1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan penggunaan air tidak serta-merta dapat sepenuhnya terpenuhi
oleh sumberdaya air yang ada. Kebutuhan air dapat terpenuhi secara berkala dan
dapat dipergunakan ataupun disimpan dalam waktu yang relatif lama melalui
pengembangan teknologi pembangunan sumberdaya air seperti danau buatan
(waduk). Waduk merupakan danau buatan yang mempunyai fungsi sebagai
penampung, penyimpan, penyalur dan penyedia air. Air yang di kelola di waduk
dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya.
Teknologi penginderaan jauh di era modern sekarang ini telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh
sudah banyak digunakan di berbagai bidang kajian penelitian mengingat
keunggulan penggunaan teknik penginderaan jauh yang sangat bermanfaat.
Mudahnya akses untuk memperoleh data penginderaan jauh juga menjadikan
peneliti untuk mengembangkan suatu penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat
luas. Metode pemanfaatan teknik penginderaan jauh citra satelit dapat dijadikan
solusi yang tepat untuk melakukan suatu penelitian berskala luas seperti kajian
mengenai waduk karena lebih efisien, efektif dan dapat dilakukan secara
temporal, salah satunya ialah kajian mengenai sebaran total padatan tersuspensi
(Total Suspended Solid) sebagai parameter untuk mengukur tingkat kekeruhan air
khusunya di Waduk Wadaslintang.
1
Waduk Wadaslintang terletak di bagian selatan wilayah Kecamatan
Wadaslintang
Kabupaten
Wonosobo
yang
berbatasan
langsung
dengan
Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen. Waduk Wadaslintang dibangun pada
masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1982 dan selesai pada tahun
1988 selama lebih kurang 7 tahun. Waduk Wadaslintang dibangun dengan tujuan
pokok sebagai penopang kehidupan masyarakat sekitar khususnya. Fungsi utama
waduk tersebut ialah sebagai irigasi, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
pengendali banjir, penampung air, perikanan dan pariwisata (http://bbws-so.net,
diakses 20 Juni 2015). Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan waduk
sebagai fasilitator sumberdaya air, maka perlu adanya penanganan khusus
terhadap waduk tersebut.
Masalah terbesar yang dihadapi oleh Waduk Wadaslintang ialah penurunan
fungsi dan kegunaan waduk yang disebabkan oleh pendangkalan sebagai akibat
tingginya konsentrasi material-material (laju sedimentasi) yang masuk ke waduk.
Perubahan penggunaan lahan di bagian hulu memegang peranan penting terhadap
proses sedimentasi tersebut mengingat material bawaan tersebut merupakan hasil
dari proses erosi yang awalnya berasal dari bagian hulu.
Tanah yang terlarut akibat erosi pada akhirnya akan mengalami sedimentasi
(pengendapan) di bagian hilir badan air sehingga mengakibatkan pendangkalan.
Proses erosi dan sedimentasi perlu diperhitungkan dengan seksama, terutama pada
waduk yang berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik (PLTA), pelabuhan, dan
saluran-saluran air pembuang untuk mencegah terjadinya (banjir kanal). Laju
2
erosi dan sedimentasi yang tinggi dapat memperpendek umur waduk. (Effendi,
2003).
Prioritas penanganan dan rehabilitasi waduk tidak hanya terfokus pada
daerah waduk saja, melainkan pada daerah pewilayahan Daerah Aliran Sungai
(DAS) seperti daerah hulu, tengah, dan hilir juga harus dipertimbangkan. Jika
permasalahan tersebut tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin masalahmasalah lain akan muncul seperti pencemaran perairan, penurunan kualitas
perairan, dan penurunan debit air waduk yang disebabkan oleh tingginya laju
sedimentasi yang masuk ke waduk dalam waktu yang sangat singkat sehingga
merugikan banyak pihak pengguna waduk. Penelitian ini difokuskan pada
persebaran TSS yang ada pada Waduk Wadaslintang sehingga dapat diketahui
sejauh mana persebaran padatan tersuspensi yang telah mencemari perairan
waduk.
Total Suspended Solid (TSS) juga disebut padatan tersuspensi yaitu bahanbahan tersuspensi (diameter > 1 μm) yang tertahan pada saringan miliopore
dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasadjasad renik. Penyebab TSS di perairan yang utama adalah kikisan tanah atau erosi
tanah yang terbawa ke badan air. Konsentrasi TSS apabila terlalu tinggi akan
menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya
proses fotosintesis (Effendi dalam Lestari, 2009:4). TSS dapat dijadikan sebagai
indikator kekeruhan air dari proses sedimentasi.
Sebagai gambaran bahwa total volume sedimen Waduk Wadaslintang pada
awal pengukuran sebesar 460.037 m3/tahun selama 6 tahun yaitu dari tahun 1987-
3
1992. Pada pengukuran di tahun berikutnya yaitu tahun 1992-2004 mengalami
peningkatan sebesar 1.923.812,09 m3/tahun selama 11 tahun. Peningkatan
sedimen tersebut akibat aktivitas penjarahan hutan di daerah hulu yang
berlangsung sejak tahun 2000-2004. Setelah dilaksanakan reboisasi lahan kritis,
pada tahun 2004-2008 total muatan sedimen yang dihasilkan sebesar 711.247,34
m3/tahun selama 4 tahun dan sedimentasi waduk dinyatakan telah menurun (Bina,
2008).
Pencegahan dan pengendalian sebagai upaya pelestarian waduk terhadap
kualitas air perlu dilakukan agar pencemaran dan erosi yang berujung pada
pendangkalan waduk dapat dikendalikan sebagaimana mestinya sehingga fungsi
dan peran waduk tetap terpenuhi. Perlu adanya sebuah terobosan baru atau
setidaknya dapat meminimalisir akibat-akibat yang akan terjadi dengan
manajemen yang tepat. Di dalam kondisi alami, tubuh air pada umumnya tidak
jernih namun terdapat bermacam-macam jenis material organik dan anorganik
yang berbentuk suspensi. Material inilah yang mengakibatkan terjadinya
hamburan dan penyerapan yang bervariasi dalam pemancaran energi melalui air.
Interaksi antara hamburan, penyerapan, dan pemancaran mempengaruhi pantulan
spektral yang dapat diukur. Interaksi ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai banyak variasi pantulan spektral pada macammacam kondisi air dengan analisis penginderaan jauh.
Penanganan waduk dengan melihat distribusi spasial dari padatan
tersuspensi dengan segala keunggulan teknik penginderaan jauh tersebut dapat
dijadikan langkah awal dalam memantau kondisi perairan waduk. Selain dapat
4
mengetahui kondisi perairan waduk juga dapat mempertegas bahwa data yang ada
selama ini masih berupa data statistik dan bukan data spasial sehingga perlu
adanya pemetaan terkait kondisi perairan Waduk Wadaslintang. Untuk
mendapatkan distribusi spasial dari padatan tersuspensi dapat memanfaatkan data
penginderaan jauh dengan resolusi temporal yang konsisten, salah satunya ialah
Citra Landsat. Citra Landsat merupakan citra dengan resolusi temporal yang
konsisten, mempunyai band yang banyak, dan dapat diperoleh secara gratis
melalui pengunduhan data. Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan citra
penginderaan jauh citra Landsat dapat digunakan untuk pemetaan sebaran padatan
tersuspensi yang diintegrasikan dengan data pengambilan sampel air waduk
(survei lapangan) mengingat pentingnya fungsi waduk yang menopang banyak
kehidupan makhluk hidup.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Tidak adanya informasi di Waduk Wadaslintang terkait distribusi
spasial tentang persebaran padatan tersuspensi (Total Suspended Solid)
di Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo.
2.
Kandungan total padatan tersuspensi (Total Suspended Solid) di Waduk
Wadaslintang Kabupaten Wonosobo tahun 2015 dengan pemanfaatan
teknik penginderaan jauh.
1.3
Pertanyaan Penelitian
1.
Bagaimana distribusi spasial padatan tersuspensi (Total Suspended
Solid) di Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo dengan
5
pemanfaatan citra penginderaan jauh Landsat 8 OLI (Operational Land
Imager) tahun 2015?
2.
Berapa banyak kandungan padatan tersuspensi (Total Suspended Solid)
di Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo tahun 2015?
1.4
Tujuan
1.
Melakukan pemetaan persebaran padatan tersuspensi (Total Suspended
Solid) di Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo dengan
pemanfaatan citra penginderaan jauh Landsat 8 OLI (Operational Land
Imager) tahun 2015.
2.
Melakukan estimasi kandungan padatan tersuspensi (Total Suspended
Solid) di Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo dengan
pemanfaatan citra penginderaan jauh Landsat 8 OLI (Operational Land
Imager) tahun 2015.
1.5
Manfaat
1.
Memberikan informasi spasial terkait padatan tersuspensi (Total
Suspended Solid) di Waduk Wadaslintang bagi pihak-pihak pengelola
Waduk Wadaslintang serta kalayak umum khususnya masyarakat yang
tinggal disekitar waduk.
2.
Memperkaya aplikasi citra Landsat 8 OLI dan pengembangan ilmu
penginderaan jauh untuk pemetaan sebaran padatan tersuspensi (Total
Suspended Solid) pada tubuh air khususnya di Waduk Wadaslintang
Kabupaten Wonosobo pada 2015.
6
1.6
Batasan Penelitian
1.
Indikator kekeruhan air yang dipertimbangkan dalam penelitian ini
adalah Total Suspended Solid (TSS) yang digunakan sebagai objek
utama penelitian.
2.
Algoritma empiris untuk ekstraksi informasi distribusi spasial
konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) di Waduk Wadaslintang yang
dibangun untuk tahun 2015.
3.
Citra satelit yang digunakan ialah Landsat 8 OLI path 120 row 65
perekaman 16 Juli 2015 dengan cloud cover sebesar 7,64%. Citra sudah
terkoreksi standar geometrik maupun radiometrik (L1T).
4.
TSS yang dipetakan pada penelitian ini merupakan TSS yang
tersuspensi pada kolom permukaan air (kedalaman air ± 30cm).
7
Download