Untitled

advertisement
HUKUM
HUBUNGAN INDUSTRIAL
KETENAGAKERJAAN
i
ii
Mustaqiem,Dr.,SH.,M.Si
HUKUM
HUBUNGAN INDUSTRIAL
KETENAGAKERJAAN
iii
HUKUM HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN
@Penulis
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit
Cetakan Pertama, Juni 2014
xiv+ 122 hlm.; 14 x 21 cm
ISBN: 978-602-7636-27-9
Penulis
: Mustaqiem,Dr.,SH.,M.Si
Perancang Sampul & Penata Letak : Ibnu Teguh W
Diterbitkan oleh:
Buku Litera Yogyakarta
Minggiran MJ II/1378, RT 63/17
Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta
Telp. 0274-388895, 08179407446
[email protected]
Dicetak oleh :
Mata Padi Presindo,
Minggiran MJ II/ 1378 Rt. 63/17, Kel. Suryodiningratan,
Mantrijeron, Yogyakarta
Telp. 0274-388895, 081 7940 7446
E-mail: [email protected]
iv
PERSEMBAHAN
Kepada guru-guruku, terutama
Bapak dan Ibuku yang
telah membekali Ilmu.
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadlirat Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi kemampuan dan kesempatan kepada kita, sehingga dapat
memanfaatkan waktu untuk mengerjakan dan menyelesaikan
berbagai kegiatan. Kemampuan dan kesempatan yang diperoleh
penyusun adalah dapat memanfaatkan waktu untuk menyelesaikan
penyusunan buku ini yang berjudul : Hukum Hubungan Industrial
Ketenagakerjaan.
Tujuan penyusunan buku ini, adalah penyusun ingin
turut serta menambah bahan bacaan khususnya dibidang hukum
hubungan industrial ketenagakerjaan.Karena bidang ini, merupakan
bidang yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat waktu dahulu,
sekarang maupun yang akan datang.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Sivii
Dengan hadirnya buku ini, selain dapat menambah bacaan
juga diharapka siapapun yang membaca dapat memperoleh tambahan
pengetahuan dan wawasan dibidang hukum hubungan industrial
ketenagakerjaan. Sebab bidang ini dalam kehidupan manusia selalu
“hadir” baik pada masa – masa yang lalu, saat ini maupun yang akan
datang. Dan dibidang ini sering muncul berbagai problematika yang
perlu segera dicarikan solusinya agar supaya tidak mengganggu
harmonisasi hubungan industrial ketenagakerjaan.
Selanjutnya penyusun menyadari, bahwa dalam penyusunan
buku in masih jauh dari sempurna baik yang behubungan dengan
penggunaan sumber-sumber bacaan, penyajian materi maupun
sistematikanya. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, penyusun
sangat menantikan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak untuk
tujuan penyempurnaan buku ini di waktu-waktu mendatang.
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Yogyakarta, 2014
viii  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI..............................................................................................ix
BAB I.
PENDAHULUAN .................................................................... 1
BAB II. SEJARAH PERBURUHAN .................................................... 5
A. Sejarah Perburuhan Dunia. ................................................................. 5
B. Sejarah Perburuhan Di Indonesia ...................................................... 8
BAB III. HUKUM PERBURUHAN .................................................... 11
A. Fungsi Hukum. ................................................................................... 11
B. Beberapa Definisi Hukum Perburuhan. ......................................... 12
Mustaqiem, Dr., SH., M.Siix
BAB IV. PERJANJIAN KERJA, PERATURAN PERUSAHAAN
DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA ........................... 17
A. Perjanjian Kerja. .................................................................................. 17
B. Jenis-jenis Perjanjian. ......................................................................... 20
C. Bentuk Perjanjian. .............................................................................. 20
D. Peraturan Perusahaan........................................................................ 20
E. Perjanjian Kerja Bersama................................................................... 21
F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. ................................................. 25
BAB V. UPAH .......................................................................................... 27
A. Pengertian Upah. ................................................................................ 27
B. Tujuan Pemberian Upah. .................................................................. 28
C. Penggolongan Upah Minimum. ...................................................... 29
D. Waktu kerja lembur ........................................................................... 30
E. Penggolongan upah kerja. ................................................................ 31
F. Kompensasi. ........................................................................................ 32
G. Jenis-Jenis Kompensasi. ..................................................................... 32
H. Jaminan Sosial. .................................................................................... 33
BAB VI. WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT ................................... 35
A. Pengertian Jam Kerja. ........................................................................ 35
B. Pengaturan Jam Kerja. ....................................................................... 35
C. Ketentuan Upah Lembur. ................................................................. 39
BAB VII KESELAMATAN KERJA...................................................... 41
A. Pentingnya Keselamatan Kerja ....................................................... 41
B. Unsur –Unsur Keselamatan Kerja. ................................................ 42
C. Syarat Keselamatan Kerja. ............................................................... 44
D. Upaya Pemberian keselamatan Kerja. ............................................ 45
E. Penjelasan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kerja. ....................... 45
BAB VIII. SERIKAT PEKERJA ........................................................... 47
A. Pengertian Serikat Pekerja. ............................................................... 49
B. Negosiasi. ............................................................................................ 52
x  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB IX. PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL ............................................................................55
A. Penyelesaian Melalui Konsiliasi....................................................... 56
B. Penyelesaian Melalui Arbitrase. ...................................................... 58
BAB X.
TIMBUL DAN AKIBAT PERSELISIHAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL......................................................................... 61
A. Pengertian Perselisihan Hubungan Industrial. ............................. 61
B. Akibat Terjadinya Perselisihan Hubungan Kerja. ......................... 62
LAMPIRAN.............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 67
Mustaqiem, Dr., SH., M.Sixi
xii  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB
PENDAHULUAN
I
Pada negara modern yang selanjutnya disebut sebagai negara
hukum dalam berbagai bidang kehidupan diatur dengan hukum
(peraturan perundang-undangan) tidak ketinggalan pula di bidang
ketenagakerjaan. Pemikiran atau konsepsi manusia tentang negara
hukum lahir dan berkembang dalam situasi kesejarahan.1 Oleh
karena itu, meskipun konsep negara hukum dianggap sebagai konsep
universal, pada dataran implementasi ternyata memiliki karak
teristik beragam.2 Hal ini dikarenakan adanya pengaruh-pengaruh
1
Ridwan,HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, jakarta,
2006, h.1.
2
Ibid.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si1
situasi kesejarahan tadi, disamping pengaruh falsafah bangsa,
ideologi negara, dan lain-lain.3 Atas dasar itu, secara historis dan
praktis konsep negara hukum muncul dalam berbagai model , seperti
negara hukum menurut Al-Quran dan Sunnah atau nomokrasi Islam,
negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental yang dinamakan
rechtsstaat, dan negara hukum menurut konsep AngloSaxon (rule of
law), konsep socialistlegality, dan konsep negara hukum Pancasila.4
Segera setelah memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, pada hari berikutnya, yakni
pada tanggal 18 Agustus 1945, para bapak pendiri negara memberikan
bentuk hukum pada tatanan politik yang telah terbentuk itu dengan
menetapkan dan memberlakukan Undang Undang Dasar, yang
kemudian sejak tahun 1959 di namakan Undang Undang Dasar
Republik Indonesia 1945 (disingkat UUD RI 1945).5 Dalam pembukaan
Undang Undang Dasar itu dirumuskan dasar kefilsafatan dan tujuan
negara.6 Dasar kefilsafatan negara yang terdapat pada Pembukaan
Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945 meliputi : Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dan tujuan negara, melindungi segenap bangsa
Indonsia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum (rechtsstaat) adalah :
1. Perlindungan hak-hak asasi manusia.
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak
itu.
3. Pemerintahan berdasar peraturan perundang-undangan.
Ibid.
Ibid,h.1-2
5
Bernard Arief Sidharta, RefleksiTentang Struktur Ilmu Hukum (sebuah penelitian
tentang fundasi kefilsafatan dan sifat keilmuan ilmu hukum sebagai landasan
pengembangan ilmu hukum nasional indonesia), Mandar Maju, Bandung, 1999,
h.46
6
Ibid.
3
4
2  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan.7
Sehubungan dengan ciri khas negara hukum tersebut,
problematika selanjutnya apakah Indonesia sebagai negara hukum
yang juga memenuhi persyaratan negara hukum?.Guna memberi
jawaban pertanyaan itu, dapat dipergunakan UUD RI 1945. Karena
ciri khas Indonesia sebagai negara hukum ada di dalam UUD RI
1945, dan secara yuridis konstiusional UUD RI 1945 dipergunakan
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara
Indonesia.
7
Ibid,h.3
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si3
4  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB SEJARAH PERBURUHAN
II
A. Sejarah Perburuhan Dunia.
Secara histories lahirnya hukum perburuhan terkait erat dengan
Revolusi Industri yang terjadi di Eropa, khususnya di Inggris pada
abad ke-19.Revolusi Industri yang ditandai dengan penemuan mesin
uaptelah mengubah secara permanen hubungan buruh dengan
majikan. Penemuan mesin juga telah mempermudah proses produksi.
Revolusi Industri menandai munculnya zaman mekanisasiyang tidak
dikenal sebelumnya.Adapun ciri-ciri utama lahirnya mekanisasi
industri, adalah :
1. hilangnya industri kecil,
2 . buruh yang bekerja di pabrik meningkat,
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si5
3. anak-anak dan perempuan ikut kerja dipabrik,
4 . kondisi kerja berbahaya dan tidak sehat, dan jam kerja panjang,
5. upah sangat rendah, dan perumahan tidak memenuhi syarat
kesehatan
Keprihatinan utama yang mendasari
perburuhan pada waktu itu, adalah :
lahirnya
hukum
1. jeleknya kondisi kerja,
2. anak dan perempuan bekerja di pabrik tekstil,
3. pertambangan membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja
Tahapan lahirnya hukum perburuhan pada waktu itu dapat
diketahui pada beberapa negara, yang meliputi :
1. di Inggris tahun 1802,
2. di Jerman dan Perancis tahun 1840,
3. di Belanda sesudah tahun 1870.
Substansi undang-undang
perburuhan pertama
adalah
adanya jaminan perlindungan terhadap kesehatan kerja (health) dan
keselamatan kerja (safety).
Sebelum ada Undang Undang atau hukum perburuhan,
upaya pemerintah memberikan perlindungan
kesehatan dan
keselamatan kerja melalui hukum, tidak berjalan mulus.Karena saat
Revolusi Industri, teori sosial yang dominan adalah fahamliberalisme
dengan doktrin laissez-faire.Dalam doktrin ini negara tidak boleh
melakukan intervensi ke dalam bidang ekonomikecuali untuk
menjaga keamanan dan ketertiban.Konsep negara yang dominan
waktu itu adalah Negara Penjaga Malam(the night-watchmanstate).Karena itulah upaya pemerintah untuk melindungi buruh
mendapat perlawanan keras dari kelompok pengusaha dan
para intelektual pendukung laissez-faire, terutama AdamSmith.
Mereka
menuduh intervensi pemerintah melanggarkebebasan
individual
dalam
aktifitas
ekonomi
(kebebasan-kontrak).
Sehingga pada saat itu dalam bidang hubungan industrial masih
sangat memprihatinkan dengan keadaan – keadaan, sebagai berikut :
1. serikat buruh belum berkembang,
6  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
2. pengusaha masih anti serikat buruh,
3. sistem hukum belum memungkin lahirnya serikat buruh.
Sebagai contoh, sampai tahun 1825 di Inggris masih berlaku
Undang Undang Penggabungan (Combination Acts) yang menganggap
ilegal semua aksi kolektif (collective action) untuk tujuan apapun.
Demikian pula di Belanda,larangan untuk berorganisasi atau
berserikat (coalitie verbod) baru dihapus pada tahun 1872. Selanjutnya
melalui proses dan waktu maka sampailah situasi yang berubah
dibidang hubungan indudtrial dengan “lahirnya” hukum perburuhan
yang melindungi buruh. Perubahan ini terjadi karena hasil desakan
para pembaharu di dalam atau di luar parlemen. Munculnya hukum
perlindungan buruh merupakan bukti secara sosialdoktrin laissezfaire mulai ditinggalkan.Dan mulai muncul kesadaran bahwa negara
harus intervensi dalam hubungan buruh dengan majikan.
Menurut MG.Rood, hukum perlindungan lama memperlihatkan ciri
utama hokum sosial lamayang didasarkan pada teori ketidak-seimbangan
kompensasi. Teori ini bertitik-tolak pada pemikiran bahwa antara pemberi
kerja dan penerima kerja ada ketidaksamaan kedudukan secara sosialekonomis. Contoh, penerima kerja sangat tergantung pada pemberi
kerja. Maka hukum perburuhan seharusnya memberi hak lebih banyak
kepada pihak yang lemah dari pada pihak yang kuat.Hukum bertindak
“tidak sama” kepada masing-masing pihak dengan maksud agar
terjadi suatu keseimbangan yang sesuai. Hal ini dipandang sebagai
jawaban yang tepat terhadap rasa keadilan umum. Karena sistem
peraturan perundang-undangan yang diskriminatif terhadap buruh.
Di Perancis, Perdana Menteri Jacques Villepin mengeluarkan
peraturan berisi perijinan pemecatan buruh pada usia 26 tahun ke
bawah.
Di Amerika, pemerintah negeri “Melting Pot” mengeluarkan
peraturan yang ketat bagi buruh yang katanya ‘imigran’. Pembahasan
imigrasi terdengar santer di Amerika karena hampir sebagian besar
penduduknya adalah imigran.Secara jelas bahwa pada waktu itu buruh
boleh dipecat, tanpa perlindungan asuransi keselamatan kerja, tanpa uang
pensiun, dan lain-lain.Disini pemerintah lepas tangan dan menyerahkan
kepada perusahaan.Pada saat itu,ada asumsi bahwa posisi buruh adalah
dianggap alat produksi seperti halnya mesin, lokasi, modal, dan lainMustaqiem, Dr., SH., M.Si7
lain. Mereka dilihat sebagai ternak yang bisa diambil susu, kulit dan
dagingnya dengan mudah dan buruh posisinya dianggap sebagai
produsen bukan konsumen. Sehingga perusahaan atau pengusaha
sewenang -wenang terhadap para buruh atau pekerja. Kemudian
muncul Undang Undang Perburuhan atau Ketenagakerjaan yang
memperjuangkan hak-hak buruh atau pekerja, yang selama ini
dikesampingkan karena dinilai merupakan kelompok lemah. Lahirnya
hukum perburuhan berawal dari kesadaran akan ketidakseimbangan
sosial-ekonomis antara buruh dan majikan.
B. Sejarah Perburuhan Di Indonesia
Dalam literatur hukum perburuhan di Indonesia diawali dengan
suatu masa yang sangat suram yakni zaman perbudakan, rodi, dan
poenale sanksi / sanksi poenale.8 Perbudakan adalah suatu peristiwa di
mana seseorang yang disebut budak melakukan pekerjaandi bawah
pimpinan orang lain. Para budak tidak mempunyai hak apapun
termasuk hak asasi kehidupannya. Para budak hanya memiliki
kewajiban untuk melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh
tuannya. Terjadinya perbudakan pada zaman dulu disebabkan
karena para raja, pengusaha yang mempunyai ekonomi kuat
membutuhkan orang yang dapat mengabdi kepadanya, sementara
penduduk miskin yang tidak berkemampuan secara ekonomis
saat itu cukup banyak yang disebabkan karena rendahnya kualitas
sumber daya manusia , sehingga tidak mengherankan perbudakan
hidup tumbuh dengan subur.
Rodi merupakan kerja paksa yang dilakukan oleh rakyat
untuk kepentingan pihak penguasa atau pihak lain dengan tanpa
pemberian upah, dilakukan di luar batas perikemanusiaan. Pada
kerajaan-kerajaan di Jawa , rodi dilakukan untuk kepentingan raja
dan keluarganya, para pembesar, para kepala dan pegawai serta
kepentingan umum, seperti pembuatan dan pemeliharaan jembatan
jalan, jembatan dan sebagainya.9
Kompeni pandai menggunakan rodi untuk
8
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,Edisi Revisi, Rajawali
Pres, Jakarta, 2003, hlm.1
9
Ibid, hlm.3
8  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
kepentingannya sendiri. Rodi digunakan untuk segala macam
keperluan , seperti mendirikan pabrik, jalan, dan untuk pengangkutan
barang dan sebagainya.Hendrik Willem Deandels (1807-1811) adalah
tersohor karena kerja paksanya untuk membuat jalan dari anyer
sampai Banyuwangi.Jumlah penduduk yang mati karenya tidak
terbilang.
Poenalesanksi, terjadi karena adanya kebijaksanaanAgrarischeWet
tahun 1870 yang berimplikasi pada ketersediaan lahan perkebunan
swasta yang sangat besar. Untuk menjamin perusahaan mendapatkan
buruh yang tetap dapat melakukan pekerjaan maka di dalam
AlgemenenPolitieStrafreglement dicantumkan ketentuan (stb1872 no.
111) yang menetapkan bahwa buruh yang tiada ada alasan yang dapat
diterima, meninggalkan atau menolak melakukan pekerjaan dapat di
pidana dengan denda antara Rp 16; sampai Rp 25; atau dengan kerja
paksa selama 7 sampai 12 hari.10 Pengenaan hukuman kepada buruh
yang tidak melaksanakan pekerjaan inilah yang disebut dengan
“PoenaleSanksi”.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa riwayat timbulnya
hubungan perburuhan di mulai dari peristiwa pahit, yakni penindasan
dan perlakuan di luar batas kemanusiaanyang dilakukan oleh pihakpihak yang berkemampuan secara sosial ekonomi maupun penguasa
pada saat itu.11 Para budak/pekerja tidak memuat diberikan hak
apapun, yang ia miliki hanyalah kewajiban untuk mentati perintah
dari majikan atau tuan-tuannya.Nasib para budak/pekerja hanya
dijadikan barang atau obyek yang kehilangan hak kodrati sebagai
manusia. Dan ditinjau dari berbagai aspek seharusnya pekerja
dipandang sebagai subyek hukum sehingga ia terlekati hak dan
kewajiban sekaligus.
Dalam hukum perburuhan dikenal adanya Panca krida hukum
perburuhan yang merupakan perjuangan yang harus dicapai, yakni
:12
1. Membebaskan manusia Indonesia dari perbudakan, perhambaan.
2. Pembebasan manusia Indonesia dari rodi atau kerja paksa.
Ibid.
Ibid,hlm.3-4
12
Ibid.
10
11
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si9
3. Pembebasan buruh/pekerja Indonesia dari poenale sanksi.
4. Pembebasan buruh/pekerja Indonesia dari ketakutan kehilangan
pekerjaan.
5. Memberikan posisi yang seimbang antara buruh/pekerja dan
pengusaha.
Krida satu sampai dengan krida ketiga secara yuridis sudah
lenyap bersamaan dengan dicetuskannya proklamasi kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari kemudian yakni tanggal 18
Agustus ditetapkannya UUD 1945 yang di dalam Pasal 27 ayat
(1) memuat jaminan kesamaan warga negara dalam hukum dan
pemerintahan.Sedang krida ke-empat sampai dengan saat ini setidaktidaknya dari kajian empiris atau sosiologis belum dapat dicapai.
10  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB
HUKUM PERBURUHAN
III
A. Fungsi Hukum.
Keberadaan hukum ditengah-tengah kehidupan masyarakat
antara lain dipergunakan untuk :
1. menentukan norma-norma.
2. menyelesaikan perselisihan.
3. menentukan hak dan kewajiban.
Adapun hukum Ketenagakerjaan (perburuhan) merupakan
hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi kerja
dengan penerima pekerjaan. Dan didalam hukum tersebut terdapat
dua pihak atau lebih, obyek yang diperjanjikan yang selanjutnya
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si11
akan timbul hak dan kewajiban. Pada dasarnya dalam hukum
Ketenagakerjaan (perburuhan) muncul hak dan kewajiban karena
lingkupnya mengatur hubungan kerja antara pihak satu dengan
pihak lain yang masing-masing dilihat dari sudut hukum keduanya
adalah subyek hukum yang melekat hak dan kewajiban (antara
pemberi kerja dan penerima pekerjaan secara hukum memliki
kesejajaran).
B. Beberapa Definisi Hukum Perburuhan.
1. Menurut Molenaar.
Hukum Perburuhan, bagian dari hukum yang berlaku dan
pokoknya mengatur hubungan antara buruh dengan majikan.
2. Menurut Levenbach.
Hukum perburuhan, sebagai suatu yang meliputi hukum yang
berkenaan dengan hubungankerja(ada yang memerintah, ada
yang diperintah, dan terkait dengan usaha dan keperluan hidup).
3. Menurut Mok.
Hukum perburuhan, sebagai hukum yang berkenaan dengan
pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain dan
dengan keadaan penghidupan yang langsung bergendengan
dengan pekerjaan itu.
4. Menurut Imam Soepomo.
Hukum perburuhan, adalah himpunan peraturan-peraturan
baiktertulis maupun tidak yang berkenaan dengan suatu kejadian
di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima
upah.13 Ini berarti elemen dari rumusan tersebut adalah adanya
pekerja
Dalam hukum perburuhan dikenal adanya Pancakrida hukum
perburuhan yang merupakan perjuangan yang harus dicapai, yakni14:
1. Membebaskan manusia
penghambaan;
Indonesia
dari
perbudakan
dan
13
.Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Buku pegangan pekrja
untuk mempertahankan hak-haknya), Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm.1.
14
Op.cit, lalu Husni,hlm.4
12  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
2. Pembebasan manusia Indonesia dari rodi atau kerja paksa;
3. Pembebasan buruh/pekerja Indonesia dari poenal sanksi;
4. Pembebasan buruh/pekerja Indonesia dari ketakutan kehilangan
pekerjaan;
5. Memberikan posisiyang seimbang antara buruh/pekerja dan
pengusaha.
Dalam masa perjalanan waktu, dibidang perburuhaan selain
ada sebutan hukum perburuhan terdapat pula sebutan hukum
ketenagakerjaan, meskipum sampai saat ini belum ada suatu kesatuan
pendapat mengenai pengertianhukum tersebut.Tetapi secara
umum dapat dirumuskan, bahwa hukum ketenagakerjaan adalaha
sekumpulan perturan yang mengatur hubungan hukum antara
pekerja/organisasi pekerja dengan majikan/pengusaha /organiasi
pengusaha dan pemerintah; termasuk di dalamnya proses-proses
dan keputusan-keputusan yang dikeluarkan untuk merealisasikan
hubungan tersebut menjadi kenyataan.15Dari rumusan tersebut,
dapat ditarik suatu kesimpulan bahw hukum ketenagakerjaan adalah
suatu himpunan peraturan yang mengatur hubungan hukum antara
pekerja, majikan/pengusaha, organisasi pekerja dan pemerintah.16
Tenaga kerja mempunyai hak untuk dibina sebagaimana
termaktub dalam Pasal 9 UU No.1 Tahun 1970Tentang Keselamatan
Kerja, sehubungan dengan hal itu sebagai Pengusaha atau pengelolan
perusahaan diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tenaga
kerja baru, antara lain tentang :
1. Kondisi dan bahaya-bahaya serta hal-hal yang dapat timbul di
tempat kerja;
2. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan kerja yang
diharuskan ada dalam tempat kerja;
3. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4. Cara-cara dan
pekerjaannya.
15
16
sikap
yang
aman
dalam
melaksanakan
Op.cit., Darwan Prinst, hlm.1.
Ibid.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si13
Pengusaha atau pengelola perusahaan hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa
tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat kerja.Pengusaha
atau pengelola perusahaan wajib menyelenggarakan pembinaan
bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam
pencegahan kecelakaan dan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, dan dalam pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Selain itu, diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat dan
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
Hak dan kewajiban tenaga kerja, sebagai mana diatur Pasal 12
UU No 1 Tahun 1970Tentang Keselamatan Kerja, antara lain adalah :
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau keselamatan kerja;
2. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
4. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-syarat
kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang wajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggungjawabkan.
Hak pesangon terhadap buruh sebagaimana termaktub dalam
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003, sebenarnya termasuk
program jaminan sosial yang menjadi hak tenaga kerja. Karena itu,
semestinya harus dimasukkan ke dalam penyelenggaraan program
jaminan sosial lainnya, sebagai mana dalam Undang Undang Nomor
40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional :
1. Jaminan Kesehatan (JK)
2. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
3. Jaminan Hari Tua (JHT)
4. Jaminan Pensiun (JP) dan,
5. Jaminan Kematian (JKM)
14  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
Jaminan pesangon, atau Jaminan Pemutusan Hubungan Kerja
(JPHK), ternyata diatur tersendiri dalam Undang Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.Karena itu, tidak ada jalan
lain, selain mengintegrasikan JPHK dengan program Jamian Sosial
lainnya, yang notabene belum diberikan kepada sebagian besar tenaga
kerja kita. Dengan pendekatan seperti itu, tenaga kerja akan memiliki
program jaminan sosial sesuai Undang Undang Nomor 40 Tahun
2004, sementara bagi pemberi kerja, beban itu akan lebih ringan.
Berdasar Pasal 173 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tugas
pemerintah pada bidang hubungan industrial, antara lain meliputi :
1. Pemerintah melakukan pembinaan terhadap unsur-unsur dan
kegiatan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.
2. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat
mengikut sertakan organisasi pengusaha, serikat pekerja atau
serikat buruh, dan organisasi profesi terkait.
3. Pembinaan sebagaimana di maksud dalam ayat (1), dan ayat (2),
dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi.
Dan menurut Pasal 174 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003,
dalam rangka pembinaan ketenagakerjaan, pemerintah, organisasi
pengusaha, serikat pekerja atau serikat buruh dan organisasi
profesi terkait dapat melakukan kerjasama internasional dibidang
ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Menurut Pasal 175 Undang Undang Nomor 13 Tahun
2003 :
1. Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada orang atau
lembaga yang telah berjasa dalam pembinaan ketenagakerjaan.
2. Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diberikan dalam bentuk piagam, uang, dan/atau bentuk lainnya.
Maka selayaknya memperoleh perhatian dari pemerintah
tentang formulasi Undang Undang ketenagakerjaan, antara lain tetap
menjamin hak-hak tenaga kerja, khususnya besaran pesangon sesuai
dengan Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dan diselenggarakan
melalui prinsip-prinsip program Jaminan-Sosial, antara lain sifat not
for profit, single – providerdan (mestinya) diintegrasikan dengan program
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si15
jaminan sosial lainnya. Hal ini diperlukan, agarada integrasi, tidak
sepotong- sepotong sehingga beban iuran akan lebih besar. Adanya
pikiran- pikiran untukmembuka peluang multi – providers, apalagi
membuka peluang perusahaan asuransi swasta untuk terlibat,
selayaknya di tinggalkan demi manfaat, efisiensi dan kelangsungan
program itu.
Terkait dengan Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004, akan
sangat ideal, apabila semua itu diintegrasikan pendekatannya,
sehingga menjamin penyelenggaraan program Jaminan-Sosial yang
terintegrasi dan komprehensif, adil dan merata. Sehingga dalam
hukum perburuhan ada peraturan yang mengatur hubungan antara
para majikan dan buruhagar majikan tidak bertindak sewenangwenang terhadap buruh. Karena dalam hubungan kerja terdapat hak
dan kewajiban majikan dan buruh. Sehingga akan tercipta hubungan
yang serasi antara majikan dan buruh.
16  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB PERJANJIAN KERJA, PERATURAN
PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN
IV KERJA BERSAMA
A. Perjanjian Kerja.
Perjanjian Kerja, suatu perjanjian yang dibuat antara pekerja
dengan majikanataupengusaha dengan obyeknya adalah pekerjaan.
Danperjanjian kerja yang umum (Ps.1601a KUH Perdata)
adalah :”perjanjian pihak yang satu mengikatkan diri untuk dibawah
perintah pihak lain, waktu tertentu, kerja,upah”. Menurut Pasal 1320
KUHPerdata,perjanjian kerja harus memenuhi unsur – unsur sebagai
berikut :
1. Adanya kesepakatan/persetujuan antar pihak yang melakukan
perjanjian kerja. Karena menurut Pasal 1338 KUHPerdata : “Semua
persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si17
mereka yang membuatnya” . Dan persetujuan tidak dapat ditarik
kembali, kecuali dengan kesepakatan / persetujuan kedua belah
pihak, dan karena alasan yang oleh undang-undang dinyatakan
cukup untuk itu. Dan Persetujuan dilakukan dengan iktikat baik
memiliki kekuatan mengikat kedua belah pihak yang membuat
sehingga berlaku sebagai undang- undang yang bersifat memaksa
bagi para pihak .
2. Kecakapan dalam membuat perjanjian, artinya bahwa seorang
pekerja sudah digolongkan cakap bertindak hukum apabila sudah
berumur dewasa. Menurut Pasal 330 KUHPerdata menentukan
bahwa seseorang telah cakap hukum (dewasa) apabila telah
berusia 21 tahun.
3. Suatu hal tertentu, artinya bahwa obyek dari suatu perjanjian
harus ada. Macam obyek perjanjian berbeda antara perjanjian
satu dengan lainnya. Semisal, obyek perjanjian sewa menyewa
rumah berbeda dengan obyek perjanjian kerja. Dalam perjanjian
kerja obyeknya adalah perjanjian tentang pekerjaan. Dan lingkup
pekerjaan meliputi : macam pekerjaan, wakut kerja, waktu
istirahat, besarnya upah, dan sebagainya.
4. Suatu sebab yang halal. maksudnya isi perjanjian tidak boleh
bertentangan dengan agama, undang - undang, moral, adat istiadat, kesusilaan, dan sebagainya.
Begitu juga perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan:
1. peraturan perundang-undangan,
2. peraturan perusahaan, dan
3. perjanjian kerja bersama yang dibuat oleh Pengusaha/perusahaan
dengan Serikat Pekerja yang ada diperusahaan yang bersangkutan.
Seperti yang bisa ditemukan dalam bidang hubungan industrial,
ada kalanya format perjanjian kerja sudah dibuat sendiri oleh pihak
pengusaha/perusahaan dalam bentuk baku .Apabila ditemukan
kejadian seperti itu, bagaimana sikap tenaga kerja?. Apakah langsung
akan menyetujui format perjajian kerja yang sudah baku tersebut atau
menolak. Untuk menentukan sikap terhadap perjanjian yang sudah baku,
lebih dahulu bentuk baku perjanjian yang disodorkan oleh pengusaha
18  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
/ perusahaan di baca dan di cermati lebih dahulu. Yang harus diingat
adalah sebagai perjanjian yang berbentuk baku, biasanya memuat syaratsyarat exonoratie yang melindungi pengusaha/perusahaan dari akibatakibat hukum tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut dalam bidang
hubungan industrial sepantasnya pemerintah mengawasi isi perjanjian
baku agar tidak merugikan masyarakat atau pihak pekerja. Adapun isi
perjanjian kerja harus memuat, hal-hal sebagai berikut :
1). nama, alamat perusahaan, jenis usaha.
2). nama, sex, umur, alamat pekerja.
3). tempat pekerjaan.
4). besar dan cara pembayaran upah.
5). rincian hak dan kewajiban.
6). waktu berlakunya, dan
7). tempat dibuat perjanjian kerja.
Selain hal tersebut dimuka harus diingat juga, bahwa dalam Pasal
1330 KUHPerdata, ditetapkan bahwa : “ Orang yang belum dewasa,
orang yang berada dibawah pengampuan, dan orang yang dalam keadaan
gila tidak berhak membuat suatu persetujuan atau perjanjian apapun”.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila telah terjadi kesepakatan
perjanjian (kerja) akan tetapi melanggar isi Pasal 1330 KUHPerdata,
maka berdasarkan
Pasal 1321 KUH Perdata:dibenarkanadanya
pembatalan perjanjian secara sepihak, karena kesepakatan diberikan sebab
kekhilafan atau ada paksaan atau penipuan. Tetapi proses pembatalannya
harus dimintakan kepada lembaga pengadilan.
Dibidang ketenagakerjaan selaian dikenal adanya perjanjian kerja
juga ada hubungan kerja. Dalam hubungan kerja antara pengusaha
/ perusahaan dengan pihak pekerja atau organisasi pekerja bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi : Faktor ekonomi,
sosial, politik, budaya, dan hukum.Menurut Pasal 1 angka 15, yang
dimaksud Hubungan kerja, adalah hubungan antara pengusaha
dengan pekerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
Dalam bidang ketenagakerjaan juga dikenal adanya hubungan
industrial. Hubungan industrial, adalah suatu sistem hubungan yang
terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/
atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja, dan pemerintahyang
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si19
didasarkan pada nilai- nilai Pancasila (nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa, nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai Persatuan, nilai
Musyawarah, dan nilai keadilan sosial).
B. Jenis-jenis Perjanjian.
Dalam bidang perjanjian pekerjaan menurut Pasal 1601
KUHPerdata, terdapat tiga jenis perjanjian untuk melakukan
pekerjaan, ialah :
1. Perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.
Bahwa salah satu pihak menghendaki dari pihal lain agar
melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan menerima upah.
2. Perjanjian pemborongan pekerjaan.
Satu pihak (pemborong) mengikatkan dirinya untuk melaksanakan
suatu pekerjaan pihal lain kemudian mendapat upah.
3. Perjanjian perburuhan.
Merupakan perjanjian pihak satu (pekerja) mengikat kan diri
dibawah perintah pihak laian (majikan / pengusaha) selama
waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.
C. Bentuk Perjanjian.
Dalam kehidupan masyarakat bisa ditemukan pula bentukbentuk perjanjian dan bentuknya ada dua macam, ialah : secara
tertulis, dan secara lesan. Setiap membuat perjanjian dengan pihak lain
sebaiknya dibuat secara tertulis demi kejelasan dan menghindarkan
kekaburan perjanjian apabila di kemudian hari timbul masalah
mengenai isi perjanjiannya. Menurut Pasal 1601,e KUHPerdata,
apabila waktu membuat perjanjian kerja telah menerima suatu uang
panjar, maka tidak ada suatu pihakpun dapat karenanya meniadakan
perjanjian dengan membiarkan diakhiri perjanjian dengan merelakan
atau mengembalikan uang panjar itu.
D. Peraturan Perusahaan.
Bahwa peraturan perusahaan,merupakan tindak lanjut dari adanya
perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan penerima pekerjaan.
Adapun dasar hukum pembuatan peraturan perusahaan adalah Pasal 1
20  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
angka 20 UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.Peraturan
Perusahaan, merupakan aturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.
Ketentuan pembuatan peraturan perusahaan yang harus
diperhatikan oleh pengusaha atau perusahaan yang akan membuatnya, adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Perusahaan dibuat oleh perusahaan setiap 2(dua)
tahun harus diperbaharui.
2. Memerlukan pengesahan pejabat yang berwenang.
3. Dibuat secara tertulis.
4. Tidak mesti harus dengan bahasa Indonesia.
Pada perkembangannya muncul istilah lain dari nama peraturan
perusahaan, adapun istilah lainnya adalah sebagai berikut :
1. Peraturan kerja perusahaan.
2. Peraturan majikan.
3. Reglement perusahaan .
4. Peraturan karyawan.
5. Peraturan kepegawaian.
Menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003, peraturan
perusahaan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha atau
perusahaan yang memiliki pekerja minimal 10 (sepuluh) orang,
sekurang-kurangnya berisi atau memuat :
1. hak dan kewajiban perusahaan.
2. hak dan kewajiban karyawan.
3. syarat kerja.
4. tata tertib perusahaan.
5. jangka berlakunya Peraturan Perusahaan.
E. Perjanjian Kerja Bersama.
Perjanjian antara Serikat Pekerja atau Serikat Buruh yang tercatat
di instansi yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan dengan
pengusaha atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si21
yang memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Syarat-syarat kerja bagi pekerja.
2. Kewajiban dan hak kedua belah pihak.
3. Sebagai pedoman penyelesaian perselisihan.
Bahwa pada satu perusahaan hanya dapat dibuat satu Perjanjian
Kerja Bersama yang berlaku bagi seluruh pekerja di perusahaan yang
bersangkutan. Dalam hal perusahaan yang bersangkutan memiliki
cabang dibuat Perjanjian Kerja Bersama oleh perusahaan-induknya yang
berlaku disemua cabang perusahan serta dapat dibuat perjanjian kerja
bersama turunan yang berlaku di masing-masing cabang perusahaan.
Dalam perusahaan yang berbentuk grup yang awali masing-masing
perusahaan sebagai badan hukum sendiri-sendiri kemudian bergabung
menjadi satu grup, maka Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dibuat dan
rundingkan masing-masing pengusaha dan masing-masing Serikat
Pekerja atau Serikat Buruh perusahaan. Menurut Pasal 108 Undang
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Perusahaan yang memiliki pekerja
sekurang- kurangnya 10 orang wajib membuat Peraturan Perusahaan
(PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Dan Peraturan Perusahaan
atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) mulai berlaku setelah disahkan
menteri atau pejabat yang ditunjuk.Konvensi ILO No. 98 mengatur
dasar-dasar mengenai hak untuk bernegosiasi dan berunding bersama
Dan yang harus diperhatikan, dipahami dan dilakukan oleh kedua belah
pihak (pengusaha/ perusahaan dan pekerja atau serikat pekerja atau
serikat buruh ) bahwa Perjanjian Kerja Bersama harus disusun bersamasama antar pihak yang akan terikat oleh isi perjanjian yang dibuat. Dan
ketentuan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama lainnya adalah :
1. disusun secara musyawarah antar dua pihak yang membuat
perjanjian.
2. dibuat secara tertulis dengan huruf latin.
3. ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia.
4. isinya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Sedang isi Perjanjian Kerja bersama (PKB) sekurang-kurangnya
memuat :
22  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
1. nama, tempat kedudukan dan alamat Serikat Pekerja.
2. nama, tempat kedudukan dan alamat perusahaan.
3. nomor serta tanggal pencatatan serikat pekerja pada instansi yang
berwenang.
4. hak dan kewajiban pengusaha, Serikat Pekerja atau pekerja.
5. syarat-syarat dan kondisi kerja.
6. cara penyelesaian perbedaan pendapat antara pengusaha dengan
Serikat Pekerja /pekerja.
7. Tata tertib perusahaan.
8. jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya Perjanjian Kerja
Bersama.
9. tanda tangan dan nama terang para pihak pembuat Perjajian Kerja
Bersama.
Menurut Ps. 123 UU Nomor 13 Th 2003 masa berlaku Perjanjian
Kerja Bersama (PKB) paling lama 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun berdasar kesepakatan
tertulis antara para pihak.Perjanjian Kerja Bersama berikutnya dapat
dimulai paling cepat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Perjanjian
Kerja Bersama (PKB) yang sedang berlaku.Jika tidak terjadi sepakat
makaPerjanjian Kerja Bersama (PKB) yang masih berlaku dapat tetap
berlaku paling lama 1 (satu) tahun kedepan.
Manfaat dibuatnya Perjanjian Kerja Bersama (PKB), adalah :
1. pengusaha dinilai positif kerena dapat menciptakan harmonisasi
dengan pekerja yang diwakili Serikat Pekerja (SP).
2. akan tercipta hubungan industrial yang kondusif atau harmonis.
3. pekerja akan lebih produktif dan termotivasi.
Dalam rangka menciptakan harmonisasi dibidang hubungan
industrial, paling tidak terdapat 3 (tiga) komponen yang harus aktif.
Komponen tersebut adalah Perusahaan, pekerja, dan Negara (tripartit).
Sebab keberadaan pengusaha atau perusahaan maupun serikat
pekerja atau pekerja saling diperlukan dan memerlukan dalam
bidang hubungan industrial. Dan pada dasarnya pertumbuhan atau
perkembangan perekonomian negara memerlukan pula peran serta
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si23
pengusaha atau perusahaan maupun serikat pekerja dan tenagakerja.
Oleh sebab itu, pemilik perusahaan serta tenaga kerja harus bangga
memiliki usaha dan bekerja bersama-sama. Cara menjaga kebanggaan
antara lain tidak boleh menjawab :
• Pertanyaan
= Usaha apa?
• Jawaban
= Ah hanya………/ Hanya sekedar…………..
Atau
. Pertanyaan
= kerja apa / dimana?
. Jawaban
= Ah kerja di ……../ Hanya sekedar……….…..
Berdasarkan pendekatan Psikologi, jawaban dengan Ah,/atau
hanya……………, jelas merupakan pengungkapan “rendah diri, tidak
ada kebanggaan, dan pandangan yang bersifat meremehkan”. Jawaban
yang didahului hanya sekedar……..,terkandung niat sementara, berifat
terpaksa.
Pertanyaan : usaha apa?
Jawaban
: Yah begitulah……Senang-senangnya usaha……. Atau
pekerja………..., santai saja kita kan ………….
Kalimat -kalimat ini mengadung harapan cemas, tidak bergairah,
kurang selera, terserah pada keadaan, kurang minat, dan sekedar dari
pada………………………
Upaya meminimalisir jawaban - jawaban seperti itu, maka diperlukan
perhatikan terhadap hal-hal sebagai berikut :
1. pemenuhan sandang, pangan, papan dan pendidikan, kesehatan
dan kesempatan usaha dan kerja.
2. berpartisipasi dalam pengembangan usaha dan kesejahteraan
pekerja.
3. kesempatan mendapat perlindungan hukum dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam hubungan industrial pihak pengusaha
harus memperhatikan nasib dan kehidupan pekerja, sedang pihak
pekerja harus juga memperhatikan jerih payah pengusaha dalam
mengembangkan usahanya. Sehingga pentingnya komunikasi antara
pengusaha / perusahan dengan serikat pekerja atau pekerja harus
diperhatikan dan dilakukan secara kontinu, bukan hanya dilakukan
24  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
apabila terjadi konflik kepentingan saja. Dengan strategi komunikasi
secara kontinu, dapat dipergunakan untuk mengantisipasi timbulnya
perselisihan hubungan industrial. Jika dengan strategi komunikasi
sudah mampu untuk mencegah terjadinya perselisihan hubungan
industrial, maka sebenarnya yang diuntungkan adalah pengusaha/
perserikatan pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat
buruh, maupun pihak pemerintah dan masyarakat. Dan situasi
yang kondosif dibidang hubungan industrial akan berpengaruh
signifikan terhadap tingkat produktifitas kerja maupun produktifitas
perusahaan. Demikian sebaliknya jika suasana hubungan industrial
tidak kondosif.
F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dan yang tidak boleh dilupakan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan maupun perjanjian kerja bersama, ialah
mengenai keselamatandan kesehatan pekerja. Karena hal tersebut
telah diatur dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Karena kondisi phisik dan mental tenaga kerja akan
berpengaruh pula terhadap kinerja maupun tingkat produktivitas
kerja. Adapun ketentuan yang mengatur hal tersebut, adalah sebagai
berikut :
Menurut Pasal 86 UU No 13 Th 2003.
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a.
keselamatan dan kesehatan kerja;
b.
moral dan kesusilaan; dan
c.
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan
yang berlaku.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si25
Menurut Pasal 87 UU No. 13 Th 2003.
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
26  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB
UPAH
V
Setiap ada perjanjian kerja, biasanya menyangkut juga apa yang
dinamakan upah. Sebab upah merupakan faktor yang sangat penting
bagi perusahaan, karena jumlah upah atau balas jasa yang diberikan
perusahaan kepada karyawannya akan mempunyai pengaruh yang
tidak kecil terhadap jalannya perusahaan.
A. Pengertian Upah.
Yang dimaksud upah adalah balas jasa yang berupauangatau balas
jasa lainyang diberikan lembaga atau organisasi perusahaan kepada
pekerjanya. Pengertian lain tentang upah adalah balas jasa yang
berupa uang atau balas jasa yang lain yang diberikan oleh lembaga
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si27
atau organisasi perusahaan kepada pekerja karena prestasinya.
Istilah lain, upah merupakan hak pekerja atau buruh yang diterima
dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha
atau pemberi kerja yang dibayarkan menurut perjanjian kerja,
kesepakatan,maupun undang-undang.
Adapun yang tergolong
faktor - faktor yang mempengaruhi upah, antara lain :
1. Kondisi perekonomian negara.
2. Nilai upah rata-rata didaerah tempat perusahaan berada.
3. Peraturan perpajakan.
4. Posisi perusahaan dilihat dari struktur perokonomian negara.
B. Tujuan Pemberian Upah.
Tujuan pemberian upah dari pengusaha / perusahaan kepada
pekerjanya antara lain untuk :
1. menjaga keberadaan karyawan di perusahaan.
2. menjaga semangat kerja karyawan, dan
3. menjaga kelangsungan hidup perusahaan yang akhirnya akan
memberimanfaat kepada masyarakat
4. Mengikuti ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Menurut Bab I, Pasal 1 angka 30 UUKK, yang dimaksud dengan
upah, adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha/perusahaan atau pemberi
kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya, atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Sedang menurut
Pasal 88 UUKK ditetapkan bahwa:
(1). Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusian.
(2). Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana pada ayat (1),
pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerja atau buruh.
28  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
(3). bijakan pengupahan yg melindungi pekerja/ buruh sebagai mana
dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. upah minimum;
b. upah kerja lembur;
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan
d. upah tidak masuk kerja krn melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya;
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
f. bentuk dan cara pembayaran upah;
g. denda dan potongan upah
h. hal-hal yang dpt diperhitungkan dengan upah;
i. struktur dan skala pengupahan yang proposional;
j. upah untuk pembayaran pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan
(4). Pemerintah menetapkan upah minimum sbg mana dimaksud
pada ayat (3) huruf (a) berdasarkan kebutuhan hidup layak
dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan
ekonomi .
C. Penggolongan Upah Minimum.
Berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, upah minimum terdiri atas:
a. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/
kota;
b. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau
kabupaten/ kota.
Yang berkaitan dengan upah minimum adalah upah kerja
lembur, tetapi di dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan tidak menguraikan secara jelas, sehingga
untuk ketentuan upah kerja lembur kembali menggunakan ketentuan
lama (Keputusan Menteri Tenagakerja Nomor 102/ MEN/VI/2004
mengatur tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur).
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si29
D. Waktu kerja lembur
Dalam sektor hubungan industrial adakalanya pekerja diminta
melakukan kerja lembur.Adapun waktu kerja lembur, adalah waktu
kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40 jam /1 minggu untuk 6 hari
kerja dalam seminggu, atau 8 jam sehari, dan 40 jam / 1 minggu
untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu, atau waktu kerja pada hari
istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan
pemerintah. Kewajiban perusahaan yang mempekerjakan pekerja
selama waktu kerja lembur, adalah sebagai berikut :
a. membayar upah kerja lembur;
b. memberi kesempatan istirahat secukupnya;
c. memberikan makanan/minuman sekurang- kurangnya 1.400
kalori/kerja lembur dilakukan selama 3 jam atau lebih.
Penghitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan,
sedangkan cara menghitung upah sejam adalah 1/173 X upah sebulan
Cara perhitungan upah kerja lembur, adalah :
a). Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja.
Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar sebesar 1,5 X upah
sejam; untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar
upah sebesar 2 X upah sejam;
b). Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan
dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 6 hari dengan kerja
40 jam seminggu maka perhitungan upah kerja lembur untuk
:7 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam, danjam ke-8 dibayar
kali upah sejam, danjam lembur kesembilan dan kesepuluh 4 kali
upah sejam.
c). Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan
upah lembur, adalah 5 jam pertama dibayar 2 X upah sejam, dan
jam lembur keenam 3 X upah sejam dan jam lembur ketujuh dan
kedelapan 4 X upah sejam . Apabila kerja lembur dilakukan pada
hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu
kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu, maka perhitungan upah
kerja lembur untuk 8 jam pertama dibayar 2 X upah sejam, jam
kesembilan dibayar 3 X upah sejam dan jam ke-sepuluh dan
kesebelas 4 X upah sejam.
30  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
E. Penggolongan upah kerja.
1. Upah Nominal
Sejumlah uang yg dibayarkan scr tunai kepada pekerja/buruh
yang berhak sebagai imbalan atas pengerahan jasa / pelayanannya
sesuai dengan ketentuan-l2 yg terdapat dlm perjanjian kerja.
2. Upah Nyata (Riil Wages)
Uang yang benar-benar harus diterima seorang pekerja/buruh
yang berhak. Upah nyata ditentukan oleh daya beli upah yang
akan tergantung dari:
a. besar / kecilnya jumlah uang yang diterima;
b. besar / kecilnya ketentuan-ketentuan hidup yang diperlukan.
3. Upah Hidup.
Upah yang diterima pekerja relatif cukup untuk membiayai
keperluan hidup secara luas, yang bukan hanya kebutuhan
pokok, melainkan juga kebutuhan sosial keluarganya, seperti :
pendidikan, asuransi, rekreasi, dan lain-lain.
4. Upah Minimum.
Upah terendah yang akan dijadikan standard, oleh pengusaha untuk
menentukan upah yang sebenarnya dari pekerja / buruh yang bekerja
diperusahaannya. Upah minimum, umumnya ditentukan oleh
pemerintah cq. Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari
dewan pengupahan daerah (Provinsi dan/atau Kota/Kabupaten),
dan setiap tahun kadangkala berubah sesuai tujuan ditetapkannya
upah minimum. Tujuan ditetapkan upah minimum, adalah :
a). untuk menonjolkan arti dan peranan pekerja atau buruh
sebagai subsistem dalam hubungan kerja;
b). untuk melindungi kelompok kerja dari adanya sistem pengupahan
yang sangat rendah dan yang secara materiil kurang memuaskan;
c). untuk mendorong diberikannya upah yang sesuai dengan
nilai pekerjaan yang dilakukan;
d). untuk mengusahakan terjaminnya ketenangan atau kedamaian
kerja dalam perusahaan;
e). mengusahakan adanya peningkatan dalam standar hidup
secara normal.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si31
F. Kompensasi.
Seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerja
karyawan tersebut pada organisasi atau perusahaan/pengusaha.
Kompensasi bisa berupafisik atau nonfisik dan harus dihitung dan
diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang
telah diberikan kepada organisasi atau perusahaan tempat ia
bekerjaPerusahaan dalam memberikan kompensasi kepada para
pekerja terlebih dahulu melakukan penghitungan kinerja dengan
membuat sistem penilaian kinerja yang adil.Sistem tersebut umumnya
berisi kriteria penilaian setiap pegawai yang ada, semisal:
a). jumlah pekerjaan yang bisa diselesaikan.
b). kecepatan bekerja.
c). komunikasi dengan pekerja lain.
d). perilaku, dan
e). pengetahuan atas pekerjaan, dan sebagainya.
Para karyawan mungkin akan menghitung-hitung kinerja dan
pengorbanan dirinya dengan kompensasi yang diterima. Apabila
karyawan merasa tidak puas dengan kompensasi yang didapat,
maka dia dapat mencoba mencari pekerjaan lain yang memberi
kompensasi lebih baik. Hal ini cukup berbahaya bagi perusahaan
apabila pesaing merekrut atau membajak karyawan yang merasa
tidak puas tersebut karena dapat membocorkan rahasia perusahaan
atau organisasi.Sebaliknya kompensasi yang baik akan memberi efek
positif pada organisasi atau perusahaan sebagai berikut:
a. Mendapatkan karyawan berkualitas baik.
b. Memacu pekerja bekerja lebih giat dan meraih prestasi gemilang.
c. Memikat pelamar kerja berkualitas dari lowongan kerja yang ada.
d. Mudah dalam pelaksanaan administrasi atau aspek hukumnya.
e. Memiliki keunggulan lebih dari pesaing.
G. Jenis-Jenis Kompensasi.
1. Imbalan Ektrinsik.
a). berbentuk uang, a.l :
32  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
- gaji
- honor
- bonus
- komisi
- insentif
- upah, dan lain-lain.
b). Imbalan ektrinsik bentuknya benefit atau tunjangan pelengkap,
seperti :
- uang cuti.
- uang makan.
- uang transportasi atau antar jemput.
- asuransi.
- jaminansosial tenaga kerja.
- uang pensiun.
- rekreasi.
- beasiswa melanjutkan kuliah, dan sebagainya.
2. Imbalan Intrinsik.
Imbalan dalam bentuk intrinsik yang tidak berbentuk fisik dan
hanya dapat dirasakan berupa:
> kelangsungan pekerjaan,
> jenjang karir yang jelas,
> kondisi lingkungan kerja,
> pekerjaan yang menarik, dan lain-lain.
H. Jaminan Sosial.
Perlindungan yang diberikan oleh pihak perusahaan terhadap
hilangnya penghasilan karyawan , seperti :
> pemberhentian kerja,
> karyawan sakit (kecelakaan kerja),
> tunjangan hari tua.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si33
Produktivitas kerja merupakan rasio antara kegiatan (out put)
dan segala pengorbanan (input). Adapun pengukuran secara rasional
dari masing-masing variable, sebagai berikut :
1. Upah dapat diukur melalui :
a. Besarnya upah pokok.
b. Besarnya upah insentif atau tunjangan.
c. Pemberian kenaikan upah yang dirasa adil.
2. Jaminan sosial dapat diukur melalui :
a. Tanggapan
kesehatan.
karyawan
terhadap
pemberian
tunjangan
b. Tanggapan karyawan terhadap pemberian tunjangan hari tua.
c. Tanggapan karyawan terhadap rasa aman jika mengalami
kecelakaan kerja.
3. Produktivitas kerja dapat diukur melalui :
a. Tingkat hasil kerja yang dapat dicapai karyawan dalam satu
bulan.
b. Tingkat kesalahan yang terjadi.
c. Tingkat penggunaan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
34  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB
WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT
VI
A. Pengertian Jam Kerja.
Yang dimaksud jam kerja adalah waktu untuk melakukan
pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari.
B. Pengaturan Jam Kerja.
Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam UndangUndang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya
Pasal 77 sampai dengan pasal 85. Jam Di beberapa perusahaan, jam
kerja,waktu istirahat dan lembur dicantumkan dalam Perjanjian
Kerja Bersama (PKB) . Ketentuan yang dipergunakan landasan jam
kerja , adalah sebagai berikut :
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si35
1. Menurut Pasal 77.
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a). 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b). 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
tidak berlaku bagi sektor usaha atau peker-jaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan
Keputusan Menteri.
2. Menurut Pasal 78.
(1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu
kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus
memenuhi syarat :
a). ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan
b). waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3
(tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1
(satu) minggu.
(2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar
upah kerja lembur.
(3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b tidakberlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan
tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Keputusan Menteri.
3. Menurut Pasal 79.
(1) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada
pekerja/buruh.
(2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
36  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
meliputi :
a. istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam
setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu
istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu;
c. cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja
setelah pekerja/buruhyang bersangkutan bekerja selama 12
(dua belas) bulan secara terus menerus; dan
d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan
dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masingmasing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja
selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan
yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak
berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun
berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa
kerja 6 (enam) tahun.
(3) Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) huruf cdiatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
(4) Hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
huruf d hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada
perusahaan tertentu.
(5) Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diatur
dengan Keputusan Menteri.
4. Menurut Pasal 80.
Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya
kepada pekerja/ buruh untuk melaksanakan ibadah yang
diwajibkan oleh agamanya.
5. Menurut Pasal 81
(1) Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan
sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja
pada hari pertama dan keduapada waktu haid.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si37
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
6. Menurut Pasal 82 .
(1) Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama
1,5 (satu setengah)bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5
(satu setengah) bulan sesudahmelahirkan menurut perhitungan
dokter kandungan atau bidan.
(2) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran
kandungan berhak memperolehistirahat 1,5 (satu setengah)
bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan
atau bidan.
7. Menurut Pasal 83
Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus
diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal
itu harus dilakukan selama waktu kerja.
8. Ketentuan Pasal 84
Setiap pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu istirahat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c, dan d,
Pasal 80, dan Pasal 82 berhak mendapat upah penuh.
9. Menurut Pasal 85
(1) Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.
(2) Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk bekerja
pada hari - hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan
tersebut harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus
atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antarapekerja/
buruh dengan pengusaha.
(3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan
pekerjaan pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) wajib membayar upah kerja lembur.
(4)`Ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.
38  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
C. Ketentuan Upah Lembur.
Sungguh melelahkan bukan, bila kita diharuskan bekerja berjamjam di dalam dan di luar kantor sehari-hari, bahkan ada yang sampai
kerja lembur. Bagaimana dengan upah lembur ? Berapa upah yang
sesuai untuk jam kerja tersebut? Belum lagi, di sela-sela jam kerja itu,
karyawan juga berhak untuk mendapat jam istirahat dan waktu untuk
beribadah.Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu,
jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.
Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu,
kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1
minggu. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha
untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah
diatur dalam 2 sistem seperti yang telas disebutkan diatas yaitu:
• 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk
6 hari kerja dalam 1 minggu; atau
• 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk
5 hari kerja dalam 1 minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan
jam kerja yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila
melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja
biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/
buruh berhak atas upah lembur.Akan tetapi, ketentuan waktu kerja
tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu
seperti misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai, sopir
angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal
(laut), atau penebangan hutan.Ada pula pekerjaan-pekerjaan tertentu
yang harus dijalankan terus-menerus, termasuk pada hari libur resmi
(Pasal 85 ayat 2 UU No.13/2003).Pekerjaan yang terus-menerus ini
kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No.Kep-233/Men/2003
Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan Secara
Terus Menerus.Dan dalam penerapannya tentu pekerjaan yang
dijalankan terus-menerus ini dijalankan dengan pembagian waktu
kerja ke dalam shift-shift.
Perjanjian Kerja Bersama mengatur pulaKetentuan mengenai
pembagian jam kerja, saat ini mengacu pada UU No.13/2003.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si39
Ketentuan waktu kerja diatas hanya mengatur batas waktu kerja
untuk 7 atau 8 sehari dan 40 jam seminggu dan tidak mengatur
kapan waktu atau jam kerja dimulai dan berakhir.Pengaturan mulai
dan berakhirnya waktu atau jam kerja setiap hari dan selama kurun
waktu seminggu, harus diatur secara jelas sesuai dengan kebutuhan
oleh para pihak dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan (PP)
atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).Pada beberapa perusahaan,
waktu kerja dicantumkan dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau
Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Sebagaimana diatur dalam Pasal 108
ayat 1 UU No.13/2003, PP dan PKB mulai berlaku setelah disahkan
oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk (biasanya Disnaker).
Selain waktu kerja normal, ada kalanya tenaga kerja dibebani
waktu kerja lembur.Apa yang dimaksud dengan waktu kerja
lembur?Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam
sehari untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk
8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat
mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah (Pasal
1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004).Waktu kerja lembur
hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam 1
minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.Perhitungan
Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara menghitung
upah sejam adalah 1/173 upah sebulan.
40  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB
KESELAMATAN KERJA
VII
A. Pentingnya Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan hal yang harus diperhatikan oleh
berbagai pihak, meliputi pemerintah (dalam pembuatan peraturan
perundang-undangan harus memuat dan mengatur persoalan
keselamatan kerja), pengusaha (harus memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan keselamatan
kerja sehingga akan selalau menyediakan sarana dan parasaran untuk
menciptakan keselamatan kerja bagi pekerjanya), pekerja(harus
mentati kewajiban menggunakan alat keselamatan kerja), maupun
pihak lain. Sehubungan dengan hal tersebut, keselamatan kerja
merupakan hak :
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si41
1. setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dlm melakukan pekerjaan utk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional.
2. setiap orang lainnya yg berada di tpt kerja terjamin pula kesela
matannya.
3. setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara
aman dan efisien.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka
perlu diadakan
segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan
kerja;pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam
Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan.
B. Unsur –Unsur Keselamatan Kerja.
1. Tempat kerja.
Tempat kerja, adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.Termasuk
tempat kerja, ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekeliling
nya yang merupakan bagian-bagian dengan tempat kerja tersebut.
2. Pengurus.
Pengurus, ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung
sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
3. Pengusaha.
a. orang atau badan hukum yang menjalankan seseuatu usaha milik
sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu
memperguna kan tempat kerja;
c. orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili
berkedudukan di luar Indonesia.
42  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
4. Pegawai Pengawas.
Pegawai teknis berkeahlian khusus dari Depnaker yang ditunjuk
oleh Menaker.
5. Ahli Keselamatan Kerja:
Tenaga tehnis yang berkeahlian khusus dari luar Kementerian
Tenagakerja yangditunjuk oleh Menteri Tenagakerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-Undang.
6. Ketentuan Keselamatan Kerja .
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan me sin, pesawat, alat
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diper-dagangkan,
diangkut atau disimpan bahan atau barang yg dpt meledak,
mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi.
c. Dibuat /dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan,
pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan
lainnya termasuk bangunan perairan, saluran, atau terowongan
dibawah tanah dan sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan
persiapan;
d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas ,perak,
logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau
mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam tanah.
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik
di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air
maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di ka pal, perahu,
dermaga, dok, stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si43
atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang
tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api,
asap, gas, hembusan angin,
n. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar,
televisi, atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan,percobaan, penyelidikan/
riset (penelitian) yang menggunakan alat tehnis;
q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan
atau disalurkan listrik, gas,minyak atau air;
r. diputar pilem, dipertunjukkan sandiwara atau diseleng-garakan
rekreasi lainnya yang memakai peralatan, in-stalasi listrik atau
mekanik.
C. Syarat Keselamatan Kerja.
a). mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b). mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c). mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d). memberi kesempatan atau jalan menyelamat kan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e). memberi pertolongan pada kecelakaan;
f). memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g). mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu,kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h). mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik physik maupun psychis,peracunan, infeksi dan penularan;
i). memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j). menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
44  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
k). menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l). mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
m). mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
n). mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkarmuat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
o). mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
p). menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
D. Upaya Pemberian keselamatan Kerja.
1. Tenaga kerja yang akan diterima atau dipindahkan
diperiksakan keseha-tannya.
wajib
2. Semua tenaga kerja harus diperiksakan kesehatannya.
E. Penjelasan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kerja.
1. Kondisi dan bahaya dilingkungan kerja.
2. Memakai alat pengamanan/atau perlindungan kerja yang tersedia
ditempat kerja.
3. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si45
46  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB
SERIKAT PEKERJA
VIII
Industri atau perusahaan adalah kombinasi dari modal,
manajemen dan pekerja.Mereka adalah suatu kesatuan yang terpisah
dan mempunyai motivasi yang berbeda pula.Pemodal adalah yang
menanamkan modal perhatian utama mereka adalah untuk mendapat
keuntungan semaksimal mungkin.Manajemen selalu berada disana
untuk melindungi kepentingan dari para pemodal.Pada prosesnya,
pekerja selalu menjadi korban ekploitasi mereka.Sebagai partner
dari industri, pekerja menginginkan keadilan dan mendapatkan
kembalian hak sebagai hasil pelaksana industri (Indah Budiarti).
Di Indonesia pekerja atau buruh sebagai warga negara mempunyai
persamaan kedudukan dalam hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si47
dan penghidupan yang layak, mengeluarkan pendapat, berkumpul
dalam suatu organisasi, serta mendirikan dan menjadi anggota serikat
pekerja atau serikat buruh (Zaeni Asyhadie,2007:22).
Tentunya pekerja mempunyai kekuatan untuk menghilangkan
permasalahan seperti rendahnya pengupahan, buruknya kondisi
pelayanan kesehatan, keselamatan kerja dan sebagainya.Tetapi secara
individul pekerja tidak mampu untuk berjuang atas hak-haknya
melawan hebatnya kombinasi antara pemodal dan manajemen dimana
mereka mempunyai kekuasaan, uang dan pengaruh.Pekerja harus
mengetahui dan memahami bahwa sebagai perseorangan dan pekerja
tidak akan banyak yang bisa dicapai. Hanya melalui usaha mengorganisir dirinya dan kegiatan kolektif mereka dapat secara efektif
menjunjung tinggi martabatnya sebagai individu dan pekerja.
Industri atau perusahaan adalah kombinasi dari modal,
manajemen dan pekerja.Mereka adalah suatu kesatuan yang terpisah
dan mempunyai motivasi yang berbeda pula.Pemodal adalah yang
menanamkan modal perhatian utama mereka adalah untuk mendapat
keuntungan semaksimal mungkin.Manajemen selalu berada disana
untuk melindungi kepentingan dari para pemodal.Pada prosesnya,
pekerja selalu menjadi korban ekploitasi mereka.Sebagai partner
dari industri, pekerja menginginkan keadilan dan mendapatkan
kembalian-hak sebagai hasil pelaksana industri.
Indonesia secara hukum telah mengesahkan Konvensi ILO
No. 87 Tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan
Hak Untuk Berorganisasi.Konvensi ini bisa menjadi referensi dasar
hukum perlindungan hak berorganisasi dan hak berserikat.Undang
Undang Nomor: 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh,
juga memberikan ruang dan perlindungan pada setiap pekerja
untuk mendirikan dan bergabung dengan serikat pekerjanya.
Konvensi ILO No. 98 Tahun 1949 tentang hak berorganisasi dan hak
untuk melakukan perundingan kerja bersama juga telah diratifikasi.
Konvensi ini memberikan peran perlindungan yang lebih luas dan
hak serikat pekerja atas nama pekerja untuk melakukan perundingan
dengan manajemen untuk perbaikan dan peningkatan syarat-syarat
dan kondisi kerja. Ingat hak ini adalah hak istimewa! karena hak
berunding dengan manajemen hanya dimiliki oleh serikat pekerja
48  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
bukan asosiasi profesi.Dan sebenarnya dalam Undang Undang Dasar
RI 1945 sudah memberikan jaminan kepada setiap orang (termasuk
pekerja) menggunakan haknya menjadi anggota serikat pekerja.
A. Pengertian Serikat Pekerja.
Serikat pekerja adalah hak melekat bagi pekerja, worker rights is
human rights. Mengapa bisa dikatakan seperti itu? Deklarasi Universal
Hak Asazi Manusia Pasal 23 dengan jelas menyatakan hak tersebut:
(1) Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak bebas memilih pekerjaan,
berhak atas syarat-syarat pekerjaan yang adil dan menguntungkan
serta berhak atas perlindungan akan pengganguran;
(2) Setiap orang tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang
sama untuk pekerjaan yang sama;
(3) Setiap orang yang bekerja berhak atas pengupahan yang adil dan
menguntungkan, yang memberikan jaminan kehidupan yang
bermartabat baik dirinya sendiri maupun keluarganya, dan jika
perlu ditambah dengan perlindungan sosial lainnya;
(4) Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat-serikat
pekerja untuk melindungi kepentingannya.
Terkait dengan serikat pekerja terdapat Pasal 28 Undang
Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau Serikat
Buruh: “Siapapundilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja
atau buruh untuk membentuk atau tidak membentuk,menjadi pengurus
atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota
dan/ataumenjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja atau
serikat buruh dengan cara:
1. melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan
sementara, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;
2. tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;
3. melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;
4. melakukan kampanye anti pembentukan SP/SB.
Pasal dimuka dikuatkan oleh Pasal 43 Undang Undang
Nomor 21 Tahun 2000 tentang serikat pekerja atau serikat buruh,
ketetapannya adalah sebagai berikut :
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si49
1. Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja
atau buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dikenakan
sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
tindak pidana kejahatan.
Menjadi anggota serikat pekerja adalah kekuatan pekerja untuk
menghilangkan permasalahan yang dihadapi seperti gaji yang rendah,
buruknya kondisi pelayanan kesehatan dan perlindungan kerja, PHK sepihak
dan sebagainya. Karena sebagai individu mereka tidak akan mampu
melawan kombinasi yang hebat antara pemodal dan manajemen.
Melalui serikat pekerja mereka terlindungi kepentingannya,
dapat menyuarakan aspirasinya kepada pengusaha, peningkatan
kondisi-kondisi kerja melalui perjanjian kerja bersama.
Demikian pula, bahwa pekerja atau buruh sifatnya lemah baik dari segi
ekonomi maupun dari segi kedudukan dan pengaruhnya terhadap
pengusaha.Karena itu, akibatnya pekerja atau buruh tersebut tidak
mungkin bisa memperjuangkan hak-haknya ataupun tujuannya
secara perorangan tanpa mengorganisasi dirinya dalam suatu wadah
untuk mencapai suatu tujuannya. Wadah yang dimaksudkan adalah
serikat pekerja atau serikat buruh sebagaimana yang diatur dengan
Undang Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau
Serikat Buruh.
Selain pekerja atau buruh memerlukan organisasi, mereka
sebenarnya juga memerlukan adanya pendidikan serikat pekerja
bagi para anggota dan pengurus secara umum dengan materi tentang
konsep dan khususnya tentang pembelajaran hal-hal teknis juga
diperlukan. Artinya bahwa proses pembelajaran tersebut bertujuan
untuk memberikan kerangka bagi para anggota dan pengurus untuk
melakukan analisa pengalaman mereka dan memberikan tuntunan
untuk melakukan aksi sesuai dengan kepentingannya. Tetapi kerangka
ini haruslah bermula dalam suatu hal yang besar tidak hanya sekedar
dimulai atau diakhiri dengan bagaimana menyelesaikan perselisihan
ditempat kerja, oleh karenanya pendidikan serikat pekerja harusnya
50  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
dimulai dari kebutuhan konsep dasar (basic concepts): apa itu
serikat pekerja? Bagaimana pengusaha/manajemen menjalankan
usahanya?Apa itu kapitalisme dan dampaknya terhadap kelas
pekerja di Indonesia? Apa peranan serikat pekerja di tempat kerja
dan dalam kontek secara nasional, sosial-politik-ekonomi? Tempat
kerja dan kesetaraan jender?Pendidikan serikat harus menjadi dasar
kehidupan dari pergerakan serikat pekerja.Tidak hanya sekedar
duduk dan menunggu dan memanggil anggota ketika permasalah
internal harus diselesaikan.Pendidikan membawa kepada kesadaran
dan perubahan sikap para anggota dan pemimpinnya. Ada 4 (empat)
tahapan dalam proses pendidikan membawa kepada kekuatan
organisasi:
(1) Change of awareness: perubahan kesadaran dan rasa sadar anggota/
pekerja akan pentingnya organisasi ini bagi mereka. Sehingga
kalimat “help union help me” benar menjadi kunci dalam proses
perubahan ini;
(2) Change of mindset: perubahan pola pikir. Pengetahuan bertambah,
ketrampilan meningkat mendorong kita untuk berpikir cerdas,
berdebat, memberikan argumantasi, memberikan saran dan
strategi serta mengerti dengan jelas persoalan hubungan industrial
dan kepentingan-kepentingan pekerja ditempat kerja dan secara
nasional
(3) Change of attitude: perubahan pola prilaku. Pendidikan serikat
pekerja memberikan nilai yang kuat bagi pekerja untuk
menjalankan secara konsisten dan berkontribusi bagi pergerakan
dan perjuangan untuk memenangkan kaum pekerja
(4) Actions: perubahan diatas mendorong pekerja pada tahapan
kekuatan yang tumbuh untuk mendorong aksi para pekerja untuk
pencapaian nilai-nilai fundamental dan hak para pekerja dan pada
kepentingan akan keadilan social bagi masyarakat umum.
Serikat pekerja merupakan organisasi yang didirikan dari, oleh
dan untuk pekerja, supaya sebagai organisasi kuat maka diperlukan
beberapa hal sebagai berikut :
(1) strategi perundingan yang sukses;
(2) penguatan budaya organisasi – semua anggota terorganisir; partisipasi
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si51
mereka yang luas dalam serikat pekerja;
(3) program pendidikan serikat pekerja yang atau harus dijalankan;
(4) serikat pekerja yang aktif diluar dan juga didalam tempat kerja itu sendiri
Fungsi atau layanan utama paling dasar yang disediakan
oleh serikat pekerja kepada anggota-anggotanya adalah negosiasi
dan keterwakilan.Terdapat pula manfaat-manfaat lain yang dapat
diperoleh dengan menjadi anggota serikat pekerja. Meskipun
daftarnya terbatas atas nama anggota-anggota mereka, serikat
pekerja dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
(1)
Bernegosiasi untuk mereka;
(2)
Mewakili mereka;
(3)
Menawarkan informasi dan saran kepada mereka; dan
(4) Menawarkan layanan keanggotaan kepada mereka.
B. Negosiasi.
Negosiasi, adalah saat dimana serikat pekerja melakukan
perundingan dengan pihak manajemen untuk perjanjian kerja
bersama. Perundingan antara pihak serikat pekerja (buru) dengan
pihak manajemen dalam hal :
(1) menentukan kondisi – kondisi kerja dan syarat-syarat kerja;
(2) mengatur hubungan antara pengusaha dengan pekerja;
(3) mengatur hubungan antara pengusaha atau organisasi pengusaha
dengan organisasi pekerja atau serikat pekerja.
Perjanjian kerja bersama ini adalah mengikat kedua belah pihak.
Perjanjian kerja bersama yang baik hanya bisa dilakukan oleh serikat
pekerja yang kuat.Sering dikatakan bahwa hati dan jiwa serikat pekerja
adalah pengakuan dan perjanjian kerja bersama. Dalam pengakuan
serikat pekerja oleh pengusaha atau organisasi pengusaha akan terjadi
perjanjian kerja bersama demikian juga sebaliknya, perjanjian kerja
bersama menghasilkan pengakuan akan serikat pekerja. Hak untuk
melakukan perjanjian kerja bersama ini diakui baik oleh Konvensi
ILO ataupun peraturan perundang-undangan yang ada.
Keterwakilan,
serikat
pekerja
mewakili
52  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
anggota-anggota
individual ketika mereka menghadapi masalah dalam bekerja.
Apabila seorang pekerja merasa bahwa mereka diperlakukan
secara tidak adil, ia dapat meminta perwakilan serikat pekerja
untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
manajer atau pengusaha. Apabila permasalahan tersebut tidak dapat
diselesaikan dengan baik, permasalahan tersebut dapat dibawa ke
pengadilan industrial.Serikat pekerja juga menawarkan keterwakilan
hukum bagi anggota-anggotanya.Biasanya, hal ini untuk membantu
mereka untuk memperoleh kompensasi finansial atas kerugian yang
terkait dengan pekerjaan atau untuk membantu mereka yang telah
mengajukan pengusaha mereka ke pengadilan.
Informasi dan saran, serikat pekerja memiliki kekayaan
informasi yang berguna bagi mereka yang berada di tempat kerja.
Mereka dapat memberikan saran-saran mengenai beragam isu yang
luas seperti berapa banyak hari libur yang berhak diperoleh setiap
tahunnya, berapa banyak bayaran yang dapat diperoleh apabila
seorang pekerja mengambil cuti hamil, dan bagaimana cara untuk
memperoleh pelatihan dalam pekerjaan. Layanan keanggotaan,
meliputi banyak hal dan memberikan manfaat langsung bagi pekerja
anggota dan keluarganya, misal:
(1) pendidikan dan pelatihan;
(2) bantuan hukum;
(3) layanan koperasi baik berupa koperasi barang atau simpan
pinjam;
(5) layanan potongan harga: tiket liburan, hotel, rumah makan,
pinjaman kepada anggota;
(6) layanan pensiun serikat pekerja dan jaminan tidak bekerja; dan
(7) tunjangankesejahteraan, anggota serikat pekerja dapat memperoleh
tunjangan kematian dan uang keanggotaan ketika pensiun.
Selain itu, sebenarnya serikat pekerja berperan juga menyediakan
kekuatan perwakilan suara secara kolektif bagi pekerja ditempat
kerjanya:
1) Suara kolektif yang memungkinkan para pekerja mendapatkan
sumber-sumber informasi yang dapat digunakan untuk perbaikan
upah dan manfaat-manfaat individual sebagai pekerja ditempat itu;
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si53
2) Kekuatan kolektif akan memberikan dukungan dan kekuatan
moral, motivasi dan kerjasama antar para pekerja;
3) Kekuatan pekerja ditempat kerja meningkat untuk memperbaiki
syarat-syarat dan kondisi kerja, dan melindungi kepentingankepentingan pekerja atas keselamatan pekerjaan dan jaminan
sosial.
54  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB PENYELESAIAN PERSELISIHAN
IX HUBUNGAN INDUTRIAL
Dalam kehidupan manusia persoalan perselisihan akan selalu
terjadi dan timbulnya perselisihan dapat dipengaruhi oleh faktor
internal maupun faktor eksternal. Demikian pula dalam hubungan
industrial ketenagakerjaan kan terjadi hal seperti itu. Karena dalam
hubungan industrial ketenagakerjaan terdapat beberapa pihak yang
berhubungan (pengusaha, tenagakerja maupun serikat pekerja).Dan
timbulnya perselisihan dalam hubungan industrial ketenagakerjaan
juga bisa karena pengaruh faktor internal maupun eksternal.
Prinsip hubungan industrial Pancasila yang dianut di
Indonesia harus dipergunakan sebagai acuan dalam mengatasi
atau memecahkan berbagai persoalan yang timbul dalam bidang
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si55
ketenagakerjaan.17Namun demikian, disadari bahwa tidak semua
keluh kesah yang terjadi antara pekerja/buruh atau serikat pekerja
/serikat buruh dengan pengusaha atau gabungan pengusaha
atau antar serikat pekerja/buruh dalam suatu perusahaan dapat
diselesiakan secara kekeluargaan atau musyawarah.18 Hal ini antara
lain disebabkan karena adanya perbedaan pemahman atau persepsi
mengenaai berbagai hal yang berkenaan berbagai hal yang berkenaan
dengan hubungan kerja dan atau syarat-syarat kerja lain, sehingga
timbulnya perselisihan hubungan industrial tidak dapat dihindari.19=
A. Penyelesaian Melalui Konsiliasi.
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui
lembaga konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang terdaftar pada
instansi yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan.Yang
diselesaikan melalui lembaga konsiliasi, adalah yang terkait dengan
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
maupun perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan.
Adapun proses penyelesiannya, adalah : (a) para pihak mengajukan
permohonan tertulis kepada konsiliator yang telah ditunjuk, dan (b).
para pihak harus menyepakati konsiliator. Adapun syarat-syarat
konsiliator, adalah sebagai berikut :
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. WNI.
3. Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun.
4. Berbadan sehat.
5. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.
6. Memiliki pengalaman dibidang ketenagakerjaan sekurangnya 5
(lima) tahun.
7. Menguasai
peraturan
ketenagakerjaan.
peraturan
perundang-undangan
8. Syarat lain yang ditetapkan menteri.
17
Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui pengadilan
Dan Di Luar Pengadilan, Rajawali Pers, Jakarta, 2004,hlm.39.
18
Ibid.
19
Ibid,hlm.39-40.
56  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
Lembaga konsiliasi dalam menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial ada kalanya dapat menghasilkan kesepakatan para pihak,
demikian pula sebaliknya tidak dapat menghasilkan kesepakatan para
pihak. Apabila upaya penyelesaian perselisihan hubungan industrial
melalui lembaga konsiliasi dapat menghasilkan kesepakatan para pihak,
maka selanjutnya akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. dibuat surat perjanjian bersama.
2. surat perjanjian yang dibuat bersama ditanda tangani oleh kedua
belah pihak.
3. hasil kesepakatan selanjutnya didaftarkan
ke Pengadilan
Hubungan Industrial yang berada di Pengadilan Negeri yang
wilayahnya meliputi tempat peranjian dibuat.
Tetapi apabila penyelesaian perselisihan hubungan industrial
yang dilkukan lembaga konsiliasi ternyata tidak menghasilkan
kesepakatan para pihak, maka langkah-langkah selanjutnya, adalah
sebagai berikut :
1. Konsiliator selambat - lambatnya 10 hari harus menyampaikan
anjuran tertulis kepada para pihak.
2. Para pihak selambat-lambatnya 10 hari dari terimanya anjuran
tertulis harus memberi jawaban kepada konsiliator, menerima
atau / menolak anjuran dari konsiliator.
3. Pihak yang tidak memberikan jawaban dianggap menolak
4. Apabila para pihak menyetujui anjuran tertulis dari konsiliator
selambat-lambatnya 3(tiga) hari kerja sejak anjuran disetujui,
konsiliator harus sudah selesai membantu para pihak untuk
membuat perjanjian bersama yang selanjutnya didaftarkan ke
Pengadilan.
Apabila perjanjian bersama yang sudah disepakati para pihak,
dan ada satu pihak yang wanprestasi, maka pihak yang dirugikan
dapat mengajukan eksekusi di pengadilan hubungan industrial
pada pengadilan negeri diwilayah perjanjian bersama didaftar
untuk mendapat penetapan eksekusi dalam hal anjuran tertulis dari
konsiliator ditolak oleh salah satu pihak / para pihak, maka salah satu
pihak / para pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si57
pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri setempat,
dengan diawali pengajuan gugatan oleh pihak yang dirugikan.
B. Penyelesaian Melalui Arbitrase.
Kasus penyelesaian yang diselesaikan melalui arbitrase, meliputi
(1).perselisihan kepentingan dan (2).perselisihan antar serikat
pekerja dalam satu perusahaan.Ketentuan Arbiter yang berwenang
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial adalah yang telah
ditetapkan menteri dan memiliki wilayah kerja seluruh Indonesia.
Adapun syarat-syarat sebagai Arbiter, adalah sebagai berikut :
1. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. cakap melakukan tindakan hukum.
3. Warga Negara Indonesia.
4. pendidikan sekuarangnya Strata 1.
5. umur sekurangnya 45 tahun.
6. berbadan sehat.
7. telah mengikuti ujian arbitrase.
8. menguasai peraturan perundang-undangan.
9. berpengalan 5 (lima) tahun dibidang hubungan industrial
Penyelesaian perselisihan hubungan industria melaluilembaga
Arbitrase karena didasarkan atas :
1. dasar kesepakatan para pihak yang berselisih.
2. kesepakatan para pihak yang berselisih dibuat secara tertulis.
3. surat kesepakatan para pihak berisi :
a). nama dan alamat para pihak .
b). pokok masalah yang diperselisihkan, jumlah arbiter yang
disepakati.
c). kesediaan para pihak untuk tunduk dan melaksanakan
keputusan arbitrase.
d). tempat dan tanggal pembuatan surat perjanjian dan ditandatangani para pihak yang berselisih.
e). arbiter yang bersedia ditunjuk hrs mem-buat perjanjian
penunjukan dgn para pihak yang berselisih.
58  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
Perjanjian penunjukan arbiter yang dilakukan oleh para pihak
yang berselisih dalam hubungan industrial sekurang- kurangnya
berisi :
1. nama dan alamat para pihak.
2. pokok perselisihan yang diserahkan.
3. biaya arbitrase dan honorarium arbiter.
4. pernyataan para pihak untuk tunduk dan menjalankan keputusan
arbitrase
5. tempat dan tanggal pembuatan surat
tandatangan para pihak dan arbiter.
perjanjian
dan
6. pernyataan arbiter /atau para arbiter tidak akan melampaui
wewenang dalam menyelesaikan perkara yang ditangani.
7. arbiter tidak mempunyai hubungan keluarga dengan para pihak.
8. pendaftaran perjanjian bersama di pengadilan hubungan
industrial pada pengadilan negeri dan perjanjian bersama yang
telah didaftar akan diberikan bukti pendaftaran.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si59
60  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
BAB TIMBUL DAN AKIBAT
X PERSELISIHAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL
A. Pengertian Perselisihan Hubungan Industrial.
Adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan
antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh
atau serikat pekerja/serikat buruh, karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan , dan perselisihan pemutusan
hubungan kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
hanya dalam satu perusahaan ( Ps.1 angka 22, UU No.13 Th 2003
Tentang Ketenagakerjaan).
Menurut pasal tersebut, perselisihan hubungan industrial tidak
hanya perselisihan antara pengusaha/gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh, tetapi perselisihan
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si61
hubungan industrial bisa terjadi antara serikat pekerja/ serikat buruh
dalam satu perusahaan. Dan yang menjadi penyebab terjadinya
perselisihkan hubungan industrial, ialah :
1. Masalah hak,
2. Masalah kepentingan,
3. Masalah pemutusan hubungan kerja, dan
4. Masalah antar serikat pekerja/serikat perburuhan dalam satu
perusahaan.
B. Akibat Terjadinya Perselisihan Hubungan Kerja.
Apabila terjadi perselisihan hubungan industrial yang terkait
dengan masalah apapun seharusnya segera diselesaikan antara pihakpihak yang berselisih. Dengan cara cepat perselisihan hubungan
industrial diselesaikan pada dasarnya yang diuntungkan adalah
pihak-pihak yang berselisih, pemerintah, maupun masyarakat.
Demikian sebaliknya jika perselisihan hubungan industrial tidak
segera diselesaikan maka yang dirugikan adalah para pihak
yang berselisih, pemerintah maupun masyarakat juga. Karena
perselisihan hubungan industrial dapat berpengaruh signifikan
baik kearah menghambat maupun meningkatkan produktivitas
kerja dilingkungan perusahaan. Sehingga semua pihak, harus mau
dan mampu menciptakan harmonisasi dalam hubungan industrial.
Karena antara pengusaha dan tenaga kerja, keduanya saling
memerlukan dalam proses produksi dan pemenuhan kebutuhan
hidup. Selain itu, perekonomian negara sebenarnya juga memerlukan
peran serta pihak pengusaha atau gabungan pengusaha, tenaga
kerja atau buruh, maupun serikat kerja atau serikat buruh. Karena
keberadaan Perusahaan maupun Tenagakerja diperlukan untuk
menciptakan kemajuan perekonomian negara, maka pengusaha/
gabungan pengusaha, pekerja/buruh, dan serikat pekerja/serikat
buruh serta tenaga kerja harus bangga memiliki usaha, bekerja,
maupun berorganisasi.
62  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
Lampiran
Contoh Surat Perjanjian Kerja.
Yang bertanda tangan dibawah ini :
1. Nama
=
Alamat
=
Jabatan
=
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Perusahaan
=
Yang berkedudukan =
Jenis Usaha
=
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si63
Selanjutnya dalam surat perjanjian ini disebut sebagai Pihak Pertama
(Pengusaha).
2.
Nama
=
Jenis Kelamin
=
Tempat & Tgl lahir =
Umur
=
Agama
=
Pendidikan terakhir =
Alamat
=
No.KTP
=
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, selanjutnya
disebut sebagai Pihak Kedua (karyawan).
Kedua belah pihak sepakat untuk membuat perjanjian kerja dengan
ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
Pasal 1
Pihak Pertama dengan ini menyatakan menerima Pihak Kedua
sebagai karyawan/pekerja perusahaan ------, yang terletak di ------,
dalam bidang tugas ------, dan Pihak kedua dengan ini menyatakan
bersedia menjadi karyawan Pihak Pertama dalam bidang tugas --------.
Pasal 2
Masa Percobaan ditetapkan selama 3 bulan dihitung sejak tanggal
masuk diterima bekerja (perjanjian kerja waktu tertentu tidak boleh
disyaratkan dalam masa percobaan), yakni sejak tanggal ------.
Upah diberikan secara (bulanan, harian, mingguan), besarnya upah
pokok Rp ------,- dengan waktu kerja sehari ------ jam, atau --------- jam
seminggu.
Pasal 3
Tunjangan-tunjangan di luar upah adalah:
·
Tunjangan makan
Rp --------,-
·
Tunjangan transport
Rp -------,-
·
Bonus
Rp -------,-
64  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
Pasal 4
Apabila Pengusaha atau Pekerja mengakhiri perjanjian kerja untuk
waktu tertentu sebelum waktunya berakhir, maka pihak yang
mengakhiri perjanjian kerja tersebut wajib membayar ganti rugi
kepada pihak lainnya sebesar sisa upah pekerja sampai waktu atau
pekerjaan seharusnya selesai, kecuali apabila putusnya hubungan
kerja karena alasan memaksa/kesalahan berat pekerja.
Pasal 5
Pihak Pertama dan Kedua bersedia mentaati isi peraturan perusahaan,
dan pihak kedua akan patuh pada tata tertib perusahaan.
Pasal 6
Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian kerja ini, berlaku
ketentuan isi PKB dan/atau peraturan perusahaan (jika perusahaan
belum memiliki PKB atau peraturan perusahaan, perjanjian kerja ini
dibuat lebih rinci lagi dengan mengacu pada pedoman pembuatan
peraturan perusahaan)
Pasal 7
Segala perselisihan yang timbul akibat perjanjian kerja ini akan
diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, dan apabila tidak
dapat diselesaikan para pihak akan menyelesaikannya melalui
Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Yogyakarta.
Demikian Surat Perjanjian Kerja ini dibuat, setelah para pihak membaca
dan memahami isinya kemudian dengan sukarela tanpa paksaan
atau tekanan dari siapapun bersama-sama menandatanganinya
diatas kertas bermaterai yang berlaku.
Dibuat di : Yogyakarta.
Tanggal, ………………..2014.
Meterai
Pihak Pertama
Pihak Kedua
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si65
66  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Buku.
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika,
Jakarta, 2009.
Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Citra Aditya Bakti ,
Bandung, 1994.
G.Kartasapoetra, dkk; Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan
Pancasila, Cet.IV, Sinar Grafika, Jakarta, 1994.
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hukum Kerja, Djambatan,
Jakarta, Cet. VII, 1990.
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, ed.revisi,
Rajawali Pers, Jakarta, 2007.
---------------, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui
Pengadilan dan Di Luar Pengadilan, Rajawali Pers, Jakarta, 2007.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si67
Peraturan perundangan-undangan.
UUD RI 1945.
UU Nomor : 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjan.
UU Nomor : 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial.
UU Nomor : 20 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja /Serikat Buruh.
68  Perpajakan dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia
Download