BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Lembaga SIT

advertisement
8
BAB II
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
2.1. Sejarah Lembaga
SIT Darul Abidin berada di bawah naungan Yayasan Darul Abidin
Depok. Di atas lahan 2.500 m2, bangunan pertama didirikan pada tahun 1997 dan
pada saat itu SIT Darul Abidin hanya memiliki beberapa lokal sekolah dasar
dengan 50 orang siswa. Saat ini SIT Darul Abidin memperluas lahannya sehingga
mencapai 1,2 hektar dan memiliki beberapa gedung untuk level TK, SD, dan SMP
dan fasilitas sekolah seperti Masjid, Laboratorium Komputer, Lapangan, dan
kantin.
Siswa SIT Darul Abidin saat ini mencapai 750 siswa dengan 93 orang
guru berbagai tingkatan. Yayasan Darul Abidin Depok merupakan yayasan
keluarga dengan ketua yayasannya Bpk. H. Indra T Abidin, seorang mantan
pejabat pemerintahan dan senior manajer pada perusahaan swasta nasional.
2.2. Visi, Misi, dan Tujuan
Visi SIT Darul Abidin adalah:
“Menjadi Institusi Pendidikan yang Membangun Generasi Robbani dan Berjuang
Melakukan yang Terbaik” (To be Educational Institution that Develop Robbani
Generation and Strive for Excellent)
Misi SIT Darul Abidin adalah sebagai berikut:
8
9
1.
Islamic Character, yaitu membangun dan mengembangkan pendidikan
karakter Islami dalam anak didik dan mengintegrasikannya ke dalam
kehidupan sehari-hari.
2.
Holistic Education, yaitu mengembangkan pendidikan yang menyentuh
segala aspek pribadi siswa dengan pendekatan yang komprehensif dan
menyeluruh.
3.
Engaging & Fun Learning, yaitu mengembangkan pendidikan yang
melibatkan seluruh potensi anak sekaligus mengembangkan pengalaman
belajar yang menyenangkan.
2.3. Lingkup Bidang Usaha
SIT Darul Abidin (SITDA) memiliki lingkup bidang usaha dalam
penyelenggaraan pendidikan formal khususnya dan pendidikan secara umum. Saat
ini SITDA menyelenggarakan pendidikan untuk tingkat pre-elementary
(Playgroup, TK), tingkat elementary (SD), dan tingkat middle school (SMP).
Selain pendidikan formal, SITDA juga memiliki unit-unit bisnis yang
masih dalam ruang lingkup pendidikan seperti unit Laboratorium Komputer,
Koperasi Guru dan Bimbingan Qur’an, Semua itu dijalankan masih dalam satu
lokasi.
10
2.4. Sumber Daya
SITDA memiliki sumber daya manusia sebanyak 127 orang yang meliputi
14 orang guru dengan jabatan structural (pimpinan), 79 orang guru fungsional,
dan 34 orang staff. Sumber keuangan SITDA adalah mengandalkan dari uang
masuk dan SPP siswa, sedikit keuntungan unit bisnis, dan suntikan dana dari
yayasan.
2.5. Tantangan yang Dihadapi Sekolah
Dalam dunia pendidikan, istilah bisnis dalam konteks keuntungan
finansial, menjadi suatu yang tidak populer. Hal ini disebabkan karena besarnya
biaya operasional pendidikan, sementara konsumen – dalam hal ini orangtua
siswa- tidak dapat dibebankan biaya terlalu besar.
Sekolah-sekolah swasta seperti SITDA menghadapi tantangan yang
semakin besar dalam mencari siswa baru seiring dengan kebijakan pemerintah
untuk menggratiskan sekolah-sekolah negeri. Hal ini diartikan, sekolah swasta
seperti SITDA harus mampu memberikan nilai (value) yang lebih dari sekedar
yang diberikan oleh sekolah-sekolah negeri. Padahal sekolah-sekolah negeri
didukung penuh oleh pemerintah dalam hal fasilitas dan program pengembangan
akademis siswa. Dengan program penambahan daya tampung sekolah negeri –
dengan penambahan ruang kelas maupun pembukaan sekolah baru- oleh
pemerintah, maka pasar dari sekolah swasta semakin sempit dan eksklusif.
Dampaknya, di antara sekolah-sekolah swasta semakin ketat bersaing
menawarkan ide dan model pendidikan yang unik dan unggul. Persaingan ini
11
tidak hanya dalam program pendidikannya, namun juga kepada fasilitas fisik, dan
biaya pendidikan.
Di masa-masa yang akan datang, eksistensi sekolah swasta akan semakin
tergantung dari kreatifitas dan inovasi yang dilakukan oleh SDM yang berada di
dalamnya.
2.6. Proses Pendidikan
Sekolah seringkali dikatakan sebagai tempat mencetak generasi yang
unggul. Hal ini sudah menjadi keyakinan dan steorotype masyarakat tidak hanya
di Indonesia, namun juga seluruh dunia, bahwa sekolah masih menjadi sebuah
lembaga yang memiliki kemampuan merubah seseorang dari tidak bisa menjadi
bisa, dari tidak terampil menjadi terampil, tidak faham menjadi faham, dan tidak
berkarakter menjadi memiliki karakter yang baik.
Semua orangtua yang mengantarkan anaknya untuk mengikuti proses
belajar di sekolah, menghendaki anaknya menjadi seseorang yang cerdas, santun
dan memiliki keterampilan hidup (life skill) yang memadai.
Sehingga sekolah menjalankan sebuah proses untuk merubah manusia
(peserta didik) yang merupakan bahan mentah menjadi seseorang yang lebih baik
sesuai dengan visi dan misi pendidikan. Proses tersebut adalah proses belajar
mengajar yang dilakukan selama jangka waktu tertentu dengan menyertakan
sistim pengajarannya, sarana dan pra sarananya, dan evaluasi pengajaran.
Hasilnya secara formal adalah sebuah penyataan tertulis dalam bentuk narasi dan
angka-angka tentang kemajuan dan keberhasilan peserta didik.
12
Penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah juga terkait dengan sistem
pendidikan yang menjadi porsi dari institusi Negara dalam hal ini Kementrian
Pendidikan Nasional, yang berkewajiban melakukan fungsi administratif maupun
kontekstual dalam hal pengarahan, pendampingan, penilaian. Kemendiknas juga
mengatur mekanisme penyelenggaraan sebuah sekolah mulai dari perizinan,
standard sarana dan pra sarana, standard isi, dan tenaga pendidik. Sehingga
berjalannya proses pendidikan di sekolah dapat dipertanggung jawabkan.
2.5.1. Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT)
Jenjang awal yang ditawarkan kepada masyarakat umum di SIT Darul
Abidin adalah Taman Kanak-kanak yang di dalamnya sudah menawarkan kelas
yang melayani anak dengan umur yang lebih rendah seperti toddler (usia mulai 3
bulan) dan playgroup (usia 3 sampai 4 tahun). Taman Kanak-kanak Darul Abidin
di desain dengan model pembelajaran active learning dan multiple intelligence
dengan sentra-sentra kegiatan belajar mengajar. Sehingga siswa-siswi dapat
tergali bakat intelektualnya dengan cara yang menyenangkan. Sedangkan
kurikulum yang dibangun adalah dengan mengintegrasikannya dengan muatan
keagamaan Islam. Jenjang TK ini umumnya ditempuh selama 2 tahun, yaitu TKA
(5-6 tahun) dan TKB (6-7 tahun).
2.5.2. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
Jenjang berikutnya adalah Sekolah Dasar (SD). SD ditempuh selama 6
tahun mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, dengan syarat minimum usia saat
13
awal ajaran baru di kelas 1 adalah 7 tahun. Siswa-siswi yang hendak masuk ke
SDIT Darul Abidin, terlebih dahulu dites perkembangan emosionalnya dan
kesiapan belajarnya. Sehingga siswa yang belum cukup umur dapat terdeteksi
untuk diobservasi lebih lanjut atau disarankan kembali ke jenjang TK untuk
pematangan emosional dan kesiapan belajarnya.
Baik pendekatan belajar maupun metode yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar pada umumya adalah sama, yaitu belajar aktif (active learning)
dan mengakomodasi siswa dengan kebutuhan khusus walaupun secara terbatas.
2.5.3. Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT
Jenjang selanjutnya adalah kelas 7 sampai dengan 9 yang masuk ke
dalam jenjang SMP. Di SMPIT Darul Abidin, siswa-siswi belajar dengan
pendekatan yang sedikit berbeda. Selain dengan metode belajar aktif, siswa-siswi
juga ditawarkan mengikuti beberapa pelajaran dan kegiatan belajar mengajar yang
sesuai dengan bakat,kemampuan, dan minat siswa. Siswa juga mendapatkan
pengalaman belajar yang lain dengan system kelas berpindah (running class atau
moving class), sehingga siswa dapat lebih dinamis dan terhindar dari kebosanan.
Untuk menambah wawasan, siswa juga memiliki beberapa project untuk
diselesaikan selama menempuh studi di SMPIT Darul Abidin di antaranya project
riset ilmiah, project seni dan budaya, dan project bersama berupa teknologi
terapan seperti berternak hewan dan mengelola laboratorium alam berupa kebunkebun sekolah.
14
Saat ini SIT Darul Abidin belum membuka jenjang SMA dikarenakan
belum tersedianya lahan dan pendanaan yang memadai.
Download