BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan

advertisement
 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu yang meneliti kinerja reksadana menggunakan metode
Sharpe, Treynor, dan Jensen telah banyak dilakukan.Peneliti hanya menggunakan
enam penelitian terdahulu yang relevan.
Penelitian yang dilakukan oleh Gumilang & Subiyantoro (2008) berjudul “
Reksadana Pendapatan Tetap di Indonesia : Analisis Market Timing Stock dan Stock
Selection Periode 2006-2008 “ ini menggunakan kinerja reksadana pendapatan tetap
dan Market Timing Stock Dan Stock Selection pada reksadana pendapatan tetap.
Sampel pada penelitian ini adalah 9 reksadana pendapatan tetap berdasarkan Under
Asset Management. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data model
CAPM dan Indexing Portofolio. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
reksadana pendapatan tetap menawarkan return yang menarik bagi investor
dibandingkan dengan tolok ukurnya SBI. Selain itu dinilai bahwa reksadana
pendapatan tetap telah berhasil melakukan Market Timing Stock dan Stock Selection.
Penelitian yang dilakukan oleh Furaida (2008) yang mengangkat judul “ Studi
Komparatif Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Konvensional dan Reksadana
Pendapatan Tetap Syariah dengan Metode Sharpe dan Treynor di Pasar Modal
Indonesia Tahun 2007-2008 “. Variabel pada penelitian ini menggunakan kinerja
9 10 reksadana pendapatan tetap konvensional dan kinerja reksadana pendapatan tetap
syariah. Sedangkan sub variabel dalam penelitian ini adalah metode Sharpe, dan
Treynor. Dalam penelitiannya, Furaida menggunakan teknik analisis data dengan uji
Sampel Kolmogorov Smirmov, metode Sharpe dan juga Jensen.Penelitian ini
menunjukan hasil bahwa kinerja reksadana pendapatan tetap konvensional dan
reksadana pendapatan tetap syariah lebih rendah daripada tolok ukurnya yaitu ratarata suku bunga bank swasta dan pemerintah.Kinerja reksadana konvensional lebih
tinggi daripada reksadana pendapatan tetap syariah menggunakan metode Treynor,
sedangkan jika menggunakan metode Sharpe keduanya tidak menunjukan perbedaan
yang signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah 2009 yang berjudul “Studi
Komparatif Pengukuran Kinerja Reksadana Shariah dan Kinerja Reksadana
Konvensional Berdasarkan Tingkat Return dan Risiko”. Teknik analisisis data yang
digunakan adalah analisis komparatif dengan menggunakan data sekunder, sedangkan
pengumpulan data diperoleh melalui pengumpulan data via internet, dokumen hasil
penelitian, buku-buku, Pusat Data Bisnis dan Ekonomi UGM, dan sumber lain yang
sesuai dengan topik Penelitian. Sedangkan untuk menilai kinerja reksadana, metode
yang digunakan adalah Sharpe, Treynor dan Jensen dengan mengamati fluktuasi dari
Nilai Aktiva Bersih (NAB) harian atau historical data selama 80 hari kerja atau
selama 5 bulan dari bulan Mei sampai bulan September 2008 dengan mengacu pada
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sangat fluktuatif. Hasil penelitian ini
11 diketahui bahwa return reksadana syariah lebih tinggi disbanding return reksadana
konvensional. Hal ini berdasarkan nilai rata-rata untuk reksadana syariah 0,0007839
dan 0,0003363 untuk reksadana konvensioanal.
Skripsi tahun 2009 oleh Umi Salamah “Evaluasi Kinerja dan Pemeringkatan
Reksadana Syariah Campuran Berdasarkan Metode Time-Weighted Rate Of Return,
Metode Sharpe, Metode Treynor, dan Metode Jensen”. Penelitian ini mengevaluasi
kinerja dan melakukan pemeringkatan reksadana syariah campuran berdasarkan
tingkat return dilakukan dengan menggunakan time-weighted rate of return,
sedangkan pengukuran kinerja berdasarkan tingkat rasio dilakukan dengan
menggunakan metode indeks Sharpe, indeks Treynor, dan Indeks Jensen. Penelitian
ini bersifat komparatif, yaitu membandingkan tingkat return reksadana syariah
dengan return indeks JII sebagai benchmark. Penelitian ini membahas mengenai
reksadana mana yang mempunyai kinerja lebih baik jika dibanding kinerja reksadana
yang lain ataupun jika dibandingkan dengan benchmark. Alat analisis yang
digunakan adalah uji beda independent samle t-test.Proksi yang digunakan sebagai
aset bebas risiko (risk free asset) adalah suku bunga SBI. Sampel yang diambil pada
11 reksadana syariah campuran dari total populasi 30 reksadana syariah selama
periode penelitian. Data yang digunakan adalah NAB/unit penertaan masing-masing
reksadana syariah campuran, suku bunga SBI, dan return JII. Sumber data tersebut
berupa data mingguan selama satu tahun, yaitu dari tanggal 31 Desember 2006 – 31
Desember 2007.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
12 yang signifikan antara kinerja reksadana syariah campuran dengan kinerja indeks
JII.Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa ternyata tidak ada satupun
reksadana syariah yang lebih baik (outperform) terhadap kinerja indeks JII
(benchmark).
Penelitian yang dilakukan oleh Lutfi Ibrahim (2011) yang berjudul “ Analisis
Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah jenis
Reksadana Pendapatan Tetap Periode 2008-2011”. Kriteria yang digunakan dalam
pengambilan sampel berdasarkan pada reksadana dari manajemen investasi yang
memiliki baik reksadana konvensional maupun reksadana syariah jenis reksadana
pendapatan tetap dengan periode analisis kinerja tahun 2008-2011.Hasil dari
penelitian ini, bahwa berdasarkan Sharpe Index, pada tahun 2008, 2009, dan 2011,
kinerja reksa dana syariah lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksa dana
konvensional. Sedangkan pada tahun 2010, kinerja reksa dana konvensional lebih
baik dibandingkan dengan kinerja reksa dana syariah. Berdasarkan Treynor Index,
pada tahun 2008, 2009, dan 2011, kinerja reksa dana konvensional lebih baik
dibandingkan dengan kinerja reksa dana syariah. Sedangkan pada tahun 2010, kinerja
reksa dana syariah lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksa dana konvensional.
Berdasarkan Jensen Index, pada tahun 2008-2011, kinerja reksa dana syariah lebih
baik dibandingkan dengan kinerja reksa dana konvensional.
Penelitian oleh Reny Nur Fikasari tahun 2012 yangberjudul “Analisis
Komparatif Kinerja Reksadana Syariah IndonesiaDan Malaysia”.Jenis penelitian ini
13 adalah kuantitatif yang terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama yaitu menganalisis
kinerja reksadana syariah Indonesia dan Malaysia dengan menggunakan tiga model
yaitu sharpe, treynor, dan jensen. Tahap kedua adalah menguji perbedaan kinerja
reksadana Indonesia dan Malaysia menggunakan uji Mann-Whitney U-Test. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh reksadana Indonesia dan Malaysia yang masuk
dalam kategori equity fund, asset allocation fund, dan debt fund. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 27 reksadana syariah Indoseia, dan 77 reksadana syariah
Malaysia. Adapun hasil dari penelitian ini 1) berdasarkan hasil perhitungan model
Sharpe, Treynor, dan Jensen sebagian besar kinerja reksadana syariah Indonesia dan
Malaysia tahun 2008 mengalami penurunan yang disebabkan oleh imbas krisis
finansial global. Pada tahun 2009 rata-rata kinerja reksada syariah kedua negara
sudah mulai membaik,tetapi jika dibandingkan tingkat pertumbuhannya,Malaysia
lebih tinggi dibanding Indonesia dan malaysia mengalami perkembangan yang cukup
pesat, 2) setelah dilakukan uji Mann-Whitney U Test, secara keseluruhan hasil
menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja syariah Indonesia dan Malaysia.
Penelitian oleh MuhammadRiza Hafizi tahun 2012 yang berjudul“Analisis
Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah Dan Konvensional Menggunakan Metode
Rasio Informasi, Rasio Risiko, Rasio Sortino Dan Roy Safety First Ratio (Periode
2009-2011”).Penlitian ini menggunakan paradigma kuantitatif yang menekankan
pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan
angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.Penggunaan statistik
14 dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif karena data penelitian ini berupa
sampel.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh reksadana syariah dan
konvensional yang masuk dalam kategori equity fund, asset allocation fund dan debt
fund. Sampel pada penelitian ini adalah 4,9 reksadana saham syariah, 8,18 reksadana
campuran syariah, 4,9 reksadana pendapatan tetap syariah, 12,85 reksadana saham
konvensional, 19,71 reksadana campuran konvensional, dan 27,42 reksadana
pendapatan tetap konvensional. Hasil dari penelitian ini berdasarkan metode
information ratio pada tahun 2009-2011 menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana syariah dan konvensional setelah
diuji dengan uji statistic menggunakan independent sampel t-test. Berdasarkan
metode risk ratio pada tahun 2009-2011 menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara reksadana syariah dan konvensional. Berdasarkan
hasil metode roy safety first ratio pada tahun 2009-2011 menunjukkan tidak ada
perbedaan antara reksadana konvensioal dan reksadana syariah setelah diuji dengan
uji statistic menggunakan independent sampel t-test. Namun pada tahun 2011 indeks
roy safety first ratio menunjukkan nilai negatif dikarenan krisis ekonomi yang terjadi
di Eropa. Berdasarkan hasil metode sartino ratio pada tahun 2009 menunjukkan ada
perbedaan kinerja reksadana syariah dan konvensional setelah diuji dengan uji
statistic menggunakan independent sampel t-test. Sedangkan pada tahun 2010-2011
tidak terdapat perbedaan.
Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu
No.
Judul (peneliti)
Variabel
Sub variable
Sampel
1
Analisis Market
Timing Stock dan
Stock Selection
Periode 2006-2008.
Gumilang &
Subiyantoro (2008)
Kinerja
reksadana
pendapatan
tetap.
Market Timing
Stock Dan
Stock Selection
pada reksadana
pendapatan
tetap.
9 reksadana
pendapatan tetap
berdasarkan
Under Asset
Management.
2
Studi Komparatif
Kinerja Reksadana
Pendapatan Tetap
Konvensional dan
Reksadana
Pendapatan Tetap
Syariah dengan
Metode Sharpe dan
Treynor di Pasar
Modal Indonesia
Tahun 2007-2008.
Kinerja
reksadana
pendapatan
tetap
konvensional
dan syariah.
Metode
Sharpe, dan
Treynor.
Reksadana yang
masih aktif di
BEI
15 Teknik analisis
data
Data model
CAPM dan
Indexing
Portofolio.
Uji Sampel
Kolmogorov
Smirmov, metode
Sharpe dan juga
Jensen.
Hasil
reksadana
pendapatan
tetap
menawarkan return yang menarik
bagi investor dibandingkan dengan
tolok ukurnya SBI. Selain itu
dinilai
bahwa
reksadana
pendapatan tetap telah berhasil
melakukan Market Timing Stock
dan Stock Selection.
kinerja reksadana pendapatan tetap
konvensional
dan
reksadana
pendapatan tetap syariah lebih
rendah daripada tolok ukurnya
yaitu rata-rata suku bunga bank
swasta dan pemerintah. Kinerja
reksadana konvensional lebih
tinggi
daripada
reksadana
pendapatan
tetap
syariah
menggunakan metode Treynor,
sedangkan jika menggunakan
16 Furaida (2008)
3
Studi
Komparatif
Pengukuran Kinerja
Reksadana Shariah
dan
Kinerja
Reksadana
Konvensional
Berdasarkan Tingkat
Return dan Risiko,
Siti Fatimah (2009)
Pengukuran
kinerja
Reksadana
Syariah dan
Reksadana
Konvensional
Tingkat return
dan resiko
4
Evaluasi Kinerja dan
Pemeringkatan
Reksadana Syariah
Campuran
Berdasarkan Metode
Time-Weighted Rate
Of Return, Metode
Sharpe,
Metode
Treynor, dan Metode
Jensen.
Umi Salamah 2010
Kinerja dan
pemeringkatan
reksadana
syariah
campuran
Kinerja
berdasarkan
tingkat risiko
dan return
Nilai Aktiva
Bersih (NAB)
harian atau
historical data
selama 80 hari
kerja atau
selama 5 bulan
dari bulan Mei
sampai bulan
September 2008
11 reksadana
syariah
campuran dari
total populasi 30
reksadana
syariah selama
periode
penelitian
Sharpe, Treynor
dan Jensen
mengacu pada
Indeks Harga
Saham Gabungan
(IHSG) yang
sangat fluktuatif
Metode timeweighted rate of
return
Indeks Sharpe,
Indeks Treynor,
dan Indeks Jensen
metode Sharpe keduanya tidak
menunjukan
perbedaan
yang
signifikan
Hasil penelitian ini diketahui
bahwa return reksadana syariah
lebih tinggi disbanding return
reksadana konvensional. Hal ini
berdasarkan nilai rata-rata untuk
reksadana syariah 0,0007839 dan
0,0003363
untuk
reksadana
konvensioanal.
Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja reksadana
syariah campuran dengan kinerja
indeks JII. Selain itu, penelitian ini
juga menunjukkan bahwa ternyata
tidak ada satupun reksadana
syariah
yang
lebih
baik
(outperform) terhadap kinerja
indeks JII (benchmark)
17 5
Analisis
Perbandingan Kinerja
Reksadana
Konvensional
dan
Reksadana Syariah
jenis
Reksadana
Pendapatan
Tetap
Periode 2008-2011.
Lutfi Ibrahim 2011
Perbandingan
kinerja
Reksadana
konvensional
dan syariah
reksadana
pendapatan
tetap
pada reksadana
saham
konvensional
dan syariah
dengan
pendapatan tetap
periode 20082011.
Indeks Sharpe,
Indeks Treynor,
dan Indeks Jensen
Hasil dari penelitian ini, bahwa
berdasarkan Sharpe Index, pada
tahun 2008, 2009, dan 2011,
kinerja reksa dana syariah lebih
baik dibandingkan dengan kinerja
reksa
dana
konvensional.
Sedangkan pada tahun 2010,
kinerja reksa dana konvensional
lebih baik dibandingkan dengan
kinerja reksa dana syariah.
Berdasarkan Treynor Index, pada
tahun 2008, 2009, dan 2011,
kinerja reksa dana konvensional
lebih baik dibandingkan dengan
kinerja reksa dana syariah.
Sedangkan pada tahun 2010,
kinerja reksa dana syariah lebih
baik dibandingkan dengan kinerja
reksa
dana
konvensional.
Berdasarkan Jensen Index, pada
tahun 2008-2011, kinerja reksa
dana
syariah
lebih
baik
dibandingkan dengan kinerja reksa
dana konvensional.
18 6
Analisis komparatif
kinerja
reksadana
syariah Indonesia dan
Malaysia
Reny Nur Fikasari
2012
Kinerja
reksadana
syariah
Indonesia dan
Malaysia
Perbandingan
kinerja
reksadana
Indonesia dan
Malaysia
27 reksadana
Indeks Sharpe,
Syariah
Indeks Treynor,
Indonesia dan 77 dan Indeks Jensen
reksadana
syariah Malaysia
7
“Analisis
Perbandingan Kinerja
Reksadana Syariah
Dan
Konvensional
Menggunakan
Perbandingan
kinerja
reksadana
konvensional
dan reksadana
Metode rasio
informasi,
rasio risiko,
rasio sortino,
dan roy safety
4,9 reksadana
saham syariah,
8,18 reksadana
campuran
syariah, 4,9
Metode rasio
informasi, rasio
risiko, rasio
sortino, dan roy
safety first ratio
1) berdasarkan hasil perhitungan
model Sharpe, Treynor, dan
Jensen sebagian besar kinerja
reksadana syariah indonesia dan
malaysia tahun 2008 mengalami
penurunan yang disebabkan oleh
imbas krisis finansial global. Pada
tahun 2009 rata-rata kinerja
reksada syariah kedua negara
sudah mulai membaik,tetapi jika
dibandingkan
tingkat
pertumbuhannya malaysia lebih
tinggi dibanding indonesia dan
malaysia
mengalami
perkembangan yang cukup pesat,
2) setelah dilakukan uji MannWhitney
U
Test,
secara
keseluruhan hasil menyatakan
bahwa ada perbedaan kinerja
syariah Indonesia dan Malaysia
berdasarkan metode information
ratio pada tahun 2009-2011
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaanantara kinerja reksadana
syariah
dan
konvensional.
19 Metode
Rasio Syariah
Informasi,
Rasio
Risiko, Rasio Sortino
Dan Roy Safety First
Ratio (periode 20092011”)
Muhammad
Riza
Hafizi 2012
first ratio
reksadana
pendapatan tetap
syariah, 12,85
reksadana saham
konvensional,
19,71 reksadana
campuran
konvensional,
dan 27,42
reksadana
pendapatan tetap
konvensional
Berdasarkan metode risk ratio
pada
tahun
2009-2011
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaanantara reksadana syariah
dan konvensional. Berdasarkan
hasil metode roy safety first ratio
pada
tahun
2009-2011
menunjukkan tidak ada perbedaan
antara reksadana konvensioal dan
reksadana syariah setelah diuji
dengan uji statistic menggunakan
independent sampel t-test. Namun
pada tahun 2011 indeks roy safety
first ratio menunjukkan nilai
negatif dikarenan krisis ekonomi
yang terjadi di Eropa. Berdasarkan
hasil metode sartino ratio pada
tahun 2009 menunjukkan ada
perbedaan
kinerja
reksadana
syariah
dan
konvensional.
Sedangkan pada tahun 2010-2011
tidak terdapat perbedaan.
Dari kondisi tersebut, maka penelitian-penelitian terdahulu dapat dijadikan
acuan. Dari data-data hasil penelitian terdahulu diatas maka ringkasan perbedaan
dan persamaan penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2
Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu
Aspek
Perbedaan
Persamaan
Variabel yang digunakan berbeda Sama-sama menentukan kinerja
Variabel dengan penelitian sebelumnya, yaitu reksadana
penelitian menggunakan kinerja Reksadana
saham.
Periode
Periode berbeda dengan penelitian Tidak ada persamaan dalam
waktu
sebelumnya, yaitu 2011-2012
periode
Obyek penelitian berbeda dengan Tidak ada persamaan dalam
Obyek
penelitian
sebelumnya,
yaitu obyek penelitian
penelitian
Reksadana saham
Populasi Populasi dan jumlah Sampel yang Tidak ada persamaan dalam
diangkat berbeda dengan penelitian populasi dan sampel penelitian
dan
sebelumnya
sampel
No
1
2
3
4
Sumber :data yang di olah oleh peneliti
2.2. Kajian Teoris
2.2.1 Investasi
1. Pengertian Investasi
Halim (2003:2) berpendapat bahwa Investasi pada hakikatnya merupakan
penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan di masa mendatang. Menurut Jogiyanto (2003:5) Investasi adalah
penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien
selama periode waktu yang tertentu. Sedangkan menurut Tandelilin (2001:1)
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang
dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa mendatang.
20 21 Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah sebuah
kegiatan penempatan dana ke dalam berbagai asset dalam periode tertentu untuk
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
2. Tujuan Investasi
Tujuan utama melakukan investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan
di masa mendatang yang juga berkaitan dengan nilai waktu uang (Time Value
ofMoney) (Perdanawati, 2008:20).
3. Proses Investasi
Menurut Halim (2003:2) “Proses investasi menunjukan bagaimana
seharusnyaseorang investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang
bisa dipasarkan, dankapan dilakukan”. Adapun tahapan dalam proses investasi
manurut Sharpe dalam bukukarangan Huda & Mustafa (2007:9) adalah :
a. Menentukan kebijakan investasi
Pada tahap ini, investor menentukan tujuan investasi dan
kemampuan/ kekayaan yang diinvestasikan.Dikarenakan ada hubungan
positif antara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi investor untuk
menyatakan tujuan investainya tidak hanya untuk memperoleh banyak
keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko
yang berpotensi menyebabkan kerugian.Jadi, tujuan investasi harus
dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
b. Analisis sekuritas
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi
penelitian terhadap sekuritas secara individual atau beberapa kelompok
22 sekuritas. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk
mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced).
c. Pembentukan portofolio
Pada tahap ke tiga ini adalah membentuk prtofolio yang melibatkan
identifikasi aset khusus mana yang akan diinvestasikan dan menentukan
seberapa besar investasi pada tiap asset tersebut.
d. Melakukan revisi portofolio
Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodik
dari tiga langkah sebelumnya.Sejalan dengan waktu, investor mungkin
mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang
lebih optimal.
e. Evaluasi kinerja portfolio
Pada tahap terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap
kinerja portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya return yang
diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi.
4. Return dan Risiko dalam Investasi
Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return
dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual return) yang
dihitung berdasarkan data historis dan kedua return yang diharapkan (expected
return) akan diperoleh investor di masa mendatang. Komponen return menurut
Halim (2003:30) meliputi:
23 a. Capital gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor
yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli
(harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder.
b. Yiled adalah pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara
periodik, misalnya berupa dividen atau bunga.
Risiko adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara
nyata (actual return).semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar
tingkat risikonya. Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko,
maka risiko menurut Halim (2003:38) dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Risk seeker, yaitu investor yang suka terhadap risiko.
b. Risk neutrality, yaitu investor yang bersikap netral terhadap risiko.
c. Risk averter, yaitu investor yang tidak suka terhadap risiko.
Menurut Halim (2003:39) risiko portofolio dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Risiko sistematis (systematic risk)
Risiko sistematis (systematic risk) merupakan risiko yang tidak
dapat dihilangkan dengan melakukan diverdifikasi, karena fluktuasi risiko
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi
secara keseluruhan.Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs valas,
kebijakan pemerintah dan sebagainya.
24 b. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk)
Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) adalah risiko yang
dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini
hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu.
Beberapa jenis risiko investasi yang mungkin muncul dan perlu
dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi adalah sebagai berikut
(Halim, 2003:47) :
a. Risiko bisnis (bussiness risk), merupakan risiko yang timbul akibat
menurunnya profitabilitas perusahaan emiten.
b. Risiko likuiditas (liquidity risk), risiko ini berkaitan dengan
kemampuan
saham
yang
bersangkutan
untuk
dapat
segera
diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
c. Risiko tingkat bunga (interest rate risk), merupakan risiko yang
timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar.
Biasanya risiko ini berjalan berlawanan dengan harga-harga
instrumen pasar modal.
d. Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat
kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh
resesi dan kondisi perekonomian lain.
e. Risiko daya beli (purchasing power risk), merupakan risiko yang
timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi, di mana perubahan
ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang
25 diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi. Sehingga
menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.
f. Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul
akibat pengaruh perubahan nilai mata uang domestik (misalnya
rupiah) dengan mata uang negara lain (misalnya dolar Amerika).
2.2.2 Reksadana
1. Pengertian Reksadana
Darmadji & Fakhruddin (2006:209) mendefinisikan reksadana apabila
dilihat dari asal katanya yaitu reksadana berasal dari kata “reksa” yang berarti
jaga atau pelihara dan kata “dana” yang berarti (kumpulan) uang, sehingga
reksadana dapat diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara (bersama
untuk suatu kepentingan).
Menurut Nasrudin (2004:156) “Reksadana adalah sertifikat yang
menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada penegelola reksadana
(manajer investasi) untuk digunakan sebagai modal investasi di pasar modal”.
Sedangkan menurut Tandelilin (2001:20) “reksadana (mutual fund) adalah
sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana
kepada perusahaan reksadana untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik
di pasar modal maupun di pasar uang.
Undang -undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27
mendefinisikan reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat investor untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio
26 efek oleh manajer investasi. Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa
reksadana adalah kumpulan dana bersama milik investor untuk selanjutnya
diinvestasikan oleh manajer investasi dalam portofolio efek.
2. Jenis-jenis Reksadana
Reksadana dapat dibedakan dari beberapa sudut pandang, antara lain
dari struktur kelembagaan, portofolio investasi, sifat operasional, dan tujuan
investasi. Dilihat dari struktur kelembagaannya menurut Huda & Nasution
(2007:96) dapat dibedakan menjadi:
a. Reksadana Berbentuk Perseroan (Corporate Type)
Perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana dengan
menjual saham dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar
modal maupun di pasar uang. Reksadana ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT).
2) Pengelolaan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara
Direksi Perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk.
3) Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak
antara manajer dengan Bank Kustodian.
b. Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type)
Reksadana KIK menerbitkan unit penyertaan.Dengan memiliki
unit penyertaan reksadana KIK, maka investor mempunyai kepemilikan
27 atas kekayaan aktiva bersih reksadana tersebut. Reksadana ini
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif.
2) Pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer investasi
berdasarkan kontrak.
3) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh
Bank Kustodian berdasarkan kotrak.
Menurut Huda & Nasution (2007:98), jika dilihat dari portofolio
investasinya, reksadana dapat dibadakan menjadi:
1) Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksadana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek yang
bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.Tujuannya
adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
2) Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksadana jenis ini melakuan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktiva dalam bentuk efek yang bersifat utang.Reksadana ini
memiliki risiko yang lebih besar daripada Reksadana Pasar
uang.Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian
yang stabil.
3) Reksadana Saham (Equity Funds)
Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari aktiva dalam bentuk efek yang bersifat ekuitas.Karena
investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari
28 dua jenis reksadana sebelumnya, namun menghasilkan tingkat
pengembalian yang tinggi.
Dibandingkan dengan RDPU dan RDPT, RDS memberikan
potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, demikian juga
risikonya RDS menjadi alternatif menarik bagi investor yang
mengerti potensi investasi pada saham untuk jangka panjang,
sehingga dana yang digunakan untuk berinvestasi merupakan dana
untuk kebutuhan jangka panjangnya. Dengan demikian, risiko
fluktuasi nilai investasinya, yang mungkin saja suatu saat menjadi
negatif dalam jangka pendek, tidak membuatnya gusar dan
melakukan tindakan yang justru akan merugikan dirinya. Jadi,
selain harus mengerti bahwa investasi saham merupakan investasi
jangka panjang, investor juga harus mengerti dan bersedia
menerima risiko investasi yang menyertainya. (Pratomo, 2005:73).
Dengan berinvestasi melalui RDS, kita dapat memperoleh lebih
banyak manfaat, daripada jika kita harus melakukannya secara
langsung sendiri. Manajer investasi bersama Bank Kustodian akan
melakukan aktivitas investasinya. Menganalisis dan memilih saham
apa yang akan dibeli, kapan dan berapa banyak harus membeli dan
menjual, melakukan penyelesaian transaksi dengan pialang, serta
menyimpan dan melakukan administrasi, merupakan pekerjaan
sehari-hari harus dilakukan. Dengan berinvestasi melalui RDS, kita
terbebas dari kerumitan berinvestasi di saham. (Pratomo, 2005:74).
29 Reksadana saham dapat dikategorikan menjadi dua menurut
perkembangannya.Reksadana saham konvensional dan reksadana
saham syariah.Reksadana konvensional dalam penelitian yang
diguanakan oleh Perdanawati (2008:27), mengacu pada prinsip
dasar
kapitalis
yang
lebih
mengutamakan
kepentingan
individu.Tujuan utama investasi menurut prinsip konvensional
adalah memperoleh keuntungan dan dalam pemilihan aset-asetnya
tidak ada kriteria khusus. Selain itu dalam investasi menurut prinsip
konvensional tidak ada kewajiban untuk membersihkan dana
(cleansing process). Karena tidak ada aturan khusus dalam investasi
menurtu prinsip konvensional maka sebagai konskuensinya investor
memiliki kebebasan dalam menentukan instrumen investasinya.
Selain itu karena tidak ada tata cara yang khusus dalam kegiatan
investasinya, maka kesempatan investor untuk mendapatkan
keuntungan yang tinggi sangatlah besar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa reksadana saham konvensional
adalah reksadana yang mengalokasikan dananya dalam sahamsaham dan memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan sebesarbesarnya tanpa tata cara yang khusus dalam kegiatan investasinya.
Sedangkan reksadana syariah memiliki tujuan investasi
menurut prinsip syariah adalah lebih pada pengelolaan harta yang
dimiliki agar memberikan manfaat yang lebih bagi pemilik harta
tersebut dan juga bagi kemaslahatan umat.Dalam pemilihan aset-
30 asetnya harus memenuhi kaidah syariah, yaitu tidak mengandung
unsur gharar (ketidak pastian), masyir (judi), haram dan syubhat.
Selain itu dalam investasi menurut prinsip syariah ada kewajiban
untuk membersihkan dana (cleansing process) agar terhindar dari
riba dan untuk disalurkan untuk kemaslahatan umat seperti umtuk
pendidikan atau bencana alam. (Perdanawati, 2008:26).
Dapat disimpulkan pula bahwa reksadana saham syariah adalah
reksadana yang menginvestasikan dananya ke dalam saham-saham
syariah dengan tata cara berbasis syariah dalam kegiatan
investasinya.
4) Reksadana Campuran (Dicretionary Funds)
Reksadana jenis ini melakukan investasi dalam efek yang
bersifat ekuitas dan efek yang bersifat utang.
Berdasarkan sifatnya, reksadana menurut Huda & Nasution (2007:97)
dapat dibedakan menjadi:
1) Reksadana Bersifat Tertutup (Closed End Funds)
Reksadana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham
yang telah dijual kepada investor.Berarti pemegang saham tidak
dapat menjual kembali sahamnya kepada investor.Jika pemilik
saham ingin menjual sahamnya, maka harus dilakukan melalui Bursa
Efek tempat saham tersebut dicatatkan.
31 2. Reksadana Bersifat Terbuka (Open End Funds)
Reksadana yang menawarkan dan membeli kembali sahamsahamnya dari investor sampai sejumlah modal yang sudah
dikeluarkan.Pemegang saham jenis ini dapat menjual kembali saham
atau unit penyertaannya setiap saat diinginkan.
Dilihat dari tujuan investasinya, reksadana dapat dibedakan menjadi :
a. Growth Fund
Reksadana yang menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan
nilai dana. Reksadana jenis ini biasanya mengalokasikan dananya pada
saham.
b. Income Fund
Reksadana yang mengutamakan pendapatan konstan. Reksadana
jenis ini mengalokasikan dananya pada surat utang dan obligasi.
c. Safety Fund
Reksadana
yang
lebih
mengutamakan
keamanan
daripada
pertumbuhan. Reksadana jenis ini umumnya mengalokasikan dananya
di pasar uang, seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan surat
utang jangka pendek.
Pada perkembangana terakhir, Bapepam mengeluarkan aturan baru
berkaitan denganjenis-jenis reksadana yang berbeda dari reksadana yang selama
ini beredar.Reksadanatersebut adalah Reksadana Terproteksi, Reksadana
Indeks, dan Reksadana denganPenjaminan. Sekilas mengenai ketiga reksadana
tersebut adalah sebagai berikut (Huda &Mustafa, 2007:99) :
32 a. Reksadana Terproteksi (Capital Protected Fund)
Jenisnya reksadana pendapatan tetap, namun manajer investasi
memberikan perlindungan terhadap investasi awal investor sehingga
nilainya tidak berkurang saat jatuh tempo. Sebagian besar dana yang
dikelola akan dimasukkan pada efek bersifat utang yang pada saat jatuh
tempo sekurangnya dapat menutup nilai yang diproteksi. Sisanya
diinvestasikan pada efek lain, sehingga investor masih punya peluang
memperoleh peningkatan NAB.
b. Reksadana Indeks
Portofolio reksadana terdiri atas efek-efek yang menjadi bagian
dari indeks acuan.Manajer investasi wajib menginvestasikan minimal
80% dari NAB pada sekurangkurangnya 80% efek yang menjadi bagian
indeks acuan.
c. Reksadana dengan Penjaminan (Guaranted Fund)
Reksadana ini menjamin bahwa investor sekurangnya akan
menerima sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh tempo, sepanjang
persyaratannya dipenuhi. Jaminan ini diberikan lembaga penjamin
berdasarkan kontrak lembaga itu dengan manajer investasi dan bank
kustodian (bank yang mewakili kepentingan investor untuk mengawasi
ketaatan manajer investasi).Manajer investasi wajib menginvestasikan
sekurang-kurangnya 80% daripada efek bersifat utang yang masuk
kategori layak investasi.
33 3. Keuntungan dan Risiko Reksadana bagi Investor
Keuntungan yang diperoleh investor jika melakukan invetasi dalam
reksadana menurut (Huda & Nasution, 2007:100) antara lain:
a. Tingkat likuiditas baik, yang dimaksud dengan tingkat likuiditas di
sini adalah kemampuan untuk mengelola uang yang masuk dan
keluar dari reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah
reksadana untuk saham-saham yang telah dicatatkan di bursa di
mana transaksi terjadi setiap hari, tidak seperti deposito berjangka
atau sertifikat deposito periode tertentu. Selain itu pemodal dapat
mencairkan kembali saham / unit penyertaan setiap saat sesuai
dengan ketetapan yang dibuat masing-masing reksadana sehingga
memudahkan untuk mengelola kasnya.
b. Manajer profesional, reksadana dikelola oleh manajer investasi yang
andal, ia mencari peluang investasi yang paling baik untuk reksadana
tersebut. Pada prinsipnya, manjer investasi bekerja keras untuk
meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham/unit
reksadana. Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh
tujuan investasi dari reksadana tersebut.
c. Diversifikasi, adalah investasi yang tidak menempatkan seluruh dana
dalam satu peluang investasi, dengan maksud membagi risiko.
Manajer investasi memilih berbagai macam saham, sehingga kinerja
suatu saham tidak mempengaruhi keseluruhan kinerja reksadana.
34 Pada umumnya, reksadana mempunyai kurang lebih 30 sampai 60
jenis saham dari berbagai perusahaan.
d. Biaya rendah, karena reksadana merupakan kumpulan dana dari
banyak investor sehingga besarnya kemampuan melakukan investasi
akan menghasilkan biaya transaksi yang murah.
Seperti halnya instrumen investasi yang lain, di samping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, reksadana pun mengandung berbagai peluang
risiko antara lain (Huda & Nasution, 2007:102) :
a. Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik
Sistem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia sangat rentan
terhadap
perubahan
ekonomi
internasional.
Perubahan
kondisi
perekonomian dan politik di dalam maupun di luar negeri atau peraturan
khususnya di bidang Pasar Uang dan Pasar Modal merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia,
termasuk perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja portofolio
reksadana.
b. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
Nilai unit penyertaan reksadana dapat berfluktuasi akibat kenaikan
atau penurunan Nilai Aktiva Bersih reksadana. Penurunan dapat
disebabkan oleh, antara lain :
35 1) Perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya.
2) Biaya-biaya yang dikenakan setiap kali pemodal melakukan
pembelian dan penjualan.
c. Risiko wanprestasi oleh pihak-pihak terkait
Risiko ini terjadi apabila rekan usaha manajer investasi gagal
memenuhi kewajibannya.Rekan usaha dapat termasuk tetapi tidak
terbatas pada emiten, pialang, bank kustodian dan agen penjual.
d. Risiko likuiditas
Pejualan kembali (pelunasan) tergantung kepada likuiditas
portofolio atau kemampuan manajer investasi untuk membeli kembali
(melunasi) dengan menyediakan uang tunai.
e. Risiko kehilangan kesempatan transaksi investasi pada saat
pengajuan klaim asuransi.
Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-surat
berharga dan asset reksadana di bank kustodian. Bank kustodian
dilindung oleh asuransi yang akan menanggung biaya penggantian suratsurat berharga tersebut. Selama tenggang waktu penggantian tersebut,
manajer investasi tidak dapat melakukan transaksi investasi atas suratsurat berharga tersebut, kehilangan kesempatan melakukan transaksi
investasi ini dapat berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih per Unit
Penyertaan.
36 4. Pengelolaan Reksadana
Pengelolaan reksadana dilakukan oleh
perusahaan
yang telah
mendapatkan izin dari Bapepam sebagai manajer investasi (Darmadji &
Fakhrudin, 2006:217). Perusahaan pengelola reksadana dapat berupa:
a. Perusahaan Efek, dimana umumnya membentuk divisi atau PT
tersendiri khusus menangani reksadana.
b. Perusahaan yang secara khusus bergerak sebagai perusahaan investasi.
Selain perusahaan manajemen investasi (PMI) yang bergerak sebagai
pengelola dana, pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan suatu
reksadana yaitu :
1) Bank Kustodian
Bank kustodian mempunyai wewenang dan tanggung jawab
dalam hal menyimpan, menjaga, dan mengadministrasikan
kekayaan, baik pencatatan maupun pembayaran / penjualan
kembali suatu reksadana berdasarkan kontrak yang dibuat bersama
manajer investasi.
2) Wakil Agen Penjual Efek Reksadana (WAPERD)
WAPERD atau Wakil Agen Penjual Efek Reksadana
adalah orang perseorangan yang mendapat izin dari Bapepam
untuk bertindak sebagai Wakil Perusahaan Efek untuk menjual
efek reksadana.Namun, izin tersebut tidak boleh dipergunakan
untuk mewakili lebih dari 1 (satu) Perusahaan Efek (Darmadji &
Fakhruddin, 2006:226).
37 2.2.3 Kinerja Reksadana Saham
Alat untuk mengukur kinerja reksadana adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB)
atau Net Asset Value (NAV).Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio
reksadana. Aktiva atau kekayaan reksadana dapat berupa kas, deposito, SBPU,
SBI, surat berharga komersial,saham, obligasi dan efek lainnya. Sedangkan
kewajibannya berupa fee manajer investasi, feeBank Kustodian yang belum
dibayar, fee pialang yang belum dibayar dan pembelian efekyang belum dilunasi.
NAB dihitung dengan menjumlahkan semua aktiva kemudianmenguranginya
dengan kewajiban-kewajiban yang ada (Perdanawati, 2008:39).
2.2.4 NAB
Manajer Investasi wajib menerbitkan NAB, di samping dapat menugaskan
kepada Bank Kustodian untuk menerbitkan NAB secara harian. Investor yang
membeli atau menjual Unit Penyertaan sebelum jam 13.00 akan mendapat harga
NAB hari ini, sedang setelah jam 13.00 akan mendapat harga NAB hari bursa
berikutnya.(samsul, 2006:350).
Setiap hari total nilai wajar aktiva selalu berubah karena :
a. Nilai pasar setiap jenis aset aset investasi berubah.
b. Pendapatan bunga bank harian
c. Penghitungan pendapatan kupon obligasi harian.
d. Perubahan jumlah unit penyertaan yang beredar setiap hari
Nilai wajar merupakan nilai pasar dari instumen investasi keuangan berupa
saham, obligasi, surat berharga dan pasar uang, serta deposito ditambah deviden
38 saham dan kupon obligasi kemudian dikurangi biaya operasional reksadana. Biaya
operasional reksadana mencakup biaya manajer investasi, biaya bank kustodian,
dan rupa-rupa biaya reksadana lainnya.
2.2.5 Metode Penilaian Kinerja Reksadana saham
Untuk melihat kinerja sebuah portofolio tidak dapat hanya melihat tingkat
returnyang dihasilkan portofolio tersebut, tetapi juga harus memperhatikan faktorfaktor lainseperti tingkat risiko portofolio tersebut. Dengan berdasarkan pada teori
pasar modal, beberapa ukuran kinerja portofolio sudah memasukkan faktor return
dan risiko dalam perhitungannya. Beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah
memasukkan faktor risiko adalah indeks Sharpe, indeks Treynor, dan index
Jensen (Tandelilin, 2001:324).
2.2.5.1 Metode Sharpe / Reward to Variability Measure (RVAR)
William F. Sharpe mengembangkan dan menggunakan ukuran ini
untukmengevaluasi kinerja mutual fund. Sharpe index adalah rasio risk
premium terhadapsimpangan baku. Risk premium adalah excess return
sebuah portofolio dari return.Standardeviasinya sendiri merupakan total
risiko dari portfolio yang bersangkutan (Achsien,2003:101).
Pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut
premium atasrisiko atau risk premium. Risk premium adalah perbedaan
(selisih) antara rata-rata kinerjainvestasi yang bebas risiko (risk free asset)
dengan rata-rata kinerja reksadana.Dalam pembahasan ini, investasi tanpa
39 risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata dariSertifikat Bank
Indonesia (SBI).Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai ratio risk
premium terhadap standar deviasinya. Makin tinggi nilai rasio sharpe makin
baik kinerjaReksa Dana. (Pratomo, 2005:195).
Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar
modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi
premi risiko potofolio denganstandar deviasinya. Dengan demikian indeks
Sharpe akan dapat dipakai untuk setiap unitrisiko pada portofolio
(Tandelilin, 2001:324).
Indeks Sharpe diformulasikan sebagai berikut :
Sp = (Ri - Rf)/σp
Dimana :
Sp = Sharpe Index
Ri = Return portofolio i pada periode t
Rf = Risk free ( menggunakan suku bunga SBI tahun 2008 )
σp = Standar deviasi (risiko total yang merupakan penjumlahan dari
risiko pasar / systematic risk dan unsystematic risk)
2.2.5.2 Metode Treynor / Reward to Volatility Measure (RVOL)
Sesuai namanya, model ini dikembangkan oleh Jack L.Treynor (1965)
yang dikenaldalam artikelnya di Harvard Business Review Jan-Feb 1965,
“How rate management of investment funds”. Treynor index menunjukan
hubungan antara portofolio excess return danrisiko sistematis yang
40 ada.Diasumsikan
bahwa
unsystematic
risk
diminimumkan
melaluidiversifikasi portofolio, sehingga index ini menunjukan risk premium
per risiko sistematis.Inilah perbedaannya dengan Sharpe index yang
menggunakan risiko total portofolio,sementara Treynor memakai risiko
pasar. (Achsien, 2003:101)
Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan atas risk
premium, sepertihalnya yang dilakukan Sharpe, namun dalam metode
Treynor digunakan pembagi beta (β)yang merupakan risiko sistematik (juga
merupakan risiko pasar atau market risk). Betadiperoleh dengan metode
regresi linier seperti telah dijelaskan di muka. Seperti halnyametode Sharpe,
semakin tinggi nilai ratio Treynor, makin baik kinerja reksadana.
(Pratomo,2005:196).
Pada indeks Treynor kinerja portofolio dilihat dengan cara
menghubungkan tingkat return portofolio dengan risiko dari portofolio
tersebut. Perbedaannya dengan indeks Sharpe adalah penggunakan garis
pasar sekuritas (security market line) sebagai patok duga.Asumsiyang
digunakan adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik
sehingga risikoyang dianggap relevan adalah risiko sistematis atau beta
(Tandelilin, 2001:327).Indeks Treynor diformulasikan sebagai berikut :
Tp = (Ri – Rf)/βi
Dimana :
Tp = Treynor Index
βi = Beta portofolio
41 2.2.5.3 Metode Jensen / Differential Return Measure
Jensen (1968), membuat model untuk mengevaluasi kinerja portofolio
yang didasarkan pada Capital Asset Pricing Model (CAPM). Sebagaimana
Treynor, yang dipertimbangkan relevan sebagai risk adjusted adalah risiko
sistematis, dengan modifikasi untuk merefleksikan superioritas atau
inferioritas manajer portofolio dalam melakukan peramalan harga sekuritas.
Sama halnya dengan metode Treynor, Jensen menggunakan faktor
beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang didasarkan atas
pengembangan Capital Asset Pricing Model (CAPM).Pengukuran dengan
metode Jensen menilai kinerja Manajer Investasi tersebut mampu
memberikan
kinerja
di
atas
kinerja
pasar
sesuai
risiko
yang
dimilikinya.Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk positif yang semakin
tinggi menunjukan kinerja Reksa Dana yang semakin baik (Pratomo,
2005:197).
Indeks Jensen diformulasikan sebagai berikut :
Jp = Ri – [Rf + (Rm – Rf) βi]
Dimana :
Jps = Jensen Index
Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara
tingkat return aktual yang diperoleh dengan dengan tingkat return yang
diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal.
42 2.3
Reksadana Syariah
2.3.1 Pengertian Reksadana Syariah
Menurut Darmadji & Fakhruddin (2006:238) “Reksadana syariah
merupakanreksadana yang mengalokasikan seluruh dana/portofolio ke dalam
instrumen syariah sepertisaham-saham yang tergabung dalam JII, obligasi syariah,
dan berbagai instrumen keuangansyariah lainnya”.Nasarudin (2004: 211)
berpendapat bahwa “Reksadana syariah merupakanreksadana yang berprinsipkan
syariah. Reksadana menginvestasikan dana yang berhasildihimpunnya ke dalam
saham (ekuitas) yang tentunya tidak bertentangan dengan prinsipsyariah, obligasi
syariah, dan pasar uang. Selain tidak boleh melakukan transaksi yangbersifat
spekulatif, harus bersih dari unsur nonhalal, dan menerapkan prinsip kehatihatian.
Seperti halnya reksadana konvensional, reksadana syariah pun memiliki
beberapajenis, yaitu Reksadana Syariah Pendapatan tetap, Reksadana Syariah
Saham, dan Reksadana Syariah Campuran. Reksadana Syariah Pendapatan Tetap
menginvestasikan dananya ke dalam obligasi dan deposito syariah.Reksadana
Syariah Saham
menanamkan dananya disaham-saham syariah, sedangkan
Reksadana Syariah campuran menginvestasikan dananya pada saham, obligasi,
dan deposito syariah (Nasarudin, 2004:212).
2.3.2. Sejarah Reksadana Syariah
43 Di Indonesia reksadana telah ada sejak tahun 1977 melalui PT.
Danareksa.Produk yang ditawarkan masih belum bervariasi seperti sekarang, dan
penyebarannya masih terbatas pada kalangan tertentu.
Pada tahun 1997, perusahaan sekuritas milik Negara PT. Danareksa
menjadi pionir dalam menerbitkan reksadana syariah.Reksadana menjadi
instrument pasar modal pertama yang beroprasi sesuai syariah Islam dan sbagai
langkah awal lahirnya pasar modal syariah.
Tiga tahun setelah hadirnya reksadana syariah , PT. Danareksa kembali
mengeluarkan instrument syariah baru, yakni berupa JII (Jakarta Islamic Index)
sebuah badan indeks saham syariah. Indeks ini memperdagangkan saham-saham
perusahaan pilihan dengan ketentuan prinsip operasinya tidak bertentangan
dengan syariah islam.
Pesatnya perkembangan reksadana baik konvensiaonal maupun syariah
tidak terlepas dari kehadiran Undang-Undang tentang pasar modal Indonesia No.8
tahun 1995.juga telah diluncurkanya pasar modal syariah oleh Bapepam yang
bekerja sama dengan DSN (Dewan Syariah Nasional) yang diawasi langsung oleh
DPS (Dewan Pengawas Syariah). Diharapkan dengan munculnya badan-badan
diatas, agar semua pihak yang terlibat di pasar modal merasa dilindungi hak-hak
masyarakatnya dari praktik perdagangan yang merugikan.
2.3.3. Bentuk Reksadana Syariah
Pada prinsipnya, reksadana syariah sama dengan reksadana konvensional
yang bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat untuk dikelola oleh manajer
44 investasi. Perbedaannya reksadana syariah memiliki kebijakan investasi yang
berbasis pada prinsip-prinsip syariah islam. Instrument investasi yang dipilih
dalam portofolio harus dikategorikan halal.
Dilihat dari sisi aspek hukum, bentuk reksadana terdiri dari dua bentuk , yaitu:
1. Berbentuk Perseroan
Reksadana berbentuk perseroan merupakan badan hukum tersendiri yang
berarti beroperasi sebagai perseroan terbatas dengan kegiatan semata-mata
hanya reksadana. Karakteristik reksadana berbentuk perseroan adalah sebagai
berikut:
¾ Bentuk hukum adalah perseroan terbatas
¾ Sponsor wajib menyetor sekurang-kurangnya 1% dari modal dasar.
¾ Pemodal adalah pemegang saham
¾ Manajer investasi bertindak sebagai pengelola kekayaan reksadana.
¾ Bank
kustodion
bertindak
sebagai
tempat
penyimpanan
dan
pengadministrasian kekayaan reksadana.
Reksadana terbuka berbentuk perseroan mempunyai tiga sumber dana
potensial yang terdiri dari:
¾ Dividen
Reksadana terbuka berbentuk perusahaan dana dari penerbitan saham,
dengan reksadana berkewajiban memberikan dividen kepada pemegang
saham (dalam hal ini investor pembeli reksadana)
2. Capital gain
Capital gain diperoleh dari penjualan portofolio reksadana
45 3. Peningkatan harga reksadana
Peningkatan harga reksadana syariah diperoleh dari hasil penjualan saham
reksadana di pasar sekunder (open-end).
4. Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Reksadana berbentuk KIK adalah kontrak antara manajer investasi dan bank
kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan di mana manajer investasi
diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank
kustodion
diberi
wewenang
untuk
melaksanakan penitipan
kolektif.
Karakteristik reksadana ini adalah:
¾ Bentuk hukum adalah kontrak investasi kolektif.
¾ Sponsor wajib menyetor sekurang-kurangnya 1% dari jumlah unit
penyertaan yang ditetapkan dalam kontrak.
¾ Manajer investasi bertindak sebagai pengelola kekayaan reksadana.
¾ Bank
kustodian
bertindak
sebagai
tempat
penyimpanan
dan
pengadministrasian kekayaan reksadana.
2.3.4. Sifat Reksadana Syariah
Dilihat dari sifatnya, reksadana dikelompokkan menjadi:
1. Reksadana tertutup berbentuk perseroan
Reksadana tertutup adalah reksadana yang tidak dapat membeli kembali
saham-saham yang telah dijual kepada pemodal.
Karakteristik reksadana ini adalah:
¾ saham reksada dicatat di bursa efek
46 ¾ pada umunya hanya 1 kali melakukan penawaran
¾ pemodal tidak dapat menjual kembali saham reksadana yang dimilkinya
kepada perusahaan reksadana atau manajer investasi
¾ jual beli saham reksadana dilakukan di bursa efek dengan harga di atas
(dengan premium) atau di bawah ( dengan diskon) dari nilai aktif bersih
(NAP).
Komponen keuntungan investor adalah saham biasa yaitu:
¾ dividen
¾ saham bonus
¾ capital again
2. Reksadana terbuka berbentuk perseroan
Reksadana terbuka adalah reksadana yang dapat menawarkan dan membeli
saham-sahamnya dari pemodal sampai dengan sejumlah modal yang telah
dikeluarkan.
Karakteristiknya:
¾ saham reksada tidak dicatat dibursa efek.
¾ pemodal dapat menjual kembali saham reksadana yang dimilikinya
pada manajer investasi atas beban rekening reksadana atau rekening
sendiri.
¾ harga jual beli saham reksadana berdasarkan nilai aktiva bersih.
Komponen:
¾ dividen income (DI)
¾ capital gain distribution (CGD)
47 ¾ net change NAV (NCIN)
3. Reksadana berbentuk KIK hanya bersifat terbuka
Pemodal dapat menjual kembali unit penyertaan reksadana yang dimilikinya
kepada manajer investasi atas beban rekening atau beban rekening reksadana.
Karakteristiknya :
¾ unit penyertaan tidak tercatat di bursa efek
¾ pemodal dapat menjual kembali unit penyertaan rekasadana yang
dimilikinya manajer investasi atas beban rekening atau beban rekening
reksadana
¾ harga jual beli unit penyertaan berdasarkan nilai aktiva bersih
Dilihat
dari
portofolio
investasinya
atau
kemana
kumpulan
dana
diinvestasikan, reksa dana dapat dibedakan menjadi:
4. Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund)
Reksadana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang
dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.Tujuannya adalah untuk menjaga
likuiditas dan memelihara modal.
5. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed income fund)
Reksadana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari
aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang.Reksadana ini memiliki risiko yang
relatif lebih besar dari pada Reksadana Pasar Uang.Tujuannya adalah untuk
menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.
48 6. Reksadana Saham (Equty Fund)
Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya
dalam bentuk efek bersifat ekuitas.Karena investasinya dilakukan pada saham,
maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksadana sebelumnya namun
menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
7. Reksadana Campuran (Discretionary Fund)
Reksadana jenis ini melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas (contoh:
saham) dan efek bersifat utang (contoh: obligasi).
Reksadana Syariah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor
yang menginginkan memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara
yang bersih yang dapat dipertanggungjawabkan secara religius yang memang
sejalan dengan prinsip syariah.
Reksadana Syariah dapat mengambil bentuk seperti reksadana konvensional.
Namun memiliki perbedaan dalam operasionalnya, dan yang paling tampak
adalah proses screening dalam mengontruksi portofolio.
Filterisasi menurut prinsip syariah akan mengeluarkan saham yang memiliki
aktivitas haram seperti riba, gharar, minuman keras, judi, daging babi, rokok,
prostitusi, pornografi dan seterusnya. Reksadana Syariah di dalam investasinya
tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan return yang tinggi. Tidak hanya
melakukan maksimalisasi kesejahteraan yang tinggi terhadap pemilik modal,
tetapi memperhatikan pula bahwa portofolio yang dimiliki tetap berada pada
aspek investasi pada perusahaan yang memiliki produk halal dan baik yang
tidak melanggar aturan syariah.
49 2.3.5. Keuntungan Reksadana Syariah
Reksadana syariah memiliki beberapa keuntungan yang dapat diberikan kepada
investor, antara lain:
1. Diversifikasi investasi
Divesifikasi yang terwujud dalam bentuk portofolio akan menurunkan tingkat
risiko. Reksadana melakukan diversifikasi dalam berbagai instrumen efek,
sehingga dapat menyebarkan risiko atau memperkecil risiko. Investor
walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi
investasi dalam efek sehingga dapat memperkecil risiko. Hal ini berbeda
dengan pemodal individual yang misalnya hanya dapat membeli satu atau dua
jenis efek saja.
2. Kemudahan Investasi
Reksadana mempermudah investor untuk melakukan investasi di pasar
modal.Kemudahan investasi tercermin dari kemudahan pelayanan administrasi
dalam pembelian maupun penjualan kembali unit penyertaan.Kemudahan juga
diperoleh investor dalam melakukan reinvestasi pendapatan yang diperolehnya
sehingga unit penyertaannya dapat terus bertambah.
3. Efisiensi biaya dan waktu
Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor, maka biaya
investasinya akan lebih murah bila dibandingkan dengan jika investor
50 melakukan transaksi secara individual di bursa. Pengelolaan yang dilakukan
oleh manajer investasi secara profesional, tidak perlu bagi investor untuk
memantau sendiri kinerja investasinya tersebut.
4. Likuiditas
Pemodal dapat mencairkan kembali saham/unit penyertaan setiap saat sesuai
ketetapan yang dibuat masing-masing reksa dana, sehingga memudahkan
investor untuk mengelola kasnya. Reksa dana wajib membeli kembali unit
penyertaannya, sehingga sifatnya menjadi likuid.
5. Transparansi Informasi
Reksadana diwajibkan memberikan informasi atas perkembangan portofolio
dan biayanya, secara berkala dan kontinyu, sehingga pemegang unit penyertaan
dapat memantau keuntungan, biaya dan risikonya.
Manfaat yang diberikan reksadana syariah bagi pemerintah dan bursa efek
yaitu:
¾ memobilisasi dana masyarakat
¾ meningkatkan peranan swasta nasional dalam menghimpun dana
masyarakat
¾ mendorong perdagangan surat-surat berharga dipasar modal
Indonesia
¾ dapat mengoreksi tingkat bunga
2.3.6. Risiko Investasi dengan Reksadana syariah
1. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
51 Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan
surat berharga lainnya) yang masuk dalam portofolia reksadana tersebut.
2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi manajer investasi jika sebagian
besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit
yang dipegangnya. Manajer investasi akan mengalami kesulitan dalam
menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
3. Risiko politik dan ekonomi
Perubahan kebijakan ekonomi politik dapat mempengaruhi kinerja bursa dan
perusahaan sekaligus. Dengan demikian harga sekuritas akan terpengaruh yang
kemudian mempengaruhi portofolio yang dimiliki reksadana.
4. Risiko Pasar
Hal ini terjadi karena nilai sekuritas di pasar efek memang berfluktuasi sesuai
dengan kondisi ekonomi secara umum. Terjadinya fluktuasi di pasar efek akan
berpengaruh langsung pada nilai bersih portofolio, terutama jika terjadi koreksi
atau pergerakan negatif.
5. Risiko Inflasi
Terjadinya inflasi akan menyebabkan menurunnya total real return investasi.
Pendapatan yang diterima dari investasi dalam reksa dana bisa jadi tidak dapat
menutup kehilangan karena menurunnya daya beli (loss of purchasing power).
6. Risiko Nilai Tukar
52 Risiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri dalam portofolio yang
dimiliki. Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas yang
termasuk foreign invesment setelah dilakukan konversi dalam mata uang
domestik.
7. Risiko Spesifik
Risiko ini adalah risiko dari setiap sekuritas yang dimiliki.Disamping
dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai risiko
sendiri-sendiri. Setiap sekuritas dapat menurun nilainya jika kinerja
perusahaannya sedang tidak bagus, atau juga adanya kemungkinan mengalami
default, tidak dapat membayar kewajibannya.
2.3.6.1.Pentingnya Reksadana
Reksadana islam yang disajikan kepada masyarakat dalam upaya
menghadapi globalisasi bahwa umat islam dihadapkan kepada realitas
pertumbuhan dunia yang serba cepat dan canggih, termasuk didalamnya
masalah ekonomi dan keuangan. Akan tetapi bagi umat islam, produk-produk
tersebut bila dicermati secara mendalam, karena dikembangkan dari jasa
keuangan konvensional yang netral terhadap nilai dan ajara agama. Salah satu
produk yang sedang berkembang di indonesia adal reksadana yang di luar
negeri dikenal dengan “Unit Trust” atau “mutual fund’. Reksadana adal
sebuah wadah dimana masyarakat dapat menginvestasikan dananya dan oleh
pengurus (manajer investasi) dana itu di investasikan ke portofolio efek.
Reksadana merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut
53 serta dalam pasar modal dengan modal minimal yang relatif kecil dan
kemampuan menanggung resiko yang sedikit.
Reksadana memiliki andil yang sangat besar dalam perekonomian
nasional
karena
dapat
memobilisasi
dana
untuk
pertumbuhan
dan
pengembangan perusahaan-perusahaan nasional, baik BUMN maupun swasta.
Disisi lain, reksadana memberikan peningkatan kesejahteraan material.
2.3.6.2.Pandangan Islam Tentang Reksadana
Pada prinsipnya setiap sesuatu dalam muamalat adalah dibolehkan
selama tidak bertentangan dengan islam, mengikuti kaidah fiqih yang
dipegang oleh mazhab Hambali dan para fuqaha lainnya yaitu : prinsip dasar
dalam transaksi dan syarat-syarat yang berkenaan dengannya ialah boleh
diadakan, selama tidak dilarang oleh islami (Wahbah : Al Fikih al islami wa
Adillah juz IV hal 199).
Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar
memenuhi akad yang mereka lakukan sebagaimana Firman Nya dalam surat
Al-Maidah (5:1)
`Nweˆ
”¡e[àÕµŽ;
‰É@%‹Ê‰Îß݈ˆµl‰ÆÉÎÞ
´……
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”
Dimaksud dengan akad (perjanjian) dalam ayat diatas mencakup : janji
prasetian hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam
pergaulan sesamanya.
54 Syarat-syarat yang berlaku dalam sebuah akad adalah syarat-syarat
yang ditentukan sendiri kaum muslimin selama tidak melanggar ajaran Islam,
sebagaimana ajaran Rasulullah SAW. Memberi batasan tersebut dalam hadits :
“perdamaian itu boleh antara orang-orang islam kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Orang-orang islam
wajib memenuhi syarat-syarat yang mereka sepakati kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (H.R. Abu Daud,
Ibnu Majah, dan Tirmidzi dari Amru bin Auf).
Dalam reksadana konvensional terdapat banyak maslahat, seperti
memajukan perekonomian, saling memberi keuntungan diantara para
pelakunya, menimbulkan resiko dalam pasar modal dan sebagainya. Namun
didalamnya juga ada hal-hal yang bertentangan dengan ajaran islam, baik
dalam segi akad, operasi, investasi, transaksi dan pembagian keuntungan.
Islam dapat menerima usaha semacam reksadana sepanjang hal yang tidak
bertentangan dengan islami islam. Menurut wahbah Az Zuhaili : dan setiap
syarat yang tidak bertentangan dengan dasar-dasar syariat dan dapat
disamakan hukumnya dengan syarat-syarat yang sah. (Wahbah : Al Fikih al
Islami wa Adilatuh, hal 200).
Prinsip yang berakad harus mengikuti hukum yang telah digariskan
oleh Allah swt. Sebagaimana dalam surat An Nisa’ (4:29)
+Š´#µÂ¡Þ´0Ɔ@Ýq
1ʌ ‹‰Þ%ˆ;‰Î Æß
Œ"Š‰É@
%‹ÊàÕµŽ`Nweˆ
”¡e
55 ......1ÊAµP%ÀoŒ"GÉ†o¡‡Nµ%J‰Ê
Œ"Iˆ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu……”
Ayat ini menerangkan bahwa Allah memperbolah kan jual beli, dan
hal ini dapat diterapkan dalam aktivitas jual beli pada Reksadana. Bertindak
jahat sterhadap sesama tidak diperbolehkan lebih baik melakukan perniagaan,
dengan cara investasi di pasar modal yang lebih bermanfaat.
2.3.6.3.Pentingnya Reksadana Syariah
Reksadana islami memang sangat sesuai untuk investasi jangka
panjang seperti persiapan menunaikan ibadah haji atau biaya sekolah anak
dimasa mendatang.Saat ini pilihannya pun semakin banyak, dan merupakan
sesuatu yang lazim terjadi dalam kehidupan sosial bahwa sebagian orang yang
memiliki kemampuan melaksanakan kegiatan bisnis dan ekonomi tapi tidak
memiliki modal. Sementara, disisi lain ada yang memiliki harta, tapi tidak
cakap dalam mengembangkannya, berkata al Baijuri : dalil diperbolehkannya
qiradh adalah ijma’ dan hajat, karena ada pemilik harta yang tidak mampu
mengelola modalnya, dan sebaliknya, ada orang mampu mengelolanya, tetapi
tidak punya modal. Maka yang pertama memerlukan pengelolaan modal,
sementara yang kedua memerlukan pekerjaan (Bajuri :Hasyiah Fathul Qarib
Al Bajuri juz II hal 21).
56 Reksadana
sebagai
lembaga
yang
mengelola
harta
memiliki
kemampuan untuk mengembangkan dari para pemilik modal secara sendirisendiri yang melakukannya. Reksadana adalah tuntutan perkembangan
ekonomi yang akan terus berkembang. Ia akan menghimpun dana dari umat
yang tidak dapat dicegah untuk berinvestasi di reksadana. Disisi lain, umat
Islam harus dapat bersaing didalam bidang ekonomi dalam usaha
mempersiapkan diri menghadapi globalisasi yang kian mendekati dan sukar
dihindari. Kegiatan reksadana yang ada sekarang masih banyak mengandung
teknis
transaksi,
pendapatan,
maupun
dalam
hal
pembagian
keuntungannya.Untuk itu perlu dibentuk Reksadana Islam, dimana reksadana
ini mengikuti prinsip-prinsip islami dalam bidang muamalah maliyah.
Adanya Reksadana Islam merupakan upaya untuk memberi jalan bagi
umat Islam agar tidak bermuamalah dan memakan harta dengan cara bathil
seperti yang disebutkan dalam firman Allah swt. Dalam surat An Nisa’ (4:29)
diatas.Disamping itu Reksadana Islam menyediakan sarana bagi umat Islam
untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan nasional melalui investasi yang
sesuai dengan syariat Islam.
2.3.7. Mekanisme Operasional Reksadana Syariah
Karekteristik sistem mudhadabah adalah :
Pembagian keuntungan antara pemodal (shahibul maal) yang diwakili oleh
manajer investasi dan pengguna investasi berdasarkan pada proposisi yang
57 telahdisepakati kedua belah pihak melalui manajer investasi sebagai wakil dan
tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal.
Pemodal
hanya
menanggung
resiko
sebesar
dan
hanya
telah
diberikan.Manajer investasi sebagai wakil tidak menanggung resiko kerugian atas
investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena kelalaiannya.
Prinsip operasional yang digunakan di reksadana syariah adalah prinsip
mudharabah atau Qiradh. Prinsip mudharabah diartikan sebagai sebuah ikatan
atau sistem dimana seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk
dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh dari hasil pengelola
tersebut dibagi antar kedua belah pihak sesuai dengan syarat-syarat yang
disepakati oleh kedua belah pihak. Investasi yang dilakukan manajemen investasi
hanya pada instrument keuangan yang sesuai dengan syariat Islam.
Sebagai
konsekuensi
logis
adalah
memperoleh
keuntungan
untuk
menanggung resiko kerugian. Demikian pula investasi yang terjadi di reksadana
syariah, pihak-pihak yang terlibat kan memperoleh keuntungan atau menanggung
resiko apabila investasi mengalami kerugian.
Gambar 1.Skema Mekanisme Kinerja Reksadana
BAPEPAM
INVESTOR Manajemen
Investasi Pasar Modal Pasar Uang Bank Kustodian Deposito, SBI, Obligasi, Saham, dll
Swasta & Pemerintah 58 2.3.8. Perbedaan Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional
Kegiatan reksadana yang ada sekarang masih banyak mengandung unsurunsur yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.Ada beberapa hal yang membedakan
antara reksadana konvensional dan reksadana syariah.Tentunya ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam investasi Islamini (Firmansyah, dkk 2010:437):
1.
Kelembagaan
Dalam syariat Islam belum dikenal lembaga badan hukum seperti
sekarang.Tetapi lembaga badan hukum ini sebenarnya mencerminkan
kepemilkan saham dari perusahaan yang secara alami di akui Islam.Namun
demikian, dalam hal reksadana Islami, keputusan tertinggi dalam hal keabsahan
produk adalah dewan pengawas Islami yang beranggotakan beberapa alim
ulama dan ahli ekonomi Islami yang direkomendasikan oleh Dewan Pengawas
Islami Nasional Majlis Ulama Indonesia. Dengan demikian, proses didalam
akan terus diikuti perkembangannya agar tidak keluar dari jalur Islami Islam
yang menjadi prinsip investasinya.
2.
Hubungan investor dengan perusahaan
Akad antara investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan
sistem mudharabah. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama antara
kedua belah pihak dimana pihak pertama menyediakan (100%) modal, sedang
pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan kedalam kontrak, sedangkan apabila
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat
59 kelalaian di pengelola.Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan
atau kelalaian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.Dalam hal transaksi jual beli, saham-saham dalam reksadana
islami merupakan harta yang dibolehkan untuk diperjual belikan dalam
islami.Tidak adanya unsur unsur penipuan dalam transaksi saham karena
belum jelas.Harga saham terbentuk dengan adanya hukum supply and
demand.Semua saham yang dikeluarkan reksadana tercatat dalam administrasi
yang rapi dan penyebutan harga harus dilakukan dengan jelas.
Hubungan antara investor dengan lembaga yang menangani rekasadana
syariah antara lain:
¾ akad antara investor dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan sistem
mudharabah / qiradh
¾ saham reksadana syariah dapat diperjual belikan
¾ kegiatan investasi reksadana;
¾ reksadana syariah dapat melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan
dengan syariah
¾ akad yang dilakukan dengan emiten dapat dilakukan melalui mudharabah
(qiradh) atau musyarakah
¾ dibolehkan melakukan jual beli saham
3.
Kegiatan investasi Reksadana Syariah
Dalam melakukan kegiatan investasi reksadana Islami Islam dapat
melakukan apa saja selama tidak bertentangan dengan Islam. Di investasi tidak
halal yang tidak boleh dilakukan adalah investasi dibidang perjudian,
60 pelacuran, pornografi, makana dan minuman yang diharamkan, lembaga
keuangan ribawi dan lain-lain yang ditentukan oleh dewan pengawas islami.
Dalam hal kaitannya dalam saha-saham yang diperjual belikan di bursa saham,
BEI sudah mengeluarkan daftar perusahaan yang tercantum dalam bursa sesuai
dengan islam atau saham-saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index (JII).
Dimana saham-saham yang tercantum didalam indeks ini sudah ditentukan
oleh dewan Islami.Dalam melakukan transaksi reksadana Islami, tidak
diperbolehkan melakukan tindakan spekulasi, yang didalamnya mengandung
gharar seperti penawaran palsu dan tindakan spekulasi lainnya.
No
1
2
3
Tabel 2.3
Perbedaan Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah
Aspek-Aspek
Reksadana Konvensional
Reksadana Syariah
Reksadana
Menggunakan prinsip umum Menggunakan prinsip syariah,
berdasarkan ketentuan dari dimana perusahaan yang dipakai
manajer
investasi
dan adalah perusahaan yang murni
Aspek Prinsip
perusahaan yang diambil dijamin halal
adalh perusahaan yang
masih aktif
tertinggi
dalam
Dalam hal kelembagaan, Keputusan
keputusan tertinggi adalah keabsahan produk adalah dewan
islami
yang
manajer investasi, yang pengawas
mengelola dan melakukan beranggotakan beberapa alim ulama
Aspek
ahli
ekonomi
yang
transaksi adalah manjer dan
Kelembagaan
direkomendasikan oleh Dewan
investasi
Pengawas islami Nasional Majlis
Ulama Indonesia.
Manajer
investasi Dalam transaksi, menggunakan
melakukan transaksi secara akad mudharabah, yaitu yakni
kemitraan
yang
langsung dengan pihak kontrak
pada
prinsip
perusahaan
yang berdasarkan
mengeluarkan saham, serta pembagian hasil dengan cara
Aspek
melakukan
perjanjian seseorang memberikan modalnya
Transaksi
pihak
lain
untuk
kontrak dan pembagian hasil kepada
diinvestasikan, dengan kedua belah
pihak membagi keuntungan atau
memikul kerugian sesuai dengan
61 kesepakatan bersama.
Sumber : data yang diolah penelit
2.4. Kerangka Berfikir
Gambar 2. Kinerja Reksadana Saham
K
O
N
V
E
N
S
I
O
N
A
L
Keterangan :
METODE SHARPE
METODE TREYNOR
METODE JENSEN
S
Y
A
R
I
A
H
62 : Menunjukkan pengukuran kinerja reksadana saham syariah dan
reksadana saham konvensional menggunakan metode Sharpe, Treynor,
dan Jensen.
: Menunjukkan komparasi antara kinerja reksadana saham syariah
dengan reksadanasaham konvensional.
2.5. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
Diduga terdapat perbedaan antara kinerja reksadana saham syariah dan
reksadana saham konvensional berdasarkan metode Sharpe, Treynor dan
Jensen.
Download