BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Wilayah-wilayah gempa yang ada di Indonesia sudah disajikan baik di Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung (PPTGIUG,1981) maupun di Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (TCPKGUBG,2002). Wilayah Indonesia dibagi dalam 6 (enam) wilayah gempa dengan masingmasing tingkat kerawanan terjadinya gempa dan wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sering dilanda gempa karena terletak pada 4 (empat) lempeng tektonik yaitu lempeng Australia-India, lempeng Euro-Asia, lempeng Pasifik dan Philipine. Gambar 1.1 : Lempeng Tektonik Universitas Sumatera Utara Gempa bumi tidak mungkin di cegah dan sulit sekali di ramalkan kapan terjadi, dimana lokasinya dan berapa magnitudenya. Jadi yang harus dilakukan adalah bagaimana mengatasi atau memperkecil pengaruh kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Pada perencanaan bangunan, parameter gempa bumi yang langsung mempengaruhi perencanaan adalah percepatan tanah yang ditimbulkan gelombang seismic yang bekerja pada massa bangunan. Percepatan tanah yang ditimbulkan biasanya besarnya tergantung pada faktor seperti kekuatan gempa bumi (magnitud), kedalaman pusat gempa bumi, jarak episenter ke daerah yang dituju, sistem pondasi, massa, geometri bangunan dan lain sebagainya. Kerusakan bangunan akibat gempa secara konvensional dapat dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang bekerja padanya. Namun, hasil ini sering tidak memuaskan karena kerusakan elemen baik struktural maupun nonstruktural umumnya disebabkan adanya interstory drift (perbedaan simpangan antar tingkat). Untuk memperkecil interstory drift dapat dilakukan dengan memperkaku bangunan dalam arah lateral. tetapi , hal ini akan memperbesar gaya gempa yang bekerja pada bangunan. Metode yang lebih baik adalah dengan meredam energi gempa sampai pada tingkat yang tidak membahayakan bangunan. Sejalan dengan perkembangan teknologi bahan/sistem untuk anti gempa, telah ditemukan bahan anti seismik yang disebut juga dengan Damper dalam hal ini yaitu Fluid Viscous Damper. Universitas Sumatera Utara 1.2 PERMASALAHAN Damper atau disebut sistem anti seismic, merupakan suatu sistem yang kuat untuk perencanaan bangunan. Sebaiknya bangunan yang mempunyai kapasitas tahanan terbatas terhadap gempa bumi setelah menggunakan struktur pengaku merupakan bangunan yang semestinya menggunakan Damper. Dalam perencanaan bangunan, beban akibat gempa sangat diperhitungkan dalam analisanya sehingga walaupun bangunan tersebut terkena gempa tidak langsung rubuh melainkan timbul keretakan yang akan memperkecil korban jiwa. Pada analisa beban gempa sangat tergantung kepada struktur dari bangunan tersebut dimana bentuk dari denah dan ketinggian bangunan tersebut adalah faktor utama dalam memperhitungkan gaya akibat dan guncangan gempa tersebut. Oleh sebab itu, bila telah direncanakan bangunan dengan struktur pengaku masih tidak aman maka salah satu solusi yang dianjurkan adalah dengan fluid viscous damper untuk mereduksi gaya gempa dan deformasi yang bisa mengakibatkan kerusakan pada struktur yang menyebabkan bangunan rubuh. Untuk itu analisa yang dipakai dalam menganalisis struktur bangunan tersebut adalah Analisa Respons Dinamik Riwayat Waktu yang akan memperhitungkan displacement, kinerja batas layan, kinerja batas ultimit, momen, lintang dan normal. Menurut SNI 03-1726-2002, akselerogran gempa masukan yang ditinjau dalam analisis respons dinamik linier dan non-linier riwayat waktu, harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat gempa yang didapat di suatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi dan seismotektoniknya dengan lokasi tempat struktur bangunan gedung yang ditinjau berada. Untuk mengurangi ketidakpastian mengenai kondisi lokasi ini, paling sedikit harus ditinjau empat buah akselerogram dari empat gempa Universitas Sumatera Utara yang berbeda, salah satunya harus diambil akselerogram Gempa El-centro N-S yang telah direkam pada tanggal 15 mei 1940 di California. Perbedaan keempat akselerogram tersebut harus ditunjukkan dengan nilai maksimum absolut koefisien korelasi silang antara satu akselerogram terhadap lainnya yang lebih kecil daripada 10%. 1.3 TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan dari tugas akhir ini adalah: 1. Menghitung kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit bangunan, baik bangunan yang tidak menggunakan fluid viscous damper maupun dengan menggunakan fluid viscous damper. 2. Menghitung momen, gaya lintang, gaya normal, displacement dan perpindahan (deformasi) antar lantai akibat gaya gempa pada bangunan tersebut. 3. Menganalisa sistem dan prosedur pemakaian Fluid Viscous Damper pada bangunan tersebut. 4. Untuk mengetahui efektifitas fluid viscous damper pada struktur bangunan. 5. Membandingkan pada kondisi mana yang lebih ekonomis antara menggunakan fluid viscous damper atau tanpa menggunakan fluid viscous damper. Universitas Sumatera Utara 1.4 PEMBATASAN MASALAH Yang menjadi batasan masalah adalah: 1. Analisa Dinamik Riwayat Waktu menurut SNI 03-1726-2002. 2. Struktur berada pada wilayah gempa di Indonesia. 3. Material yang digunakan adalah struktur beton. 4. Bangunan yang ditinjau yakni bangunan bertingkat dua belas. 1.5 METODE PEMBAHASAN Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah studi literatur yaitu dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari buku yang berhubungan dengan pembahasan pada tugas akhir ini serta masukan-masukan dari dosen pembimbing. Penganalisaan struktur dilakukan dengan program komputer yaitu Program SAP 2000 versi 10.0.1 untuk mempercepat perhitungan. Universitas Sumatera Utara