BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perencanaan Integrasi Gambar 5. 1 Perumusan Konsep Secara Umum Sumber: Analisis Secara umum perumusan konsep integrasi antara asrama mahasiswa, fasilitas olahraga dan pendidikan karakter merupakan upaya untuk membentuk sinergitas yang lebih optimal untuk membentuk pondasi mahasiswa berkualitas unggul. Asrama mahasiswa dijadikan “ruang incubator” bagi kampus sehingga setelah mahasiswa menyelesaikan tahun pertamanya mereka akan siap untuk mengembangkan kemampuannya ketingkat yang lebih tinggi. 5.2. Konsep Makro/Integrasi Zona Secara makro perencanaan asrama mahasiswa ini merupakan incubator yang menjadi masa peralihan antara kehidupan sekolah dan perkuliahan. Mahasiswa harus siap secara fisik dan mental dan memperkuat motivasi mereka mengikuti dunia perkuliahan. Perbedaan antara dunia sekolah dan perkuliahan menjadi hal yang harus diantisipasi oleh mahasiswa. Penjurusan menuju arah minat dan bakat mahasiswa dapat menjadi patokan perkembangan individu mahasiswa. 81 Untuk memenuhi konsep tersebut, penataan asrama secara makro harus mewadahi kebutuhan penghuni asrama secara keseluruhan. Selain mewadahi kegiatan olahraga mahasiswa, kawasan ini juga harus memberikan kondisi lingkungan yang baik dan mendukung kesehatan mahasiswa. Dengan menggunakan arboretum sebagai pelingkup kawasan, lingkungan dari kawasan ini akan tetap terjaga alamnya. Gambar 5. 2 Diagram Integrasi Kawasan Makro Sumber: Analisis Gambar 5. 3 Perancangan Secara Makro Sumber: Analisis 5.3. Konsep Messo Secara messo, perencanaan konsep integrasi kawasan menjadi hal yang diutamakan. Untuk mengintegrasikan antara kawasan fasilitas olahraga dan asrama mahasiswa dibutuhkan suatu zona yang menjadi peralihan yang mewadahi kegiatan yang dibutuhkan keduanya. Zona ini merupakan zona penting yang disebut plaza dan 82 menjadi pusat kegiatan dan interaksi. Area ini merupakan area publik yang menyediakan fasilitas fasilitas pendukung pada bangunan yang juga dapat digunakan pengunjung yang selesai berolahraga. Gambar 5. 4 Perancangan Secara Messo Sumber: Analisis Gambar 5. 5 Skema Konsep Messo Sumber: Analisis 5.3.1. Konsep Integrasi Kawasan Olahraga dan Asrama / Plaza Asrama mahasiswa merupakan tempat bagi mahasiswa menghabiskan waktu terlama dalam waktu sehari. Mahasiswa berisitirahat dan melakukan berbagai kegiatan didalamnya. Kegiatan yang dilakukan harus diseimbangi dengan kegiatan olahraga untuk tetap menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani. Dengan mengintegrasikan fasilitas olahraga dan asrama mahasiswa akan dapat dengan mudah mengakses fasilitas tersebut. Mahasiswa akan lebih sering berolahraga tanpa harus mengkhawatirkan jarak tempuh yang jauh. Selain mahasiswa dari asrama, pengunjung juga datang pada wilayah ini untuk berolahraga. Untuk itu dibutuhkan suatu penyelsaian desain yang dapat mewadahi kebutuhan pengunjung. Kebutuhan dari mahasiswa dan pengunjung dapat di integrasikan sehingga antara keduanya timbul interaksi sosial. 83 5.3.1.1. Fasilitas Peralihan Antara Asrama dan Olahraga Pada wilayah ini terdapat dua karakter yang berbeda yaitu fasilitas olahraga yang tersedia bersifat lebih privat dan digunakan untuk permainan yang lebih serius. Sedangakan pengunjung dan mahasiswa yang berolahraga pada kawasan ini tidak selalu berolahraga dengan serius. Mayoritas dari pengunjung dan mahasiswa hanya berjogging disekitar area dan bermain permainan kecil hanya untuk bersenang-senang. Solusi yang diberikan yaitu dengan penambahan beberapa fasilitas olahraga kecil yang dapat digunakan bagi mahasiswa dan pengunjung untuk sekedar bermain dan bersenang senang. Beberapa permainan kecil yang dapat diakomodasi bagi pengunjung diantaranya seperti lapangan voli, lapangan basket dan bulutangkis. 5.3.1.2. Rest Zone Rest zone adalah area yang dapat digunakan bagi pengunjung yang selesai berolahraga untuk beristirahat. Pengunjung dan penghuni asrama dapat saling berinteraksi pada area ini. Fasilitas yang diberikan berupa tempat duduk dan area teduh sehingga pengunjung dapat beristirahat dengan santai. Rest zone merupakan daerah peralihan antara bangunan asrama dan fasilitas olahraga yang sifatnya lebih ke ruang publik. 5.3.1.3. Retail Retail merupakan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan dari mahasiswa dan pengunjung setelah selesai berolahraga. Retail diletakkan pada lantai satu bangunan asrama. Retail menjual minuman dan kebutuhan lainnya saat berolahraga seperti suplemen dan obat-obatan. Selain itu fasilitas retail juga menyediakan peralatan olahraga pelengkap sederhana seperti bola basket, bola voli, shuttlecock dan lainnya. 5.3.2. Konteks Budaya Melayu yang Religius dan Sosialis. Riau adalah provinsi yang memiliki suku melayu sebagai mayoritas dan sejarah penduduk masyarakat Riau. Suku melayu tersebut merupakan etnis yang termasuk dalam rumpun ras Austronesia. Suku melayu dalam pengertian ini, berbeda dengan konsep bangsa melayu yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, brunei Darussalam dan singapura. 84 Penduduk daerah Riau umumnya adalah pemeluk agama islam yang taat. Agama islam didaerah ini telah dianut penduduk sejak masuknya agama islam yang diperkirakan sejak abad ke-11 dan 12 Masehi. Karakter religius ini dapat dilihat dari tiap kampong yang memiliki mesjid. Selain itu juga pakaian adat melayu yang digunakan oleh siswa-siswi sekolah dan pegawai negri yang berupa pakaian muslim yang ditambah dengan penggunaan songket. Setiap hari jumat pagi setiap sekolah mengadakan kegiatan ibadah bersama sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai. Kebudayaan yang religius ini harus tetap dijaga dan dilestarikan. Konsep ini diaplikasikan dengan pembangunan rumah ibadah yang memiliki pelataran halaman yang luas dan dapat menampung banyak mahasiswa untuk setiap kegiatan keagamaan. Fasilitas ini juga dapat digunakan bagi pengunjung yang berolahraga sehingga tidak khawatir untuk mencari tempat ibadah. 5.4. Konsep Arsitektur Bangunan dan Lingkungan Gambar 5. 6 Perencanaan Kawasan Olahraga-Asrama Sumber: Analisis Perancangan arsitektur bangunan dan lingkungan kawasan asrama dan fasilitas olahraga adalah sinergitas kawasan yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dan yang lainnya. Fungsi antara spasial dan fungsional menjadi saling berhubungan untuk optimalitas pendidikan karakter. Pada lingkungan asrama terdapat area peralihan dari fasilitas olahraga. Area ini merupakan pusat interaksi utama zona integrasi terjadi. Mahasiswa yang selesai berolahraga dapat beristirahat pada area ini dan menikmati fasilitas bersama yang disediakan. 85 Gambar 5. 7 Perspektif Mata Burung Kawasan Asrama-Olahraga Sumber: Analisis Pada lingkungan asrama terdapat plaza yang dibuat sebagai ruang interaksi yang besar. Untuk optimalitas pendidikan karakter, kualitas dari plaza sangat mempengaruhi. Desain plaza pertama yaitu plaza yang terdapat pada zona peralihan asrama dan olahraga. Sifatnya lebih public. Dan plaza kedua terletak di tengah massa bangunan asrama dan sifatnya lebih nyaman dan tertutup. 5.4.1. Konsep Masa Bangunan 5.4.1.1. Alternatif 1 Gambar 5. 8 Proses Pembentukan Massa Bangunan Sumber: Analisis Proses pembentukan massa bangunan dapat dilihat seperti gambar yang diatas (Gambar 5.6). Pembentukan massa melalui proses pertimbangan kebutuhan dan view yang dapat diberikan bagi pengunjung dan penghuni asrama. 86 prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Proses pertama yaitu dengan mengalokasikan ruang bagi ruang parkir dan area plaza. Ruang parkir ditunjukan dengan warna orange dan plaza ditunjukan dengan warna ungu. b. Proses kedua memperlihatkan area ruang parkir dan area plaza. c. Ruang yang tersedia bagi bangunan asrama di offset untuk sirkulasi. Kemudian ditarik garis yang mendukung view dari plaza kearah jalan. d. Ruang yang tersedia dibagi dua yaitu untuk asrama pria dan asrama wanita. Kemudian salah sisinya di extrude kedalam untuk menciptakan ruang publik. e. Pada ruang yang tercipta di extrude bangunan dengan bentuk berundakundak agar tercipta ruang positif ditengah plaza. Gambar 5. 9 Konsep Massa Bangunan 1 Sumber: Analisis 5.4.1.2. Alternatif 2 Gambar 5. 10 Konsep Massa Bangunan 2 Sumber: Analisis Massa bangunan kedua memiliki konsep yang sama dengan alternatif satu yaitu masa bangunan yang berundak-undak. Namun antara alternative satu 87 dan dua memiliki perbedaan pada plaza yang berada di tengahnya. Plaza yang berada ditengah merupakan optimalisasi ruang publik. Massa bangunan yang berundak undak merupakan upaya optimalisasi ruang diskusi diluar bangunan. Gambar 5. 11 Plaza Alternatif 2 Sumber: Analisis 5.4.2. Konsep Zonasi Ruang 5.4.2.1. Alternatif 1 Gambar 5. 12 Skema Konsep Zonasi Vertikal 1 Sumber: Analisis Secara vertikal, hubungan ruang yang paling erat hubungannya terletak pada lantai satu. Lantai satu merupakan area peralihan antara kegiatan pada zona olahraga dan asrama. Secara umum lantai satu merupakan lantai yang bersifat publik. Fasilitas yang disediakan merupakan fasilitas kebutuhan dari mahasiswa dan pengunjung. Pusat perlengkapan kebutuhan mahasiswa terletak pada lantai satu. Lantai dua, tiga dan empat merupakan lantai yang diutamakan untuk fungsi hunian. Fasilitas edukasi yang lebih privat dilitakkan pada lantai dua agar tidak terganggu oleh aktivitas yang ada dilantai satu. Fasilitas tersebut diantaranya perpustakaan dan ruang belajar. Setiap lantai diberikan ruang terbuka diatasnya yang dapat digunakan mahasiswa untuk bersantai. 88 5.4.2.2. Alternatif 2 Gambar 5. 13 Skema Konsep Zonasi Vertikal 2 Sumber: Analisis Konsep dua memiliki dua plaza yaitu plaza yang berbatasan langsung dengan fasilitas olahraga dan plaza yang berada diantara masa bangunan asrama. Lantai satu dan dua digunakan untuk fasilitas penunjang kegiatan asrama dan kegiatan peralihan antar zona. Fasilitas tersebut merupakan fasilitas integrasi antara asrama dan fasilitas olahraga. Sedangkan pada lantai tiga,empat dan lima sepenuhnya diperuntukan bagi hunian mahasiswa. Gambar 5. 14 Potongan Konsep 2 Sumber: Analisis Berdasarkan gambar potongan diatas terdapat jalur sirkulasi diantara dua masa bangunan asrama. Jalur tersebut merupakan penghubung antar dua plaza yang terdapat dalam kawasan ini. Jalur sirkulasi dibuat dengan level yang berbeda beda agar dapat digunakan juga bagi pengunjung atau mahasiswa untuk beristirahat. Konsep dengan membagi dua plaza bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa yang menginginkan suasana yang lebih akrab dan privasi terlepas dari kegiatan olahraga. Plaza kedua dapat digunakan sebagai ruang diskusi outdoor bagi mahasiswa. 89 5.4.3. Konsep Utilitas 5.4.3.1. Sanitasi Jaringan air bersih menggunakan down feed system, yaitu air dari tanah dipompa dan dikumpulkan ke dalam tangki kemudian dipompa ke tangki yang terdapat di atas gedung dan disalurkan ke dalam bangunan dari atas ke bawah. Memperbanyak sumur resapan disekeliling bangunan agar terjadi penyerapan maksimal terhadap tumpahan air hujan. Untuk jaringan air kotor dibagi menjadi dua yaitu black water dan grey water. Jaringan air kotor dapat memiliki satu saluran (one pipe system) atau dua saluran yang berbeda (two pipe system), atau gabungan keduanya dengan pipa mendatar yang berbeda dan pipa vertikal yang sama (single stack system). Sedangkan pada jaringan air lemak harus memiliki treatment khusus untuk memisahkan lemak dan air. 5.4.3.2. Pencegahan Kebakaran 5.4.3.2.1. Sistem Deteksi Deteksi musibah kebakaran dilakukan dengan tiga alat utama yaitu heat detector, flame detector dan smoke detector. Ketiga alat ini akan mendeteksi apabila ada asap, panas danlidah api. Sehingga apabila terjadi kebakaran, alat-alat tersebut akan mengeluarkan early warning system dan akan mengaktifkan sprinkler. 5.4.3.2.2. Sistem Hydrant System hydrant digunakan pada saat terjadi kebakaran. Hydrant akan mengalirkan air yang berasal dari menara air atau dari system hydrant kota. Hydrant yang digunakan ada dua jenis yaitu hydrant yang didalam ruangan dan diluar ruangan. Air yang digunakan untuk hydrant dalam adalah air yang berasal dari menara air dan hydrant luar berasal dari sistem hydrant kota. 5.4.3.3. Jaringan Listrik dan Penangkal Petir Jaringan elektrikal bersumber pada energi listrik yang berasal dari PLN dan genset yang dipergunakan pada kondisi darurat dan untuk menjaga 90 keberlangsungan pasokan listrik.Sedangkan untuk penangkal petir yang digunakan adalah penghantar-penghantar di atas atap berupa elektrodaelektroda logam. 5.4.3.4. Jaringan Telekomunikasi dan Internet Jaringan telekomunikasi menggunakan sistem Private Automatic Branch eXchange yang menghubungkan telepon di dalam suatu gedung ke jaringan komunikasi internal gedung tersebut serta menghubungkan jaringan telepon gedung ke layanan komunikasi publik dan sebaliknya. Untuk jaringan internet menggunsksn wi–fi. serta LAN System (Local Area Network) untuk memudahkan sistem pemindaian data koleksi data dijital dalam bangunan. 5.4.4. Konsep Pencahayaan Gambar 5. 15 Konsep Pencahayaan Makro Sumber: Analisis Perancangan konsep pencahayaan secara umum menggunakan dua metode. Metode pertama yaitu menggunakan vegetasi yang ada disekitar site untuk memberikan area teduh pada area plaza. Metode kedua yaitu menggunakan konsep masa bangunan untuk memasukan cahaya kedalam bangunan ataupun menolak cahaya untuk kenyamanan thermal dalam bangunan. Untuk pencahayaan dalam bangunan, pada interior menggunakan banyak bukaan sehingga memungkinkan untuk masuknya pencahayaan alami didalam bangunan (gambar 5.12 kiri). Sedangkan pada malam hari pada ruang ruang grup diberi pencahayaan yang memiliki warna yang berbeda-beda. Cahaya ini dapat dilihat dari luar sehingga pada malam hari fasad bangunan akan terlihat penuh dengan warna. 91 Gambar 5. 16 Konsep Pencahayaan Interior Sumber: Analisis 5.4.5. Konsep Struktur Perancangan sistem struktur memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: a. Kelayakan (service ability) b. Kestabilan (stability) c. Kekuatan (strength) d. Keamanan (safety) e. Keawetan (durability) Secara umum, struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu base structure (pondasi), struktur rangka bangunan (kolom-balok), dan upper structure (struktur atap). Ketiganya harus membentuk suatu kesatuan sistem struktur yang tertutup, kokoh, dan kaku (rigid). Untuk perancangan asrama mahasiswa ini menggunakan struktur beton dan rangka baja. Gambar 5. 17 Potongan Struktur dan Skylight Sumber: Analisis 92 Gambar 5. 18 Isometri Struktur Sumber: Analisis 5.4.6. Konsep Lansekap Gambar 5. 19 Konsep Suasana Peneduh Lansekap Sumber: Analisis Penataan lansekap kawasan asrama dan fasilitas olahraga yaitu dengan memperbanyak pohon-pohon besar dan rimbun. Dengan memperbanyak pohon merupakan salahsatu upaya untuk memperbanyak ruang terbuka hijau dan menciptakan paru-paru pada kawasan olahraga dan asrama. Pepohonan yang lebat dapat menjadi barier anti polusi dan kebisingan pada bangunan asrama. Selain itu kawasan hijau memiliki pengaruh baik tehadap kondisi pisikologis mahasiswa. 5.5. Konsep Pendidikan Karakter 5.5.1. Visualisasi dan Pisikologis Interior Kenyamanan dari visualisasi akan mempengaruhi kondisi dari pisikologis mahasiswa. Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter yang optimal, harus memperhatikan jiwa pisikologis mahasiswa. Mahasiswa dengan pisikologis yang baik akan membawa suasana hati lebih santai dan tenang. Untuk interior kamar, warna yang digunakan adalah warna yang terang dengan saturasi yang rendah untuk menghasilkan kesan terbuka dan tenang. Untuk cat interior kamar yaitu warna putih menuju krem. Penggunaan warna dengan tone 93 seperti ini akan menimbulkan kesan hangat. Selain itu dengan nilai saturasi yang rendah, warna akan mudah untuk memantulkan cahaya. Gambar 5. 20 Contoh Pemilihan Warna Kamar Sumber: Analisis Untuk interior fasilitas seperti ruang belajar dan ruang diskusi, pemilihan warna yang digunakan yaitu warna putih untuk cat dan furniture yang warna-warni. Penggunaan warna yang ceria akan mempengaruhi pisikologi dari mahasiswa untuk lebih semangat dalam melakukan kegiatan. Penggunaan warna-warni pada furniture diterapkan di elemen tertentu sehingga warna tidak menjadi dominan terhadap ruang. Gambar 5. 21 Contoh Interior Sumber: http://9gag.com/gag/7068441 16 april 2013 10:31 Gambar 5. 22 Sketsa Interior Ruang Belajar Sumber: Analisis Pemilihan warana yang digunakan pada perabotan dan elemen interior disesuaikan dengan warana dan karakteristiknya. Warna yang dipilih memiliki karakteristik tertentu dan akan mempengaruhi jiwa pisikologis mahasiswa. Karakter yang terbangun dapat dilihat pada gambar 5.16. 94 Gambar 5. 23 Pilihan Warna Furnitur dan Interior Sumber: Analisis 5.5.2. Fasilitas Penunjang Pendidikan Karakter Bangunan asrama yang berorientasi pada pendidikan karakter, harus memiliki fasilitas-fasilitas pendukung yang lengkap. Penjelasan mengenai fasilitas apa saja yang diperlukan telah dijelaskan pada bab sebelunya (Bab III). Fasilitas-fasilitas tersebut terbagi atas fasilitas yang disediakan khusus bagi sesama penghuni asrama dan antara penghuni asrama dan pengunjung. Untuk memahami fasilitas apa saja yang dibutuhkan mahasiswa, sebelumnya dilakukan pangamatan mengenai behavior setting. Untuk program khusus yang diberikan oleh pengelola dalam rangka pendidikan karakter disediakan fasilitas seperti auditorium dan lainnya. Sedangkan untuk program yang merupakan inisiatif dari mahasiswa, harus didesain agar semuanya dapat terpenuhi. Program tersebut diantaranya program pengembangan diri, rekreasi dan interaksi. 5.5.3. Kesehatan Jasmani “Mensano in corpora sano” yang berarti didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Keunggulan dari integrasi asrama dan fasilitas olahraga dalam pendidikan karakter adalah mahasiswa penghuni asrama akan termotivasi untuk sering berolahraga. Dengan kesehatan yang terjaga, untuk melakukan kegiatan lainnya akan terasa lebih mudah. Pikiran akan lebih jernih untuk menerima pelajaran. Kegiatan olahraga yang dilakukan secara rutin akan membentuk jiwa yang kompetitif dan sportif dalam diri mahasiswa. Dalam kawasan ini terdapat berbagai macam mahasiswa dari jurusan yang berbeda-beda. Jiwa kompetisi akan tumbuh antar individu yang berbeda. Dengan area yang memungkinkan terjadinya interaksi, keakraban dan sportifitas antar individu juga akan terbangun. 95