14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para tujuan anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Menurut Sutrisno (2009:53) menjelaskan tentang kinerja keuangan sebagai berikut: “Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut” Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. 15 2.1.2 Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya. 2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. 3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang. 4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya. 5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. 2.1.3 Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut 16 dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. 2.2 Laporan Keuangan Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, serta laporan – laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap pos – pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentan posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan rugi laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan. 17 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi – laba. Pada waktu akhir – akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan – perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba ditahan). yang Menurut Kasmir (2008): “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.” Dengan kata lain, laporan keuangan menggambarkan pos – pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode yang akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang san ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. 2.2.1.1 Neraca Menurut Munawir (2007): “Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.” Menurut James.C.Van Horne dan John.M.Wachowics,Jr (1997): “Neraca merupakan ringkasan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada satu titik tertentu, biasanya akhir tahun atau kuartal tahun.” 18 Aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, sementara kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana seluruh sumber daya perusahaan didanai. 2.2.1.2 Laporan Laba Rugi Menurut Munawir (2007): “Laporan Rugi Laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu.” Laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. 2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Berikut ini beberapa tujuan penyusunan laporan keuangan menurut Kasmir (2008): 1. memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini 2. memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini 3. memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu 19 4. memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu 5. memberikan onformasi tentang perubahan – perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan 6. memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode 7. memberikan informasi tentang catatan atas laporan keuangan 8. informasi keuangan lainnya 2.3 Analisis Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Abdullah (2001:33) analisa keuangan perusahaan merupakan kajian secara kritis, sistematis dan metodologis terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan baik pada waktu yang telah lalu, kondisi tahun berjalan maupun prediksi waktu yang akan datang. 2.3.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan 1. untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode 2. untuk mengetahui kelemahan – kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan 3. untuk mengetahui kekuatan – kekuatan yang dimiliki 20 4. untuk mengetahui langkah – langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini 5. untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal 6. dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai 2.3.3 Metode Analisis Laporan Keuangan 1. Analisis Vertikal Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan antara pos – pos yang ada dalam satu periode laporan keuangan saja 2. Analisis Horizontal Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari yang satu ke periode lain. Adapun jenis – jenis teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. analisis perbandingan antara laporan keuangan 2. analisis trend 3. analisis persentase per komponen 4. analisis sumber dan penggunaan dana 5. analisis sumber dan penggunaan kas 21 6. analisis rasio 7. analisis kredit 8. analisis laba kotor 9. analisis titik pulang pokok atau titik impas ( break even point) 2.4 Analisis Rasio Keuangan Pengertian Rasio Keuangan 2.4.1 Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. 2.4.2 Bentuk – Bentuk Rasio Keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan yang mempunyai tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Bentuk – bentuk rasio keuangan dapat dibagi menjadi: 2.4.2.1 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, kewajiban yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). 22 2.4.2.2 Rasio leverage Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. 2.4.2.3 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari – hari. 2.4.2.4 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. 2.5 Analisis Du Pont System Pada tahun 1919, perusahaan Du Pont mulai menggunakan pendekatan tertentu terhadap analisis rasio untuk mengevaluasi efektivitas perusahaan. Satu variasi dari pendekatan Du Pont ini memiliki hubungan khusus dalam pemahaman pengembalian investasi dan modal perusahaan. 2.5.1 Pengertian Analisis Du Pont System Pengertian analisis Du Pont menurut Lukas Setia Atmaja (2003): “Du Pont Analysis memperlihatkan bagaimana hutang, perputaran aktiva dan profit margin dikombinasikan untuk menentukan Return on Equity (ROE).” Kemudian menurut Lawrence J Gitman (2009): 23 “The Du Pont system of analysis is used to dissect the firm’s financial statements and to assess its financial conditon. It merges the income statement and balance sheet into two summary measures of profitability: return on total assets (ROA) and return on common equity (ROE).” Analisis Du Pont ini digunakan untuk membedah laporan keuangan dan menilai kondisi keuangan perusahaan dengan menggabungkan laporan laba rugi dan neraca ke dalam dua ukuran profitabilitas yaitu Return on Total Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) yang akan memperlihatkan bagaimana hutang, perputaran aktiva dan profit margin dikombinasikan untuk menentukan dua ukuran profitabilitas tersebut. 2.5.2 Kelebihan Analisis Du Pont System Kelebihan analisis Du Pont menurut Lawrence J Gitman (2009): “The advantage of the DuPont system is that it allows the firm to break its return on equity into a profit-on-sales component (net profit margin), an efficiency-ofasset-use component (total asset turnover), and a use-of-financial-leverage component (financial leverage multiplier). The total return to owners therefore can be analyzed in these important dimensions.” Kelebihan sistem DuPont adalah membiarkan perusahaan memecah return atas ekuitasnya menjadi komponen laba pada penjualan (net profit margin), komponen efisiensi atas penggunaan asset (total aset turnover), dan komponen penggunaan financial leverage (FLM). Oleh karena itu, total return kepada pemilik dapat dianalisis ke dalam dimensi-dimensi penting tersebut. 24 Analisis DuPont memberitahu kita bahwa ROE dipengaruhi oleh tiga hal: - Operasi efisiensi, yang diukur dengan profit margin. - Efisiensi penggunaan asset, yang diukur oleh perputaran total asset. - Leverage Keuangan diukur oleh multiplier ekuitas Rumusan Du Pont System 2.5.3 ROE ROA Financial Leverage Multiplier X Asset X Profit Margin Equity / Total Asset Net Income / Sales Sales / Total Asset Sales - Total Cost Fixed Asset + Current Asset Operational Cost Cash Account Receivable Interest Depresiation Inventory Tax Surat Berharga Sumber : J. Fred Weston & Eugene F. Brigham:1990 Gambar 2.2 Modifikasi Bagan Du Pont 25 Bagan Du Pont adalah bagan yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara pengembalian atas investasi, perputaran aktiva dan margin laba. (Weston dan Brigham, 1990). Analisis Du Pont System ini bersifat menyeluruh karena mencakup tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktivanya dan dapat mengukur tingkat keuntungan atas penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Du Pont System ini didalamnya menggabungkan rasio aktivitas / perputaran aktiva dengan rasio laba / profit margin atas penjualan dan menunjukkan bagaimana keduanya berinteraksi dalam menentukan Return On Asset (ROA), yaitu profitabilitas atas aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio laba atas penjualan (profit margin) dipengaruhi oleh tingkat penjualan dan laba bersih yang dihasilkan. Berarti profit margin ini mencakup pula seluruh biaya yang digunakan dalam operasional perusahaan. Rasio aktivitas sendiri dipengaruhi oleh penjualan dan total aktiva. Dapat dikatakan bahwa analisis ini tidak hanya memfokuskan pada laba yang dicapai, tetapi juga pada investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Semakin besar ROA semakin baik pula perkembangan perusahaan tersebut dalam mengelola asset yang dimilikinya dalam menghasilkan laba. Hal ini disebabkan karena ROA tersebut terdiri dari beberapa unsur yaitu penjualan, aktiva yang digunakan, dan laba atas penjualan yang diperoleh perusahaan. 26 2.5.3.1 Return on Assets Definisi Return on Asset atau Return on Investment menurut Munawir (2007): “Return on Invesment adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan menghasilkan keuntungan.” untuk Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Dalam bagan Du Pont dapat dilihat bahwa Return on Asset (ROA) didapat dari perkalian profit margin dan total asset turnover : = × atau = × 2.5.3.1.1 Profit Margin Menurut Kasmir (2008): “Profit Margin on Sales atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan.” 27 Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. = Rasio laba bersih terhadap penjualan pada dasarnya mencerminkan efektivitas biaya/harga dari kegiatan perusahaan. Marjin laba bersih merupakan ukuran keuntungan penjualan perusahaan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Marjin ini menunjukkan penghasilan bersih perusahaan per dolar atas penjualan. Menurut Listiadi (2007:4), laba bersih menunjukkan indikasi: 1. Perusahaan akan dapat meningkatkan laba bersihnya. Pengendalian biaya (cost control), bila perusahaan dapat menekan biaya operasional, maka perusahaan akan dapat meningkatkan laba bersih. Demikian juga sebaliknya, bila terjadi pemborosan biaya akan mengakibatkan menurunnya laba bersih. 2. Volume bisnis, bahwa sampai tingkat tertentu, biaya – biaya operasional merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Bila perusahaan dapat meningkatkan volume bisnisnya, maka perusahaan akan dapat meningkatkan laba bersihnya. 2.5.3.1.2 Total Asset Turnover Total Asset Turnover merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut. 28 = Rasio ini merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam suatu periode tertentu. Perputaran total aktiva yang tinggi tidak hanya menunjukkan manajemen yang efektif, tetapi dapat juga perputaran total aktiva yang tinggi disebabkan oleh aktiva perusahaan yang sudah tua dan habis disusutkan. Maka dari itu, perputaran total aktiva harus dihubungkan dengan marjin laba sehingga diperoleh Return on Asset. 2.5.3.1.3 Keunggulan Analisa ROA Keunggulan analisa ROA menurut Munawir (2007): 1. Teknik analisa ROA dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan. Apabila profit margin telah mencapai target atau standar yang telah ditetapkan, sedangkan total asset turnover masih dibawah target, maka perhatian management dapat dicurahkan untuk perbaikan kebijaksanaan investasi baik dalam modal kerja maupun dalam aktiva tetap. 2. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rasio industri, maka dengan analisa ROA ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lainyang sejenis. 29 3. Analisa ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan – tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian. 4. Analisa ROA juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing – masing produk yang dihasilkan perusahaan sehingga management akan dapat mengetahui produk mana yang mempunyai profit potential. 5. ROA selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan. 2.5.3.2 Return On Equity Pengertian ROE menurut Kasmir (2008) : “Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.” Untuk menyelidiki pengembalian ekuitas secara lebih lengkap, dapat digunakan pendekatan Du Pont yang memecah ukuran pengembalian ini menjadi komponen – komponennya. Jika dilihat dari bagan Du Pont pada Gambar 2.2, ROE didapat dari perkalian antara ROA dan Financial Leverage Multiplier. = × atau = × × 30 Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, jadi semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Pengembalian ekuitas yang tinggi seringkali merefleksikan penerimaan perusahaan atas kesempatan investasi yang kuat dan manajemen biaya yang efektif. Penggunaan FLM untuk mengkonversi ROA menjadi ROE menggambarkan dampak solvabilitas permodalan terhadap return pemilik.