberapa besar pengaruh
indikator makro ekonomi Kurs dan Indeks Dow Jones
berpengaruh terhadap return Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Metode analisis data yang digunakan adalah dengan
memakai analisa regresi linear berganda dan uji hipotesis yang
berasal dari return bulanan Kurs, Dow Jones, dan IHSG. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa secara parsial Kurs tidak
berpengaruh signifikan terhadap IHSG dan Dow Jones
berpengaruh secara signifikan terhdap IHSG. Namun secara
bersama-sama Kurs dan Dow Jones berpengaruh signifikan
terhadap IHSG.
Kata Kunci—Indeks Dow Jones, IHSG, Kurs.
Abstract - Capital Market and Exchange Rate are the most
important macroeconomic indicator to every country. Capital
Market is means of capital formation and accumulation of longterm fund for the national development. While the Exchange
Rate affect the inflation rate as well as export and import of a
country. This study aimed to test how much influences of
macroeconomic indicator Exchange Rate and Dow Jones index
to Composite Stock Price Index (IHSG).Data analysis method
that used in this thesis is multiple linear regression and the
hypothesis test is derived from monthly return data of Exchange
Rate, Dow Jones Index and Composite Stock Price Index. The
result shows that partially the exchange rate has no significant
effect to the IHSG but Dow Jones significantly influence the
Composite Stock Price Index. Overall the Exchange Rate and
Dow Jones have significant effect to Composite Stock Index
Key word— Composite Index, Dow Jones Index, Exchange
Rate,
1. PENDAHULUAN
P
asar modal memegang peranan penting dalam
perkembangan perekonomian suatu negara. Sebagai
pelaksana fungsi ekonomi pasar modal menyediakan
fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang kelebihan
dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Pasar modal
sendiri merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi
dana jangka panjang yang diarahkan untuk menunjang
pembangunan nasional.
Nilai tukar juga merupakan salah satu indikator
perkembangan perekonomian suatu negara. Pergerakan nilai
tukar berpengaruh sangat luas terhadap berbagai aspek
perekonomian seperti tingkat inflasi dan juga kinerja ekspor
impor yang pada gilirannya akan berpengaruh pada output
perekonomian terutama negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia
Tim Studi Kointegrasi dan Kausalitas Bapepam-LK
(2008, p.1) menyatakan bahwa pasar modal Indonesia yang
merupakan bagian dari emerging market yang secara
kapitalisasi maupun tingkat likuiditas yang masih sangat
kecil dibandingkan dengan pasar modal yang telah maju
seperti pasar modal Amerika Serikat dan Eropa. Kondisi
tersebut membuat volatilitas pasar menjadi tinggi dan hal ini
tentunya akan menarik para pemodal asing untuk
berinvestasi di Indonesia.
Menurut Franke (1993) dengan adanya globalisasi
perekonomian akan semakin mempermudah investor dalam
mengalokasikan modalnya. Tetapi selain membawa
pengaruh baik globalisasi juga menyebabkan pengaruh
buruk yaitu adanya keterkaitan antar satu bursa dengan
bursa yang lainnya, yang menurut Tan (1998) disebut
Contagion effect. Bila terjadi crash disalah satu bursa seperti
yang terjadi pada Indeks Dow Jones (2008) akan
mengakibatkan crash juga pada bursa bursa diseluruh dunia.
Akibat meng-globalnya perekonomian dunia terjadilah
sebuah fenomena yang terjadi di negara-negara berkembang
seperti Indonesia. Menurut Azman (2002) yang dikutip dari
Hasibuan (2009, p.2) bahwa ada fenomena memperlihatkan
bahwa kecenderungan penurunan IHSG selalu bersamaan
dengan penurunan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar.
Hal ini juga terjadi pada negara negara lain seperti
Argentina 1994 dan Turki 2001. Tim studi Kointegrasi dan
Kausalitas Bapepam-LK (2008, p.3) menyatakan dari
kejadian ini dapat terlihat pola yang jelas bahwa pada
negara-negara berkembang yang kapitalisasi pasarnya masih
kecil aliran dana asing mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi pergerakan harga saham.
Dalam kasus emerging market seperti di India, Pakistan,
Korea Selatan dan Filipina, Abdalla dan Murinde (1997)
menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh (lead) terhadap
harga saham. Yang terjadi di Filipina justru sebaliknya yaitu
harga saham yang takes the lead terhadap mata uang
domestik. Penelitian yang dilakukan Ma dan Kao (1990)
juga menemukan bahwa dengan menggunakan data enam
negara, apresiasi berpengaruh negatif pada harga saham
domestik untuk perekonomian yang didominasi ekspor dan
berpengaruh positif pada pergerakan harga saham domestik
untuk perekonomian yang didominasi impor.
Menurut Abdalla dan Murinde (1997) dari segi perspektif
emerging market, meneliti harga saham dan kurs mata uang
menjadi sangat menarik disebabkan oleh dua alasan.
Pertama, dalam era pertumbuhan perdagangan dan
liberalisasi keuangan, ekonomi emerging market saat ini
dipengaruhi oleh fluktuasi kurs mata uang baik di tingkat
makro maupun mikro. Kedua, emerging market menjadi
sangat sensitif seiring dengan percepatan integrasi pasar
keuangan dunia. Oleh karena itu hubungan nilai tukar
FINESTA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
dengan harga saham menjadi topik yang menarik untuk
diteliti.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka
peneliti ingin menguji apakah ada pengaruh nilai tukar
Rupiah dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG baik secara
parsial ataupun secara bersama-sama. Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi yang benar
kepada para investor tentang pengaruh nilai tukar Rupiah
dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG.
2. TEORI PENUNJANG
Sunariyah (2000, p.4) menyatakan pengertian pasar
modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank
komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan,
serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia
No.8 tahun 1995 Pasar Modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, yaitu perusahaan publik yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkannya serta lembaga atau profesi yang
berkaitan dengan efek. Adapun efek yang dimaksudkan
disini adalah surat berharga atau saham.
Husnan (2003, p.4) menyatakan bahwa pasar modal
mempunyai dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan keuangan.
Dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
menyediakan fasilitas yang mempertemukan pihak investor
dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Adapun pasar
modal memiliki fungsi keuangan karena dengan keberadaan
pasar modal diharapkan kegiatan dan aktivitas
perekonomian menjadi lebih meningkat, dimana pasar
modal menjadi tempat pendanaan bagi perusahaan untuk
beroperasi lebih besar lagi dan hasilnya untuk
mensejahterakan masyarakat luas.
Bursa Efek adalah suatu system convenant yang
terorganisir dengan mekanisme resmi untuk mepertemukan
penjual efek (pihak defisit dana) dengan pembeli efek (pihak
yang surplus dana) secara langsung atau melalui wakilwakilnya. Menurut Husnan (2003, pp. 44-45), di dalam
bukunya ia menjelaskan bahwa bursa efek adalah
perusaahaan yang jasa utamanya adalah menyelenggarakan
kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder.
Sedangkan pengertian bursa efek menurut Undang-Undang
pasar modal no 8 Tahun 1995 adalah pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana
untuk mempertermukan penawaran jual dan beli efek pihakpihak yang lain dengan tujuan memperdagangkan efek
diantara mereka. Saat ini bursa efek yang tersedia di
Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia atau yang sering
disingkat BEI
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
pergerakan pasar modal di indonesia adalah dengan
menggunakan indeks saham, sedangkan indeks saham yang
sering dijadikan patokan oleh para investor di BEI adalah
IHSG. Menurut Jogiyanto (2000, p.147) IHSG sebenarnya
merupakan angka indeks harga saham yang sudah disusun
dan dihitung sehingga menghasilkan trend, di mana angka
indeks adalah angka yang diolah sedemikan rupa sehingga
dapat digunakan untuk membandingkan kejadian yang dapat
berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Untuk
perhitungan Indeks Harga Saham secara umum, ada
rumusan dasar yang dikenal dengan nama Weighted Average
(Ang, 1997, p.13).
2
Menurut Kertonegoro (1998) Dow Jones Industrial
Average (DJIA) merupakan salah satu indeks saham tertua
di dunia. Didirikan oleh editor the Wall Street Journal dan
juga Charles Dow. Dow membuat indeks ini sebagai salah
satu cara untuk mengukur performa komponen industri di
pasar saham Amerika. Bursa ini terdiri dari 30 perusahaan
terbesar di Amerika yang sudah secara luas Go Public.
Untuk mengkompensasi efek pemecahan saham dan
penyesuaian lainnya, sekarang ini menggunakan weighted
average, bukan rata-rata aktual dari harga saham
komponennya. Eun dan Shim (1989) mengatakan Indeks
Dow Jones merupakan rata-rata indeks saham terbesar di
dunia oleh karena itu pergerakan Dow Jones dapat
mempengaruhi pergerakan Indeks saham dunia termasuk
IHSG
Menurut Sukirno (2002, p.23) nilai tukar mata uang
sebenarnya “harga” mata uang suatu negara terhadap negara
asing lainnya, sedangkan nilai tukar rupiah adalah harga
terhadap mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar Rupiah
adalah harga Rupiah terhadap mata uang negara lain.
Misalnya nilai mata uang terhadap Dollar AS, nilai tukar
Rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Menurut Paul R
Krugman dan Maurice (1994, p.73) sebagaimana dikutip
dari Hasibuan (2009, p.10) kurs merupakan salah satu harga
yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat
pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan
maupun variabel-variabel makro ekonomi yang lain.
Terdapat dua pendekatan teori yang dikembangkan dalam
literatur untuk menentukan hubungan antara kurs mata uang
dengan harga saham. Yang pertama, good market approach
(Dornbusch & Fisher, 1980) menyatakan perubahan mata
uang atau kurs mempengaruhi competitiveness suatu
perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi pendapatan
perusahaan atau cost of fund dan selanjutnya harga
sahamnya. Berdasarkan macro basis dampak fluktuasi kurs
mata uang terhadap pasar modal sangat tergantung pada
tingkat keterbukaan ekonomi domestik dan kesinambungan
neraca perdagangan. Yang kedua adalah portfolio balance
approach (Franke, 1993) dimana menekankan peranan
capital account transactions. Kenaikan return saham (rising
stock market) akan menarik capital flow yang selanjutnya
akan meningkatkan demand mata uang domestik dan
menyebabkan kurs mata uang terapresiasi. Sekalipun
menurut teori terdapat causal relationship antara kurs mata
uang dengan harga saham, bukti yang ada menunjukkan
hubungan yang lemah diantara keduanya pada tataran
mikro.
Menurut penelitian dari Bahmani-Oskccee dan Sohrabian
(1992) menawarkan penjelasan lain dari harga saham
dengan nilai tukar, dimana hasil kenaikan dalam
keseimbangan riil akan menghasilkan kenaikan tingkat
bunga. Akhirnya aset finansial domestik akan menjadi lebih
atraktif. Sebagai hasilanya para investor akan menyesuaikan
portofolio aset dalam dan luar negeri melalui permintaan
yang lebih banyak aset domestiknya. Penyesuaian portofolio
dari perusahaan tersebut akan menghasilkan apresiasi
terhadap mata uang domestik, karena mereka membutuhkan
mata uang domestik untuk aktifitas tersebut.
Ibrahim (2000) juga menegaskan bahwa perubahan dalam
harga saham dapat mempengaruhi aliran masuk dan aliran
keluar modal, yang akan menghasilkan perubahan dalam
nilai mata uang. Penelitian yang selanjutnya Ibrahim (2002)
menemukan bahwa dalam pengujian multivariat terdapat
kausalitas satu arah dari indeks pasar saham terhadap nilai
FINESTA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
tukar. Selanjutnya, nilai tukar dan indeks saham
dipengaruhi oleh supply uang dan begitu sebaliknya.
Tidak ada teori yang membantah adanya hubungan antar
pasar saham dengan keadaan ekonomi makro. Menurut
Sitinjak dan Widuri (2003), perubahan harga saham
biasanya merupakan respon dari kekuatan eksternal. Selain
itu ada beberapa kebijakan-kebijakan moneter (berkaitan
dengan ekonomi makro) yang mempengaruhi pasar modal
dan pasar uang bersama-sama
Bursa global sering dijadikan investor sebagai acuan
dalam mengambil keputusan, hal ini bisa terjadi karena
ketidakmampuan pasar modal Indonesia untuk menjadi
patokan dan hanya menjadi follower. Strategi mengekor ini
mempunyai efek ketika investor asing mulai melepas
sahamnya maka investor domestik-pun turut serta melepas
sahamnya, akibatnya indeks dapat turun semakin tajam.
Keterkaitan ini dimulai sejak diperbolehkannya investor
asing untuk menguasai saham-saham yang listing di BEI.
Investasi portofolio asing berperan sangat penting di pasar
modal manapun (Mobius, 1998, p.187). Diperkenalkannya
investor asing ke pasar tentu saja berfungsi sebagai katalis
yang mendorong investasi lokal. Investasi asing
berpengaruh dalam menyorot perusahaan yang memberikan
informasi keuangan transparan dengan valuasi terbaik,
masuknya dana-dana asing ke pasar-pasar baru berpengaruh
jelas dan menguntungkan bagi pertumbuhan dan struktur
pasar.
Indeks DJIA sendiri dibuat untuk mengukur performa
komponen industri yang ada dalam pasar modal Amerika
Serikat. Indeks ini terdiri dari 30 perusahaan terbesar di
Amerika Serikat yang sudah secara luas Go Public. Indeks
DJIA merupakan rata-rata indeks terbesar di dunia oleh
karena itu pergerakannya dapat mempengaruhi pergerakan
indeks global yang lainnya termasuk IHSG. Hal inilah yang
disebut dengan contagion effect teori. Menurut Tan (1998)
contagion effect teori ini mengatakan bahwa kondisi
perekonomian suatu negara akan berpengaruh terhadap
kondisi perekonomian negara lainnya. Menurut hasil riset
dari Eun dan Shim (1989) pasar Amerika terutama Dow
Jones adalah pasar modal yang paling berpengaruh,
sehingga perubahan pasar Amerika akan dapat
mempengaruhi pasar modal lainnya yang lebih kecil.
Akibat dari semakin mengglobalnya ekonomi maka
bursa-bursa saham diseluruh dunia memiliki keterkaitan
antar satu dengan yang lainnya. Sebab sekarang ini tidak ada
perusahan yang murni mengandalkan supply produk dan
juga pemasaran dari produknya tersebut hanya dari satu
negara. Otomatis kejadian yang mempengaruhi suatu negara
mau tidak mau akan berpengaruh juga terhadap negara yang
mengadakan transaksi ekonomi dengan negara tersebut.
Indeks saham sebagai indikator perekonomian tentunya juga
saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya.
Hipotesa Penelitian :
a. Terdapat pengaruh signifikan antara Nilai tukar
Rupiah dan Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan secara bersama sama.
b. Terdapat pengaruh signifikan antara Indeks Dow
Jones dengan Indeks Harga Saham Gabungan di
Pasar Modal Indonesia.
c. Terdapat pengaruh signifikan antara nilai tukar
Rupiah dengan Indeks Harga Saham Gabungan di
Pasar Modal Indonesia.
3
3. URAIAN PENULISAN
A.
Jenis dan sumber data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah
data kuantitatif sekunder. Disebut kuantitatif sekunder
karena data merupakan kumpulan dari angka-angka dan
menurut sumbernya diperoleh secara tidak langsung dan
sudah diolah oleh pihak lain. Populasi data yang dibutuhkan
dalam penelitian adalah pergerakan nilai tukar Rupiah
terhadap USD, indeks Dow Jones dan IHSG yang diperoleh
dari www.bi.go.id dan www.finance.yahoo.com. Penelitian
ini menggunkan purposive sampling yang harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Data return bulanan IHSG dari BEI (2005-2011)
2. Data return bulanan Indeks Dow Jones (2005-2011)
3. Data return bulanan Kurs rupiah-USD (2005-2011)
B.
C.
Definisi Operasional
Indeks Dow Jones berarti indikator pergerakan
saham pasar modal Amerika Serikat. Indikator
empiriknya adalah indeks pada saat t dibagi harga
saat t-1 kemudian dikurangi 1
Nilai tukar Rupiah terhadap USD berarti harga mata
uang Dolar Amerika Serikat bila dinilai dengan
Rupiah. Indikator empiriknya adalah harga pada
periode t dibagi harga saat t-1 kemudian dikurangi 1
IHSG berarti indikator pergerakan saham Pasar
Modal Indonesia. Indikator empiriknya adalah
Indeks pada saat t dibagi harga saat t-1 kemudian
dikurangi 1
Metode analisis data
Model analis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil
(ordinary least square). Metode ini dipilih untuk
mengetahui pengaruh karakteristik currency crisis dan juga
return dari indeks Dow Jones terhadap IHSG dan juga
menganalisis kekuatan hubungan antar variabel sekaligus
meramalkan perubahan IHSG yang disebabkan dengan
adanya perubahan dari nilai tukar Rupiah terhadap USD dan
juga Indeks Dow Jones.
Sebelum melakukan regresi biasanya dituntut beberapa
uji prasyarat antara lain Uji Normalitas Data, Uji
Multikolinearitas,
Uji
Heteroskedasitas,
dan
Uji
Autokorelasi. Uji Normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel
independennya memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal. Uji Mulitikolinearitas
bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
ditemukan korelasi antara variabel bebas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
bebas.
Uji Heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam
model regeresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain dengan cara
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik plot antara
nilai prediksi variabel terkait dengan residulanya.
Sedangkan Uji Autokorelasi adalah keadaan dimana
variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan
variabel lain, dengan kata lain variabel gangguan tidak
random.
Setelah penelitian lulus uji prasyarat asumsi klasik
tersebut selanjutnya dilakukan analisis regresi dan pengujian
FINESTA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
4
hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan Uji
F, Uji t, dan koefisisen determinasi. Uji F adalah Uji statistik
F digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel
bebas (Kurs, Dow Jones) secara bersama sama terhadap
variabel terikat (IHSG). Uji t digunakan untuk menguji
koefisien regresi secara parsial dari variabel bebasnya (Kurs,
Dow Jones) terhadap variabel tergantung (IHSG). Koefisien
determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Statistik Deskriptif
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Var
N
IHSG
Dow
Kurs
84
84
84
Minimum Maximum
-0.31
-0.14
-0.1
0.2
0.1
0.13
Mean
0.0185
0.0025
0.0007
Std.
Deviation
0.0724
0.04372
0.03367
Dari hasil descriptive statistic diatas dapat disimpulkan ratarata return bulanan IHSG dari tahun 2005-2011 adalah
0.0185 dengan nilai maximum return bulanan sebesar 0.2
dari bulan sebelumnya (Maret 2009) dan nilai minimum
return bulanan sebesar -0.31 atau mengalami penurunan
0.31 dari bulan sebelumnya (September 2008), standar
deviasinya adalah sebesar 0.0724. Variabel Dow Jones
memiliki rata-rata return bulanan 0.0025 dengan nilai
maximumreturn bulanan sebesar 0.1 dari bulan sebelumnya
(September 2011) dan nilai minimum return bulanan -0.14
atau berkurang 0.14 dari bulan sebelumnya (September
2008), standar deviasinya 0.04372. Sedangkan variabel nilai
tukar memiliki rata-rata return sebesar 0.0007 dengan nilai
maximum return0.13 dari bulan sebelumnya (November
2008) dan nilai minimum return bulanan -0.10 dari bulan
sebelumnya (Desember 2008) dengan standar deviasi
0.03367.
B. Pengujian asumsi klasik
Uji normalitas data melalui nilai Kolmogorov –Smirnov
sebesar 0.918 dengan signifikansi sebesar 0.368 atau 36.8%
yang lebih besar dari α = 5%, maka dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal. Dari hasil uji DurbinWatson dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
autokorelasi disebabkan oleh nilai dari uji ini adalah 1.834,
sedangkan kriteria penerimaan uji DW adalah dU< d < 4-dU
dimana du diperoleh dari nilai tabel yaitu sebesar 1.799 dan
4-du sebesar 2.2801 yang berarti niali DW stat yang 1.834
berada diantara 1.799 dan 2.2801 yang menyimpulkan tidak
ada autokorelasi. Berdasarkan pada nilai tolerance dan VIF
terlihat bahwa bahwa tidak ada nilai tolerance di bawah 0,1
(nilai tolerance sebesar 0.985), begitu juga dengan nilai
VIF tidak ada yang di atas 10 (nilai VIF sebesar 1.015), jadi
sudah terbukti lagi bahwa tidak terdapat multikolinieritas.
Dari hasil uji glejser diatas mengatakan bahwa terdapat
signifikansi variabel independen yang lebih besar dari alpha
5% (dow 0.35, kurs 0.39), dengan ini membuktikan bahwa
terjadi kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain atau dengan kata lain tidak terjadi
gejala heterokedasitas.
Untuk menguji hipotesa tersebut diperlukan metode
penelitian analisa regresi berganda sebagaimana yang
ditampilkan berikut ini.
Tabel 2. Uji Hipotesa
Analisa regresi
Constanta
Indeks Dow Jones
Kurs
uji t
Uji F
Koefisien
Adj R Square
Regresi
t stat
sig
F stat
sig
0.016
2.466
0.016
19.138
0
0.304
0.92
6.023
0
-0.131
-0.661
0.51
Dari uji F diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.00. oleh
karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa Kurs dan Dow Jones secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sedangkan F
test pada tingkat kepercayaan 95% dan df1 = 1 dan df2 = 81
diperoleh Ftabel sebesar 3,109311. Karena Fhitung> Ftabel maka
Ho ditolak yang berarti Kurs dan indeks Dow Jones
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap IHSG
Dari hasil uji tabel 2 dapat disimpulkan :
1. Variabel Dow Jones menghasilkan thitung sebesar
6,023 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95%
dan degree of freedom 82 adalah 1,98932. Karena
thitung> ttabel maka dapat disimpulkan Ho ditolak
berarti Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap
IHSG.
2. Variabel Kurs menghasilkan thitung sebesar -0,661
sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95% dan
degree of freedom 82 adalah 1.98932. Karena
thitung<ttabel maka dapat disimpulkan Ho diterima
berarti Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap
IHSG.
Dari nilai koefisien determinasi dapat dijelaskan bahwa
perubahan return dari IHSG sebesar 0.304 yang berarti
30,4%dapat dijelaskan oleh variabelKurs dan juga
perubahan Indeks Dow Jones.Sedangkan 69,6% perubahan
IHSG dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan
dari model penelitian ini.
Dari tabel 2 diatas maka model regresi yang dapat dibentuk
adalah :
Y = 0.016 + 0.92 X1 – 0.131 X2+ e
1. Nilai konstanta 0.016 berarti bila return dari variabel
nilai tukar dan indeks Dow Jones bernilai 0. Maka
nilai IHSG sebesar 0.016 poin
2. Koefisien regresi Dow Jones (X1) sebesar 0.92
berarti bila Dow Jones naik 1 poin maka IHSG naik
0.92 poin
3. Koefisien regresi Kurs (X2) sebesar -0.131 berarti
bila kurs naik 1 poin maka IHSG turun 0.131 poin
C. Analisa Pembahasan
Pengujian statistik menunjukkan bahwa model yang
diajukan secara signifikan membuktikan bahwa ada
pengaruh secara bersama-sama variabel nilai tukar dan
indeks Dow Jones terhadap return IHSG. Hasil penelitian
ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu di pasar
modal diantaranya penelitian Muharam & Nufrani (2008)
dan Hasibuan (2009) yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara nilai tukar Rupiah terhadap USD
(Kurs) dan Indeks Dow Jones secara bersama-sama terhadap
IHSG.
Analisa terhadap variabel Dow Jones memberikan
kesimpulan yang mendukung Teori contagion effect yang
dikemukakan oleh Jose Antonio Tan yang menyimpulkan
bahwa kondisi perekonomian suatu negara akan
berpengaruh terhadap negara lainnya. Selain contagion
effect penelitian ini memperkuat penelitian Eun dan Shim
FINESTA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
(1989) yang menyatakan bahwa pasar Amerika terutama
Indeks Dow Jones adalah pasar modal yang paling
berpengaruh, sehingga perubahan pasar Amerika akan dapat
mempengaruhi pasar modal lainnya yang lebih kecil.
Penelitian Muharam
dan
Nufrani (2008) juga
mengemukakan penjelasanlain yaitu jika indeks Dow Jones
menguat maka USD akan terdepresiasi. Terdepresiasinya
USD akan mengakibatkan terapresiasinya nilai Rupiah. BI
akan menurukan suku bunga(risk free rate) sebagai akibat
dari terapresiasinya Rupiah dan oleh pelaku pasar
diterjemahkan sebagai momentum untuk membeli saham
dikarenakan menurunnya tingkat suku bunga(risk free rate).
Koefisien regresi Indeks Dow Jones adalah sebesar 0,92
yang berarti setiap return Dow Jones naik 1 poin,maka
return IHSG akan mengalami kenaikan 0,92 yang berarti
pengaruh Dow Jones sangat signifikan secara parsial. Hasil
penelitian ini juga memperkuat beberapa penelitian
sebelumnya antara lain Muharam & Nufrani (2008) dan
Hasibuan (2009) yang menyatakan bahwa indeks Dow Jones
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Secara parsial hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai
tukar Rupiah terhadap USD (kurs) tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel tergantung IHSG. Hal ini
disebabkan karena Indonesia menerapkan kebijakan free
floating exchange rate tetapi pada pelaksanaannya
mengalami beberapa keterbatasan. Menurut Zuroh dan
Kaluge (2007) mengatakan bahwa sejak 1971 indonesia
telah menerapkan 3 sistem manajemen nilai tukar yaitu fixed
exchange rate, managed floating exchange rate, dan sejak
14 Agustus 1997 Indonesia menganut free floating exchange
rate, yakni sistem yang menjelaskan bahwa mekanisme
pasar-lah yang menentukan nilai tukar. Menurut Mukhlis
(2011) pergerakan nilai tukar yang berfluktuasi di pasar
uang tersebut akan sangat ditentukan oleh sistem nilai tukar
yang dianut oleh masing-masing negara. Meskipun
Indonesia menganut kebijakan free floating exchange rate
tetapi Bank Indonesia sebagai otoritas moneter tidak
membiarkan begitu saja nilai tukar Rupiah bergerak terlalu
fluktuatif. Menurut Bank Indonesia, sebagaimana diatur
dalam Undang-undang nomor 6 tahun 2009 yang mengatur
mengenai Bank Indonesia (BI), salah satu fungsi dari BI
adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, maka BI berhak melakukan pengelolaan uang
Rupiah.
Oleh karena itu untuk menjaga stabilitas nilai tukar, BI
pada waktu-waktu tertentu melakukan sterilisasi di pasar
valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak kurs yang
berlebihan (bi.go.id), oleh karena itu return dari nilai tukar
Rupiah terhadap USD tidak signifikan dalam mempengaruhi
IHSG. Koefisien regresi kurs sebesar -0.131 yang
memberikan pengertian bahwa setiap kenaikan 1 poin akan
memberikan dampak ke IHSG sebesar -0.131. Koefisien
regresi yang minus menunjukkan bahwa pengaruh
pergerakan kurs adalah negatif. Menurut Muharam dan
Nufrani (2008) pengaruh negatif ini disebabkan oleh para
pelaku ekonomi pada umumnya memiliki kepercayaan
bahwa otoritas moneter akan bereaksi dengan meningkatkan
suku bunga (risk free rate). Ketika suku bunga (risk free
rate) menguat para pelaku ekonomi mengambil langkah
penjualan saham yang otomatis menurunkan IHSG.
5
5. KESIMPULAN
Kesimpulan dari analisis data serta pembahasan yang
dilakukan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa return dari variabel
independen yaitu Indeks Dow Jones dan Nilai Tukar
Rupiah terhadap USD (Kurs) secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen IHSG.
Sedangkan secara parsial hanya variabel indeks Dow Jones
yang secara parsial berpengaruh signifikan sedangkan
variabel nilai tukar Rupiah dan USD tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap return variabel dependen
IHSG. Koefisien determinasi menunjukkkan bahwa 30,4 %
return dari IHSG dapat dijelaskan dari perubahan return
variabel independen Indeks Dow Jones dan Kurs, sedangkan
69.6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan
dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla, I. S., & Murinde, V. (1997). Exchange Rate and Stock
Price Interaction in Emerging Financial Market : Evidence on
India, Korea, Pakistan, and the Philipines. Applied Financial
Economic, Vol. 7, 25-35
Ang, R. (1997). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta :
Mediasoft
Bahmani-Oskooee, M., & Sohrabian. (1992). Stock Price and The
Effective Exchange Rate of The Dollar. Applied Economics, Vol.
24, 459-464
Bank Indonesia. (2012). Undang-Undang Republik Indonesia no 6
Tahun 2009. Diunduh 1 November 2012, dari
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030-454A-BC759858774DF852/16332/UU_6_Tahun_2009.pdf
Dornbusch, R., & Fisher, S. (1980). Exchange Rate and Current
Account. American Economic Review. Vol. 70, 960-971
Eun, C. S., & Shim, S. (1989). International Transmision of Stock
Market Movement. Journal of Financial Quantitatif Analysis.
Vol.24, 241-256
Franke, J. A. (1993). Monetary and Portofolio Balance Model of
The Determination of Exchange Rate. Cambridge : MIT Press
Hasibuan, A. F. (2009). Pengaruh Nilai Tukar Mata uang dan
Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG.
Universitas Sumatra Utara, Medan, Indonesia
Husnan, S. (2003). Dasar-Dasar Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Yogyakarta: UPP-AMP YKPN
Ibrahim, M.H. (2000). Cointegration and Granger Causality Test of
Interaction in Malaysia. Asian Economic Buletin. Vol. 17, 36-47
Jogiyanto, H. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Yogyakarta : BPFE
Kertonegoro, S. (1998). Investasi, Analisa dan Manajemen.
Jakarta: Widya Press
Muharam, H. & Nufrani, Z. (2008). Analisi Pengaruh Nilai Tukar
Rupiah dan Indeks Saham Dow Jones Industrial Average Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Jurnal Maksi. Vol. 8, 2442
FINESTA Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
Mukhlis, I. (2011) Analisi Volatilitas Nilai Tukar Mata Uang
Rupiah Terhadap Dollar. Journal of Indonesian Applied
Economics. Vol. 5, 172-182
Mobius. J. M. (1998). Mobius On Emerging Market : Prospek
Investasi di Pasar-Pasar Baru. Jakarta : Elex Media Komputindo
Ma, C.K. & Kao, G. (1990). On Exchange Rate Changes and Stock
Price Reaction. Journal of Bussines Finance & Accounting. Vol.
17, 441-449
Sitinjak, E. L. M.,& Widuri, K. (2003). Indikator-Indikator Pasar
Saham dan Pasar Uang Yang Saling Berkaitan Ditinjau Dari Pasar
Saham Sedang Bullish dan Bearish. Jurnal Riset Ekonomi dan
Manajemen. Vol.3
Sukirno, S. (2002). Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Sunariyah. (2000). Pengantar Pasar Modal. 2nd ed. Yogyakarta :
UPP AMP YKPN
Tan, J. A. (1998). Contagion Effect During The Asian Financial
Crisis: Some Evidence From Stock Price Data. Pacific Basin
Working Paper Series. Center for Pacific Basin Monetary and
Economic Studies Economic Research Department Federal
Reserve Bank of San Fransisco
Tim studi Kointegrasi dan Kausalitas Bapepam-LK. (2008).
Analisis Hubungan Kointegrasi dan Kausalitas Serta Hubungan
Dinamis Antara Aliran Modal Asing, Perubahan Nilai Tukar, dan
Pergerakan IHSG Di Pasar Modal Indonesia. Diunduh 20 Agustus
2012
dari
www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/kajian_pm/studi2008/Aliran_dana_asing.pdf
Undang-Undang Pasar Modal 1995, no. 8
Zuroh, I. & Kaluge, D. (2007) Dampak Pertumbuhan Nilai Tukar
Riil Terhadap Pertumbuhan Neraca Perdagangan Indonesia (Suatu
Aplikasi Model Vector Auto Regresive, VAR). Journal of
Indonesian Applied Economic. Vol.1, 59-73
6
Download