BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemasaran
Kegiatan pemasaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan penjualan atau
promosi, melainkan suatu usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia.
Dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya, perusahaan harus
senantiasa melakukan analisis pasar agar kebutuhan dan keinginan konsumen
dapat terpenuhi sehingga tercapainya suatu kepuasan konsumen.
Keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan penjualannya tergantung
pada kemampuan pemasarannya. Suatu perusahaan yang berhasil dalam
melaksanakan
kegiatan
pemasarannya
akan
mampu
mempertahankan
kelangsungan hidupnya untuk terus berkembang demi tercapainya suatu tujuan
perusahaan. Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran sebagai salah satu cara
untuk memasarkan produknya kepada konsumen, sehingga perusahaan akan
mendapatkan keuntungan dari kegiatan pemasaran tersebut.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai definisi pemasaran berikut ini
terdapat beberapa definisi dari para ahli mengenai arti dari pemasaran :
Definisi Pemasaran menurut Kotler dan Keller dalam buku Manajemen
Pemasaran (2007;6) adalah sebagai berikut :
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Definisi lain dari pemasaran menurut Hendry Simamora (2007;3), yaitu :
Pemasaran merupakan proses manajerial dan sosial dimana
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan, penawaran, pertukaran produk yang
bernilai dengan organisasi atau kelompok lain.
Sedangkan pemasaran menurut Asosiasi Pemasaran Amerika yang
dikutip oleh Kotler dan Keller (2007;6) yaitu :
Pemasaran adalah salah satu fungsi organisasi dan seperangkat
proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan
nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan
cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu
proses sosial dan manajerial dari individu dan kelompok untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya melalui penciptaan, penawaran, pendistribusian dan
pertukaran (nilai) produk dengan pihak lain. Dapat pula disimpulkan bahwa
kegiatan pemasaran tidak hanya menjual barang dan jasa, melainkan sebuah
proses memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen, baik
individu maupun kelompok melalui proses pertukaran dari nilai produk dengan
pihak lain.
2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran
Perusahaan harus selalu senantiasa melakukan analisa terhadap kebutuhan,
keinginan dan permintaan konsumen hal ini dimaksudkan untuk mengetahui halhal apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen. Dari hasil analisis tersebut maka
perusahaan dapat melakukan suatu perencanaan pemasaran sehingga kegiatan
pemasaran yang dilakukan dapat terencana, terorganisir dengan baik dalam suatu
manajemen pemasaran.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai definisi manajemen pemasaran
berikut ini terdapat beberapa definisi dari para ahli yaitu:
Definisi Manajemen Pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007;9)
adalah sebagai berikut :
Manajemen Pemasaran adalah suatu seni dan ilmu memilih pasar
sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan
dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan yang unggul.
Definisi lain menurut Hendry Simamora (2007;4), yaitu :
Manajemen
Pemasaran
merupakan
perencanaan
dan
pengkoordinasian semua aktivitas itu guna mencapai sebuah program
pemasaran yang terintegrasi secara berhasil.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa didalam
manajemen pemasaran terdapat aktivitas penganalisaan kebutuhan pasar,
perencanaan pasar sasaran, pelaksanaan rencana, pengorganisasian serta
pengawasan dari kegiatan pemasaran tersebut.
2.3 Bauran Pemasaran
2.3.1 Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Dalam menjalankan kegiatan pemasarannya, perusahaan mengenal dan
menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari empat unsur yang saling
berkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Bauran pemasaran
ini akan membantu perusahaan dalam menentukan produk apa yang dibutuhkan
dan diinginkan oleh konsumennya, menentukan harga yang tepat untuk produk
yang telah dihasilkan perusahaan, menentukan saluran distribusi yang tepat agar
produk dapat diterima dengan mudah oleh konsumen sasarannya serta
menentukan
bagaimana
cara-cara
yang
dilakukan
perusahaan
untuk
mempromosikan produknya sehingga produk tersebut dapat dikenal dan
dikonsumsi oleh konsumen.
Berikut ini adalah pendapat yang dikemukakan oleh tokoh pemasaran
mengenai definisi bauran pemasaran, yaitu :
Definisi bauran pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007;23), yaitu :
Bauran Pemasaran merupakan perangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya.
Menurut Rambat yang dikutip dalam Arief (2007;90), adalah :
Bauran Pemasaran merupakan tool atau alat bagi marketer yang
terdiri atas berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu
dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan
positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.
Dari definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa bauran
pemasaran (marketing mix) merupakan seperangkat alat pemasaran yang
digunakan oleh perusahaan yang terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan
antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya,
untuk mempengaruhi
permintaan produknya di pasar.
Gambar 2.1
Aktivitas Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran Pemasaran
Pasar Sasaran
Produk
Keragaman
produk
Kualitas
Desain
Ciri
Sumber
Nama merk
Kemasan
Ukuran
Pelayanan
Harga
Daftar harga
Rabat/diskon
Potongan
harga khusus
Periode
pembayaran
Syarat Kredit
Tempat
Saluran
Pemasaran
Cakupan pasar
Pengelompokan
Lokasi
Persediaan
Transportasi
Promosi
Promosi
penjualan
Periklanan
Tenaga
penjual
Kehumasan
Pemasaran
langsung
Sumber : Manajemen Pemasaran, Kotler dan Keller (2007;23)
2.3.2 Unsur-Unsur Bauran Pemasaran
Pengertian dari masing-masing variabel dalam bauran pemasaran yaitu 4P
adalah sebagai berikut :
1. Produk (Product)
Produk meliputi bentuk fisik, pelayanan, pengalaman, events, tempat,
proferties, organisasi, informasi dan ide-ide. Keputusan-keputusan yang
berhubungan dengan produk meliputi : keanekaragaman produk, merek,
kemasan, dan pelebelan.
Menurut Kotler dan Keller dalam buku Manajemen Pemasaran
(2007;4) mendefinisikan produk, sebagai berikut:
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
memuaskan keinginan atau kebutuhan
2. Harga (Price)
Harga (Price) adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau
pelanggan untuk mendapatkan suatu produk atau jasa dari suatu perusahaan.
Harga merupakan elemen dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel,
dimana suatu saat harga akan stabil dan juga harga dapat meningkat atau
menurun.
Menurut
Fandy
Tjiptono
dalam
bukunya
Strategi
Pemasaran
(2008;151) mendefinisikan harga, sebagai berikut :
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk
barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.
3. Distribusi (Place)
Distribusi (Place) adalah berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
membuat produk mudah diperoleh dan tersedia bagi pasar sasaran.
Menurut Fandy Tjiptono dalam buku Strategi Pemasaran (2008;185)
definisi saluran distribusi adalah :
Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar
dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen
kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang
diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).
4. Promosi (Promotion)
Promosi (Promotion) adalah aktifitas untuk mengkomunikasikan berbagai
keunggulan yang dimiliki suatu produk, dan mempengaruhi target market
untuk membeli produk tersebut.
Menurut William J. Stanton yang dikutip oleh Djaslim Saladin
(2003;171), mengungkapkan promosi yaitu :
Promosi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran
perusahaan yang didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk
dan mengingatkan tentang produk perusahaan.
2.4 Saluran Distribusi
2.4.1 Pengertian Saluran Distribusi
Saluran distribusi merupakan salah satu komponen dari bauran pemasaran
yaitu tempat atau place, yang merupakan suatu keputusan pemasaran dari
perusahaan dalam menempatkan atau memposisikan produknya yang dihasilkan
dalam suatu pasar, pada waktu dan tempat yang tepat. Saluran distribusi sering
disebut dengan istilah saluran perdagangan atau saluran pemasaran.
Beberapa ahli pemasaran mempunyai beberapa pandangan mengenai arti
dari saluran distribusi. Beberapa definisi mengenai saluran distribusi atau saluran
pemasaran yaitu :
Menurut Buchari Alma dalam buku Manajemen Pemasaran &
Pemasaran Jasa (2004;49), yaitu
Saluran distribusi merupakan lembaga yang saling terkait untuk
menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi.
Definisi lain menurut Kotler dan Keller dalam buku Manajemen
Pemasaran (2007;122), yaitu:
Saluran
pemasaran
adalah
organisasi-organisasi
yang
saling
bergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau
jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau di konsumsi.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi
merupakan elemen yang sangat penting untuk menyalurkan suatu produk dari
produsen kepada konsumen dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Tujuan dari saluran distribusi adalah untuk mencapai satu pasar
tertentu yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran distribusi.
2.4.2 Fungsi Saluran Distribusi
Pelaksanaan fungsi saluran distribusi dapat membantu perusahaan dalam
pergerakan produk dari produsen kepada konsumen, sehingga tugas utama dari
saluran distribusi yaitu menciptakan kegunaan waktu, tempat, dan kepemilikan
dapat tercapai. Saluran distribusi melaksanakan tugas memindahkan barang dari
produsen ke konsumen. Oleh karena itu, setiap anggota saluran distribusi harus
mampu untuk bekerjasama dalam melaksanakan tugasnya sebagi perantara dalam
usaha menjaga arus pergerakan barang atau produk yang di tawarkan.
Fungsi utama dari anggota saluran pemasaran atau saluran distribusi
menurut Kotler dan Keller (2007:128) adalah :
Informasi, yaitu mengumpulkan dan mendistribusikan riset pemasaran
dan informasi intelijen tentang pelaku dan kekuatan dalam lingkungan
pemasaran yang diperlukan untuk perencanaan dan membantu terjadinya
pertukaran.
Promosi, yaitu mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif
tentang suatu penawaran yang dirancang untuk menarik pelanggan.
Kontak, yaitu menemukan dan berkomunikasi dengan pembeli prospektif.
Mencocokan, yaitu membentuk dan menyesuaikan penawaran dengan
kebutuhan pembeli, termasuk kegiatan manufaktur, pemilihan, perakitan,
dan pengemasan.
Negoisasi, yaitu mencapai kesepakatan mengenai harga dan ketentuanketentuan lain sehingga peralihan kepemilikan dapat terlaksana.
Pemesanan, yaitu komunikasi terbalik dari anggota saluran pemasaran
dengan produsen mengenai minat untuk membeli.
Pembiayaan, yaitu memperoleh dana untuk membiayai persediaan pada
tingkat yang berbeda dalam saluran pemasaran.
Pengambilan resiko, yaitu menanggung resiko yang berhubungan dengan
pelaksanaan fungsi saluran pemasaran tersebut.
Pemilihan fisik, yaitu mengatur kesinambungan penyimpanan dan
pergerakan produk fisik dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir.
Pembayaran, yaitu mengatur pelunasan tagihan mereka kepada pembeli
melalui bank dan lembaga keuangan lainnya.
Hak milik, yaitu mengawasi peralihan kepemilikan aktual dari suatu
organisasi atau orang kepada organisasi atau orang lain.
2.4.3 Tingkat Saluran Distribusi
Untuk menyalurkan produknya ke konsumen, perusahaan harus membuat
kebiijakan yang tepat dalam memilih saluran distribusi. Penetapan saluran
distribusi ini sangat penting bagi perusahaan karena dengan memilih saluran
distribusi yang tepat perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan dan
memperluas pangsa pasar dengan lebih efektif dan efisien.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam
mendistribusikan produknya kepada konsumen. Adapun jenis-jenis saluran
distribusi yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2007;129) adalah bahwa
jumlah tingkat saluran distribusi dibagi kedalam empat jalur yang dapat dipakai
oleh produsen atau perusahaan dalam menyalurkan produknya. Penjelasannya
sebagai berikut :
1. Saluran nol tingkat atau saluran pemasaran langsung (A zero levels
channel or direct marketing channel)
Adalah bahwa produsen menjual produknya langsung kepada konsumen akhir,
yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a) Penjualan dari rumah ke rumah
b) Penjualan melalui televisi
c) Penjualan melalui internet
d) Lewat toko-toko perusahaan
e) Pesanan melaui pos
f) Toko-toko milik produsen
2. Saluran satu tingkat (A one-level channel)
Saluran distribusi tidak langsung karena penjualan produk melalui satu
perantara penjualan. Dalam saluran pemasaran barang konsumsi, perantara ini
merupakan pengecer, sedangkan dalam saluran barang industri yang menjadi
perantara ialah distributor industri.
3. Saluran dua tingkat (Two-level channel)
Penjualan yang mempunyai dua perantara penjualan. Didalam saluran
pemasaran barang konsumsi produsen dibantu oleh pedagang besar atau grosir
dan pengecer, sedangkan dalam saluran pemasaran barang industri merupakan
sebuah perwakilan produsen dan distribusi industri.
4. Saluran tiga tingkat (A three-level channel)
Penjual yang mempunyai tiga perantara penjualan, yaitu pedagang besar
(grosir), pemborongan dan pengecer. Ada juga perusahaan yang menggunakan
saluran pemasaran banyak tingkat, akan tetapi jarang terjadi dan dipakai oleh
perusahaan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis saluran distribusi
dapat digolongkan kedalam dua jenis, yaitu :
a) Saluran distribusi langsung (Direct Selling)
Yaitu jenis saluran distribusi dimana produsen secara langsung menjual
produknya kepada konsumen tanpa adanya perantara.
b) Saluran distribusi tidak langsung (Indirect selling)
Yaitu jenis saluran distribusi dimana produsen dalam menyalurkan
produknya menggunakan satu atau lebih perantara.
Gambar 2.2
Saluran Pemasaran Barang Konsumsi
Saluran Pemasaran Konsumen
0-tingkat
1-tingkat
Produsen
Produsen
2 tingkat
3-tingkat
Produsen
Produsen
Pedagang
Besar
Pedagang
Besar
Pemborong
Konsumen
Pengecer
Pengecer
Pengecer
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Sumber : Kotler dan Keller Manajemen Pemasaran (2007;130)
Gambar 2.3
Saluran Pemasaran Barang Industri
Saluran Pemasaran Industri
0-tingkat
Produsen
1-tingkat
2-tingkat
3-tingkat
Produsen
Produsen
Produsen
Perwakilan
Produsen
Cabang
Penjualan
Pelanggan
Industri
Pelanggan
Industri
Distribusi
Industri
Pelanggan
Industri
Pelanggan
Industri
Sumber : Kotler dan Keller Manajemen Pemasaran (2007;130)
2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Saluran Distribusi
Tujuan dari saluran distribusi ialah agar produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dapat cepat sampai ketangan konsumen. Untuk itu perusahaan
memilih saluran distribusi dengan mempertimbangkan pertimbangan pasar,
pertimbangan produk, pertimbangan perantara dan pertimbangan perusahaan.
Menurut Fandy Tjiptono (2008;189) hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih saluran distribusi, yaitu :
1. Pertimbangan Pasar
Jenis pasar, misalnya untuk mencapai pasar industri perusahaan tidak akan
memerlukan pengecer.
Jumlah pembeli potensial, jika konsumen relatif kecil dalam pasarnya
maka perusahaan dapat mengadakan penjualan secara langsung kepada
konsumen.
Konsentrasi geografis pasar, secara geografis pasar dapat dibagi kedalam
beberapa konsentrasi seperti industri kecil, besar dan lain sebagainya.
Untuk daerah konsentrasi yang mempunyai tingkat kepadatan yang tinggi
maka perusahaan dapat menggunakan distributor industri.
Jumlah dan ukuran pesanan, volume penjualan dari perusahaan akan
berpengaruh dalam menentukan saluran distribusi yang akan dipakainya.
Jika volume penjualan yang dibeli oleh pemakai industri adalah kecil,
maka perusahaan dapat menggunakan distribusi industri.
2. Pertimbangan Produk
Nilai unit, semakin rendah nilai unit maka saluran distribusinya semakin
panjang. Namun jika produk yang nilai unitnya rendah itu dijual dalam
kuantitas besar atau dikombinasikan dengan barang-barang lain sehingga
jumlah pesanan total menjadi besar, maka saluran distribusi yang pendek
secara ekonomis lebih feasible.
Perishability, untuk produk-produk yang fisiknya mudah rusak dan tidak
tahan lama lebih baik disalurkan melalui saluran distribusi yang pendek.
Hal ini dimaksudkan agar produk sampai ke tangan konsumen dengan
kondisi yang baik.
Sifat teknis produk, produk-produk industri yang bersifat sangat teknis
seringkali harus didistribusikan secara langsung karena armada penjual
produsen akan lebih dapat memberikan pelayanan yang diperlukan (baik
sebelum maupun sesudah pembelian) dan lebih menguasai segala aspek
yang berkaitan dengan barang tersebut.
3. Pertimbangan Perantara
Jasa yang diberikan perantara, produsen hendaknya memilih perantara yang
memberi jasa pemasaran yang tidak bisa dilakukan perusahaan secara
teknis maupun ekonomis.
Keberadaan perantara yang diinginkan, kesulitan yang dihadapi adalah
bahwa seringkali perantara yang diinginkan produsen tersebut juga
menyalurkan produk-produk yang bersaing dan mereka tidak bersedia
menambah lini produknya.
Sikap perantara terhadap kebijakan perusahaan, pilihan saluran distribusi
produsen menjadi terbatas karena kebijakan pemasarannya tidak bisa
diterima oleh perantara-perantara.
4. Pertimbangan Perusahaan
Sumber-sumber Finansial, perusahaan yang kuat keuangannya cenderung
lebih tertarik untuk mengorganisasikan armada penjualannya sendiri
sehingga mereka relatif kurang membutuhkan perantara.
Kemampuan Manajemen, pemilihan saluran juga dapat dipengaruhi oleh
pengalaman
dan
kemampuan
pemasaran
dari
pihak
manajemen
perusahaan.
Tingkat Pengendalian yang Diinginkan, apabila dapat mengendalikan
saluran distribusi, maka perusahaan dapat melakukan promosi yang agresif
dan dapat mengawasi kondisi persediaan barang dan harga eceran
produknya.
Jasa yang Diberikan Penjual, perusahaan harus memberikan jasa-jasa
pemasaran karena permintaan dari perantara.
Lingkungan, produsen cenderung menyalurkan barang ke pasar dengan
cara yang paling ekonomis, yaitu menggunakan saluran distribusi yang
pendek.
2.5 Perantara
2.5.1 Pengertian Perantara
Dalam proses menyalurkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen,
dibutuhkan pihak lain yang dikenal dengan istilah perantara. Perantara merupakan
suatu lembaga, baik perorangan maupun berbentuk lembaga, yang semuanya
mempuyai peranan dalam menyediakan produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Definisi perantara menurut Djaslim Saladin (2003;110), yaitu :
Perantara merupakan usaha bisnis yang berdiri sendiri dan
beroperasi sebagai penghubung antara produsen dan konsumen akhir
atau pemakai dari kalangan industri.
Definisi lain dari perantara menurut Fandy Tjiptono (2008;185), yaitu :
Perantara adalah orang atau perusahaan yang menghubungkan
aliran barang dari produsen ke konsumen akhir dan konsumen
industrial.
Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu saluran
distribusi peran perantara sangat penting untuk membantu menyalurkan barang
dari produsen kepada konsumen.
2.5.2 Bentuk-Bentuk Perantara
Bentuk-bentuk perantara dapat dibedakan menjadi dua bagian, yang
dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (2008;185), yaitu :
1. Perantara Pedagang (Merchant middleman)
Yaitu perantara yang memiliki barang (dengan membeli dari produsen)
untuk kemudian dijual kembali. Contoh : grosir dan pengecer.
2. Perantara Agen (Agent middleman)
Yaitu perantara yang hanya mencarikan pembeli, menegoisasikan dan
melakukan transaksi atas nama produsen.
2.5.3 Jumlah Perantara Pemasaran
Dalam melaksanakan distribusi produk, perusahaan perlu menentukan
jumlah perantara untuk ditempatkan sebagai pedagang besar, agen, ataupun
pengecer. Perusahaan harus memutuskan jumlah perantara yang digunakan pada
tiap tingkatan yang dilaksanakan. Dalam hal ini produsen mempunyai tiga
alternatif pilihan strategi jumlah perantara saluran, seperti yang dikemukakan oleh
Kotler dan Keller (2007;137), yaitu :
1. Distribusi Intensif (Intensive distribution), yaitu produsen menyalurkan
barang atau jasanya dengan menggunakan sebanyak mungkin outlet atau
gerai. Distribusi intensif ini biasanya digunakan untuk mendistribusikan
barang-barang kebutuhan sehari-hari (convenience goods).
2. Distribusi Selektif (Selective distribution), yaitu penyaluran produk
dengan penggunaan lebih dari beberapa tetapi tidak semua perantara yang
bersedia menjual produk tertentu. Strategi tersebut digunakan perusahaanperusahaan mapan dan perusahaan-perusahaan baru yang mencari
distributor.
3. Distribusi Eksklusif (Exclusive distribution), yaitu distribusi eksklusif
berarti produsen sangat membatasi jumlah perantara. Distribusi ini
digunakan apabila produsen ingin tetap memegang kendali atas tingkat dan
keluaran layanan yang ditawarkan perantara tersebut.
2.5.4 Fungsi Perantara dalam Saluran Distribusi
Fungsi
perantara
adalah
bertindak
sebagai
agen
pembeli
bagi
konsumennya, dan sebagai agen pemasok bagi pemasoknya. Jadi fungsi perantara
terlihat sangat jelas, yaitu bahwa perantara sangat penting kedudukannya bagi
sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya. Adapun tujuan dari pengguna
perantara adalah untuk memanfaatkan jaringan, pengalaman, spesialisai, dan skala
operasi serta kinerja perantara dalam menyebarluaskan produk sehingga dapat
menjangkau pasar yang lebih luas.
Fungsi perantara terhadap konsumen seperti yang dikemukakan oleh
Kotler dan Keller (2007;132), yaitu :
1. Ukuran jumlah (Lot size), yaitu jumlah unit yang dibolehkan saluran
tersebut dibatasi oleh produsen dan disesuaikan dengan yang dibutuhkan
konsumen.
2. Waktu menunggu dan waktu pengiriman (Waiting and delivery time),
yaitu waktu rata-rata pelanggan saluran tersebut menunggu penerimaan
barang. Pelanggan biasanya lebih menyukai saluran pengiriman yang
cepat.
3. Kemudahan atau kenyamanan ruang (Spatial convenience), yaitu
sejauh mana saluran pemasaran tersebut memudahkan pelanggan membeli
produk tersebut.
4. Keragaman produk (Product variety), yaitu banyaknya jenis yang
disediakan oleh saluran pemasaran. Biasanya, pelanggan lebih menyukai
keragaman yang lebih besar, karena pilihan yang lebih banyak akan
meningkatkan peluang menemukan apa yang mereka butuhkan.
5. Dukungan layanan (Service backup), yaitu layanan tambahan (kredit,
pengiriman, pemasangan perbaikan) yang disediakan saluran tersebut.
2.6 Keputusan Manajemen Saluran
Dalam saluran distribusi kerja sama yang baik antara produsen dengan
penyalur harus dapat diciptakan, sehingga kegiatan bisnis mereka saling
menguntungkan satu sama lain. Untuk itu perusahaan merencanakan untuk
memilih, melatih anggota saluran, memberikan motivasi, dan secara langsung
menilai hasil kerja perantara.
Menurut Kotler dan Keller (2007;140) hal yang perlu diperhatikan
produsen dalam mengelola saluran distribusi, yaitu :
1. Memilih Anggota Saluran Distribusi.
Perusahaan-perusahaan perlu memilih anggota-anggota salurannya secara
cermat, hal ini dapat membantu perusahaan dalam menyalurkan produknya
secara tepat sasaran. Produsen yang merasa mudah atau sulit mendapatkan
perantara, setidaknya mereka harus menentukan karakteristik dan
persyaratan untuk dapat menjadi perantara produk yang akan dipasarkan.
Mereka akan mengevaluasi berapa lama perantara itu berada dalam bisnis
yang dijalankan, lini-lini lain yang dijual, catatan pertumbuhan dan laba,
kesanggupan untuk memenuhi kewajiban, kemampuan bekerja sama, dan
reputasi layanannya.
2. Melatih Anggota Saluran.
Perusahaan-perusahaan perlu merencanakan dan mengimplementasikan
program pelatihan yang cermat bagi perantaranya, ini dimaksudkan agar
tidak terjadinya kesalahan dalam memasarkan suatu produk.
3. Memotivasi Anggota Saluran.
Perusahaan perlu memandang perantaranya sebagaimana ia memandang
pengguna akhirnya. Perusahaan tersebut perlu menentukan kebutuhankebutuhan perantara dan membentuk pemosisian saluran sedemikian
sehingga tawaran salurannya disesuaikan guna memberikan nilai yang
lebih unggul kepada perantara. Perantara harus dimotivasi untuk
melakukan tugasnya dengan baik. Syarat-syarat yang membawa mereka
untuk bergabung dalam saluran pemasaran ini sebagai pendorong, namun
hal ini harus ditambah dengan pelatihan, supervise, dan desakan.
Mendorong anggota saluran pemasaran untuk mencapai kinerja puncak
harus dimulai dengan memahami kebutuhan dan keinginan perantaranya.
4. Evaluasi Anggota Saluran.
Produsen harus mengevaluasi kinerja perantara terhadap standar-standar
seperti pencapaian kuota penjualan, tingkat persediaan rata-rata, waktu
pengiriman ke pelanggan, penanganan barang yang rusak dan hilang, dan
pelayanan yang diberikan perantara kepada pelanggan. Perantara yang
kinerjanya
kurang
baik
diberikan
pengarahan
dalam
melakukan
kewajibannya.
5. Mengubah Susunan Saluran.
Produsen harus mempelajari secara berkala dan mengubah susunan
salurannya. Perubahan diperlukan bila saluran distribusi tersebut tidak
berjalan sebagaimana direncanakan, pola beli konsumen berubah, pasar
meluas, muncul pesaing baru, lahir saluran distribusi yang inovatif, dan
produk tersebut memasuki tahap lanjut siklus hidup produk itu.
2.7 Sistem Saluran Distribusi
Dalam sistem saluran distribusi, terdapat perkembangan-perkembangan
saluran, yang sebelumnya terdapat sistem pemasaran konvesional. Saluran
pemasaran konvesional terdiri atas seorang produsen independen, pedagang besar,
dan pengecer. Saluran pemasaran konvesional menurut Kotler dan Keller
(2007:145) adalah:
Bisnis terpisah yang berupaya memaksimalkan labanya sendiri,
sekalipun tujuan ini mengurangi laba sistem tersebut secara
keseluruhan .
Dari defnisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem pemasaran
konvesional tidak menggambarkan suatu keterpaduan antar produsen, grosir, dan
pengecer, tetapi masing-masing terpisah dan berdiri secara sendiri-sendiri. Selain
sistem pemasaran konvesional, sistem saluran distribusi menurut Kotler dan
Keller (2007:145) mempunyai tiga macam sistem, yaitu:
a. Sistem Pemasaran Saluran Vertikal
Sistem pemasaran saluran vertikal menurut Kotler dan Keller (2007:145),
yaitu:
Sistem pemasaran vertikal terdiri atas produsen, pedagang besar,
dan pengecer yang bertindak sebagai suatu sistem yang menyatu.
Sistem pemasaran vertikal terdiri atas tiga macam atau tiga bentuk
hubungan dalam menjalin kerja sama sistem distribusinya, menurut Kotler dan
Keller (2007;145), yaitu :
a) Sistem pemasaran vertikal perusahaan atau korporat, yaitu perusahaan
menggambungkan tahap-tahap produksi dan distribusi secara berurutan
dibawah satu pemilik atau kepemilikan tunggal.
b) Sistem pemasaran vertikal terkendali atau terpimpin, yaitu perusahaan
mengkoordinasikan tahap-tahap produksi dan distribusi yang berurutan
melalui ukuran dan kekuatan salah satu anggota. Produsen merek yang
dominan mampu memastikan kerja sama dan dukungan perdagangan yang
kuat dari para penyalur.
c) Sistem pemasaran vertikal berdasarkan kontrak, yaitu sistem pemasaran
yang terdiri atas perusahaan-perusahaan independen pada berbagai tingkat
produksi dan distribusi yang berbeda, yang memadukan program mereka
berdasarkan kontrak untuk memperoleh penghematan atau dampak
penjualan yang lebih besar dari pada yang dapat mereka capai sendiri.
b. Sistem Pemasaran Saluran Horizontal
Dalam sistem pemasaran saluran horizontal menurut Kotler dan Keller
(2007;147) terdapat kerjasama antara dua atau beberapa perusahaan yang
tidak berhubungan, menggabungkan sumber daya atau program untuk
memanfaatkan peluang pemasaran yang sedang berkembang.
c. Sistem Pemasaran Multi Saluran
Dalam sistem pemasran multi saluran menurut Kotler dan Keller (2007;147),
yaitu perusahaan menggunakan dua atau lebih saluran pemasaran untuk
menjangkau satu atau beberapa segmen konsumen.
2.8 Konflik dalam Saluran Distribusi
Perusahaan selalu senantiasa merancang dan mengelola saluran distribusi
dengan baik, namun akan terjadi suatu konflik apabila kepentingan bisnis
independen tidak selalu bertemu. Menurut Kotler dan Keller (2007;150), saluran
konflik timbul ketika satu anggota saluran mencegah saluran lain untuk tidak
mencapai tujuannya. Sedangkan jenis konflik dan persaingan menurut Kotler dan
Keller (2007;150), dibagi ke dalam tiga jenis konflik dan persaingan, yaitu :
1. Konflik Saluran Vertikal
Konflik saluran vertikal merupakan konflik antara tingkat-tingkat yang
berbeda dalam saluran yang sama. Konflik saluran vertikal terjadi pada satu
perusahaan dan perantara yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan, dan
merupakan perantara yang mempunyai hubungan atau ikatan yang dependen
dengan perusahaan.
2. Konflik Saluran Horizontal
Konflik saluran horizontal adalah konflik antara anggota-anggota pada tingkat
yang sama dalam saluran tersebut.
3. Konflik Multi Saluran
Konflik multi saluran terjadi apabila perusahaan tersebut menciptakan dua
atau lebih saluran yang melakukan penjualan ke pasar dan segmen yang sama.
Adapun untuk mengelola konflik saluran yang terjadi di dalam perusahaan
menurut Kotler dan Keller (2007; 152) dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu :
1. Diplomasi, terjadi apabila masing-masing pihak mengirimkan satu orang atau
satu kelompok untuk bertemu dengan mitra rundingannya guna memecahkan
konflik tersebut.
2. Mediasi, mengandalkan pihak ketiga yang netral yang memiliki keahlian
mendamaikan kepentingan kedua belah pihak.
3. Arbitrasi, terjadi apabila kedua belah pihak setuju menyampaikan argumen
mereka kepada satu atau beberapa arbitrator dan menerima keputusan arbitrasi
tersebut.
Download