Perubahan penyebab kematian di antara Odha dewasa antara 2000 dan 2005 Oleh: Ronald Baker, PhD, hivandhepatitis.com, 26 Agustus 2008 Karena Odha hidup lebih lama berkat keberhasilan ART, mereka mungkin mengalami serangkaian komplikasi yang tidak terkait AIDS yang lebih luas dibandingkan pada era sebelum ART. Dampak penuaan dan pajanan terhadap terapi antiretroviral (ART) jangka panjang, sebagai tambahan pada dampak infeksi HIV kronis dan faktor risiko misalnya merokok, konsumsi alkohol atau tingkat lipid dalam darah yang tidak normal (dislipidemia) kini menyokong berbagai penyebab penyakit dan kematian pada populasi ini. Pada orang dengan koinfeksi HIV dan infeksi virus hepatitis C (HCV) atau hepatitis B (HBV), komplikasi hati mungkin meningkat selama masa ketahanan hidup yang lebih panjang, karena fibrosis yang terkait dengan virus hepatitis merupakan proses jangka panjang. Dengan pengembangan ini, pengamatan terhadap penyebab kematian menciptakan kesempatan untuk menilai prioritas tentang pencegahan, perawatan dan penelitian di masa yang akan datang. Pada 2000, penelitian Mortalité 2000 dari berbagai pusat di Prancis menunjukkan kematian terkait AIDS tetap terjadi dan munculnya kematian terkait kanker dan hepatitis di Prancis.1 Temuan ini dikonfirmasi oleh dua penelitian lain dari AS, Eropa, dan Australia. Selanjutnya penelitian Mortalité 2005 berupaya menunjukkan penyebaran penyebab kematian di antara orang dewasa yang terinfeksi HIV di Prancis pada 2005 dan membandingkannya dengan 2000. Dokter yang terlibat dalam penatalaksanaan infeksi HIV melaporkan kematian dan penyebabnya dengan memakai angket yang dibakukan serupa dengan yang dipakai pada survei 2000. Hasil survei tersebut diterbitkan dalam jurnal AIDS edisi 15 Agustus 2008. Sebagai latar belakang, para penulis mencatat bahwa perubahan yang bermakna pada penatalaksanaan pasien dengan infeksi HIV kronis muncul antara 2000 dan 2005. Terapi kombinasi antiretroviral (ART) telah berkembang menuju rejimen pengobatan yang lebih sederhana dan lebih efektif, menghasilkan terapi yang lebih mampu ditahan dan lebih dipatuhi. Satu pengecualian adalah bahwa risiko penyakit kardiovaskular mungkin meningkat akibat pajanan jangka panjang terhadap PI.2 Hasil • Secara keseluruhan, 1.042 kematian orang HIV-positif dilaporkan pada 2005, dibandingkan 964 pada 2000. • Di antara pasien yang meninggal pada 2005, 76% adalah laki-laki, usia rata-rata adalah 46 tahun (banding 41 tahun pada 2000), dan jumlah CD4 rata-rata terakhir sebelum kematian adalah 161 (banding 94 pada 2002). • Proporsi penyebab kematian akibat AIDS menurun dari 47% pada 2000 menjadi 36% pada 2005. • Sebaliknya, proporsi penyebab kematian di bawah ini meningkat: - Kanker tidak terkait AIDS atau hepatitis (17% banding 11%); - Penyakit terkait hati (15% banding 13%, termasuk 11% hepatitis C dan 2% hepatitis B); - Penyakit kardiovaskular (8% banding 7%); - Bunuh diri (5% banding 4%). • Di antara 375 kematian terkait AIDS, kejadian yang paling sering terjadi adalah limfoma non-Hodgkin (NHL) (28%). • Di antara 154 kematian terkait hati, 24% adalah akibat kanker hepatoselular. • Di antara kanker yang tidak secara langsung terkait AIDS atau hepatitis, kejadian yang paling sering terjadi adalah kanker paru (31%) dan kanker saluran pencernaan (14%). Dalam kesimpulan, penulis penelitian menulis, “Keragaman penyebab kematian di antara orang dewasa yang terinfeksi HIV dikonfirmasi dan digiatkan pada 2005, dengan tiga penyebab setelah AIDS: kanker, penyakit terkait hati dan penyakit kardiovaskular.” Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Perubahan penyebab kematian di antara Odha dewasa antara 2000 dan 2005 Diskusi Menurut penulis, antara 2000 dan 2005 proporsi kematian terkait AIDS “terus menurun di antara orang dewasa yang HIV-positif, tetapi tetap merupakan penyebab kematian yang paling mendasar, terutama yang terkait NHL.” “Distribusi penyebab kematian adalah beragam,” mereka mengamati. “sementara tiga penyebab meningkat dan merupakan 40% di antaranya: kanker tidak terdefinisi AIDS, penyakit terkait hati, kematian akibat kardiovaskular. Penulis mencatat bahwa “hasil tersebut mungkin akibat dari deteksi suboptimal atau penatalaksanaan infeksi HIV dan koinfeksi virus hepatitis, dan juga penambahan usia orang yang terinfeksi HIV dan prevalensi tinggi penyebab tertentu yang cenderung mengakibatkan kanker atau penyakit kardiovaskular.” Meninjau penelitian dari tempat lain, para peneliti menemukan bahwa distribusi penyebab kematian tidak terdefinisi AIDS beragam tergantung pada ciri-ciri tertentu populasi yang diteliti. Misalnya: • Di antara orang yang tinggal di New York pada era sebelum ART, penggunaan narkoba adalah penyebab kematian tidak terkait HIV yang paling sering terjadi antara 1999 dan 2004. • Hingga 2004, kanker adalah penyebab kematian tidak terdefinisi AIDS yang paling sering terjadi pada penelitian Australian HIV Observational Database dan di HIV Outpatients Research AS. • Penyakit hati adalah penyebab kematian tidak terdefinisi AIDS yang paling sering terjadi pada era ART di antara orang HIV-positif koinfeksi dengan HCV dengan hemofilia di Kanada (23%) dan pada kohort internasional besar D:A:D (67%). Dalam penelitian ini, kurang lebih satu di antara tiga kematian (n = 344; 33%) adalah kanker terdefinisi AIDS atau non-AIDS. Lebih dari sepertiga (38%) kanker tidak terkait AIDS dan tidak terkait hepatitis muncul pada saluran pernapasan. Penelitian lain menunjukkan bahwa risiko kanker lebih tinggi pada orang dewasa yang HIV-positif dibandingkan pada masyarakat umum, dan bahwa merokok berperan penting, karena kurang lebih separuh orang dewasa yang HIV-positif adalah perokok. Pasien koinfeksi HIV-HCV HCV tercakup dalam 78% kematian terkait hati, dan proporsi kanker hepatoselular meningkat sejalan dengan waktu (dari 16% pada 2000 hingga 24% pada 2005). Konsumsi alkohol secara berlebihan dilaporkan pada separuh kasus, dan dua pertiganya tertular HIV melalui narkoba suntikan; di Prancis 90% orang dewasa yang HIV-positif akibat penggunaan narkoba suntikan juga memiliki HCV. Walaupun terjadi peningkatan penatalaksanaan koinfeksi HIV-HCV, tidak semua pasien koinfeksi yang memenuhi kriteria pengobatan sudah menerima pengobatan hepatitis C. Para penulis penelitian menyarankan, “Pengobatan anti-HCV harus diusulkan bahkan pada pasien dengan sirosis, asalkan mereka tidak memiliki dekompensasi, karena kinetik virus HCV memungkinkan prediksi tanggapan virologi yang bertahan (sustained virological response/SVR) dan penghentian terapi dalam kasus dengan faktor prognosis yang buruk.” Tetapi, mereka mencatat, “kebanyakan pasien HIV adalah koinfeksi dengan HCV genotipe 4, yang dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk” dibandingkan genotipe 2 atau 3. Penyakit terkait metabolisme Yang menarik adalah, para penulis mengamati dalam penelitian mereka, “Proporsi kematian terkait kardiovaskular hanya meningkat sedikit. Peningkatan pada strategi and penatalaksanaan ART terhadap dislipidemia mungkin juga sudah memperlambat kecenderungan yang pada awalnya memang lebih buruk. Namun demikian, mereka menyimpulkan, “penyokong relatif terhadap infeksi HIV, ART, dan faktor risiko umum terhadap munculnya penyakit terkait metabolisme masih diperdebatkan.”3 Ringkasan: Changes in Causes of Death among HIV Positive Adults between 2000 and 2005 Sumber: C Lewden, T May, E Rosenthal (for the ANRS EN19 Mortalité Study Group and Mortavic 1). Changes in causes of death among adults infected by HIV between 2000 and 2005: The “Mortalité 2000 and 2005” Surveys (ANRS EN19 and Mortavic). Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes 48(5): 590-598. August 15, 2008. –2– Perubahan penyebab kematian di antara Odha dewasa antara 2000 dan 2005 Sumber lain: 1. C Lewden, D Salmon , P Morlat , and others. Causes of death among HIV-infected adults in the era of potent antiretroviral therapy: emerging role of hepatitis and cancers, persistent role of AIDS. International Journal of Epidemiology 34: 121-130. 2005. 2. The D:A:D Study Group. Class of antiretroviral drugs and the risk of myocardial infarction. New England Journal of Medicine 356: 1723-1735. 2007. 3. D Salmon Ceron, C Lewden, and others. Liver disease as a major cause of death among HIV infected patients: role of hepatitis C and B viruses and alcohol. Journal of Hepatology 42: 799-805. 2005. –3–