BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Teori Signal
Isyarat atau signal adalah tindakan yang diambil oleh manajemen
perusahaan dimana manajemen mengetahui informasi yang lebih lengkap dan
akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan
daripada pihak investor. Oleh karena itu, manajer berkewajiban memberikan
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada para stakeholder.
Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti publikasi laporan keuangan. Manajer melakukan
publikasi laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada pasar.
Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal good
news atau bad news. Sinyal yang diberikan akan mempengaruhi pasar saham
khususnya harga saham perusahaan. Jika sinyal manajemen mengindikasikan
good news, maka dapat meningkatkan harga saham. Namun sebaliknya, jika
sinyal manajemen mengindikasikan bad news dapat mengakibatkan penurunan
harga saham perusahaan. Oleh karena itu, sinyal dari perusahaan merupakan
hal yang penting bagi investor guna pengambilan keputusan (Febrianty, 2011)
dalam Mudlofir.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Menurut Wolk dan Tearney (2010) Hal positif dalam signalling theory
dimana
perusahaan
yang
memberikan
informasi
yang
bagus
akan
membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki berita bagus
dengan menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang
bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja
keuangan masa lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya oleh pasar.
1. Saham
Saham menunjukan bukti kepemilikan. Pemilik saham perusahaan,
disebut pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan. (Husnan dan
Pudjiastuti, 2013;257)
a) Saham Biasa
Saham biasa adalah ekuitas tanpa prioritas atas dividen atau dalam
hal kepailitan. Struktur konseptual dari perusahaan berasumsi bahwa
pemegang saham akan memilih para direktur yang selanjutnya akan
merekrut manajer untuk menjalankan perintah mereka. Oleh karena itu,
pemegang saham, mengendalikan perusahaan melalui hak untuk untuk
memilih para direktur. (Ross dkk,2009;354)
Menurut Brigham dan Houston (2014) sebagian besar perusahaan
memiliki satu jenis saham biasa, terkadang digunakan saham terklasifikasi
(classified stock) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus. Saham
terklasifikasi adalah saham biasa yang diberikan penanda khusus, seperti
kelas A, kelas B dan seterusnya, untuk memenuhi kebutuhan khusus
perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Brigham dan Houston (2014) lebih jauh mengemukakan bahwa
saham biasa memberikan aliran arus kas yang diharapkan akan terjadi di
masa depan, dan nilai suatu saham dihitung dari nilai sekarang arus kas
masa depan yang diharapkan, di mana nilai tersebut terdiri dari dua unsur :
(1) dividen yang diharapkan setiap tahunnya dan (2) harga yang
diharapkan akan diterima oleh investor ketika mereka menjual saham
tersebut.
b) Saham Preferen
saham preferen adalah saham saham yang memberikan dividen yang
tetap besarnya. Besarnya dividen tidak dipengaruhi oleh laba yang diperoleh
perusahaan. Pembayaran dividen saham preferen dilakukan terhadap laba
setelah pajak. Kadang saham preferen memberikan dividen yang komulatif.
Artinya apabila pada tahun lalu perusahaan rugi, maka besarnya dividen
akan ditunda untuk dibayarkan keseluruhannya pada tahun ini (Husnan dan
Pudjiastuti, 2013;381),
Brigham dan Houston. (2014) mengemukakan bahwa saham preferen
merupakan suatu campuran (hybrid) saham ini mirip dengan obligasi dalam
beberapa hal dan dalam beberapa hal lain juga mirip dengan saham biasa.
Sifat campuran ini tampak jelas ketika kita mencoba mengkelompokan
saham preferen sehubungan dengan obligasi dan saham biasa. Seperti
obligasi, saham preferen memiliki nilai nominal dan dividen dalam jumlah
tetap yang harus dibayar sebelum dividen dapat dibayarkan kepada saham
biasa.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Ross dkk. (2009) mengemukakan bahwa dapat dikatakan saham
preferen sebenarnya merupakan utang yang tersamar, semacam obligasi
ekuitas. Para pemegang saham preferen hanya akan menerima dividen
ditetapkan ( stated dividend) ; dan jika perusahaan dilikuidasi, pemegang
saham preferen akan mendapatkan nilai ditetapkan.
Ross dkk. (2009) lebih jauh menyatakan bahwa saham preferen
(preferred stock) berbeda dari saham biasa karena saham preferen memiliki
preferensi diatas saham biasa dalam hal pembayaran dividen dan dalam hal
distribusi asset perusahaan jika terjadi likuidasi. Preferen berarti hanya para
pemegang saham preferen yang harus menerima dividen (dalam hal
perusahaan yang masih beroperasi) sebelum para pemegang saham biasa
berhak menerima apapun. Para pemegang saham preferen kadang tidak
memiliki hak untuk memberikan suara.
2. Harga Saham
Harga saham merupakan harga atau nilai uang yang bersedia dikeluarkan
untuk memperoleh atas suatu saham (Widoatmojo,2012;45). Sedangkan
Brigham dan Houston (2014) lebih jauh menyatakan bahwa jumlah lembar
saham beredar untuk segala maksud dan tujuan adalah hal yang telah
ditentukan, sehingga apa yang sebenarnya menentukan kekayaan pemegang
saham adalah harga saham. Pada intinya, kekayaan pemegang saham hanyalah
jumlah lembar saham beredar yang dikalikan dengan harga pasar per lembar
saham. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor rata-rata jika investor
itu membeli saham.
Investor menyukai pengembalian yang tinggi, tetapi tidak menyukai
resiko. Dengan demikian, makin besar laba yang diharapkan dan makin
rendah resiko yang diakui, maka makin tinggi harga saham. (Brigham dan
Houston,2014;9).
Nilai intrisik (intrinsic value) yang merupakan estimasi dari nilai
sebenarnya seperti dihitung oleh analis yang sepenuhnya memiliki informasi
yang didasarkan pada data risiko dan pengembalian yang akurat. Berinvestasi
akan mudah, menguntungkan, dan hampir tanpa resiko jika tahu seluruh nilai
instrisik saham. Nilai instrinsik adalah suatu konsep jangka panjang. Nilai ini
mencerminkan baik tindakan yang tidak tepat maupun tindakan yang tepat.
Manajemen hendaknya memberikan informasi yang membantu para investor
melakukan estimasi yang akurat tentang nilai intrisik perusahaan yang
sebenernya, yang selanjutnya akan menjaga harga saham terus mendekati
tingkat ekuilibrium. Kondisi equilibrium adalah jika harga pasar actual saham
sama dengan nilai intrisiknya. (Brigham dan Houston,2014;11)
Menurut Zuliarni (2012) dalam Sukmawati berpendapat bahwa
kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten,
karena semakin banyak orang yang percaya pada emiten maka keinginan
untuk berinvestasi pada emiten tersebut juga akan semakin kuat. Jika
permintaan terhadap saham emiten semakin banyak, nantinya akan berdampak
pada naiknya harga saham emiten tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
3. Current Ratio
Menurut
Keown (2011)
Rasio
lancar
menunjukkan
likuiditas
perusahaan yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar terhadap
hutang lancar (hutang lancar atau hutang jangka pendek)
Rasio lancar =
Aktiva lancar
Hutang lancar
Menurut Brigham dan Houston (2014) jika suatu perusahaan
mengalami kesulitan keuangan, perusahaan mulai lambat membayar tagihan
(utang usaha), pinjaman bank, dan kewajiban lainnya yang akan meningkatkan
kewajiban lancar.
Menurut Keown (2011:77) perusahaan yang mempunyai lebih banyak
aktiva likuid sehubungan dengan hutang jangka pendeknya, menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan lebih besar untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Berbanding terbaik dengan yang
dikemukakan oleh Ross dkk (2015) bahwa rasio lancar yang terlihat rendah
mungkin bukan merupakan suatu pertanda buruk bagi perusahaan dengan
jumlah cadangan yang besar dari pinjaman yang belum dimanfaatkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
4. Debt to Equity Ratio
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2012) Debt to Equity Ratio
menunjukan
perbandingan antara
hutang
dengan
modal
sendiri.
Dinyatakan dalam rasio.
Debt to Equity Ratio =
Total Debt
Total Equity
Harahap. (2013) mengemukakan bahwa rasio ini menggambarkan
sampai sejauhmana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada
pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga
rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal
lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama.
Menurut Brigham dan Houston (2014) total utang termasuk seluruh
kewajiban lancar dan utang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio
utang yang rendah karena semakin rendah rasio utang, makin besar
perlindungan terhadap kerugian kreditor jika terjadi likuidasi. Di sisi lain,
pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena
akan memperbesar laba yang diharapkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
5.
Inventory Turn Over
Rasio perputaran persediaan merupakan rasio di mana penjualan dibagi
dengan asset. Sesuai dengan namanya, rasio ini menunjukan berapa kali pos
tersebut berputar sepanjang tahun. Perputaran merupakan jumlah perjalanan
yang dilakukan setiap tahunnya. Penjualan tahunan dibagi persediaan sama
dengan
perputaran
atau
perjalanan
per
tahun.
(Brigham
dan
Houston,2014;136)
Inventory Turn Over =
Penjualan
Persediaan
Menurut Horne dan Wachowicz (2012) perputaran persediaan yang
relatif pelan seringkali merupakan tanda dari barang yang berlebih, jarang
digunakan, atau tidak terpakai dalam persediaan. Sedangkan Brigham dan
Houston (2014) lebih jauh menyatakan bahwa kelebihan persediaan
tentunya tidak produktif dan mencerminkan investasi dengan tingkat
pengembalian yang rendah atau nol.
Hanafi dan Halim.(2012) perputaran persediaan yang tinggi
menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun dan
ini menandakan efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya, perputaran
persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis-manajemen seperti
kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
6.
Z-Score
Menurut Ross dkk (2009) kebangkrutan adalah suatu proses legal
melikuidasi atau mengorganisasi ulang suatu asset. Likuidasi adalah
penghentian perusahaan sebagai suatu usaha yang berjalan, dan pilihan ini
melibatkan
penjualan
aset-aset
perusahaan.
Reorganisasi
adalah
restrukturisasi keuangan suatu perusahaan yang mengalami kesulitan
untuk mengembalikan operasionalnya sebagai suatu usaha.
Hanafi dan Halim.(2012) mengkemukakan bahwa persamaan
perhitungan Altman Z-Score yang baru yaitu:
Zi = 0,717X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5
dimana
X1 = ( Aktiva lancar – Utang Lancar)/Total Aktiva
X2 = Laba yang ditahan / Total Aset
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total asset
X4 = Nilai buku saham preferen dan saham biasa / nilai buku total utang
X5 = Penjualan / Total asset
Model perhitungan yang baru ini mempunyai kemampuan prediksi
yang cukup baik (94% benar atau 62 benar dari total sampel 66),
sedangkan yang asli (95% benar atau 63benar dari 66 total sampel).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Titik cut off yang dilaporkan Altman adalah sebagai berikut ini :
Dengan Nilai Pasar
Tidak Bangkrut
2,99
Dengan Nilai Buku
2,90
Jika Zi >
Bangkrut
1,81
1,20
1,81- 2,99
1,20 – 2,90
Jika Zi <
Daerah Rawan
Menurut Ross dkk (2009) pada prinsip nya suatu perusahaan
menjadi bangkrut ketika nilai dari asetnya setara dengan nilai
utangnya. Ketika ini terjadi nilai dari ekuitas adalah nol, dan para
pemegang saham mengalihkan control perusahaan kepada para
pemegang obligasi. Jika ini terjadi, para pemegang obligasi memegang
asset yang nilainya persis sama dengan jumlah yang terutang.
Hanafi dan Halim.(2012) informasi kebangkrutan bisa bermanfaat
bagi beberapa pihak seperti berikut ini :
a) Pemberi Pinjaman. Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk
mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan
kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang
ada.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
b) Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya
kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang mnjual surat
berharga tersebut.
c) Pihak pemerintah. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan
untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya
tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
d) Akuntan. Akuntan mempunyai keperntingan terhadap informasi
kelangsungan
suatu
usaha
karena
akuntan
akan
menilai
kemampuan going concern suatu perusahaan.
e) Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang
berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Apabila
manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal, maka
tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, misal dengan
melakukan merger atau restruktur keuangan sehingga biaya
kebangkrutan bisa dihindari.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
7. Penelitian terdahulu
Penelitian terhadap faktor-faktor fundamental, khususnya terhadap
rasio-rasio keuangan telah banyak dilakukan. Rasio rasio tersebut banyak
dilakukan
dengan
kemampuan
melakukan
prediksi
serta
untuk
pengambilan keputusan.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1
2
Nama Peneliti
Mudlofir, Rita
Andini
dan
Agus
Supriyanto
(2016)
Variabel
Variabel Dependen:
Harga Saham
Variabel
Independen:
Return On Asset
Return On Equity
Earnings Per Share
Inflasi
Debt to Equity Ratio
Inventory Turn Over
Rizal
dan Variabel Dependen:
Sarjono Sahar
Harga Saham
(2015)
Variabel
Independen:
Quick Ratio
Debt to Equity Ratio
Gross Profit Margin
Earnings per Share
Inventory Turn Over
Hasil Penelitian
Return On Asset berpengaruh positif
terhadap harga saham.
Return On Equity berpengaruh positif
terhadap harga saham.
Earnings Per Share berpengaruh positif
terhadap harga saham.
Inflasi tidak berpengaruh negatif
terhadap harga saham.
Debt to Equity Ratio berpengaruh positif
terhadap harga saham.
Inventory Turn Over berpengaruh
positif terhadap harga saham.
Quick Ratio secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga
Debt to Equity ratio secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap harga
saham
Gross Profit Margin secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga
Earnings per Share secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap harga
saham
Earning per share berpengaruh positif
dan signifikan terhadap harga saham
Inventory Turn Over secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
3
4
5
6
Indra Setiyawan Variabel Dependen:
dan
Drs. Harga Saham
Pardiman
(2014)
Variabel
Independen:
Current Ratio
Inventory Turn Over
Time
Interest
Earned
Return On Equity
Kadek
Nelly Variabel Dependen:
Indrawati,
Harga Saham
Wayan
Cipta
dan Ni Nyoman Variabel
Yulianthini
Independen:
(2014)
Current Ratio
Debt to Equity Ratio
Return On Equity
Inventory Turn Over
Earning per share
Current Ratio berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham
Inventory Turn Over berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap
harga saham
Time Interest Earned berpengaruh
positif dan signifikan terhadap harga
saham.
Return On Equity berpengaruh positif
dan signifikan terhadap harga saham.
Current Ratio berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham.
Debt to Equity Ratio berpengaruh tidak
signifikan terhadap harga saham
Return On Equity berpengaruh positif
dan signifikan terhadap harga saham
Inventory Turn Over berpengaruh tidak
signifikan terhadap harga saham
Earning per share berpengaruh positif
dan signifikan terhadap harga saham.
Ni Made Dewi
Sukmawati,
I
Made Pradana
Adiputra
dan
Nyoman
Ari
Surya
Darmawan
(2014)
Working capital to total asset tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga
saham tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
Retained earning to total asset tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga
saham
Earning before interest and taxes to
total asset berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
Market value of equity to book value of
liabilities
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
Sales to total asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Variabel Dependen:
Harga Saham
Variabel
Independen:
Working capital to
total asset
Retained earning to
total asset
Earning
before
interest and taxes to
total asset market
value of equity to
book
value
of
liabilities
Sales to total asset
Andromeda
Variabel Dependen: Working capital to total asset
Ardian dan Moh Harga Saham
berpengaruh negatif terhadap harga
Khoiruddin
saham.
(2014)
Variabel
Retained earning to total asset tidak
Independen:
berpengaruh terhadap harga saham
Working capital to Earning before interest and taxes to
total asset
total asset berpengaruh positif terhadap
Retained earning to harga saham
total asset
Market value of equity to book value of
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Earning
before
interest and taxes to
total asset
market value of
equity to book value
of liabilities
Sales to total asset
7
Fillya
Arum Variabel Dependen:
Pandansari
Harga Saham
(2012)
Variabel
Independen:
Return On Asset
Debt to Equity Ratio
Book Value per
Share
8
Meythi,
Tan Variabel Dependen:
Kwang
En, Harga Saham
Linda Rusli
(2011)
Variabel
Independen:
Current Ratio
Earnings Per Share
Sumber : Dari beberapa Jurnal
liabilities tidak berpengaruh terhadap
harga saham
Sales to total asset berpengaruh negatif
terhadap harga saham.
Return On Asset berpengaruh positif
terhadap harga saham.
Debt to Equity Ratio berpengaruh positif
terhadap harga saham.
Book Value per Share berpengaruh
positif terhadap harga saham.
Current Ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham
Earnings Per Share tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
B. Rerangka Pemikiran
Harga saham merupakan titik utama seorang investor dalam membeli
saham. Seorang investor sebelum membeli saham akan melihat keadaan dari
perusahaan tersebut. sebagian besar investor memilih perusahaan dengan
indikator yang baik guna mendapatkan peluang return yang besar. Beberapa
penilaian indikator tersebut adalah likuiditas perusahaan, sedikit banyak utang
yang dimiliki oleh perusahaan, persediaan perusahaan yang stabil dan
keberlangsungan perusahaan. Indikator tersebut dapat digambarkan dalam
rerangka pemikiran dibawah ini.
Current Ratio (CR)
(X1)
Debt to Equity Ratio (DER)
(X2)
Inventory Turn Over (ITO)
(X3)
H1
H2
H3
H4
Z-Score
(X4)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Harga Saham
(Y)
26
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian teori dan beberapa hasil penelitian terdahulu maka
dalam penelitian ini yang menjadi variable independen adalah Current
Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turn Over dan Z-Score sedangkan
yang menjadi variabel dependen adalah Harga Saham. Hipotesis atau
dugaan sementara pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Current Ratio Terhadap Harga Saham
Likuiditas perusahaan salah satu hal perhitungan yang perlu
dicermati karena dapat menunjukkan kondisi perusahaan secara lebih
relevan dan akurat dengan membandingkan aset lancar dan kewajiban
lancar.
Semakin besar nilai Current ratio mengindikasi tingkat likuiditas
sebuah perusahaan. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang baik
dapat berdampak baik bagi harga saham perusahaan karena diminati
oleh investor sehingga harga saham menjadi naik.
Hasil penelitian terdahulu oleh Setiyawan dan Pardjiman (2014)
terdapat pengaruh dari Curent Ratio terhadap Harga Saham.
H1 : Current Ratio berpengaruh terhadap Harga Saham
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
2. Debt to Equity Ratio terhadap harga saham
Debt to Equity ratio adalah rasio yang dapat mencerminkan
sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak
luar. Jumlah porsi utang perusahaan yang terlalu besar dari ekuitas
dapat membuat harga saham menurun karena tingkat khawatir investor
bahwa perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya. Jika
perusahaan di likuidasi, investor tidak akan mendapatkan hak nya
sebelum peusahaan membayarkan utang yang dipinjamnya. Penelitian
terdahulu dari Pandansari (2012) bahwa debt to Equity ratio
berpengaruh terhadap Harga Saham
H2 : Debt to Equity berpengaruh terhadap Harga Saham
3. Pengaruh Inventory Turn Over Terhadap Harga Saham
Perhitungan Inventory Turn Over dapat mencerminkan berapa
kali persediaan berputar sepanjang tahun. Perputaran persediaan yang
rendah dibandingkan rata-rata industri menunjukan bahwa perusahaan
terlalu banyak menyimpan persediaan dan dapat diprediksi nilai
penjualan perusahaan menurun. Nilai penjualan yang rendah dapat
mempengaruhi minat investor atau calon investor enggan membeli
saham perusahaan, hal seperti ini dapat berpengaruh pada harga saham
menjadi menurun. Hal ini didukung oleh hasil beberapa penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
terdahulu dari Mudlofir, Andini dan Supriyanto (2016), bahwa
Inventory Turn Over berpengaruh terhadap Harga Saham.
H3 : Inventory Turn Over berpengaruh terhadap Harga
Saham.
4. Altman Z-Score terhadap harga saham
Hasil perhitungan Altman Z-Score dapat memberikan informasi
level perusahaan dalam tingkat kebangkrutan. Ada tiga level pada hasil
perhitungan Altman Z-Score. Semakin tinggi Z-Score membuat
investor semakin tertarik pada perusahaan dan akan membeli saham
perusahaan sehingga harga saham semakin naik. Sedangkan nilai Z
yang kecil membuat investor akan wait and see (berjaga-jaga) bahkan
keluar dari perusahaan. Hasil penelitian terdahulu oleh Ni Made Dewi
Sukmawati dkk (2014) adalah bahwa ada pengaruh dari Altman Z
Score terhadap harga saham.
H4 : Altman Z-Score berpengaruh pada harga saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download