Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan
Peranan berasal dari kata peran, yaitu harapan tentang perilaku yang patut
bagi pemegang jabatan tertentu dalam organisasai, khususnya menyangkut
fungsi yang dilaksanakan (role). Dimana fungsi itu merupakan bagian utama
dari cabang kerja yang selanjutnya terbagi menjadi aktivitas. Sedangkan
peranan (role) menurut Soerjono Soekanto (2002;243) adalah sebagai
berikut:
“Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.”
Peranan mencakup 3 hal yaitu :
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi/tempat
seseorang dalam masyarakat.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Dengan demikian, peranan meliputi harapan-harapan dari para anggota sistem
terhadap fungsi-fungsi yang dijalankan oleh seseorang di dalam sistem sosial
tersebut. Peranan merupakan bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh
seseorang dalam menyelesaikan kasus tertentu didalam suatu kelompok yang
mempunyai hubungan sebab akibat terhadap hasil. Yang dimaksud peranan dalam
penelitian ini adalah fungsi dari setiap variabel dalam hubungan sebab akibat
antara akuntansi pertanggungjawaban yang memadai sebagai variabel independen
dengan tercapainya efektivitas biaya rekam medis sebagai variabel dependen.
2.2 Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan yang dicapai perusahaan, maka
pemimpin perusahaan tidak mungkin lagi untuk mengawasi dan mengendalikan
setiap aktivitas perusahaan secara langsung. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan
mendelegasikan wewenang yang dimilikinya kepada anggota organisasi yang lain
agar mereka dapat membantu pimpinan perusahaan dalam proses pengambilan
keputusan. Dengan adanya pendelegasian wewenang
dari pimpinan kepada
anggota organisasi lainnya, maka timbul pertanggungjawaban terhadap setiap
keputusan yang mereka ambil.
Akuntansi
pertanggungjawaban
mendasarkan
pada
pemikiran
bahwa
seseorang manajer harus dibebani tanggung jawab atas prestasinya. Konsep
akuntansi
pertanggungjawaban
menjadi
pedoman
bagi
manajer
untuk
mengumpulkan, menyalurkan dan melaporkan prestasi sesungguhnya, prestasi
yang diharapkan, dan selisih yang timbul dalam setiap pusat pertanggungjawaban.
Setiap pusat pertanggungjawaban dipimpin oleh seorang manajer, dimana
manajer tersebut akan bertanggung jawab atas perencanaan yang dibuat. Tiap
manajer yang mengepalai suatu pusat pertanggungjawaban, bertanggungjawab
terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah didelegasikan kepadanya. Tapi meskipun
manajer pusat pertanggungjawaban memiliki tanggung jawab hanya pada
kegiatan-kegiatan pusat pertanggungjawaban, namun keputusan yang dibuat oleh
manajer tersebut mungkin mempengaruhi pusat pertanggungjawaban lainnya.
2.2.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Hansen dan Mowen yang dialih bahasakan oleh Dewi
Fitriasari
dan
Deny
Arnos
Kwary
(2005;116),
akuntansi
pertanggungjawaban adalah :
“ Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur
berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban
menurut informasi yang dibutuhkan para manjer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka”.
Menurut Horngren dan kawan-kawan (2005;385),
accounting adalah:
Responsibility
“Identifying what parts of the organization have primary responsibility
for each action, developing performance measures and targets, and
designing reports of these measures by responsibility center”.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001;218), adalah sebagai berikut :
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi
yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan
pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan sesuai dengan bidang
pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat
ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab
terhadap penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang
dianggarkan”.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi
pertanggungjawaban adalah sebuah sistem akuntansi yang membagi struktur
organisasi atas bagian-bagian atau pusat-pusat pertanggungjawaban dengan
membandingkan
antara
rencana
dan
pelaksanaan
dari
setiap
pusat
pertanggungjawaban yang digunakan untuk mengukur kinerja seseorang atau
departemen suatu organisasi guna mencapai tujuan perusahaan.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem pelaporan
informasi keuangan menurut manajer yang bertanggung jawab atas terjadinya
informasi tersebut. Hasil akhir sistem akuntansi pertanggungjawaban berupa
laporan tiap-tiap departemen yang berisi informasi-informasi menurut manajer
yang bertanggung jawab atas penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
sehingga dapat dilakukan evaluasi.
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban pada dasarnya merupakan suatu alat bantu
bagi manajemen untuk memudahkan dalam membuat keputusan-keputusan
yang dihadapinya. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban terutama menitik
beratkan perhatianya pada manajemen tingkat bawah yang berhubungan
dengan kegiatan atau aktivitas sehari-hari perusahaan.
Tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah menghasilkan laporanlaporan untuk setiap tingkah manajemen yang akan menerima laporan hasil
kegiatan suatu unit yang berada dibawah wewewnangnya. Laporan yang
dibuat dan ditujukan kepada setiap tingkatan manajemen akan memberikan
umpan balik bagi manajemen, sehingga dapat diambil suatu tindakan bersifat
korektif atau pencegahan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Selain menghasilkan laporan-laporan, akuntansi pertanggungjawaban juga
untuk
memotivasi
manajer-manajer
pusat
pertanggungjawaban
untuk
menampilkan kinerja yang efektif dan efisien disamping itu juga membuat
keputusan guna mengestimasi hasi-hasil kegiatan perusahaan dari masa yang
mendatang dan melakukan perencanaan berikutnya. Dalam akuntansi
pertanggungjawaban, pengumpulan dan pelaporan biaya dilakukan oleh setiap
pusat pertanggungjawaban. Dari laporan tersebut dapat dilihat perbedaan
antara anggaran dan realisasi dari sumber daya (dalam hal ini biaya ) yang
dikonsumsi
Akuntansi
pertanggungjawaban
bermanfaat
terhadap
jalannya
perusahaan, yaitu berupa keputusan yang diambil tepat pada waktunya serta
sesuai dengan tingkat manajemen yang ada. Selain itu, manfaat informasi
akuntansi pertanggungjawaban yang berdasarkan masa lalu bermanfaat
sebagai penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan pemotivasi
manajer. Sedangkan berdasarkan informasi yang akan datang bermanfaat
untuk penyusunan anggaran.
Menurut Mulyadi (2001;175-178), manfaat-manfaat tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. “Sebagai dasar penyusunan anggaran
proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses
penetapan peran dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan.
Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan
berperan dalam melaksanakan sebagaian aktivitas pencapaian
sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang
disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkan
melaksanakan perannya. Sumber daya yang disediakan untuk
memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian
sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter
standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu,
penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia
informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur
berbagai nilai sumberdaya yang disediakan bagi setiap manajer
yang berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian, anggaran
berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur
nilai sumber daya yang disediakan selama setahun anggaran
bagi manajer yang diberi peran untuk mencapai sasaran
perusahaan.
2. Sebagai penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi
yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian
aktivitas organisasi, karena informasi tersebut menekankan
hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung
jawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap
manajer untuk merencanakan pendapatan atau biaya yang
menjadi tanggung jawabnya, dan kemudian menyediakan
informasi realisasi pendapatan dan/atau biaya tersebut menurut
manajer yang bertanggung jawab. Dengan demikian, informasi
akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor (score) yang
dibuat oleh setiap manajer tersebut dalam mencapai sasaran
perusahaan.
3. Sebagai pemotivasi manajer
Motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan
secara sadar dan bertujuan. Pemotivasi adalah sesuatu yang
digunakan untuk mendorong timbulnya prakarsa seseorang
untuk melakukan tindakan secara sadar dan bertujuan. Orang
akan memiliki motivasi untuk berusaha jika ia memiliki nilai
penghargaan yang tinggi atau ia berkeyakinan bahwa suatu
kinerja akan diberi penghargaan”.
2.2.3 Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban
Sistem akuntansi pertanggungjawaban memiliki empat karakteristik
yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001;191), yaitu :
1. “Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban.
2. Standar ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja yang
bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu.
3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi
dengan anggaran.
4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman
berdasarkankebijakkan manajemen yang lebih tinggi”.
Pengidentifikasian pusat pertanggungjawaban sebagai unit organisasi
seperti departemen, tim kinerja, atau individu bertujuan agar dapat diketahui
aliran wewenang dan tanggungj awab dalam organisasi. Apapun satuan pusat
pertanggungjawaban yang dibentuk, sistem akuntansi pertanggungjawaban
membebankan tanggung jawab kepada individu yang diberi wewenang.
Tanggung jawab di batasi pada satuan keuangan. Setiap pusat-pusat
pertanggungjawaban yang dipimpin oleh seorang manajer bertanggung jawab
atas segala aktivitas yang dilakukannya dan melaporkan hasil yang dicapai
kepada manajemen tingkat tinggi.
Setelah pusat pertanggungjawaban di identifikasi dan ditetapkan, sistem
akuntansi
pertanggungjawaban
menghendaki
ditetapkanya
anggaran.
Anggaran yang akan dibahas dikhususkan terhadap anggaran rekam medis.
Anggaran yang disusun mencerminkan sasaran yang akan dicapai dan dapat
digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajer yang bertanggung
jawab atas pusat pertanggungjawaban.
Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh
manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang
ditetapkan dalam anggaran. Penggunaan sumber daya
ini diukur dengan
informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mencerminkan ukuran kinerja
manajer pusat pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran anggaran.
Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para
manajer dalam melaksanakan aktivitas rekam medis untuk mencapai target
yang tercantum dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab terjadinya
penyimpangan dalam pelaksanaan aktivitas rekam medis para manajer secara
individual diberi penghargaan atau hukuman menurut sistem pengharagaan
dan hukuman yang ditetapkan.
2.2.4 Pusat Pertanggungjawaban
2.2.4.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Hansen dan Mowen yang dialihbahasakan oleh Dewi
Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2005;116), adalah sebagai berikut :
“Pusat pertanggungjawaban adalah suatu segmen bisnis
yang manajernya bertanggung jawab terhadap pengaturan
kegiatan-kegiatan tertentu”.
Menurut
Mulyadi
(2001;422),
Pusat
pertanggungjawaban
merupakan :
“satu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer
yang bertanggung jawab”.
Suatu pusat pertanggungjawaban
bertanggung jawab untuk
melaksanakan beberapa fungsi yang merupakan outputnya, dimaksudkan
untuk mengukur input yang dipakai dalam periode pada waktu tertentu.
Istilah pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukan unit
organisasi yang dikelola oleh seorang manjer yang bertanggung jawab,
berdasarkan sejauh mana masukan dan keluaran yang menjadi tanggung
jawabnya.
2.2.4.2 Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban
Menurut
Mulyadi
(2001;426),
berdasarkan
karakteristik
masukan, keluarannya, dan hubungan di antara keduanya, pusat
pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
1. “Pusat biaya
a. Diberi wewenang yang cukup untuk mengeluarkan
biaya.
b. Wewenang dan tanggung jawabnya didalam sistem
dibatasi pada pengelolaan biaya.
c. Prestasinya diukur dengan perbandingan antara
biaya yang dikeluarkan atau biaya yang terjadi
dengan anggaran.
2. Pusat pendapatan
a. Diberi wewenang yang cukup untuk mengelola
pendapatan.
b. Wewenang dan tanggung jawabnya didalam sistem
dibatasi oleh pengelolaan pendapatan.
c. Prestasinya di ukur dengan perbandingan antara
pendapatan yang betul-betul diperoleh dengan
anggarannya.
3. Pusat laba
a. Diberi wewenang yang cukup untuk mengelola biaya
dan pendapatan.
b. Wewenang dan tanggung jawabnya di dalam sistem di
batasi pada pengelolaan biaya dan pendapatan.
c. Prestasinya di ukur dengan perbandingan antara laba
yang betul-betul diperoleh dengan anggarannya.
4. Pusat investasi
a. Diberi wewenang yang cukup untuk pengelolaan
biaya, pendapatan, dan aktiva.
b. Wewenangnya di dalam sistem di batasi pada
pengelolaan biaya, pendapatan, dan aktiva.
c. Prestasinya di ukur dengan perbandingan antara
return on investment atau residual income yang dicapai
anggarannya”.
2.2.5 Syarat-syarat Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban
Agar suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban diterapkan dan
dilaksanakan dengan baik, maka harus dipenuhi lima syarat-syarat seperti
yang diungkapkan oleh Mulyadi (2001;381), yaitu sebagai berikut :
1. “Struktur akuntansi yang menetapkan secara tegas wewenang
dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.
2. Anggaran biaya yang disusun untuk tiap tingkatan manajemen.
3. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan
tindakannya (controllability) biaya oleh manajemen tertentu
dalam operasi.
4. Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur
akuntasi.
5. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung
jawab (responsibility reporting)”.
Penerapan syarat-sayarat tersebut berbeda antara perusahaan yang satu
dengan yang lainnya, tergantung dari jenis perusahaan, ukurannya, jumlah
operasi tambahan ataupun faktor-faktor khusus yang menjadi ciri perusahaan.
Matz dan Usry (1993;420), sesuai terjemahan Herman Wibowo
mengemukakan konsep-konsep yang merupakan syarat untuk membentuk dan
mempertahankan sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut
1. “Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan atas pengelolaan
tanggung jawab manjemen pada setiap tingkatan dalam suatu
organisasi dengan tujuan membentuk anggaran bagi masingmasing departemen.
2. Titik awal dari sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban
terletak apada bagian organisasi dimana ruang lingkup
wewenang telah ditentukan.
3. Setiap anggaran harus secara jelas menunjukan biaya yang
terkendali oleh personil yang bersangkutan”.
2.2.5.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan hal penting dalam perusahaan dan
merupakan
salah
satu
syarat
dalam
menerapkan
akuntansi
pertanggungjawaban. Menurut Supriyono (2000;184), mendefinisikan
organisasi sebagai berikut :
“Organisasi adalah hasil-hasil proses pengorganisasian dan
pengelompokan secara terstruktur manusia yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu”.
Untuk mencapai tujuan organisasi tidak lepas dari pembentukan
struktur organisasi. Oleh karena itu, struktur organisasi harus disusun
sedemikian rupa sehingga wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap
manajer menjadi jelas. Menurut Gunawan dan Marwan (2003;32),
pentingnya struktur organisasi mencerminkan :
1. “Pembagian tugas operasional pemasaran, produksi,
keuangan, dan administrasi ke dalam berbagai jabatan
yang dibentuk oleh perusahaan itu.
2. Pembagian weweanang dan tanggung jawab masingmasing pejabat sesuai hirarki-nya.
3. Hubungan komando dan koordinasi antara berbagai
jabatan/posisi yang ada dalam organisasi itu”.
Organisasi dengan demikian akan memberikan kepada kita
gambaran tentang siapa bertanggung jawab atas apa. Tanggung jawab
yang
dimaksud
salah
satunya
adalah
tanggung
jawab
untuk
merencanakan besarnya anggaran serta mempertanggungjawabkan
penggunaan dana anggaran yang telah diberikan pada seksi atau
bagiannya masing-masing.
Struktur organisasi dapat berbeda-beda ukuran dan bentuknya,
tetapi oleh Supriyono (2000;201-206), struktur organisasi dapat
dikelompokan kedalam tiga kategori yaitu :
1. “Struktur organisasi fungsional, dimana setiap manajer
bertanggung jawab terhadap salah satu dari berbagai
fungsi yang ada dalam organisasi.
2. Struktur organisasi divisional, dimana setiap manajer
dapat mengembangkan strategi bisnisnya masing-masing.
3. Struktur organisasi matrik, dimana menggabungkan dua
macam struktur organisasi, antara manajer fungsional
dengan manajer proyek harus mampu mengkoordinasi
kegiatan fungsi-fungsi dengan proyek-proyek yang
dilaksanakan sehingga tujuan proyek dapat dicapai”.
Oleh karena itu, untuk dapat merancang sistem anggaran yang
tepat untuk suatu perusahaan terlebih dahulu mempelajari secara cermat
struktur organisasinya. Agar pembagian wewenang penganggaran berjalan
seiring dengan pembagian wewenang organisasi.
2.2.5.2 Anggaran
Pengertian anggaran menurut Mulyadi (2001;488) adalah
sebagai berikut :
“Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan
secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter
standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka
waktu satu tahun. Anggaran merupakan suatu rencana
jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana keggiatan
jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan
jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan
anggaran”.
Menurut Hansen dan Mowen (2004;354), yang dialihbahasakan
oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos pengertian anggaran adalah :
“Anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan;
rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang
diperlukan untuk mencapainya”.
Sedangkan menurut Horngren (2005:12) menyatakan bahwa :
“Budget is a quantitative expression of a plan of action and an
aid to coordinating and implementing the plan.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan suatu
rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam
satuan ukuran lain, yang mengcakup jangka waktu satu tahun dan
merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan
rencana kegiatan jangka panjang, ditetapkan dalam proses penyusunan
program (programming). Dimana penyusunan anggaran pada dasarnya
merupakan proses penetapan peran setiap manajer dalam melaksanakan
program atau bagian dari program. Oleh karena itu, anggaran merupakan
komitmen manajer pusat pertanggungjawaban yang digunakan sebagai
alat pengendalian kegiatan (budgeting control).
Sedangkan fungsi anggaran menurut Mulyadi (2001;502), adalah
sebagai berikut :
1. “Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan
rencana kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan
dilaksanakan perusahaan di masa yang akan datang.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang
menghubungkan berbagai unit organisasi dalam
perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawah
dengan manajer atas.
4. Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai
sebagi pembanding hasil operasi sesungguhnya.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang
memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat
dan lemah bagi perusahaan.
6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi
dan memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa
bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
organisasi”.
Menurut Mulyadi (2001;513), untuk menghasilkan suatu
anggaran yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan sekaligus sebagai
alat
pengendalian
dalam
kaitannya
dengan
akuntansi
pertanggungjawaban, maka dalam penyusunannya suatu anggaran harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. “Partisipasi para manajer pusat pertanggungjawaban
dalam proses penyusunan anggran.
2. Organisasi anggota.
3. Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban
dalam proses penyusunan anggaran dan sebagai
pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan
anggaran”.
Menurut
Christina
dkk.
(2001;2-3)
menyatakan
penyusunan anggaran secara lebih lengkap sebagai berikut :
manfaat
1. “Adanya perencanaan terpadu.
Anggaran perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk
merumuskan rencana perusahaan secara menyeluruh.
2. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik
bagi manajemen puncak maupun manajemen menengah.
Anggaran yang disusun dengan baik akan membuat bawahan
menyadari bahwa manajemen memiliki pemahaman yang
baik tentang operasi perusahaan dan bawahan akan
mendapatkan pedoman yang jelas dalam melaksanakan
tugasnya.
3. Sebagai alat pengkoordinasi kerja.
Anggaran memerlukan serangkaian standar prestasi atau
target yang bisa dibandingkan dengan realisasi sehingga
pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya.
4. Sebagai alat pengawas kerja.
Anggaran memerlukan serangkaian standar prestasi atau
target yang bisa dibandingkan dengan realisasinya sehingga
pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya.
5. Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan.
Anggaran yang disusun dengan baik menerapkan standar
yang relevan akan memberikan pedoman bagi perbaikan
operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang
harus ditempuh agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan cara
yang baik, artinya menggunakan sumber-sumber daya
perusahaan yang dianggap paling menguntungkan”.
Tujuan penyusunan anggaran menurut Christina dkk. (2001;4),
yaitu :
1. “Untuk menyatakan harapan atau sasaran perusahaan
secara jelas dan formal, sehingga bisa menghindari
2.
3.
4.
5.
kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang
hendak dicapai manajemen.
untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada
pihak terkait sehingga anggaran dapat dimengerti,
didukung, dan dilaksanakan.
untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas
dengan mengurangi ketidakpastian dan memberikan
pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam
upaya mencapai tujuan perusahaan.
Untuk mengkoordinasi cara atau metode yang akan
ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya.
Untuk menyediakan alat dan mengendalikan kinerja
individu dan kelompok, serta menyediakan informasi
yang mendasari perlu atau tidaknya tindakan koreksi”.
2.2.5.3 Biaya Terkendali dan Biaya Tidak Terkendali
Didalam
akuntansi
pertanggungjawaban,
tiap
manajer
beradaptasi dalam penyusunan anggaran biaya bagiannya masingmasing. Oleh karena itu, bagian masing-masing akan dimintai
pertanggungjawaban mengenai realisasi anggarannya. Biaya yang terjadi
didalam pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan, karena tidak
semua biaya yang terjadi dalam pusat pertanggungjawaban
dapat
dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan. Didalam pengumpulan
dan pelaporan biaya setiap pusat pertanggungjawaban harus dipisah
antara biaya yang dapat dikendalikan (controllable cost) dengan biaya
yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable cost), maka hanya biayabiaya terkendali saja yang harus dipertanggungjawabkan olehnya.
Menurut Horgren (2005;391), didefinisikan biaya terkendali dan
tidak terkendali adalah :
“ A controllable cosat is any cost a manager’s decisions and
actions can influence. Uncontrollable cost is any cost that the
management of responsibility center cannot affect within a
given time span”.
Sedangkan definisi biaya terkendali dan tidak terkendali menurut
Hansen dan Mowen (2004;378), yaitu :
“Biaya terkendali adalah biaya yang dapat dipengaruhi
tingkatnya oleh manajer. Sedangkan biaya tidak terkendali
adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi tingkatnya oleh
manajer atau pegawai tingkat tertentu”.
Dari penjelasan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya
terkendali adalah biaya yang secara langsung dipengaruhi oleh manajer
pusat pertanggungjawaban dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan
biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung
dipengaruhi oleh manajer suatu pusat pertanggungjawaban dalam jangka
tertentu.
Biaya tidak terkendali juga dapat diubah menjadi biaya
terkendali melalui cara yang saling berkaitan seperti yang dikemukakan
Mulyadi (2001;169), yaitu :
1. “Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke
pembebanan langsung.
2. Dengan mengubah letak tanggung jawab pengambilan
keputusan.
3. mendelegasikan
wewenang
untuk
pengambilan
keputusan dari manajemen puncak kepada manajemen
pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan”.
2.2.5.4 Klasifikasi dan Kode Rekening
Dalam akuntansi pertanggungjawaban biaya dan pendapatan
yang terjadi dikumpulkan dan dilaporkan untuk setiap tingkatan
manajemen. Agar dapat terlaksana dengan baik, maka biaya dan
pendapatan harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkattingkat manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap
tingkat manajemen merupakan pusat pertanggungjawaban dan akan
dibebani dengan biaya-biaya yang terjadi didalamnya yang dipisahkan
antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali.
Pemberian kode akan mempermudah pencarian rekeningrekening yang diinginkan, proses pencatatan, pengklasifikasian serta
pelaporan data akuntansi. Untuk dapat mengetahui dan membedakan
rekening-rekening maka kode yang diberikan harus secara konsisten.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pemberian kode, yaitu
dengan angka, huruf atau kombinasi keduanya, dan ada beberapa kriteria
yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang menerapkan akuntansi
pertanggungjawaban, yatiu jumlah angka dalam setiap kode harus sama,
posisi angka dalam setiap kode memiliki lebih dari satu makna
tergantung pada pemberian makna posisi angka pada tiap kode
perkiraan.
Menurut Mulyadi (2001;129) pemberian kode dapat dilakukan
dengan cara :
1. Metode Kode Kelompok (Group code method)
Kode kelompok mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu :
a. Posisi masing-masing angka mempunyai arti, angka kiri
kode kelompok dan angka paling kanan adalah jenis
perkiraan.
b. Setiap kode kelompok akan terdiri dari angka-angka yang
sudah diperkirakan lebih dulu.
c. Setiap kode dalam klasifikasi menggunakan angka yang
sama.
d. Jika terjadi perubahan kelompok perkiraan, dapat
dilakukan dengan merubah angka yang paling kiri.
Kode rekening pembantu biaya terdiri dari tujuh angka
dan arti posisi angka dalam setiap kode pada gambar berikut
ini :
5
x
Kelompok rekening biaya
Pusat pertanggungjawaban direksi
Pusat pertanggungjawaban departemen
Pusat pertanggungjawaban bagian
Jenis biaya
Gambar 2.1 kode rekening pembantu biaya
x
x
xxx
2. Metode Kode Blok (Block code method)
Kode
yang
diberikan
untuk
setiap
klasifikasi
tidak
menggunakan urutan digit, tetapi dengan memberikan suatu
blok nomor untuk setiap kelompok. Jadi kode akan diberikan
pada setiap biaya yang dimulai dengan angka tertentu dan di
akhiri dengan angka tertentu pula yang merupakan satu blok
nomor kode.
Contoh :
Kelompok aktiva kodenya
100-199
Kelompok hutang kodenya
200-299
Kelompok modal kodenya
300-399
Kelompok pendapatan kodenya
400-499
Kelompok biaya kodenya
500-599
3. Stelsel Rekening Desimal
Dalam metode ini perkiraan-perkiraan diklasifikasikan
menjadi kelompok, golongan dan jenis perkiraan maksimum
sepuluh. Setiap kelompok, golongan maupun jenis diberi
kode mulai 0-9 perkiraan dibagi menjadi sepuluh rubrik,
masing-masing rubrik ini dibagi menjadi sepuluh golongan
dan masing-masing golongan dibagi menjadi sepuluh
perkiraan.
2.2.5.5 Laporan Pertanggungjawaban
Laporan-laporan hasil akuntansi pertanggungjawaban disebut
sebagai laporan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban
merupakan ikhtisar hasil yang dicapai seorang manajer bidang
pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya didalam
periode tertentu.
Secara umum tujuan dari laporan pertanggungjawaban adalah
untuk memberikan informasi kepada para pimpinan tentang hasil-hasil
pelaksanaan terhadap suatu pekerjaan yang berada dalam lingkup
tanggung jawabnya, serta memberikan motivasi kepada manajer /
supervisor untuk mengambil suatu tindakan dalam upaya meningkatkan
hasil.
Tujuan laporan pertanggungjawaban menurut Hammer Dkk.
(2002;17-8), adalah :
1. “To motive individuals to achieve a high level of
performance by reporting efficienies manager and their
superior.
2. To provide information that will help responsible managers
identify in effciencies so they can control cost more
efficintly”.
Menurut Usry dan Hammer sesuai dengan terjemahan Alfonsus
Sirait (1999;467), mengemukakan asas-asas dari laporan yaitu :
1. “Laporan harus sesuai dengan bagan organisasi.
2. Bentuk dan isi laporan harus konsisten setiap kali
diterbitkan.
3. Laporan harus cepat dan tepat waktu.
4. Laporan harus diterbitkan secara teratur.
5. Laporan harus mudah dicerna.
6. Laporan harus memberikan rincian yang memadai
namun tidak berlebihan.
7. Laporan harus memuat angka-angka yang dapat
dibandingkan yaitu perbandingan antara angka aktual
dengan anggaran, atau antara standar dengan hasil
(aktual) dan harus menunjukan varians yang terjadi.
8. Laporan harus bersifat analitis.
9. Laporan untuk manajemen operasi harus dinyatakan
baik dalam unit fisik maupun dalam nilai uang.
10. Laporan dapat cederung menonjolkan ke efisienan dan
ke tidak efisienan dalam departemen-departemen”.
Adapun laporan pertaanggungjawaban dapat dirasakan oleh :
1. Manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan
Berdasarkan laporan pertanggungjawaban manajer suatu pusat dapat
melakukan analitis dan mengambil tindakan perbaikan atas selisih
yang tidak menguntungkan yang terjadi dan mengambil langkahlangkah yang dianggap perlu.
2. Manajer puncak
Berdasarkan laporan pertanggungjawaban manajer puncak dapat
mengetahui apa yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban
tertentu, sehingga manajer puncak dapat lebih baik dalam
memberikan pengarahan kepada para manajer.
2.3 Pengertian Efektivitas
Pengertian efektivitas menurut Anthony dan Govindraja (2004;150), adalah
sebagai berikut :
“Effectiveness is determined by the relationship a responsibility center’s
outputs and its objectives”.
Menurut Supriyono (2000;330), pengertian efektivitas adalah :
“Hubungan
antara
keluaran
pusat
pertanggungjawaban
dengan
tujuannya”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas
merupakan hubungan antara output suatu pusat pertanggungjawaban dengan
sasaran perusahaan yang harus dicapainya. Jadi, semakin besar kontribusi output
(keluaran) yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut. Baik di
dalam sasaran maupun di dalam keluaran dari suatu unit kerja sering kali sulit
pula untuk di tetapkan secara terinci. Oleh karena itu, biasanya tingkat efektivitas
ini digambarakan dalam besaran yang bersifat kuantitatif.
2.4 Pengertian, Penggolongan dan Karakteristik Biaya Rekam Medis
Dengan adanya aktivitas rekam medis, maka pelaksanaan kegiatan rekam
medis membutuhkan sejumlah biaya-biaya yang digunakan untuk mendukung
kegiatan rekam medis. Biaya inilah yang disebut biaya rekam medis.
Pengertian biaya menurut Hansen dan Mowen (2004;40) adalah sebagai
berikut :
“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat
ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi”.
Sedangkan menurut Henry Simamora (1999;36) pengertian biaya sebagai
berikut :
“Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang
atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau di
masa mendatang bagi organisasi”.
Pengertian Rekam Medis menurut Depkes RI Dirjen Pelayanan Medik
(1997;6) sebagai berikut :
“Rekam medis merupakan keterangan baik tertulis maupun yang
terekam tentang identitas, anamnase, penentuan fisik laboratorium,
diagnosa segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada
pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun
yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Atau Rekam Medis
merupakan catatan dan dokumen tentang keadaan pasien ”
Sedangkan menurut Permenkes (Nomor : 749A/Menkes/PER/XII/89) rekam
medis sebagai berikut :
“Rekam medis adalah berkas berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
kepada pasien pada sarana kesehatan.”
Dari pengertian di atas diketahui bahwa rekam medis dalam melaksanakan
kegiatannya membutuhkan perangkat kerja berupa formulir-formulir dan kartukartu untuk melaksanakan pencatatan-pencatatan yang berupa dokumen pasien.
Dalam hal ini biaya yang dikeluarkan yaitu biaya cetakan untuk mencetak
formulir-formulir dan kartu-kartu. Biaya rekam medis digolongkan sebagai biaya
langsung karena dipakai langsung oleh pasien.
2.5 Pengendalian Biaya Rekam Medis
Pengendalian biaya merupakan langkah yang harus ditempuh oleh manajemen
guna menjamin tujuan biaya dan fungsi-fungsi dalam perusahaan sesuai dengan
sasaran yang telah direncanakan agar tercapainya efisien biaya dan adanya
perbaikan jika diperlukan. Persaingan antara perusahaan sejenis semakin tajam.
Bila perusahaan ingin memenangkan persaingan tersebut maka diperlukan
pengendalian terhadap biaya. Biaya tersebut harus sesuai dengan hasil yang akan
diperoleh perusahaan, dengan demikian biaya yang dikeluarkan akan lebih efisien.
Menurut Supriyono (2000;4), pengertian pengendalian adalah sebagai
berikut:
“Proses untuk mengarahkan seperangkat variabel (misalnya mesinmesin, ekuipmen) menuju arah atau mencapai tujuan tertentu”.
Proses pengendalian didefinisikan sebagai proses mengukur dan mengevaluasi
kinerja aktual dari setiap bagian organisasi dari suatu perusahaan, dan kemudian
melaksanakan tindakan perbaikan apabila diperlukan. Hal ini dilakukan untuk
menjamin sasaran, tujuan, kebijakan, dan standar yang telah ditetapkan dalam
anggaran secara efisien dengan membandingkan ke pelaksanaan aktualnya. Dalam
perencanaan dan pengendalian, biaya ini harus direncanakan oleh pusat
pertanggungjawaban. Dimana cara pengendalian biaya rekam medis dapat
dilakukan dengan membandingkan biaya yang sesungguhnya yang terjadi pada
suatu periode dengan standar atau anggaran biaya. Jadi manajer dapat mengetahui
besarnya perbedaan antara biaya yang terjadi dengan biaya yang telah di
anggarkan, sehingga dapat di ambil tindakan perbaikan.
Dengan adanya pengendalian biaya rekam medis ini maka dapat ditelusuri
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan dapat segera di ambil tindakan
perbaikan atau korektif agar tidak terjadinya penyimpangan yang besar baik yang
menguntungkan harus diselidiki dan diteliti untuk melihat penyebab dari
penyimpangan tersebut dan mencari pemecahannya. Selain itu dari penelitian itu
juga, pimpinan dapat mengetahui dan mengevaluasi kinerja manajer unit instalasi
rekam medis, dan jika penyimpangan yang terjadi nilainya rendah, maka dapat
dikatakan bahwa manager instalasi rekam medis relatif berhasil melaksanakan
tugasnya.
2.6 Kriteria Efektivitas Biaya Rekam Medis
Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah di uraikan sebelumnya,
maka kesimpulan yang diperoleh yang berkaitan dalam penyelenggaraan biaya
dalam rekam medis ini adalah :
1. Tujuan pengendalian biaya rekam medis, yaitu :
a. Adanya ketaatan kebijakan sistem anggaran.
b. Tercapainya tujuan pengendalian biaya rekam medis yang dianggarkan
lebih besar atau sama dengan biaya ream medis yang sebenarnya, yang
berarti efisien.
2. Proses Pengendalian, yaitu :
a. Menetapkan standar untuk pelaksanaan.
b. Mengukur pelaksanaan yang sedang berjalan.
c. Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpangan
d. Melakukan tindakan perbaikan jika adanya penyimpangan yang
diketahui.
2.7 Peranan Akuntansi Pertanggungjawaban dalam mencapai Efektivitas
Biaya Rekam Medis
Akuntansi pertanggungjawaban dalam rangka pengendalian biaya rekam
medis yaitu berupa laporan pertanggungjawaban realisasi rekam medis.
Pengendalian biaya rekam medis dapat dilakukan dengan membandingkan
laporan akuntansi pertanggungjawaban biaya yang di anggarkan dengan biaya
rekam medis yang sesungguhnya. Sehingga dapat diketahui penyimpanganpenyimpangan yang terjadi, dan dilakukannya tindakan koreksi. Akuntansi
pertanggungjawaban menfokuskan pada pengendalian biaya, dimana tiap
tingkatan manajemen yang bertanggungjawab atas pusat-pusat biaya yang
dipimpinnya. Melalui akuntansi pertanggungjawaban, para manajer dapat
menelusuri biaya-biaya yang terjadi.
Pengendalian biaya harus merupakan rencana yang di dukung oleh seluruh
manajer dan anggota perusahaan yang lain dalam perusahaan tersebut, karena
dengan adanya kerjasama yang baik dalam pengendalian biaya ini maka akuntansi
pertanggungjawaban dapat terlaksana dengan baik.
Fungsi dari akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya
dalam perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pengendalian biaya rekam medis
b. Sebagai penilaian kinerja manajer
c. Sebagai pengambilan keputusan manajer
Dengan demikian, peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam mencapai
efektivitas biaya rekam medis yaitu peranan yang diberikan kepada manajer
rekam medis dalam menggunakan sumber daya yang ada secara efisien dan efektif
untuk melasanakan fungsinya dalam mencapai tujuan perusahaan serta di
terapkanya kebijakan sistem anggaran dengan besar selama proses operasi
perusahaan merupakan sebagai alat pengendalian kegiatan.
Download