Bahan Persekutuan Doa I - GEREJA KRISTEN INDONESIA SALATIGA

advertisement
Masa Pentakosta 2010
Bahan Persekutuan Doa I
BERSAMA ROH TUHAN MEMBANGUN BANGSA
1. KIDUNG JEMAAT 233:1-3 “ROH KUDUS, TURUNLAH”
Roh Kudus, turunlah dan tinggal dalam hatiku,
Dengan cahaya kasih-Mu terangi jalanku!
Apu-Mulah pembakar jiwaku,
Sehingga hidupku memuliakan Tuhanku.
Bagaikan surya pagi menyegarkan dunia,
Kuasa-Mu membangkitkan jiwa layu dan lemah.
Curahkanlah berkat karunia;
Jadikan hidupku pada-Mu saja berserah!
Syukur pada-Mu, Roh kudus, yang sudah memberi
Bahasa dunia baru yang sempurna dan suci.
Jadikanlah semakin berseri Iman dan pengharapan
serta kasih yang bersih
2. DOA
3. PEMBACAAN ALKITAB : Lukas 4:14-30
4. RENUNGAN:
BERSAMA ROH TUHAN MEMBANGUN BANGSA
Sebelum seorang pendeta atau pengkotbah naik mimbar,
seorang anggota Majelis Jemaat/Gereja menyerahkan Alkitab.
Sesudah kotbah dan ibadat selesai, Alkitab itu diserahkan kembali.
Tindakan itu bukan basa basi melainkan suatu pernyataan bahwa
gereja memberi kepercayaan kepada sang pengkotbah untuk
mengajarkan sesuatu dalam kotbahnya sesuai dengan pesan Alkitab.
Kalau kotbahnya dianggap mengandung kesalahan yang serius, bisa
saja Alkitab yang diserahkan itu tidak diterima dan kemudian di
konsistori, sang pengkotbah “diadili”. Namun dalam kenyataan, itu
jarang terjadi. Alkitab tetap diterima dan kemudian di konsistori sang
pengkotbah ditegur oleh Majelis. Atau, karena tidak ada yang berani
atau mampu menegur, yang tejadi hanya bisik-bisik di belakang yang
bersangkutan.
Masa Pentakosta 2010
Bila dibandingkan dengan apa yang terjadi di rumah ibadat
Naraset yang kita dengar dari bacaan Alkitab tadi, kita menjadi sangat
heran. Mengapa orang-orang Nazaret tempat Yesus dilahirkan begitu
marah, lalu mengusir dan ingin membunuh Yesus setelah mereka
mendengar kotbah-Nya? Apakah kotbah Yesus mengandung suatu
suatu “kesalahan” yang fatal dan sangat menyinggung perasaan
orang-orang Yahudi saat itu? Bukankah Yesus berkotbah didalam
bimbingan dan diurapi oleh Roh Tuhan?
Tentu saja Yesus tidak bersalah. Yang dianggap salah dan
sangat menyinggung perasaan orang-orang Yahudi yang merasa
menjadi umat pilihan Tuhan adalah pernyataan Yesus bahwa nabi
Elia diutus Tuhan bukan kepada salah seorang dari mereka,
melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah
Sidon. Lalu sekali lagi, Yesus berkata bahwa pada zaman nabi Elisa
banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka
yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu. Tuhan
ternyata tidak hanya mengasihi umat pilihan-Nya tetapi juga orangorang yang hidup di luar lingkaran, orang-orang yang dianggap “kafir”
oleh orang Yahudi. Malahan, pada suatu saat, orang-orang luar itu
yang diutamakan ketimbang orang-orang pilihan. Rasa “nasionalisme”
sempit mereka terluka. Mereka marah dan ingin menyingkirkan nabi
baru bernama Yesus yang berani membuka “kran cinta kasih” Allah
kepada semua bangsa.
Inilah kabar baik yang perlu kita hayati bersama warga
masyarakat agar bangsa kita yang majemuk ini dapat dibangun
bersama-sama dengan pertama-tama meruntuhkan tembok-tembok
pemisah antar golongan atau kelompok etnis dan agama. Tuhan
mengasihi semua golongan dan berkarya untuk kebaikan semua
kelompok di negeri ini. Karya Roh Tuhan itu melampaui kotak-kotak
yang dibuat untuk mempertahankan kepentingan dan arogansi
golongan dan kelompok sendiri.
Ternyata masih ada satu sebab lagi yang lebih serius. Orangorang Yahudi begitu tersinggung ketika dalam mengutip nubuat
Yesaya 61 Yesus menghapus kalimat “…hari pembalasan Allah kita”.
Yesus hanya berkata, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk
membebaskan
orang-orang
yang
tertindas,
untuk
i ii Masa Pentakosta 2010
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Padahal isi nubuat
Yesaya yang sering mereka dengar dan bahkan sangat hafal di luar
kepala adalah, “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN
telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan
kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang
yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orangorang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan
dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari
pembalasan Allah kita….” (Yesaya 61:1-2). Yesus ternyata
memperbaharui isi kabar baik pembebasan bagi yang miskin tertindas
itu tanpa pembalasan. Karya Roh Tuhan bagi bangsa adalah
pembebasan tanpa balas dendam yang selalu menimbulkan
kekerasan. Roh Tuhan justru mendorong umat-Nya untuk
memperjuangkan pembebasan dengan damai dan pengampunan.
Buat orang Yahudi saat yang sudah lama menderita di bawah
penjajahan bangsa lain tidak senang dengan berita pembebasan
tanpa pembalasan dari Allah kita. Mereka sudah lama menunggu saat
pembalasan itu tiba namun Yesus ternyata menolak semangat balas
dendam seperti itu.
Di tengah-tengah masyarakat yang masih diwarnai dengan
ketidak-adilan, penindasan, pelanggaran hak asasi manusia,
kekerasan antarkelompok yang berbeda, dan diskriminasi sosial
ekonomi, kita juga harus menolak upaya dan perjuangan
pembebasan dengan prinsip balas dendam. Spirit non kekerasan
tanpa balas dendam akan melahirkan semangat kebersamaan untuk
membangun bangsa ke depan. Kesalahan para penindas, pelaku
kekerasan, koruptor dan mereka yang melanggar hak asasi manusia
kita lawan bukan dengan pembalasan karena balas dendam selalu
menimbulkan masalah baru yang menghancurkan semua pihak. Inilah
karya Roh Tuhan untuk membangun bangsa dan gereja sebagai
bagian integral dari bangsa Indonesia dipanggil untuk terlibat dalam
misi pembebasan tanpa pembalasan. Amin.
5.
Masa Pentakosta 2010
TUHAN,KASIHANI (KJ 42)
Tuhan kasihani, Kristus kasihani,
Tuhan ampunilah kami
6.
a.
b.
7.
KIDUNG JEMAAT 240a:1+3 ““DATANGLAH, YA SUMBER
RAHMAT”
Datanglah, ya Sumber rahmat, selaraskan hatiku
Menyanyikan kasih s’lamat yang tak kunjung berhenti
Ajar aku madah indah, gita balai sorga-Mu
Aku puji gunung kokoh, gunung pengasihan-MU
Tiap hari ‘ku berutang pada kasih abadi
Rantailah hatiku curang dengan rahmat tak henti
‘Ku dipikat pencobaan meninggalkan kasih-Mu
Inilah hatiku, Tuhan meteraikan bagi-Mu
WA
SAAT TEDUH dilanjutkan dengan menyanyikan KJ 42 berulangulang sebagai nyanyian penyesalan dan pengakuan dosa atas
kesalahan bersama semua kompenen bangsa, termasuk diri kita
dan gereja kita. Dengan kerendahan hati kita mengajak semua
orang untuk hidup dalam pengampunan dan perdamaian.
iii DOA SYAFAAT
Berdoa untuk orang-orang yang melakukan penindasan,
ketidakadilan, pelaku kekerasan, pada koruptor dan mereka yang
melanggar hak asasi manusia agar dengan rahmat Tuhan sendiri
mereka memperoleh pencerahan dan pengampunan.
Berdoa agar dengan pertolongan Roh Tuhan semangat balas
dendam penuh kekerasan yang sering masih menguasai diri kita
dapat diubah menjadi semangat kasih dan pengampunan.
iv Masa Pentakosta 2010
Bahan Persekutuan Doa II
Gereja Mewarnai Bangsa
1.
2.
Saat Teduh Pribadi
Nyanyian KJ 256:1-3 “KITA SATU DI DALAM TUHAN”
Kita satu di dalam Tuhan, satu G’reja yang esa.
Marilah bertolong-tolongan, kau dan aku, s’muanya.
Marilah bertolong-tolongan, kau dan aku, s’muanya.
Hujan, air dan matahari Tuhan b’rikan s’muanya,
Bulan, bintang memuji-muji memenuhi semesta.
Bulan, bintang memuji-muji memenuhi semesta.
Tuhan s’lalu memelihara s’luruh alam semesta,
kita pun disuruh-Nya juga, Menyatakan kasih-Nya.
Kita pun disuruh-Nya juga, Menyatakan kasih-Nya.
3.
Pembacaan Mazmur 51:12-19
(dibacakan secara bergantian. Pemimpin PD membacakan ayatayat yang genap, peserta PD membacakan ayat-ayat yang
ganjil).
4.
Nyanyian KJ KJ 257:1-3 AKU GEREJA, KAU PUN GEREJA
Reff:
Aku Gereja, kau pun Gereja, kita sama-sama Gereja
dan pengikut Yesus di seluruh dunia kita sama-sama Gereja.
Gereja bukanlah gedungnya, dan bukan pula menaranya:
bukalah pintunya, lihat di dalamnya,
Gereja adalah orangnya. Reff:
Berbagai macam manusia, terdiri dari bangsa-bangsa,
lain bahasanya dan warna kulitnya,
Tempatnya pun berbeda juga. Reff:
Di waktu hari Pentakosta Roh Kudus turunlah ke dunia;
G’reja disuruh-Nya membawa berita kepada umat manusia. Reff:
5.
Doa
Masa Pentakosta 2010
6.
7.
Pembacaan Kisah Para Rasul 3:41-47
Renungan
Gereja Mewarnai Bangsa
Setelah pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kis 2:1-13),
murid-murid Tuhan Yesus memperoleh keberanian untuk keluar dari
“tembok-tembok kenyamanan” mereka dan menyebar ke tengahtengah masyarakat dan memberitakan Kristus. Orang-orang yang
menerima perkataan Petrus dibaptis dan jumlah mereka bertambah
kira-kira tiga ribu jiwa (Kis 2:41). Hal yang luar biasa adalah
kehadiran jemaat disukai oleh semua orang (Kisah Para Rasul 2:47b).
Mengapa mereka disukai semua orang? Dari Kisah Para Rasul 2:4146 kita melihat bahwa kecintaan masyarakat pada murid-murid Yesus
karena kehidupan murid Yesus mampu menjadi kesaksian yang baik
di tengah masyarakat. Beberapa catatan dalam bacaan ini
menunjukkan bagaimana cara hidup Jemaat yang baik. Kebisaan
jemaat itu adalah: bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, rajin
bersekutu, rajin berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (ayat
42), tetap bersatu (ayat 44), saling berbagi (ayat 45), bergembira
bersama dengan hati yang tulus sambil memuji Allah (46). Ada gerak
positif dari dalam jemaat yang disaksikan oleh orang-orang
disekitarnya, sehingga orang-orang disekirat jemaat pertama
menyukai keberadaan jemaat. Kesaksian yang positif dari dalam
jemaat itu membuat Tuhan menambah jumlah mereka (ayat 47b).
Menilik kisah jemaat perdana itu, kita diingatkan bila menjadi
gereja memang harus menjadi berkat di tengah masyarakat. Menjadi
berkat bisa dilakukan melalui keberadaan gereja yang rukun, penuh
cinta dan menjunjung nilai-nilai kebenaran. Spiritualitas jemaat
mestinya adalah spiritualitas Kristus yang hadir ke dunia bukan untuk
dilayani, melainkan melayani. Gerak di dalam gereja adalah gerakan
Roh Kudus untuk menghasilkan buah, sehingga buah roh itu di
nikmati bukan oleh anggota jemaaat saja tetapi juga oleh orang-orang
lain di luar jemaat. Bagaimana dengan jemaat kita?
Pada suatu hari, seorang pendeta berjumpa dengan teman
lamanya. Mereka tampak berbincang serius. Sahabat dari pendeta itu
mengatakan dengan suara yang keras dan raut muka yang
emosional:”Aku kecewa dengan gereja kita”. “Mengapa?” tanya
pendeta itu. “Sekarang gereja kita dipenuhi dengan orang-orang yang
senang berkelahi” kata teman pendeta itu. “Berkelahi yang
bagaimana?” tanya pendeta lagi. Orang itu menceritakan bila
v vi Masa Pentakosta 2010
gerejanya saat ini terancam perpecahan karena di dalam gereja
terdapat dua kubu yang mempertahankan kebenarannya sendirisendiri. Kubu yang pertama menganggap merekalah yang paling
benar dan paling berjasa dalam gereja. Kubu yang sebaliknya merasa
keberadaan kubu pertama itu adalah penghambat kemajuan gereja.
Mereka sama-sama memiliki kemampuan baik daya, dana dan
massa. Dengan kemampuan yang mereka miliki itu mereka saling
menjatuhkan. Sambil mengerutkan dahinya, sahabat dari pendeta itu
mengatakan:”Bila dalam gereja saja tidak ada kasih mesra,
persekutuan yang akrab dan saling melayani, mana mungkin gereja
menjadi berkat bagi masyarakat?” Pendeta itu manggut-manggut dan
tampak ber-empati dengan pernyataan sahabatnya. Sebelum mereka
berpisah, pendeta itu berkata:”Kawan, begitulah keberadaan gereja
dalam dunia ini. Gereja bukan lembaga yang sempurna, sebab isinya
adalah manusia biasa. Tetapi bukan berarti kita menjadi pesimis
dengan semua itu. Yakinlah bahwa gereja adalah milik Tuhan sendiri,
maka bila kita berserah kepada yang empunya dan mau terlibat
membangunnya, kita akan dimampukan”. Mereka bersalaman dan
masing-masing pergi ke tujuannya masing-masing.
Memperhatikan
keberadaan
jemaat
seperti
yang
dipercakapkan antara seorang pendeta dengan temannya itu,
mungkin kita bisa berkata: gereja itu kan bagian dari masyarakat,
maka segala bentuk penyakit dalam masyarakat bisa saja masuk ke
dalamnya. Seperti perpecahan, pertikaian, korupsi, konspirasi dan
sebagainya. Apakah harus demikian? Memang gereja adalah bagian
dari masyarakat. Tetapi hendaknya kehidupan dalam gereja lain
dengan kehidupan masyarakat. Mengapa demikian? Sebab sekalipun
gereja adalah bagian dari masyarakat, gereja memiliki pegangan
dasar yakni Kristus, kepala gereja yang mempersatukan umat.
Sehingga dalam kesatuan dengan masyarakat, murid Kristus menjadi
utusan yang membaur, sekaligus memberi warna bagi masyarakat
untuk hidup saling berbagi, rukun, penuh kasih.
Keberadaan jemaat perdana bisa menjadi teladan bagi jemaatjemaat masa kini. Kesukaciaan hidup dalam jemaat akibat
darikehidupan yang rukun, damai, penuh cinta dan tulus hati
disaksikan oleh orang-orang di sekitar jemaat, sehingga orang-orang
disekitar jemaat juga merasakan kesukacitaan. Gereja hadir, memberi
warna baru dalam masyarakat. Bersama Roh Kudus, kita akan
mewujdukannya bersama, bagi kemuliaan-Nya. Amin
Masa Pentakosta 2010
Nyanyian KJ 252:1-2 “BATU PENJURU G’REJA ”
Batu Penjuru G’reja dan Dasar yang esa,
yaitu Yesus kristus, Pendiri umat-Nya.
Dengan kurban darah-Nya Gereja ditebus;
Baptisan dan firman-Nya membuatnya kudus.
Terpanggil dari bangsa seluruih dunia,
Manunggallah Gereja ber-Tuhan Yang Esa.
Aneka kurnianya, esa baptisannya,
Esa perjamuannya, esa harapannya.
8.
Doa syafaat
‐ Bersyukur atas karunia-karunia dalam gereja
‐ Memohon kesatuan jemaat untuk menjadi berkat bagi
masyarakat
9.
Nyanyian KJ 252:3-5 “Batu Penjuru G’reja”
Gereja takkan punah selam-lamanya,
dibimbing tangan Tuhan, dibela kasih-Nya.
Ditantang pengkhianat dan banyak musuhnya,
bertahanlah jemaat dan jaya mulia.
Di dalam pencobaan dan perjuangannya
dinantikan zaman sejahtera baka.
Di mata tercerminkan Gereja yang menang
mencapai perhentian sentosa cemerlang.
Gereja yang di sorga dan yang di dunia
bersatu dalam Tuhan, Ketiga Yang Esa.
Ya Tuhan, b’rilah anug’rah, supaya kami pun,
Engkau tempatkan juga kekal di rumah-Mu.
WSN
vii viii Masa Pentakosta 2010
Masa Pentakosta 2010
Kornelius seorang perwira Italia tinggal di Kaisarea. Ia adalah
orang saleh dan seisi rumahnya takut akan Tuhan. ia memberi
banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada
Allah. Pada waktu ia berdoa sekitar pukul tiga petang, datang
malaikat Tuhan dan berkata kepadanya: “Semua doamu dan
sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau.
Dan sekarang, suruhlah beberapa orang ke Yope untuk menjemput
seorang yang bernama Simon dan yang disebut Petrus” (ay.1-8).
Sementara utusan Kornelius belum sampai ke Yope menjemput
Petrus, Petrus berdoa kepada Tuhan dan rohnya dipenuhi kuasa ilahi
melihat berbagai ragam makanan yang dianggap haram oleh Petrus,
tetapi firman Tuhan berkata: “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah,
tidak boleh engkau nyatakan haram.” Hal ini terjadi sampai tiga kali
dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit. (ay. 15-16).
Itu adalah tanda dari Allah sehingga ia tiba pada satu kesimpulan:
“Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan
orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan
yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. (ay.34-35).
Roh Kudus membuka relasi yang baru antar semua umat
manusia. Bila kita cermati dengan seksama, dalam Kisah Rasul bab
10 dapat kita temukan bahwa karya Roh Kudus adalah karya yang
inklusiv, terbuka bagi semua bangsa, semua golongan, bahkan
terhadap bangsa yang dianggap tidak percaya Tuhan sekalipun.
Terbukanya pemahaman Petrus itu penting untuk kita refleksikan
pada
saat
ini.
Banyak
orang
Kristen
terjatuh
pada
perdebatan:”Siapakah yang layak mengklaim kepemilikan Roh
Kudus”. Benarkah Roh Kudus dapat diklaim milik kalangan tertentu?
Kita mesthi ingat pernyataan Tuhan Yesus dalam Yohanes 3:
8:”Angin bertiup kemana ia mau pergi”. Pernyataan Tuhan Yesus itu
menegaskan: tidak ada seorangpun dapat mengklaim memiliki Roh
Kudus, sebab Roh Kudus bukanlah barang yang dapat diklaim
kepemilikannya. Roh Kudus adalah kuasa Ilahi yang bebas berkarya
seturut kehendak-Nya. Tidak ada pula manusia yang bisa
menghentikan karya-Nya. Terbukanya pemahaman Petrus itu
membuatnya sadar bila Roh Tuhan tidaklah tertutup bagi golongan
tertentu, membuatnya sadar agar ia bertindak bagi semua orang
tanpa batas tertentu. “Allah tidak membedakan orang. setiap bangsa
manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran
berkenan kepada-Nya (Kis 10:34).
Menanggapi kisah itu, kita diingatkan bahwa Roh Kudus juga
memanggil kita untuk berkarya di negeri ini, sebagaimana yang telah
diwartakan nabi Yesaya dan disitir oleh Tuhan Yesus dalam Lukas
ix x Bahan Persekutuan Doa III
MEMBUKA RELASI DENGAN ROH
1. Saat Hening Pribadi
2. Nyanyian KJ 237:1-3
Roh Kudus, turunlah dan tinggal dalam hatiku,
dengan cahaya kasih-Mu terangi jalanku!
Apu-Mulah pembakar jiwaku,
sehingga hidupku memuliakan Tuhanku.
Bagaikan surya pagi menyegarkan dunia,
Kuasa-Mu membangkitkan jiwa layu dan lemah.
Curahkanlah berkat karunia;
Jadikan hidupku pada-Mu saja berserah!
3. Doa
4. Pembacaan Mazmur 121:1-8.
(Pemandu membaca ayat ganjil, peserta membaca ayat yang
genap)
5. Nyanyian KJ 426:1-2 “KITA HARUS MEMBAWA BERITA”
Kita harus membawa berita pada dunia dalam gelap
Tentang kebenaran dan kasih dan damai yang menetap ) 2x
Refr.: Karna g’lap jadi remang pagi dan remang jadi siang t’rang
Kuasa Kristus ‘kan nyatalah, rahmani dan cemerlang
Kita harus menyanyikan gita melembutkan hati keras,
Supaya senjata Iblis remuk dan seg’ra lepas ) 2x. Refr.:
6. Renungan
a. Doa
b. Pembacaan Kisah Para Rasul 10:34-43
c. Renungan
Membuka Relasi dalam Roh
Masa Pentakosta 2010
4:18-19. Kehadiran-Nya mendorong kita untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin; mengutus kita untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas,
untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.
Saat Teduh
Doa syafaat
‐ Memohon agar orang Kristen membuka diri untuk dibaharui
Roh Kudus
‐ Memohon agar umat Allah terbuka terhadap orang-orang
disekitarnya
‐ Pergumulan peserta
Nyanyian KJ 235:1-3”KUDENGAR BERKAT-MU TURUN”
Kudengar berkat-Mu turun bagai hujan yang lebat,
Menghidupkan padang gurun dan menghibur yang penat.
Akupun, akupun, ya, berkati akupun
Bapa, jangan Kaulewati aku, walau ‘ku cemar;
‘ku tak layak Kaudekati, namun rahmat-Mu besar.
Aku pun, aku pun, kasihani aku pun!
Mampirlah, ya Jurus’lamat, Kau dambaan hatiku;
Aku rindu amat sangat mendengar panggilan-Mu
Aku pun, aku pun, Yesus, panggil akupun!
xi 
Download