Paper ini pada dasarnya mencoba untuk menafsirkan sebuah kata

advertisement
Amelia Ika Pratiwi dan Aniek Murniati
7
AKUNTANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Amelia Ika Pratiwi
Dosen STIE AsiA Malang
Aniek Murniati
Dosen STIE AsiA Malang
ABSTRACT
Islamis compherensive way of life, religious and secular; it is a set of benefit and a way of worship; it is a vast and
intgrated system of law; it is a culture and civilization; it is an economic systm and commercial norm; it is a polity
and method of governance, it is a society and family conduct; it is precribes for inheritance and divorce, dress and
etiquette, food and personal hygiene. It is spiritual and human totality; this worldly and other worldly (Taylor, 2003
dalam Muhammad).
Keywords: Islamis, Accountance
ABSTRAK
Islam merupakan tuntunan secara compherensive dalam kehidupan, baik secara agamis mapupun sekuler; Islam
adalah satu set platform dari kemanfaatan, cara ibadah dan merupakan sistem universal dan keterpauan hukum.
Disisi lain Islam adalah budaya dan peradaban; dan juga sebagai sistem ekonomi dan norma komersial. Didalam
Islam juga ada pemerintahan dan metode pemerintahan, Islam juga merupakan perilaku masyarakat dan
keluarga;warisan dan perceraian, pakaian dan etiket, makanan dan kebersihan pribadi. Jadi Islam adalah totalitas
spiritual secara duniawi dan ukhrawi. (Taylor, 2003 Dalam, Muhammad).
Kata kunci: Islam, Akuntansi
PENDAHULUAN
Pertanyaan yang paling mendasar dalam
topik ini adalah “Benarkah ilmu Akuntansi ada dalam
Islam?” Pertanyaan ini membuat berbagai pandangan
orang berbeda-beda. Melalui tulisan ini, penulis
sendiri ingin mencoba memahami apa si Akuntansi
itu? dan apakah ada Akuntansi dalam Islam? Selama
ini yang kita maksud dengan agama adalah sebuah
norma yang mengatur perilaku kita sehari-hari atau
norma yang lebih menekankan pada moralitas. Ini
sangat jauh berbeda dengan aturan-aturan atau norma
yang berlaku dalam akuntansi, sehingga wajar jika
banyak orang yang bertanya Akuntansi secara Islam.
Sama halnya dimasa lalu banyak orang meragukan
dan mempertanyakan ekonomi Islam itu seperti apa.
Islam sebagai agama yang universal dan
kompherensif,
sangat
mampu
menjawab
problematika kehidupan manusia yang kompleks
didalamnya masalah ekonomi. Allah SWT berfirman
dalam Surah Al Israa’ ayat 9:
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang
Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar.
Sumber dari segala sumber ilmu adalah Al
Quran dan Al Hadist, maka kita akan menemukan
ayat-ayat dan hadits-hadits yang menjelaskan dan
memberikan gambaran Akuntansi dalam Islam.
Seperti yang kita ketahui dan pahami, agama
diturunkan untuk menjawab persoalan manusia baik
mikro maupun makro. Ajaran agama harus diajarkan
dalam semua aspek kehidupan.
Selain itu, etika juga memiliki peran yang
penting pada akuntansi dalam persepektif Islam.
Dimana sampai saat ini etika menjadi obyek
pembahasan yang menarik di kalangan praktisi dan
akademisi. Hal ini memberikan kesadaran akan etika
dan moral dalam membingkai kembali ilmu ekonomi
sebagai disiplin ilmu yang terhormat seperti pada
saat-saat awal sejarah perkembangnya.
Pada aktivitas ekonomi dan bisnis selalu
memiliki relasi dengan etika dan kerena itu tidak bisa
dilepaskan dari ilmu sosial dan budaya masyarakat
dimana etika itu dipraktekkan. Sebagaimana aspekaspek lainnya dalam kehidupan manusia yang
melibatkan etika, ekonomi dan bisnispun selalu
dikaitkan dengan etika sehingga muncullah apa yang
disebut dengan etika dalam bisnis dan bisnis yang
etis.
Akuntansi dalam Islam dari Normatif ke Teoritis
Akuntansi dalam kacamata Islam sudah tercermin
dalam Surah Al Baqarah ayat 282 :
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis
di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
8
Jurnal JIBEKA, Volume 8, No. 2, Agustus 2014 : 8 - 14
sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan
dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika
seorang
lupa
maka
yang
seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu
enggan (memberi keterangan) apabila mereka
dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih menguatkan
persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan)
keraguanmu.
(Tulislah
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis
dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya
hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu;
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Mungkin belum banyak orang yang
mengetahui bahwa Akuntansi yang merupakan
cabang ilmu ekonomi yang saat ini sangat pesat
perkembangannya disemua sektor baik swasta
maupun publik, ternyata konsep dasarnya telah
diperkenalkan oleh Al Quran, jauh sebelum Lucas
Pacioli (dikenal dengan “Bapak Akuntansi”)
memperkenalkan konsep akuntasi double-entry
bookkeeping dalam salah satu buku yang ditulisnya
pada tahun 1494. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
Surat Al-Baqarah ayat 282 di atas, Allah secara garis
besar telah menggariskan konsep akuntansi yang
menekankan
pada
pertanggungjawaban
atau
akuntabilitas.
Tujuan perintah dalam ayat tersebut jelas
sekali untuk menjaga keadilan dan kebenaran yang
menekankan adanya pertanggung jawaban. Dengan
kata lain, Islam menganggap bahwa transaksi
ekonomi (muamalah) memiliki nilai urgensi yang
sangat tinggi, sehingga adanya pencatatan dapat
dijadikan sebagai alat bukti (hitam di atas putih),
menggunakan saksi (untuk transaksi yang material)
sangat diperlukan karena dikhawatirkan pihak-pihak
tertentu mengingkari perjanjian yang telah dibuat.
Untuk itulah pembukuan yang disertai penjelasan dan
persaksian terhadap semua aktivitas ekonomi
keuangan harus berdasarkan surat-surat bukti berupa:
faktur, nota, bon kuitansi atau akta notaries untuk
menghindari perselisihan antara kedua belah pihak.
Dan tentu saja adanya sistem pelaporan yang
komprehensif akan memantapkan manajemen karena
semua transaksi dapat dikelola dengan baik sehingga
terhindar dari kebocoran-kebocoran. Menariknya
lagi, penempatan ayat tersebut sangat relevan dengan
sifat akuntansi. Dalam surat ini intinya menjelaskan
bahwa pentingnya mencatat hutang piutang dalam
suatu perjanjian tertulis dan adanya saksi dalam
perjanjian hutang piuntang. Persanjian hutang
piutang itu sebenarnya sangat luas sekali, karena
didunia ini bermacam2 bidang bisnis yang digeluti
oleh manusia.
Akuntansi (accounting) sendiri dalam
bahasa Arab dikenal dengan istilah al-muhasabah.
Dalam konsep Islam, akuntansi termasuk dalam
masalah muamalah, yang berarti dalam masalah
muamalah pegembangannya diserahkan kepada
kemampuan akal pikiran manusia.
Pada perkembagangan selanjutnya, konsepkonsep praktik akuntansi Islam pada saat ini mulai
berkembang dengan pesat. Bahkan di Indonesia,
konsep tersebut telah teruji pada saat krisis moneter
melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini terbukti
Bank yang mengunakan konsep akuntansi syariah
ternyata lebih bertahan menghadapi krisis ekonomi,
dibandingkan dengan Bank umum lainnya. Tercatat
pada saat ini banyak lembaga-lembaga keuangan
Islam, seperti: Bank Syariah, perusahaan asuransi
(takafful), dana reksa syariah dan leasing syariah.
Secara umum ada empat prinsip transaksi
pembiayaan syariah yang halal yaitu:
1. Prinsip jual beli
Dalam jual beli kita mengenal prinsip
murabahah yaitu transaksi dimana penjual menyebut
harga pokok barang dan margin yang diambil.
Kemudian ada istilah salam, yaitu jual beli lewat cara
pemesanan dengan syarat – syarat tertentu
(spesifikasi,
jumlah/takaran,
harga,
tempat
penyerahan barang yang jelas ) dan pembayaran
secara tunai di muka secara penuh. Ada lagi istilah
istishna’ yaitu jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria tertentu
antara pemesan (pembeli, mustashni’)dan penjual
(pembuat, shani’), adapun pembayaran dapat
dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
2. Prinsip bagi hasil
Ada dua transaksi dalam prinsip bagi hasil,
yaitu mudharabah dan musyakarah. Mudharabah
adalah bentuk kerjasama dari pemilik dana (shahibul
maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian menggunakan metode bagi untuk (profit
sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue
shering) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan
kerugian ditanggung pemilik dana.
Bentuk kerjasama antara shahibul maal dan
Amelia Ika Pratiwi dan Aniek Murniati
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
daerah bisnis, asalkan halal dan untung –
menguntungkan disebut mudharabah
3. Prinsip sewa (Ujrah)
Dalam prinsip sewa kita mengenal dua
transaksi, yaitu ijarah dan wakalah bin ujra. Ijarah
adalah akad yang digunakan untuk transaksi sewa
menyewa suatau barang dan jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa.
4. Prinsip Utang
Dalam prinsip utang ada istilah Qardh dan Rahn.
Prinsip Qardh merupakan memberikan pinjaman
harta kepada seseorang / pihak lain akan
mengembalikan pijaman sebesar jumlah yang
dipinjamanya. Sedangkan Rahn adalah pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan,
dimana pihak pemberi pinjaman dapat menahan
barang jaminan atau mengusai surat bukti
kepemilikan asset tersebut sampai pelunasan semua
hutang pemilik barang atau asset.
Karakteristik perbedaan antara prinsip
akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional
adalah akuntansi syariah tidak mengenal riba dalam
prakteknya, tidak mengenal konsep time-value of
money, uang sebagai alat tukar bukan sebagai
komoditi yang diperdagangkan serta menggunakan
konsep bagi hasil. Hal ini sejalan dengan konsep
Islam seperti yang tercantum dalam Al-Quran (2:275281), dimana Allah telah menjelaskan tentang hukum
riba dan akibatnya bagi orang yang memakan riba,
dan agar terhindar dari riba dianjurkan menunaikan
zakat. Selain itu dalam ayat lain (QS, 2:283) dalam
bermuamalah dapat dilakukan dalam perjalanan, dan
hal ini menuntut adanya pembuktian agar suatu
waktu hendak menagih memiliki bukti yang cukup
atau adanya barang yang dibawa senilai barang
dagangan yang ditinggalkan (borg).
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
akuntansi berdasarkan perspektif Islam adalah dalam
rangka menyajikan laporan keuangan secara benar
sehingga diperoleh informasi yang akurat sebagai
dasar perhitungan zakat. Selain itu yang tidak kalah
pentingnya adalah akuntansi sebagai bukti tertulis
yang dapat dipertanggug jawabkan dikemudian hari.
Pesan ini jelas dapat dilihat pada akhir surat (QS
2:283) tersebut.
“….dan bertakwalah kepada Allah,
Allah mengajarmu dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu….”
Pesan ini ini mengisyaratkan bahwa Allah
senantiasa menganjurkan untuk bertakwa (takut
kepada Allah) dalam menjalankan kegiatan apapun
termasuk dalam menjalankan pekerjaan akuntansi,
dan membuktikan bahwa Allah senantiasa memberi
petunjuk dalah hal-hal yang bermanfaat bagi
manusia. Terbukti pada saat Al-Quran diturunkan,
9
kegiatan muamalah belum sekomplek sekarang.
Namun demikian Allah telah mengajarkan untuk
melakukan pencatatan (akuntansi/al-muhasabah),
menganjurkan adanya bukti dan kesaksian hingga
lahirlah seperti sekarang ini adanya notaris,
pengacara, akuntan dan sebagainya supaya terhindar
dari masalah.
Etika Akuntan dalam Islam
Istilah etika secara umum merujuk pada baik
buruknya perilaku manusia. Etika dalam pengertian
ini disebut juga dengan ‘filsafat praktis’ (Bertens,
2000,34). Dengan mengutip Karl Bath, Nurcholis
Madjid (1992) menegaskan bahwa etika yang berakar
dari kata ethos adalah sebanding dengan kata moral
(dari kata mos). Etika juga diartikan sebagai
seperangkat aturan moral yang membedakan apa
yang benar (the right) dari apa yang salah (the
wrong) dari model-model tingkah laku manusia atau
konstatasi tindakan manusia (Madjid, 1992,467).
Etika adalah bidang normatif yang menegaskan
secara tegas batas-batas wilayah antara apa yang
seharusnya dengan apa yang tidak seharusnya
dilakukan oleh seseorang (Yusuf, 1997).
Etika memiliki fungsi penting dalam
mengatur perilaku dan tata kehidupan manusia. Ia
berfungsi sebagai standar yang menunjukkan tingkah
laku yang membawa individu pada posisi tertentu
dalam menetapkan sikap dan perilaku atas
permasalahan ekonomi dan bisnis, juga berfungsi
sebagai standar untuk menilai dan menentukan
kebenaran dan kesalahan atas tindakan dan perilaku
diri sndiri serta tindakan dan perilaku orang lain.
Empat dasar pengertian Etika menurut Duska dan
Duska (2005) adalah:
1.
Displin yang berhubungan dengan apa itu
baik dan buruk dengan tugas moral dan kewajiban
2.
Seperangkat prinsip moral atau Nilai-nilai
moral
3.
Suatu teori atau sistem nilai moral
4.
Prinsip- prinsip yang memerintah tingkah
laku suatu Individu atau kelompok
Ada dua elemen kepercayaan etis, yaitu:
1. Subject.
Membahas mengenai “Apa kepercayaan tentang
sesuatu” termasuk didalamnya Action, Behavior,
Social Practise dan System atau institusi.
2. Predikat
Membahas mengenai “Apa yang dikatakan
subjek”. Berisi Jugdgement baik, beretika dan
tidak beretika.
Mengapa Mempelajari Etika?
Alasan-alasan mengapa kita belajar etika, terutama
dalam bidang akuntansi, yaitu:
1.
Memisahkan masalah kompleks
2.
Bagaimana memutuskan masalah dan
menunjukkan suatu aksi yang lebih diinginkan
10
Jurnal JIBEKA, Volume 8, No. 2, Agustus 2014 : 8 - 14
3.
tidak setuju apakah tujuannya bermanfaat atau
tidak”.
Masalah prediksi masa depan.
Masalah cara-cara yang dipakai.
Essential defect. Subjektifitas keadilan.
Memiliki pengetahuan tentang moral yang
lebih baik
4.
Apakah dan mengapa pendapat kita
berharga
5.
Mengindentifikasi prinsip etis dasar yang
dapat diaplikasikan
Menjadi Beretika: How to determine what to
do
Akuntan memiliki tanggungjawab etis terhadap
dirinya, keluarga, profesi, klien, perusahaan
tempatnya bekerja. Akuntan harus mengerjakan tugas
secara etis sesuai dengan janji ketika masuk profesi/
memperoleh pekerjaan. Akuntan harus memiliki
pertanyaan-pertanyaan untuk menjustifikasi dan yang
akan digunakan sebagai dasar teori etika, yaitu:
1. Apakah tindakan tersebut baik untuk saya ?
2. Apakah tindakan tersebut baik atau menyakiti
masyarakat ?
3. Apakah tindakan tersebut adil ?
4. Apakah suatu tindakan melanggar hak orang lain?
5. Sudahkah saya membuat komitmen, secara
tersirat (implisit), atau secara tersurat (eksplisit)?
Teori-Teori Etika menurut Duska dan Duska (2005):
1. Egoism
Mempunyai prioritas pada kepentingan/kebaikan
pribadi. Ketika terjadi konflik antara diri sendiri
dan masyarakat, atau dengan keadilan yang
sesungguhnya tentang suatu hal kebaikan, egoism
merekomendasikan self-serving action atau secara
umum dapat dikatakan “One ought always to act
in one’s own interest”. Paham ini dipandang
menimbulkan selfishness/keegoisan
Beberapa kritik terhadap egoism yakni:
a.
Paham ini tidak dapat memecahkan
perselisihan.
b.
Tidak boleh ditularkan. Mengajarkan teori
egoisme merupakan tidak etis.
c.
Sulit diformulasikan.
d.
Berbasis pada
pandangan
egosentik
terdistorsi tantang alam semesta.
2. Utilitarianism
Mempunyai prioritas pada kepentingan orang
banyak termasuk didalamnya kepentingan
pribadi. Melakukan aktivitas yang akan
membawa manfaat terbesar bagi masyarakat
dalam
jumlah
yang
terbanyak
juga.
Menggunakan pendekatan biaya – manfaat.
Kelemahan utilitarianism, yakni:
a.
Masalah distribusi. “Manfaat terbesar untuk
masyarakat dalam jumlah yang terbesar juga”
mengadung nilai ambiguitas.
b.
Masalah dalam menentukan manfaat. “Kita
mungkin setuju tentang aktivitas yang kita
lakukan mengarah kepada manfaat, tapi kita
c.
d.
e.
3.
Deontological Ethics
Hal yang baik harus dilaksanakan walau apapun
konsekuensinya bagi pribadi dan orang lain.
Semua judgemen praktis yaitu judgemen
tentang apa yang seharusnya seseorang lakukan
adalah imperatives.
Terdapat 2 imperatives:
1. Hypothetical imperatives (qualified oughts)
Yang menentukan suatu keputusan itu baik atau
buruk adalah apakah keputusan mencapai
sasaran atau tidak
2. Categorical imperatives (unqualified oughts)
Menurut pemikiran ini, “lakukan X”. tidak perlu ada
kata jika dan atau tetapi. Jika kamu bertanya
“mengapa melakukan X?” jawabannya adalah karena
itu adalah tugasmu.
Kelemahan Pemikiran Deontological
1.
Kritik dari utilitarian. Mengapa seseorang
melakukan tugas jika tidak membawa
kebahagiaan. Mereka menduga dibawah
deontologikal Kant seseorang bersikap berdasar
moral karena akan diberi reward.
2.
Apa yang akan dilakukan jika ada konflik
tugas. Ross menyatakan bahwa ketika tugas
utama konflik maka kita harus menentukan
tugas aktual, atau menggunakan alasan
utilitarian untuk menyelesaikan konflik.
3.
Kritik terhadap formula kedua Kant:
a. Apa maksud dari ”merely as mean”?
b. Bagaimana jika orang yang kita gunakan
tersebut memberikan ijin kepada kita untuk
menggunakan mereka.
c. Bagaimana jika karyawan menandatangani
kontrak
yang
menyatakan
dia
akan
melaksanakan jasa tertentu.
d. Kekurangan Kant adalah penekanan ”use” tidak
spesifik.
4.
Virtue Ethics
Setelah mempelajari perspektif utilitarian
dan deontological, fokus perhatian pada lebih
dari satu pendekatan etika yang sekarang ini
disebut (ethics of virtue or character).
Pendekatan etis yang harus digunakan oleh
akuntan dalam mengevaluasi beberapa praktik
mereka adalah sebagai berikut:
a. Akuntan harus bermanfaat bagi orang lain
dan menghindari merugikan orang lain;
Amelia Ika Pratiwi dan Aniek Murniati
b.
c.
d.
Akuntan harus bertanggung jawab karena
mereka memiliki komitmen terhadap
tanggung jawab tersebut;
Akuntan tidak boleh memanfaatkan orang
lain;
Akuntan harus mengembangkan sifat-sifat
seperti integritas dan kejujuran.
Bila diperhatikan, budaya dan nilai-nilai
yang berkembang dalam masyarakat Islam dan barat
terdapat perbedaan yang sangat besar. Dalam
masyarakat Islam terdapat sistem nilai yang
melandasi setiap aktivitas masyarakat, baik pribadi
maupun komunal. Hal ini tidak ditemukan dalam
kehidupan masyarakat barat. Perbedaan dalam
budaya dan sistem nilai ini menghasilkan bentuk
masyarakat, praktik, serta pola hubungan yang
berbeda pula.
Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya
peradaban bisnis dengan wawasan humanis,
emansipatoris, transen-dental, dan teologis. Dengan
akuntansi syariah, realitas sosial yang dibangun
mengandung nilai tauhid dan ketundukan kepada
ketentuan Allah swt.
Dengan demikian pengembangan akuntansi
Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan
harus diaktuali-sasikan dalam praktik akuntansi.
Secara garis besar, bagaimana nilai-nilai kebenaran
membentuk akuntansi syariah dapat diterangkan.
1. Akuntan muslim harus meyakini bahwa Islam
sebagai way of life (Q.S. Ali Imran : 85):
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.
2. Akuntan harus memiliki karakter yang baik, jujur,
adil, dan dapat dipercaya (Q.S. An-Nisa : 135):
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia, kaya
ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (katakata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.
3. Akuntan bertanggung jawab melaporkan semua
transaksi yang terjadi (muamalah) dengan benar,
jujur serta teliti, sesuai dengan syariah Islam (Q.S.
Al-Baqarah : 7 – 8):
7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran
mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi
mereka siksa yang amat berat.
8. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami
beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
11
beriman.
4. Dalam penilaian kekayaan (aset), dapat digunakan
harga pasar atau harga pokok. Keakuratan
penilaiannya harus dipersaksi-kan pihak yang
kompeten dan independen (Al-Baqarah : 282).
5. Standar akuntansi yang diterima umum dapat
dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan
syariah Islam.
6. Transaksi yang tidak sesuai dengan ketentuan
syariah, harus dihindari, sebab setiap aktivitas usaha
harus dinilai halal-haramnya. Faktor ekonomi bukan
alasan tunggal untuk menentukan berlangsungnya
kegiatan usaha.
Perkembangan dalam Etika Bisnis
Untuk merespon perubahan yang demikian
cepat,
berbagai
konsep
dan
terminologi
dikembangkan untuk memudah-kan pemahaman
evolusi akuntabilitas dari bisnis dan pengambilan
keputusan etis. Ada dua konsep yang umum
digunakan untuk memahami etika bisnis, dan
bagaimana bisnis dan profesi dapat memperoleh
keuntungan dari aplikasi tersebut. Yaitu konsep
stakeholders dan konsep kontrak sosial perusahaan.
Adapun pendekatan yang diterapkan untuk
pengambilan keputusan etis adalah pendekatan
dengan lima pertanyaan dasar dan pendekatan standar
moral.
Lingkungan Etika untuk Akuntan Profesional
Hal ini meliputi peraturan dan tindakan,
pengaturan, dan tawaran jasa. Peraturan dan tindakan
dari para akuntan profesional tidak hanya mencakup
loyalitas terhadap kepentingan publik namun juga
sampai kepada kepentingan shareholder di masa
mendatang. Dalam hal pengaturan, akuntan
profesional dituntut untuk bekerja dengan aturan
yang
profesional
pula, untuk menghadapi
perkembangan standar audit global untuk melayani
klien utamanya dan mendukung standar prilaku untuk
meyakinkan bahwa pertimbangannya independen,
objektif, dan akurat. Dalam hal tawaran jasa,
diharapkan akuntan tidak tergiur dengan materi yang
ditawarkan
klien,
dengan
mengabaikan
profesionalitas dan independensi sehingga terjebak
dalam konflik kepentingan.
Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesi Ikatan
Akuntan Indonesia
Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan
Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota,
seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk
menjaga disiplin diri di atas dan melebihi yang
disyaratkan oleh hukum dan peraturan. Prinsip Etika
Profesi dalam Kode Etik Akuntan Indonesia
menyatakan
pengakuan
profesi
akan
tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa
akuntan, dan rekan. Prinsip etika memberikan
12
kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur
pelak-sanaan pemberian jasa profesional oleh
anggota. Prinsip etika disahkan oleh kongres bagi
seluruh anggota yang terdiri dari delapan prinsip
yaitu:
1. Prinsip Tanggung Jawab Profesi: Dalam
melaksanakan
tanggung-jawabnya
sebagai
profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan
pertimbangan
moral
dan
profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
2. Prinsip Kepentingan Publik: Setiap anggota
berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
keperca-yaan publik, dan menunjukkan komitmen
atas profesinya.
3. Prinsip Integritas: Untuk memelihara dan
menigkatlan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya
dengan integritas setinggi mungkin.
4. Prinsip Obyektivitas: Setiap anggota harus
menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.
5. Prinsip
Kompetensi
dan
Kehati-hatian
Profesional: Setiap anggota harus melaksanakan
jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan
dan ketrampilan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dan jasa
profesional
yang
kompeten
berdasarkan
pengembangan praktik, legislasi dan teknik yang
paling mutakhir.
6. Prinsip Kerahasiaan: Setiap anggota harus
menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan
tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi terebut tanpa persetujuan, kecuali bila
ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkanya.
7. Prinsip Perilaku Profesional: Setiap anggota
harus berprilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesi.
8. Prinsip Standar Teknik: Setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesinya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang
relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektifitas.
Aturan Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia
Salah satu hal yang membedakan profesi
akuntan publik dengan profesi lainnya adalah
Jurnal JIBEKA, Volume 8, No. 2, Agustus 2014 : 8 - 14
tanggung jawab profesi akuntan publik dalam
melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu,
tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya
terbatas pada kepentingan klien atau pemberi kerja.
Aturan etika kompartemen akuntan publik terdiri
dari: (1) Aturan Nomor 100 tentang independensi,
integritas dan obyektifitas; (2) Aturan Nomor 200
tentang standar umum dan prinsip akuntansi; (3)
Aturan Nomor 300 tentang tanggung jawab kepada
klien; (4) Aturan Nomor 400 tentang tanggung jawab
kepada rekan; (5) Aturan Nomor 500 tentang
tanggung jawab dan praktik lain.
Independensi, integritas dan obyektifitas
1. Independensi, dalam menjalankan tugasnya,
anggota KAP (Kantor Akuntan Publik) harus
selalu
mempertahankan
sikap
mental
independen di dalam memberikan jasa
profesional sebagaimana diatur dalam standar
profesional aktuntan publik yang ditetapkan
oleh IAI. Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in fact)
maupun dalam penampilan (in appearance).
2. Integritas dan Objektivitas, dalam menjalankan
tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan
integritas dan objektiviras, harus bebas dan
benturan kepentingan (conflict of interest dan
tidak boleh membiarkan faktor salah saji
material
(material
misstatement)
yang
diketahuinya
atau
mengalihkan
(mensubordinas-kan) pernimbangannya kepada
pihak lain.
Standar umum dan prinsip akuntansi.
1. Standar Umum, Anggota KAP harus mernatuhi
standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar
yang ditetapkan IAI: a). Kompetensi profesional,
b) Kecermatan dan keseksamaan profesional.
c)Perencanaan dan supervisi, d) data relevan yang
memadai.
2. Kepatuhan terhadap Standar, Anggota KAP yang
melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi,
review, kompilasi, konsultansi manajemen,
perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib
mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan
pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.
3. Prinsip-prinsip Akuntansi, Anggota KAP tidak
diperkenankan: 1) menyatakan pendapat atau
memberikàn
penegasan
bahwa
laporan
keuangan/data keuangan lain suatu entitas
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau. 2) menyatakan bahwa ia
tidak menemukan perlunya modifikasi material
yang harus dilakukan terhadap laporan atau data
tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
Amelia Ika Pratiwi dan Aniek Murniati
Tanggung jawab kepada klien
1. Informasi Klien yang Rahasia, Anggota KAP
tidak diperkeriankan mengungkapkan informasi
klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien.
Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk:
a.
Membebaskan anggota KAP dan kewajiban
profesionalnya sesuai dengan aturan etika
kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip
akuntansi
b.
Mempengaruhi kewajiban anggota KAP
dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku seperti
panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut
atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap
ketentuan peraturan yang berlaku
c.
Melarang review praktik profesional (review
mutu) seorang Anggota sesuai dengan
kewenangan IAI atau
d.
Menghalangi Anggota dan pengajuan
pengaduan keluhan atau pemberian komentar
atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang
dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakan
disiplin Anggota.
2.
a.
b.
Fee Profesional
Besaran Fee, besaranya fee Anggota dapat
bervariasi tergantung antara lain: risiko
penugasan, kornpleksitas jasa yang diberikan,
tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP
yang
bersangkutan
dan
pertimbangan
profesional lainnya.
Fee Kontinjen, Fee kontinjen adalah fee yang
diterapkan untuk peliaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan
dibebankan.
Tanggung jawab kepada rekan
1.
Tanggung Jawab kepada Rekan
2.
3.
Seprofesi,
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak
melakukan perkataan perbuatan yang dapat merLisak
reputasi rekan seprofesi.
Komunikasi Antara Akuntan Publik, Anggota wajib
berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik
pendahulu bila akan rnengadakan perikatan
(engagement) audit menggantikan akuntan publik
pendahr atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk
akuntan publik lain dengan jenis periode serta tujuan
yang berlainan.
Perikatan
Atestasi,
Akuntan
publik
tidak
diberkenankan mengadakan perikatan atestasi yang
teratestasi dan periodenya sama dengan perikatan
yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu
ditunjuk klien,
Tanggung jawab dan praktik lain
1. Perbuatan dan Perkataan yang mendiskreditkan,
anggota tidak diperkenankain melakukan
13
tindakan dan/ atau rnengucapkan perkataan
yang mencemarkan profesi.
2. Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran
Lainnya, Anggota dalam menjalankan praktik
akunran publik diperkenankan niencari Idi
rnclalui pemasangan iklan, melakukan prornosi
pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya
sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
3. Komisi Dan Fee Referal
a. Komisi, komisi adalah imbalan dalam
bentuk uang atau barang atau bentuk
lainnya yang diberikan kepada atau
diterima dari pihak lain untuk memperoleh
perikatan dari pihak lain.
b. Fee Referal (Rujukan), adalah imbalan
yang dibayarkan/ diterjrna kepada/ dari
sesame penyedia jasa profesional akuntan
publik. Fee referal (rujukan) hanya
diperkenankan bagi sesarna profesi.
Bentuk Organisasi dan KAP, Anggota hanya dapat
berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi
yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan/ atau yang tidak menyesatkan dan
merendahkan citra profesi.
Penutup
Akuntansi dalam Islam sudah diterapkan jauh
sebelum Luca Pacioli. Seperti yang telah dijelaskan
pada surah Al Baqarah ayat 282 yang telah
disebutkan di atas. Dalam Islam banyak dijelaskan
tentang akuntansi selain dari surah Al Baqarah
tersebut masih banyak surah-surah yang lain, yang
didalamnya mengandung norma-norma dalam
akuntansi. Dulunya kita hanya mengenal akuntansi
konvensional sekarang sudah mulai diperkenalkan
dengan akuntansi syariah, dan berbagai jasa
keuangan yang berbasis syariah pula.
Etika akuntan pun harus memiliki nilai-nilai
kebenaran dari akuntansi syariah, sehingga tidak
terjadi skandal-skandal yang dapat memberikan
image yang negative bagi para akuntan khususnya
akuntan professional di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits.
2. Duska, Ronald F dan B.S Duska. 2005.
Accounting Ethics. Blackwell Publishing.
3. IAI. Kode Etik Akuntan Indonesia. 1998.
4. Muhammad. Paradigma, metodologi dan
Aplikasi ekonomi Syariah 2008
Download