MAKNA KEBAHAGIAAN PADA LANSIA YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi Diajukan Oleh : CHANDRA KURNIA PRATAMA F 100 110 105 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 MAKNA KEBAHAGIAAN PADA LANSIA YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi Diajukan Oleh : CHANDRA KURNIA PRATAMA F 100 110 105 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii I MAKNA KEBAHAGIAAI\ PADA LANSIA YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN Yang Diajukan Oleh : CHANDRA KURNIA PRATAMA F.100 110 105 Telah ilipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal:7 Oktober 2015 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Penguji utama Dr. Taufik M.Si.- Ph.D. Penguji pendamping ffila I Dra Zahrotul Uyuu M. Si Penguji pendamping /' II Achmad Dwityanto O.. S. Psi.. M. Si Surakarta, 7 Oktober 2015 lv 1 ABSTRAKSI MAKNA KEBAHAGIAAN PADA LANSIA YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN Chandra Kurnia Pratama Taufik Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan makna kebahagiaan pada lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Jumlah informan dalam penelitian ini lima lansia dengan karakteristik: bekerja sebagai pedagang asongan, berusia 60 tahun ke atas, masih mampu diajak berkomunikasi dengan baik, berdomisili di Karisidenan Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi sebagai data pendukung, serta dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kebahagiaan pada lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan meliputi adanya perasaan bahagia dalam menjalani aktivitasnya, dengan berjualan keliling lansia bisa berinteraksi dengan masyarakat dan tidak merasa jenuh karena hanya berdiam diri dirumah tanpa adanya kegiatan, mendapatkan penghasilan yang maksimal dari hasil berjualan, serta masih diberi kesehatan oleh Allah. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan adalah adanya semangat, sabar dan ikhlas dalam menghadapi kendala atau hambatan, adanya dukungan dan suport dari keluarga, adanya harapan dan keyakinan dengan masih terus berjualan di usia yang sudah lanjut, serta adanya aktualisasi diri untuk tetap bisa bekerja di usia yang sudah lanjut dan masih bisa memberikan uang kepada anak cucu. Kata kunci : Kebahagaiaan, Lansia yang bekerja, Pedagang asongan v untuk memenuhi kebutuhan akan Pendahuluan Kebahagiaan merupakan cinta dan kasih sayang. Begitu pula keadaan psikologis yang ditandai orang dengan tingginya kepuasan hidup, kebutuhan akan ilmu pengetahuan. tingginya afek positif seperti senang, Semua kegiatan tersebut dilakukan puas, dan bangga, serta rendahnya untuk memperoleh satu tujuan, yaitu efek negatif seperti rasa kecewa, kebahagiaan. cemas, dan takut. Kebahagiaan tidak belajar untuk memenuhi Pada umumnya semua orang hanya dilihat secara obyektif, tapi berhak kebahagiaan juga bisa dillihat secara dan berhak menciptakan bahagianya subyektif, karena sendiri, entah itu seorang anak, tergantung dari bahagia seberapa itu besar remaja, mendapatkan dewasa kebahagiaan dan khususnya seseorang mampu mengukur dan seorang lansia. Adapun seorang anak menciptakan kebahagiaan menurut yang dirinya sendiri. hadiah, seorang remaja atau dewasa Kebahagiaan adalah suatu hal yang bahagia merasa karena bahagia mendapat dengan yang menjadi harapan dalam diri karierrnya dan bahkan seorang lansia seseorang, yang bahagia karena pencapaian sangat bahkan setiap mendambakan orang kehidupan selama hidupnya. yang berbahagia semasa hidupnya. Menurut Lukman kebahagiaan pada Menurut (2008) tiap Suadirman, Buhler 2011), (dalam dalam hal individu kebahagiaan pada lansia, siapa yang tergantung pada pemaknaan dan lebih bahagia dia antara usia lanjut memahami kebahagiaan. yang berada di kursi roda, yang Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai sedang menulis biografi dan sedang dengan kebutuhan menangkap ikan?. Keduanya bisa hidup dan ada banyak cara yang menjadi bahagia dan keduanya bisa ditempuh oleh tidak bahagia. Karena kebahagiaan individu. Orang terpenuhinya masing-masing bekerja untuk dan kepuasan hidup pada lansia penghasilan dan adalah kondisi positif yang ditujunya pencapaian karier. Orang berkeluarga serta terpenuhinya kebutuhan fisik memperoleh 1 maupun psikis. Kebutuhan fisik pada senang dan bahagia dengan masih lansia bekerja di usia yang sudah lanjut berupa sandang, papan, pangan, kesehatan dan upaya untuk mempunyai memepertahankan tersendiri, reproduksi, psikis hidup kemudian pada dan kebutuhan lansia beberapa kedua alasan informan mengatakan masih merasa sehat serta adalah memiliki keinginan untuk terpenuhinya kebutuhan akan kasih beraktivitas sayang, cinta dan perhatian. beristirahat dirumah dan merasa Jika dilihat dibandingkan secara kesepian. Tapi lansia yang bekerja keseluruhan, biasanya seorang yang juga berharap mendapat penghasilan sudah lansia menghabiskan masa dari hasil kerasnyaa untuk memenuhi tuanya dengan keinginan pribadi ataupun keluarga, dan semua dilihat dari latar belakang mengasuh cucu serta menikmati tujuan lansia tersebut bekerja sebagai segala hal baik itu materi atau pedagang asongan. Tapi Jika dilihat prestasi yang didapatkan sewaktu dari data nilai berdasarkan penelitian, muda. Namun faktanya, diluar sana penduduk masih banyak sekali lansia yang dalam angkatan kerja merupakan masih bekerja, dan bahkan pekerjaan lansia potensial. Lansia potensial itu banyak untuk keluarga, bersantai menggendong tergolong contohnya pekerjaan sebagai berat, lansia yang ditemukan di termasuk negara pedagang berkembang dan negara yang belum asongan. Pekerjaan sebagai pedagang memiliki tunjangan sosial untuk hari asongan karena tua. Mereka berusaha bekerja untuk lansia menjual dagangannya dengan mencapai kebutuhan keluarga yang berjalan kaki, bersepeda, mendorong menjadi tanggungannya (Kemenkes, gerobak keliling kampung, atau dari 2011). tergolong berat sekolah satu ke sekolah lainnya dan Berdasarkan bahkan berjualan keluar kota. hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Berdasarkan hasil wawancara tahun 2011 hampir separuh (45,41%) untuk data awal penelitian, dapat lansia di Indonesia memiliki kegiatan diketahui bahwa lansia yang merasa utama bekerja dan sebesar 28,69% 2 mengurus rumah tangga, kemudian Mengacu pada uraian di atas 1,67%termasuk menganggur/mencari dan fenomena yang ada, masih kerja, dan kegiatan lainnya sekitar banyak lansia yang masih bekerja 24,24%. Tingginya persentase lansia untuk yang bekerja dapat dimaknai bahwa ekonomi keluarganya ataupun karena sebenarnya lansia masih mampu merasa senang dan merasa masih bekerja untuk mampu untuk bekerja, agar bisa rumah berinteraksi secara membiayai produktif kehidupan tangganya, namun lingkungan sosial serta mewujudkan kepuasan tingkat dan kebahagiaan individu. Maka kesejahteraan lansia masih rendah, fokus pada penelitian ini adalah sehingga meskipun usia sudah lanjut, untuk lansia untuk kebahagiaan pada lansia yang masih rumah bekerja sebagai pedagang asongan. bahwa terpaksa membiayai sisi dengan kebutuhan lain mengindikasikan di mencukupi bekerja kehidupan tangganya. Bila ditinjau menurut tipe daerah, bekerja persentase daerah makna Dalam Al-Quran kata yang yang paling tepat menggambarkan perkotaan kebahagiaan adalah kata Aflaha. (51,46%) lebih tinggi dibandingkan Aflaha merupakan kata turunan dari lansia perdesaan (38,99%). Kondisi akar kata falaha yang memiliki arti: ini kemungkinan disebabkan oleh kemakmuran, jenis pekerjaan di perdesaan bersifat kenyamanan, atau keadaan hidup informal memiliki yang senantiasa dalam kebaikan dan persyaratan yang umumnya tidak keberkahan. Arti kebahagiaan yang dapat dipenuhi oleh penduduk lansia, dimaksud bukan hanya ketentraman seperti faktor umur dan pendidikan. dan kenyamanan saja. Karena yang Untuk penduduk lansia yang bekerja demikian suatu saat tidak melahirkan menurut jenis kelamin, persentase kebahagiaan. Untuk mencapai tahap penduduk bekerja di lansia mengetahui yang tidak keberhasilan, lansia laki-laki yang kebahagiaan, kelestarian dan usaha (61,47%) lebih tinggi menetapkan perasaan kenyamanan perempuan dan kesenangan itu dalam diri, harus dibandingkan lansia (31,39%), (Kemenkes, 2011). senantiasa dijaga (Jalaludin, 2010). 3 Seligman (2005) mengartikan (2009), Penelitian biometrik pada kebahagiaan sebagai konsep yang kebahagiaan (manusia) sepenuhnya mengacu pada emosi positif yang didasarkan pada watak atau karakter dirasakan individu serta aktifitas yang dibawa sejak lahir, seperti positif yang komponen tidak memiliki berbagi dengan sesama manusia dan perasaan negatif, interaksi atau berhubungan dengan misalnya ketika individu terlibat lingkungan sekitar. dalam kegiatan yang sangat disukai. Dari berbagai pengertian Emosi positif ini dirasakan individu kebahagiaan yang telah dipaparkan terhadap masa lalu, masa kini dan dapat masa depan individu tersebut. kebahagiaan adalah perasaan positif Suryamentaram (dalam atau disimpulkan segala bahwa sesuatu yang Saksono, 2013) juga menyatakan menentramkan, bahwa semakin sedikit orang yang mensejahterahkan memiliki keinginan, semakin orang membawa pada kepuasan dan adanya itu akan bahagia. Dengan demikian kebutuhan-kebutuhan dapat mencari terpenuhi, lingkungan serta nilai dan kehidupan yang bahagia tidak sama keyakinan. Kebahagiaan merupakan dengan usaha memenuhi kebutuhan tujuan hidup atau kelimpahan hidup, kebutuhan seumur hidup untuk menjalani hidup hidup obyektif. yang lebih baik. Kebahagiaan adalah sejauh mana Menurut dikatakan itu bahwa relatif seseorang dan mengevaluasi kualitas menyenangkan, sehingga yang dapat yang ingin diraih Seligman (2005) menjelaskan bahwa ada tiga aspek keseluruhan hidupnya secara positif kebahagiaan. (Schwarze dan Winkelmann, 2010). berupa emosi positif tentang masa Rusydi (2007) mengartikan kebahagiaan kebahagiaan lalu, masa sekarang, atau masa sebongkah depan. Dengan mempelajari ketiga dirasakan kebahagiaan ini, seseorang dapat berupa perasaan senang, tentram, dan menggerakkan emosi ke arah yang memiliki Sedangkan positif dengan mengubah perasaan menurut Nes, Czajkowski dan Tambs tentang masa lalu, cara berfikir perasaan sebagai Yaitu yang dapat kedamaian. 4 tentang masa depan dan cara kemunduran fisik dan disorganisasi menjalani masa sekarang. mental sudah terjadi. Kemunduran Makna dari kebahagiaan pada pada lansia itu sebagian datang dari tiap individu terkait dengan bentuk faktor fisik dan sebagian lagi dari kepuasan yang di kehendaki tiap-tiap faktor psikologis. Sikap tidak senang individu. terhadap diri sendiri, orang lain, Eddington & Shuman (2005) yang menjelaskan bahwa pekerjaan, frekuensi dari kejadian yang positif umumnya dapat menuju ke keadaan memiliki uzur. korelasi dengan afek dan kehidupan Bagaimana pada seseorang positif. Misalnya seseorang yang mengatasi ketegangan dan stress sering mengalami kejadian yang hidup menurutnya kemunduran itu (Affandi, 2009). dirinya, menyenangkan maka cenderung orang bagi tersebut memiliki tingkat dalam teori menyatakan laju aktivitas usia lanjut yang berhasil Shauman adalah ketika pada masa usia lanjut (2005) menjelaskan beberapa faktor seseorang masih aktif dan menjaga yang berpengaruh pada kebahagiaan, hubungan sosial baik fisik ataupun antara emosionalnya. Kepuasan hidup orang lain pendidikan, dan mempengaruhi Menurut Suadirman (2011) kebahagiaan yang tinggi. Eddington akan yaitu, gender, tingkat usia, pendapatan, tua sangat bergantung pada kejadian penting dalam hidup (Live kelangsungan keterlibatannya dalam Events). berbagai kegiatan seperti lansia yang Lanjut usia adalah mereka masih bekerja dan lain sebagainya. yang mengalami perubahan fisik Setidaknya secara wajar, antara lain: kulit sudah mendorong lansia tetap ingin bekerja tidak kencang lagi, otot-otot sudah dan mandiri , yaitu keinginan untuk mengendor, dan organ-organ tubuh mandiri didorong oleh keinginan kurang berfungsi dengan baik. Istilah untuk tidak mau menjadi beban “keuzuran” digunakan orang lain, tidak mau merepotkan untuk mengacu pada periode waktu orang lain, tidak ingin menyusahkan selama orang (senility) usia lanjut apabila 5 lain ada 2 alasan meskipun itu yang anak cucunya sendiri dan keinginan untuk asongan serta bertempat Tinggal di mandiri didorong oleh keinginan Karisidenan Surakarta. untuk memperoleh kepuasan batin, Metode pengumpulan data bahwa seorang lansia masih bisa adalah suatu cara yang dipakai oleh berprestasi, mampu mencari uang peneliti sendiri. Hal tersebut menimbulkan variabel yang akan diteliti. Metode perasaan bahwa lansia tersebut masih pengumpulan data dalam penelitian berguna dan merasa percaya diri. ini adalah metode kualitatif diungkap Merujuk pada teori Maslow kebutuhan tersebut bentuk aktualisasi diri tersebut dan ingin untuk dengan memperoleh wawancara data langsung merupakan terhadap informan, serta observasi dari lansia sebagai data pendukung penelitian. menunjukan Metode utama keberadaan dirinya. Alasan ini tidak digunakan dapat diukur dari segi materi tetapi adalah lebih kepada kepuasan batin, ada kualitatif dilakukan bila peneliti kepuasaan batin tersendiri bagi para bermaksud usia lanjut bisa memberi sesuatu pengetahuan tentang makna-makna kepada anak cucu dari hasil jerih informatif yang dipahami individu payahnya sendiri. berkenaan dengan topik yang diteliti. Sugiyono (2010) jumlah respondennya sedikit/kecil. tahun ke atas. Penentuan informan Observasi diambil merupakan berdasarkan ciri-ciri dan kriteria- observasi kualitatif yang di dalamnya peneliti langsung turun kriteria tertentu. Kriteria tersebut lansia memperoleh responden yang lebih mendalam dan sebagai pedagang asongan berusia 60 ini Wawancara peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yaitu lansia yang bekerja meliputi: untuk ini wawancara dapat digunakan apabila Penelitian ini menggunakan 5 penelitian penelitian wawancara. Menurut Metode Penelitian dalam dalam yang kelapangan (laki- perilaku laki/perempuan) berusia 60 tahun ke dan untuk aktivitas mengamati individu- individu di lokasi penelitian. Gold atas dan bekerja sebagai pedagang (dalam Creswell, 2013) menyebutkan 6 empat jenis pengamatan, sebagai penelitiannya gradasi kedudukan dan hubungan menyangkal informasi sebelumnya. antara Hasil dan Pembahasan subjek penelitian dengan objek penelitian, yaitu: pengamat Bentuk membenarkan kebahagiaan tau pada sebagai pengamat penuh (murni), lansia yang bekerja sebagai pedagang partisipan pengamat, asongan salah satunya adalah merasa pengamat sebagai partisipan, dan bahagia dengan kondisi yang ada dan pengamat sebagi partisipan penuh. keadaan yang di jalani. Berdasarkan sebagai Analisis data menggunakan hasil wawancara yang dilakukan oleh pendekatan model Fenomenologis peneliti menurut Creswell (2013), terdapat bekerja sebagai pedagang asongan beberapa prosedur dalam melakukan diusia yang sudah lanjut, bahwa studi informan merasa senang dan bahagia fenomenologis. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: mempersiapkan data informan yang dengan apa yang dikerjakannya, hal Langkah pertama. Mengelola dan terhadap yang dikerjakan tersebut bukan untuk merupakan sesuatu yang berat bagi dianalisis, meliputi mentranskip hasil diri informan, bahkan tidak membuat wawancara. informan Langkah kedua, merasa lelah karena membaca keseluruhan data. Langkah menjual dagangannya secara keliling. ketiga, menganalisis lebih detail Pernyataan tersebut sesuai dengan dengan meng-coding data. Langkah aspek keempat, mendeskripsikan setting, diungkapkan oleh Seligman (2005), orang-orang, kategori-kategori, dan yaitu tema yang akan dianalisis. Langkah sekarang diartikan sebagai konsep kelima, menyampaikan hasil analisis yang mengacu pada emosi positif dengan yang cara mendeskripsikan kebahagiaan kebahagiaan dirasakan kembali tema-tema kedalam bentuk menghasilkan narasi. gratifikasi. Langkah menginterpretasi data, keenam, pada individu, kenikmatan Kenikmatan yang masa dan serta adalah atau memaknai kesenangan yang muncul karena menegaskan apakah adanya emosi senang yang kuat, sedangkan gratifikasi datang dari 7 kegiatan-kegiatan yang sangat yang sudah lanjut karena informan disukai sehingga lebih tahan lama tidak dari dirumah. Berdasarkan melibatkan lebih banyak pemikiran wawancara penelitian, dan interpretasi. merasa dalam kenikmatan Selain itu Informan dan juga mau hanya berdiam jenuh menghabiskan diri hasil informan jika hanya waktunya dirumah merasa senang dan merasa bahagia sendiri karena anak-anak informan jika berjualan dengan berkeliling dari sudah bekerja dan mempunyai rumah satu masing-masing. tempat ketempat Berdasarkan hasil lain. Hal ini sesuai wawancara dengan penjelasan dari Saksono penelitian, informan lebih memilih (2013), bahwa sebab-sebab tidak berjualan keliling diusia yang sudah hadirnya kebahagiaan lanjut kesendirian yang karena informan ingin adalah membangkitkan berinteraksi dengan banyak orang, kecemasan, sendiri atau terpisah entah membeli sama dengan terpencil, sebab itu dagangannya, pelanggan tetap atau orang yang sendiri atau kesepian orang-orang yang sudah dikenal baik merasa dirinya tak berdaya. orang yang oleh informan dilingkungan tempat Dari informan berjualan. Hal tersebut kebahagiaan sesuai yang berdagang diusianya yang sudah diungkapkan oleh Nes, Czajkowski lanjut, materi atau penghasilan juga dan Tambs (2009), kebahagiaan merupakan sesuatu yang penting. Hal manusia sepenuhnya didasarkan pada tersebut didapat berdasarkan hasil watak atau karakter yang dibawa wawancara terhadap semua informan sejak lahir, seperti berbagi dengan yang menyatakan bahwa penghasilan sesama manusia dan interaksi atau dari kerja keras selama berjualan berhubungan juga merupakan sesuatu yang ingin dengan pendapat dengan lingkungan sekitar. didapatkan Hal lain yang membuat berbagai lansia bentuk yang untuk masih memenuhi kepuasan diri dan kebutuhan dalam informan merasa senang dan bahagia hidup. dengan berjualan keliling di usia berpendapat 8 Seligman (2005), bahwa juga keadaan keuangan yang dimiliki seseorang kelapangan pada saat kebahagiaan dan hatinya merasa tertentu menentukan tenang, sebab ia selalu didorong yang dirasakannya untuk memurnikan segala amalnya akibat peningkatan kekayaan. dengan tujuan untuk menggapai Kesehatan juga merupakan ridha Allah, Dengan demikian ikhlas salah satu bentuk kebahagiaan dari merupakan kunci utama pembuka informan, kesuksesan dan kebahagiaan. dari hasil wawancara penelitian informan merasa senang Tanggapan keluarga informan dan bahagia apabila masih diberi juga mempengaruhi kesehatan oleh Allah dan masih bisa informan melakukan aktivitas yang Berdasarkan dikehendaki informan, seperti keluarga kebahagiaan dalam berdagang. hasil wawancara informan sebenarnya berjualan dan melakukan aktivitas melarang informan untuk bekerja lainnya. sebagai Hal ini sesuai dengan pedagang asongan, tapi pernyataan dari Seligman (2005), informan merasa lebih bahagia jika bahwa masih kesehatan yang dapat bisa menghasilkan uang berpengaruh terhadap kebahagiaan sendiri dan hanya memohon doa adalah kesehatan yang dipersepsikan serta semangat dari anak informan, oleh individu (kesehatan subjektif), karena pernyataan yang kuat dari bukan kesehatan yang sebenarnya informan pada akhirnya keluarga dimiliki (kesehatan obyektif). informan memberikan suport dan Dari penelitian hasil juga wawancara juga yang dilakukannya, hal ini sesuai adanya semangat dan kemauan yang dengan pernyataan dari Schwarze, tinggi (2010), serta ditemukan perhatian pada informan dalam hal rasa ikhlas dalam bahwa hubungan baik berdagang yang di terapkan oleh keluarga ditandai dengan adanya informan, hal ini sesuai dengan keserasian dalam hubungan timbal pernyataan yang diungkapkan oleh balik antar semua pribadi dalam Syukur (2013), bahwa orang yang keluarga. Interaksi antar pribadi yang ikhlas akan merasa tentram, penuh terjadi dalam keluarga ini ternyata kedamaian, berpengaruh dadanya penuh 9 terhadap keadaan bahagia (harmonis) tidak tersendiri bagi para usia lanjut bisa bahagia (disharmonis) pada salah memberi sesuatu kepada anak cucu seorang dari hasil jerih payahnya sendiri. atau atau beberapa anggota keluarga lainnya. Kesimpulan Adapun dari hasil wawancara Bentuk kebahagiaan pada penelitian, informan juga memiliki lansia yang bekerja sebagi pedagang aktualisasi diri di usia yang sudah asongan meliputi perasaan selalu lanjut, karena tanpa berjualan pun bahagia dengan kondisi dan keadaan sebenarnya sudah yang dijalani, bisa mendapatkan mendapat uang bulanan dari anak- penghasilan sendiri di usia yang anaknya, tapi informan masih ingin sudah lanjut, merasa bahagia jika untuk menghasilkan uang sendiri masih diberi kesehatan agar bisa bahkan informan merasa senang jika berjualan masih bisa memberi uang ke anak. berinterkasi Hal ini sesuai dengan pernyataan dari karena jika hanya dirumah lansia Suadirman (2011), bahwa keinginan merasa jenuh serta kesepian karena untuk tidak informan mandiri keinginan didorong untuk oleh memperoleh bisa berprestasi, dengan adanya dan bisa orang lain, aktivitas yang dilakukan. kepuasan batin, bahwa seorang lansia masih keliling Faktor-faktor mampu mempengaruhi yang kebahagiaan pada mencari uang sendiri. Hal tersebut lansia yang bekeja sebagai pedagang menimbulkan perasaan bahwa lansia asongan meliputi adanya semangat, tersebut masih berguna dan merasa sabar dan ikhlas dalam menghadapi percaya diri. Merujuk pada teori hambatan dan kendala yang dialami, Maslow adanya kebutuhan tersebut sebuah harapan merupakan bentuk aktualisasi diri keyakinan dari ingin keinginan serta bisa terus berjualan dirinya. di usia yang sudah lanjut, ingin lansia menunjukan tersebut dan keberadaan untuk dan Alasan ini tidak dapat diukur dari mencapai segi materi tetatpi lebih kepada dengan masih bisa menghasilkan kepuasan batin, ada kepuasaan batin uang sendiri dan memeberi uang 10 aktualisasi memenuhi diri yaitu kepada anak cucu. Adanya menghasilkan uang sendiri tapi kemampuan diri untuk selalu merasa tidak bahagia dalam menjalani hidup, serta keliling, tanggapan dan peran keluarga dalam menyarankan mensuport lansia tersebut untuk tetap tempat berdagang dan melakukan aktivitas dengan pembeli, sehingga lansia yang dikehendaki. tetap Saran dagangannya laku banyak dan 1. Informan (lansia yang bekerja bisa berinteraksi dengan orang sebagai pedagang Diharapkan asongan), dapat harus berjualan melainkan atau berjualan merasa secara dengan mencarikan yang bahagia ramai karena lain. lebih 3. Masyarakat, khususnya di mengendalikan keinginan untuk karisidenan Surakarta, Diharapkan mememenuhi kepuasan batin atau masyarakat kebutuhan hidup, karena dengan saran terhadap pemerintah daerah kondisi fisik yang sudah menurun agar dapat mengkaji fenomena sebenarnya dalam lansia produktif untuk bahkan pekerjaan kurang bisa dapat memberikan penelitian ini, bekerja, berdasarkan fenomena tersebut penelitian ini dan dalam hendaknya tergolong berat karena berdagang pemerintah secara berkeliling dengan jarak program bagi lansia yang masih yang dapat ingin melakukan aktivitas dan keselamatan menghasilkan uang tanpa harus lansia itu sendiri karena kondisi menjadi pedagang asongan yang fisik menjual dagangannya pekanya lansia terhadap keadaan keluar kota lalu lintas yang ramai. membahayakan nyawanya, jika di jauh, serta membahayakan yang 2. Keluarga keluarga membuat (Anak), kurang Diharapkan hendaknya dapat hingga bisa sudah menurun dan kondisi lalu lintas yang ramai. agar lansia tetap bisa memenuhi dirinya karena suatu lihat dari kondisi fisik lansia yang memberikan motivasi dan nasehat aktualisasi menciptakan 4. Peneliti dan berikutnya, Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan 11 sebagai tambahan informasi para peneliti selanjutnya Lukman, M.E.(2008). Bahagia tanpa menunggu kaya. Jawa Timur: Kanzun Book. sehingga dapat lebih memperdalam tema tentang makna kebahagiaan. Nes R. B., Czajkowski & K. Tambs. (2009). Family matters: happiness in nuclear families and twins. Behavior Genetica, 40, 577–590. Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti tentang kebahagiaan lansia dilihat dari berbagai macam aktualisasi diri atau keinginan Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI . (2013). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. masalalu hingga masa yang akan datang pada lansia tersebut terkait dengan semakin lemahnya kondisi fisik dan psikis lansia seiring Rusydi. bertambahnya usia. (2007). Psikologi kebahagiaan. Yogyakarta: Progresif Books. Saksono, G. (2013). Kaya Miskin (Bisa) Hidup Bahagia. Yogyakarta: Ampera Utama. Daftar Pustaka Affandi, M. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penduduk Lansia untuk Bekerja. Journal of Indonesian Applied Economic, 3, 99-110. Schwarze, J., Rainer, W. (2010). Happiness and altruism within the extended family. Journal Popul Econ, 24, 1033–1051. Creswell, J. W. (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Seligman, M.E.P. (2005). Authentic happiness : Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif. Bandung : Mizan Pustaka. Eddington, N& Shuman, R. (2005). Subjective well-being (happiness). Continuing Psychology Education. 6 Continuing Education Hours. Suadirman, S.P. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Jalaludin, R. (2010). Tafsir Kebahagiaan: Pesan AlQur’an Menyikapi Kesulitan Hidup. Jakarta: Serambi. Syukur, A. (2013). Dahsyatnya Sabar, Syukur & Ikhlas. Jakarta: Buku Kita. 12 13