BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku bangsa atau kelompok etnik dan ras yang tersebar diseluruh bagian penjuru Indonesia. Banyaknya suku bangsa ini membuat Indonesia memiliki kekayaan alam dan kebudayaan yang sangat beragam. Selain penduduk pribumi atau masyarakat asli Indonesia, terdapat juga aneka ragam penduduk keturunan asing, salah satunya adalah suku Tionghoa. Suku ini merupakan keturunan penduduk asing yang terbanyak di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, suku Tionghoa yang ada di Indonesia sekitar 1% dari seluruh jumlah masyarakat di Indonesia1. Orang Tionghoa di Indonesia sebagian besar tinggal di pulau Jawa dan yang lainnya tersebar disepanjang pantai Timur di Sumatera, misalnya Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka serta Lampung. Di Kalimantan, masyarakat Tionghoa banyak tersebar di daerah barat, contohnya Singkawang. Sedangkan di pulau Jawa, masyarakat Tionghoa tersebut menetap dan tinggal di kota-kota pelabuhan yang terletak di pantai bagian utara yang kemudian meluas dan menyebar ke kota-kota pedalaman di pulau Jawa. Walaupun masyarakat Tionghoa ini adalah kaum minoritas, mereka dapat hidup berdampingan dan bersatu dengan lingkungan penduduk asli maupun 1 http://ms.wikipedia.org/wiki/Cina_Indonesia. 24-10-2012, 11:30 1 kelompok etnik lainnya. Keakraban yang terjalin dengan masyarakat setempat, tidak lantas membuat masyarakat Tionghoa melupakan dan meninggalkan tradisi kebudayaan leluhur mereka. Sampai pada saat ini, mereka masih terus melaksanakan dan menjalankan tradisi kebudayaan leluhur tersebut. Sama halnya dengan Indonesia, etnis Tionghoa juga memiliki banyak suku bangsa. Keanekaragaman ini menyebabkan keanekaragaman adat dan tradisi pada masyarakat Tionghoa tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam proses pernikahan, kelahiran maupun dalam proses upacara kematian. Seperti yang saat ini terjadi di Yogyakarta. Adat istiadat masyarakat Tionghoa yang menetap telah membaur dengan kebudayaan masyarakat setempat. Walaupun hal ini terjadi, pada pelaksanaannya masih dilakukan beberapa tradisi yang mereka percayai dari nenek moyang atau leluhur mereka. Seperti yang terjadi dalam proses upacara kematian. Hal ini terjadi dikarenakan dalam kehidupan religius masyarakat Tionghoa, religi tumbuh dan berkembang atas dasar keyakinan kepada bermacam-macam makhluk adikodrati2, termasuk arwah leluhur (Gondomono, 2013). Kepercayaan akan hal ini juga diyakini oleh masyarakat Tionghoa yang sudah memeluk agama tertentu. Pada upacara kematian, prosesi yang dilaksanakan oleh mereka sesuai dengan agama dan kepercayaan yang mereka yakini dan jalani pada saat ini. Namun, dikarenakan mereka merupakan keturunan etnis Tionghoa, mereka tidak lantas dapat melupakan tradisi yang dulunya dilaksanakan oleh leluhur. Di samping melaksanakan prosesi upacara kematian sesuai dengan agama atau 2 Di luar kodrat alam, supranatural seperti tuhan, surga, neraka dan lain-lain 2 kepercayaan mereka, dilaksanakan juga prosesi adat yang diwarisi oleh nenek moyang mereka. Kematian sendiri merupakan proses terakhir manusia di dunia dalam menjalani kehidupannya. Dilahirkan, tumbuh dewasa, kemudian berakhir dengan kematian. Semua hal ini pasti akan dialami oleh semua manusia, tidak memandang agama, suku atau kedudukan seseorang. Kematian bisa datang kapan dan dimana saja. Kita tidak pernah tau bagaimana kematian akan datang menjemput kita. Bagi orang yang memeluk agama Islam, mereka percaya bahwa ketika mereka meninggal atau ketika kematian datang menjemputnya, pada akhir semua itu, mereka akan ditentukan masuk surga atau neraka. Lain halnya dengan apa yang dipercayai oleh orang Tionghoa. Mereka percaya bahwa setelah kematian masih ada lagi kehidupan. Mereka mempercayai bahwa dalam relasi seseorang dengan Tuhan atau kekuatan-kekuatan lain yang mengatur kehidupan baik langsung maupun tidak langsung, berlaku hal-hal sebagai berikut3: 1. Adanya reinkarnasi bagi semua manusia yang telah meninggal (cut sie / 去逝). 2. Adanya hukum karma bagi semua perbuatan manusia, antara lain tidak mendapat keturunan (ko kut / 遗传). 3. Leluhur yang telah meninggal (arwah leluhur /祖先之灵) pada waktu-waktu tertentu dapat diminta datang untuk dijamu (ceng beng /清明). 3 Tong, Xuan. “Tradisi Upacara Pemakaman dan Kematian”. http://web.budaya-tionghoa.net. 2410-2012, 11:44 3 4. Menghormati para leluhur dan orang pandai(tuapekong /大伯公) 5. Kutukan para leluhur, melalui kuburan dan batu nisan yang dirusak (bompay / 墓牌) 6. Apa yang dilakukan semasa hidup (di dunia /在人间) juga akan dialami di alam akhirat. Kehidupan sesudah mati akan berlaku sama seperti kehidupan di dunia ini namun dalam kualitas yang lebih baik. Dengan adanya kepercayaan yang seperti itu, di dalam kebudayaan dan tradisi Tionghoa, prosesi upacara kematian dari mulai memandikan, penutupan peti hingga mengantarkan jenazah ke pemakaman atau tempat kremasi (krematorium) harus dijalani oleh para keluarga serta kerabat mendiang dengan sungguh-sungguh. Setiap proses yang dilaksanakan sangat penting dan memiliki makna yang sangat mendalam. Peranan yayasan kematian atau rumah duka juga sangat penting dalam pelaksanaan upacara kematian. Salah satu rumah duka atau yayasan kematian di Yogyakarta, adalah Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKJ). PUKJ ini merupakan perkumpulan dimana melayani jasa kematian, baik anggota PUKJ sendiri, maupun bukan anggota dari PUKJ. Kehadiran PUKJ, sangat membantu masyarakat dalam melakukan persiapan upacara kematian dan pelaksanaanya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan permasalahanpermasalahan yang akan diangkat dalam penulisan ini adalah : 4 1. Bagaimana sejarah dan kehidupan orang Tionghoa di Yogyakarta ? 2. Bagaimana sejarah dan peranan Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKJ) dalam proses upacara kematian ? 3. Bagaimana proses upacara kremasi orang Tionghoa beragama Buddha, dan hal-hal yang berkaitan didalamnya ? 1.3 Tujuan Penulisan Sesuai dengan perumusan masalah penelitian ini, maka tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan sejarah dan kehidupan orang Tionghoa di Yogyakarta. 2. Menjelaskan sejarah dan peranan Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKJ) dalam proses upacara kematian. 3. Menguraikan prosesi upacara kremasi orang Tionghoa beragama Buddha, dan hal-hal yang berkaitan didalamnnya. 1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penulisan ini adalah : 1. Mengetahui sejarah dan kehidupan orang Tionghoa di Yogyakarta 2. Mengetahui sejarah dan peranan Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKJ) dalam proses upacara kematian. 3. Mengetahui bagaimana prosesi upacara kremasi orang Tionghoa bergama Buddha, dan hal-hal yang berkaitan di dalamnya. 5 1.5 Metode Pengumpulan Data Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKJ) yang beralamatkan di Jalan IKIP PGRI Sonopakis Lor Yogyakarta serta Krematorium Wahana Mulya Yogyakarta. Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode observasi dan wawancara Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung ke objek yang merupakan objek penelitian dalam tulisan. Selain itu dengan cara wawancara, melakukan tanya jawab secara lisan dan tatap muka langsung dengan narasumber yang berhak dan berkompeten memberikan informasi. Dalam tulisan ini melakukan wawancara dengan pengurus Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKJ) dan pengurus krematorium. 2. Metode Studi Pustaka Pada metode ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan proses upacara kematian orang Tionghoa, atau adat istiadat orang Tionghoa. Dalam mendapatkan bahan pustaka ini, mencari koleksi buku-buku yang ada di perpustakaan Universitas Gadjah Mada serta tulisan-tulisan blog pakar yang mengerti budaya orang Tionghoa. 6 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan mengenai proses upacara kematian orang Tionghoa beragama Buddha di Yogyakarta ini disusun dalam 5 (lima) bab, yaitu : 1. Pada Bab I dituliskan Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah dalam penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. 2. Pada Bab II penulis menuliskan tentang sejarah datangnya orang Tionghoa di Indonesia yang kemudian bermukim di Yogyakarta. Dituliskan juga bagaimana kehidupan masyarakat Tionghoa tersebut dan hubungan mereka dengan penduduk setempat. 3. Pada Bab III dituliskan gambaran umum Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKJ), dimana lokasi PUKJ, sejarah berdirinya serta kepengurusan dan bangunan yang ada di PUKJ. 4. Pada Bab IV dijelaskan proses upacara kematian orang Tionghoa beragama Buddha, deskripsi tentang proses upacara kematian mulai dari datangnya jenazah di rumah duka hingga proses upacara kremasi. Dijelaskan pula hal-hal apa saja yang berkaitan dengan proses upacara kematiannya. 5. Bab V merupakan bagian penutup sebagai akhir dari penulisan tugas akhir. Bagian ini menjelaskan kesimpulan atas masalahmasalah yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. 7