ANALISIS SIKAP TERHADAP MINUMAN SARI BUAH NUTRISARI READY TO DRINK (RTD) (Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB) SKRIPSI ALVIAN LISIADI H34087004 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJAMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN ALVIAN LISIADI. Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink (Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB). (Dibawah bimbingan YUSALINA). Pertumbuhan industri minuman ringan di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. PT. Nutrifood Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada indutri makanan dan minuman di Indonesia. Nutrisari mampu mengkokohkan posisisnya sebagai pioneer dalam minuman sari buah serbuk. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola gaya hidup, mendorong Nutrisari mengembangkan inovasi dalam memperkenalkan produk minuman sari buah dalam kemasan siap minum. Berbeda dengan Nutrisari serbuk yang telah berada pada fase kedewasaan dalam daur siklus produknya. Minuman sari buah Nutrisari ready to drink merupakan produk baru yang masih berada pada tahap siklus perkenalan (introduction). Posisinya sebagai follower dibawah Buavita dan ABC juice yang sudah lebih dahulu memasarkan minuman sari buah dalam kemasan, merupakan tantangan tersendiri yang sangat menarik untuk dianalisis. Kebutuhan akan kandungan gizi yang besar pada usia remaja menjadikan produk minuman sari buah sangat baik dikonsumsi pada usia ini. Kecenderungan pola konsumsi pada usia remaja yang lebih menyukai makanan dan minuman siap saji (fast food) sangat memungkinkan perusahaan minuman sari buah dalam kemasan menjadikan remaja sebagai target utama pasarnya. Namun bila dilihat dari proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam kemasan pada usia remaja sebagai target pasar, tentunya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, terlebih dengan produk Nutrisari ready to drink yang masih berada pada fase perkenalan (introduction). Apakah masa perkenalan tersebut sudah cukup efektif dalam meningkatkan nilai total penjualan perusahaan?; dan bagaimanakah tingkat persaingan Nutrisari terhadap pesaingnya Buavita dan ABC Juice. Untuk itu tujuan pada penelitian ini adalah bagaimana sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan terhadap merek Buavita dan ABC Juice dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam kemasan Nutrisari. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode propotional random sampling. Besarnya sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 persen mahasiswa dari tiap kelasnya dengan jumlah keseluruhan masing-masing tiap kelasnya adalah kelas A 64 orang, kelas B 67 orang dan kelas C 61 orang, sehingga terdapat 57 mahasiswa dan dibulatkan menjadi 60 orang yang dijadikan responden untuk dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan kuisioner untuk mengidentifikasi tujuan penelitian. Pengolahan data menggunakan analisis deskripstif alat analisis model multiatribut Fishbein serta menganalisis analisis kesenjangan untuk mengevalusai kinerja secara terperinci. Karakteristik umum konsumen minuman sari buah Nutrisari ready to drink digambarkan melalui beberapa kategori. Berbagai latar belakang responden tersebut meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan dan keadaan ekonomi sosialnya. Karakteristik umum responden dalam penelitian ini tersusun atas selang usia 18 20 tahun, dengan 65 persen reponden berada pada usia 19 tahun, dan sebesar 30 persen pada usia 20 tahun. Sebanyak 56,67 persen responden adalah berjenis kelamin perempuan Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 60 persen responden memiliki jumlah uang saku berada pada kisaran Rp.100.000 - Rp.500.000 dan tertinggi kedua berada pada selang Rp.500.001 - Rp.1.000.000. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki daya beli yang cukup terhadap pembelian minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan siap minum. Tahapan keputusan pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to drink dimulai dari pengenalan kebutuhan. Motivasi terbesar dalam mengkonsumsi minuman sari buah dalam kemasan siap minum adalah alasan kepraktisan dan kemudahan dalam mengkonsumsi sebesar 48 persen. Sejalan dengan tahap perkenalan produknya Nutrisari ready to drink mampu mendorong keingintahuan responden yang begitu besar untuk mencoba 18 persen. Dalam pencarian informasi sebanyak 90 persen responden menyatakan tidak melakukan pencarian khusus terhadap produk minuman sari buah karena telah memiliki kriteria dasar terhadap kategori produk tersebut. Media televisi merupakan sumber informasi terbesar (83 persen) dalam pencarian informasi, dengan memberikan penilaian terbesar pada kandungan nutrisi sebagai sumber perhatian utamanya. Adapun sebanyak 35 persen responden menyatakan bahwa rasa merupakan faktor penting dalam pemilihan minuman sari buah. Setelah mengkonsumsi, konsumen diharapkan dapat menilai dan mengevaluasi terhadap konsumsi produk atau jasa yang telah dilakukan sebanyak 83 persen responden menyatakan rasa puas terhadap minuman sari buah dalam kemasan. Sebanyak 55 responden menyatakan harga yang relatif mahal menjadikan kendala terbesar dalam mengkonsumsi Hasil analisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari ready to drink dengan dua produk pembandingnya Buavita dan ABC Juice, menunjukkan responden mengevaluasi secara positif dari kesemua atribut yang diberikan. Atribut informasi izin Depkes, kejelasan tanggal kadaluarsa, label halal MUI, kandungan bulir/serat buah dan rasa merupakan atribut yang sangat penting dalam minuman sari buah dalam kemasan ready to drink. Meskipun Nutrisari merupakan follower ternyata Nutrisari memiliki penilaian kepercayaan terhadap tingkat kinerja tertinggi yakni sebesar 11,467, disusul Buavita dan ABC Juice sebesar 11,350 dan 8,733. Skor sikap fishbein terhadap minuman sari buah Nutrisari ready to drink pun menunjukkan hasil yang sama, Nutrisari memiliki skor sikap paling tinggi sebesar 15.57 dibandingkan dengan Buavita dan ABC Juice sebesar 15.37 dan 12.02. Hal ini menandakan Nutrisari lebih disukai responden secara keseluruhan dibandingkan produk pembandingnya. Sejalan dengan hasil analisis kesenjangan (GAP) terhadap evaluasi kinerja yang dilakukan, Nutrisari ready to drink ternyata masih memiliki 11 atribut yang berada dibawah harapan konsumen, yaitu atribut warna, ukuran saji/volume, kandungan serat/bulir buah, label halal MUI, desain kemasan, efek samping, variasi rasa, harga, ketersediaan produk, kekentalan minuman dan promosi. Diantara atribut yang memiliki kesenjangan positif atau sudah memenuhi harapan konsumen diantaranya rasa keseluruhan, kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, merek, dan iklan memiliki nilai positif. Sama halnya dengan Buavita responden menilai masih terdapat 10 atribut yang berada di bawah harapan konsumen. Secara keseluruhan nilai kesenjangan pada produk pembandingnya masih berada di bawah nilai kesenjangan pada Nutrisari ready to drink, terutama ABC Juice memiliki nilai kesenjangan yang negative terhadap keseluruhan atribut kecuali pada atribut label halal MUI yakni sebesar 0.12. Hal tersebut menunjukkan meskipun kinerja Nutrisari yang sangat baik meskipun berada pada posisi sebagai follower dan fase perkenalan. Melalui brand image dan media iklan dan promosi yang gencar mampu mendongkrak posisi Nutrisari ready to drink sebagai produk baru yang patut diperhitungkan. Hal-hal yang dapat direkomendasikan adalah perusahaan sebaiknya memperbaiki atribut harga karena konsumen masih menilai produk Nutrisari RTD memiliki harga yang mahal, selain itu perusahaan hendaknya menambahkan kandungan serat buah/bulir buah yang lebih banyak pada minuman sari buah Nutrisari ready to drink, karena kandungan serat atau bulir buah menjadi salah satu atribut yang paling diinginkan oleh konsumen. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisis mengenai tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut kandungan minuman sari buah dan menganalisis mengenai implikasi studi perilaku konsumen terhadap strategi pemasaran pada produk minuman sari buah khususnya Nutrisari. ANALISIS SIKAP TERHADAP MINUMAN SARI BUAH NUTRISARI READY TO DRINK (RTD) (Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB) SKRIPSI ALVIAN LISIADI H34087004 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJAMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Judul Proposal : Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB Nama : Alvian Lisiadi NIM : H34087004 Disetujui, Pembimbing Dra. Yusalina, MSi NIP. 19650115 199003 2 001 Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajamen Institut Pertanian Bogor Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS. NIP. 19580908 198403 1 002 Tanggal Lulus : PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink (Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB) “ adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2011 Alvian Lisiadi H34087004 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Bogor, 26 Mei 1987 dan dibesarkan di kota Bogor sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Iswadi Yasmomiharjo dan Lilis Maryani. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 3 Ciriung di KotaCibinong pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri1 di Kota Cibinong dan selesai pada tahun 2002. Pada tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMU Negeri 3 Bogor. Pada tahun yang sama pula penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahliam Manajemen Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Hingga akhirnya pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiwa Program Ekstensi Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Selain itu, penulis juga melaksanakan beberapa aktivitas diluar kampus yang bersifat non akademik. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, maka skripsi yang berjudul “Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink (Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB)” dapat diselesaikan oleh penulis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses keputusan pembeliannya terkait dengan identifikasi sikap konsumen terhadap minuman sari buah dalam kemasan serta menganalisis kesenjangan antara harapan dan kinerja pada masing-masing atribut. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan serta informasi bagi PT. Nutrifood Indonesia tentang bagaimana tingkat kesukaan serta kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi minuman ringan sari buah siap minum (ready to drink), sehingga dapat digunakan sebagai strategi pemasaran dan strategi pengembangan produk. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, Mei 2011 Alvian Lisiadi UCAPAN TERIMA KASIH Kesuksesan penyelesaian penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Dra. Yusalina, MSi., selaku dosen pembimbing dan pembimbing akademik yang senantiasa membimbing selama menempuh pendidikan serta memberikan arahan pada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM yang telah bersedia menjadi penguji utama serta Arif Karyadi, SP yang telah bersedia menjadi dosen penguji komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis sehingga memberikan masukan dalam penyempurnaan karya tulis ini. 3. Orang tua serta adik, yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan doa kepada penulis. Mudah-mudahan ini bisa menjadi suatu persembahan yang terbaik. 4. Ibu Shinta Wulansari, yang sudah meluangkan waktu kegiatan perkuliahannya sebagai tempat penelitian. Terima kasih sudah menjadi orang tua kedua yang selalu memberikan dukungan serta doa dalam penyusunan skripsi ini. 5. Departemen Internal Audit PT. Nutrifood Indonesia, Bapak Willy Novianto “as great leaders“ dan rekan-rekan lainnya yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya hingga selesainya penulisan skripsi ini. 6. Mahasiswa Direktorat Program Diploma IPB Program Keahlian Manajemen Agribisnis Angkatan 46 yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya terhadap pengisian kuesioner. 7. Yuri Subrata, terima kasih atas cinta, kasih sayang dan perhatiannya selama ini. 8. Teman-teman Ekstensi Agribisnis atas semangat dan bantuannya selama ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu, terima kasih DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………. v DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. vii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. viii I II III PENDAHULUAN ……………………………………………. 1 1.1. Latar Belakang ……………………………………. 1 1.2. Perumusan Masalah ……………………………………. 5 1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………. 7 1.4. Kegunaan Penelitian ……………………………………. 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………. 8 ……………………………………. 9 2.1. Perkembangan Industri Minuman Ringan di Indonesia…. 9 2.2. Studi Perilaku dan Kepuasan Konsumen Minuman Ringan 12 TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN …………………………………… 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis …………………………….. 15 3.1.1. Definisi Konsumen ……………………………. 15 3.1.2. Perilaku Konsumen ………………………………… 15 3.1.3. Sikap …………………………………………….. 16 3.1.4. Persepsi …………………………………………….. 16 3.1.5. Faktor-faktor Pembentukan Keputusan Konsumen.. 18 3.1.6. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ……….. 22 3.1.7. Daur Siklus Produk …………………….…………... 23 3.1.8. Atribut Produk …………………………………….. 25 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ……………………….. 26 VI METODE PENELITIAN ……………………………………… 29 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………….. 29 4.2. Metode Pengumpulan Contoh ……………………………...29 4.3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ……………………….... 30 4.4. Pengolahan dan Analisis Data …………..………………… 30 4.4.1. Skala Likert dan Rentang Skala……..……..……….. 31 4.4.2. Analisis Deskritif …………………………..……….. 31 4.4.3. Model Sikap Fishbein ………………………………. 32 4.4.4. Analisis Kesenjangan (GAP) ……………………….. 33 4.4.5. Uji Validitas …………………………..…………….. 34 4.4.6. Uji Reliabilitas …………………………..………….. 35 4.4.7. Penentuan Atribut Dugaan ………………………….. 37 V ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN …………… 40 5.1. Karakteristik Umum Responden Minuman Sari Buah…….. 40 5.1.1. Profil Responden Berdasarkan Domisili…….………. 40 5.1.2. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 41 5.1.3. Profil Responden Berdasarkan Usia…..…………….. 41 5.1.4. Profil Responden Berdasarkan Uang Saku………….. 42 5.1.5. Profil Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga…………………………………………….. 43 5.2. Analisis Proses Keputusan Pembelian ….…………………. 43 5.2.1. Pengenalan Kebutuhan…….…………………………44 5.2.2. Pencarian Informasi…….………………………….... 45 5.2.3. Evaluasi Alternatif…….…………………………….. 47 5.2.4. Keputusan Pembelian…………..…….………………48 5.2.5. Evaluasi Pasca Pembelian……………….…………... 49 VI VII ANALISIS SIKAP KONSUMEN ……………………………….. 51 6.1. Penilaian Evaluasi Atribut (ei) …………………………….. 51 6.2. Penilaian Kinerja Atribut Merek …………………………... 53 6.3. Analisis Multiatribut Fishbein …………………………...... 55 6.4. Analisis Kesenjangan (GAP) …………………………........ 59 KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 62 7.1. Kesimpulan ………………………………………………. 62 7.2. Saran ……………………………………………………… 64 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 66 LAMPIRAN ……………………………………………………………... 68 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Nilai Tambah PDB Menurut Subsektor Tahun 2001-2008 ........ 1 2. Nilai Penjualan Sektor Industri Minuman di Indonesia …...…... 2 3. Indikator Gaya Hidup Indonesia Tahun …………………..…… 3 4. Daftar Nama Perusahaan Minuman Sari Buah …………........... 4 5. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu ……… 14 6. Atribut yang akan diuji validitasnya ……..………….……....... 35 7. Daftar Ukuran Atribut-Atribut Dugaan dengan Skala Likert …. 39 8. Sebaran Responden Berdasarkan Domisili ……………………. 41 9. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………………. 41 10. Sebaran Responden Berdasarkan Usia ……………………....... 41 11. Sebaran Responden Berdasarkan Uang Saku………………..… 42 12. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga …. 43 13. Motivasi Responden Terhadap Konsumsi Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink ……………...……………….... 44 14. Sebaran Responden Berdasarkan Pencarian Informasi Pembelian Minuman Sari Buah Nutrisari…………………….. 46 15. Sumber Informasi Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink …………………………………………………………... 47 16. Sumber Informasi yang Paling Dipertimbangkan …………….. 47 17. Atribut yang Paling Dipertimbangkan dalam Proses Keputusan Pembelian Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink……... 48 18. Sebaran Tempat Pembelian Nutrisari Ready to Drink ……….... 49 19. Sebaran Kendala Terhadap Konsumsi Minuman Sari Buah Nutrisari ……………………………………………………….. 50 20. Skor Evaluasi (ei) Kepentingan Terhadap Minuman Sari Buah (Ready to Drink) dalam Kemasan ……………………………... 51 21. Skor Kepercayaan (bi) Terhadap Minuman Sari Buah Ready to Drink …………………………………………………. 53 22. Skor Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Kemasan Nutrisari, Buavita dan ABC Juice ……………………………………….. 56 23. Skor Maksimum Sikap (Ao maks) Terhadap Minuman Sari Buah …………………………………………………………….. 58 24. Rentang Skor dan Kategori Penilaian …………………..…….... 58 25. Analisis Kesenjangan Berdasarkan Merek Minuman Sari Buah…………………………………………………………….. 60 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Proses terbentuknya persepsi ………………………………… 19 2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ………………………. 25 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Proses Keputusan Pembelian Terhadap minuman Sari Buah Buavita dan Nutrisari……………………………………………………...… 28 4. Grafik Analisis Kesenjangan …………………………………. 61 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Uji Validitas ………………….………………………….... 67 2. Uji Reliabilitas ………………….……………………….... 68 3. Skor Sikap ……………………………………………….... 69 4. Informasi Data Diri Berdasarkan Domisili Responden …... 70 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri minuman ringan di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi (Ditjen Bea Cukai, 2008). Minuman ringan terdiri dari dua jenis yaitu minuman ringan dengan karbonasi (carbonated soft drink) dan minuman ringan tanpa karbonasi. Menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) pasar Indonesia memiliki daya tarik yang kuat dalam pengembangan industri minuman ringan, hal ini dikarenakan adanya ketersediaan bahan baku yang melimpah, tenaga kerja yang murah, dan jumlah konsumen yang sangat besar. Menurut perhitungan GAPMMI, potensi pasar Indonesia mencapai Rp 500 triliun, sedangkan omset 2008 baru sekitar Rp 400 triliun dengan demikian masih ada sekitar Rp 100 triliun yang belum tergarap (GAPMMI, 2008). Pasar inilah yang kini diperebutkan perusahaan-perusahaan besar nasional maupun global. Selain itu, produk makanan dan minuman memberikan kontribusi PDB tertinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya. Tabel 1 menunjukkan nilai tambah PDB menurut subsektor di Indonesia tahun 2004-2008. Tabel 1 . Nilai Tambah PDB Menurut Subsektor Tahun 2001-2008 (juta rupiah) No Komoditi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Makanan dan minuman Kimia dan barang-barang dari bahan kimia Tembakau Tekstil Kendaraan bermotor Kertas dan barang dari kertas Karet dan barang-barang dari plastik Barang galian bukan logam Logam dasar Radio, televisi, dan peralatan komunikasi Pakaian jadi 2004 2005 2006 2007 2008 e 50,548 58,900 81,906 94,643 115,928 34,042 38,380 26,381 28,782 43,395 40,051 26,233 42,981 58,242 49,435 37,529 46,367 79,776 58,941 39,336 40,919 100,128 77,952 49,093 49,035 24,013 24,128 30,715 32,579 42,722 22,247 16,637 12,902 22,323 19,215 14,043 29,836 18,915 20,104 34,433 24,040 24,779 38,718 36,352 32,095 18,015 12,156 15,506 11,806 18,364 19,358 18,331 21,165 31,223 26,743 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Berdasarkan data pada Tabel 1, komoditi makanan dan minuman memberikan kontribusi yang positif bahkan terbesar pada perekonomian nasional. Makanan dan minuman memberikan nilai tambah sebesar Rp 115,828 juta, terpaut jauh dengan nilai kontribusi tembakau dan pakaian jadi yang hanya mencapai Rp. 77,952 dan 26,743 juta pada tahun 2008. Adapun nilai penjualan dari sektor industri minuman di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Penjualan Sektor Industri Minuman di Indonesia Komoditi 2005 2006 2007 2008 Kopi (US$mn) 124.6 129.2 134.0 139.0 2009 144.2 Teh (US$mn) 57 59.1 61.2 63.4 65.7 Bir (mn litres) 166 166.5 167 167.8 168.3 2500 3004 3554 3805 4512.9 Anggur (mn litres) 10.2 Sumber : Euromonitor, 2009 10.3 10.3 10.4 10.5 Softdrink (US$mn) Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai penjualan keseluruhan dari industri minuman mengalami peningkatan tiap tahunnya, terlebih untuk industri minuman ringan (softdrink) yang mengalami peningkatan rata-rata terbesar tiap tahunnya sebesar 16,033 persen dan mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2005 ke tahun 2009 sebesar 179,70 persen. Hal ini diikuti dengan pertumbuhan minuman kopi dan teh yang mengalami peningkatan sebesar 3,71 dan 3,61 persen. Euromonitor melaporkan bahwa dari 2003 sampai 2008, penjualan global industri minuman ringan meningkat mencapai 37 persen. Pada tahun 2006 penjualan minuman fungsional di AS mencapai angka US$ 21,3 miliar dan dipasar Eropa mencapai US$ 8 miliar. Sementara di Indonesia, pada tahun 2006 The Nielsen Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan minuman ringan di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 33,8 persen. Hal ini sejalan dengan besarnya pengeluaran masyarakat untuk mengkonsumsi minuman ringan, baik berdasarkan jumlah liter minuman ringan yang dikonsumsi maupun dalam jumlah dana yang dikeluarkan konsumen untuk mengkonsumsi minuman ringan. Tabel 3 menunjukkan besarnya pengeluaran masyarakat terkait dengan indikator gaya hidup. Tabel 3. Indikator Gaya Hidup Indonesia Tahun 2009 No Variabel 1 Pengeluaran makanan (juta dollar AS) 2 Pengunaan internet (ribu) 3 Registrasi mobil penumpang baru (ribu) 4 Belanja produk elektronik (miliar rupiah) 5 Makanan anjing dan kucing 6 Minuman ringan (juta liter) 7 Minuman ringan (miliar rupiah) 8 Rokok (miliar rupiah) 9 Kosmetik dan alat kecantikan (miliar rupiah) 10 Devisa dan pariwisata (miliar dollar AS) 11 PDB berdasarkan paritas daya beli (juta dollar AS) 12 Pengeluaran konsumen (juta dollar AS) 13 Pendapatan kotor tahunan (juta dollar AS) 14 Pendapatan yang bisa dibelanjakan (juta dollar AS) 2005 78632 2006 100430 Tahun 2007 117472 16000 364 21284 222 27100 200 33277 162 39342 - 18885 19528 20064 21785 - 92 13088 19898 99 14491 21558 106 15844 23080 114 17410 24797 123 19289 26665 47091 11541 49210 12104 50686 12690 51700 13301 53251 13924 4522 4448 4386 4325 - 705162 767988 838479 909061 962252 181977 225888 271374 309617 326117 227076 285721 347355 388701 415455 188900 237006 287012 320446 341741 2008 129608 2009 * 133375 Sumber : Euromonitor International (2009) Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa terjadi peningkatan konsumsi minuman ringan yang semula sebesar 13.088 juta liter pada tahun 2005 mengalami rata-rata peningkatan tiap tahunnya sebesar 10 persen dan mencapai tingkat konsumsi sebesar 17.410 juta liter pada tahun 2008, hal ini terjadi juga pada konsumsi minuman ringan dalam jumlah dana yang dikeluarkan meningkat sebesar 7,6 persen tiap tahunnya. Berdasarkan kondisi tersebut, peluang untuk mengembangkan industri minuman ringan di Indonesia sangatlah besar. Salah satu jenis minuman ringan yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah minuman sari buah dalam kemasan. Banyaknya perusahaan yang menggarap bisnis pasar minuman sari buah saat ini disebabkan karena pertumbuhan pasar yang pesat tiap tahunnya. Setiap tahun Industri minuman sari buah dalam kemasan tumbuh antara 15 hingga 20 persen, terlebih saat ini bisnis sari buah baru lima persen dari total pasar minuman (ASRIM, 2010). Adapun dari 200 juta botol minuman yang terjual setiap tahun, 70 persen memang merupakan air minum dalam kemasan, sementara minuman teh siap saji mencapai proporsi sebesar 11 persen, sedangkan total penjualan minuman berkarbonasi, minuman kesehatan (energy drink) dan minuman sari buah baru mencapai angka sebesar 12 persen. Dewasa ini tingkat konsumsi minuman sari buah cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Adapun hingga tahun 2009 tingkat konsumsi minuman sari buah dalam kemasan telah mencapai angka 135,2 milimeter perkapita per tahun (foodreview, 2009) Hal ini diikuti pula dengan semakin banyaknya perusahaan besar yang menambahkan portofolionya pada usaha ini. Tabel 4 menujukkan perusahaan besar yang bergerak di dalam bisnis minuman sari buah. Tabel 4 . Daftar Nama Perusahaan Minuman Sari Buah Nama Perusahaan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. PT. Unilever PT. Nutrifood Indonesia PT. Sosrodjoyo PT. Cocacola Company Indonesia PT. Kalbe Farma, Tbk PT. Heinz ABC Indonesia Nama Produk Kemasan Target Usia Penghargaan Buavita dan Gogo Karton 18-30 Nutrisari Karton 18-35 Counry Choice Botol Semua umur Top Brand 2008-2010 Top Brand 2003-2010 - Minute Maid Pulpy Orange Botol Semua umur - Tipco Karton Semua umur - ABC Juice Karton Semua umur Top Brand 2002 Sumber : Marketing dan SWA, 2009 (diolah) Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa keenam perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar yang memiliki kekuatan posisi pasar dan keunggulan produk yang berbeda. Kini ditengah terbukanya era globalisasi dan kemajuan teknologi menyebabkan industri minuman sari buah tidak terlepas dari tingginya tingkat persaingan, sehingga menuntut perusahaan untuk berupaya mempertahankan dan mengembangkan inovasi dalam varian produknya. Nutrisari, sebelumnya hanya dikenal sebagai pioneer dalam minuman sari buah serbuk. Kini pada awal tahun 2010 PT. Nutrifood Indonesia mengembangkan inovasi dalam memperkenalkan produk minuman sari buah ready to drink. Nutrisari serbuk telah berada pada fase kedewasaan dalam daur siklus produk dan mampu meraih Indonesia Best Brand Award untuk kedelapan kalinya pada tahun 2010. Nutrisari serbuk berhasil memperoleh total brand index sebesar 68,5 persen terpaut jauh dengan kompetitornya Marimas dan Jasjus sebesar 23,6 persen dan 6,0 persen. Hal ini berlaku sebaliknya, karena minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan merupakan produk baru yang masih berada pada tahap siklus perkenalan (introduction). Posisinya sebagai follower dibawah Buavita dan ABC juice yang sudah lebih dahulu memasarkan minuman sari buah dalam kemasan merupakan tantangan tersendiri yang sangat menarik untuk dianalisis. Posisi tersebut terlihat jelas dari hasil survei yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group bersama majalah Marketing, dimana minuman sari buah dalam kemasan Nutrisari hanya mampu meraih bahwa total brand index sebesar 6,6 persen sedangkan Buavita berada pada posisi puncak dengan nilai total brand index sebesar 34,4 persen disusul oleh ABC Juice sebesar 11 persen (Marketing, 2010). Pasar utama Nutrisari adalah masyarakat Indonesia dengan range usia antara 18-35. Usia tersebut merupakan usia remaja dimana memiliki peranan yang penting pada pertumbuhan dan kematangan manusia. Periode ini banyak terjadi perubahan unik, serta banyak pula pemantapan pola-pola berfikir dan bertindak ke arah dewasa. Dekatnya masa remaja dengan kematangan biologi dan orang dewasa memberikan peluang untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang dirancang untuk mencegah munculnya masalah-masalah kesehatan pada masa dewasa nanti (Riyadi, 2001). 1.2 Perumusan masalah Kebutuhan akan kandungan gizi yang besar pada usia remaja menjadikan produk minuman sari buah sangat baik dikonsumsi pada usia ini. Remaja memerlukan energi dan zat gizi seperti protein, kalsium, seng, zat besi, vitamin dan serat, untuk mencegah terjadinya defisiensi suatu zat gizi. Pada remaja kandungan vitamin C pada minuman sari buah sangat diperlukan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan fisik. Kecenderungan pola konsumsi pada usia remaja yang lebih menyukai makanan dan minuman siap saji (fast food) sangat memungkinkan perusahaan minuman sari buah dalam kemasan menjadikan remaja sebagai target utama pasarnya. Hal ini diperkuat pula dari hasil survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga independen (LPEM Universitas Indonesia) dan sebuah perusahaan riset pemasaran DEKA yang menunjukkan bahwa 40 persen dari konsumen minuman sari buah dalam kemasan di Indonesia adalah konsumen remaja. Konsumen dengan kategori usia remaja pada dasarnya memiliki sifat yang dinamis dan aktif mencari informasi. Sesuai dengan target pasar yang dituju Nutrisari, usia tersebut umumnya adalah mahasiswa dimana kegiatan mereka lebih sering dilakukan baik di dalam maupun di luar kampus. Selain itu, tingkat interaksi di dunia maya dan menonton televisi pun lebih tinggi sehingga memudahkan mereka dalam mengakses beragam informasi. Kecenderungan ini juga disebabkan karena remaja mudah terpengaruh dengan lingkungan terutama pergaulan seperti teman kampus dan keluarga. Selain itu, pengaruh iklan juga memberikan dampak yang besar pada konsumen remaja dalam memilih produk yang mereka konsumsi. Beragamnya informasi yang dimiliki membuat remaja semakin selektif dalam memilih minuman sari buah dalam kemasan, sehingga mendorong PT. Nutrifood Indonesia untuk semakin kreatif dalam berinovasi dalam menciptakan produk minuman sari buah dalam kemasan siap minum. Hal itulah yang kini tengah dibuktikan PT. Nutrifood Indonesia dengan memasarkan berbagai varian rasa minuman sari buah dalam kemasan antara lain Nutrisari Jeruk, Nutrisari FV Pomegranate, Nutrisari FV Kiwi, Nutrisari FV Cucumber Lime, Nutrisari Fruit’N Veggie, Nutrisari Less Sugar dan Nutrisari Dragon Fruit. Namun bila dilihat dari proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam kemasan pada usia remaja, tentunya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, terlebih dengan produk Nutrisari ready to drink yang masih berada pada fase perkenalan (introduction). Dengan demikian, sangat menarik untuk dianalisis bagaimana sikap konsumen terhadap fase perkenalan Nutrisari dalam kemasan. Pemahaman tentang persepsi dan sikap konsumen bagi pemasar akan sangat penting dibandingkan dengan pengetahuan mereka tentang realitas suatu obyek. Kemampuan untuk memahami keseluruhan dari sikap konsumen akan membantu pemasar untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli produk. Dengan demikian berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam kemasan Nutrisari? 2. Bagaimana sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan terhadap merek Buavita dan ABC Juice? 3. Bagaimanakah tingkat kesenjangan antara harapan dan kinerja minuman sari buah Nutrisari terhadap merek Buavita dan ABC Juice? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam kemasan Nutrisari 2. Menganalisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan terhadap merek Buavita dan ABC Juice 3. Menganalisis tingkat kesenjangan antara harapan dan kinerja minuman sari buah Nutrisari terhadap merek Buavita dan ABC Juice 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah: 1. Konsumen Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi konsumen pada umumnya dan bagi konsumen remaja pada khususnya, untuk memberikan informasi akan pentingnya mengkonsumsi buah agar konsumen dapat terus berupaya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi buah tersebut misalnya dengan mengkonsumsi minuman sari buah dalam kemasan siap saji. Serta dapat bermanfaat bagi orangtua agar selalu memperhatikan kesehatan anggota keluarga terutama asupan buah, yang berarti akan memberikan contoh yang baik pada anggota keluarga lainnya. 2. Perusahaan Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi tentang bagaimana tingkat kesukaan serta kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi minuman ringan sari buah siap minum (ready to drink), selanjutnya dapat digunakan sebagai strategi pemasaran dan strategi pengembangan produk. 3. Instansi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan studi acuan kepustakaan untuk penelitian selanjutnya. 4. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam meningkatkan wawasan pengetahuan dan keilmuan tentang perilaku konsumen, khususnya perilaku konsumsi minuman sari buah. Bagi penulis, penelitian ini berguna dalam melatih kemampuan menganalisis masalah yang terjadi di lapang berdasarkan fakta serta memberikan pengalaman untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini difokuskan kepada analisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah dengan ketentuan usia yang diteliti antara usia 18-20 tahun. Hal ini berbeda dengan target perusahaan yang berada pada usia 18-35 tahun. Penelitian ini memfokuskan kepada sikap konsumen terhadap keputusan tiga produk minuman sari buah Nutrisari, Buavita dan ABC Juice rasa jeruk pada tahap pasca pembeliannya. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Industri Minuman Ringan di Indonesia Industri minuman merupakan salah satu segmen industri pangan yang cepat melakukan inovasi dan perubahan dibandingkan segmen industri lainnya. Industri minuman yang awalnya menghasilkan produk minuman penghilang dahaga kemudian berkembang dan muncul dengan berbagai inovasi dan konsep baru tentang minuman. Konsep awal minuman dimodifikasi bukan hanya sebagai penghilang dahaga namun juga menawarkan fitur fungsi lainnya seperti penambahan rasa dan warna, penambahan kandungan minuman seperti vitamin, mineral dan sejenisnya, minuman yang mengandung karbon, minuman sari buah,dan lain-lain. Perkembangan konsep tersebut berdampak pada berkembangnya minuman ringan yang memadukan fungsi dasar minuman sebagai penghilang rasa haus dengan penambahan fungsi-fungsi lain seperti yang dijelaskan pada paragraph sebelumnya. Industri minuman ringan juga menambahkan fungsi kepraktisan dalam berkonsumsi dengan cara mengemas berbagai produk minuman tersebut kedalam kemasan-kemasan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Beberapa tahun belakangan industri minuman ringan mengalami pertumbuhan cukup signifikan yang ditandai dengan merebaknya berbagai jenis dan merek minuman ringan yang beredar di pasaran. Hal tersebut menjadi salah satu indikator bahwa konsumen menyukai produk-produk minuman ringan sehingga permintaannya meningkat dan merangsang munculnya pesaing-pesaing baru dengan strategi penjualan masing-masing. Menurut Standart Nasional Indonesia (SNI) 01-2972-1992, minuman ringan siap minum adalah minuman yang mengandung pemanis alami atau buatan dengan atau tanpa penambahan CO2 dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Bahan makanan dan tambahan lainnya yang ditambahkan dalam minuman ringan terdiri dari: a. Bahan makanan alami meliputi buah-buahan dan / atau produk dari buahbuahan, daun-daunan dan/atau produk dari daun, akar-akaran, batang/kayu tumbuhan, rumput laut, susu dan / atau produk dari susu (Ditjen Bea Cukai, 2002).. b. Bahan makanan sintetik meliputi sari kelapa, vitamin, stimulan. c. Tambahan lainnya meliputi: pemberi rasa, pemberi asam, pemberi aroma, pewarna, pengawet dan garam. Berikut ini penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan minuman ringan: 1. Air berkarbonasi merupakan kandungan terbesar di dalam carbonated soft drink. Air yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi, yaitu: jernih, tidak berbau, tidak berwarna, bebas dari organisme yang hidup dalam air, alkalinitasnya <50 ppm, total padatan terlarut <500 ppm, dan kandungan logam besi dan mangan <0.1 ppm (Ditjen Bea Cukai, 2002). 2. Bahan pemanis yang digunakan dalam minuman ringan terbagi dalam dua kategori yaitu : a. Natural (nutritive), antara lain gula pasir, gula cair, gula invert cair, sirup jagung,dengan kadar fruktosa tinggi, dan dekstrosa. b. Sintetik (non nutritive), satu-satunya yang direkomendaasikan oleh FDA (Food & Drugs Administration Standard, Amerika Serikat) adalah sakarin. 3. Pemberi asam (acidulants) ditambahkan dalam minuman dengan tujuan untuk memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula, berlaku sebagai pengawet, dan dapat mempercepat inversi gula dalam sirup/minuman. Acidulant yang digunakan dalam minuman harus dari jenis asam yang dapat dimakan (edible/food grade) antara lain asam sitrat, asam phosphate, asam malat, asam tartarat, asam fumarat, asam adipat, dan lain-lain. 4. Pemberi aroma disiapkan oleh industri yang berkaitan dengan industri minuman dengan formula khusus, terkadang telah ditambah dengan asam dan pewarna, dalam bentuk: a. Ekstrak alkoholik (menyaring bahan kering dengan larutan alkoholik), misalnya: jahe, anggur, lemon-lime dan lain-lain b. Larutan alkkoholik (melarutkan bahan dalam larutan air-alkohol), misalnya: strawberry, cherry, cream soda dan lain-lain. c. Emulsi (mencampur essential oil dengan bahan pengemulsi, misalnya: vegetable gum), misalnya untuk citrus flavor, rootbeer dan kola. d. Fruit juices, misalnya: orange, grapefruit, lemon, lime dan grape. e. Caffeine, sebagai pemberi rasa pahit (bukan sebagai stimulan) f. Sintetik flavor, misalnya: ethyl acetate/amyl butyrate yang memberikan aroma grape. 5. Pewarna untuk meningkatkan daya tarik minuman: a. Natural, misalnya dari grape, strawberry, cherry dan lain-lain. b. Semi sintetik, misalnya: caramel color c. Sintetik, dari delapan jenis pewarna yang dapat dimakan (food grade), hanya lima yang diperkenankan oleh FDA untuk digunakan sebagai pewarna dalam minuman ringan. 6. Pengawet, misalnya asam sitrat untuk mencegah fermentasi dan sodium benzoate. 8. Pengemasan, minuman berkarbonat umumnya dikemas dalam botol (gelas plastik) atau kaleng, sedangkan minuman tanpa karbonat dapat juga dikemas dalam kotak kardus dengan persyaratan umum sebagai berikut: a. Mempunyai kekuatan mekanis sehingga dapat menjaga mutu, penampilan dan kandungan produk. b. Mempunyai penampilan yang menarik. c. Steril pada setiap pemakaian. d. Mudah dalam pengisian maupun penyegelan Adapun menurut Ditjen Bea Cukai, masing-masing pengemas mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain: 1. Botol gelas, dapat digunakan ulang (reuse)tanpa mengalami pengolahan atau perubahan bentuk, akan tetapi harus melalui proses pencucian dan sterilisasi dengan menggunakan detergent dan soda kaustik. 2. Botol plastik, dapat didaur ulang (recycle) dengan pengolahan fisik atau kimiawi untuk menghasilkan produk sama atau produk yang lain. 3. Kaleng, dapat melindungi produk dari cahaya, mencegah kandungan produk yang mudah teroksidasi karena cahaya maupun udara dalam kaleng, akan tetapi relatif lebih mahal karena dibuat dari bahan tahan korosi misalnya dari plat baja dengan lapisan timah atau dari aluminium. 4. Kotak kardus, kekuatan mekanisnya relatif lebih rendah, umur produk singkat 2.2 Studi Sikap Perilaku dan Kepuasan Konsumen Minuman Ringan Penelitian terdahulu tentang sikap perilaku dan kepuasan konsumen minuman ringan pada dasarnya telah banyak dilakukan. Syahida (2008) melakukan penelitian mengenai analisis sikap konsumen terhadap minuman lidah buaya (aloe vera) Kavera di Jawa Barat. Penilaian responden secara keseluruhan terhadap Kavera menyatakan positif terhadap minuman lidah buaya Kavera. Hal ini menunjukkan bahwa Kavera secara keseluruhan dapat diterima oleh konsumen dengan nilai total sikap konsumen terhadap produk 155,19. Manfaat dinilai sangat positif oleh konsumen, karena manfaat yang terdapat pada minuman lidah buaya Kavera dapat dirasakan oleh konsumen. Atribut minuman lidah buaya Kavera yang dinilai positif berturut-turut adalah rasa, higienis, kesegaran dan rasa. Sedangkan atribut yang dinilai netral oleh konsumen adalah aroma., kemasan, volume, warna dan merek. Berbeda dengan penelitian Cut (2009) mengenai analisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap minuman susu fermentasi probiotik Vitacharm didapatkan bahwa dari penilaian evaluasi atribut, menujukkan atribut kejelasan tanggal dan kadaluwarsa (4,93) merupakan hal penting bagi para konsumen dalam membentuk sikap terhadap minuman susu fermentasi probiotik. Konsumen menilai suatu merek minuman susu fermentasi probiotik yang terbaik adalah yang memiliki kejelasan tanggal kadaluarsa pada produknya, sehingga konsumen merasa aman dalam mengkonsumsi minuman susu fermentasi probiotik. Sementara atribut yang mempunyai kepentingan terendah adalah atribut kekentalan minuman dan atribut warna (3,21). Kedua atribut ini dianggap tidak penting dalam pembentukan sikap terhadap produk minuman susu fermentasi probiotik. Dalam benak konsumen ternyata faktor kekentalan minuman dan warna tidak terlalu diperhatikan dan tertutupi oleh atribut-atribut yang lain. Berdasarkan kinerja industri minuman ringan secara umum di Indonesia dalam penelitian Sunencih (2009) tentang Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia dari tahun 1980 sampai tahun 2005 menunjukkan bahwa struktur pasar yang dimiliki oleh industri minuman ringan di Indonesia adalah struktur persaingan oligopoli sedang dengan nilai rata-rata konsentrasi adalah 44,08 persen. Hal ini sejalan dengan penelitian Sarifah (2007) mengenai Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur pasar pada industri AMDK sampai saat ini cenderung mengarah pada struktur oligopoli longgar. Berdasarkan kedua penelitian tersebut didapat bahwa penetapan harga oleh suatu perusahaan dalam industri minuman ringan akan dipengaruhi oleh penetapan harga oleh pesaingnya. Mengingat industri minuman ringan berada pada struktur persaingan oligopoli sedang bahkan cenderung bersifat longgar, maka perilaku konsumen masih diperhitungkan dalam menentukan harga. Hal ini terbukti dengan adanya produksi second brand product yaitu produk yang serupa dengan produk utama namun lebih murah dari segi harganya. Adapun berdasarkan proses keputusan pembelian dan kepuasan pembelian minuman ringan antara lain Artayati (2009) meneliti mengenai analisis proses keputusan pembelian dan kepuasan konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik umum konsumen dan menganalisis proses keputusan pembelian produk yoghurt Cimory, menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut produk yoghurt cimory, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran. Penelitian ini menggunakan analisis deskritif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan penelitian tersebut didapat kesimpulan karakterisik umum konsumen Cimory yoghurt drink sebagaian responden adalah kalangan muda yang aktif dan produktif. Nilai indeks kepuasan pelanggan adalah 74.23 persen yang menunjukkan kriteria puas karena berada pada rentan skala 50-75 persen. Berbeda dengan Nugroho (2006) dalam penelitian mengenai analisis tingkat kepuasan pelanggan produk Pocari Sweat. Secara umum rata-rata tingkat kepuasan kesesuaian atribut Pocari Sweat adalah 93,50 persen. Hal ini mendekati skor 100 persen sehingga dinilai sangat baik. Tanggapan terhadap atribut yang dianggap sangat penting tersebut yaitu atribut rasa, aroma, menambah tenaga, untuk kesehatan, dapat diminum kapan saja, desain kemasan, ketersediaan/mudah didapat, rasa yang diterima dibanding harga, dan kepraktisan konsumen dibandingkan harga. Untuk tingkat kepuasan pelanggan secara keseluruhan responden merasa puas dengan kinerja PT AIO, hal ini tercermin dari besar nilai yaitu sebesar 71,99 persen. Sedangkan Savitri (2004) meneliti mengenai tingkat kepuasan konsumen minuman teh kemasan botol (studi kasus PT Coca Cola Bottling Indonesia, Cibitung) yang bertujuan mengindentifikasi atribut-atribut minuman teh, mengetahui tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan metode Quality Function Deployment. Penelitian Savitri menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan harapan konsumen sudah cukup baik dan pihak manajemen mutu perlu melakukan pemantauan dan perbaikan proses untuk meningkatkan mutu. Tabel 5. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu No 1 Nama Pengarang dan Judul Skripsi Syahida (2008) Analisis Sikap Konsumen Terhadap Minuman Lidah Buaya (Aloe Vera) Kavera Persamaan Industri Minuman Ringan Metode Analisis Data 2 Cut (2009) Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Terhadap Minuman Susu Fermentasi Probiotik Vitacharm Sunencih (2009), Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia Industri Minuman Ringan Metode Analisis Data 4 Sarifah (2007) Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Air Minum Dalam Kemasan di Indonesia. Industri Minuman Ringan 5 Savitri (2004) Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Minuman Teh Kemasan Botol (studi kasus PT Coca Cola Bottling Indonesia, Cibitung) Industri Minuman Ringan Metode Analisis Data 6 Nugroho (2006) Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Produk Pocari Sweat (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Artayati (2009) Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop Bogor Industri Minuman Ringan Metode Analisis Data 3 7 Industri Minuman Ringan Industri Minuman Ringan Perbedaan Obyek yang diteliti Jenis minuman yang diteliti Tempat Penelitian Obyek yang diteliti Jenis minuman yang diteliti Tempat Penelitian Obyek yang diteliti Jenis minuman yang diteliti Metode Analisis Data Tempat Penelitian Obyek yang diteliti Jenis minuman yang diteliti Metode Analisis Data Tempat Penelitian Metode Analisis Data Obyek yang diteliti Jenis minuman yang diteliti Tempat Penelitian Obyek yang diteliti Jenis minuman yang diteliti Tempat Penelitian Obyek yang diteliti Jenis minuman yang diteliti Metode Analisis Data Tempat Penelitian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Konsumen Konsumen merupakan pengguna barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Menurut Sumarwan (2003) konsumen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu melakukan kegiatan konsumsi tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga digunakan orang lain seperti anggota keluarga dan teman. Konsumen individu merupakan konsumen akhir dalam penggunaan barang dan jasa. Sementara konsumen organisasi yang meliputi organisasi bisnis yayasan dan lembaga lainnya merupakan konsumen yang menggunakan produk untuk menjalankan kegiatan organsasinya. Konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses keputusan pembelian. Karakteristik konsumen terdiri dari pengetahuan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen (Sumarwan, 2003). Karakteristik demografi dapat dilihat dari faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, lokasi geografi dan kelas sosial. 3.1.2 Perilaku Konsumen Menurut Engel et al (1994) perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor yang membentuk proses keputusan pembelian yaitu faktor lingkungan, faktor individu dan proses psikologis. (Engel et al, 1994). Perilaku konsumen secara sederhana mempelajari tentang apa yang dibeli konsumen, mengapa konsumen membelinya, kapan mereka membelinya, dimana mereka membelinya, berapa serimg mereka membelinya, dan berapa sering mereka mengkonsumsinya (Sumarwan, 2003). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menunjukkan karakteristik konsumen, dan proses keputusan pembelian terhadap suatu produk. Maka prilaku konsumen sangat erat kaitannya untuk dipelajari terutama dalam pemasaran, pendidikan dan perlindungan konsumen serta kebijakan umum 3.1.3 Sikap Sikap merupakan kecenderungan dalam diri subjek untuk menerima atau menolak suatu obyek. Engel et al. (1994) mendefinisikan sikap sebagai evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan secara konsisten dengan obyek atau alternatif yang diberikan. Sikap kerap terbentuk sebagai hasil dari kontak langsung dengan obyek sikap. Sikap yang dipegang konsumen terhadap atribut produk memainkan peranan penting dalam menentukan sikap terhadap produk. Sikap menurut Shiffman dan Kanuk (1994) adalah ekspresi perasaan yang menggambarkan preferensi seseorang atau ketidaksukaan seseorang pada suatu obyek. Obyek sikap didefinisikan sebagai produk, kategori produk, merek, jasa kepemilikan, kegunaan produk, harga, media atau pengecer. Komponen sikap adalah kepercayaan (cognitive), perasaan (affective) dan intense perilaku (conative). Kepercayaan meliputi apa yang dipercayai dan diketahui oleh seseorang sehingga membentuk persepsi terhadap obyek dan dapat diterangkan dengan pertanyaan “apa yang saya percaya?. Perasaan meliputi perasaan seseorang mengenai perilaku objek, lebih berdasarkan emosi seseorang dan dapat dijelaskan dengan pertanyaan “apa yang saya rasa?. Intensi perilaku meliputi aksi atau perilaku seseorang menuju perilaku objek dan dapat diterangkan dengan pertanyaan “Bagaimana saya menanggapinya?”. Beberapa sikap penting dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap dan sifat dinamis, sehingga dapat berubah bersama waktu. Sikap dapat berbeda dalam beberapa dimensi, antara lain valensi yang menunjuk apakah sikap itu positif, negatif dan netral. Selain itu dapat pula berbeda pada ekstrimisitas yaitu menyukai atau tidak menyukai yang menunjukkan derajat kesukaan. Kemudian resistensi sikap yang terhapus secara lambat akibat perubahan waktu. Sikap memiliki banyak karakteristik atau sifat. Menurut Engel et al. (1994) sikap memiliki sifat yang dinamis, sehingga sikap dapat berubah-ubah dan dipengaruhi. 3.1.4 Persepsi Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), persepsi dapat digambarkan sebagai cara seseorang melihat dunia disekitarnya. Dua individu mungkin menerima stimulus yang sama dalam kondisi yang sama pula, namun cara dalam menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus tersebut dapat berbeda, bergantung pada kebutuhan, nilai, dan harapan konsumen tersebut. Persepsi didefinisikan sebagai cara individu menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus menjadi gambaran yang berarti. Menurut Mowen dan Minor (2002), persepsi terdiri atas tiga tahap, yaitu pemaparan, perhatian, dan pemahaman. Pada tahap pemaparan, konsumen menerima stimulus yang berasal dari produsen, sehingga konsumen merasakan sensasi, yaitu respon langsung dan cepat dari panca indera terhadap stimulus yang datang, seperti iklan, kemasan atau merek (Sumarwan 2004). Mowen dan Minor (2002) mengemukakan bahwa persepsi akan memiliki hubungan timbal balik terhadap pemrosesan informasi. Tingkat keterlibatan, memori, dan persepsi akan mempengaruhi pemrosesan informasi. Sebaliknya, persepsi pun timbul sebagai hasil dari pemrosesan informasi yaitu melalui interpretasi dan pemaknaan rangsangan. Tahapan persepsi merupakan suatu rangkaian proses yang dapat dilihat pada Gambar 1. Pada tahap pemaparan stimulus, konsumen menerima informasi melalui panca inderanya. Pada tahap perhatian, konsumen akan mengalokasikan kapasitas pemrosesan menjadi rangsangan. Akhirnya, konsumen akan menyusun dan menterjemahkan informasi untuk memberikan arti terhadap informasi tersebut yang disebut sebagai tahap pemahaman yang melibatkan panca indera. Pemaparan Perhatian Pemahaman Persepsi (exposure) (exposure) (exposure) (exposure Gambar 1 Proses terbentuknya persepsi Sumber : Engel et.al 1994 ) 3.1.5 Faktor-Faktor Pembentuk Keputusan Konsumen Pada perilaku komsumen, keputusan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor karena keputusan pembelian tidak terbentuk begitu saja. Hal tersebut didasarkan pada adanya variasi dalam proses keputusan yang diambil oleh konsumen. Menurut Engel et al (1994) faktor-faktor yang menjadi determinan dalam proses keputusan pembelian adalah: 1. Pengaruh Lingkungan Engel et al (1994) mengungkapkan bahwa lingkungan konsumen yang kompleks memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku konsumen. Pengaruh lingkungan yang terdiri dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Faktor-faktor lingkungan tersebut terdiri dari: a. Budaya Menurut Kotler (2005), faktor budaya merupakan faktor yang dimiliki pengaruh yang paling luas dan paling dalam. Budaya mampu memberikan pengaruh sebagai penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Engel et al (1994) menyatakan bahwa budaya memberikan tiga pengaruh utama dalam proses keputusan pembelian yaitu struktur konsumsi, pengambilan keputusan individu dan variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi produk. Budaya dalam perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna pada individu untuk membantu berkomunikasi, melakukan penafsiran, dan evaluasi sebagai anggota masyarakat (Engel et al, 1994). b. Kelas Sosial Masyarakat memiliki stratifikasi yang dikenal sebagai kelas sosial. Menurut Engel et al (1994) kelas sosial didasarkan pada nilai, minat dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan pengahasilan tapi indikator lainnya seperti indikator demografi yaitu pekerjaan, pendidikan dan wilayah tempat tinggal. Kelas sosial akan mencerminkan perilaku yang berbeda terhadap pembelian produk. Hal tersebut merupakan suatu hal yang menarik bagi pemasar karena kelas sosial dapat memilih dan membeli produk yang sesuai dengan gaya hidup. Pemasar perlu cermat dalam memasarkan produk untuk segmen konsumen dengan variabel kelas sosial. Hal tersebut didasarkan kelas sosial menunjukkan preferensi atas produk dan merek yang berbeda-beda di sejumlah bidang seperti pakaian, perabot rumah tangga, kegiatan waktu luang dan mobil (Kotler, 2005). c. Pengaruh Pribadi Kepercayaan, sikap dan prilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain digunakan sebagai kelompok acuan terutama dalam pencarian informasi. Pengaruh dari kelompok acuan terjadi dengan tiga cara yaitu utilitarian, niali ekspresif dan informasional (Engel et al, 1994). Selain kelompok acuan, komunikasi lisan dari pemimpin opini menjadi dampak pribadi yang menonjol (Engel et al, 1994). Variabel yang penting dalam pengaruh pribadi adalah keterlibatan. Peningkatan keterlibatan terjadi jika pilihan yang dibuat dapat menpengaruhi kelas sosial konsumen. Selain itu keterlibatan yang tinggi juga akan memunculkan informasi dari orang yang dipercaya. Pengaruh pribadi menjadi sebab dan hasil dari keterlibatan yang tinggi. d. Keluarga Keluarga menjadi unit keputusan utama denagan pola peranan dan fungsi yang kompleks dan bervariasi. Pada perilaku konsumen, keluarga menjadi faktor penting karena adanya konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga dalam membeli produk dan adanya pengaruh dari anggota keluarga yang lain ketika ada pembelian individu (Engel et al, 1994) e. Situasi Perilaku konsumen terjadi dalam suatu situasi. Pengaruh situasi tidak hanya melibatkan orang tapi juga melibatkan obyek. Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor khusus pada waktu dan tempat spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik obyek (Engel et al, 1994) 2. Perbedaan Individu Faktor internal yang mempengaruhi konsumen dalam perilaku konsumen adalah adanya perbedaan individu. Engel et al (1994) menyatakan lima komponen yang mendasari individu berbeda dalam proses pengambilan keputusan. Komponen tersebut antara lain: a. Sumberdaya konsumen Sumberdaya yang digunakan konsumen dalam proses pembelian adalah sumberdaya ekonomi, temporal dan kognitif. Sumberdaya konsumen memiliki pengaruh penting terutama sumberdaya ekonomi yang dapat menggambarkan daya beli konsumen terhadap produk. Persepsi konsumen terhadap sumberdaya yang tersedia dapat berpengaruh terhadap kesediaan untuk menggunakan waktu dan uang untuk pembelian produk (Engel et al,1994) b. Motivasi dan Keterlibatn Motivasi dan keterlibatan saling berkaitan, Engel et al (1994) menyatakan bahwa keterlibatan merupakan faktor pengaruh yang potensial dan mampu mempengaruhi motivasi dalam proses keputusan pembelian. Kebutuhan menjadi variabel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan yang didasari antara keadaan ideal dan keadaan sebenarnya yang memadai untuk mengaktifkan perilaku. Jika kebutuhan diaktifkan maka akan menimbulkan dorongan yang disalurkan untuk tindakan pembelian. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi dalam tindakan pembelian dan konsumsi. Jika keterlibatan tinggi maka ada motivasi untuk memperoleh dan mengolah informasi. c. Pengetahuan Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Pengetahuan merupakan faktor penentu utama dalam perilaku konsumen. Hal tersebut dapat dilihat dari produk yang dibeli konsumen, tempat pembelian dan waktu pembelian bergantung pada pengetahuan yang relevan tentang keputusan pembelian (Engel et al, 1994). Pengetahuan konsumen terbagi dalam tiga jenis yaitu pengetahuan produk mencakup kesadaran merek dalam kategori produk, terminologi produk, atribut produk dan kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan merek spesifik, pengetahuan pembelian mencakup berbagai informasi yang dimiliki konsumen tentang pemerolehan produk dan pengetahuan pemakaian yang mencakup informasi dalam ingatan tentang penggunaan suatu produk dan hal yang diperoleh dalam penggunaan produk. d. Sikap Sikap didefinisikan oleh Engel et al (1994) sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternatif yang diberikan. Sikap konsumen tergantung dari pengalaman dengan suatu produk jika pengalaman baru dirasakan oleh konsumen terutama untuk membantu pengambilan keputusan yaitu mengindentifikasi pangsa pasar meramalkan perilaku masa datang dan mengevaluasi pemasaran yang potensial. e. Kepribadian, gaya hidup dan demografi Kepribadian, gaya hidup dan demografi merupakan faktor-faktor yang saling berkaitan untuk menunjukkan adanya perbedaan individu dalam konsumsi produk dan preferensi merek. Kepribadian dan gaya hidup merupakan faktor yang lebih mudah dilihat dibandingkan motivasi dan pengetahuan. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang dapat berbeda dengan hasil tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya (Kotler, 2005). Kepribadian biasanya digambarkan dengan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan kemampuan beradaptasi. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang (Engel et all,1994). Gaya hidup merupakan cerminan dari niali konsumen. Gaya hidup merupakan konsep kontemporer dan komprehensif dan dapat berubah lebih cepat. 3. Proses Psikologis Proses psikologis terdiri dari tiga proses sentral yang membentuk motivasi dan perilaku konsumen yaitu pemerosesan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap dan perilaku (Engel et al 1995) a. Pemrosesan Informasi Komunikasi menjadi faktor penting dalam pemasran karena berkaitan dengan proses pengolahan informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada proses suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan akan diambil kembali (Engel et al 1995). Pemrosesan informasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu, pemaparan, perhatian, pemahaman, penerimaan dan retensi (McGuire 1976 diacu dalam Engel et al 1995) b. Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku. Perspektif yang digunakan dalam perilaku konsumen terdiri dari perspektif pembelajaran kognitif dan pembelajaran bahaviourisme. c. Perubahan Sikap dan Perilaku Perubahan sikap dan perilaku konsumen menjadi sasaran utama pemasaran. Sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh komunikasi persuasif. Selain komunikasi persuasif sikap dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh modifikasi perilaku seperti dorongan dan komitmen. 3.1.6 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Proses yang dilakukan konsumen dalam keputusan pembelian, meliputi beberapa tahapan. Menurut Engel et.al (1994), proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahapan yaitu : a. Pengenalan kebutuhan: konsumen akan mempersiapkan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkn dan mengaktifkan proses keputusan. b. Pencarian Informasi: konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). c. Evaluasi Alternatif: konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan hingga alternatif yang dipilih. d. Pembelian: konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima. e. Hasil/Pasca pembelian: konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan. Engel et.al (1994) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : yang dilakukan oleh konsumen a. Faktor perbedaan individu terdiri dari sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian , gaya hidup dan demografi b. Faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial , pengaruh pribadi , keluarga dan situasi c. Proses psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap/perilaku Model prilaku pengambilan keputusan pembelian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 Pengaruh Lingkungan Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga Situasi Pengaruh Individu Sumberdaya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan Pengetahuan Sikap Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi Proses Keputusan Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil Proses Psikologis Pemgolahan Informasi Pembelajaran Perubahan sikap/ Prilaku Strategi Pemasaran Strategi Produk Startegi Harga Strategi Promosi Strategi Distibusi Gambar 2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya Sumber : Engel et.al 1994 3.1.7 Daur Siklus Produk Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, maka suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar. PLC ini merupakan konsep yang penting dalam pemasaran karena memberikan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika bersaing suatu produk. Apabila PLC dianggap sebagai nilai strategik bagi suatu perusahaan, maka manajernya harus dapat menentukan dimana posisi PLC produknya. Identifikasi tahapan PLC ini dapat ditentukan dengan kombinasi tiga faktor yang menunjukkan ciri status produk dan membandingkan hasilnya dengan pola yang umum. Tahap PLC suatu produk dapat ditentukan dengan mengidentifikasikan statusnya dalam market volume, rate of change of market volume. Dalam keempat tahap dari analisa PLC ini memiliki beberapa strategi (Kotler 1997) yaitu : 1. Tahap perkenalan (introduction). Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang dijual umumnya barang baru (betul-betul baru) karena masih berada pada tahap permulaan, umumnya biaya yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agresif dan menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah. 2. Tahap pertumbuhan (growth) Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Pada tahap ini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya. 3. Tahap kedewasaan (maturity) Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam, sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan. 4. Tahap kemunduran (decline) Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami keusangan dan harus diganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh menurun. Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas. Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain memperbarui barang (dalam arti fungsinya), meninjau kembali dan memperbaiki program pemasaran serta program produksinya agar lebih efisien, menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik, menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang sudah ada, atau meninggalkan sama sekali barang tersebut. 3.1.8 Atribut Produk Atribut adalah karakteristik atau sifat suatu produk, umumnya mengacu pada karakteristik yang berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama pengambilan keputusan oleh seorang konsumen. Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen, keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oelh suatu produk. Suatu produk pada dasarnya merupakan kumpulan dari atributatribut, dan setiap produk baik barang atau jasa dapat diekspresikan dengan menyebutkan atribut-atributnya. Para pemasar perlu memahami pengetahuan konsumen akan atribut, karena pengetahuan mengenai atribut akan mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian. Menurut Kotler (2002), atribut produk terdiri dari tiga hal yaitu mutu produk, ciri produk, dan desain produk. Mutu produk menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya. Ciri produk dapat dipergunakan sebagai alat untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaingnya. Desain produk merupakan kekhasan penampilan produk yang dapat menarik perhatian. Menurut Engel et al., (1994), keunikan ini terlihat dari atribut yang dimilki oleh suatu produk. Atribut-atribut produk terdiri dari tiga tipe, 1. Ciri-ciri atau rupa (fetatures), dapat berupa ukuran, tampilan, harga, servis atau jasa, komposisi, nilai estetika, warna dan lain-lain 2. Manfaat (benefit) dapat berupa kegunaan atau kesenangan yang berhubungan dengan panca indera, dapat juga manfaat yang tak berwujud seperi kesehatan dan penghematan waktu 3. Fungsi (function) atribut ini jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan sebagai ciri dan manfaat Atribut menurut Solomon (1991) adalah karakteristik atau sifat dari suatu obyek dan umumnya mengacu pada karakteristik yang berfungsi sebagai kriteria evaluatif dalam pengambilan keputusan. Atribut produk dapat menjadi tersendiri bagi konsumen terhadap suatu produk. Setelah melakukan penilaian melalui evaluasi konsumen akan memberikan kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Kepercayaan konsumen inilah yang merupakan kekuatan harapan dan keyakinan konsumen terhadap atribut yang dimilki oleh suatu produk. Selanjutnya kekuatan kepercayaan ini akan tercermin pada pengetahuan konsumen dan manfaat yang sudah diberikan oleh suatu produk. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Perkembangan industri minuman sari buah dalam kemasan di pasaran, semakin membuka peluang bagi para produsen untuk dapat memasarkan produk minuman sari buah dalam kemasan dengan lebih baik lagi. Selain didukung oleh pertumbuhan pasar sari buah yang meningkat tiap tahunnya, tentunya akan menciptakan tingkat persaingan yang kompetitif. Adanya perubahan pola konsumsi pada konsumen Indonesia dan usia remaja pada khususnya, yang lebih menyukai makanan dan minuman cepat saji sangat memungkinkan hal tersebut untuk dijadikan target pasar. Konsumen dengan karakteristik kategori usia remaja pada dasarnya memiliki sifat yang dinamis dan aktif mencari informasi. Kecenderungan ini juga disebabkan karena remaja mudah terpengaruh dengan lingkungan terutama pergaulan seperti teman sekolah atau kampus dan keluarga. Selain itu pengaruh iklan juga memberikan dampak yang besar pada konsumen remaja dalam memilih produk yang mereka konsumsi. Meski Nutrisari sebelumnya sebagai pioneer dalam minuman sari buah serbuk namun kini ditengah ketatnya persaingan, Nutrisari hadir dengan memasarkan produk barunya minuman sari buah dalam kemasan pada tahun 2010. Namun dengan begitu bukan hal yang mudah bagi Nutrisari untuk dapat bersaing dengan Buvita dan ABC Juice sebagai pesaing utama sekaligus leader pada ceruk pasar tersebut. Sehingga sangat menarik untuk dianalisis mengenai bagaimana sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan RTD dibandingkan dengan pesaingnya. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Adapun proses keputusan pembelian tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis secara deskriptif, data mengenai proses keputusan pembelian disajikan dengan tabulasi sederhana. Sedangkan untuk mengukur sikap konsumen terkait produk minuman sari buah dalam kemasan Nutrisari yakni dianalisis dengan menggunakan model multiatribut Fishbein dan analisis kesenjangan (gap) digunakan untuk membandingkan tingkat kinerja dengan tingkat harapan pada masing-masing atribut berdasarkan penilaian responden. Peluang Kendala a. Peluang industri minuman sari buah masih terbuka lebar baru lima persen dari total pasar minuman ringan b. Perubahan Pola Konsumsi Remaja yang lebih menyukai makanan dan minuman siap saji a. Peningkatan jumlah Industri minuman sari buah b. Adanya persaingan yang ketat dalam minuman sari buah kemasan Ready To Drink (RTD) yaitu Buavita dan ABC Juice sebagai leader di pasaran Nutrisari Karakteristik Proses Keputusan Pembelian Konsumen Terhadap Minuman Sari Buah a. b. c. d. Pengenalan Kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi Alternatif Pembelian e. Hasil Pasca Pembelian Importance Performance Analysis Analisis Deskriptif Sikap Konsumen Terhadap Atribut Produk Minuman Sari Buah a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. Harga Rasa Kekentalan Produk Warna Kandungan Bulir Serat Buah Desain Kemasan Variasi Rasa Merek Expired Date Izin Depkes Label MUI Ketersediaan Produk Iklan Ukuran Saji Efek Samping Promosi Analisis Multiatribut Fishbein Analisis GAP Rekomendasi Untuk Perusahaan Keterangan: Ruang Lingkup Penelitian Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Proses Keputusan Pembelian Terhadap minuman Sari Buah Buavita dan Nutrisari V ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN 5.1 Karakteristik Umum Responden Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink Perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Shiffman dan Kanuk, 1994). Konsumen sangat erat kaitannya terhadap kelangsungan suatu bisnis terutama bisnis yang bergerak pada industri makanan dan minuman. Tinggi rendahnya tingkat pencapaian perusahaan dihasilkan dari keputusan konsumen dalam membeli produk mereka. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi menjadikan produsen semakin inovatif dalam menciptakan dan memasarkan produknya. Hal tersebut juga mendorong konsumen untuk semakin kritis dalam memilih produk dan jasa yang mereka butuhkan terutama dalam memilih asupan makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Konsumen memiliki keragaman dan karakteristik yang menarik untuk dipelajari. Berbagai latar belakang responden tersebut meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan dan keadaan ekonomi sosialnya. Informasi karakteristik umum responden didapatkan dari beberapa variabel yang diambil dari hasil pengisian sejumlah pertanyaan pada kuesioner. 5.1.1 Profil Responden Berdasarkan Area Domisili Proporsi terbesar responden minuman sari buah Nutrisari ready to drink berdasarkan area domisili adalah responden yang berasal dari Bogor sebanyak 51 orang atau sebesar 85 persen (Tabel 8). Sedangkan area terbesar selanjutnya adalah Jakarta dan Depok sebesar 6,67 dan lima persen. Ketiga area tersebut dimungkinkan menjadi area dengan jumlah domisili terbesar pada responden dikarenakan faktor kedekatan dengan area kampus Program Keahlian Diploma IPB yang berada di Bogor sehingga menjadi pertimbangan mereka dalam pemilihan tempat kuliah. Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Domisili No 1 2 3 4 5 Presentase (%) Sebaran Area Bandung Bogor Depok Jakarta Tanggerang Jumlah 1 51 3 4 1 60 1.67 85 5 6.67 1.67 100 5.1.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari 34 orang perempuan atau sebesar 56,67 persen dan 26 orang laki-laki sebesar 43,33 persen. Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sebaran No Jenis Kelamin 1 Laki-laki 2 Perempuan Jumlah Presentase (%) 26 34 60 43.33 56.67 100 Hal tersebut tidak terlepas dari jumlah keseluruhan mahasiswa perempuan yang memang lebih banyak pada program keahlian manejemen agribisnis sebanyak 123 orang sedangkan sisanya sebanyak 69 orang adalah laki-laki, sehingga kemungkinan perempuan lebih banyak dipilih sebagai responden. 5.1.3 Profil Responden Berdasarkan Usia Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya mahasiswa yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat dua, dengan rentang usia pada umumnya adalah 18-20 tahun. Usia tersebut adalah target utama dalam konsumsi minuman sari buah dimana dengan tingkat aktivitas yang tinggi mereka tetap membutuhkan asupan gizi yang seimbang terutama dari konsumsi buah dan sayur yang dirasakan kurang. Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Usia No 1 2 3 4 Usia Jumlah Presentase (%) Sebaran 18 19 20 22 2 39 18 1 60 3.33 65.00 30.00 1.67 100 Sebanyak 39 orang mayoritas responden adalah mahasiswa dengan usia 19 tahun, dan sebesar 30 persen berada pada usia 20 tahun, sedangkan sisanya berada pada usia 18 dan 22 tahun dengan presentase masing-masing sebesar 3,33 dan 1,67 persen. 5.1.4 Sebaran Responden Berdasarkan Uang Saku Uang saku menjadi faktor yang sangat penting karena terkait dengan kesanggupan responden mahasiswa dalam membeli produk atau jasa. Jumlah pendapatan atau uang saku sangat menggambarkan daya beli mereka terhadap produk. Jumlah uang saku yang terbatas menjadikan mahasiswa kian selektif dalam mengalokasikan uang yang dimiliki untuk membeli minuman sari buah dalam kemasan. Sehingga menjadi hal yang sangat penting bagi produsen minuman sari buah khususnya untuk mengetahui daya beli terhadap minuman sari buah yang mereka pasarkan. Berikut ini Tabel 11 mengenai sebaran responden berdasarkan uang saku yang dimiliki per bulannya. Uang saku tersebut merupakan jumlah uang yang digunakan khusus hanya untuk jajan. Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Uang Saku No 1 2 3 4 Uang Saku (Rp) < 100.000 100.000 - 500.000 500.001 - 1.000.000 > 1.000.001 Jumlah Sebaran 2 36 18 4 60 Presentase (%) 3.33 60.00 30.00 6.67 100 Berdasarkan Tabel 11 sebanyak 36 orang atau 60 persen responden memiliki uang saku berada pada kisaran Rp 100.000–Rp 500.000, sedangkan jumlah tertinggi kedua berada pada kisaran yakni sebesar 30 persen. Bila dilihat dari sebaran uang saku tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki daya beli yang cukup besar terhadap pembelian minuman sari buah. Hal tersebut dapat diasumsikan dari nilai uang yang mereka keluarkan dalam membeli minuman sari buah, berdasarkan frekuensi rata-rata tertinggi dalam membeli minuman sari buah per minggu adalah sebanyak tiga kali maka jumlah uang yang mereka keluarkan dalam sebulan, sehingga berdasarkan perhitungan berikut 12 buah RTD dikali dengan harga minuman sari buah rata-rata sebesar Rp.4500, maka jumlah uang yang harus mereka keluarkan adalah sebesar Rp 54.000. Hal tersebut menunjukkan pengeluaran mereka hanya sebesar 10 persen dari total uang saku yang sebagian besar dimiliki oleh responden (Rp. 500.000) 5.1.5 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebaran respoden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dikatakan menyebar secara merata. Proporsi terbesar menunjukkan bahwa responden dengan jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang sebesar 35 persen dan presentase kedua sebesar 30 persen berada pada jumlah anggota keluarga yang memiliki jumlah sebanyak lima orang. Sedangkan sisanya berada pada proporsi sebesar 11,67 persen untuk jumlah anggota keluarga sebanyak 6 orang, 10 persen untuk jumlah tiga orang anggota dan sebanyak 8,33 dan 3,33 persen untuk responden yang memiliki jumlah angota sebanyak tujuh dan 12 orang dalam satu keluarga. Besaran jumlah anggota keluarga tentunya berpengaruh terhadap jumlah pembelian minuman sari buah yang dapat dimungkinkan oleh anggota keluarga lainnya, sehingga hal tersebut dapat menjadi peluang bagi produsen dalam peningkatan jumlah penjualan produk minuman sari buah dalam kemasan. Berikut ini sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga No 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Anggota Presentase (%) Sebaran 2 3 4 5 6 7 12 Jumlah 1 6 21 18 7 5 2 60 1.67 10.00 35.00 30.00 11.67 8.33 3.33 100 5.2 Analisis Proses Keputusan Pembelian Analisis proses keputusan pembelian merupakan salah satu hal yang penting untuk dipelajari guna mengetahui perilaku konsumen sebelum memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Proses pengambilan keputusan pembelian minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan tentunya tidak terlepas dari karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda oleh konsumennya. Berbagai macam keputusan mengenai aktivitas kehidupan dilakukan oleh konsumen dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini uraian yang menentukan keputusan pembelian melalui beberapa tahapan antara lain pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian. 5.2.1 Pengenalan Kebutuhan Proses pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menyadari adanya suatu perbedaan, yakni suatu keadaan dimana terdapat ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sesungguhnya terjadi. Pengenalan kebutuhan merupakan tahapan pertama dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Tahapan pengenalan kebutuhan dapat dimulai dari mengenali keinginan atau alasan responden melakukan pembelian terhadap minuman sari buah dalam kemasan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dipengaruhi baik oleh rangsangan internal maupun rangsangan eksternal. Seperti halnya kebutuhan, motivasi setiap orang untuk mengkonsumsi minuman sari buah tentunya akan berbeda-beda. Berikut ini motivasi responden dalam membeli dan mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari ready to drink. Tabel 13. No 1 2 3 4 5 6 Motivasi Responden Terhadap Konsumsi Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink Motivasi Sekedar Coba-Coba Harganya Terjangkau Kandungan Nutrisi Praktis/Mudah dikonsumsi Mudah Diperoleh Pelepas Dahaga Jumlah Jumlah Responden 11 3 7 29 3 7 60 Presentase (%) 18 5 12 48 5 12 100 Berdasarkan pada Tabel 13, motivasi atau alasan utama responden mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari ready to drink adalah alasan kepraktisan atau kemudahan dalam mengkonsumsi yakni sebesar 48 persen. Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mendorong produsen minuman sari buah berinovasi dalam mengemas produknya dalam kemasan yang praktis namun tetap dapat melindungi isi produk dengan baik sehingga dapat memperpanjang umur produk tanpa perlu ditambahkan bahan pengawet tertentu. Minuman sari buah Nutrisari ready to drink merupakan hal yang relatif baru di Indonesia sehingga alasan sekedar coba-coba sebesar 18 persen berada pada urutan kedua, rasa ingin tahu konsumen yang begitu besar turut mendorong konsumen untuk mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari yang baru dipasarkan pada awal tahun 2010, terlebih dengan varian rasa Nutrisari yang kian inovatif. Hal tersebut diikuti pula dengan kandungan nutrisi dan vitamin C yang menarik konsumen sebesar 12 persen untuk mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari, selain harganya terjangkau kemudahan dalam memperoleh memberikan proporsi masing-masing sebesar lima persen. Manfaat yang besar dalam minuman sari buah memberikan pengaruh yang besar bagi konsumen untuk mengkonsumsinya, selain sebagai penghilang dahaga dan mendapat rasa segar (masing-masing sebesar 38 persen), responden mempercayai sebesar 11 persen manfaat minuman sari buah sebagai pelengkap nutrisi tubuh. Pola gaya hidup sehat turut mempengaruhi sebagian besar responden dalam membeli minuman sari buah sebanyak 66 persen responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa minuman sari buah Nutrisari menjadi salah satu pilihan minuman yang dapat menunjang nutrisi tubuh dan gaya hidup sehat oleh sebagian besar responden. 5.2.2 Pencarian Informasi Pada proses keputusan pembelian, pencarian informasai dilakukan setelah pengenalan dalam pemenuhan kebutuhan. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan membeli atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Pencarian informasi yang dilakukan oleh konsumen dapat diperoleh dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal). Pada proses pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to drink sebanyak 90 persen responden tidak melakukan pencarian informasi sebelum melakukan pembelian terhadap minuman sari buah Nutrisari dan hanya 10 persennya yang melakukan pencarian informasi secara khusus sebelum melakukan pembelian. Hal ini menunjukkan pada keputusan ini, konsumen telah memiliki kriteria dasar untuk mengevaluasi kategori produk minuman sari buah dalam kemasan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar responden telah memiliki gambaran yang jelas terhadap klasifikasi mengenai karakteristik dan beberapa preferensi merek minuman sari buah. Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Pencarian Informasi Pembelian Minuman Sari Buah Nutrisari No 1 2 Sumber Informasi Jumlah Responden Presentase (%) 54 6 60 90 10 100 Melakukan pencarian informasi Tidak melakukan pencarian informasi Jumlah Sumber informasi yang menjadi komponen penting dalam tahap pencarian informasi pembelian minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan adalah sumber informasi yang berasal dari media elektronik televisi. Proporsi sumber informasi yang berasal dari TV adalah 50 orang atau sebesar 83 persen. Hal tersebut terkait dengan usia remaja yang relatif sering menonton TV, sehingga memudahkan mereka dalam mengakses beragam informasi. Intesitas iklan yang relatif sering ditayangkan pada televisi mampu memberikan ingatan yang baik pada usia tersebut. Sehingga pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan memudahkan sebagaian besar responden melakukan pencarian informasi yang dibutuhkan. Sumber informasi lainnya yang menjadi prioritas kedua adalah sebaran informasi yang berasal dari tenaga penjual atau SPG sebanyak 13 persen, hal ini dimungkinkan karena area kampus yang dekat dengan mall/tempat-tempat penjualan menjadi tujuan utama dalam kegiatan promosi Nutrisari seperti free drink, gimmick atau free sample dalam memasarkan produknya. Selain itu pengalaman keluarga atau teman turut mendorong responden sebesar tiga persen dalam membeli minuman sari buah Nutrisari. Berikut ini Tabel 15 mengenai sebaran Sumber informasi Minuman Sari Buah Nutrisari ready to drink. Tabel 15. Sumber Informasi Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink No Sumber Informasi 1 Keluarga/Teman 2 Penjual/SPG 3 TV Jumlah Jumlah Responden 2 8 50 60 Presentase (%) 3 13 83 100 Diantara sumber informasi yang tersedia sebesar 28 persen responden memberikan penilaian terbesar pada kandungan nutrisi sebagai sumber perhatian utamanya, sedangkan prioritas kedua sumber perhatian responden adalah kandungan nutrisi sebesar 17 persen yang terdapat pada minuman sari buah Nutrisari ready to drink dan masing-masing sebanyak 12 persen responden terfokus pada manfaat dan merek dari minuman sari buah itu sendiri. Berikut ini Tabel 16 mengenai informasi yang menjadi sumber perhatian responden. Tabel 16. Sumber Informasi yang Paling Dipertimbangkan No 1 2 3 4 5 6 Jenis Informasi Presentase (%) Jumlah Responden Harga Kandungan Nutrisi Kemasan Produk Manfaat Merek Rasa Jumlah 17 10 1 7 7 18 60 28 17 2 12 12 30 100 5.2.3 Evaluasi Alternatif Tahap ketiga dari proses keputusan pembelian adalah evaluasi alternatif (prepurchase alternative evaluation). Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan memilahnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada tahap ini responden menetapkan kriteria-kriteria yang relevan sesuai dengan keinginannya untuk dapat membuat keputusan yang paling bermanfaat dan untuk memecahkan masalahnya tersebut. Penilaian tersebut tentunya akan berbeda-beda diantara responden. Untuk bagaimana pertimbangan responden dalam pemilihan alternatif tersebut dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Atribut yang Paling Dipertimbangkan dalam Proses Keputusan Pembelian Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink Atribut Harga Kandungan Bahan Alami Komposisi Manfaat Merek Rasa Tanggal Kadaluarsa Izin Depkes Label Halal MUI Variasi Rasa Jumlah Presentase (%) Jumlah Responden 17 1 1 5 1 21 3 3 2 6 60 28 2 2 8 2 35 5 5 3 10 100 Pada proses pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to drink prioritas responden dalam mengkonsumsi minuman sari buah adalah atribut rasa sebesar 35 persen atau sebanyak 21 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasa merupakan faktor penting dalam pemilihan minuman sari buah. Prioritas kedua adalah atribut harga dan variasi rasa dengan proporsi masing-masing sebesar 28 dan 10 persen. Responden sangat mempertimbangkan atribut harga karena terbatasnya uang saku menjadikan responden kritis dalam mengelola pembelajaannya, begitu pun dengan variasi rasa seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagian besar responden memilih minuman sari buah karena kecenderungan respoden yang suka mencoba-coba sesuatu yang baru. 5.2.4 Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan salah satu tahapan tujuan akhir dari tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi dan evaluasi alternatif sebelum melakukan proses pembelian. Pada tahap keputusan pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dimana membeli dan bagaimana cara membelinya. Pada proses keputusan pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to drink sebanyak 43 persen responden membeli minuman sari buah Nutrisari pada gerai-gerai atau oulet, dan sebanyak 40 persen pada tempat lainnya seperti warung, minimarket atau pedagang kecil. Berikut ini Tabel 18 mengenai sebaran pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to drink Tabel 18. Sebaran Tempat Pembelian Nutrisari Ready to Drink No 1 2 3 4 Tempat Gerai/Outlet Tempat Makan Agen/Distributor Warung/Minimarket Jumlah Presentase (%) Jumlah Responden 26 6 4 24 60 43 10 7 40 100 Berdasarkan kemasan produk minuman sari buah ready to drink sebanyak 63 persen responden menginginkan bentuk kemasan yang unik, hal tersebut dimaksudkan agar produsen mampu mengemas produknya dalam kemasan yang berbeda dengan yang dipasaran pada umumnya. Berdasarkan hasil kuesioner bagaimana cara mereka dalam melakukan keputusan pembelian menunjukkan sebesar 82 persen responden membeli minuman sari buah dalam kemasan tergantung situasi, beragam waktu dan kondisi memyebabkan mereka membeli dalam waktu yang tidak tentu, sisanya sebesar 11 dan enam persen responden melakukan pembelian secara terencana ataupun mendadak. Intensitas mereka pun dalam membeli minuman sari buah dalam kemasan menyebar secara beragam. Sebanyak 28 orang atau 46 responden membeli minuman sari buah sebanyak tiga kali dalam seminggu dan sebanyak 15 orang membeli sebanyak dua kali dalam seminggu, sedangkan 12 orang responden menyatakan membeli sebanyak satu kali dalam seminggu. Pada penelitian yang telah dilakukan sebanyak 37 orang responden atau sebesar 61 persen menginginkan varian rasa yang berbeda pada minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan. Hal ini dimaksudkan agar mereka terus memiliki beragam pilihan dalam memilih minuman sari buah yang mereka sukai. 5.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian Didalam tahapan proses keputusan pembelian, konsumen tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi produk atau jasa selesai dilakukan. Namun konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Setelah mengkonsumsi, konsumen diharapkan dapat menilai dan mengevaluasi rasa puas atau tidak puas terhadap konsumsi produk atau jasa yang telah dilakukan. Hal tersebut sangat mempengaruhi niat beli kembali oleh konsumen dan sebaliknya konsumen akan menolak membeli kembali jika mereka merasa tidak puas tehadap produk atau jasa tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 50 orang responden atau sebesar 83 persen responden menyatakan rasa puas terhadap minuman sari buah dalam kemasan dan sisanya sebanyak 10 orang sisanya merasa tidak puas. Berikut Tabel 19 menerangkan variasi kendala dalam mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan. Tabel 19. Sebaran Kendala Terhadap Konsumsi Minuman Sari Buah Nutrisari No 1 2 3 4 Kendala Harganya mahal Sulit Didapat Kurang Informasi Tidak ada Kendala Jumlah Presentase (%) Jumlah Responden 33 3 13 11 60 55 5 22 18 100 Berdasarkan Tabel 19 penyebab terbesar yang menjadi kendala dalam mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan adalah 55 responden menyatakan harganya yang relatif mahal dan sebesar 21 persen responden mendapati kendala kurangnya informasi tentang keberadaaan produk sehingga sebanyak lima persen sisanya merasa minuman sari buah sulit didapat atau diperoleh. Sedangkan sebanyak 18 persen menyatakan tidak terdapat kendala dalam mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari. Bila terjadi kenaikan harga pada minuman sari buah Nutrisari menyebabkan 34 orang atau 56 persen responden menyatakan akan mencari minuman sari buah yang lebih murah sehingga akan berdampak cukup signifikan terhadap penurunan penjualan, karena hanya sebesar 26 persen responden tetap memutuskan untuk membeli minuman sari buah Nutrisari. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga dapat menyebabkan sensitivitas yang cukup tinggi terhadap nilai penjualan yang berdampak pendapatan perusahaan. VI. ANALISIS SIKAP KONSUMEN 6.1 Penilaian Evaluasi Atribut (ei) Atribut produk yang diteliti dalam penelitian ini didasarkan pada hasil survei pendahuluan mengenai atribut apa saja yang dianggap penting oleh calon responden. Adapun atribut-atribut yang dinilai tersebut adalah rasa, warna, kekentalan minuman, ukuran saji/volume, kandungan bulir/serat buah, kejelasan tanggal kadaluwarsa, izin depkes, label halal MUI, desain kemasan, efek samping, variasi rasa, harga, merek, iklan, ketersediaan produk dan promosi. Berdasarkan hal tersebut konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda terutama pada cara pandang mereka terhadap tingkat kepentingan suatu atribut dalam pada produk minuman sari buah dalam kemasan. Konsumen menetapkan kriteria tertentu dalam menilai suatu produk minuman sari buah dalam kemasan. Semakin tinggi skor evaluasi yang diperoleh semakin penting suatu atribut dinilai oleh responden. Berikut ini adalah perhitungan mengenai tingkat kepentingan yang dapat menggambarkan sikap 60 responden yang dapat dilihat pada Tabel 20 Tabel 20. Skor Evaluasi (ei) Kepentingan Terhadap Minuman Sari Buah (Ready to Drink) dalam Kemasan Evaluasi Produk (ei) No Atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Rasa Keseluruhan Warna Kekentalan Minuman Ukuran saji/volume Kandungan Bulir/Serat Buah Kejelasan Tanggal Kadaluwarsa Izin Depkes Label Halal MUI Desain Kemasan Efek Samping Variasi Rasa Harga Merek Iklan Ketersediaan Produk Promosi -2 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 Total 0 0 4 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 1 +1 3 10 13 5 6 2 2 3 6 3 3 5 8 10 7 6 23 35 32 28 12 6 4 11 37 25 27 25 30 34 30 30 +2 34 11 11 26 42 52 54 46 17 32 30 30 19 15 21 22 Rata-rata 1.52 0.88 0.83 1.32 1.60 1.83 1.87 1.72 1.18 1.48 1.45 1.42 1.07 1.05 1.17 1.18 21.57 Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 20 menunjukkan responden mengevaluasi secara positif dari kesemua atribut yang diberikan. Atribut informasi izin Depkes, kejelasan tanggal kadaluarsa, label halal MUI, kandungan bulir/serat buah dan rasa merupakan atribut yang sangat penting dalam minuman sari buah dalam kemasan ready to drink. Responden jelas menginginkan produk minuman sari buah yang sangat memperhatikan dan mementingkan atribut tersebut. Skor evaluasi tertinggi dalam penelitian ini adalah atribut izin dari Departemen Kesehatan dengan skor evaluasi 1,87 pada selang maksimum +2 dan selang minimum -2 yang berarti atribut ini sangat penting bagi responden. Adapun responden menganggap perizinan Departemen Kesehatan sebagai atribut terpenting karena terkait dengan pertimbangan terhadap legalitas dan informasi keamanan dalam mengkonsumsi. Diharapkan dengan upaya mengkonsumsi minuman sari buah tersebut dapat pula dijadikan upaya menjaga kesehatan sebagai pemenuhan terhadap nilai gizi dan vitamin yang terdapat pada buah, terutama kandungan antioksidan dan vitamin C nya yang besar. Atribut tanggal kadaluarsa dan label halal MUI juga dianggap sangat penting atau sangat diinginkan oleh responden. Skor evaluasi kejelasan tanggal kadaluarsa adalah sebesar 1.83 dan label halal MUI sebesar 1.72 pada selang maksimum +2 dan minimum -2. Konsumen menilai suatu merek minuman sari buah yang terbaik adalah yang memiliki kejelasan tanggal kadaluarsa dan label MUI pada produknya. Hal ini disebabkan karena produk minuman sari buah ready to drink umumnya tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga kesegaran dan kandungan bahan alaminya tetap terjaga. Selain itu dengan adanya kejelasan label halal MUI dapat dijadikan petunjuk bagi umat muslim umumnya untuk mengetahui produk yang sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang berlaku. Kandungan serat atau bulir buah dan rasa menjadi salah satu atribut yang diinginkan oleh konsumen. Skor evaluasi kandungan serat/bulir buah dan rasa adalah sebesar 1.60 dan 1.52 pada selang maksimum +2 dan selang minimum -2 yang berarti dengan adanya kandungan serat atau bulir buah yang banyak memberikan kepercayaan yang besar terhadap keaslian minuman sari buah tersebut. Begitu pun rasa secara keseluruhan mampu mencirikan keaslian sari buah menjadi bagian yang amat penting dalam pertimbangan konsumen dalam mengkonsumsi minuman sari buah ready to drink. Sementara itu atribut yang terendah adalah atribut warna dan kekentalan minuman dengan skor evaluasi sebesar 0.88 dan 0.83 pada selang maksimum +2 dan selang minimum -2 yang berarti kedua atribut ini dianggap tidak begitu penting dalam pembentukan sikap terhadap produk minuman sari buah dalam kemasan ready to drink. Persepsi konsumen ternyata faktor dan kekentalan minuman dan warna tidak terlalu diperhatikan karena atribut tersebut tertutupi oleh bentuk dan bahan kemasan yang tidak transparan. Dengan demikian, atribut kekentalan minuman dan warna tidak menjadi hal yang utama yang memotivasi responden dalam mengkonsumsi minuman sari buah dalam kemasan. 6.2 Penilaian Kinerja Atribut Merek Nutrisari merupakan salah satu pioneer dalam olahan minuman sari buah serbuk yang kini turut mengembangkan minuman sari buah ready to drink dan berupaya meraih ceruk pasar yang lebih besar di Indonesia . Berbeda dengan Buavita dan ABC Juice yang telah lebih dahulu memasuki pasar minuman sari buah, Nutrisari merupakan follower dalam industri ini sehingga penilaian kinerjanya menjadi hal yang menarik dianalisis. Buavita dan ABC Juice selain dijadikan sebagai pembanding karena selain memiliki varian rasa yang sama, bentuk kemasan dan harganya relatif tidak jauh berbeda. Penilaian responden terhadap kinerja ketiga merek tersebut dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Skor Kepercayaan (bi) Terhadap Minuman Sari Buah Ready to Drink No Atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Rasa Keseluruhan Warna Kekentalan Minuman Ukuran saji/volume Kandungan Bulir/Serat Buah Kejelasan Tanggal Kadaluwarsa Izin Depkes Label Halal MUI Desain Kemasan Efek Samping Variasi Rasa Harga Merek Iklan Ketersediaan Produk Promosi Total Nutrisari Buavita ABC Juice SKOR KINERJA 1.083 1.033 -0.033 0.183 0.167 0.983 0.933 0.883 0.883 0.617 0.600 0.167 1.117 1.033 0.967 0.850 11.467 SKOR KINERJA 1.067 1.067 0.317 0.267 0.333 0.983 0.917 0.833 0.883 0.650 0.700 -0.050 1.000 0.817 0.867 0.700 11.350 SKOR KINERJA 0.700 0.683 0.033 0.317 -0.217 0.917 0.867 0.800 0.617 0.550 0.517 0.000 0.867 0.667 0.767 0.650 8.733 Berdasarkan perhitungan Tabel 21 menunjukkan bahwa skor kinerja Nutrisari lebih besar dibandingkan dengan merek Buavita dan ABC Juice dengan skor masing-masing sebesar 11,467, 11,350 dan 8,733. Namun dari ketiga produk minuman sari buah dalam kemasan ready to drink tersebut memiliki keunggulan yang berbeda tiap atributnya. Berikut ini penjelasan mengenai hasil analisis tingkat kinerja terhadap ketiga merek minuman sari buah dalam kemasan tersebut. 1. Nutrisari Penilaian responden terhadap minuman sari buah Nutrisari ready to drink adalah sebagai berikut, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, atribut yang kinerjanya paling baik dibandingkan Buavita dan ABC Juice menurut responden adalah atribut merek dengan nilai kepercayaan sebesar 1.117 dimana Nutrisari memiliki brand image yang begitu kuat ditengah ingatan masyarakat. Hal ini terbukti dengan diraihnya Best Brand Award untuk kedelapan kalinya oleh Nutrisari pada tahun 2010. Atribut terbaik selanjutnya adalah atribut rasa dan warna dengan nilai kepercayaan sebesar 1.083 dan 1.033 yang dinilai positif oleh responden. Keunggulan nilai rasa Nutrisari disebabkan oleh banyaknya responden yang selama ini sudah terbiasa dengan minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan serbuk dan penilaian terhadap rasa buah yang khas meliputi rasa manis dan asam buah sehingga menganggap minuman sari buah Nutrisari terasa seperti mengkonsumsi buah asli. Sedangkan warna cairan yang dimiliki minuman sari buah asli dinilai telah mencirikan warna daging buah asli. Sementara itu atribut kekentalan minuman dinilai responden memiliki nilai kepercayaan terendah sebesar -0.033. Responden menilai negatif atribut tersebut karena konsumen menganggap minuman sari buah Nutrisari sangatlah cair dibandingkan dengan merek lainnya. 2. Buavita Buavita merupakan leader dalam minuman sari buah dalam kemasan. Posisinya sebagai pemimpin pasar memungkinkan Buavita memiliki atribut terbaik dibandingkan Nutrisari dan ABC Juice adalah atribut warna dan efek samping dengan nilai kepercayaan sebesar 1.067 dan 0.650. Responden menilai secara positif Buavita memiliki warna alami buah dengan tingkat keamanan pangan yang baik, dan konsumen mempercayai Buavita terhindar dari zat-zat berbahaya, dan tidak mengandung bahan pewarna maupun pengawet yang buatan. Atribut terbesar lainnya adalah variasi rasa dengan nilai kepercayaan sebesar 0.700 dan lebih besar dibandingkan dengan Nutrisari dan ABC Juice sebesar 0.600 dan 0.517. Hal tersebut dikarenakan responden menganggap Buavita memiliki variasi rasa minuman sari buah dalam kemasan yang paling banyak. Dengan tagline “Be fruitarian with Buavita”, Buavita ingin menunjukkan produknya tidak hanya mengkampanyekan konsumsi buah namun kaya akan rasa buah. Namun dibalik keunggulan tersebut, Buavita justru memiliki atribut terendah dibandingkan Nutrisari dan ABC Juice pada atribut harga. Responden menganggap produk Buavita sangat mahal dibandingkan produk pembandingnya. 3. ABC Juice ABC Juice memiliki penilaian kinerja secara keseluruhan terendah dibandingkan Nutrisari dan Buavita. Meski ABC Juice merupakan pelopor dalam minuman sari buah dalam kemasan. Namun ABC Juice tidak mampu memberikan kinerja terbaik dibandingkan produk pembandingnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, atribut kinerja ABC Juice yang paling baik adalah kejelasan tanggal kadaluarsa dengan nilai skor sebesar 0,917. Responden menilai positif atribut tersebut karena informasi tanggal kadaluarsa yang tertera dalam kemasan berukuruan cukup besar dan dapat dengan mudah dibaca. Hal ini diikuti pula dengan informasi mengenai izin departemen kesehatan dan kejelasan label halal MUI dengan nilai skor sebesar 0.867 dan 0.800. Keduanya mampu memberikan kepercayaan konsumen terhadap rasa aman saat mengkonsumsi. Sementara atribut yang memiliki nilai terendah adalah kandungan serat/bulir buah dengan skor kepercayaan sebesar -0.217. Atribut tersebut dinilai negatif oleh konsumen karena memiliki kandungan serat/bulir buah yang sangat sedikit dibandingkan produk pembandingnya. 6.3 Analisis Multiatribut Fishbein Setelah memaparkan hasil analisis skor kepercayaan terhadap ketiga produk minuman sari buah dalam kemasan ready to drink, selanjutnya perlu diketahui skor sikap responden. Sikap responden dianalisis untuk melihat bagaimana pandangan responden terhadap minuman sari buah merek Nutrisari, Buavita dan ABC Juice. Untuk memperoleh skor sikap (Ao) konsumen terhadap ketiga produk tersebut maka langkah berikutnya dilakukan adalah mengalikan antara skor evaluasi atribut (ei) dengan skor kepercayaan (bi) dari masing-masing minuman sari buah. Hasil perhitungan skor sikap (Ao) disajikan pada Tabel 22 dibawah ini. Tabel 22. Skor Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Kemasan Nutrisari, Buavita dan ABC Juice No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Atribut Rasa Keseluruhan Warna Kekentalan Minuman Ukuran saji/volume Kandungan Bulir/Serat Buah Kejelasan Tanggal Kadaluwarsa Izin Depkes Label Halal MUI Desain Kemasan Efek Samping Variasi Rasa Harga Merek Iklan Ketersediaan Produk Promosi Skor Evaluasi Kepentingan (ei) 1.52 0.88 0.83 1.32 1.60 bi ei .bi bi 1.08 1.03 -0.03 0.18 0.17 1.64 0.91 -0.03 0.24 0.27 1.07 1.07 0.32 0.27 0.33 1.62 0.94 0.26 0.35 0.53 0.70 0.68 0.03 0.32 -0.22 1.06 0.60 0.03 0.42 -0.35 1.83 0.98 1.80 0.98 1.80 0.92 1.68 1.87 1.72 1.18 1.48 1.45 1.42 1.07 1.05 1.17 1.18 0.93 0.88 0.88 0.62 0.60 0.17 1.12 1.03 0.97 0.85 1.74 1.52 1.05 0.91 0.87 0.24 1.19 1.09 1.13 1.01 0.92 0.83 0.88 0.65 0.70 -0.05 1.00 0.82 0.87 0.70 1.71 1.43 1.05 0.96 1.02 -0.07 1.07 0.86 1.01 0.83 0.87 0.80 0.62 0.55 0.52 0.00 0.87 0.67 0.77 0.65 1.62 1.37 0.73 0.82 0.75 0.00 0.92 0.70 0.89 0.77 Nutrisari Total 15.57 Skor Sikap Buavita ei .bi 15.37 ABC Juice bi ei .bi 12.02 Berdasarkan hasil perhitungan skor diatas menunjukkan bahwa Nutrisari memiliki skor sikap paling tinggi sebesar 15.57 dibandingkan dengan Buavita dan ABC Juice sebesar 15.37 dan 12.02. Hal ini menandakan Nutrisari lebih disukai responden dibandingkan produk pembandingnya. Diantara atribut yang memiliki kepercayaan tertinggi (>1), maka lima tingkat kepercayaan tertinggi Nutrisari yaitu berada pada atribut kejelasan tanggal kadaluarsa, izin depkes, rasa keseluruhan, label halal MUI dan merek, dengan nilai skor masing-masing sebesar 1.80, 1.74, 1.64, 1.52 dan 1.19. Hal tersebut berlaku pula pada minuman sari buah Buavita yang memiliki lima tingkat kepercayaan tertinggi (>1) pada atribut yang sama seperti Nutrisari, dengan nilai skor kepercayaan sebesar 1.80, 1.71, 1.62, 1.43, dan 1.07. Hal sebaliknya terjadi pada, ABC Juice seperti halnya tingkat kinerja ABC Juice memiliki penilaian skor sikap secara keseluruhan terendah dibandingkan Nutrisari dan Buavita. Hanya terdapat empat artibut dengn skor sikap (>1) yaitu atribut kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, label halal MUI dan rasa dengan skor masing-masing sebesar 1.68, 1,62, 1.37 dan 1.06. Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan sikap responden yang positif terhadap 15 atribut selain kekentalan minuman yang dimiliki oleh Nutrisari. Atribut kekentalan minuman pada Nutrisari dinilai negatif dikarenakan responden menilai minuman sari buah Nutrisari memiliki kekentalan minuman yang sangat cair. Responden mengganggap hal tersebut tidak terlalu mencirikan tingkat kekentalan minuman sari buah yang asli. Sebanyak 36 persen (-1) dan sebanyak 3 persen (-2) responden menunjukkan sikap negatif terhadap atribut kekentalan minuman sehingga hasil skor sikap yang dihasilkan bernilai negatif. Berbeda dengan Buavita, responden hanya memberikan penilaian yang negatif pada atribut harga. Konsumen menilai minuman sari buah Buavita memiliki harga yang mahal. Sebanyak 26 persen (-1) dan 3 persen (-2) menyebutkan bahwa harga jual pada minuman tersebut tergolong mahal. Sedangkan pada minuman sari buah ABC Juice responden menilai negatif pada atribut kandungan serat/bulir buah. Responden menilai kandungan serat/bulir buah yang terdapat pada minuman sari buah ABC Juice memiliki jumlah yang relatif sedikit, konsumen mengganggap minuman sari buah ABC Juice tidak mencirikan sari buah asli sehingga konsumen memberikan penilaian skor negatif sebesar 0.35. Dengan diketahuinya skor sikap konsumen (Ao) maka skor selanjutnya yang perlu dicari adalah skor maksimum sikap (Ao) maks. Skor ini berguna dalam menentukan skala penilaian sikap sehingga dapat diketahui tingkat kesukaan mereka masuk dalam kategori yang mana. Skor maksimum sikap ini diperoleh dengan cara mengkalikan skor evaluasi (ei) dengan skor kepercayaan (bi) yang ideal atau maks +2. Berikut ini hasil perhitungan skor sikap maksimum tersebut dapat dilihat pada Tabel 23 Tabel 23. Skor Maksimum Sikap (Ao maks) Terhadap Minuman Sari Buah No Atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Rasa Keseluruhan Warna Kekentalan Minuman Ukuran saji/volume Kandungan Bulir/Serat Buah Kejelasan Tanggal Kadaluwarsa Izin Depkes Label Halal MUI Desain Kemasan Efek Samping Variasi Rasa Harga Merek Iklan Ketersediaan Produk Promosi Total Skor Evaluasi Kepentingan (ei) 1.52 0.88 0.83 1.32 1.60 1.83 1.87 1.72 1.18 1.48 1.45 1.42 1.07 1.05 1.17 1.18 bi Max +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 Ao Max 3.03 1.77 1.67 2.63 3.20 3.67 3.73 3.43 2.37 2.97 2.90 2.83 2.13 2.10 2.33 2.37 43.13 Dari data yang diperoleh pada Tabel 23 maka dapat diketahui skor maksimum sikap diatas adalah sebesar 43.13. Dengan demikian skala penilaian telah dapat ditentukan yaitu berada pada selang maksimum 43.13 sampai minimum -43.13. Skala penilaian tersebut dalam penelitian ini akan dibagi lagi ke dalam lima kategori. Kategori tersebut dimulai dari penilaian sangat baik hingga sangat buruk. Sebelum dibagi menjadi lima kategori, rentang skor setiap skalanya harus ditentukan terlebih dahulu dengan cara membagi skor maksimum sikap (43.13) dengan skor kepercayaan ideal atau maks (+2) yang menghasilkan rentang skor 21.57. Pengukuran kategori terhadap kedua jenis produk untuk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini. Tabel 24 . Rentang Skor dan Kategori Penilaian Rentang Skor (-43,13) - (-21,57) (-21,58) - (<0) 0 >0 - 21,57 21,58 - 43,13 Kategori Sangat Buruk Buruk Biasa Baik Sangat Baik Berdasarkan skala penilaian tersebut maka dapat diketahui kategori tingkat kesukaan responden terhadap 3 jenis minuman sari buah, yaitu dengan menyesuaikan skor sikap (Ao) setiap jenis minuman sari buah dengan rentang skor penilaian yang ada pada Tabel 24. Adapun Nutrisari memiliki skor sikap (Ao) sebesar 15.57. Hal ini berarti Nutrisari disukai responden dengan baik. Sama halnya dengan Buavita dan ABC Juice memiliki skor sikap (Ao) sebesar 15.37 dan 12.02 yang berarti bahwa produk ini disukai responden dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan dari ketiga merek minuman sari buah tersebut, responden menilai ketiganya memiliki penilaian yang baik. Hal tersebut menandakan ketiganya mencirikan minuman sari buah yang diinginkan oleh konsumen. 6.4 Analisis Kesenjangan (GAP) Analisis gap merupakan salah satu langkah penting dalam tahapan perencanaan maupun tahap evaluasi kinerja. Analisis gap dapat digunakan untuk menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu kinerja yang diharapkan, mengetahui peningkatan kinerja yang diperlukan dan menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait evaluasi kinerja yang perlu dilakukan. Nilai kesenjangan ini akan memberikan informasi mengenai seberapa besar atribut minuman sari buah dalam kemasan ready to drink telah memenuhi harapan responden. Gap akan bernilai positif bila nilai aktual lebih besar dari nilai yang diharapkan dan sebaliknya bernilai negatif apabila nilai yang diharapkan lebih besar daripada nilai aktual. Apabila nilai yang diharapkan semakin besar dan nilai kinerja semakin kecil, maka akan diperoleh nilai gap yang semakin melebar. Berikut ini hasil analisis gap yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 18. Berdasarkan data tersebut didapat bahwa pada minuman sari buah Nutrisari ready to drink memiliki 11 atribut yang masih berada dibawah harapan konsumen antara lain atribut warna, ukuran saji/volume, kandungan serat/bulir buah, label halal MUI, desain kemasan, efek samping, variasi rasa, harga, ketersediaan produk, dan promosi. Sementara itu atribut kekentalan rasa keseluruhan, kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, merek, dan iklan memiliki nilai positif masing-masing sebesar 0.10, 0.10, 0.03, 0.12, dan 0.25. Meskipun Nutrisari memiliki merek yang sangat dikenal baik oleh responden namun dikarenakan Nutrisari ready to drink merupakan produk baru yang masih berada pada tahap perkenalan pada daur siklus produknya. Penayangan iklan yang sering dilakukan pada berbagai media maupun jejaring sosial kerap dilakukan Nutrisari untuk terus memperkenalkan produk barunya, sehingga atribut iklan tersebut memiliki penilaian diatas harapan konsumen. Tabel 25. Analisis Kesenjangan Berdasarkan Merek Minuman Sari Buah Inisial A B C D E F G H I J K L M N O P Atribut Rasa Keseluruhan Warna Kekentalan Minuman Ukuran saji/volume Kandungan Bulir/Serat Buah Kejelasan Tanggal Kadaluwarsa Izin Depkes Label Halal MUI Desain Kemasan Efek Samping Variasi Rasa Harga Merek Iklan Ketersediaan Produk Promosi GAP Nutrisari 0.10 -0.27 -0.80 -0.20 -0.98 0.10 0.03 -0.22 -0.33 -0.73 -0.12 -1.00 0.12 0.25 -0.12 -0.27 GAP Buavita 0.03 0.27 0.13 -0.05 -0.23 0.02 0.00 -0.42 -0.12 -0.42 -0.07 -1.12 0.20 -0.30 -0.13 -0.42 GAP ABC Juice -0.77 -0.48 -0.35 -0.53 -1.32 -0.23 -0.28 0.12 -0.52 -0.80 -0.78 -0.70 -0.22 -0.90 -0.57 -0.58 Sejalan dengan produk pembandingnya, Buavita memiliki 10 atribut yang berada di bawah harapan konsumen, atribut yang memiliki kesenjangan positif secara berturut-turut yaitu atribut rasa keseluruhan, warna, kekentalan minuman, kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, dan merek sebesar 0.03, 0.27, 0.13, 0.02, 0.00 dan 0.20. Merek yang begitu kuat mampu memposisikan Buavita sebagai minuman yang memiliki brand image yang kuat ditengah konsumen terlebih dengan posisinya sebagai leader di pasaran. Meskipun ABC Juice merupakan produk yang lebih dahulu dipasarkan sebelum Nutrisari namun ABC Juice ternyata memiliki nilai kesenjangan yang negatif terhadap keseluruhan atribut kecuali atribut label halal MUI. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja minuman sari buah ABC Juice masih berada di bawah harapan konsumen. Berdasarkan Tabel 25 dapat dibuat grafik analisis kesenjangan untuk memperjelas gap antara tingkat harapan dan tingkat kinerja atribut-atribut minuman sari buah dalam kemasan terhadap skor rata-ratanya. Skor Rata-rata Analisis GAP 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 A B C D E F G H I J K L M N O P Harapan 1.28 0.87 0.83 1.32 1.65 1.35 1.23 1.22 1.12 1.48 1.32 1.42 1.13 1.05 1.17 1.18 Nutrisari 1.38 0.60 0.03 1.12 0.67 1.45 1.27 1.00 0.78 0.75 1.20 0.42 1.25 1.30 1.05 0.92 Buavita 1.32 1.13 0.97 1.27 1.42 1.37 1.23 0.80 1.00 1.07 1.25 0.30 1.33 0.75 1.03 0.77 ABC Juice 0.52 0.38 0.48 0.78 0.33 1.12 0.95 1.33 0.60 0.68 0.53 0.72 0.92 0.15 0.60 0.60 Gambar 4. Grafik Analisis Kesenjangan VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Karakteristik umum responden dalam penelitian ini tersusun atas selang usia 18-20 tahun. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 60 persen responden memiliki jumlah uang saku berada pada kisaran Rp.100.000 - Rp.500.000 dan tertinggi kedua berada pada selang Rp.500.001 - Rp.1.000.000. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki daya beli yang cukup terhadap pembelian minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan siap minum. Sesuai dengan tujuan produk Nutrisari ready to drink motivasi terbesar dalam mengkonsumsi minuman sari buah dalam kemasan siap minum adalah alasan kepraktisan dan kemudahan dalam mengkonsumsi. Pada tahap evaluasi alternatif, responden menyatakan bahwa rasa merupakan faktor penting dalam pemilihan minuman sari buah. Responden menyatakan harga yang relatif mahal menjadi kendala terbesar dalam mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari. Dengan demikian perusahaan perlu mengantisipasi hal tersebut karena responden menyatakan akan mencari minuman sari buah yang lebih murah bila terjadi kenaikan harga. Analisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari ready to drink dengan dua produk pembandingnya Buavita dan ABC Juice menunjukkan responden mengevaluasi secara positif dari semua atribut yang diberikan. Meskipun Nutrisari merupakan follower ternyata Nutrisari memiliki penilaian kepercayaan terhadap tingkat kinerja tertinggi, disusul Buavita dan ABC Juice. Skor sikap fishbein terhadap minuman sari buah Nutrisari ready to drink pun menunjukkan hasil yang sama, Nutrisari memiliki skor sikap paling tinggi dibandingkan dengan Buavita dan ABC Juice. Hal ini menandakan Nutrisari lebih disukai responden secara keseluruhan dibandingkan produk pembandingnya. Berdasarkan evaluasi kinerja yang dilakukan pada Nutrisari ready to drink atribut harga memiliki nilai kesenjangan yang paling besar. Responden menilai Nutrisari masih memiliki harga yang relatif mahal. 7.2 Saran 1. Perusahaan sebaiknya memperbaiki atribut harga karena konsumen menilai atribut yang paling negatif diantara atribut lainnya, konsumen menilai minuman sari buah Nutrisari masih memiliki harga yang mahal oleh sebagian besar respondennya. 2. Perusahaan hendaknya menambahkan kandungan serat buah/bulir buah yang lebih banyak pada minuman sari buah Nutrisari ready to drink, karena kandungan serat atau bulir buah menjadi salah satu atribut yang paling diinginkan oleh konsumen. Selain itu berdasarkan tingkat kinerjanya, konsumen menganggap atribut ini berada pada tingkat kedua terendah setelah atribut harga. Perbaikan ini dilakukan agar produk Nutrisari ready to drink lebih disukai oleh konsumen. 3. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan nantinya dapat dilakukan analisis mengenai tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut kandungan minuman sari buah dan menganalisis mengenai implikasi studi perilaku konsumen terhadap strategi pemasaran pada produk minuman sari buah, khususnya Nutrisari ataupun varian produk barunya kombinasi minuman sari buah dan sayur DAFTAR PUSTAKA Artayati. 2009. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Azwar. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar: Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik . 2010. Nilai Tambah PDB Indonesia Menurut Subsektor . Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. 2009. “Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)” [BPS]. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=1 &notab=2 [27 April 2009] Direktorat Janderal Bea Cukai. 2002. “Kajian Terhadap Minuman Ringan Sebagai Calon Barang Kena Cukai dalam Rangka Ekstensifikasi Objek Barang Kena Cukai” [Ditjen Bea Cukai]. http://www.beacukai.go.id/library/data/Softdrink.htm [18 Juni 2009] Engel J. F., Blackwell R. D., Miniard P. W. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Kotler dan Armstrong, Terjemahan Alexander Sindoro (2000), Dasar-dasar Pemasaran, bagian 1 dan 2. Jakarta; Prenhalindo. Nugroho, A.J. 2006. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Pocari Sweat (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor). Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sarifah. 2007. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Savitri, E. 2004. Analisis Quality Function Development (QDF) untuk Mengetahui Tingkat Kepuasan Konsumen Minuman Teh Kemasan Botol (Studi Kasus : PT Cocacola Botling Indonesia, Cibitung). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia dengan MMA IPB. Sunencih . 2009. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajamen. Institut Pertanian Bogor. Schiffman LG, Kanuk LL. 2004. Consumer Behavior. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Swa. 2007. Peringkat Merek-merek Paling Memuaskan Berdasarkan ICSA Index 2007. No. 19/XXII/3-12 September 2007. Swa, 2008. Indonesia Best Brand 2008. No.18/XX/IV/21 Agustus - 3 September 2008. Swa. 2009. Indonesia Best Brand 2009. No.16/XXV/27 Juli – 5 Agustus 2009. Swa. 2009. Master Of CS 2009. No.19/XXV/3-13 September 2009. Wirakusumah E. 1998. Buah dan Sayur untuk Terapi. Jakarta: Penebar Swadaya. LAMPIRAN Lampiran 1. Uji Validitas Atribut Yang Diuji N A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 196 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 196 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 196 4 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 12 144 5 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 169 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15 225 7 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12 144 8 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 9 81 9 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 11 121 10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 225 11 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12 144 12 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 11 121 13 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 10 100 14 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 196 15 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 225 16 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 144 17 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 8 64 18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256 19 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 11 121 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 225 Ci 16 18 16 15 15 16 15 15 17 16 15 17 16 16 15 15 253 3293 Ci² 256 324 256 225 225 256 225 225 289 256 225 289 256 256 225 225 4013 Ri Ri² Ci Ci² k k-1 Q tab Q hit 253 3293 253 4013 16 15 24,996 3,95 Hasil : Qhit hit < Q tab maka Terima Ho, artinya terdapat bukti untuk menyatakan bahwa ke 16 atribut memiliki kemungkinan jawaban YA yang sama untuk setiap atribut. Dengan kata lain ke-16 atribut yang dianalisis dapat dianggap sah sebagai atribut minuman sari buah dalam kemasan ready to drink. Ri Ri² Lampiran 2. Uji Reliabilitas N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 A1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 A2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 A3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 A4 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 A5 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 A6 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 A7 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 A8 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 b b² s 16 256 4 18 324 2 16 256 4 15 225 5 15 225 5 16 256 4 15 225 5 15 225 5 ∑Xt 253 ∑Xt² 3293 s 67 b 253 b² 4013 N 20 k 16 Sumber Varians Atribut Yang Diuji A9 A10 A11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 289 3 16 256 4 15 225 5 A12 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 A13 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 A14 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 A15 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 A16 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 Xt 14 14 14 12 13 15 12 9 11 15 12 11 10 14 15 12 8 16 11 15 17 289 3 16 256 4 16 256 4 15 225 5 15 225 5 253 4013 67 JKr 5.78 JKt 53 Jka 0.62 JKs 46.6 Derajat Bebas Responden Atribut Sisa Total Jumlah Kuadrat 19 15 285 319 5.784 0.622 46.566 52.972 Varians 0.304 0.041 0.163 r 11 = 1 – 0,163 = 0, 463 0,304 Nilai r tabel untuk N = 20 dengan interval kepercayaan 95 persen = 0,444 r11 > r tab maka dapat diandalkan. Artinya : instrumen yang akan digunakan dapat diandalkan, sehingga penelitian dapat dilanjutkan. Xt² 196 196 196 144 169 225 144 81 121 225 144 121 100 196 225 144 64 256 121 225 3293 Lampiran 3. Skor Sikap No Atribut 1 Rasa Keseluruhan 2 Warna Skor Evaluasi Kepentingan (ei) 1.517 0.883 Nutrisari Skor Sikap Buavita ABC Juice bi ei .bi bi ei .bi bi ei .bi 1.643 0.913 0.028 0.241 1.067 1.067 1.618 0.942 0.700 0.683 1.062 0.604 0.317 0.264 0.033 0.028 0.267 0.351 0.317 0.217 0.417 0.347 3 Kekentalan Minuman 0.833 4 Ukuran saji/volume Kandungan Bulir/Serat 5 Buah Kejelasan Tanggal 6 Kadaluwarsa 7 Izin Depkes 8 Label Halal MUI 9 Desain Kemasan 10 Efek Samping 11 Variasi Rasa 1.317 1.083 1.033 0.033 0.183 1.600 0.167 0.267 0.333 0.533 1.833 0.983 1.803 0.983 1.803 0.917 1.681 1.867 1.717 1.183 1.483 1.450 0.933 0.883 0.883 0.617 0.600 1.742 1.516 1.045 0.915 0.870 1.618 1.373 0.730 0.816 0.749 1.417 0.167 0.236 0.000 0.000 13 14 15 16 1.067 1.050 1.167 1.183 1.117 1.033 0.967 0.850 1.191 1.085 1.128 1.006 15.573 1.711 1.431 1.045 0.964 1.015 0.071 1.067 0.858 1.011 0.828 15.370 0.867 0.800 0.617 0.550 0.517 12 Harga 0.917 0.833 0.883 0.650 0.700 0.050 1.000 0.817 0.867 0.700 0.867 0.667 0.767 0.650 0.924 0.700 0.894 0.769 12.018 Merek Iklan Ketersediaan Produk Promosi Total Lampiran 4. Informasi Data Diri Berdasarkan Domisili Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Nama Rika Noviani Desi Sembiring Citra Alifiani Budi Dermawan Panji Rowendi Dicka Samudia Putri Dinda Widya Astuti Gina Oktaviani Linda Anzaluddin Destirewati E.N Iis Lenawati Mastarida Sirait M. Rizky Hasan Sajili Ridho Prayudha Agung Nurpratomo Ocky Prahara Pratiwi Dennisa A. Zahara Ratnanta Indriani CH Maya Muliasari Ardhy Irhaz wirashalci Firdha Fajrianisa Harpan Abdhul Hapizh Tricillia Dewi Mas A Irwan Saban Citra Azmarizka Indra Ardiyansah M. Reza Sulaeman Syarah yulita Masroni Reza Fikri Wijaya Rizky Fadhillah Iqbal Sudarnoto Siti Rochmah Qona Asidakiah Nurul Ramdhania Retno Asih Siti Masitoh Yandi Armanda Bima A. Dini Oktaviani Muh. Afif S.M Yustina Nurseptiyani Rivan Baressi Kelsaba Luvi Anyes A. Randitya Nur Azanni Firmansyah Dewi Purnamasari H Anisah Nur Alfiah Farah M.Arief Wibisono NIM Kelas Alamat J3J109035 J3J209183 J3J109051 J3J209211 J3J209205 J3J109113 J3J109011 J3J209210 J3J109086 J3J209149 J3J109100 J3J109043 J3J109079 J3J209167 J3J109094 J3J209197 J3J109089 J3J209188 J3J109048 J3J209162 J3J109060 J3J209200 J3J209165 J3J109088 J3J109127 J3J109074 J3J209196 J3J109102 J3J209142 J3J109107 J3J109122 J3J209151 J3J109081 J3J209195 J3J209213 J3J109097 J3J109028 J3J109041 J3J109009 J3J209185 J3J109049 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B C J3J109084 J3J109095 J3J109056 J3J109110 J3J209181 J3J109114 J3J109059 J3J109004 J3J209206 J3J209184 J3J209175 J3J209193 J3J109104 C C C C C C C C C C C C C Jl. Petamburan VI Jakarta Jl. Cikuray 44 jl. Villa Ciomas Indah Blok 06 No 19 Jl. Tipar Amaliah ciawi Bumi Cimahpar Asri Jl. Ciremai Ujung Bantarjati Villa Citra Bantarjati Jl. Nuri No 9 Gn Sindur Jl. Kapten Yusuf Bogor Bogor, Kp Sawah ilir Bogor Ciomas Permai KDH Sentral Jembatan 1 Lodaya Ujung Bogor Jl. Lodaya Cilibende Bogor Puri Nirwana Cibonong Bogor Perum Gaperi I Perum Indraprasta Bukit Cimanggu City Blok N4-8 Jl. Ciomas Permai Bogor Depok Jl.Pariaman Jaksel Cilendek Timur Cilodong-Depok Jl. Cibeureum Pondok Bambu Kuning Bogor Jl. Cendana Dramaga Bogor Cilibende bogor Jl. Anjasmara 7 Komp Griya Bandung Jl. Palupuh Jl. Ahmad Yani I 66 Kp. Arewan Bogor Villa Duta Jl. Moh Toyib sukaresmi, Bogor Cimore Karawaci Tanggerang Cilodong-Depok Jl. Kalimalang Pondok Kelapa Jakarta Jl. Komp Bumi Cimahpar Jl. Pintu Ledeng Kp. Sinar mulya Perum Bantar Jati Jl. Malabar Ujung no.31 Jl. Golf Komp. Bakosurtanal Bogor Jl. Raya Laladon Jl. Ahmad Yani I 66 Jl. Lolongok Bogor Telepon 085780001620 085719424300 085741225200 08558920654 085693839554 085718838106 08568325137 085711633684 08989730616 085693174994 085694175665 0856924226142 085719779338 085883681128 08999502981 085236653544 08569167933 0251- 7532158 085717839907 085691533225 085716478616 085716690303 085694200792 "021- 87906701 085695465850 08988567627 085782890729 085710114656 086279259251 021 - 7710256 085793911116 085716233033 0251 - 8316636 081385899820 087770248286 08569584637 085682045667 08999221095 0251 - 4010640 083871398339 085714384542 085691703939 08521039274 08567393024 087822102984 085697515891 085693687313 No 55 56 57 58 59 60 Nama Fazril Anugrah Arbiyansyali Amalia Dhaniaty Annisa Syaida Ulfa Ridwan Selly Pratiwi G NIM Kelas J3J109096 J3J209214 J3J109105 J3J109065 J3J109008 J3J109101 C C C C C C Alamat Bogor Bogor Baru Jl. Swadaya IV Jl. Raya Salabenda Jl. Pajajaran Jl. Kolonel ErnjoBog Telepon 08569865756 085668874775 085697494701 085691643571 0251-7171005 085716222366