1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi

advertisement
 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia kian terancam. Dengan pola
makan yang melulu beras, penyakit degeneratif menjadi ancaman yang tak
terhindarkan. Salah satunya adalah penyakit diabetes yang jumlah penderitanya
mencapai 8,5 juta orang pada tahun 2013 (Depkes RI, 2013). Kondisi ini tentu
saja menjadi tantangan bagi para teknolog pangan. Pengembangan produk pangan
perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan ini. Produk dengan indeks glikemik
yang rendah, yaitu < 55% (Anonim a), perlu dikembangkan agar produk aman
dikonsumsi oleh penderita diabetes juga dapat mencegah timbulnya kasus
diabetes baru.
Salah satu produk yang cukup potensial adalah produk pasta, seperti
fettuccine misalnya. Sebenarnya berbagai jenis pasta hanya berbeda pada ukuran
dan bentuk saja. Tetapi dalam penelitian ini, digunakan produk berupa fettuccine
yang mungkin dikenal sebagai ‘spaghetti gepeng’ di kalangan masyarakat
Indonesia. Produk pasta umumnya dibuat dari semolina durum yang terbuat dari
jenis gandum yang spesifik. Pasta memiliki indeks glikemik yang rendah, yaitu
55% (Kill dan Turnbull, 2008), menjadikannya sangat tepat untuk dikonsumsi
oleh penderita diabetes. Sama halnya dengan jenis gandum lainnya, durum tidak
dapat tumbuh di Indonesia. Tentu ada kecemasan bahwa apabila produksi pasta
1 2 meningkat, impor semolina durum juga akan meningkat, kondisi ini tentu saja
tidak diharapkan.
Pisang adalah salah satu buah tropis yang banyak ditemukan di Indonesia.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tepung pisang memiliki profil pati
yang baik. Juarez, et al. (2006) menyatakan bahwa tepung pisang memiliki profil
komponen serat mencapai 14,5%. Hal ini menjadikan tepung pisang sangatlah
tepat untuk menggantikan sebagian dari semolina durum karena dapat
mempertahankan
profil
pati
yang
baik
pada
produk
pasta,
bahkan
memperbaikinya.
Dari berbagai jenis pisang yang ada di Indonesia, secara umum dibagi
menjadi 2 bagian utama, yaitu pisang plantain (harus diolah terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi) dan pisang meja (dapat dikonsumsi langsung). Tentu saja
jenis pisang yang dipilih dalam penelitian ini adalah pisang dari kelompok
plantain, karena pisang ini memiliki nilai ekonomis yang relatif lebih rendah
dibanding pisang meja. Pisang plantain kerap dijadikan tepung pisang juga
dengan kandungan GI yang rendah (48%, Anonim f). Setelah dilakukan survei ke
pasar, pisang tanduk dan pisang gabu tersedia dalam jumlah yang cukup besar,
terutama pada saat musim panen. Keterbatasan pengolahan menyebabkan produk
ini sering kali mengalami degradasi selama penyimpanannya dan tak jarang
produk harus terbuang karena kualitasnya yang sudah tidak layak jual. Dengan
menggunakannya sebagai bahan campuran dalam tepung komposit untuk
pembuatan fettuccine, diharapkan kondisi ini dapat diperbaiki. Nilai ekonomi
3 pisang jenis ini dapat meningkat dan tidak lagi ada produk yang terbuang sia-sia,
karena penepungan juga dapat menjadi salah satu metode pengawetan.
Menjadi menarik untuk meneliti produk fettuccine dari bahan berupa tepung
komposit semolina durum dan tepung pisang tanduk/gabu. Berbagai penelitian
berkaitan dengan pisang yang telah dipublikasikan, terutama publikasi
internasional, tidak membedakan jenis pisangnya secara spesifik. Sedangkan di
Indonesia, jenis-jenis pisang sudah sangat dekat dengan keseharian masyarakat.
Dan pemanfaatannya sebagai produk yang cukup terkenal secara internasional,
tentu dapat meningkatkan nilai ekonomis pisang jenis tanduk dan gabu tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Beberapa pertanyaan muncul seiring dengan upaya pembuatan produk baru
berupa fettuccine dari komposit semolina durum-tepung pisang tanduk/gabu.
Beberapa yang utama adalah:
1. Apakah pembuatan fettuccine berbahan dasar tepung komposit dapat
dilakukan dengan cara yang sama dengan pembuatan fettuccine dari
semolina durum?
2. Bagaimana pengaruh substitusi semolina durum dengan tepung pisang
tanduk/gabu terhadap sifat fisikokimiawi dan kecernaan pati produk
fettuccine?
3. Berapa rasio substitusi maksimal yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan profil pati produk fettuccine?
4 1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui cara pembuatan pasta jenis fettuccine dengan bahan baku
tepung komposit dari campuran semolina gandum durum dengan tepung
pisang tanduk dan gabu dalam berbagai rasio.
2. Mengetahui pengaruh substitusi semolina gandum durum dengan tepung
pisang tanduk dan gabu dalam berbagai rasio terhadap sifat fisiko kimia
produk fettuccine berupa derajat penggelembungan dan elongasi, cooking
loss, dan kemuluran fettuccine matang dan resistensi terhadap patah, serta
kecernaan pati produk mentahnya.
3. Mengetahui rasio substitusi maksimal yang dapat dilakukan tanpa
mengubah profil pati produk fettuccine.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Menyajikan data mengenai pengaruh subtitusi semolina gandum durum
dengan tepung pisang tanduk dan gabu dalam berbagai rasio beberapa
sifat fisikokimia yang penting pada produk fettuccine, juga rasio
substitusi maksimum yang dapat dilakukan tanpa mengubah profil
patinya.
5 2. Bagi Industri
‐ Memberi
data
hasil
penelitian
untuk
menjadi
pertimbangan
pengembangan lebih lanjut produk fettuccine dengan bahan tepung
komposit semolina dan pisang tanduk serta gabu
‐ Meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap produk pasta yang
memiliki profil gizi yang lebih baik dibanding produk sejenis lainnya.
3. Bagi Pemerintah
‐ Memberikan alternatif makanan pokok yang baru, yaitu pasta sebagai
pengganti beras, karena keduanya merupakan sumber karbohidrat.
‐ Menjadi salah satu produk diversifikasi dari komoditas pisang tanduk
dan gabu.
‐ Mengurangi penggunaan bahan yang diimpor dari luar negeri dengan
memanfaatkan
komoditas
lokal
sehingga
dapat
meningkatkan
ketahanan pangan.
4. Bagi Masyarakat
Menambah jenis produk makanan dengan nilai fungsional yang tinggi,
dengan menggunakan bahan baku lokal.
Download