Bab 1 - Library Binus

advertisement
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.
Psikologi olahraga di Indonesia merupakan cabang psikologi yang sangat baru,
sekalipun pada praktiknya kegiatan para psikolog pada berbagai cabang olahraga di
Indonesia telah berlangsung beberapa tahun lamanya. Secara resmi Ikatan Psikologi
Olahraga (IPO) di Indonesia yang berada dibawah naungan Himpunan Psikologi
Indonesia (HIMPSI) baru dibentuk tanggal 3 Maret 1999 dan ditandatangani secara
resmi pada tanggal 24 Juli 1999 (Satiadarma, 2000).
Psikologi olahraga merupakan cabang Ilmu Psikologi yang memiliki prospek
keilmuan yang cukup luas. Hal ini berkaitan dengan tuntutan olahraga yang semakin
tinggi karena adanya perubahan dalam bidang industri yang melibatkan nominal yang
besar. Selain itu, kebutuhan untuk membangun kesehatan diri sendiri melalui
pendekatan kejiwaan akan memunculkan kesadaran dalam berkonsultasi dengan para
ahli yang memahami kedua bidang tersebut yaitu olahraga dan industri.
Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Sistem Keolahragaan Nasional bab I ketentuan umum pasal 1 yaitu olahraga adalah
segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan
potensi jasmani, rohani, dan sosial. Peran psikologi dalam olahraga prestasi telah
dijelaskan dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor: 3 tahun 2005 tentang
sistem Keolahragaan Nasional yang lebih dikenal dengan undang–undang olahraga,
secara eksplisit menegaskan bahwa olahraga prestasi adalah olahraga yang membina
dan mengembangkan olahragawan1secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan
melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan (Dimyati, 2006).
Didukung pula dengan fenomena yang berkaitan dengan turunnya prestasi
olahraga di Indonesia di kancah Olimpiade London 2012. Menurut Rohmani (dalam
Sudarsono, 2012) menurunnya prestasi Indonesia di kancah Olimpiade menjadi hal
yang mendesak dan pemerintah jangan memandang olahraga dengan sebelah mata.
Bila tidak dilakukan dengan segera dan cermat, prestasi olahraga nasional akan terus
menurun. Saat ini banyak kegiatan olahraga yang menjadi pilar penting dalam
melakukan hubungan diplomasi dengan negara lain.
Beberapa contoh diantaranya
adalah olahraga sepak bola, bulu tangkis, dan tenis. Olahraga bisa menjadi media
komunikasi yang efektif tentang Indonesia di mata internasional.
Bidang olahraga bulu tangkis banyak digemari berbagai kalangan baik muda
maupun tua di Indonesia. Namun saat ini prestasi bulu tangkis di Indonesia sedang
menurun, hal ini didukung dengan gagalnya atlet bulu tangkis nasional untuk
mempertahankan medali emas di ajang Olimpiade London 2012 (Herumawan, 2012).
Menurut Setyobroto (2002) mengatakan bahwa dunia olahraga kini tidak lagi
sekedar mengandalkan bakat, kekuatan, kecepatan, dan kelenturan yang didapat dari
fisik. Di samping itu ada faktor lain yang diluar dari konteks fisik yaitu psikis. Suatu
latihan fisik yang telah dilakukan dengan mengikuti semua prosedur dengan benar akan
sia–sia tanpa adanya faktor psikologis. Seorang atlet juga harus meningkatkan stabilitas
emosional khususnya untuk menghadapi perasaan negatif seperti rasa kecewa,
khawatir, takut kalah dan lainnya. Hal ini didukung oleh Santosa (2005, dalam Yulianto,
2006) berpendapat bahwa untuk dapat berprestasi atlet perlu dipersiapkan mentalnya
agar mereka mampu mengatasi ketegangan yang sering dihadapinya baik pada saat
berlatih berat maupun pada saat berkompetisi. Pembinaan mental dilakukan agar atlet
mudah berlatih dan dapat melakukan konsentrasi serta pengendalian diri, sehingga
pada saat-saat kritis tetap dapat mengambil keputusan dan melakukan koordinasi diri
dengan baik.
Menurut Goleman (2007) mengemukakan kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan kecerdasan, menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosi
dapat berkaitan dengan prestasi karena adanya rasa emosi yang memuncak sehingga
menimbulkan suatu tindakan ceroboh. Sejalan dengan pandangan Suranto (2005,
dalam Anggraeni, 2013) mengatakan bahwa kecerdasan merupakan faktor penting yang
menentukan kemenangan dalam pertandingan olahraga. Selain faktor kecerdasan, ada
faktor lain yang dapat mempengaruhi atlet dalam meraih prestasi yaitu aspek mental
atau psikologis.
Menurut Anggraeni (2012) mengatakan bahwa ada tiga aspek mental atau
psikologis yang berkaitan dengan prestasi olahraga yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
Kognitif yaitu berkaitan dengan cara berfikir dan kecerdasan, termasuk adanya daya
analisis, konsentrasi, dan pengambilan keputusan. Afektif yaitu berkaitan dengan
perasaan dan emosi. Terakhir konatif yaitu berkaitan dengan tingkah laku. Begitu juga
dalam olahraga, ketiga aspek ini mempunyai fungsi yaitu kognitif berguna untuk
mengembangkan strategi permainan, afektif berguna untuk mengendalikan emosi serta
meningkatkan semangat, dan konatif berguna untuk memupuk sportivitas.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa untuk meraih sebuah prestasi yang
tinggi, seorang atlet tidak hanya memperhatikan aspek fisik dan teknik saja melainkan
adanya kesinambungan antara faktor teknik, fisik maupun psikologis. Berdasarkan
penjelasan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan
antara kemampuan personal (personal competence) personal dalam kecerdasan emosi
dengan prestasi pada atlet bulu tangkis tingkat nasional.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan fenomena yang dikemukakan pada latar belakang, maka
pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara kemampuan personal (personal competence)
dalam kecerdasan emosi dengan prestasi bulu tangkis tingkat nasional?
2. Apakah hubungan antara kemampuan personal (personal competence)
dalam kecerdasan emosi dan prestasi berlaku sama untuk atlet laki–laki dan
perempuan?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak
antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan
prestasi pada atlet bulu tangkis tingkat nasional. Selain itu juga untuk melihat
kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dan prestasi
yang dimiliki oleh atlet perempuan dan laki–laki berlaku dengan sama atau tidak.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Keilmuan
Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
perkembangan psikologi olahraga di Indonesia terutama dalam bidang olahraga bulu
tangkis, juga bagi psikologi pendidikan, psikologi sosial, dan sebagai bahan
pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.
1.4.2
Manfaat Praktis
Memberikan penjelasan serta pembinaan bagi para atlet perihal kemampuan
personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi. Khususnya
bagi para atlet bulu tangkis di Indonesia yang telah mempunyai prestasi tingkat nasional.
 Manfaat bagi pelatih.
Dengan adanya penjelasan tentang kemampuan personal (personal competence) dalam
kecerdasan emosi dengan prestasi, diharapkan pelatih dapat menemukan cara-cara
efektif atau sebagai sebuah pembinaan, guna membantu untuk meningkatkan
kecerdasan emosi pada para atlet. Selain itu pelatih dapat lebih peka kepada para atlet
khususnya dalam hal suatu profil psikologi yang berperan penting dalam hal suatu
prestasi.
 Manfaat bagi atlet.
Dengan adanya penjelasan tentang kemampuan personal (personal competence) dalam
kecerdasan emosi dengan prestasi, diharapkan dapat dijadikan acuan untuk
mempertahankan serta meningkatkan kemampuan personal (personal competence)
dalam kecerdasan emosi agar para atlet dapat memiliki prestasi yang baik dan
maksimal dalam setiap penampilannya.
Download