BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu management yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Sejauh ini, manajemen belum memiliki definisi yang pasti diterima secara universal. Pengertian manajemen Menurut George R.Terry (2012:2) manajemen adalah melakukan pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang lain. Menurut Stoner dan Freeman (2012:3) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya organisasi dan proses penggunaan semua lain-lain sumber daya organisasi yang telah ditetapkan. Jadi kesimpulan dari sumber di atas bahwa manajemen adalah suatu upaya organisasi dalam mencapai tujuan dengan pengarahan dari sumber daya manusia. 2.1.1.1 Fungsi-Fungsi manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu: 1. Fungsi Perencanaan (Planning) Fungsi ini meliputi definisi pada apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. 2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing) Dalam fungsi ini dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. 3. Fungsi Kepemimpinan (Leading) Tugas dari manajemen untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan individuindividu dalam perusahaan. Fungsi ini mencakup dalam memotivasi karyawan, mengatur aktifitas individu lain, menyeleksi saluran komunikasi yang paling efektif, dan menyelesaikan konflik di antara anggotanya. 4. Fungsi Pengendalian (Controlling) Fungsi yang bertujuan guna memastikan bahwa segalanya berjalan seperti yang actual tersebut dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila terdapat penyimpangan yang signifikan, adalah tugas manajemen untuk mengembalikan organisasi tersebut pada jalur yang benar. Fungsi ini meliputi pemantauan, pembandingan, dan pembetulan potensial. 2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu organisasi atau perusahaan, disamping faktor lain seperti aktiva dan modal. Oleh karena itu sumber daya manusia harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen sumber daya manusia. Menurut Anwar Prabu (2013:2) Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorfanusasian, pengkoordinasikan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Jadi sumber daya manusia adalah harta yang paling penting yang dimiliki oleh organisasi. Sedangkan manajemen yang efekif adalah kunci keberhasilan organisasi tersebut. 2.1.3 Kinerja Karyawan Kinerja adalah suatu hasil pencapaian karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Kinerja karyawan mengacu pada prestasi seorang karyawan yang diukur berdasarkan standar dan kriteria penilaian yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Menurut Pabundu Tika (2008), kinerja adalah hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan sesorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Menurut Panggabean (2004), kinerja adalah kondisi dari sebuah kelompok di mana ada tujuan yang jelas dan tetap yang dirasakan menjadi penting dan terpadu dengan tujuan individu. Kinerja karyawan dapat meningkatkan perilaku organisasi yang positif. Karyawan akan merasa puas dan berkomitmen untuk bekerja jika perilaku organisasi positif dipraktekkan, tidak hanya karyawan yang puas tetapi juga dapat membimbing lingkungan yang positif yang dapat menciptakan organisasi yang lebih baik (Ramlall, 2008). Kinerja karyawan juga terkait dengan komitmen karyawan tanpa kinerja komitmen tidak berarti, tidak cukup hanya fokus pada titik mengembangkan kepuasan kerja karyawan karena jjika komitmen karyawan rendah maka kepuasan tidak menafsirkan menjadi kinerja (Zhang & Zheng, 2009). Dari beberapa pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan kinerja karyawan adalah hasil atau prestasi yang dicapai oleh seorang karyawan dalam periode waktu tertentu sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditentukan oleh perusahaan. Dalam memahami kinerja karyawan, penting untuk mengetahui dan memahami faktor faktor yang dapat memengaruhi Kinerja karyawan. 2.1.3.1 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kinerja Karyawan Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja menurut Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2007), yaitu: 1. Personal faktors atau faktor pribadi, ditentukan oleh tingkat tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen seseorang. 2. Leadership faktors atau faktor kepemimpinan, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan oleh manajer dan team leader. 3. Team faktors atau faktor tim, ditentukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja. 4. System faktors atau faktor sistem, ditentukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi. 5. Situational faktors atau sistem faktor, ditentukan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Menurut Robert L. Mathis & Jhon H. Jackson et al.(2006), ada 3 faktor utama yang memengaruhi kinerja karyawan yaitu: 1. Kemampuan individual, mencakup bakat, minat, dan faktor kepribadian. Jika seorang karyawan mempunyai kinerja dan keterampilan yang baik maka karyawan tersebut akan menghasilkan hasil (output) yangt baik pula. 2. Usaha yang dicurahkan, meliputi etika kerja, kehadiran dan motivasinya. Tingkat usaha merupakan gambaran motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan hal ini berkaitan dengan perbedaan antar tingkat keterampilan dan tingkat upaya. Tingkat keterampilan adalah cermin dari apa yang dilakukan sedangkan tingkat upaya adalah cermin apa yang dilakukan. 3. Dukungan organisasional, perusahaan menyediakan fasilitas untuk karyawan berupa pelatihan dan pengembangan , peralatan dan teknologi, manajemen dan rekan kerja. Setelah mengetahui faktor faktor yang dapat memengaruhi kinerja karyawan, perusahaan harus mengetahui proses dalam melakukan penilaian kinerja karyawan, karena tanpa mengetahui penilaian kinerja karyawan, perusahaan tidak dapat mengetahui apakah karyawan yang dimiliki sudah berkualitas atau belum. 2.1.3.2 Penilaian Kinerja Karyawan Menurut Hani Handoko (2003) penilaian kinerja adalah usaha untuk merencanakan dan mengontrol proses pengelolaan pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja merupakan proses pengevaluasian kinerja karyawan diwaktu yang lalu untuk memprediksi kinerja karyawan di masa yang akan datang. Ada beberapa kriteria penilaian kinerja, yaitu: 1. Penilaian berdasarkan hasil (result), penilaian yang didasarkan pada target dan ukuran spesifik yang dapat diukur. 2. Penilaian berdasarkan tingkah laku (behaviour), penilaian perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan. 3. Penilaian berdasaran pertimbangan (judgement), penilaian yang berdasarkan pada kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, koordinasi, pengetahuan pekerjaan dan keterampilan, kreativitas, semangat kerja, kepribadian, keramahan, integritas pribadi serta kesadaran dalam menyelesaikan tugas. 2.1.3.3 Dimensi dimensi kinerja karyawan Menurut Robert L. Mathis & Jhon H. Jackson (2006) terdapat 3 faktor utama yang memengaruhi kinerja karyawan, yaitu: a. Kemampuan individual Kemampuan individu dari seorang karyawan akan menentukan output yang dihasilkan dari pekerjaan mereka. Apabila seseorang memiliki kemampuan yang baik, maka kinerja kerja mereka pun akan baik. Bakat, minat, dan faktor kepribadian termasuk dalam faktor ini b. Usaha yang dicurahkan Seberapa jauh seorang karyawan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya akan menunjukkan tingkat motivasi karyawan tersebut, juga akan memengaruhi tingkat kualitas pekerjaan mereka. Faktor ini meliputi etika kerja, kehadiran, dan motivasi karyawan. Berdasarkan teori teori yang telah ditulis oleh penulis, penulis telah membuat kerangka pemikiran yang menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini. 2.1.4 Motivasi Motivasi berasal dari kata latin “Movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Menurut Malayu SP. Hasibuan (2012:191), Motivasi adalah suatu perdagangan keinginan (want) daya penggerak kemauan bekerja seseorang; setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Menurut Anwar Prabu (2013:93), motivasi adalah suatu energi yang membangkitkan dorongan dalam diri dalam mencapai rasa puas. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan serta dirangsang oleh keinginan, kebutuhan, tujuan, keputusannya untuk mendorong orang bekerja untuk memperoleh kebutuhan dan kepuasan dari hasil kerjanya. 2.1.4.1 Proses Timbulnya Motivasi Proses timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan. Proses motivasi terdiri beberapa tahapan proses (Indriyo Gitosudarmo:192) sebagai berikut: 1. Apabila dalam diri manusia itu timbul suatu kebutuhan tertentu dan kebutuhan tersebut belum terpenuhi maka akan menyebabkan lahirnya dorongan untuk berusaha melakukan kegiatan. 2. Apabila kebutuhan belum terpenuhi maka seseorang kemudian akan mencari jalan bagaimana caranya untuk memenuhi kegiatannya. 3. Untuk mencapai tujuan prestasi yang diharapkan maka seseorsng harus didukung oleh kemampuan, keterampilan maupun pengalaman dalam memenuhi segala kebutuhannya. 4. Melakukan evaluasi prestasi secara formal tentang keberhasilan dalam mencapai tujuan yang dilakukan secara bertahap. 5. Seseorang akan bekerja lebih baik apabila mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan dihargai dan diberikan suatu imbalan atau ganjaran. 6. Dari gaji atau imbalan yang diterima kemudian seseorang tersebut dapat mempertimbangkan seberapa besar kebutuhan yang bias terpenuhi dari gaji atau imbalan yang mereka terima. 2.1.4.2 Indikator - Indikator Motivasi Teori motivasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu teori motivasi kepuasan dan teori motivasi proses (Danang Sunyoto, 2012:192). Teori kepuasan tentang motivasi berkaitan dengan faktor yang ada di dalam diri seseorang yang motivasinya. Sedangkan teori proses berkaitan dengan bagaimana motivasi itu terjadi atau bagaimana perilaku itu digerakkan. a. Teori kepuasan (content theory) Teori ini mendasarkan pada faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu sehingga mereka mau melakukan aktifitasnya, jadi mengacau pada diri seseorang. Teori ini mencoba mencari tahu tentang kebutuhan apa yang dapat memuaskan dan yang dapat mendorong semangat kerja seseorang. Kebutuhan penghargaan (esteem needs), kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas faktor kemampuan dan keahlian seseorang serta efektivitas kerja seseorang. b. Teori ERG (Existence, Relatedness, and Growth) dari Alfeder. Sebagaimana halnya teori-teori hierarki kebutuhan, teori ERG dari Clayton Alderfer juga menganggap bahwa orang cenderung meningkat kebutuhannya sejalan dengan terpuaskannya kebutuhan di bawahnya. Menurut ERG ada 3 kelompok kebutuhan yang utama, yaitu: 1. Kebutuhan akan keberadaan (existence needs). Kebutuhan ini berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk juga kebutuhan fisiologis yang di dalamnya meliputi kebutuhan makan, minum, pakaian, perumahan, dan keamanan. Kebutuhan akan afiliasi (relatedness needs) a. Toeri dua faktor Frederick Herzberg Dari hasil penelitian Herzberg menyimpulkan dua hal dua faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya yang disebut dengan faktor pemuas kerja (job satisfier) dan faktor penyebab ketidakpuasan kerja (job dissatifier) yang berkaitan dengan suasana pekerjaan. Faktor-faktor pemuas disebut juga “Motivator” dan faktor penyebab ketidakpuasan kerja disebut faktor higienis (hygience faktors), faktor-faktor yang berperan sebagai motivator terhadap karyawan, yaitu yang mampu memuaskan dan mendorong orang-orang untuk bekerja dengan baik, faktor tersebut terdiri dari: 1. Prestasi adalah motivasi yang mendorong individu untuk mencapai sukses, dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi atau persaingan dengan beberapa ukuran keunggulan. 2. Promosi atau kenaikan pangkat adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang didayagunakan untuk memberitahukan dan mengingat. 3. Penghargaan adalah mencangkup kebutuhan kepercayaan diri, prestasi, kompetensi, pengetahuan, penghargaan diri, dan kebebasan. 4. Tanggung jawab adalah keadaan di mana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. 5. Keberhasilan dalam bekerja 6. Pertumbuhan dan perkembangan pribadi Sedangkan faktor-faktor higienis meliputi: 1. Gaji merupakan balas jasa yang dibayarkan kepada pemimpin, pengawas, pegawai tata usaha, pegawai kantor serta para manajer lainnya. 2. Kondisi kerja merupakan serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja di dalam lingkungan tersebut. 3. Status merupakan keberadaan agar diketahui oleh oranglain. 4. Kualitas supervisi 5. Hubungan antar pribadi 6. Kebijakan dan administrasi perusahaan Faktor-faktor higienis ini bila diadakan perbaikan akan mengurangi rasa ketidakpuasan, dan jika diabaikan maka menambah kekecewaan dan rasa tidak puas para karyawan. a. Teori motivasi prestasi dari Mc. Clelland Teori ini menyatakan bahwan seseorang bekerja memiliki energi potensial yang dapat dimanfaatkan tergantung pada dorongan motivasi, situasi, dan peluang yang ada. David Mc. Clelland meneliti tiga jenis kebutuhan, yaitu: a) Kebutuhan akan prestasi, ciri-cirinya: − Orang yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi memiliki rasa tanggung jawab terhadap pelaksanaan suatu tugas. − Orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi dan ia memiliki suatu keinginan besar untuk dapat berhasil dalam menyelesaikan pekerjaannya. − Orang yang memiliki kebutuhan prestasi tinggi memiliki keinginan untuk bekerja keras guna memperoleh tanggapan atau umpan balik atas pelaksanaan tugasnya. b) Kebutuhan akan afiliasi, ciri-cirinya: − Mereka memiliki suatu keinginan dan mempunyai perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan di mana mereka bekerja. − Mereka cenderung berusaha membina hubungan sosial yang menyenangkan dan rasa saling membantu dengan orang lain. − Mereka memiliki suatu per harian yang sungguh-sunguh terhadap perasaan orang lain. c) Kebutuhan akan kekuasaan, ciri-cirinya: − Keinginan untuk memengaruhi secara langsung terhadap orang lain. − Keinginan untuk mengadakan pengendalian terhadap orang lain. − Adanya suatu upaya untuk menjaga hubungan pimpinan pengikut. − Mereka pada umumnya berusaha mencari posisi pimpinan. b. Teori motivasi proses (process theory of motivasion) Teori ini berusaha agar setiap karyawan mau bekerja giat sesuai dengan harapan. Daya peggerak yang memotivasi semangat kerja terkandung dari harapan yang akan diperolehnya. Jika harapan menjadi kenyataan maka karyawan cenderung akan meningkatkan kualitas kerjanya, begitu pula sebaliknya. Ada 3 macam teori motivasi proses yang utaman (Husein Umar, 1998), antara lain: 1) Teori penghargaan (expectancy theory) Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang mengatakan bahwa seseorang bekerja untuk merealisasikan harapan-harapan dari pekerjaan itu. Teori ini di dasarkan pada 3 kompenen, yaitu: − Harapan, adalah suatu kesempatan yang disediakan dan akan terjadi karena perilaku. − Nilai (value) merupakan nilai yang diakibatkan oleh perilaku tertentu. − Peraturan, yaitu besarnya probabilitas jika bekerja secara efektif maka akan mengarahkan ke hasil-hasil yang menguntungkan. 2) Teori keadilan Dalam hal ini suatu keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, jadi atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya secara objektif. Dalam teori keadilan, masukan (inputs) meliputi faktor-faktor seperti, tingkat pendidikan, keahlian, upaya, masa kerja, kepangkatan dan produktifitas. Sedangkan hasil (outcome) adalah semua imbalan yang dihasilkan dari pekerjaan seseorang seperti: gaji, promosi, penghargaan, prestasi, dan status. 3) Teori penguatan Ada tiga jenis penguatan yang dapat dipergunakan manajer untuk memodifikasi motivasi karyawan, yaitu: 1. Penguatan positif, bisa penguat primer seperti minum dan makanan yang memuaskan kebutuhan biologis, ataupun penguat sekunder seperti penghargaan berwujud hadiah, promosi dan uang. 2. Penguat negatif, di mana individu akan mempelajari perilaku yang membawa konsekuensi tidak menyenangkan dan kemudian menghindari perilaku tersebut di masa mendatang. 3. Hukuman, penerapan hukuman dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan perilaku yang tidak diinginkan akan diulang kembali. 2.1.4.3 Tujuan Pemberian Motivasi Tujuan pemberian motivasi antara lain mendorong gairah dan semangat kerja karyawan, meningkat moral dan keputusan kerja karyawan, meningkatkan produktifitas karja karyawan, mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan, meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik, menigkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan, meningkatkan kesejahteraan karyawan, mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya. 2.1.5 Lingkungan Kerja Menurut Robbins (2003:86), lingkungan adalah lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan diluar yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Lingkungan dirumuskan menjadi dua yaitu lingkungan umum dan lingkungan khusus. Lingkungan umum adalah segala sesuatu di luar organisasi yang memilki potensi untuk memengaruhi organisasi. Lingkungan ini berupa kondisi social dan teknologi. Sedangkan, lingkungan khusus adalah bagian lingkungan yang secara langsung berkaitan dengan pencapaian sasaran-sasaran sebuah organisasi. Berbeda dengan Robbins yang mendefinisikan apa yang dimaksud dengan lingkungan serta membaginya ke dalam dua jenis lingkungan, Sedarmayanti dan Mardiana mendefinisikan Sedarmayanti (2001:21) apa yang dimaksud dengan mendefinisikan lingkungan kerja lingkungan sebagai kerja. berikut: lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Sedangkan, menurut Mardiana (2005:29) lingkungan kerjaa dalah lingkungan di mana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat memengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja di mana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan bertahan di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimas prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesame pegawai dan hubungan kerjaan antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang berada disekitar karyawan pada saat mereka bekerja, baik berbentuk fisik maupun non fisik, secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat memengaruhi diri seorang karyawan dan pekerjaan mereka pada saat bekerja. Dengan demikian, lingkungan kerja menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan. Lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja karyawan, dan sebaliknya lingkungan kerja yang baik dapat meningkatkan kinerja karyawan. 2.1.5.1 Jenis Lingkungan Kerja Menurut Sedarmayanti (2011:26), jenis lingkungan kerja dibagi menjadi 2 yaitu : lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Sedarmayanti (2011:26) menyatakan bahwa, lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar lingkungan tempat kerja yang dapat memengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: lingkungan yang berhubungan langsung dan lingkungan perantara. Lingkungan yang berhubungan langsung dengan karyawan (seperti: pusat kerja, kursi, meja, dan sebagainya). Sedangkan, lingkungan perantara dapat juga disebut lingkungan kerja yang memengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, tata warna dan lain-lain. Sedarmayanti (2011:26) pun mendefinisikan lingkungan kerja non fisik sebagai berikut: lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesame rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Alex. S Nitisemito (2000:171) juga menambahkan mengenai lingkungan kerja non fisik bahwa, perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerjasama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri. 2.1.5.2 Indikator – Indikator Lingkungan Kerja Sedarmayanti (2011:28) menguraikan dua belas indikator lingkungan kerja, diantaranya adalah penerangan, temperatur, kelembaban, sirkulasi, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, tata warna, dekorasi, musik, keamanan dan hubungan kerja. Berikut akan dijelaskan mengenai indikator-indikator tersebut. A. Lingkungan Kerja Fisik 1) Penerangan. Penerangan atau cahaya sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan atau cahaya yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai. 2) Temperatur udara. Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperature berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dengan temperatur luar jika perusahaan temperature luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 33% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan dapat hidup. 3) Kelembapan Kelembapan adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam presentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan memengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya. 4) Siklus udara Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara disekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen disekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja. 5) Kebisingan. Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat. Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang. 6) Getaran mekanis. Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun frekuensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekuensi alam ini beresonansi dengan frekuensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal, kosentrasi bekerja, datangnya kelelahan dan timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap: mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain. 7) Bau-bauan. Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat memengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air condition (AC) yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu disekitar tempat kerja. 8) Tata warna. Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaikbaiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia. 9) Dekorasi. Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja. 10) Musik. Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja. 11) Keamanan. Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM). B. Lingkungan Kerja Non Fisik 12) Hubungan kerja. Hubungan kerja merupakan semua keadaan yang terjadi, baik hubungan kerja dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, maupun dengan bawahan. 13) Suasana Kerja Suasana kerja merupakan kondisi kerja yang kondusif seperti suasana yang nyaman atau tidak. Hubungan kerja merupakan semua keadaan yang terjadi, baik hubungan kerja dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, maupun dengan bawahan. Dengan demikian, Sedarmayanti (2011:28) menyatakanbahwa yang menjadiindikator-indikatorlingkungankerjameliputi: penerangan, temperatur udara, kelembaban, sirkulasi, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, tata warna, dekorasi, musik, keamanan dan hubungan kerja. 2.1.6 Kompensasi Kompensasi merupakan penting dalam hubungannya dengan karyawan. Kompensasi meliputi bentuk pembayaran tunai langsung, pembayaran tidak langsung dalam bentuk manfaat karyawan dan insentif untuk memotivasi karyawan agar bekerja keras untuk mencapai produktivitas yang semakin tinggi. Jika dikelola dengan baik, kompensasi membantu perusahaan untuk memcapai tujuan dan memperoleh, serta memelihara karyawan dengan baik. Sebaliknya tanpa kompensasi yang cukup, karyawan yang ada sangat mungkin untuk meninggalkan perusahaan dan untuk melakukan penempatan kembali tidaklah mudah. Akibat ketidakpuasan dalam pembayaran akan mengurangi kinerja, motivasi bekerja kurang, meningkatkan keluhan, penyebab mogok kerja, dan mengarah pada tindakan-tindakan fisik dan psikologis, seperti ketidakhadiran. Menurut Marihot Tua E.H dalam danang (2011:153), kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus, insentif, dan tujuan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti, dan lain-lainnya. Pembayaran kompensasi di atas ada yang dikaitkan langsung dengan kinerja seperti upah atau gaji, bonus, dan komisi sehingga sering disebut kompensasi langsung, dan ada yang tidak dikaitkan langsung dengan kinerja sebagai upaya meningkatkan ketenangan dan kepuasan kerja pegawai seperti tunjangan-tunjangan. Menurut S.Mangkuprawati (2011:154), kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai penukar dari pengaruh jasa mereka pada perusahaan. Dengan demekian kompensasi mengandung arti tidak sekedar hanya dalam bentuk financial saja, seperti yang langsung berupa gaji, upah, komisi dan bonus, serta tidak langsung berupa asuransi bantuan sosial, uang cuti, uang pensiun, pendidikan dan sebagainya tetapi juga bentuk bukan finansial. Bentuk ini berupa pekerjaan dan lingkungan pekerjaan. Bentuk pekerjaan berupa tanggung jawab, perhatian, kesempatan dan penghargaan, sementara bantuk lingkungan pekerjaan berupa kondisi kerja, pembagian kerja, status dan kebijakan. Jadi menurut Cascio F.W., dikutip Nitisemito (2012:154) penghargaan untuk menjembatani jurang antara tujuan perusahaan dan darapan, serta aspirasi individual perlu diadakan. Agar efektif, system penghargaan perusahaan hendaknya menyediakan empat hal, yaitu: 1. Tujuan penghargaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. 2. Keadilan dengan pasar eksternal. 3. Keadilan dalam perusahaan. 4. Perlakuan individu perilaku perusahaan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka. Jadi dalam sisi yang lebih luas system penghargaan finansial dirancang agar mampu menarik perhatian, mempertahankan, dan mendorong karyawan agar bekerja dengan kinerja pekerja. 2.1.6.1 Tujuan Pemberiaan Kompensasi Suatu organisasi dalam memberikan sejumlah kompensasi kepada para karyawan, tentu saja mempunyai maksud atau tujuan-tujuan tertentu, di mana tujuan tersebut merupakan konsekuensi yang harus “dipikul” oleh para karyawan. Menurut T.Hani Handoko dalam danang (2012:155) tujuan-tujuan yang hendak dicapai melalui administrasi kompensasi adalah: a) Memperoleh personalia yang qualified Kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi untuk menarik para pelamar. Karena perusahaan-perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja, tingkat pengupahan harus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan teaga kerja. Kadang-kadang tingkat gaji relative tinggi diperlukan untuk menarik para pelamar cakap yang sudah bekerja di berbagai perusahaan lain. b) Mempertahankan para karyawan yang ada sekarang Jika tingkat kompensasi tidak kompetitif, maka banyak karyawan yang baik akan keluar. Untuk mencegah perputaran karyawan, pengupahan harus dijaga agar tetap kompetitif dengan perusahaan-perusahaan lain. c) Menjamin keadilan Administrasi pengupahan dan penggajian berusaha untuk memenuhi prinsip keadilan. keadilan atau konsistensi internal dan eksternal sangat penting diperhatikan dalam penentuan tingkat kompensasi. d) Menghargai perilaku yang diinginkan Kompensasi hendaknya mendorong perilaku-perilaku yang diinginkan. Prestaso kerja yang baik, pengalaman, kesetiaan, tanggung jawab baru dan perilaku-perilaku lain dapat dihargai melalui rencana kompensasi yang efektif. e) Mengendalikan biaya-biaya Suatu progam kompensasi yang rasional membantu organisasi untuk mendapatkan dan mempertahankan sumber daya manusia pada tingkat biaya yang layak. Tanpa struktur pengupahan dan pengajian sistematik organisasi dapat membayar kurang atau lebih kepada para karyawan. f) Memenuhi peraturan-peraturan legal Seperti aspek-aspek manajemem sumber daya manusia lainnya, administrasi kompensasi menghadapi batasan-batasan legal. Program kompensasi yang baik memerhatikan kendala-kendala tersebut dan memenuhi semua peraturan pemerintah yang mengatur kompensasi karyawan. a. Bagi para pekerja Ada beberapa alasan mengenai perkiraan penggajian tersebut, yaitu: 1) Para pegawai ingin mengetahui penggajian sehingga mereka bisa membuat rencana keuangan mereka, merencanakan liburan, atau untuk kepentingan pension. 2) Para pekerja juga ingin menilai apakah upah yang mereka terima adil. Ini berarti mereka ingin keterbukaan gaji dan keuntungan dalam organisasi, dan keterbukaan kriteria yang dipakai untuk menilai suatu pekerjaan. 3) Para pegawai ingin memaksimumkan gaji dan tunjangan. 2.1.6.2 Indikator-Indikator Kompensasi Menurut Marihot Tua E.H dalam danang (2011) kompensasi mempunyai dua komponen sebagai berikut : a. Pembayaran secara langsung (direct financial payment) dalam bentuk gaji, dan intensif atau bonus/komisi. 1. Gaji Yang dimaksud gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan secara teratur kepada seorang pegawai atas jasa dan hasil kerjanya. Gaji sering juga disebut sebagai upah, dimana keduanya merupakan suatu bentuk kompensasi, yakni imbalan jasa yang diberikan secara teratur atas prestasi kerja yang diberikan kepada seorang pegawai. Perbedaan gaji dan upah hanya terletak pada kuatnya ikatan kerja dan jangka waktu penerimaannya. Seseorang menerima gaji apabila ikatan kerjanya kuat, sedang seseorang menerima upah apabila ikatannya kerjanya kurang kuat. Dilihat dari jangka waktu penerimaannya, gaji pada umumnya diberikan pada setiap akhir bulan, sedang upah diberikan pada setiap hari ataupun setiap minggu. Dalam hal ini, pengertian gaji untuk seterusnya disebut sebagai gaji pokok. 2. Insentif Penghasilan tambahan yang akan diberikan kepada para karyawan yang dapat memberikan prestasi sesuai dengan yang telah ditetapkan. Untuk memberikan tanggungjawab dan dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin bahwa karyawan akan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. 3. Bonus salah satu tools untuk meningkatkan Sales bagi Team dilapangan. Sistem Bonus yang baik dan benar tidak hanya berpengaruh pada pencapaian perorangan namun juga kepada pencapaian Team secara keseluruhan. Merupakan hal penting untuk menyusun sistem Bonus yang tidak hanya bermanfaat untuk perseorangan namun juga untuk Team, baik level Store, Area, Nasional hingga ke perusahaan. Kesalahan dalam membuat sistem Bonus seringkali menjadi pangkal konflik tiada akhir untuk perusahaan. b. Pembayaran secara tidak langsung (indirect payment) dalam bentuk tunjangan dan asuransi. 1. Tunjangan Suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok, seperti Tunjangan Isteri; Tunjangan Anak; Tunjangan Perumahan; Tunjangan Kematian; Tunjangan Daerah dan lain-lain. Tunjangan Makan dan Tunjangan Transport dapat dimasukan dalam komponen tunjangan tetap apabila pemberian tunjangan tersebut tidak dikaitkan dengan kehadiran, dan diterima secara tetap oleh pekerja menurut satuan waktu, harian atau bulanan. 2. Asuransi Suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu. 2.2 Kerangka Pemikiran Berdasarkan penjelasan di atas, penulis ingin menarik kesimpulan mengenai hubungan masing-masing variabel tersebut dalam sebuah kerangka pemikiran seperti dibawah ini: Organizational Environment (X1): 1. Lingkungan fisik 2. Lingkungan non fisik Kinerja Karyawan (Z): 1. Kemampuan individu 2. Usaha yang dicurahkan 3. Dukungan organisational Motivasi (Y): 1. Faktor pemuas 2. Faktor higienis Kompensasi (X2): 1. Pembayaran secara langsung. 2. Pembayaran secara tidak langsung. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis 2015 Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat, menformulasikan hipotesis yang menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini. Berikut adalah hipotesis yang menjadi dasar pemikiran penulis. 2.3 Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang ada pada Bab 1 dan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Untuk T-1 − Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap motivasi pada PT. Mulia Sasmita Bhkati. − Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan lingkungan kerja terhadap motivasi pada PT. Mulia Sasmita Bhkati. antara 2. Untuk T-2 • Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap motivasi pada PT. Mulia Sasmita Bhkati. • Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap motivasi pada PT. Mulia Sasmita Bhkati. 3. Untuk T-3 • Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Mulia Sasmita Bhkati. • Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Mulia Sasmita Bhkati. 4. Untuk T-4 • Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Mulia Sasmita Bhkati. • Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Mulia Sasmita Bhkati. 5. Untuk T-5 • Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Mulia Sasmita Bhkati. • Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Mulia Sasmita Bhkati. 6. Untuk T-6 • Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap motivasi yang berdampak kinerja karyawan pada PT. Mulia Sasmita Bhakti • Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap motivasi yang berdampak kinerja karyawan pada PT. Mulia Sasmita Bhakti 7. Untuk T-7 • Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap motivasi yang berdampak kinerja karyawan pada PT. Mulia Sasmita Bhakti • Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap motivasi yang berdampak kinerja karyawan pada PT. Mulia Sasmita Bhakti