BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan. Pemasaran tidak hanya dipandang sebagai suatu bagian melainkan terlibat dalam pengambilan keputusan manajemen jauh sebelum produk dirancang dan terus terlibat jauh setelah produk terjual. Pemasaran berurusan dengan pengidentifikasian dan pemenuhan kebutuhan serta keinginan dari manusia. Namun selaras dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi, mengakibatkan semakin kompleksnya kebutuhan manusia tersebut, sehingga menimbulkan spesialisasi pada suatu bagian produksi yang menciptakan suatu produk yang terbaik. Sejalan dengan perkembangan ekonomi seperti halnya ilmu-ilmu lainnya yang terus mengalami perkembangan, maka ilmu pemasaran juga mengalami perkembangan karena semakin luasnya aktivitas pemasaran dalam usaha perdagangan dari waktu kewaktu. Pemasaran merupakan pedoman teori didalam memecahkan persoalan tentang bagaimana perusahaan melakukan usaha agar hasil-hasil produksinya dapat di distribusikan dengan lancar sehingga sampai kepada pemakai akhir, melalui suatu pertukaran yang saling menguntungkan diantara kedua belah pihak. Produsen disatu sisi mengharapkan kepuasan tinggi yang akan timbul pada diri konsumen karena telah melakukan pembelian dengan sejumlah uang untuk memperoleh kepuasan melalui produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan. Kegiatan pemasaran bukan hanya sekedar kegiatan menjual barang atau jasa, tetapi lebih luas dari itu. Namun sampai saat ini belum terlibat adanya kesamaan pendapat mengenai luas lingkup istilah pemasaran, namun pada prinsipnya sama. Walaupun para ahli ekonomi mengemukakan beberapa pendapat mengenai pemasaran. Pengertian pemasaran menurut : Philip Kotler (2005:10) menyatakan bahwa: “Pemasaran adalah Proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain”. Sedangkan menurut Kennedy dan Soemanagara (2006) mengemukakan bahwa: “Sekumpulan rancangan kegiatan yang saling terkait untuk mengenali kebutuhan konsumen dan mengembangkan, mendistribusikan, mempromosikan, serta menetapkan harga yang tepat dari sebuah produk dan layanan untuk mencapai keputusan dari konsumen yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan”. Pengertian pemasaran mempunyai arti luas dari pada yang dapat kita artikan dan terjemahkan, dikatakan demikian karena pemasaran bukan saja meliputi jual beli, tetapi pemasaran membahas segala persoalan yang ada didalam perusahaan secara sistematis. 2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen Pemasaran menurut Philip Kotler (2005:9) menyatakan bahwa manajemen pemasaran adalah Proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Sedangkan menurut Boyd, Walker, dan Larreche (2000:18) mendapatkan bahwa manajemen pemasaran adalah proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan program-progman yang mencakup pengkonsepan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari produk, jasa dan gagasan yang dirancang untuk menciptakan dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Definisi diatas ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisis, perencanaan dan pelaksanaan serta pengendalian yang mencakup produk (barang atau jasa) dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat. 2.3 Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran yang merupakan aktivitas dari kombinasi kegiatan pemasaran yang digunakan untuk mencapai sasaran perusahaan. Definisi bauran pemasaran (Marketing mix) menurut Philip Kotler (2005:17) menyatakan bahwa : “Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya dipasar sasaran” Adapun elemen-elemen bauran pemasaran (Marketing mix) dikenal dengan sebutan 4P adalah sebagai berikut : 2.3.1 Produk (Product) Perusahaan menyediakan sesuatu yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen dimana penyediaan itu meliputi barang atau jasa. Pengembangan produk dilakukan dengan menganalisa kebutuhan dan keinginan konsumen termasuk kualitas, pelayanan, jaminan, merek dan kemasan. 2.3.2 Harga (Price) Sedangkan definisi harga menurut William J Staton adalah Sejumlah uang atau bentuk keuangan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh suatu produk. Penetapan harga adalah masalah menentukan beberapa besar harga agar dapat dicapai konsumen dan perusahaan tidak mengalami kerugian. 2.3.3 Distribusi (Place) Menurut Philip Kotler definisi distribusi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran yang terdiri dari berbagai aktivitas yang harus dilakukan oleh perusahaan agar produk dapat diperoleh dengan mudah dan tersedia untuk konsumen. Saluran distribusi merupakan pelaksanaan yang penting dalam program penyaluran produk, dimana melalui saluran distribusi yang baik suatu produk dapat tersedia pada tepat waktu dan jumlah yang diinginkan sama. 2.3.4 Promosi (Promotion) Menurut Philip Kotler definisi promosi adalah serangkain aktivitas yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk mengkonsumsi manfaat produk dan untuk membujuk konsumen agar membelinya. Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produk dan menyakinkan konsumen untuk membeli produknya. Promosi juga merupakan salah satu variabel dalam pemasaran yang memegang peranan penting dalam usaha peningkatan volume penjualan produk atau jasa. Promosi juga merupakan salah satu alat komunikasi yang bersifat membujuk (Persuasive) dan mampu memberikan informasi tentang kebaikan dan keunggulan produk dari suatu perusahaan. 2.4 Pengertian Periklanan Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumunan biasanya iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli. Untuk mendapatkan pengertian mengenai iklan berikut ini penulis kemukakan dari para ahli. Menurut William G. Nickels (2000:122) menyatakan bahwa: “Periklanan adalah komunikasi non-individu dengan jumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba serta individu-individu”. Sedangkan menurut Monle Lee dan Carla Johnson (2004:3) mengemukakan bahwa Periklanan adalah komunikasi komersil dan non-personal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, reklame luar ruang atau kendaraan umum. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulakan bahwa periklanan dilakukan dengan mengeluarkan sejumlah biaya. Periklanan juga merupakan alat yang digunakan oleh pembeli dan penjual, periklanan juga merupakan alat yang digunakan oleh pembeli dan penjual, serta setiap orang termasuk lembaga nonlaba atau dengan kata lain, periklanan dapat dipandang tentang suatu produk atau jasa.sebagai kegiatan penawaran kepada suatu kelompok masyarakat baik secara lisan ataupun dengan penglihatan (berupa berita). 2.5 Fungsi Periklanan Menurut Monle Lee dan Carla Johnson (2004:145-147) Periklanan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : 2.5.1 Memberikan Informasi Iklan dapat memberikan informasi lebih, baik tentang produknya, harganya, ataupun informasi lain yang mempunyai kegunaan bagi konsumen. Tanpa adanya informasi seperti itu orang akan segan atau tidak akan mengetahui banyak tentang suatu produk atau jasa. 2.5.2 Membujuk atau Mempengaruhi Periklanan tidak hanya bersifat memberitahu saja, tetapi juga bersifat membujuk, terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik daripada produk yang lain. Dalam hal ini, iklan yang sifatnya membujuk tersebut lebih banyak dipasang pada media-media seperti televisi, koran, papan reklame. 2.5.3 Menciptakan kesan Dengan sebuah iklan, orang akan mempunyai suatu kesan tertentu tentang apa yang diiklankan. Dalam hal ini, pemasang ini selalu berusaha untuk menciptakan warna, bentuk, ilustrasi dan layout yang menarik. Terkadang pembelian sebuah produk tidak dilakukan secara rasional atau memperhatikan nilai ekonominya, tetapi lebih terdorong untuk mempertahankan atau meningkatkan gengsi, seperti pembelian mobil, rokok, telepon seluler dan sebagainya. Dari segi lain, periklanan juga dapat menciptakan kesan pada masyarakat untuk melakukan pembelian secara rasional dan ekonomis. 2.5.4 Memuaskan Keinginan Periklanan merupakan suatu alat yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan, dan tujuan itu sendiri berupa pertukaran yang saling memuaskan. Periklanan juga merupakan suatu alat yang efisien bagi para penjual. Mereka harus menggunakannya untuk melayani orang lain, masyarakat dan mereka sendiri. 2.5.5 Sebagai Alat Komunikasi Periklanan adalah suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjualan dan pembeli, sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi dalam cara yang efektif dan efesien. Dalam hal ini komunikasi dapat menunjukan cara-cara untuk mengadakan pertukaran yang saling memuaskan. 2.6 Tujuan Periklanan Tujuan periklanan yang utama adalah meningkatkan penjualan barang atau jasa. Adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan terjadinya penjualan secara langsung, meskipun ada juga penjualan yang baru terjadi pada waktu mendatang. Dan yang menjadi sasaran dalam periklanan adalah masyarakat atau pasar. Masyarakat sebagai penerima berita atau iklan sering terpengaruh dan merubah sikap atau tingkah laku mereka. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan periklanan adalah untuk merangsang keinginan masyarakat untuk membeli produk yang diiklankan sehingga dapat meningkatkan penjualan. Adapun beberapa tujuan lain dari periklanan menurut Basu Swastha adalah : a. Mendukung program personal selling dan kegiatan promosi yang lain. b. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjual dalam jangka waktu tertentu. c. Mengadakan hubungan dengan mencantumkan nama dan alamat. para penyalur, misalnya dengan d. Memasuki daerah pemasaran baru atau menarik pelanggan baru. e. Menambah penjualan industri. f. Mencegah timbulnya barang-barang tiruan. g. Memperbaiki reputasi perusahaan dengan pelayanan umum melalui periklanan. 2.7 Televisi Sebagai Media Periklanan Sejak dasawarsa 1990-an televisi telah menjadi media iklan yang utama bagi masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Penerangan No.190A/kep/Menpen/1987 dimana penggunaan televisi sebagai media iklan akan segera dibuka kembali setelah pada tahun 1963 iklan dibatasi hingga 15% dari total siarannya. Bahkan pada tanggal 1 April 1981, siaran iklan telesivi ditutup dengan adanya Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No.30/1981. Kemudian menurut Surat Keputusan Menteri Penerangan yang dikeluarkan tanggal 24 Juli 1990, siaran televisi tidak lagi menjadi monopoli Pemerintah, dan keberadaan siaran televisi swasta mulai bermunculan sehingga semakin banyak alternatif siaran yang tersedia, maka dapat dijadikan pilihan oleh produsen untuk mengiklankan produknya di televisi. Televisi sudah menjadi barang umum yang mudah dijumpai dimana saja, baik di kota maupun di desa. Karena televisi merupakan sarana hiburan bagi keluarga, oleh karena itu banyak perusahaan memakai media televisi khususnya untuk mempromosikan produk terbarunya. Keberadaan televisi yang berfungsi sebagai media periklanan memiliki keunggulan serta kelemahan didalamnya.Monle Lee dan Carla Johnson dalam bukunya yang berjudul “Prinsip-prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global” (2004:267-268), mengungkap beberapa keunggulan dan kelemahan televisi sebagai media periklanan, antara lain : 2.7.1 Keunggulan-keunggulan televisi a. Metode biaya perseribu televisi cukup efisien : bagi satu pengiklan yang berupaya menjangkau satu pasar utuh, durasi 30 detik pada acara bereting tinggi mungkin senilai satu sen atau kurang untuk setiap orang yang dijangkau. b. Televisi memungkinkan demonstrasi produk atau jasa. c. Televisi mudah beradaptasi, memungkinkan adanya kombinasi suara, warna dan gerakan. d. Sulit bagi pemirsa untuk mengalihkan pandangan dari sebuah komersial : iklan-iklan televisi memikat indera penglihatan dan pendengaran. 2.7.2 Kelemahan-kelemahan Televisi a. Biaya absolute untuk memproduksi dan menayangkan komersial telah menjadi demikian tinggi. b. Dengan penemuan remote control, banyak waktu pemirsa yang digunakan untuk berpindah dari satu stasiun televisi ke stasiun televisi. c. Meningkatkan penggunaan pengumuman-pengumuman promosi oleh jaringan untuk merangsang pemirsa melihat program-program yang gencar dipromosikan dan meningkatnya komersial pendek 10 hingga 15 detik, telah menciptakan kepadatan iklan. 2.8 Sifat Iklan Televisi Daya tarik yang terdapat dalam iklan televisi di antaranya terletak pada kekuatan audio yang didalamnya terdapat unsur kata-kata, unsur musik ataupun sound effect dengan kombinasi pada tampilan-tampilannya visual atau gambar yang didalamnya terdapat unsur warna yang dapat merangkum tampilan produk, model atau public figure, slogan iklan, latar iklan, sehingga meninggalkan kesan dan daya ingat pada penonton. Selain daya tarik pada audio visual, iklan televisi memiliki tema-tema yang dirancang untuk menjadikan kekuatan atau daya tarik tersendiri, tema bekerja sebagai salah satu penyampaian pesan persuasif pada iklan televisi, tema yang efektif dan kreatif akan mampu membentuk persepsi pada khalayak atau pemirsa televisi pada umumnya, kekuatan ini bekerja dalam menstimulus untuk melakukan perubahan tingkah laku, emosi, permintaan dan efeksi khalayak komponen rasional berdasarkan pemikiran dan penilaian rasional tentang apa yang dianjurkan melalui tema dapat mengubah tingkah laku pemirsanya. Tema dapat mempengaruhi emosi khalayak yang memicu timbulnya keinginan untuk memiliki apa yang ada pada iklan. Tema menggugah permintaan agar khalayak memiliki perhatian atau ingatan yang kuat dan berlebih pada apa yang diiklankan, dan tema mempengaruhi perubahan yang berfokus pada membentuk perasaan khalayak agar dapat dengan senang hati untuk menerima apa yang ada pada iklan. Sebagai proses komunikasi dalam upaya menyampaikan informasi lewat cara tertentu yang membuat orang menghapus gambaran lama dibenaknya dan menggantikan dengan gambaran baru sehingga berubahlah perilakunya. Sumartono dalam bukunya berjudul “Terperangkap Dalam Iklan” (2002:67), merangkum proses iklan, adalah sebagai berikut : a. Meninggatkan manusia akan eksistensi serta manfaat dari penggunaan suatu barang atau jasa. b. Menimbulkan suatu sikap yang menguntungkan komunikasi/pesan. c. Mencapai fase ingin memiliki atau menggunakan barang atau jasa. d. Mencapai fase yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan pesan terdahulu. 2.9 Prosedur Waktu Iklan Televisi Sejumlah pilihan tersedia bagi para pengiklan yang memilih media televisi sebagai bagian dari bauran media mereka. Sebagaian dari pilihan-pilihan ini termasuk mensponsori program secara utuh, berpartisipasi dalam sebuah program, pengiklan dapat juga mensponsori sebuah program utuh. Kategori waktu televisi dibagi menjadi beberapa bagian setiap harinya. Terdapat tingkat penonton televisi yang berbeda pada setiap bagian hari, yang tertinggi adalah prime time (8 hingga 11 malam, standar waktu timur atau 7 hingga 10 malam waktu pasifik). Fringe time adalah waktu periklanan jaringan tepat sebelum dan sesudah prime time, karena ini berada dipinggiran waktu dengan tontonan pemirsa tertinggi. Siang hari dan larut malam memiliki khalayak yang lebih kecil dan tingkat harga periklanan yang lebih rendah ketimbang prime time dan fringe time. Biaya pembelian periklanan televisi jaringan dapat dinegosiasikan. Para pengiklan lebih besar mungkin bias mendapatkan tingkat harga yang lebih ekonomis ketimbang para pengiklan lebih kecil dan hanya melakukannya sesekali. Pengiklan harus menghubungi jaringan untuk memulai pembelian waktu periklanan dan menegosiasikan harga.standard rate and data service (SRDS) dapat membantu para pengiklan menemukan tingkat harga periklanan lokal pada stasiun-stasiun televisi independent, karena biaya periklanan. Karekteristik khalayak, dan kesesuaian pemprogaman sangat bervariasi pada jam tayang, frekuensi dan durasi di suatu hari dan hari-hari tertentu. 2.10 Manajemen Periklanan Menurut Thomas J. Russel dan Ronald Lane menyatakan bahwa manajemen periklanan adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa lembaga/organisasi yang saling berinteraksi dan menjalankan peranan yang berbeda dalam proses periklanan. Inti dari suatu sistem adalah pengiklan/produsen pemasang iklan. Dalam pengambilan keputusan khususnya yang berkaitan dengan rencana promosi/pemsarannya dipengaruhi oleh lembaga pengendali yaitu pemerintah, pesaing dan pasar. Tugas dari masing-masing pengendali yaitu: a. Pemerintah : peraturan pemerintah yang mengatur dan membatasi tata cara beriklan. b. Pesaing : riset dan analisa mengenai kampanye periklanan pesaing mempengaruhi strategi periklanan yang akan dilancarkan. c. Pasar : pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai situasi pasar, pangsa pasar, dan trend perilaku konsumen mempengaruhi strategi perencanaan iklan. Untuk mewujudkan strategi kampanye periklanan, pengiklan membutuhkan biro iklan, media dan perusahaan riset/pemasaran. Tugas dari biro iklan, media dan perusahaan riset adalah sebagai berikut : a. Biro iklan : memberikan jasa untuk membantu merencanakan dan melaksanakan kampanye periklanan. b. Media : membantu menyebarkan pesan-pesan yang akan disampaikan pengiklan. c. Perusahaan riset/pemasaran : membantu melakukan riset pasar untuk mengevaluasi iklan dan mengetahui perilaku pasar. 2.11 Pengambilan Keputusan Pembelian Sebelum menunjukan suatu ringkasan bagaimana para konsumen mengambil suatu keputusan, kita akan mempertimbangkan beberapa pemikiran yang melukiskan pengambilan keputusan konsumen dengan cara-cara yang berbeda. Istilah model-model konsumen mengacu pada suatu pandangan umum terhadap bagaimana dan mengapa masing-masing individu berperilaku demikian, hal ini ditegaskan oleh Leslie Lazar Kanuk dan Leon G. Schiffman (2000:104). Secara spesifik kita akan mengamati model-model konsumen dalam keempat pandangan berikut ini: 2.11.1 Pandangan Ekonomis Dalam pandangan ekonomis, dimana menggambarkan suatu dunia kompetisi sempurna, para konsumen dikarakterisasikan sebagai pembuat keputusan-keputusan yang rasional. Model ini yang disebut teori orang ekonomi,untuk berperilaku rasional dalam makna ekonomis, seorang konsumen akan : a. Menyadari keseluruhan alternatif produk yang ada. b. Mampu untuk menentukan pilihan ranking secara tepat tiap-tiap alternatif dalam kaitannya dengan manfaat-manfaat dan kerugian-kerugiannya c. Serta, mampu untuk menentukan pilihan alternatif yang terbaik. Meskipun demikian, secara nyata konsumen jarang sekali memiliki seluruh informasi atau bahkan suatu tingkat keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang sempurna. 2.11.2 Padangan Pasif pandangan pasif yang menggambarkan para konsumen pada dasarnya menyerahkan semua pada penjual atau sales. Konsumen yang pasif biasanya tidak mau bertanya dan tidak tahu tentang informasi barang atau jasa yang akan digunakan. Padangan pasif ini biasanya dimanfaatkan oleh penjual atau sales yang terlatih untuk memperlakukan para konsumen sebagai objek untuk dimanipulasi. 2.11.3 Pandangan Kognitif Pandangan ketiga menggambarkan konsumen sebagai penyelesaian masalah yang berpikir. Dalam kerangka pengertian ini konsumen kerap kali digambarkan sebagai penerima secara pasif maupun secara aktif mencari produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan semakin memperkaya kehidupan mereka. Pandangan kognitif tersebut mendeskripsikan suatu konsumen yang masuk diantara pandangan ekonomis dan pasif, yang tidak memiliki pengetahuan total tentang alternatif produk yang tersedia dan oleh karenanya tidak dapat membuat keputusan yang sempurna, namun mencari informasi dan berusaha untuk meraih keputusan yang memuaskan. 2.11.4 Pandangan Emosianal Sedangkan pandangan emosional, konsumen memutuskan untuk membeli berdasarkan emosi, dan sangat sedikit mendapatkan informasi tentang produk atau jasa yang akan dibeli atau digunakan. Pandangan ini lebih menggunakan mood dan perasaan pada saat pembelian. 2.12 Proses Keputusan Pembelian Cara lain untuk memahami konsumen dalam keputusan pembelian adalah melalui proses pembelian. Proses ini terdiri dari langkah yang di jalani konsumen pada saat mereka memutuskan apa, kapan, dimana dan bagaimana melakukan pembelian. Berikut ini proses pengambilan keputusan oleh pembeli dari pertama sampai dengan mencapai keputusan pembelian. Dalam gambar berikut ini dijelaskan bahwa pemakaian melalui tahapan, yaitu : pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternati Keputusan Pembelian Perilaku Setelah Pembelian Sumber : Philip Koter dan A. B Susanto “Manajemen Pemasaran di Indonesia” (2007 : 251) 2.12.1 Pengenalan Kebutuhan Disini orang yang akan memasarkan produk meneliti mengenai apa yang dibutuhkan, apa yang menyediakan semua itu muncul dan mengapa seseorang membutuhkan sesuatu, seorang pemasar akan mengenalkan kepada konsumen agar lebih baik. 2.12.2 Pencarian Informasi Pencarian informasi yang di lakukan pengguna atau pembeli di karenakan agar tidak salah membeli atau menggunakan suatu barang atau jasa, jadi pembeli atau pengguna harus mencari lebih banyak informasi dari barang atau jasa yang dibeli atau digunakan. Dan sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok, antara lain : a. Sumber pribadi antara lain keluarga, teman, dan tetangga. b. Sumber komersil antara lain iklan, tenaga penjuala, perantara. dan pedagang c. Sumber pengalaman antara lain penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan. d. Sumber publik antara lain media massa. 2.12.3 Evaluasi Alternatif Setelah melihat bagaimana pemakai atau konsumen menggunakan informasi untuk keputusan pada merek akhir. Bagaimanakah konsumen memilih antara pilihan merek? Pemasar harus mengetahui mengenai evaluasi dari alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan akhir. Dan sayangnya konsumen tidak menggunakan proses evaluasi yang sederhana dalam setiap pembelian, meskipun ada beberapa proses alternatif yang berlangsung pada saat bekerja atau prakteknya. 2.12.4 Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan saat dimana konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak produk yang bersangkutan, dan membuat keputusan yang berhubungan dengan pembelian. Selain itu keputusan pembelian dapat diartikan juga sebagai tingkatan dari proses keputusan pembelian dimana konsumen sebenarnya melakukan pembelian. Dalam tingkatan evaluasi, konsumen membuat preferensi diantara merekmerek dalam kelompok pilihan konsumen, dan mungkin juga membentuk suatu keinginan pembelian untuk membeli produk yang paling disukai. Namun demikian, ada dua faktor yang mempengaruhi keinginan atau maksud pembelian dan keputusan pembelian yaitu : a. Perilaku orang lain Dalam faktor perilaku atau pengaruh orang lain, hal ini dapat mengurangi alternatif yang dipilih atau disukai konsumen, hal ini akibat adanya dua hal lagi yang dipengaruhi, dua tersebut adalah : 1) Intensitas dari perilaku negatif dari orang lain yang menuju kepada pilihan yang disukai oleh konsumen. 2) Motivasi dari konsumen untuk menyetujui permintaan orang lain. b. Situasi yang tak terduga Dalam faktor ini konsumen akan membentuk niat membeli berdasarkan faktor seperti penghasilan yang diharapkan, harga yang diharapkan dan harapan dari manfaat produk. Bagaimanapun juga situasi yang tidak diharapkan dapat mengubah niat dari pembelian. Gambar 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pmbelian Perilaku Orang Lain Evaluasi Alternatif Maksud Pembelian Keputusan Pembelian Situasi Yang Tak Terduga Sumber : Philip Koter dan A. B Susanto “Manajemen Pemasaran di Indonesia” (2007 : 257). 2.12.5 Perilaku Setelah Pembelian Tugas dari pemasar tidak berakhir pada saat produk yang telah dibeli. Setelah membeli suatu produk, seseorang akan memikirkan tentang keputusan tersebut. Ada waktu-waktu dimana konsumen tersebut tidak begitu yakin bahwa pembelian tersebut adalah pembelian bijaksana. Hal ini dinamakan cognitif dissonance (ketidak sesuaian kognitif). Dan cognitif consonance (kesesuaian kognitif) timbul pada saat konsumen tersebut mendapatkan kepuasan setelah pembelian yang dilakukannya. Setelah pembelian produk, pemakai atau konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan akan berlanjut dalam perilaku setelah pembelian terhadap pemasar. Apa yang menentukan apakah pembeli tersebut itu puas atau tidak puas dengan pembeliannya? Jawaban tersebut ada pada hubungan antara harapan pemakai dan persepsi kinerja dari produk. Jika produk tersebut tidak sampai atau tidak sama dengan yang diharapkan pemakai atau konsumen maka pemakai atau konsumen akan kecewa, tetapi jika produk tersebut sampai atau sama dengan yang diharapkan pemakai atau konsumen maka pemakai atau konsumen akan merasa puas atau senang dan akan melakukan pembelian secara berulang-ulang. 2.13 Hubungan Iklan Melalui Media Televisi Dengan Keputusan Pembelian Menurut Philip Kotler dalam gambar 2.1 dalam proses keputusan pembelian terdapat pencarian informasi, dimana di dalam pencarian informasi tersebut bisa melalui iklan, khususnya iklan melalui media televisi. Pengertian iklan menurut Durianto (2003) adalah iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan. Jadi, iklan melalui media televisi memiliki hubungan dengan keputusan pembelian, karena iklan melalui media televisi merupakan salah satu sumber pencarian informasi yang dilakukan oleh konsumen sehingga konsumen akan memutuskan untuk membeli atau tidak barang tersebut.