Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah transmisi yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian,terutama pendapatan nasional (Lukman Hakim, 2004). Sementara itu (Nopirin, 2003) menjelaskan bahwa kebijaksanaan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan kebijaksanaan moneter terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga dan neraca pembayaran internasional yang seimbang. Salah satu alat kebijakan moneter untuk meningkatkan pendapatan nasional dan kestabilan harga adalah lewat jalur kredit. Tahapannya bisa dilihat seperti gambar di bawah ini : Bank sentral dan sektor perbankan saling berinteraksi untuk mencapai stabilitas nilai moneter. Bank Sentral mengeluarkan beberapa kebijakan untuk sektor perbankan dalam rangka mencapai target moneter pada saat- saat tertentu. Untuk mencapai target moneter tersebut, sektor perbankan antara lain menjalankan mekanisme transmisi kebijakan moneter terhadap sektor riil, yakni dengan berhubungan langsung dengan para pelaku ekonomi melalui pemberian kredit, yang berfungsi untuk meningkatkan tambahan modal dan tingkat konsumsi. 1 Transmisi kebijakan moneter lewat jalur kredit (credit channel) beranggapan bahwa tidak semua dana yang dihimpun oleh bank dari masyarakat disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Ada beberapa faktor penyebab yang menjadikan fungsi intermediasi keuangan tidak berjalan maksimal. Pemberian kredit ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan output nasional. Utari, dkk (2012) menyatakan bahwa terlepas dari semakin meningkatnya pembiayaan yang diberikan pasar modal, pembiayaan melalui sektor perbankan masih mendominasi total kredit yang diberikan kepada sektor swasta dengan rata-rata sebesar delapan puluh lima persen selama periode 1990-2010.Sehingga hal ini menarik untuk dibahas yakni untuk mengetahui pengaruh sektor kredit dalam transmisi kebijakan moneter di Indonesia selama periode 1991-2012. Disisi lain, beberapa pakar ekonomi menganggap mekanisme transmisi yang ada pada saat ini termasuk lewat jalur kredit, tidak dapat lagi mengendalikan secara pasti perkembangan agregat- agregat moneter (Hakim, 2001). Dalam hal ini terdapat dua pendapat ahli yang saling kontradiktif, satu sisi mengatakan bahwa intrumen kebijakan moneter lewat jalur kredit masih memberi dampak terhadap pencapaian target- target moneter, tetapi di sisi lain jalur kredit dianggap tidak memberi dampak yang pasti. 1.2. Rumusan Masalah Tujuan utama dari setiap kebijakan ekonomi adalah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari semakin membaiknya sektor ekonomi riil. Tidak bisa dipungkiri bahwa modal merupakan faktor penting dalam mengembangkan sektor riil. Disinilah pihak perbankan selaku lembaga intermediasi keuangan memainkan perannya yakni menyediakan akses bagi masyarakat untuk memperoleh pinjaman lewat jalur kredit. Itulah sebabnya sering dikatakan bahwa kredit perbankan merupakan motor penggerak perekonomian. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin, 1992). Sedangkan menurut Iswardono (1997), kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro.Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan pada variabel ekonomi moneter sehingga tercipta kestabilan ekonomi. Hal ini dapat diukur dengan terciptanya kestabilan harga, keseimbangan neraca pembayaran internasional dan adanya kesempatan kerja. 2 Menurut Miskhin (2008), melaksanakan kebijakan moneter yang benar adalah penting bagi kesehatan perekonomian. Kebijakan moneter yang terlalu ekspansioner menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi, yang menurunkan efisiensi perekonomian dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut Miskhin menjelaskan bahwa kebijakan moneter yang terlalu ketat dapat menyebabkan resesi yang serius dimana tingkat output akan menurun dan pengangguran meningkat. Hal tersebut juga dapat menimbulkan penurunan tingkat harga. Sistem keuangan yang terus mengalami perkembangan hingga beberapa tahun terakhir berpotensi untuk mempengaruhi kebijakan moneter terhadap sektor riil. Hal ini bisa saja terjadi pada variabel moneter manapun. Oleh sebab itu, peneliti akan mencoba melakukan analisis terhadap salah satu transmisi kebijakan moneter yaitu jalur kredit. Jalur kredit dianggap mempunyai dampak yang signifikan terhadap sektor riil. Miskhin (2001) meyatakan bahwa jalur kredit merupakan transmisi kebijakan moneter yang menyentuh langsung para pelaku ekonomi. Rumusan masalah pada penelitian ini dirangkum pada pertanyaan dibawah ini: 1. Bagaimana pengaruh kebijakan moneter dalam hal ini lewat jumlah uang beredar (M2) terhadap jalur kredit di Indonesia pada periode 1991- 2012? 2. Bagaimana pengaruh kebijakan moneter yang diwakili oleh jumlah uang beredar (M2) terhadap perekonomian di Indonesia selama periode 1991- 2012? 1.3. Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series berfrekuensi kuartalan, mulai tahun 1991- 2012. Data ini bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia(SEKI), laporan tahunan Bank Indoneisa yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, stlouisfed.org, dan Badan Pusat Statistik (BPS). Periode ini bisa menjelaskan hubungan antara sektor moneter dengan jalur kredit dan sektor riil pada berbagai variasi fluktuasi terhadap variabel moneter. Terutama untuk melihat seberapa besar peranan jalur kredit ditengah-tengah adanya guncangan terhadap berbagai variabel moneter. 1.4. Spesifikasi Model Model yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Kim (1999) yang mengkaji tentang peranan jalur kredit dalam transmisi kebijakan moneter di Korea Selatan. Bentuk modelnya adalah : Mit = α0 +Σi=1α1M it-1 + Σ i=1 α2 Yit-1 +Σi=1α3Lit-1 + Σ i=1α4CPIit-1 + it CPI Y L M : Tingkat Inflasi di Korea Selatan (%) : Produk Domestik Bruto Korea Selatan (Billion Won) : Jumlah kredit di Korea Selatan (Billion Won ) : Broad money (Billion Won) 3 Variabel yang ditambahkan dalam model ini adalah suku bunga Bank Indonesia (rSBI). Dalam teori kuantitas uang, tigkat suku bunga memiliki peranan terhadap perubahan harga (Consumer Price Index). Kenaikan tingkat suku bunga akan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat harga. Selanjutnya, kenaikan tingkat harga akan mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan nasional. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Mit = α0 +Σi=1α1M it-1 + Σ i=1 α2 Yit-1 +Σi=1α3Lit-1 + Σ i=1α4CPIit-1 + Σi=1 α5rSBIit-1 + it CPI Y L M rSBI : Consumer Price Index / Indeks Harga Konsumen (2000 = 100) : Pertumbuhan ekonomi Indonesia (%) : Jumlah Kredit (Milliar Rupiah) : Broad Money / M2 (Triliun Rupiah) : Suku bunga Bank Indonesia (%) 1.5. Definisi Variabel Consumer Price Index (CPI) Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen. Perhitungan IHK dilakukan untuk mengetahui perubahan harga beli di tingkat konsumen (purchasing cost) dari sekelompok barang dan jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat. Penelitian ini menggunakan data IHK Indonesia dengan tahun dasar 2000 secara kuartalan pada periode 1991-2012. Perubahan Indeks harga Konsumen (IHK) selanjutnya dinyatakan dalam bentuk persentase. Rumus di bawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (Samuelson, 2005:440). IHK pada Periode t = IHK pada periode (t-1) x bobot perubahan harga- harga pada periode t Bobot perubahan harga pada periode t = Σ [ kepentingan relatif dari barang I pada periode ( t – 1 ) ] x [ persentase kenaikan harga barang I dari ( t – 1 ) sampai t Tingkat Produksi (Y) Merupakan data pertumbuhan ekonomi riil Indonesia secara kuartalan mulai tahun 19912012. Pertumbuhan ekonomi dibuat riil agar mencerminkan pertumbuhan ekonomi tanpa pengaruh inflasi dengan tahun dasar 2000. Pertumbuhan ekonomi selanjutnya dinyatakan dalam bentuk persentase. 4 Growth = PDBt – PDBt-1 x 100% PDBt-1 PDBt : Produk Domestik Bruto pada periode t PDBt-1 :Produk Domestik Bruto pada periode t-1 Volume Kredit (L) Merupakan besarnya kredit yang disalurkan oleh bank umum melalui berbagai sektor dalam ekonomi secara kuartalan selama periode 1991-2012. Variabel ini merupakan total nilai kredit rupiah dan valas. Data total kredit perbankan secara riil didapat dari pembagian nilai total kredit dengan indeks harga konsumen pada periode yang sama dengan tahun dasar 2007. Variabel Kredit (L) dinyatakan dalam satuan Miliar Rupiah. Kredit = Kreditt - IHKt Kreditt : Total kredit pada periode t IHKt : Indeks Harga Konsumen pada periode t Jumlah Uang Beredar (M) Untuk penelitian ini Jumlah Uang Beredar (JUB) yang digunakan adalah M2 (Broad Money). M2 merupakan besarnya jumlah uang beredar di Indonesia dalam arti luas sepanjang tahun 1991-2012 dalam bentuk kuartalan. Jumlah Uang Beredar (JUB) dinyatakan dalam triliun rupiah. M2t = M1t + Quasy money M1t : Jumlah uang kartal dengan uang giral pada periode t Quasy money : Saldo rekening bank yang sewaktu- waktu dapat diubah menjadi uang tunai pada periode t Suku Bunga Bank Indonesia (rSBI) Merupakan data moneter yang menjelaskan perkembangan pada pasar uang. Data yang digunakan merupakan data kuartalan tingkat suku bunga SBI 1 Bulan. Data rSBI riil didapat dari pengurangan antara SBI rate dengan inflasi pada periode yang sama. Variabel rSBI dinyatakan dalam bentuk persentase. 5