BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang menjadi masalah di Indonesia. Nyamuk Anopheles betina merupakan media pembawa parasit Plasmodium. Sampai saat ini, terdapat lima spesies protozoa dari parasit genus Plasmodium. Plasmodium falciparum merupakan satu spesies yang sangat mematikan dan sudah menjadi resisten terhadap obat yang biasa digunakan (seperti khlorokuin, antifolat dan aminoalkohol). Begitu pula dengan artemisinin juga sudah menjadi resisten (Di Marino dkk. 2015). Banyak penelitian dilakukan untuk menemukan obat yang ampuh dalam menyembuhkan malaria, tetapi obat yang ampuh untuk menyembuhkan malaria sulit ditemukan. Mudahnya parasit Plasmodium bermutasi menyebabkan obat tidak dapat lagi digunakan untuk menyembuhkan. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti untuk melakukan penelitian guna menemukan obat yang ampuh sebagai penyembuh malaria. PfATP6 merupakan protein yang berasal dari parasit P. falciparum. Protein ini sudah bermutasi pada berbagai area. Sampai saat ini sudah ditemukan delapan jenis mutasi (Fernandez-Martinez dkk. 2013 ). Kondisi mutasi inilah yang menyebabkan obat yang sudah ada menjadi tidak dapat digunakan kembali karena ada perubahan struktur pada protein. Guimarães dkk. (2015) telah melakukan pengumpulan data mengenai aktivitas PfATP6. Meskipun pada kenyataannya telah terjadi mutasi, namun kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa PfATP6 dapat diusulkan menjadi target yang potensial untuk antimalaria semisintetik. Kondisi optimisasi lebih lanjut dari senyawa uji ini dapat menghasilkan obat antimalaria yang lebih poten dan selektif. Perubahan struktur protein target, menyebabkan artemisinin yang selama ini menjadi obat antimalaria menjadi kurang ampuh. Dengan demikian para 1 2 peneliti terus melakukan pengembangan untuk menemukan obat baru. Akar tanaman pasak bumi diduga memiliki kemampuan untuk menginhibisi perkembangbiakan parasit Plasmodium dalam tubuh. Penelitian terdahulu sudah berhasil mengisolasi 5 senyawa turunan eurikumanon yang terdapat dalam akar tumbuhan pasak bumi (Kuo dkk. 2003). Salah satu senyawa hasil isolasi telah diuji oleh Setyawan (2015) yakni eurikumalida A. Penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak metanol akar pasak bumi sitotosik terhadap kultur sel HeLa dengan nilai IC50= 46,9 – 58,6 μg/mL (Mustofa dan Qomariah, 2004). Pada penelitian ini akan diuji salah satu senyawa hasil isolasi dari akar tanaman pasak bumi. Hal ini didasari dari berbagai penelitian yang menyebutkan bahwa senyawa yang terkandung dalam akar tanaman pasak bumi memiliki aktivitas antimalaria cukup tinggi. Senyawa yang dipilih adalah 13β,21Dihidroksieurikomanol, mengingat struktur dari senyawa tersebut yang memiliki gugus polar (oksigen) lebih banyak dibanding dengan eurikumalida A. Berdasarkan hal ini sangat dimungkinkan interaksi antara ligan dengan protein lebih kuat dan aktivitas yang lebih baik. I.2 Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk : 1. Menentukan konformasi yang stabil antara ligan 13β,21- Dihidroksieurikumanol (DEK) dengan protein PfATP6 melalui penambatan molekular. 2. Mengetahui peranan molekul air terhadap kestabilan kompleks DEK-PfATP6 melalui simulasi dinamika molekular. I.3 Manfaat Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tambahan tentang kelarutan dan energi hidrasi ligan DEK dalam pelarut air. Interaksi yang terjadi antara ligan DEK dengan reseptor protein PfATP6 dalam kondisi dinamis sehingga dapat diperoleh informasi residu asam amino dari PfATP6 apa saja yang berinteraksi dan berikatan paling stabil dengan ligan DEK