1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dan perkembangan teknologi saat ini sangat berkaitan erat dengan persaingan yang terjadi antar perusahaan. Sehubungan dengan berkembangnya dunia perekonomian saat ini kemajuan perekonomian di indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dari periode ke periode. Oleh karenanya perusahaan dituntut untuk menjaga kestabilan aktifitas operasi perusahaan agar dapat meningkatkan kualitas dari perusahaan itu sendiri serta menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar. Laporan keuangan perusahaan adalah cerminan dari keadaan atau kondisi suatu perusahaan dengan menyajikan informasi penting dan relevan mengenai sumber daya ekonomi perusahaan dan prestasi yang telah dicapai oleh perusahaan selama satu periode. Secara umum, semua bagian dari laporan keuangan adalah penting dan diperlukan dalam setiap pengambilan keputusan yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan semua pihak dalam mengambil keputusan ekonomi. Penyusunan laporan keuangan sendiri bertujuan untuk memberikan (1) informasi yang berguna dalam keputusan investasi dan kredit, (2) informasi yang berguna dalam menilai prospek investasi dan kredit, dan (3) informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim pada sumber daya itu, dan perubahan dalam sumber daya tersebut (Kieso dan Weygandt, 2002). Dengan kata lain, laporan 1 2 keuangan merupakan sumber informasi penting bagi semua pihak, terutama bagi para investor dalam mengambil keputusan investasi. Perhatian pihak luar atau investor hanya terpusat pada informasi laba karena informasi laba memiliki pengaruh yang sangat besar bagi para penggunanya dalam mengambil suatu keputusan. Laba merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen. Laba merupakan komponen laporan keuangan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen perusahaan, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representif dalam jangka panjang, menaksir resiko dalam investasi atau meminjamkan dana (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001: 28). Sebagaimana disebutkan dalam SFAC No.1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang. IAI dalam PSAK No.25 (2009: 2) juga menyatakan manfaat dari informasi laba yaitu untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009). Hal tersebut yang menjadikan laba mempunyai peranan penting dan signifikan dalam proses pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan, sehingga manajemen akan berusaha mengolah laba dalam usahanya membuat laba perusahaan terlihat bagus secara financial. 3 Manajemen perusahaan akan menstabilkan profitabilitas perusahaan agar laba yang dilaporkan tidak berfluktuasi sehingga dapat menarik minat para investor. Profitabilitas dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja para manajemen, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak (Jamaluddin, 2015). Manajemen yang tidak efektif akan menghasilkan profitabilitas yang rendah sehingga dianggap gagal dalam mencapai tujuan perusahaan, sedangkan manajemen yang tidak ingin dianggap gagal akan berusaha meningkatkan laba dan stabilitas labanya (Belkaouli, 2006). Ukuran perusahaan belum tentu bisa menggambarkan kondisi keuangan secara langsung dalam perusahaan pada periode tertentu. Seringkali para investor memberikan nilai lebih pada ukuran perusahaan tanpa melihat profitabilitas yang mampu dihasilkan dan resiko yang dimiliki perusahaan. Para investor menilai semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula perusahaan mampu menghasilkan laba sesuai dengan yang diinginkan. Financial leverage menggambarkan proporsi penggunaan hutang yang digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. Kebijakan hutang dapat digunakan untuk mendapatkan pinjaman dana bagi perusahaan. Semakin besar hutang maka semakin besar pula resiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi dan investor akan semakin takut untuk berinvestasi ke perusahaan karena resikonya tinggi (Sartono, 2001). Manajemen juga akan berusaha untuk menstabilkan labanya agar diperoleh pembayaran pajak yang paling minimal. Laba yang terlalu tinggi akan 4 meningkatkan pajak yang harus dibayar oleh perusahaan, sedangkan penurunan laba yang terlalu rendah akan memperlihatkan kinerja perusahaan yang buruk. Kondisi inilah yang mendorong manajemen perusahaan untuk secara oportunistik memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya guna memaksimalkan kesejahteraan perusahaannya. Hal ini mendorong adanya dysfunctional behavior atau tindakan yang tidak semestinya, yaitu tindakan yang berusaha untuk memanipulasi laporan laba agar laba yang dilaporkan tidak berfluktuasi. Tindakan tersebut diukur berdasarkan laba, yang akan cenderung melakukan perataan laba karena laba yang relatif stabil menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus. Secara disadari atau tidak, hal tersebut telah mendorong para manajer untuk melakukan manipulasi laba. Income Smoothing merupakan salah satu cara yang digunakan manajer untuk melakukan manipulasi data (Sumtaky, 2007). Perataan laba adalah salah satu pola manajemen untuk memperkecil tingkat fluktuasi laba yang dilaporkan pada tingkat yang dianggap normal bagi para perusahaan selama periode tertentu. Untuk meratakan laba, manajer mengambil tindakan meningkatkan laba yang dilaporkan ketika laba tersebut rendah dan mengambil tindakan yang menurunkan laba ketika laba tersebut relatif tinggi. Tindakan perataan laba dalam laporan keuangan merupakan hal biasa, namun tindakan ini sebenarnya tidak akan terjadi apabila laba yang diharapkan oleh manajemen perusahaan tidak berbeda jauh dengan laba yang sebenarnya (Prasetio, 2002). Oleh karena itu, manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk 5 melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan perusahaan menjadi lebih baik. Income Smoothing merupakan tindakan yang logis dan rasional bagi manajer untuk melakukan tindakan meratakan laba dengan menggunakan cara atau metode akuntansi tertentu (Murti, 2006). Tidak semua negara menganggap Income Smoothing ini merupakan pekerjaan haram, Swedia misalnya membenarkan perlakuan ini sepanjang dibuat secara transparan dan memang pada hakikatnya hasilnya sama dalam jangka panjang (Harahap, 2004: 233). Praktik perataan laba menjadi bahan perdebatan berbagai pihak. Oleh sebagian pihak praktik perataan laba dianggap sebagai suatu tindakan yang merugikan karena tidak menggambarkan kondisi dan posisi keuangan perusahaan secara wajar. Tetapi di pihak lain praktik perataan laba dianggap sebagai tindakan yang wajar karena tidak melanggar standar akuntansi, meskipun dapat mengurangi keandalan laporan keuangan (Zuhriyah, 2015) Sehingga informasi yang diungkapkan tidak menyajikan informasi yang sebenarnya terjadi pada perusahaan tersebut. Tindakan perataan laba ini sangat berkaitan erat dengan teori akuntansi positif (accounting positive theory). Dalam teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan sebuah proses yang menggunakan pemahaman, pengetahuan, dan kebijakan akuntansi yang sesuai untuk menghadapi kondisi dan keadaan tertentu pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan tidak harus sama dengan yang lainnya namun perusahaan diberi 6 kebebasan untuk memilih salah satu alternatif prosedur yang tersedia untuk meminimumkan biaya kontrak dan memaksimalkan nilai perusahaan sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Sehingga menurut teori akuntansi positif, manajemen cenderung melakukan tindakan untuk memilih kebijakan akuntansi yang menguntungkan dan memaksimumkan kepuasan perusahaan tersebut. Jatiningrum (2000) dalam penelitiannya tentang analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan penghasilan bersih atau laba pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel profitabilitas saja yang mendorong praktik perataan laba. Sedangkan dua variabel lainnya, yaitu ukuran perusahaan dan sektor industri tidak berhasil menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut merupakan pendorong praktik perataan laba. Narsa dkk (2003) melakukan penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap income smoothing selama krisis moneter pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Narsa mengajukan ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage sebagai variabel yang diuji. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap income smoothing sedangkan financial leverage tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Suwito dan Herawati (2005) dalam penelitiannya tentang analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage 7 operasional dan Net profit margin tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perataan laba. Menurut Widaryanti (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, menyatakan bahwa lima variabel yang diteliti (ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, net profit margin, dan varian nilai saham perusahaan) yang diduga mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur. Penelitian tersebut membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, net profit margin, dan varian nilai saham terhadap praktik perataan laba. Dewi (2011) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di BEI (2006-2009). Dalam penelitiannya variabel size memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan perata laba dengan bukan perata laba, sedangkan variabel profitabilitas, financial leverage dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Haryadi (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas, size perusahaan, dan komisaris independen terhadap praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) Tahun 2006-2009. Dan hasil penelitian tersebut adalah profitabilitas, size perusahaan, dan komisaris independen secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing). 8 Setiawan (2011) dalam penelitiannya yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba (income smoothing) pada perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI. Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel besaran financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba dan hanya net profit margin yang berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Suryandari (2012) juga melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi income smoothing pada perusahaan manufaktur di BEI. Hasil penelitian tersebut menunjukkan rasio total debt to total asset, return on asset, ner profit margin, dan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap income smoothing, sedangkan ukuran perusahaan, berpengaruh negatif terhadap income smoothing. Adiningsih (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas, leverage Operasi, dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba. Dalam penelitiannya leverage operasi (LEV) dan ukuran perusahaan (UP) berpengaruh secara parsial terhadap income smoothing (IS). Sedangkan variabel profitabilitas (PROF) secara parsial tidak berpengaruh terhadap income smoothing (IS). Jamaluddin (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh kinerja keuangan dan ukuran perusahaan terhadap income smoothing. Dalam penelitiannya hanya variabel DER yang tidak berpengaruh sedang variabel lainnya yaitu NPM, ROA, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap income smoothing. Zuhriyah (2015) juga melakukan penelitian tentang perataan laba dengan menganalisis perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan manufaktur di BEI. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa dari 7 (tujuh) 9 variabel yang diujikan (ukuran perusahaan, return on asset, debt to equity ratio, net profit margin, operating profit margin, standar deviasi, dan price to book value) hanya variabel return on asset dan debt to equity ratio yang berpengaruh positif terhadap perataan laba. Murti (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh debt to asset ratio, long term debt to equity ratio, net profit margin, dan basic earning power terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013. Dalam penelitiannya hanya variabel DAR yang berpengaruh sedangkan variabel LTDR, NPM, BEP tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Setyaningrum (2016) dalam penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing) studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) tahun 20112014 menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan, dept to equity (DER) berpengaruh positif dan signifikan, NPM dan ROA tidak berpengaruh negatif dan tidak signifikan, serta OPM dan EPS tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap praktik perataan laba. Widiawati (2016) dalam penelitiannya tentang analisa pengaruh faktor profitabilitas, kepemilikan manajerial, Pajak, financial leverage, dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan property dan real estate di BEI. Widiawati menyatakan bahwa profitabilitas, financial leverage, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan 10 terhadap praktik perataan laba sedangkan kepemilikan manajerial dan pajak memiliki pengaruh positif terhadap perataan laba. Sehubungan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya tentang praktik perataan laba yang masih belum memiliki hasil yang konsisten terhadap income smooting, maka perlu dilakukannya pengujian ulang. Adanya beberapa pandangan yang berbeda tersebut dan terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti ingin melakukan pengujian ulang dari penelitian-penelitian sebelumnya untuk menguji faktorfaktor yang mempengaruhi income smoothing. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan periode tahun 2011 sampai 2015 dengan pertimbangan bahwa periode tersebut merupakan periode terkini dari kondisi perusahaan di dalam pasar modal. Selain itu, peneliti akan mengembangkan model penelitian dengan menggunakan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan pajak. Alasan dipilihnya variabel-variabel tersebut adalah untuk membuktikan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba yang tidak menunjukkan hasil yang konsisten antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya. Peneliti juga menggunakan perusahaan manufaktur untuk mendapatkan hasil yang nantinya dapat menggeneralisasikan ada atau tidaknya praktik perataan laba (income smoothing) oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 11 Berdasarkan pada uraian latar belakang permasalahan di atas penulis ingin meneliti tentang adanya perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dengan judul: “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Income Smoothing Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba? 2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba? 3. Apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba? 4. Apakah Pajak berpengaruh terhadap praktik perataan laba? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui berbagai faktor-faktor atau variabel yang memiliki hubungan dan berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing). Secara spesifik tujuan yang hendak diinginkan oleh peneliti adalah: 1. Untuk menguji apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba. 2. Untuk menguji apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba. 3. Untuk menguji apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap perataan laba. 4. Untuk menguji apakah Pajak berpengaruh terhadap perataan laba. 12 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Praktisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pasar modal terutama mengenai perataan laba dan dapat membantu perusahaan untuk mengetahui variabel yang dapat mempengaruhi income smoothing. 2. Manfaat Teoretis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk membantu menemukan referensi dan memberikan informasi atau sebagai bahan perbandingan peneliti lainnya untuk dapat mengembangkan penelitian yang sejenisnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya penelitian mengenai praktik perataan laba. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Fokus pada penelitian ini lebih diarahkan untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing). Dalam penelitian ini, variabel yang akan dicoba untuk diteliti terdiri dari variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan pajak. Obyek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, pemilihan ini dikarenakan alasan kemudahan untuk memperoleh data dan ketersediaan untuk mengakses data yang diperlukan dalam penelitian. Sedangkan data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2015