BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Peranan berasal dari kata peran, yaitu harapan tentang perilaku yang patut bagi pemegang jabatan tertentu dalam organisasai, khususnya menyangkut fungsi yang dilaksanakan (role). Dimana fungsi itu merupakan bagian utama dari cabang kerja yang selanjutnya terbagi menjadi aktivitas. Sedangkan peranan (role) menurut Soerjono Soekanto (2002;243) adalah sebagai berikut: “Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.” Peranan mencakup 3 hal yaitu : a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi/tempat seseorang dalam masyarakat. b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Dengan demikian, peranan meliputi harapan-harapan dari para anggota sistem terhadap fungsi-fungsi yang dijalankan oleh seseorang di dalam sistem sosial tersebut. Peranan merupakan bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh seseorang dalam menyelesaikan kasus tertentu didalam suatu kelompok yang mempunyai hubungan sebab akibat terhadap hasil. Yang dimaksud peranan dalam penelitian ini adalah fungsi dari setiap variabel dalam hubungan sebab akibat antara akuntansi pertanggungjawaban yang memadai sebagai variabel independen dengan tercapainya efektivitas biaya rekam medis sebagai variabel dependen. 2.2 Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Seiring dengan kemajuan dan perkembangan yang dicapai perusahaan, maka pemimpin perusahaan tidak mungkin lagi untuk mengawasi dan mengendalikan setiap aktivitas perusahaan secara langsung. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan mendelegasikan wewenang yang dimilikinya kepada anggota organisasi yang lain agar mereka dapat membantu pimpinan perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Dengan adanya pendelegasian wewenang dari pimpinan kepada anggota organisasi lainnya, maka timbul pertanggungjawaban terhadap setiap keputusan yang mereka ambil. Akuntansi pertanggungjawaban mendasarkan pada pemikiran bahwa seseorang manajer harus dibebani tanggung jawab atas prestasinya. Konsep akuntansi pertanggungjawaban menjadi pedoman bagi manajer untuk mengumpulkan, menyalurkan dan melaporkan prestasi sesungguhnya, prestasi yang diharapkan, dan selisih yang timbul dalam setiap pusat pertanggungjawaban. Setiap pusat pertanggungjawaban dipimpin oleh seorang manajer, dimana manajer tersebut akan bertanggung jawab atas perencanaan yang dibuat. Tiap manajer yang mengepalai suatu pusat pertanggungjawaban, bertanggungjawab terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah didelegasikan kepadanya. Tapi meskipun manajer pusat pertanggungjawaban memiliki tanggung jawab hanya pada kegiatan-kegiatan pusat pertanggungjawaban, namun keputusan yang dibuat oleh manajer tersebut mungkin mempengaruhi pusat pertanggungjawaban lainnya. 2.2.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Menurut Hansen dan Mowen yang dialih bahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2005;116), akuntansi pertanggungjawaban adalah : “ Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan para manjer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka”. Menurut Horngren dan kawan-kawan (2005;385), accounting adalah: Responsibility “Identifying what parts of the organization have primary responsibility for each action, developing performance measures and targets, and designing reports of these measures by responsibility center”. Sedangkan menurut Mulyadi (2001;218), adalah sebagai berikut : “Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang dianggarkan”. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah sebuah sistem akuntansi yang membagi struktur organisasi atas bagian-bagian atau pusat-pusat pertanggungjawaban dengan membandingkan antara rencana dan pelaksanaan dari setiap pusat pertanggungjawaban yang digunakan untuk mengukur kinerja seseorang atau departemen suatu organisasi guna mencapai tujuan perusahaan. Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem pelaporan informasi keuangan menurut manajer yang bertanggung jawab atas terjadinya informasi tersebut. Hasil akhir sistem akuntansi pertanggungjawaban berupa laporan tiap-tiap departemen yang berisi informasi-informasi menurut manajer yang bertanggung jawab atas penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga dapat dilakukan evaluasi. 2.2.2 Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban pada dasarnya merupakan suatu alat bantu bagi manajemen untuk memudahkan dalam membuat keputusan-keputusan yang dihadapinya. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban terutama menitik beratkan perhatianya pada manajemen tingkat bawah yang berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas sehari-hari perusahaan. Tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah menghasilkan laporanlaporan untuk setiap tingkah manajemen yang akan menerima laporan hasil kegiatan suatu unit yang berada dibawah wewewnangnya. Laporan yang dibuat dan ditujukan kepada setiap tingkatan manajemen akan memberikan umpan balik bagi manajemen, sehingga dapat diambil suatu tindakan bersifat korektif atau pencegahan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Selain menghasilkan laporan-laporan, akuntansi pertanggungjawaban juga untuk memotivasi manajer-manajer pusat pertanggungjawaban untuk menampilkan kinerja yang efektif dan efisien disamping itu juga membuat keputusan guna mengestimasi hasi-hasil kegiatan perusahaan dari masa yang mendatang dan melakukan perencanaan berikutnya. Dalam akuntansi pertanggungjawaban, pengumpulan dan pelaporan biaya dilakukan oleh setiap pusat pertanggungjawaban. Dari laporan tersebut dapat dilihat perbedaan antara anggaran dan realisasi dari sumber daya (dalam hal ini biaya ) yang dikonsumsi Akuntansi pertanggungjawaban bermanfaat terhadap jalannya perusahaan, yaitu berupa keputusan yang diambil tepat pada waktunya serta sesuai dengan tingkat manajemen yang ada. Selain itu, manfaat informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berdasarkan masa lalu bermanfaat sebagai penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan pemotivasi manajer. Sedangkan berdasarkan informasi yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran. Menurut Mulyadi (2001;175-178), manfaat-manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. “Sebagai dasar penyusunan anggaran proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagaian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkan melaksanakan perannya. Sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur berbagai nilai sumberdaya yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian, anggaran berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumber daya yang disediakan selama setahun anggaran bagi manajer yang diberi peran untuk mencapai sasaran perusahaan. 2. Sebagai penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan atau biaya yang menjadi tanggung jawabnya, dan kemudian menyediakan informasi realisasi pendapatan dan/atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggung jawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor (score) yang dibuat oleh setiap manajer tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan. 3. Sebagai pemotivasi manajer Motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara sadar dan bertujuan. Pemotivasi adalah sesuatu yang digunakan untuk mendorong timbulnya prakarsa seseorang untuk melakukan tindakan secara sadar dan bertujuan. Orang akan memiliki motivasi untuk berusaha jika ia memiliki nilai penghargaan yang tinggi atau ia berkeyakinan bahwa suatu kinerja akan diberi penghargaan”. 2.2.3 Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban Sistem akuntansi pertanggungjawaban memiliki empat karakteristik yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001;191), yaitu : 1. “Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban. 2. Standar ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. 3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran. 4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkankebijakkan manajemen yang lebih tinggi”. Pengidentifikasian pusat pertanggungjawaban sebagai unit organisasi seperti departemen, tim kinerja, atau individu bertujuan agar dapat diketahui aliran wewenang dan tanggungj awab dalam organisasi. Apapun satuan pusat pertanggungjawaban yang dibentuk, sistem akuntansi pertanggungjawaban membebankan tanggung jawab kepada individu yang diberi wewenang. Tanggung jawab di batasi pada satuan keuangan. Setiap pusat-pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh seorang manajer bertanggung jawab atas segala aktivitas yang dilakukannya dan melaporkan hasil yang dicapai kepada manajemen tingkat tinggi. Setelah pusat pertanggungjawaban di identifikasi dan ditetapkan, sistem akuntansi pertanggungjawaban menghendaki ditetapkanya anggaran. Anggaran yang akan dibahas dikhususkan terhadap anggaran rekam medis. Anggaran yang disusun mencerminkan sasaran yang akan dicapai dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajer yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban. Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. Penggunaan sumber daya ini diukur dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mencerminkan ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran anggaran. Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para manajer dalam melaksanakan aktivitas rekam medis untuk mencapai target yang tercantum dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan aktivitas rekam medis para manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman menurut sistem pengharagaan dan hukuman yang ditetapkan. 2.2.4 Pusat Pertanggungjawaban 2.2.4.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban Menurut Hansen dan Mowen yang dialihbahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2005;116), adalah sebagai berikut : “Pusat pertanggungjawaban adalah suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu”. Menurut Mulyadi (2001;422), Pusat pertanggungjawaban merupakan : “satu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab”. Suatu pusat pertanggungjawaban bertanggung jawab untuk melaksanakan beberapa fungsi yang merupakan outputnya, dimaksudkan untuk mengukur input yang dipakai dalam periode pada waktu tertentu. Istilah pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukan unit organisasi yang dikelola oleh seorang manjer yang bertanggung jawab, berdasarkan sejauh mana masukan dan keluaran yang menjadi tanggung jawabnya. 2.2.4.2 Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban Menurut Mulyadi (2001;426), berdasarkan karakteristik masukan, keluarannya, dan hubungan di antara keduanya, pusat pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu : 1. “Pusat biaya a. Diberi wewenang yang cukup untuk mengeluarkan biaya. b. Wewenang dan tanggung jawabnya didalam sistem dibatasi pada pengelolaan biaya. c. Prestasinya diukur dengan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan atau biaya yang terjadi dengan anggaran. 2. Pusat pendapatan a. Diberi wewenang yang cukup untuk mengelola pendapatan. b. Wewenang dan tanggung jawabnya didalam sistem dibatasi oleh pengelolaan pendapatan. c. Prestasinya di ukur dengan perbandingan antara pendapatan yang betul-betul diperoleh dengan anggarannya. 3. Pusat laba a. Diberi wewenang yang cukup untuk mengelola biaya dan pendapatan. b. Wewenang dan tanggung jawabnya di dalam sistem di batasi pada pengelolaan biaya dan pendapatan. c. Prestasinya di ukur dengan perbandingan antara laba yang betul-betul diperoleh dengan anggarannya. 4. Pusat investasi a. Diberi wewenang yang cukup untuk pengelolaan biaya, pendapatan, dan aktiva. b. Wewenangnya di dalam sistem di batasi pada pengelolaan biaya, pendapatan, dan aktiva. c. Prestasinya di ukur dengan perbandingan antara return on investment atau residual income yang dicapai anggarannya”. 2.2.5 Syarat-syarat Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Agar suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban diterapkan dan dilaksanakan dengan baik, maka harus dipenuhi lima syarat-syarat seperti yang diungkapkan oleh Mulyadi (2001;381), yaitu sebagai berikut : 1. “Struktur akuntansi yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen. 2. Anggaran biaya yang disusun untuk tiap tingkatan manajemen. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tindakannya (controllability) biaya oleh manajemen tertentu dalam operasi. 4. Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur akuntasi. 5. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab (responsibility reporting)”. Penerapan syarat-sayarat tersebut berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya, tergantung dari jenis perusahaan, ukurannya, jumlah operasi tambahan ataupun faktor-faktor khusus yang menjadi ciri perusahaan. Matz dan Usry (1993;420), sesuai terjemahan Herman Wibowo mengemukakan konsep-konsep yang merupakan syarat untuk membentuk dan mempertahankan sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut 1. “Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan atas pengelolaan tanggung jawab manjemen pada setiap tingkatan dalam suatu organisasi dengan tujuan membentuk anggaran bagi masingmasing departemen. 2. Titik awal dari sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban terletak apada bagian organisasi dimana ruang lingkup wewenang telah ditentukan. 3. Setiap anggaran harus secara jelas menunjukan biaya yang terkendali oleh personil yang bersangkutan”. 2.2.5.1 Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan hal penting dalam perusahaan dan merupakan salah satu syarat dalam menerapkan akuntansi pertanggungjawaban. Menurut Supriyono (2000;184), mendefinisikan organisasi sebagai berikut : “Organisasi adalah hasil-hasil proses pengorganisasian dan pengelompokan secara terstruktur manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu”. Untuk mencapai tujuan organisasi tidak lepas dari pembentukan struktur organisasi. Oleh karena itu, struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap manajer menjadi jelas. Menurut Gunawan dan Marwan (2003;32), pentingnya struktur organisasi mencerminkan : 1. “Pembagian tugas operasional pemasaran, produksi, keuangan, dan administrasi ke dalam berbagai jabatan yang dibentuk oleh perusahaan itu. 2. Pembagian weweanang dan tanggung jawab masingmasing pejabat sesuai hirarki-nya. 3. Hubungan komando dan koordinasi antara berbagai jabatan/posisi yang ada dalam organisasi itu”. Organisasi dengan demikian akan memberikan kepada kita gambaran tentang siapa bertanggung jawab atas apa. Tanggung jawab yang dimaksud salah satunya adalah tanggung jawab untuk merencanakan besarnya anggaran serta mempertanggungjawabkan penggunaan dana anggaran yang telah diberikan pada seksi atau bagiannya masing-masing. Struktur organisasi dapat berbeda-beda ukuran dan bentuknya, tetapi oleh Supriyono (2000;201-206), struktur organisasi dapat dikelompokan kedalam tiga kategori yaitu : 1. “Struktur organisasi fungsional, dimana setiap manajer bertanggung jawab terhadap salah satu dari berbagai fungsi yang ada dalam organisasi. 2. Struktur organisasi divisional, dimana setiap manajer dapat mengembangkan strategi bisnisnya masing-masing. 3. Struktur organisasi matrik, dimana menggabungkan dua macam struktur organisasi, antara manajer fungsional dengan manajer proyek harus mampu mengkoordinasi kegiatan fungsi-fungsi dengan proyek-proyek yang dilaksanakan sehingga tujuan proyek dapat dicapai”. Oleh karena itu, untuk dapat merancang sistem anggaran yang tepat untuk suatu perusahaan terlebih dahulu mempelajari secara cermat struktur organisasinya. Agar pembagian wewenang penganggaran berjalan seiring dengan pembagian wewenang organisasi. 2.2.5.2 Anggaran Pengertian anggaran menurut Mulyadi (2001;488) adalah sebagai berikut : “Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana keggiatan jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan anggaran”. Menurut Hansen dan Mowen (2004;354), yang dialihbahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos pengertian anggaran adalah : “Anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan; rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya”. Sedangkan menurut Horngren (2005:12) menyatakan bahwa : “Budget is a quantitative expression of a plan of action and an aid to coordinating and implementing the plan.” Jadi dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan ukuran lain, yang mengcakup jangka waktu satu tahun dan merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang, ditetapkan dalam proses penyusunan program (programming). Dimana penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian dari program. Oleh karena itu, anggaran merupakan komitmen manajer pusat pertanggungjawaban yang digunakan sebagai alat pengendalian kegiatan (budgeting control). Sedangkan fungsi anggaran menurut Mulyadi (2001;502), adalah sebagai berikut : 1. “Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja. 2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan di masa yang akan datang. 3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawah dengan manajer atas. 4. Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagi pembanding hasil operasi sesungguhnya. 5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan. 6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi”. Menurut Mulyadi (2001;513), untuk menghasilkan suatu anggaran yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan sekaligus sebagai alat pengendalian dalam kaitannya dengan akuntansi pertanggungjawaban, maka dalam penyusunannya suatu anggaran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. “Partisipasi para manajer pusat pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggran. 2. Organisasi anggota. 3. Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggaran dan sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan anggaran”. Menurut Christina dkk. (2001;2-3) menyatakan penyusunan anggaran secara lebih lengkap sebagai berikut : manfaat 1. “Adanya perencanaan terpadu. Anggaran perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk merumuskan rencana perusahaan secara menyeluruh. 2. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan. Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen puncak maupun manajemen menengah. Anggaran yang disusun dengan baik akan membuat bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki pemahaman yang baik tentang operasi perusahaan dan bawahan akan mendapatkan pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugasnya. 3. Sebagai alat pengkoordinasi kerja. Anggaran memerlukan serangkaian standar prestasi atau target yang bisa dibandingkan dengan realisasi sehingga pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya. 4. Sebagai alat pengawas kerja. Anggaran memerlukan serangkaian standar prestasi atau target yang bisa dibandingkan dengan realisasinya sehingga pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya. 5. Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan. Anggaran yang disusun dengan baik menerapkan standar yang relevan akan memberikan pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan cara yang baik, artinya menggunakan sumber-sumber daya perusahaan yang dianggap paling menguntungkan”. Tujuan penyusunan anggaran menurut Christina dkk. (2001;4), yaitu : 1. “Untuk menyatakan harapan atau sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa menghindari 2. 3. 4. 5. kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen. untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak terkait sehingga anggaran dapat dimengerti, didukung, dan dilaksanakan. untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Untuk mengkoordinasi cara atau metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya. Untuk menyediakan alat dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu atau tidaknya tindakan koreksi”. 2.2.5.3 Biaya Terkendali dan Biaya Tidak Terkendali Didalam akuntansi pertanggungjawaban, tiap manajer beradaptasi dalam penyusunan anggaran biaya bagiannya masingmasing. Oleh karena itu, bagian masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban mengenai realisasi anggarannya. Biaya yang terjadi didalam pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan, karena tidak semua biaya yang terjadi dalam pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan. Didalam pengumpulan dan pelaporan biaya setiap pusat pertanggungjawaban harus dipisah antara biaya yang dapat dikendalikan (controllable cost) dengan biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable cost), maka hanya biayabiaya terkendali saja yang harus dipertanggungjawabkan olehnya. Menurut Horgren (2005;391), didefinisikan biaya terkendali dan tidak terkendali adalah : “ A controllable cosat is any cost a manager’s decisions and actions can influence. Uncontrollable cost is any cost that the management of responsibility center cannot affect within a given time span”. Sedangkan definisi biaya terkendali dan tidak terkendali menurut Hansen dan Mowen (2004;378), yaitu : “Biaya terkendali adalah biaya yang dapat dipengaruhi tingkatnya oleh manajer. Sedangkan biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi tingkatnya oleh manajer atau pegawai tingkat tertentu”. Dari penjelasan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dipengaruhi oleh manajer pusat pertanggungjawaban dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh manajer suatu pusat pertanggungjawaban dalam jangka tertentu. Biaya tidak terkendali juga dapat diubah menjadi biaya terkendali melalui cara yang saling berkaitan seperti yang dikemukakan Mulyadi (2001;169), yaitu : 1. “Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebanan langsung. 2. Dengan mengubah letak tanggung jawab pengambilan keputusan. 3. mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan dari manajemen puncak kepada manajemen pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan”. 2.2.5.4 Klasifikasi dan Kode Rekening Dalam akuntansi pertanggungjawaban biaya dan pendapatan yang terjadi dikumpulkan dan dilaporkan untuk setiap tingkatan manajemen. Agar dapat terlaksana dengan baik, maka biaya dan pendapatan harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkattingkat manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap tingkat manajemen merupakan pusat pertanggungjawaban dan akan dibebani dengan biaya-biaya yang terjadi didalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali. Pemberian kode akan mempermudah pencarian rekeningrekening yang diinginkan, proses pencatatan, pengklasifikasian serta pelaporan data akuntansi. Untuk dapat mengetahui dan membedakan rekening-rekening maka kode yang diberikan harus secara konsisten. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pemberian kode, yaitu dengan angka, huruf atau kombinasi keduanya, dan ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang menerapkan akuntansi pertanggungjawaban, yatiu jumlah angka dalam setiap kode harus sama, posisi angka dalam setiap kode memiliki lebih dari satu makna tergantung pada pemberian makna posisi angka pada tiap kode perkiraan. Menurut Mulyadi (2001;129) pemberian kode dapat dilakukan dengan cara : 1. Metode Kode Kelompok (Group code method) Kode kelompok mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu : a. Posisi masing-masing angka mempunyai arti, angka kiri kode kelompok dan angka paling kanan adalah jenis perkiraan. b. Setiap kode kelompok akan terdiri dari angka-angka yang sudah diperkirakan lebih dulu. c. Setiap kode dalam klasifikasi menggunakan angka yang sama. d. Jika terjadi perubahan kelompok perkiraan, dapat dilakukan dengan merubah angka yang paling kiri. Kode rekening pembantu biaya terdiri dari tujuh angka dan arti posisi angka dalam setiap kode pada gambar berikut ini : 5 x Kelompok rekening biaya Pusat pertanggungjawaban direksi Pusat pertanggungjawaban departemen Pusat pertanggungjawaban bagian Jenis biaya Gambar 2.1 kode rekening pembantu biaya x x xxx 2. Metode Kode Blok (Block code method) Kode yang diberikan untuk setiap klasifikasi tidak menggunakan urutan digit, tetapi dengan memberikan suatu blok nomor untuk setiap kelompok. Jadi kode akan diberikan pada setiap biaya yang dimulai dengan angka tertentu dan di akhiri dengan angka tertentu pula yang merupakan satu blok nomor kode. Contoh : Kelompok aktiva kodenya 100-199 Kelompok hutang kodenya 200-299 Kelompok modal kodenya 300-399 Kelompok pendapatan kodenya 400-499 Kelompok biaya kodenya 500-599 3. Stelsel Rekening Desimal Dalam metode ini perkiraan-perkiraan diklasifikasikan menjadi kelompok, golongan dan jenis perkiraan maksimum sepuluh. Setiap kelompok, golongan maupun jenis diberi kode mulai 0-9 perkiraan dibagi menjadi sepuluh rubrik, masing-masing rubrik ini dibagi menjadi sepuluh golongan dan masing-masing golongan dibagi menjadi sepuluh perkiraan. 2.2.5.5 Laporan Pertanggungjawaban Laporan-laporan hasil akuntansi pertanggungjawaban disebut sebagai laporan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban merupakan ikhtisar hasil yang dicapai seorang manajer bidang pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya didalam periode tertentu. Secara umum tujuan dari laporan pertanggungjawaban adalah untuk memberikan informasi kepada para pimpinan tentang hasil-hasil pelaksanaan terhadap suatu pekerjaan yang berada dalam lingkup tanggung jawabnya, serta memberikan motivasi kepada manajer / supervisor untuk mengambil suatu tindakan dalam upaya meningkatkan hasil. Tujuan laporan pertanggungjawaban menurut Hammer Dkk. (2002;17-8), adalah : 1. “To motive individuals to achieve a high level of performance by reporting efficienies manager and their superior. 2. To provide information that will help responsible managers identify in effciencies so they can control cost more efficintly”. Menurut Usry dan Hammer sesuai dengan terjemahan Alfonsus Sirait (1999;467), mengemukakan asas-asas dari laporan yaitu : 1. “Laporan harus sesuai dengan bagan organisasi. 2. Bentuk dan isi laporan harus konsisten setiap kali diterbitkan. 3. Laporan harus cepat dan tepat waktu. 4. Laporan harus diterbitkan secara teratur. 5. Laporan harus mudah dicerna. 6. Laporan harus memberikan rincian yang memadai namun tidak berlebihan. 7. Laporan harus memuat angka-angka yang dapat dibandingkan yaitu perbandingan antara angka aktual dengan anggaran, atau antara standar dengan hasil (aktual) dan harus menunjukan varians yang terjadi. 8. Laporan harus bersifat analitis. 9. Laporan untuk manajemen operasi harus dinyatakan baik dalam unit fisik maupun dalam nilai uang. 10. Laporan dapat cederung menonjolkan ke efisienan dan ke tidak efisienan dalam departemen-departemen”. Adapun laporan pertaanggungjawaban dapat dirasakan oleh : 1. Manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan Berdasarkan laporan pertanggungjawaban manajer suatu pusat dapat melakukan analitis dan mengambil tindakan perbaikan atas selisih yang tidak menguntungkan yang terjadi dan mengambil langkahlangkah yang dianggap perlu. 2. Manajer puncak Berdasarkan laporan pertanggungjawaban manajer puncak dapat mengetahui apa yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban tertentu, sehingga manajer puncak dapat lebih baik dalam memberikan pengarahan kepada para manajer. 2.3 Pengertian Efektivitas Pengertian efektivitas menurut Anthony dan Govindraja (2004;150), adalah sebagai berikut : “Effectiveness is determined by the relationship a responsibility center’s outputs and its objectives”. Menurut Supriyono (2000;330), pengertian efektivitas adalah : “Hubungan antara keluaran pusat pertanggungjawaban dengan tujuannya”. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara output suatu pusat pertanggungjawaban dengan sasaran perusahaan yang harus dicapainya. Jadi, semakin besar kontribusi output (keluaran) yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut. Baik di dalam sasaran maupun di dalam keluaran dari suatu unit kerja sering kali sulit pula untuk di tetapkan secara terinci. Oleh karena itu, biasanya tingkat efektivitas ini digambarakan dalam besaran yang bersifat kuantitatif. 2.4 Pengertian, Penggolongan dan Karakteristik Biaya Rekam Medis Dengan adanya aktivitas rekam medis, maka pelaksanaan kegiatan rekam medis membutuhkan sejumlah biaya-biaya yang digunakan untuk mendukung kegiatan rekam medis. Biaya inilah yang disebut biaya rekam medis. Pengertian biaya menurut Hansen dan Mowen (2004;40) adalah sebagai berikut : “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi”. Sedangkan menurut Henry Simamora (1999;36) pengertian biaya sebagai berikut : “Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi”. Pengertian Rekam Medis menurut Depkes RI Dirjen Pelayanan Medik (1997;6) sebagai berikut : “Rekam medis merupakan keterangan baik tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnase, penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Atau Rekam Medis merupakan catatan dan dokumen tentang keadaan pasien ” Sedangkan menurut Permenkes (Nomor : 749A/Menkes/PER/XII/89) rekam medis sebagai berikut : “Rekam medis adalah berkas berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana kesehatan.” Dari pengertian di atas diketahui bahwa rekam medis dalam melaksanakan kegiatannya membutuhkan perangkat kerja berupa formulir-formulir dan kartukartu untuk melaksanakan pencatatan-pencatatan yang berupa dokumen pasien. Dalam hal ini biaya yang dikeluarkan yaitu biaya cetakan untuk mencetak formulir-formulir dan kartu-kartu. Biaya rekam medis digolongkan sebagai biaya langsung karena dipakai langsung oleh pasien. 2.5 Pengendalian Biaya Rekam Medis Pengendalian biaya merupakan langkah yang harus ditempuh oleh manajemen guna menjamin tujuan biaya dan fungsi-fungsi dalam perusahaan sesuai dengan sasaran yang telah direncanakan agar tercapainya efisien biaya dan adanya perbaikan jika diperlukan. Persaingan antara perusahaan sejenis semakin tajam. Bila perusahaan ingin memenangkan persaingan tersebut maka diperlukan pengendalian terhadap biaya. Biaya tersebut harus sesuai dengan hasil yang akan diperoleh perusahaan, dengan demikian biaya yang dikeluarkan akan lebih efisien. Menurut Supriyono (2000;4), pengertian pengendalian adalah sebagai berikut: “Proses untuk mengarahkan seperangkat variabel (misalnya mesinmesin, ekuipmen) menuju arah atau mencapai tujuan tertentu”. Proses pengendalian didefinisikan sebagai proses mengukur dan mengevaluasi kinerja aktual dari setiap bagian organisasi dari suatu perusahaan, dan kemudian melaksanakan tindakan perbaikan apabila diperlukan. Hal ini dilakukan untuk menjamin sasaran, tujuan, kebijakan, dan standar yang telah ditetapkan dalam anggaran secara efisien dengan membandingkan ke pelaksanaan aktualnya. Dalam perencanaan dan pengendalian, biaya ini harus direncanakan oleh pusat pertanggungjawaban. Dimana cara pengendalian biaya rekam medis dapat dilakukan dengan membandingkan biaya yang sesungguhnya yang terjadi pada suatu periode dengan standar atau anggaran biaya. Jadi manajer dapat mengetahui besarnya perbedaan antara biaya yang terjadi dengan biaya yang telah di anggarkan, sehingga dapat di ambil tindakan perbaikan. Dengan adanya pengendalian biaya rekam medis ini maka dapat ditelusuri penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan dapat segera di ambil tindakan perbaikan atau korektif agar tidak terjadinya penyimpangan yang besar baik yang menguntungkan harus diselidiki dan diteliti untuk melihat penyebab dari penyimpangan tersebut dan mencari pemecahannya. Selain itu dari penelitian itu juga, pimpinan dapat mengetahui dan mengevaluasi kinerja manajer unit instalasi rekam medis, dan jika penyimpangan yang terjadi nilainya rendah, maka dapat dikatakan bahwa manager instalasi rekam medis relatif berhasil melaksanakan tugasnya. 2.6 Kriteria Efektivitas Biaya Rekam Medis Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah di uraikan sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh yang berkaitan dalam penyelenggaraan biaya dalam rekam medis ini adalah : 1. Tujuan pengendalian biaya rekam medis, yaitu : a. Adanya ketaatan kebijakan sistem anggaran. b. Tercapainya tujuan pengendalian biaya rekam medis yang dianggarkan lebih besar atau sama dengan biaya ream medis yang sebenarnya, yang berarti efisien. 2. Proses Pengendalian, yaitu : a. Menetapkan standar untuk pelaksanaan. b. Mengukur pelaksanaan yang sedang berjalan. c. Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpangan d. Melakukan tindakan perbaikan jika adanya penyimpangan yang diketahui. 2.7 Peranan Akuntansi Pertanggungjawaban dalam mencapai Efektivitas Biaya Rekam Medis Akuntansi pertanggungjawaban dalam rangka pengendalian biaya rekam medis yaitu berupa laporan pertanggungjawaban realisasi rekam medis. Pengendalian biaya rekam medis dapat dilakukan dengan membandingkan laporan akuntansi pertanggungjawaban biaya yang di anggarkan dengan biaya rekam medis yang sesungguhnya. Sehingga dapat diketahui penyimpanganpenyimpangan yang terjadi, dan dilakukannya tindakan koreksi. Akuntansi pertanggungjawaban menfokuskan pada pengendalian biaya, dimana tiap tingkatan manajemen yang bertanggungjawab atas pusat-pusat biaya yang dipimpinnya. Melalui akuntansi pertanggungjawaban, para manajer dapat menelusuri biaya-biaya yang terjadi. Pengendalian biaya harus merupakan rencana yang di dukung oleh seluruh manajer dan anggota perusahaan yang lain dalam perusahaan tersebut, karena dengan adanya kerjasama yang baik dalam pengendalian biaya ini maka akuntansi pertanggungjawaban dapat terlaksana dengan baik. Fungsi dari akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya dalam perusahaan adalah sebagai berikut : a. Sebagai pengendalian biaya rekam medis b. Sebagai penilaian kinerja manajer c. Sebagai pengambilan keputusan manajer Dengan demikian, peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam mencapai efektivitas biaya rekam medis yaitu peranan yang diberikan kepada manajer rekam medis dalam menggunakan sumber daya yang ada secara efisien dan efektif untuk melasanakan fungsinya dalam mencapai tujuan perusahaan serta di terapkanya kebijakan sistem anggaran dengan besar selama proses operasi perusahaan merupakan sebagai alat pengendalian kegiatan.