BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu tindakan bedah periodontal dapat menimbulkan perlukaan pada gingiva (Fedi dkk., 2004). Luka pada gingiva memiliki kemampuan untuk mengalami penyembuhan secara baik dengan sendirinya (David dkk., 2013). Proses penyembuhan luka bertujuan untuk menggantikan dan merestorasi struktur serta fungsi dari jaringan yang mengalami kerusakan, sehingga jaringan tersebut dapat menjalankan fungsi normalnya kembali (Mulder dkk., 2002). Penyembuhan luka terdiri dari 4 fase saling berkelanjutan, yaitu fase hemostasis, fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi atau remodeling (Jawad dkk., 2007). Pada fase proliferasi terbentuk jaringan granulasi yang mengandung serabut kolagen dan matriks ekstraseluler (Ryan, 2013). Sintesis kolagen dan deposisi matriks ekstraselular dilakukan oleh fibroblas (Sussman dan Bates-Jensen, 2007). Migrasi dan proliferasi fibroblas diinduksi oleh PDGF (Platelet Derived Growth Factor), FGF-2 (Fibroblast Growth Factor-2), dan TGF-β (Transforming Growth Factor- β) yang disintesis oleh makrofag pada fase inflamasi (Kumar dkk., 2013). Kolagen mulai dapat diamati pada area luka pada hari ke-3 setelah terjadinya luka dan berlanjut hingga minggu ke-2 setelah terjadinya luka. Jumlah serabut kolagen akan tampak lebih nyata pada hari ke-7 paska perlukaan seiring dengan peningkatan jumlah sel fibroblas. Susunan serabut kolagen sudah lebih stabil dan terorganisir pada hari ke-14 setelah terjadinya luka (Baranoski dan Ayello, 2008; 1 2 Sabirin dkk., 2013; Kiani dkk., 2014). Kolagen merupakan protein struktural dalam tubuh dan penyusun utama matriks ekstraselular pada semua spesies (Andreasen dkk., 2007). Kolagen mempunyai peran penting pada proses penyembuhan luka diantaranya untuk meningkatkan kekuatan struktur matriks ekstraselular, meningkatkan tensile strength pada area luka, dan kontraksi luka. Kolagen utama yang berperan dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen fibrilar (tipe I, II, III, dan V) (Lavelle, 1988; Kumar dkk., 2013). Proses penyembuhan luka dapat dipercepat dengan pemberian obat dari senyawa kimia maupun bahan alami. Pelayanan kesehatan yang menggunakan obat-obat sintesis menjadi sangat mahal dan membawa efek samping yang membahayakan serta menimbulkan reaksi alergi, sehingga akhir-akhir ini masyarakat berusaha mencari solusi dengan menggunakan obat-obat dari bahan alami. Obat dari bahan alami memiliki keuntungan khususnya untuk mengurangi alergi dan efek samping (Rhodiyah dan Sulistyawati, 2011). Indonesia memiliki beraneka ragam tumbuhan dan hewan yang berpotensi sebagai bahan pengobatan alami, salah satunya adalah dengan menggunakan kitosan yang memiliki kemampuan dalam mempercepat proses penyembuhan luka (Jawad dkk., 2007). Cangkang bekicot yang dulunya dianggap sebagai limbah tidak bermanfaat ternyata dapat dimanfaatkan kandungan kitinnya. Kandungan kitin pada cangkang bekicot sekitar 70-80%, sedangkan pada cangkang udang hanya 15-20% dan rajungan hanya 20-30% (Srijanto, 2003). Kitin dalam cangkang bekicot dapat mengalami deasetilasi menjadi kitosan yang mempunyai efek untuk mempercepat proses penyembuhan luka (Jawad dkk., 2007; Gomathysankar dkk., 2014). Kitosan 3 mempunyai peran penting dalam proses penyembuhan luka karena dapat menstimulasi proliferasi fibroblas pada proses fibroplasia dan sintesis kolagen (Jawad dkk., 2007). Kitosan dapat mengalami depolimerisasi menjadi N-asetil-D-glukosamin yang akan menginisiasi proliferasi fibroblas dan membantu dalam proses deposisi kolagen serta menstimulasi peningkatan sintesis asam hialuronat pada area luka (Inas dan Kawkab, 2012). Kitosan juga dapat berinteraksi dengan FGF-2 pada permukaan luka yang berperan dalam pembentukan jaringan granulasi dan kontraksi luka. Kitosan meningkatkan migrasi makrofag untuk mensintesis TNF-α (Tumor Necrotizing Factor-α) yang selanjutnya menstimulasi makrofag untuk menghasilkan PDGF dan TGF-β. Kedua growth factor tersebut berperan dalam aktivasi dan migrasi fibroblas (Andreasen dkk., 2007; Brett, 2008; Gomathysankar dkk., 2014). Kitosan dapat diadministrasikan pada rongga mulut secara topikal. Pada membran mukosa khususnya mukosa rongga mulut biasanya obat diaplikasikan secara topikal melalui sediaan dalam bentuk gel. Obat dan bahan yang diaplikasikan secara topikal dapat melakukan penetrasi pada membran mukosa dan langsung diabsorpsi menuju aliran darah, sehingga memberikan efek langsung pada area yang terlibat (Jensen dan Peppers, 2006). Gel kitosan dengan konsentrasi sebesar 3% digunakan dalam penelitian ini karena menurut penelitian sebelumnya dari Popa dkk. (2013) konsentrasi tersebut dapat memberikan efek yang optimal dan efisien dalam penghantaran obat pada perawatan jaringan periodontal. 4 Hewan coba tikus jenis Rattus norvegicus digunakan pada penelitian ini dengan pertimbangan bahwa struktur gigi, rongga mulut, dan jaringan peirodontalnya memiliki kesamaan secara fisiologis dengan manusia (Miles dan Grigson, 2003). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu : Apakah aplikasi gel kitosan cangkang bekicot (Achatina fulica) 3% berpengaruh terhadap kepadatan serabut kolagen proses penyembuhan luka gingiva Rattus norvegicus. C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai aplikasi kitosan dari cangkang udang dalam mempercepat proses penyembuhan luka telah dilakukan oleh Jawad dkk. (2007) dengan sediaan berbentuk sheet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa chitosan sheet dapat mempercepat fase inflamasi, meningkatkan jumlah pembuluh darah baru dan sel fibroblas, meningkatkan deposisi kolagen dan re-epitelialisasi pada proses penyembuhan luka kulit. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah kitosan didapatkan dari cangkang bekicot (Achatina fulica) dari filum Mollusca, dibuat dalam bentuk sediaan gel, dan diaplikasikan pada gingiva. Kusumaningsih dkk. (2004) telah melakukan penelitian yang membuktikan bahwa pada cangkang bekicot terdapat kitin yang dapat mengalami deasetilasi menjadi kitosan dengan derajat deasetilasi 74,78-77,99%. 5 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi gel kitosan cangkang bekicot (Achatina fulica) 3% terhadap kepadatan serabut kolagen proses penyembuhan luka gingiva Rattus norvegicus. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Menambah informasi ilmiah mengenai pengaruh aplikasi gel kitosan cangkang bekicot (Achatina fulica) terhadap kepadatan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka gingiva Rattus norvegicus. 2. Menjadi dasar acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi gel kitosan cangkang bekicot (Achatina fulica) terhadap penyembuhan luka gingiva pada manusia dalam mendukung keberhasilan perawatan periodontal.