Amelia Ika Pratiwi dan Aniek Murniati 7 AKUNTANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM Amelia Ika Pratiwi Dosen STIE AsiA Malang Aniek Murniati Dosen STIE AsiA Malang ABSTRACT Islamis compherensive way of life, religious and secular; it is a set of benefit and a way of worship; it is a vast and intgrated system of law; it is a culture and civilization; it is an economic systm and commercial norm; it is a polity and method of governance, it is a society and family conduct; it is precribes for inheritance and divorce, dress and etiquette, food and personal hygiene. It is spiritual and human totality; this worldly and other worldly (Taylor, 2003 dalam Muhammad). Keywords: Islamis, Accountance ABSTRAK Islam merupakan tuntunan secara compherensive dalam kehidupan, baik secara agamis mapupun sekuler; Islam adalah satu set platform dari kemanfaatan, cara ibadah dan merupakan sistem universal dan keterpauan hukum. Disisi lain Islam adalah budaya dan peradaban; dan juga sebagai sistem ekonomi dan norma komersial. Didalam Islam juga ada pemerintahan dan metode pemerintahan, Islam juga merupakan perilaku masyarakat dan keluarga;warisan dan perceraian, pakaian dan etiket, makanan dan kebersihan pribadi. Jadi Islam adalah totalitas spiritual secara duniawi dan ukhrawi. (Taylor, 2003 Dalam, Muhammad). Kata kunci: Islam, Akuntansi PENDAHULUAN Pertanyaan yang paling mendasar dalam topik ini adalah “Benarkah ilmu Akuntansi ada dalam Islam?” Pertanyaan ini membuat berbagai pandangan orang berbeda-beda. Melalui tulisan ini, penulis sendiri ingin mencoba memahami apa si Akuntansi itu? dan apakah ada Akuntansi dalam Islam? Selama ini yang kita maksud dengan agama adalah sebuah norma yang mengatur perilaku kita sehari-hari atau norma yang lebih menekankan pada moralitas. Ini sangat jauh berbeda dengan aturan-aturan atau norma yang berlaku dalam akuntansi, sehingga wajar jika banyak orang yang bertanya Akuntansi secara Islam. Sama halnya dimasa lalu banyak orang meragukan dan mempertanyakan ekonomi Islam itu seperti apa. Islam sebagai agama yang universal dan kompherensif, sangat mampu menjawab problematika kehidupan manusia yang kompleks didalamnya masalah ekonomi. Allah SWT berfirman dalam Surah Al Israa’ ayat 9: “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. Sumber dari segala sumber ilmu adalah Al Quran dan Al Hadist, maka kita akan menemukan ayat-ayat dan hadits-hadits yang menjelaskan dan memberikan gambaran Akuntansi dalam Islam. Seperti yang kita ketahui dan pahami, agama diturunkan untuk menjawab persoalan manusia baik mikro maupun makro. Ajaran agama harus diajarkan dalam semua aspek kehidupan. Selain itu, etika juga memiliki peran yang penting pada akuntansi dalam persepektif Islam. Dimana sampai saat ini etika menjadi obyek pembahasan yang menarik di kalangan praktisi dan akademisi. Hal ini memberikan kesadaran akan etika dan moral dalam membingkai kembali ilmu ekonomi sebagai disiplin ilmu yang terhormat seperti pada saat-saat awal sejarah perkembangnya. Pada aktivitas ekonomi dan bisnis selalu memiliki relasi dengan etika dan kerena itu tidak bisa dilepaskan dari ilmu sosial dan budaya masyarakat dimana etika itu dipraktekkan. Sebagaimana aspekaspek lainnya dalam kehidupan manusia yang melibatkan etika, ekonomi dan bisnispun selalu dikaitkan dengan etika sehingga muncullah apa yang disebut dengan etika dalam bisnis dan bisnis yang etis. Akuntansi dalam Islam dari Normatif ke Teoritis Akuntansi dalam kacamata Islam sudah tercermin dalam Surah Al Baqarah ayat 282 : 282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi 8 Jurnal JIBEKA, Volume 8, No. 2, Agustus 2014 : 8 - 14 sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Mungkin belum banyak orang yang mengetahui bahwa Akuntansi yang merupakan cabang ilmu ekonomi yang saat ini sangat pesat perkembangannya disemua sektor baik swasta maupun publik, ternyata konsep dasarnya telah diperkenalkan oleh Al Quran, jauh sebelum Lucas Pacioli (dikenal dengan “Bapak Akuntansi”) memperkenalkan konsep akuntasi double-entry bookkeeping dalam salah satu buku yang ditulisnya pada tahun 1494. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Surat Al-Baqarah ayat 282 di atas, Allah secara garis besar telah menggariskan konsep akuntansi yang menekankan pada pertanggungjawaban atau akuntabilitas. Tujuan perintah dalam ayat tersebut jelas sekali untuk menjaga keadilan dan kebenaran yang menekankan adanya pertanggung jawaban. Dengan kata lain, Islam menganggap bahwa transaksi ekonomi (muamalah) memiliki nilai urgensi yang sangat tinggi, sehingga adanya pencatatan dapat dijadikan sebagai alat bukti (hitam di atas putih), menggunakan saksi (untuk transaksi yang material) sangat diperlukan karena dikhawatirkan pihak-pihak tertentu mengingkari perjanjian yang telah dibuat. Untuk itulah pembukuan yang disertai penjelasan dan persaksian terhadap semua aktivitas ekonomi keuangan harus berdasarkan surat-surat bukti berupa: faktur, nota, bon kuitansi atau akta notaries untuk menghindari perselisihan antara kedua belah pihak. Dan tentu saja adanya sistem pelaporan yang komprehensif akan memantapkan manajemen karena semua transaksi dapat dikelola dengan baik sehingga terhindar dari kebocoran-kebocoran. Menariknya lagi, penempatan ayat tersebut sangat relevan dengan sifat akuntansi. Dalam surat ini intinya menjelaskan bahwa pentingnya mencatat hutang piutang dalam suatu perjanjian tertulis dan adanya saksi dalam perjanjian hutang piuntang. Persanjian hutang piutang itu sebenarnya sangat luas sekali, karena didunia ini bermacam2 bidang bisnis yang digeluti oleh manusia. Akuntansi (accounting) sendiri dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-muhasabah. Dalam konsep Islam, akuntansi termasuk dalam masalah muamalah, yang berarti dalam masalah muamalah pegembangannya diserahkan kepada kemampuan akal pikiran manusia. Pada perkembagangan selanjutnya, konsepkonsep praktik akuntansi Islam pada saat ini mulai berkembang dengan pesat. Bahkan di Indonesia, konsep tersebut telah teruji pada saat krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini terbukti Bank yang mengunakan konsep akuntansi syariah ternyata lebih bertahan menghadapi krisis ekonomi, dibandingkan dengan Bank umum lainnya. Tercatat pada saat ini banyak lembaga-lembaga keuangan Islam, seperti: Bank Syariah, perusahaan asuransi (takafful), dana reksa syariah dan leasing syariah. Secara umum ada empat prinsip transaksi pembiayaan syariah yang halal yaitu: 1. Prinsip jual beli Dalam jual beli kita mengenal prinsip murabahah yaitu transaksi dimana penjual menyebut harga pokok barang dan margin yang diambil. Kemudian ada istilah salam, yaitu jual beli lewat cara pemesanan dengan syarat – syarat tertentu (spesifikasi, jumlah/takaran, harga, tempat penyerahan barang yang jelas ) dan pembayaran secara tunai di muka secara penuh. Ada lagi istilah istishna’ yaitu jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria tertentu antara pemesan (pembeli, mustashni’)dan penjual (pembuat, shani’), adapun pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan. 2. Prinsip bagi hasil Ada dua transaksi dalam prinsip bagi hasil, yaitu mudharabah dan musyakarah. Mudharabah adalah bentuk kerjasama dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untuk (profit sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue shering) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana. Bentuk kerjasama antara shahibul maal dan Amelia Ika Pratiwi dan Aniek Murniati mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis, asalkan halal dan untung – menguntungkan disebut mudharabah 3. Prinsip sewa (Ujrah) Dalam prinsip sewa kita mengenal dua transaksi, yaitu ijarah dan wakalah bin ujra. Ijarah adalah akad yang digunakan untuk transaksi sewa menyewa suatau barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. 4. Prinsip Utang Dalam prinsip utang ada istilah Qardh dan Rahn. Prinsip Qardh merupakan memberikan pinjaman harta kepada seseorang / pihak lain akan mengembalikan pijaman sebesar jumlah yang dipinjamanya. Sedangkan Rahn adalah pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan, dimana pihak pemberi pinjaman dapat menahan barang jaminan atau mengusai surat bukti kepemilikan asset tersebut sampai pelunasan semua hutang pemilik barang atau asset. Karakteristik perbedaan antara prinsip akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional adalah akuntansi syariah tidak mengenal riba dalam prakteknya, tidak mengenal konsep time-value of money, uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan serta menggunakan konsep bagi hasil. Hal ini sejalan dengan konsep Islam seperti yang tercantum dalam Al-Quran (2:275281), dimana Allah telah menjelaskan tentang hukum riba dan akibatnya bagi orang yang memakan riba, dan agar terhindar dari riba dianjurkan menunaikan zakat. Selain itu dalam ayat lain (QS, 2:283) dalam bermuamalah dapat dilakukan dalam perjalanan, dan hal ini menuntut adanya pembuktian agar suatu waktu hendak menagih memiliki bukti yang cukup atau adanya barang yang dibawa senilai barang dagangan yang ditinggalkan (borg). Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam akuntansi berdasarkan perspektif Islam adalah dalam rangka menyajikan laporan keuangan secara benar sehingga diperoleh informasi yang akurat sebagai dasar perhitungan zakat. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah akuntansi sebagai bukti tertulis yang dapat dipertanggug jawabkan dikemudian hari. Pesan ini jelas dapat dilihat pada akhir surat (QS 2:283) tersebut. “….dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu….” Pesan ini ini mengisyaratkan bahwa Allah senantiasa menganjurkan untuk bertakwa (takut kepada Allah) dalam menjalankan kegiatan apapun termasuk dalam menjalankan pekerjaan akuntansi, dan membuktikan bahwa Allah senantiasa memberi petunjuk dalah hal-hal yang bermanfaat bagi manusia. Terbukti pada saat Al-Quran diturunkan, 9 kegiatan muamalah belum sekomplek sekarang. Namun demikian Allah telah mengajarkan untuk melakukan pencatatan (akuntansi/al-muhasabah), menganjurkan adanya bukti dan kesaksian hingga lahirlah seperti sekarang ini adanya notaris, pengacara, akuntan dan sebagainya supaya terhindar dari masalah. Etika Akuntan dalam Islam Istilah etika secara umum merujuk pada baik buruknya perilaku manusia. Etika dalam pengertian ini disebut juga dengan ‘filsafat praktis’ (Bertens, 2000,34). Dengan mengutip Karl Bath, Nurcholis Madjid (1992) menegaskan bahwa etika yang berakar dari kata ethos adalah sebanding dengan kata moral (dari kata mos). Etika juga diartikan sebagai seperangkat aturan moral yang membedakan apa yang benar (the right) dari apa yang salah (the wrong) dari model-model tingkah laku manusia atau konstatasi tindakan manusia (Madjid, 1992,467). Etika adalah bidang normatif yang menegaskan secara tegas batas-batas wilayah antara apa yang seharusnya dengan apa yang tidak seharusnya dilakukan oleh seseorang (Yusuf, 1997). Etika memiliki fungsi penting dalam mengatur perilaku dan tata kehidupan manusia. Ia berfungsi sebagai standar yang menunjukkan tingkah laku yang membawa individu pada posisi tertentu dalam menetapkan sikap dan perilaku atas permasalahan ekonomi dan bisnis, juga berfungsi sebagai standar untuk menilai dan menentukan kebenaran dan kesalahan atas tindakan dan perilaku diri sndiri serta tindakan dan perilaku orang lain. Empat dasar pengertian Etika menurut Duska dan Duska (2005) adalah: 1. Displin yang berhubungan dengan apa itu baik dan buruk dengan tugas moral dan kewajiban 2. Seperangkat prinsip moral atau Nilai-nilai moral 3. Suatu teori atau sistem nilai moral 4. Prinsip- prinsip yang memerintah tingkah laku suatu Individu atau kelompok Ada dua elemen kepercayaan etis, yaitu: 1. Subject. Membahas mengenai “Apa kepercayaan tentang sesuatu” termasuk didalamnya Action, Behavior, Social Practise dan System atau institusi. 2. Predikat Membahas mengenai “Apa yang dikatakan subjek”. Berisi Jugdgement baik, beretika dan tidak beretika. Mengapa Mempelajari Etika? Alasan-alasan mengapa kita belajar etika, terutama dalam bidang akuntansi, yaitu: 1. Memisahkan masalah kompleks 2. Bagaimana memutuskan masalah dan menunjukkan suatu aksi yang lebih diinginkan 10 Jurnal JIBEKA, Volume 8, No. 2, Agustus 2014 : 8 - 14 3. tidak setuju apakah tujuannya bermanfaat atau tidak”. Masalah prediksi masa depan. Masalah cara-cara yang dipakai. Essential defect. Subjektifitas keadilan. Memiliki pengetahuan tentang moral yang lebih baik 4. Apakah dan mengapa pendapat kita berharga 5. Mengindentifikasi prinsip etis dasar yang dapat diaplikasikan Menjadi Beretika: How to determine what to do Akuntan memiliki tanggungjawab etis terhadap dirinya, keluarga, profesi, klien, perusahaan tempatnya bekerja. Akuntan harus mengerjakan tugas secara etis sesuai dengan janji ketika masuk profesi/ memperoleh pekerjaan. Akuntan harus memiliki pertanyaan-pertanyaan untuk menjustifikasi dan yang akan digunakan sebagai dasar teori etika, yaitu: 1. Apakah tindakan tersebut baik untuk saya ? 2. Apakah tindakan tersebut baik atau menyakiti masyarakat ? 3. Apakah tindakan tersebut adil ? 4. Apakah suatu tindakan melanggar hak orang lain? 5. Sudahkah saya membuat komitmen, secara tersirat (implisit), atau secara tersurat (eksplisit)? Teori-Teori Etika menurut Duska dan Duska (2005): 1. Egoism Mempunyai prioritas pada kepentingan/kebaikan pribadi. Ketika terjadi konflik antara diri sendiri dan masyarakat, atau dengan keadilan yang sesungguhnya tentang suatu hal kebaikan, egoism merekomendasikan self-serving action atau secara umum dapat dikatakan “One ought always to act in one’s own interest”. Paham ini dipandang menimbulkan selfishness/keegoisan Beberapa kritik terhadap egoism yakni: a. Paham ini tidak dapat memecahkan perselisihan. b. Tidak boleh ditularkan. Mengajarkan teori egoisme merupakan tidak etis. c. Sulit diformulasikan. d. Berbasis pada pandangan egosentik terdistorsi tantang alam semesta. 2. Utilitarianism Mempunyai prioritas pada kepentingan orang banyak termasuk didalamnya kepentingan pribadi. Melakukan aktivitas yang akan membawa manfaat terbesar bagi masyarakat dalam jumlah yang terbanyak juga. Menggunakan pendekatan biaya – manfaat. Kelemahan utilitarianism, yakni: a. Masalah distribusi. “Manfaat terbesar untuk masyarakat dalam jumlah yang terbesar juga” mengadung nilai ambiguitas. b. Masalah dalam menentukan manfaat. “Kita mungkin setuju tentang aktivitas yang kita lakukan mengarah kepada manfaat, tapi kita c. d. e. 3. Deontological Ethics Hal yang baik harus dilaksanakan walau apapun konsekuensinya bagi pribadi dan orang lain. Semua judgemen praktis yaitu judgemen tentang apa yang seharusnya seseorang lakukan adalah imperatives. Terdapat 2 imperatives: 1. Hypothetical imperatives (qualified oughts) Yang menentukan suatu keputusan itu baik atau buruk adalah apakah keputusan mencapai sasaran atau tidak 2. Categorical imperatives (unqualified oughts) Menurut pemikiran ini, “lakukan X”. tidak perlu ada kata jika dan atau tetapi. Jika kamu bertanya “mengapa melakukan X?” jawabannya adalah karena itu adalah tugasmu. Kelemahan Pemikiran Deontological 1. Kritik dari utilitarian. Mengapa seseorang melakukan tugas jika tidak membawa kebahagiaan. Mereka menduga dibawah deontologikal Kant seseorang bersikap berdasar moral karena akan diberi reward. 2. Apa yang akan dilakukan jika ada konflik tugas. Ross menyatakan bahwa ketika tugas utama konflik maka kita harus menentukan tugas aktual, atau menggunakan alasan utilitarian untuk menyelesaikan konflik. 3. Kritik terhadap formula kedua Kant: a. Apa maksud dari ”merely as mean”? b. Bagaimana jika orang yang kita gunakan tersebut memberikan ijin kepada kita untuk menggunakan mereka. c. Bagaimana jika karyawan menandatangani kontrak yang menyatakan dia akan melaksanakan jasa tertentu. d. Kekurangan Kant adalah penekanan ”use” tidak spesifik. 4. Virtue Ethics Setelah mempelajari perspektif utilitarian dan deontological, fokus perhatian pada lebih dari satu pendekatan etika yang sekarang ini disebut (ethics of virtue or character). Pendekatan etis yang harus digunakan oleh akuntan dalam mengevaluasi beberapa praktik mereka adalah sebagai berikut: a. Akuntan harus bermanfaat bagi orang lain dan menghindari merugikan orang lain; Amelia Ika Pratiwi dan Aniek Murniati b. c. d. Akuntan harus bertanggung jawab karena mereka memiliki komitmen terhadap tanggung jawab tersebut; Akuntan tidak boleh memanfaatkan orang lain; Akuntan harus mengembangkan sifat-sifat seperti integritas dan kejujuran. Bila diperhatikan, budaya dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat Islam dan barat terdapat perbedaan yang sangat besar. Dalam masyarakat Islam terdapat sistem nilai yang melandasi setiap aktivitas masyarakat, baik pribadi maupun komunal. Hal ini tidak ditemukan dalam kehidupan masyarakat barat. Perbedaan dalam budaya dan sistem nilai ini menghasilkan bentuk masyarakat, praktik, serta pola hubungan yang berbeda pula. Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transen-dental, dan teologis. Dengan akuntansi syariah, realitas sosial yang dibangun mengandung nilai tauhid dan ketundukan kepada ketentuan Allah swt. Dengan demikian pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus diaktuali-sasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis besar, bagaimana nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syariah dapat diterangkan. 1. Akuntan muslim harus meyakini bahwa Islam sebagai way of life (Q.S. Ali Imran : 85): Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. 2. Akuntan harus memiliki karakter yang baik, jujur, adil, dan dapat dipercaya (Q.S. An-Nisa : 135): Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia, kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (katakata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. 3. Akuntan bertanggung jawab melaporkan semua transaksi yang terjadi (muamalah) dengan benar, jujur serta teliti, sesuai dengan syariah Islam (Q.S. Al-Baqarah : 7 – 8): 7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. 8. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang 11 beriman. 4. Dalam penilaian kekayaan (aset), dapat digunakan harga pasar atau harga pokok. Keakuratan penilaiannya harus dipersaksi-kan pihak yang kompeten dan independen (Al-Baqarah : 282). 5. Standar akuntansi yang diterima umum dapat dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan syariah Islam. 6. Transaksi yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah, harus dihindari, sebab setiap aktivitas usaha harus dinilai halal-haramnya. Faktor ekonomi bukan alasan tunggal untuk menentukan berlangsungnya kegiatan usaha. Perkembangan dalam Etika Bisnis Untuk merespon perubahan yang demikian cepat, berbagai konsep dan terminologi dikembangkan untuk memudah-kan pemahaman evolusi akuntabilitas dari bisnis dan pengambilan keputusan etis. Ada dua konsep yang umum digunakan untuk memahami etika bisnis, dan bagaimana bisnis dan profesi dapat memperoleh keuntungan dari aplikasi tersebut. Yaitu konsep stakeholders dan konsep kontrak sosial perusahaan. Adapun pendekatan yang diterapkan untuk pengambilan keputusan etis adalah pendekatan dengan lima pertanyaan dasar dan pendekatan standar moral. Lingkungan Etika untuk Akuntan Profesional Hal ini meliputi peraturan dan tindakan, pengaturan, dan tawaran jasa. Peraturan dan tindakan dari para akuntan profesional tidak hanya mencakup loyalitas terhadap kepentingan publik namun juga sampai kepada kepentingan shareholder di masa mendatang. Dalam hal pengaturan, akuntan profesional dituntut untuk bekerja dengan aturan yang profesional pula, untuk menghadapi perkembangan standar audit global untuk melayani klien utamanya dan mendukung standar prilaku untuk meyakinkan bahwa pertimbangannya independen, objektif, dan akurat. Dalam hal tawaran jasa, diharapkan akuntan tidak tergiur dengan materi yang ditawarkan klien, dengan mengabaikan profesionalitas dan independensi sehingga terjebak dalam konflik kepentingan. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip etika memberikan 12 kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur pelak-sanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh kongres bagi seluruh anggota yang terdiri dari delapan prinsip yaitu: 1. Prinsip Tanggung Jawab Profesi: Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. 2. Prinsip Kepentingan Publik: Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati keperca-yaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesinya. 3. Prinsip Integritas: Untuk memelihara dan menigkatlan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. 4. Prinsip Obyektivitas: Setiap anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5. Prinsip Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional: Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dan jasa profesional yang kompeten berdasarkan pengembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir. 6. Prinsip Kerahasiaan: Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi terebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkanya. 7. Prinsip Perilaku Profesional: Setiap anggota harus berprilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. 8. Prinsip Standar Teknik: Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesinya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas. Aturan Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi lainnya adalah Jurnal JIBEKA, Volume 8, No. 2, Agustus 2014 : 8 - 14 tanggung jawab profesi akuntan publik dalam melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan klien atau pemberi kerja. Aturan etika kompartemen akuntan publik terdiri dari: (1) Aturan Nomor 100 tentang independensi, integritas dan obyektifitas; (2) Aturan Nomor 200 tentang standar umum dan prinsip akuntansi; (3) Aturan Nomor 300 tentang tanggung jawab kepada klien; (4) Aturan Nomor 400 tentang tanggung jawab kepada rekan; (5) Aturan Nomor 500 tentang tanggung jawab dan praktik lain. Independensi, integritas dan obyektifitas 1. Independensi, dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP (Kantor Akuntan Publik) harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional aktuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance). 2. Integritas dan Objektivitas, dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektiviras, harus bebas dan benturan kepentingan (conflict of interest dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinas-kan) pernimbangannya kepada pihak lain. Standar umum dan prinsip akuntansi. 1. Standar Umum, Anggota KAP harus mernatuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI: a). Kompetensi profesional, b) Kecermatan dan keseksamaan profesional. c)Perencanaan dan supervisi, d) data relevan yang memadai. 2. Kepatuhan terhadap Standar, Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultansi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI. 3. Prinsip-prinsip Akuntansi, Anggota KAP tidak diperkenankan: 1) menyatakan pendapat atau memberikàn penegasan bahwa laporan keuangan/data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau. 2) menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Amelia Ika Pratiwi dan Aniek Murniati Tanggung jawab kepada klien 1. Informasi Klien yang Rahasia, Anggota KAP tidak diperkeriankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk: a. Membebaskan anggota KAP dan kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi b. Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku c. Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang Anggota sesuai dengan kewenangan IAI atau d. Menghalangi Anggota dan pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakan disiplin Anggota. 2. a. b. Fee Profesional Besaran Fee, besaranya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan, kornpleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Fee Kontinjen, Fee kontinjen adalah fee yang diterapkan untuk peliaksanaan suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan. Tanggung jawab kepada rekan 1. Tanggung Jawab kepada Rekan 2. 3. Seprofesi, Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan perbuatan yang dapat merLisak reputasi rekan seprofesi. Komunikasi Antara Akuntan Publik, Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan rnengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan publik pendahr atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis periode serta tujuan yang berlainan. Perikatan Atestasi, Akuntan publik tidak diberkenankan mengadakan perikatan atestasi yang teratestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, Tanggung jawab dan praktik lain 1. Perbuatan dan Perkataan yang mendiskreditkan, anggota tidak diperkenankain melakukan 13 tindakan dan/ atau rnengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi. 2. Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya, Anggota dalam menjalankan praktik akunran publik diperkenankan niencari Idi rnclalui pemasangan iklan, melakukan prornosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi. 3. Komisi Dan Fee Referal a. Komisi, komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari pihak lain untuk memperoleh perikatan dari pihak lain. b. Fee Referal (Rujukan), adalah imbalan yang dibayarkan/ diterjrna kepada/ dari sesame penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesarna profesi. Bentuk Organisasi dan KAP, Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/ atau yang tidak menyesatkan dan merendahkan citra profesi. Penutup Akuntansi dalam Islam sudah diterapkan jauh sebelum Luca Pacioli. Seperti yang telah dijelaskan pada surah Al Baqarah ayat 282 yang telah disebutkan di atas. Dalam Islam banyak dijelaskan tentang akuntansi selain dari surah Al Baqarah tersebut masih banyak surah-surah yang lain, yang didalamnya mengandung norma-norma dalam akuntansi. Dulunya kita hanya mengenal akuntansi konvensional sekarang sudah mulai diperkenalkan dengan akuntansi syariah, dan berbagai jasa keuangan yang berbasis syariah pula. Etika akuntan pun harus memiliki nilai-nilai kebenaran dari akuntansi syariah, sehingga tidak terjadi skandal-skandal yang dapat memberikan image yang negative bagi para akuntan khususnya akuntan professional di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1. Berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits. 2. Duska, Ronald F dan B.S Duska. 2005. Accounting Ethics. Blackwell Publishing. 3. IAI. Kode Etik Akuntan Indonesia. 1998. 4. Muhammad. Paradigma, metodologi dan Aplikasi ekonomi Syariah 2008