ANALISIS SIKAP TERHADAP MINUMAN SARI

advertisement
ANALISIS SIKAP TERHADAP MINUMAN SARI BUAH
NUTRISARI READY TO DRINK (RTD)
(Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen
Agribisnis Program Diploma IPB)
SKRIPSI
ALVIAN LISIADI
H34087004
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJAMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
ALVIAN LISIADI. Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari
Ready to Drink (Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen
Agribisnis Program Diploma IPB). (Dibawah bimbingan YUSALINA).
Pertumbuhan industri minuman ringan di Indonesia memiliki potensi yang
besar untuk dikembangkan. PT. Nutrifood Indonesia merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak pada indutri makanan dan minuman di Indonesia.
Nutrisari mampu mengkokohkan posisisnya sebagai pioneer dalam minuman sari
buah serbuk. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola gaya hidup,
mendorong Nutrisari mengembangkan inovasi dalam memperkenalkan produk
minuman sari buah dalam kemasan siap minum. Berbeda dengan Nutrisari serbuk
yang telah berada pada fase kedewasaan dalam daur siklus produknya. Minuman
sari buah Nutrisari ready to drink merupakan produk baru yang masih berada pada
tahap siklus perkenalan (introduction). Posisinya sebagai follower dibawah
Buavita dan ABC juice yang sudah lebih dahulu memasarkan minuman sari buah
dalam kemasan, merupakan tantangan tersendiri yang sangat menarik untuk
dianalisis.
Kebutuhan akan kandungan gizi yang besar pada usia remaja menjadikan
produk minuman sari buah sangat baik dikonsumsi pada usia ini. Kecenderungan
pola konsumsi pada usia remaja yang lebih menyukai makanan dan minuman siap
saji (fast food) sangat memungkinkan perusahaan minuman sari buah dalam
kemasan menjadikan remaja sebagai target utama pasarnya. Namun bila dilihat
dari proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam kemasan pada usia
remaja sebagai target pasar, tentunya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
terlebih dengan produk Nutrisari ready to drink yang masih berada pada fase
perkenalan (introduction). Apakah masa perkenalan tersebut sudah cukup efektif
dalam meningkatkan nilai total penjualan perusahaan?; dan bagaimanakah tingkat
persaingan Nutrisari terhadap pesaingnya Buavita dan ABC Juice.
Untuk itu tujuan pada penelitian ini adalah bagaimana sikap konsumen
terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan terhadap merek Buavita
dan ABC Juice dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses keputusan
pembelian minuman sari buah dalam kemasan Nutrisari. Data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder, Pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode propotional random sampling. Besarnya
sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 persen
mahasiswa dari tiap kelasnya dengan jumlah keseluruhan masing-masing tiap
kelasnya adalah kelas A 64 orang, kelas B 67 orang dan kelas C 61 orang,
sehingga terdapat 57 mahasiswa dan dibulatkan menjadi 60 orang yang dijadikan
responden untuk dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan kuisioner untuk
mengidentifikasi tujuan penelitian. Pengolahan data menggunakan analisis
deskripstif alat analisis model multiatribut Fishbein serta menganalisis analisis
kesenjangan untuk mengevalusai kinerja secara terperinci.
Karakteristik umum konsumen minuman sari buah Nutrisari ready to drink
digambarkan melalui beberapa kategori. Berbagai latar belakang responden
tersebut meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan dan keadaan ekonomi sosialnya.
Karakteristik umum responden dalam penelitian ini tersusun atas selang usia 18 20 tahun, dengan 65 persen reponden berada pada usia 19 tahun, dan sebesar 30
persen pada usia 20 tahun. Sebanyak 56,67 persen responden adalah berjenis
kelamin perempuan Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 60 persen responden
memiliki jumlah uang saku berada pada kisaran Rp.100.000 - Rp.500.000 dan
tertinggi kedua berada pada selang Rp.500.001 - Rp.1.000.000. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki daya beli yang cukup
terhadap pembelian minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan siap minum.
Tahapan keputusan pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to drink
dimulai dari pengenalan kebutuhan. Motivasi terbesar dalam mengkonsumsi
minuman sari buah dalam kemasan siap minum adalah alasan kepraktisan dan
kemudahan dalam mengkonsumsi sebesar 48 persen. Sejalan dengan tahap
perkenalan produknya Nutrisari ready to drink mampu mendorong keingintahuan
responden yang begitu besar untuk mencoba 18 persen. Dalam pencarian
informasi sebanyak 90 persen responden menyatakan tidak melakukan pencarian
khusus terhadap produk minuman sari buah karena telah memiliki kriteria dasar
terhadap kategori produk tersebut. Media televisi merupakan sumber informasi
terbesar (83 persen) dalam pencarian informasi, dengan memberikan penilaian
terbesar pada kandungan nutrisi sebagai sumber perhatian utamanya.
Adapun sebanyak 35 persen responden menyatakan bahwa rasa
merupakan faktor penting dalam pemilihan minuman sari buah. Setelah
mengkonsumsi, konsumen diharapkan dapat menilai dan mengevaluasi terhadap
konsumsi produk atau jasa yang telah dilakukan sebanyak 83 persen responden
menyatakan rasa puas terhadap minuman sari buah dalam kemasan. Sebanyak 55
responden menyatakan harga yang relatif mahal menjadikan kendala terbesar
dalam mengkonsumsi
Hasil analisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari
ready to drink dengan dua produk pembandingnya Buavita dan ABC Juice,
menunjukkan responden mengevaluasi secara positif dari kesemua atribut yang
diberikan. Atribut informasi izin Depkes, kejelasan tanggal kadaluarsa, label halal
MUI, kandungan bulir/serat buah dan rasa merupakan atribut yang sangat penting
dalam minuman sari buah dalam kemasan ready to drink. Meskipun Nutrisari
merupakan follower ternyata Nutrisari memiliki penilaian kepercayaan terhadap
tingkat kinerja tertinggi yakni sebesar 11,467, disusul Buavita dan ABC Juice
sebesar 11,350 dan 8,733. Skor sikap fishbein terhadap minuman sari buah
Nutrisari ready to drink pun menunjukkan hasil yang sama, Nutrisari memiliki
skor sikap paling tinggi sebesar 15.57 dibandingkan dengan Buavita dan ABC
Juice sebesar 15.37 dan 12.02. Hal ini menandakan Nutrisari lebih disukai
responden secara keseluruhan dibandingkan produk pembandingnya.
Sejalan dengan hasil analisis kesenjangan (GAP) terhadap evaluasi kinerja
yang dilakukan, Nutrisari ready to drink ternyata masih memiliki 11 atribut yang
berada dibawah harapan konsumen, yaitu atribut warna, ukuran saji/volume,
kandungan serat/bulir buah, label halal MUI, desain kemasan, efek samping,
variasi rasa, harga, ketersediaan produk, kekentalan minuman dan promosi.
Diantara atribut yang memiliki kesenjangan positif atau sudah memenuhi harapan
konsumen diantaranya rasa keseluruhan, kejelasan tanggal kadaluarsa, izin
Depkes, merek, dan iklan memiliki nilai positif.
Sama halnya dengan Buavita responden menilai masih terdapat 10 atribut
yang berada di bawah harapan konsumen. Secara keseluruhan nilai kesenjangan
pada produk pembandingnya masih berada di bawah nilai kesenjangan pada
Nutrisari ready to drink, terutama ABC Juice memiliki nilai kesenjangan yang
negative terhadap keseluruhan atribut kecuali pada atribut label halal MUI yakni
sebesar 0.12. Hal tersebut menunjukkan meskipun kinerja Nutrisari yang sangat
baik meskipun berada pada posisi sebagai follower dan fase perkenalan. Melalui
brand image dan media iklan dan promosi yang gencar mampu mendongkrak
posisi Nutrisari ready to drink sebagai produk baru yang patut diperhitungkan.
Hal-hal yang dapat direkomendasikan adalah perusahaan sebaiknya
memperbaiki atribut harga karena konsumen masih menilai produk Nutrisari RTD
memiliki harga yang mahal, selain itu perusahaan hendaknya menambahkan
kandungan serat buah/bulir buah yang lebih banyak pada minuman sari buah
Nutrisari ready to drink, karena kandungan serat atau bulir buah menjadi salah
satu atribut yang paling diinginkan oleh konsumen. Diharapkan pada penelitian
selanjutnya dapat dilakukan analisis mengenai tingkat kepentingan konsumen
terhadap atribut kandungan minuman sari buah dan menganalisis mengenai
implikasi studi perilaku konsumen terhadap strategi pemasaran pada produk
minuman sari buah khususnya Nutrisari.
ANALISIS SIKAP TERHADAP MINUMAN SARI BUAH
NUTRISARI READY TO DRINK (RTD)
(Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen
Agribisnis Program Diploma IPB)
SKRIPSI
ALVIAN LISIADI
H34087004
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJAMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul Proposal
: Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah
Nutrisari Ready to Drink Studi Kasus Mahasiswa
Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program
Diploma IPB
Nama
: Alvian Lisiadi
NIM
: H34087004
Disetujui,
Pembimbing
Dra. Yusalina, MSi
NIP. 19650115 199003 2 001
Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajamen
Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS.
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Sikap
Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink (Studi Kasus Mahasiswa
Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB) “ adalah karya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2011
Alvian Lisiadi
H34087004
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bogor, 26 Mei 1987 dan dibesarkan di kota
Bogor sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Iswadi Yasmomiharjo
dan Lilis Maryani. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 3 Ciriung di
KotaCibinong pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP
Negeri1 di Kota Cibinong dan selesai pada tahun 2002. Pada tahun 2005 penulis
berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMU Negeri 3 Bogor. Pada tahun yang
sama pula penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahliam Manajemen
Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI.
Hingga akhirnya pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiwa
Program Ekstensi Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, Selain itu, penulis juga melaksanakan beberapa aktivitas diluar kampus
yang bersifat non akademik.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya, maka skripsi yang berjudul “Analisis Sikap Terhadap
Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink (Studi Kasus Mahasiswa
Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB)” dapat
diselesaikan oleh penulis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses
keputusan pembeliannya terkait dengan identifikasi sikap konsumen terhadap
minuman sari buah dalam kemasan serta menganalisis kesenjangan antara harapan
dan kinerja pada masing-masing atribut.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan serta informasi bagi PT. Nutrifood Indonesia tentang bagaimana
tingkat kesukaan serta kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi minuman
ringan sari buah siap minum (ready to drink), sehingga dapat digunakan sebagai
strategi pemasaran dan strategi pengembangan produk. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2011
Alvian Lisiadi
UCAPAN TERIMA KASIH
Kesuksesan penyelesaian penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Dra. Yusalina, MSi., selaku dosen pembimbing dan pembimbing
akademik yang senantiasa membimbing selama menempuh pendidikan
serta memberikan arahan pada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Netti Tinaprilla, MM yang telah bersedia menjadi penguji utama serta
Arif Karyadi, SP yang telah bersedia menjadi dosen penguji komisi
pendidikan dalam sidang skripsi penulis sehingga memberikan masukan
dalam penyempurnaan karya tulis ini.
3. Orang tua serta adik, yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan
doa kepada penulis. Mudah-mudahan ini bisa menjadi suatu persembahan
yang terbaik.
4. Ibu Shinta Wulansari, yang sudah meluangkan waktu kegiatan
perkuliahannya sebagai tempat penelitian. Terima kasih sudah menjadi
orang tua kedua yang selalu memberikan dukungan serta doa dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Departemen Internal Audit PT. Nutrifood Indonesia, Bapak Willy
Novianto “as great leaders“ dan rekan-rekan lainnya yang telah
memberikan dukungan dan kerjasamanya hingga selesainya penulisan
skripsi ini.
6. Mahasiswa Direktorat
Program Diploma IPB Program Keahlian
Manajemen Agribisnis Angkatan 46 yang telah meluangkan waktu dan
perhatiannya terhadap pengisian kuesioner.
7. Yuri Subrata, terima kasih atas cinta, kasih sayang dan perhatiannya
selama ini.
8. Teman-teman Ekstensi Agribisnis atas semangat dan bantuannya selama
ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu
persatu, terima kasih
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
…………………………………………………….
v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. viii
I
II
III
PENDAHULUAN
…………………………………………….
1
1.1.
Latar Belakang
…………………………………….
1
1.2.
Perumusan Masalah …………………………………….
5
1.3.
Tujuan Penelitian
…………………………………….
7
1.4.
Kegunaan Penelitian …………………………………….
7
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
…………………………….
8
…………………………………….
9
2.1.
Perkembangan Industri Minuman Ringan di Indonesia….
9
2.2.
Studi Perilaku dan Kepuasan Konsumen Minuman Ringan 12
TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA PEMIKIRAN ……………………………………
3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis …………………………….. 15
3.1.1. Definisi Konsumen
……………………………. 15
3.1.2. Perilaku Konsumen ………………………………… 15
3.1.3. Sikap
…………………………………………….. 16
3.1.4. Persepsi …………………………………………….. 16
3.1.5. Faktor-faktor Pembentukan Keputusan Konsumen.. 18
3.1.6. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ……….. 22
3.1.7. Daur Siklus Produk …………………….…………... 23
3.1.8. Atribut Produk …………………………………….. 25
3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional ……………………….. 26
VI
METODE PENELITIAN ……………………………………… 29
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………….. 29
4.2.
Metode Pengumpulan Contoh ……………………………...29
4.3.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ……………………….... 30
4.4.
Pengolahan dan Analisis Data …………..………………… 30
4.4.1. Skala Likert dan Rentang Skala……..……..……….. 31
4.4.2. Analisis Deskritif …………………………..……….. 31
4.4.3. Model Sikap Fishbein ………………………………. 32
4.4.4. Analisis Kesenjangan (GAP) ……………………….. 33
4.4.5. Uji Validitas …………………………..…………….. 34
4.4.6. Uji Reliabilitas …………………………..………….. 35
4.4.7. Penentuan Atribut Dugaan ………………………….. 37
V
ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN …………… 40
5.1.
Karakteristik Umum Responden Minuman Sari Buah…….. 40
5.1.1. Profil Responden Berdasarkan Domisili…….………. 40
5.1.2. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 41
5.1.3. Profil Responden Berdasarkan Usia…..…………….. 41
5.1.4. Profil Responden Berdasarkan Uang Saku………….. 42
5.1.5. Profil Responden Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga…………………………………………….. 43
5.2.
Analisis Proses Keputusan Pembelian ….…………………. 43
5.2.1. Pengenalan Kebutuhan…….…………………………44
5.2.2. Pencarian Informasi…….………………………….... 45
5.2.3. Evaluasi Alternatif…….…………………………….. 47
5.2.4. Keputusan Pembelian…………..…….………………48
5.2.5. Evaluasi Pasca Pembelian……………….…………... 49
VI
VII
ANALISIS SIKAP KONSUMEN ……………………………….. 51
6.1.
Penilaian Evaluasi Atribut (ei) …………………………….. 51
6.2.
Penilaian Kinerja Atribut Merek …………………………... 53
6.3.
Analisis Multiatribut Fishbein …………………………...... 55
6.4.
Analisis Kesenjangan (GAP) …………………………........ 59
KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 62
7.1.
Kesimpulan ………………………………………………. 62
7.2.
Saran ……………………………………………………… 64
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 66
LAMPIRAN ……………………………………………………………... 68
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Nilai Tambah PDB Menurut Subsektor Tahun 2001-2008 ........
1
2.
Nilai Penjualan Sektor Industri Minuman di Indonesia …...…...
2
3.
Indikator Gaya Hidup Indonesia Tahun …………………..……
3
4.
Daftar Nama Perusahaan Minuman Sari Buah …………...........
4
5.
Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu ………
14
6.
Atribut yang akan diuji validitasnya ……..………….…….......
35
7.
Daftar Ukuran Atribut-Atribut Dugaan dengan Skala Likert ….
39
8.
Sebaran Responden Berdasarkan Domisili …………………….
41
9.
Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……………….
41
10. Sebaran Responden Berdasarkan Usia …………………….......
41
11. Sebaran Responden Berdasarkan Uang Saku………………..…
42
12. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ….
43
13. Motivasi Responden Terhadap Konsumsi Minuman Sari
Buah Nutrisari Ready to Drink ……………...………………....
44
14. Sebaran Responden Berdasarkan Pencarian Informasi
Pembelian Minuman Sari Buah Nutrisari……………………..
46
15. Sumber Informasi Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to
Drink …………………………………………………………...
47
16. Sumber Informasi yang Paling Dipertimbangkan ……………..
47
17. Atribut yang Paling Dipertimbangkan dalam Proses Keputusan
Pembelian Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink……...
48
18. Sebaran Tempat Pembelian Nutrisari Ready to Drink ………....
49
19. Sebaran Kendala Terhadap Konsumsi Minuman Sari Buah
Nutrisari ………………………………………………………..
50
20. Skor Evaluasi (ei) Kepentingan Terhadap Minuman Sari Buah
(Ready to Drink) dalam Kemasan ……………………………...
51
21. Skor Kepercayaan (bi) Terhadap Minuman Sari Buah
Ready to Drink ………………………………………………….
53
22. Skor Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Kemasan Nutrisari,
Buavita dan ABC Juice ………………………………………..
56
23. Skor Maksimum Sikap (Ao maks) Terhadap Minuman Sari
Buah …………………………………………………………….. 58
24. Rentang Skor dan Kategori Penilaian …………………..……....
58
25. Analisis Kesenjangan Berdasarkan Merek Minuman Sari
Buah……………………………………………………………..
60
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Proses terbentuknya persepsi ………………………………… 19
2.
Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ………………………. 25
3.
Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Proses Keputusan
Pembelian Terhadap minuman Sari Buah Buavita dan
Nutrisari……………………………………………………...… 28
4.
Grafik Analisis Kesenjangan …………………………………. 61
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Uji Validitas ………………….…………………………....
67
2.
Uji Reliabilitas ………………….………………………....
68
3.
Skor Sikap ………………………………………………....
69
4.
Informasi Data Diri Berdasarkan Domisili Responden …...
70
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan industri minuman ringan di Indonesia memiliki potensi yang
besar untuk dikembangkan. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang
tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau
cair yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik
alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi
(Ditjen Bea Cukai, 2008). Minuman ringan terdiri dari dua jenis yaitu minuman
ringan dengan karbonasi (carbonated soft drink) dan minuman ringan tanpa
karbonasi.
Menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia
(GAPMMI) pasar Indonesia memiliki daya tarik yang kuat dalam pengembangan
industri minuman ringan, hal ini dikarenakan adanya ketersediaan bahan baku
yang melimpah, tenaga kerja yang murah, dan jumlah konsumen yang sangat
besar. Menurut perhitungan GAPMMI, potensi pasar Indonesia mencapai Rp 500
triliun, sedangkan omset 2008 baru sekitar Rp 400 triliun dengan demikian masih
ada sekitar Rp 100 triliun yang belum tergarap (GAPMMI, 2008). Pasar inilah
yang kini diperebutkan perusahaan-perusahaan besar nasional maupun global.
Selain itu, produk makanan dan minuman memberikan kontribusi PDB tertinggi
dibandingkan dengan subsektor lainnya. Tabel 1 menunjukkan nilai tambah PDB
menurut subsektor di Indonesia tahun 2004-2008.
Tabel 1 . Nilai Tambah PDB Menurut Subsektor Tahun 2001-2008 (juta rupiah)
No Komoditi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Makanan dan minuman
Kimia dan barang-barang
dari bahan kimia
Tembakau
Tekstil
Kendaraan bermotor
Kertas dan barang dari
kertas
Karet dan barang-barang
dari plastik
Barang galian bukan logam
Logam dasar
Radio, televisi, dan peralatan
komunikasi
Pakaian jadi
2004
2005
2006
2007
2008 e
50,548
58,900
81,906
94,643
115,928
34,042
38,380
26,381
28,782
43,395
40,051
26,233
42,981
58,242
49,435
37,529
46,367
79,776
58,941
39,336
40,919
100,128
77,952
49,093
49,035
24,013
24,128
30,715
32,579
42,722
22,247
16,637
12,902
22,323
19,215
14,043
29,836
18,915
20,104
34,433
24,040
24,779
38,718
36,352
32,095
18,015
12,156
15,506
11,806
18,364
19,358
18,331
21,165
31,223
26,743
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010
Berdasarkan data pada Tabel 1, komoditi makanan dan minuman
memberikan kontribusi yang positif bahkan terbesar pada perekonomian nasional.
Makanan dan minuman memberikan nilai tambah sebesar Rp 115,828 juta, terpaut
jauh dengan nilai kontribusi tembakau dan pakaian jadi yang hanya mencapai Rp.
77,952 dan 26,743 juta pada tahun 2008. Adapun nilai penjualan dari sektor
industri minuman di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Penjualan Sektor Industri Minuman di Indonesia
Komoditi
2005
2006
2007
2008
Kopi (US$mn)
124.6
129.2
134.0
139.0
2009
144.2
Teh (US$mn)
57
59.1
61.2
63.4
65.7
Bir (mn litres)
166
166.5
167
167.8
168.3
2500
3004
3554
3805
4512.9
Anggur (mn litres)
10.2
Sumber : Euromonitor, 2009
10.3
10.3
10.4
10.5
Softdrink (US$mn)
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai penjualan keseluruhan dari
industri minuman mengalami peningkatan tiap tahunnya, terlebih untuk industri
minuman ringan (softdrink) yang mengalami peningkatan rata-rata terbesar tiap
tahunnya sebesar 16,033 persen dan mengalami peningkatan yang signifikan dari
tahun 2005 ke tahun 2009 sebesar 179,70 persen. Hal ini diikuti dengan
pertumbuhan minuman kopi dan teh yang mengalami peningkatan sebesar 3,71
dan 3,61 persen.
Euromonitor melaporkan bahwa dari 2003 sampai 2008, penjualan global
industri minuman ringan meningkat mencapai 37 persen. Pada tahun 2006
penjualan minuman fungsional di AS mencapai angka US$ 21,3 miliar dan
dipasar Eropa mencapai US$ 8 miliar. Sementara di Indonesia, pada tahun 2006
The Nielsen Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan minuman ringan di
Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 33,8 persen.
Hal ini sejalan dengan besarnya pengeluaran masyarakat untuk
mengkonsumsi minuman ringan, baik berdasarkan jumlah liter minuman ringan
yang dikonsumsi maupun dalam jumlah dana yang dikeluarkan konsumen untuk
mengkonsumsi minuman ringan. Tabel 3 menunjukkan besarnya pengeluaran
masyarakat terkait dengan indikator gaya hidup.
Tabel 3. Indikator Gaya Hidup Indonesia Tahun 2009
No
Variabel
1 Pengeluaran makanan (juta
dollar AS)
2 Pengunaan internet (ribu)
3 Registrasi mobil penumpang
baru (ribu)
4 Belanja produk elektronik
(miliar rupiah)
5 Makanan anjing dan kucing
6 Minuman ringan (juta liter)
7 Minuman ringan (miliar
rupiah)
8 Rokok (miliar rupiah)
9 Kosmetik dan alat kecantikan
(miliar rupiah)
10 Devisa dan pariwisata (miliar
dollar AS)
11 PDB berdasarkan paritas daya
beli (juta dollar AS)
12 Pengeluaran konsumen (juta
dollar AS)
13 Pendapatan kotor tahunan
(juta dollar AS)
14 Pendapatan
yang
bisa
dibelanjakan (juta dollar AS)
2005
78632
2006
100430
Tahun
2007
117472
16000
364
21284
222
27100
200
33277
162
39342
-
18885
19528
20064
21785
-
92
13088
19898
99
14491
21558
106
15844
23080
114
17410
24797
123
19289
26665
47091
11541
49210
12104
50686
12690
51700
13301
53251
13924
4522
4448
4386
4325
-
705162
767988
838479
909061
962252
181977
225888
271374
309617
326117
227076
285721
347355
388701
415455
188900
237006
287012
320446
341741
2008
129608
2009 *
133375
Sumber : Euromonitor International (2009)
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa terjadi peningkatan konsumsi
minuman ringan yang semula sebesar 13.088 juta liter pada tahun 2005
mengalami rata-rata peningkatan tiap tahunnya sebesar 10 persen dan mencapai
tingkat konsumsi sebesar 17.410 juta liter pada tahun 2008, hal ini terjadi juga
pada konsumsi minuman ringan dalam jumlah dana yang dikeluarkan meningkat
sebesar 7,6 persen tiap tahunnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, peluang untuk mengembangkan industri
minuman ringan di Indonesia sangatlah besar. Salah satu jenis minuman ringan
yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah minuman sari buah dalam
kemasan. Banyaknya perusahaan yang menggarap bisnis pasar minuman sari buah
saat ini disebabkan karena pertumbuhan pasar yang pesat tiap tahunnya. Setiap
tahun Industri minuman sari buah dalam kemasan tumbuh antara 15 hingga 20
persen, terlebih saat ini bisnis sari buah baru lima persen dari total pasar minuman
(ASRIM, 2010). Adapun dari 200 juta botol minuman yang terjual setiap tahun,
70 persen memang merupakan air minum dalam kemasan, sementara minuman
teh siap saji mencapai proporsi sebesar 11 persen, sedangkan total penjualan
minuman berkarbonasi, minuman kesehatan (energy drink) dan minuman sari
buah baru mencapai angka sebesar 12 persen.
Dewasa ini tingkat konsumsi minuman sari buah cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Adapun hingga tahun 2009 tingkat konsumsi
minuman sari buah dalam kemasan telah mencapai angka 135,2 milimeter
perkapita per tahun (foodreview, 2009) Hal ini diikuti pula dengan semakin
banyaknya perusahaan besar yang menambahkan portofolionya pada usaha ini.
Tabel 4 menujukkan perusahaan besar yang bergerak di dalam bisnis minuman
sari buah.
Tabel 4 . Daftar Nama Perusahaan Minuman Sari Buah
Nama
Perusahaan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PT. Unilever
PT. Nutrifood
Indonesia
PT. Sosrodjoyo
PT. Cocacola
Company
Indonesia
PT. Kalbe
Farma, Tbk
PT. Heinz ABC
Indonesia
Nama Produk
Kemasan
Target Usia
Penghargaan
Buavita dan
Gogo
Karton
18-30
Nutrisari
Karton
18-35
Counry Choice
Botol
Semua umur
Top Brand
2008-2010
Top Brand
2003-2010
-
Minute Maid
Pulpy Orange
Botol
Semua umur
-
Tipco
Karton
Semua umur
-
ABC Juice
Karton
Semua umur
Top Brand
2002
Sumber : Marketing dan SWA, 2009 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa keenam perusahaan tersebut
merupakan perusahaan besar yang memiliki kekuatan posisi pasar dan keunggulan
produk yang berbeda. Kini ditengah terbukanya era globalisasi dan kemajuan
teknologi menyebabkan industri minuman sari buah tidak terlepas dari tingginya
tingkat
persaingan,
sehingga
menuntut
perusahaan
untuk
berupaya
mempertahankan dan mengembangkan inovasi dalam varian produknya.
Nutrisari, sebelumnya hanya dikenal sebagai pioneer dalam minuman sari
buah
serbuk.
Kini
pada
awal
tahun
2010
PT.
Nutrifood
Indonesia
mengembangkan inovasi dalam memperkenalkan produk minuman sari buah
ready to drink. Nutrisari serbuk telah berada pada fase kedewasaan dalam daur
siklus produk dan mampu meraih Indonesia Best Brand Award untuk kedelapan
kalinya pada tahun 2010. Nutrisari serbuk berhasil memperoleh total brand index
sebesar 68,5 persen terpaut jauh dengan kompetitornya Marimas dan Jasjus
sebesar 23,6 persen dan 6,0 persen.
Hal ini berlaku sebaliknya, karena minuman sari buah Nutrisari dalam
kemasan merupakan produk baru yang masih berada pada tahap siklus perkenalan
(introduction). Posisinya sebagai follower dibawah Buavita dan ABC juice yang
sudah lebih dahulu memasarkan minuman sari buah dalam kemasan merupakan
tantangan tersendiri yang sangat menarik untuk dianalisis. Posisi tersebut terlihat
jelas dari hasil survei yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group bersama
majalah Marketing, dimana minuman sari buah dalam kemasan Nutrisari hanya
mampu meraih bahwa total brand index sebesar 6,6 persen sedangkan Buavita
berada pada posisi puncak dengan nilai total brand index sebesar 34,4 persen
disusul oleh ABC Juice sebesar 11 persen (Marketing, 2010).
Pasar utama Nutrisari adalah masyarakat Indonesia dengan range usia
antara 18-35. Usia tersebut merupakan usia remaja dimana memiliki peranan yang
penting pada pertumbuhan dan kematangan manusia. Periode ini banyak terjadi
perubahan unik, serta banyak pula pemantapan pola-pola berfikir dan bertindak ke
arah dewasa. Dekatnya masa remaja dengan kematangan biologi dan orang
dewasa memberikan peluang untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang
dirancang untuk mencegah munculnya masalah-masalah kesehatan pada masa
dewasa nanti (Riyadi, 2001).
1.2 Perumusan masalah
Kebutuhan akan kandungan gizi yang besar pada usia remaja menjadikan
produk minuman sari buah sangat baik dikonsumsi pada usia ini. Remaja
memerlukan energi dan zat gizi seperti protein, kalsium, seng, zat besi, vitamin
dan serat, untuk mencegah terjadinya defisiensi suatu zat gizi. Pada remaja
kandungan vitamin C pada minuman sari buah sangat diperlukan dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan fisik.
Kecenderungan pola konsumsi pada usia remaja yang lebih menyukai
makanan dan minuman siap saji (fast food) sangat memungkinkan perusahaan
minuman sari buah dalam kemasan menjadikan remaja sebagai target utama
pasarnya. Hal ini diperkuat pula dari hasil survei yang dilakukan oleh sebuah
lembaga independen (LPEM Universitas Indonesia) dan sebuah perusahaan riset
pemasaran DEKA yang menunjukkan bahwa 40 persen dari konsumen minuman
sari buah dalam kemasan di Indonesia adalah konsumen remaja.
Konsumen dengan kategori usia remaja pada dasarnya memiliki sifat yang
dinamis dan aktif mencari informasi. Sesuai dengan target pasar yang dituju
Nutrisari, usia tersebut umumnya adalah mahasiswa dimana kegiatan mereka
lebih sering dilakukan baik di dalam maupun di luar kampus. Selain itu, tingkat
interaksi di dunia maya dan menonton televisi pun lebih tinggi sehingga
memudahkan mereka dalam mengakses beragam informasi.
Kecenderungan ini juga disebabkan karena remaja mudah terpengaruh
dengan lingkungan terutama pergaulan seperti teman kampus dan keluarga. Selain
itu, pengaruh iklan juga memberikan dampak yang besar pada konsumen remaja
dalam memilih produk yang mereka konsumsi. Beragamnya informasi yang
dimiliki membuat remaja semakin selektif dalam memilih minuman sari buah
dalam kemasan, sehingga mendorong PT. Nutrifood Indonesia untuk semakin
kreatif dalam berinovasi dalam menciptakan produk minuman sari buah dalam
kemasan siap minum. Hal itulah yang kini tengah dibuktikan PT. Nutrifood
Indonesia dengan memasarkan berbagai varian rasa minuman sari buah dalam
kemasan antara lain Nutrisari Jeruk, Nutrisari FV Pomegranate, Nutrisari FV
Kiwi, Nutrisari FV Cucumber Lime, Nutrisari Fruit’N Veggie, Nutrisari Less
Sugar dan Nutrisari Dragon Fruit.
Namun bila dilihat dari proses keputusan pembelian minuman sari buah
dalam kemasan pada usia remaja, tentunya sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, terlebih dengan produk Nutrisari ready to drink yang masih berada pada
fase perkenalan (introduction). Dengan demikian, sangat menarik untuk dianalisis
bagaimana sikap konsumen terhadap fase perkenalan Nutrisari dalam kemasan.
Pemahaman tentang persepsi dan sikap konsumen bagi pemasar akan sangat
penting dibandingkan dengan pengetahuan mereka tentang realitas suatu obyek.
Kemampuan untuk memahami keseluruhan dari sikap konsumen akan membantu
pemasar untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk
membeli produk. Dengan demikian berdasarkan uraian tersebut, permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimanakah proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam
kemasan Nutrisari?
2.
Bagaimana sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam
kemasan terhadap merek Buavita dan ABC Juice?
3.
Bagaimanakah tingkat kesenjangan antara harapan dan kinerja minuman sari
buah Nutrisari terhadap merek Buavita dan ABC Juice?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Mengidentifikasi proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam
kemasan Nutrisari
2.
Menganalisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam
kemasan terhadap merek Buavita dan ABC Juice
3.
Menganalisis tingkat kesenjangan antara harapan dan kinerja minuman sari
buah Nutrisari terhadap merek Buavita dan ABC Juice
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah:
1.
Konsumen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi konsumen pada umumnya
dan bagi konsumen remaja pada khususnya, untuk memberikan informasi
akan pentingnya mengkonsumsi buah agar konsumen dapat terus berupaya
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi buah tersebut misalnya dengan
mengkonsumsi minuman sari buah dalam kemasan siap saji. Serta dapat
bermanfaat bagi orangtua agar selalu memperhatikan kesehatan anggota
keluarga terutama asupan buah, yang berarti akan memberikan contoh yang
baik pada anggota keluarga lainnya.
2.
Perusahaan
Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi tentang bagaimana tingkat
kesukaan serta kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi minuman ringan
sari buah siap minum (ready to drink), selanjutnya dapat digunakan sebagai
strategi pemasaran dan strategi pengembangan produk.
3.
Instansi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan studi acuan
kepustakaan untuk penelitian selanjutnya.
4.
Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam meningkatkan wawasan
pengetahuan dan keilmuan tentang perilaku konsumen, khususnya perilaku
konsumsi minuman sari buah. Bagi penulis, penelitian ini berguna dalam
melatih kemampuan menganalisis masalah yang terjadi di lapang berdasarkan
fakta serta memberikan pengalaman untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama masa perkuliahan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan kepada analisis sikap konsumen
terhadap minuman sari buah dengan ketentuan usia yang diteliti antara usia 18-20
tahun. Hal ini berbeda dengan target perusahaan yang berada pada usia 18-35
tahun. Penelitian ini memfokuskan kepada sikap konsumen terhadap keputusan
tiga produk minuman sari buah Nutrisari, Buavita dan ABC Juice rasa jeruk pada
tahap pasca pembeliannya.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Industri Minuman Ringan di Indonesia
Industri minuman merupakan salah satu segmen industri pangan yang
cepat melakukan inovasi dan perubahan dibandingkan segmen industri lainnya.
Industri minuman yang awalnya menghasilkan produk minuman penghilang
dahaga kemudian berkembang dan muncul dengan berbagai inovasi dan konsep
baru tentang minuman. Konsep awal minuman dimodifikasi bukan hanya sebagai
penghilang dahaga namun juga menawarkan fitur fungsi lainnya seperti
penambahan rasa dan warna, penambahan kandungan minuman seperti vitamin,
mineral dan sejenisnya, minuman yang mengandung karbon, minuman sari
buah,dan lain-lain.
Perkembangan konsep tersebut berdampak pada berkembangnya minuman
ringan yang memadukan fungsi dasar minuman sebagai penghilang rasa haus
dengan penambahan fungsi-fungsi lain seperti yang dijelaskan pada paragraph
sebelumnya. Industri minuman ringan juga menambahkan fungsi kepraktisan
dalam berkonsumsi dengan cara mengemas berbagai produk minuman tersebut
kedalam kemasan-kemasan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Beberapa tahun belakangan industri minuman ringan mengalami
pertumbuhan cukup signifikan yang ditandai dengan merebaknya berbagai jenis
dan merek minuman ringan yang beredar di pasaran. Hal tersebut menjadi salah
satu indikator bahwa konsumen menyukai produk-produk minuman ringan
sehingga permintaannya meningkat dan merangsang munculnya pesaing-pesaing
baru dengan strategi penjualan masing-masing.
Menurut Standart Nasional Indonesia (SNI) 01-2972-1992, minuman
ringan siap minum adalah minuman yang mengandung pemanis alami atau buatan
dengan atau tanpa penambahan CO2 dan bahan tambahan makanan yang
diizinkan. Bahan makanan dan tambahan lainnya yang ditambahkan dalam
minuman ringan terdiri dari:
a.
Bahan makanan alami meliputi buah-buahan dan / atau produk dari buahbuahan, daun-daunan dan/atau produk dari daun, akar-akaran, batang/kayu
tumbuhan, rumput laut, susu dan / atau produk dari susu (Ditjen Bea
Cukai, 2002)..
b.
Bahan makanan sintetik meliputi sari kelapa, vitamin, stimulan.
c.
Tambahan lainnya meliputi: pemberi rasa, pemberi asam, pemberi aroma,
pewarna, pengawet dan garam.
Berikut ini penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan minuman
ringan:
1.
Air berkarbonasi merupakan kandungan terbesar di dalam carbonated soft
drink. Air yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi, yaitu: jernih,
tidak berbau, tidak berwarna, bebas dari organisme yang hidup dalam air,
alkalinitasnya <50 ppm, total padatan terlarut <500 ppm, dan kandungan
logam besi dan mangan <0.1 ppm (Ditjen Bea Cukai, 2002).
2. Bahan pemanis yang digunakan dalam minuman ringan terbagi dalam dua
kategori yaitu :
a. Natural (nutritive), antara lain gula pasir, gula cair, gula invert cair,
sirup jagung,dengan kadar fruktosa tinggi, dan dekstrosa.
b. Sintetik (non nutritive), satu-satunya yang direkomendaasikan oleh
FDA (Food & Drugs Administration Standard, Amerika Serikat)
adalah sakarin.
3. Pemberi asam (acidulants) ditambahkan dalam minuman dengan tujuan untuk
memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula, berlaku sebagai
pengawet, dan dapat mempercepat inversi gula dalam sirup/minuman.
Acidulant yang digunakan dalam minuman harus dari jenis asam yang dapat
dimakan (edible/food grade) antara lain asam sitrat, asam phosphate, asam
malat, asam tartarat, asam fumarat, asam adipat, dan lain-lain.
4. Pemberi aroma disiapkan oleh industri yang berkaitan dengan industri
minuman dengan formula khusus, terkadang telah ditambah dengan asam dan
pewarna, dalam bentuk:
a. Ekstrak alkoholik (menyaring bahan kering dengan larutan
alkoholik), misalnya: jahe, anggur, lemon-lime dan lain-lain
b. Larutan alkkoholik (melarutkan bahan dalam larutan air-alkohol),
misalnya: strawberry, cherry, cream soda dan lain-lain.
c. Emulsi (mencampur essential oil dengan bahan pengemulsi,
misalnya: vegetable gum), misalnya untuk citrus flavor, rootbeer
dan kola.
d. Fruit juices, misalnya: orange, grapefruit, lemon, lime dan grape.
e. Caffeine, sebagai pemberi rasa pahit (bukan sebagai stimulan)
f. Sintetik flavor, misalnya: ethyl acetate/amyl butyrate yang
memberikan aroma grape.
5. Pewarna untuk meningkatkan daya tarik minuman:
a. Natural, misalnya dari grape, strawberry, cherry dan lain-lain.
b. Semi sintetik, misalnya: caramel color
c. Sintetik, dari delapan jenis pewarna yang dapat dimakan (food
grade), hanya lima yang diperkenankan oleh FDA untuk
digunakan sebagai pewarna dalam minuman ringan.
6. Pengawet, misalnya asam sitrat untuk mencegah fermentasi dan sodium
benzoate.
8. Pengemasan, minuman berkarbonat umumnya dikemas dalam botol (gelas
plastik) atau kaleng, sedangkan minuman tanpa karbonat dapat juga dikemas
dalam kotak kardus dengan persyaratan umum sebagai berikut:
a. Mempunyai kekuatan mekanis sehingga dapat menjaga mutu,
penampilan dan kandungan produk.
b. Mempunyai penampilan yang menarik.
c. Steril pada setiap pemakaian.
d. Mudah dalam pengisian maupun penyegelan
Adapun menurut Ditjen Bea Cukai, masing-masing pengemas mempunyai
kelebihan dan kekurangan antara lain:
1. Botol gelas, dapat digunakan ulang (reuse)tanpa mengalami pengolahan
atau perubahan bentuk, akan tetapi harus melalui proses pencucian dan
sterilisasi dengan menggunakan detergent dan soda kaustik.
2. Botol plastik, dapat didaur ulang (recycle) dengan pengolahan fisik atau
kimiawi untuk menghasilkan produk sama atau produk yang lain.
3. Kaleng, dapat melindungi produk dari cahaya, mencegah kandungan
produk yang mudah teroksidasi karena cahaya maupun udara dalam
kaleng, akan tetapi relatif lebih mahal karena dibuat dari bahan tahan
korosi misalnya dari plat baja dengan lapisan timah atau dari aluminium.
4. Kotak kardus, kekuatan mekanisnya relatif lebih rendah, umur produk
singkat
2.2 Studi Sikap Perilaku dan Kepuasan Konsumen Minuman Ringan
Penelitian terdahulu tentang sikap perilaku dan kepuasan konsumen
minuman ringan pada dasarnya telah banyak dilakukan. Syahida (2008)
melakukan penelitian mengenai analisis sikap konsumen terhadap minuman lidah
buaya (aloe vera) Kavera di Jawa Barat. Penilaian responden secara keseluruhan
terhadap Kavera menyatakan positif terhadap minuman lidah buaya Kavera. Hal
ini menunjukkan bahwa Kavera secara keseluruhan dapat diterima oleh konsumen
dengan nilai total sikap konsumen terhadap produk 155,19. Manfaat dinilai sangat
positif oleh konsumen, karena manfaat yang terdapat pada minuman lidah buaya
Kavera dapat dirasakan oleh konsumen. Atribut minuman lidah buaya Kavera
yang dinilai positif berturut-turut adalah rasa, higienis, kesegaran dan rasa.
Sedangkan atribut yang dinilai netral oleh konsumen adalah aroma., kemasan,
volume, warna dan merek.
Berbeda dengan penelitian Cut (2009) mengenai analisis sikap dan
kepuasan konsumen terhadap minuman susu fermentasi probiotik Vitacharm
didapatkan bahwa dari penilaian evaluasi atribut, menujukkan atribut kejelasan
tanggal dan kadaluwarsa (4,93) merupakan hal penting bagi para konsumen dalam
membentuk sikap terhadap minuman susu fermentasi probiotik. Konsumen
menilai suatu merek minuman susu fermentasi probiotik yang terbaik adalah yang
memiliki kejelasan tanggal kadaluarsa pada produknya, sehingga konsumen
merasa aman dalam mengkonsumsi minuman susu fermentasi probiotik.
Sementara atribut yang mempunyai kepentingan terendah adalah atribut
kekentalan minuman dan atribut warna (3,21). Kedua atribut ini dianggap tidak
penting dalam pembentukan sikap terhadap produk minuman susu fermentasi
probiotik. Dalam benak konsumen ternyata faktor kekentalan minuman dan warna
tidak terlalu diperhatikan dan tertutupi oleh atribut-atribut yang lain.
Berdasarkan kinerja industri minuman ringan secara umum di Indonesia
dalam penelitian Sunencih (2009) tentang Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja
Industri Minuman Ringan di Indonesia dari tahun 1980 sampai tahun 2005
menunjukkan bahwa struktur pasar yang dimiliki oleh industri minuman ringan di
Indonesia adalah struktur persaingan oligopoli sedang dengan nilai rata-rata
konsentrasi adalah 44,08 persen. Hal ini sejalan dengan penelitian Sarifah (2007)
mengenai Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur
pasar pada industri AMDK sampai saat ini cenderung mengarah pada struktur
oligopoli longgar. Berdasarkan kedua penelitian tersebut didapat bahwa penetapan
harga oleh suatu perusahaan dalam industri minuman ringan akan dipengaruhi
oleh penetapan harga oleh pesaingnya. Mengingat industri minuman ringan
berada pada struktur persaingan oligopoli sedang bahkan cenderung bersifat
longgar, maka perilaku konsumen masih diperhitungkan dalam menentukan
harga. Hal ini terbukti dengan adanya produksi second brand product yaitu
produk yang serupa dengan produk utama namun lebih murah dari segi harganya.
Adapun berdasarkan proses keputusan pembelian dan kepuasan pembelian
minuman ringan antara lain Artayati (2009) meneliti mengenai analisis proses
keputusan pembelian dan kepuasan konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory
Shop Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik umum
konsumen dan menganalisis proses keputusan pembelian produk yoghurt Cimory,
menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut produk yoghurt cimory, dan
merumuskan alternatif strategi pemasaran. Penelitian ini menggunakan analisis
deskritif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction
Index (CSI). Berdasarkan penelitian tersebut didapat kesimpulan karakterisik
umum konsumen Cimory yoghurt drink sebagaian responden adalah kalangan
muda yang aktif dan produktif. Nilai indeks kepuasan pelanggan adalah 74.23
persen yang menunjukkan kriteria puas karena berada pada rentan skala 50-75
persen.
Berbeda dengan Nugroho (2006) dalam penelitian mengenai analisis tingkat
kepuasan pelanggan produk Pocari Sweat. Secara umum rata-rata tingkat
kepuasan kesesuaian atribut Pocari Sweat adalah 93,50 persen. Hal ini mendekati
skor 100 persen sehingga dinilai sangat baik. Tanggapan terhadap atribut yang
dianggap sangat penting tersebut yaitu atribut rasa, aroma, menambah tenaga,
untuk kesehatan, dapat diminum kapan saja, desain kemasan, ketersediaan/mudah
didapat, rasa yang diterima dibanding harga, dan kepraktisan konsumen
dibandingkan harga. Untuk tingkat kepuasan pelanggan secara keseluruhan
responden merasa puas dengan kinerja PT AIO, hal ini tercermin dari besar nilai
yaitu sebesar 71,99 persen. Sedangkan Savitri (2004) meneliti mengenai tingkat
kepuasan konsumen minuman teh kemasan botol (studi kasus PT Coca Cola
Bottling Indonesia, Cibitung) yang bertujuan mengindentifikasi atribut-atribut
minuman teh, mengetahui tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan
metode Quality Function Deployment. Penelitian Savitri menyimpulkan bahwa
kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan harapan konsumen sudah
cukup baik dan pihak manajemen mutu perlu melakukan pemantauan dan
perbaikan proses untuk meningkatkan mutu.
Tabel 5. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu
No
1
Nama Pengarang dan Judul Skripsi
Syahida (2008) Analisis Sikap
Konsumen Terhadap Minuman Lidah
Buaya (Aloe Vera) Kavera
Persamaan
Industri Minuman
Ringan
Metode Analisis Data
2
Cut (2009) Analisis Sikap dan
Kepuasan Konsumen Terhadap
Minuman Susu Fermentasi Probiotik
Vitacharm
Sunencih (2009), Analisis Struktur,
Perilaku dan Kinerja Industri Minuman
Ringan di Indonesia
Industri Minuman
Ringan
Metode Analisis Data
4
Sarifah (2007) Analisis Struktur,
Perilaku dan Kinerja Industri Air
Minum Dalam Kemasan di Indonesia.
Industri Minuman
Ringan
5
Savitri (2004) Analisis Tingkat
Kepuasan Konsumen Minuman Teh
Kemasan Botol (studi kasus PT Coca
Cola Bottling Indonesia, Cibitung)
Industri Minuman
Ringan
Metode Analisis Data
6
Nugroho (2006) Analisis Tingkat
Kepuasan Pelanggan Produk Pocari
Sweat (Studi Kasus Mahasiswa Strata
Satu Institut Pertanian Bogor)
Artayati (2009) Analisis Proses
Keputusan Pembelian dan Kepuasan
Konsumen Cimory Yoghurt Drink di
Cimory Shop Bogor
Industri Minuman
Ringan
Metode Analisis Data
3
7
Industri Minuman
Ringan
Industri Minuman
Ringan
Perbedaan
Obyek yang diteliti
Jenis minuman yang
diteliti
Tempat Penelitian
Obyek yang diteliti
Jenis minuman yang
diteliti
Tempat Penelitian
Obyek yang diteliti
Jenis minuman yang
diteliti
Metode Analisis Data
Tempat Penelitian
Obyek yang diteliti
Jenis minuman yang
diteliti
Metode Analisis Data
Tempat Penelitian
Metode Analisis Data
Obyek yang diteliti
Jenis minuman yang
diteliti
Tempat Penelitian
Obyek yang diteliti
Jenis minuman yang
diteliti
Tempat Penelitian
Obyek yang diteliti
Jenis minuman yang
diteliti
Metode Analisis Data
Tempat Penelitian
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Definisi Konsumen
Konsumen merupakan pengguna barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Menurut Sumarwan (2003) konsumen dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen
organisasi. Konsumen individu melakukan kegiatan konsumsi tidak hanya
untuk dirinya sendiri tetapi juga digunakan orang lain seperti anggota keluarga
dan teman. Konsumen individu merupakan konsumen akhir dalam
penggunaan barang dan jasa. Sementara konsumen organisasi yang meliputi
organisasi bisnis yayasan dan lembaga lainnya merupakan konsumen yang
menggunakan produk untuk menjalankan kegiatan organsasinya.
Konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku
dalam proses keputusan pembelian. Karakteristik konsumen terdiri dari
pengetahuan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik
demografi konsumen (Sumarwan, 2003). Karakteristik demografi dapat dilihat
dari faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, lokasi geografi dan kelas sosial.
3.1.2
Perilaku Konsumen
Menurut Engel et al (1994) perilaku konsumen didefinisikan sebagai
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor yang membentuk proses keputusan pembelian yaitu faktor lingkungan,
faktor individu dan proses psikologis. (Engel et al, 1994).
Perilaku konsumen secara sederhana mempelajari tentang apa yang
dibeli
konsumen,
mengapa
konsumen
membelinya,
kapan
mereka
membelinya, dimana mereka membelinya, berapa serimg mereka membelinya,
dan berapa sering mereka mengkonsumsinya (Sumarwan, 2003).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menunjukkan karakteristik
konsumen, dan proses keputusan pembelian terhadap suatu produk. Maka
prilaku konsumen sangat erat kaitannya untuk dipelajari terutama dalam
pemasaran, pendidikan dan perlindungan konsumen serta kebijakan umum
3.1.3
Sikap
Sikap merupakan kecenderungan dalam diri subjek untuk menerima
atau menolak suatu obyek. Engel et al. (1994) mendefinisikan sikap sebagai
evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara
menguntungkan secara konsisten dengan obyek atau alternatif yang diberikan.
Sikap kerap terbentuk sebagai hasil dari kontak langsung dengan obyek sikap.
Sikap yang dipegang konsumen terhadap atribut produk memainkan peranan
penting dalam menentukan sikap terhadap produk.
Sikap menurut Shiffman dan Kanuk (1994) adalah ekspresi perasaan
yang menggambarkan preferensi seseorang atau ketidaksukaan seseorang pada
suatu obyek. Obyek sikap didefinisikan sebagai produk, kategori produk,
merek, jasa kepemilikan, kegunaan produk, harga, media atau pengecer.
Komponen sikap adalah kepercayaan (cognitive), perasaan (affective)
dan intense perilaku (conative). Kepercayaan meliputi apa yang dipercayai
dan diketahui oleh seseorang sehingga membentuk persepsi terhadap obyek
dan dapat diterangkan dengan pertanyaan “apa yang saya percaya?. Perasaan
meliputi perasaan seseorang mengenai perilaku objek, lebih berdasarkan
emosi seseorang dan dapat dijelaskan dengan pertanyaan “apa yang saya
rasa?. Intensi perilaku meliputi aksi atau perilaku seseorang menuju perilaku
objek
dan
dapat
diterangkan
dengan
pertanyaan
“Bagaimana
saya
menanggapinya?”.
Beberapa sikap penting dari sikap adalah kepercayaan dalam
memegang sikap dan sifat dinamis, sehingga dapat berubah bersama waktu.
Sikap dapat berbeda dalam beberapa dimensi, antara lain valensi yang
menunjuk apakah sikap itu positif, negatif dan netral. Selain itu dapat pula
berbeda pada ekstrimisitas yaitu menyukai atau tidak menyukai yang
menunjukkan derajat kesukaan. Kemudian resistensi sikap yang terhapus
secara lambat akibat perubahan waktu. Sikap memiliki banyak karakteristik
atau sifat. Menurut Engel et al. (1994) sikap memiliki sifat yang dinamis,
sehingga sikap dapat berubah-ubah dan dipengaruhi.
3.1.4 Persepsi
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), persepsi dapat digambarkan
sebagai cara seseorang melihat dunia disekitarnya. Dua individu mungkin
menerima stimulus yang sama dalam kondisi yang sama pula, namun cara
dalam menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus tersebut
dapat berbeda, bergantung pada kebutuhan, nilai, dan harapan konsumen
tersebut.
Persepsi
didefinisikan
sebagai
cara
individu
menyeleksi,
mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus menjadi gambaran yang
berarti.
Menurut Mowen dan Minor (2002), persepsi terdiri atas tiga tahap,
yaitu pemaparan, perhatian, dan pemahaman. Pada tahap pemaparan,
konsumen menerima stimulus yang berasal dari produsen, sehingga konsumen
merasakan sensasi, yaitu respon langsung dan cepat dari panca indera terhadap
stimulus yang datang, seperti iklan, kemasan atau merek (Sumarwan 2004).
Mowen dan Minor (2002) mengemukakan bahwa persepsi akan
memiliki hubungan timbal balik terhadap pemrosesan informasi. Tingkat
keterlibatan, memori, dan persepsi akan mempengaruhi pemrosesan informasi.
Sebaliknya, persepsi pun timbul sebagai hasil dari pemrosesan informasi yaitu
melalui interpretasi dan pemaknaan rangsangan. Tahapan persepsi merupakan
suatu rangkaian proses yang dapat dilihat pada Gambar 1. Pada tahap
pemaparan stimulus, konsumen menerima informasi melalui panca inderanya.
Pada tahap perhatian, konsumen akan mengalokasikan kapasitas pemrosesan
menjadi
rangsangan.
Akhirnya,
konsumen
akan
menyusun
dan
menterjemahkan informasi untuk memberikan arti terhadap informasi tersebut
yang disebut sebagai tahap pemahaman yang melibatkan panca indera.
Pemaparan
Perhatian
Pemahaman
Persepsi
(exposure)
(exposure)
(exposure)
(exposure
Gambar 1 Proses terbentuknya persepsi
Sumber : Engel et.al 1994
)
3.1.5 Faktor-Faktor Pembentuk Keputusan Konsumen
Pada perilaku komsumen, keputusan pembelian dipengaruhi oleh
beberapa faktor karena keputusan pembelian tidak terbentuk begitu saja. Hal
tersebut didasarkan pada adanya variasi dalam proses keputusan yang diambil
oleh konsumen. Menurut Engel et al (1994) faktor-faktor yang menjadi
determinan dalam proses keputusan pembelian adalah:
1.
Pengaruh Lingkungan
Engel et al (1994) mengungkapkan bahwa lingkungan konsumen yang
kompleks memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku
konsumen. Pengaruh lingkungan yang terdiri dari beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Faktor-faktor
lingkungan tersebut terdiri dari:
a. Budaya
Menurut Kotler (2005), faktor budaya merupakan faktor yang dimiliki
pengaruh yang paling luas dan paling dalam. Budaya mampu memberikan
pengaruh sebagai penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Engel
et al (1994) menyatakan bahwa budaya memberikan tiga pengaruh utama
dalam proses keputusan pembelian yaitu struktur konsumsi, pengambilan
keputusan individu dan variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi
produk. Budaya dalam perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan,
artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna pada individu untuk
membantu berkomunikasi, melakukan penafsiran, dan evaluasi sebagai
anggota masyarakat (Engel et al, 1994).
b. Kelas Sosial
Masyarakat memiliki stratifikasi yang dikenal sebagai kelas sosial.
Menurut Engel et al (1994) kelas sosial didasarkan pada nilai, minat dan
perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan pengahasilan
tapi indikator lainnya seperti indikator demografi yaitu pekerjaan,
pendidikan dan wilayah tempat tinggal. Kelas sosial akan mencerminkan
perilaku yang berbeda terhadap pembelian produk. Hal tersebut
merupakan suatu hal yang menarik bagi pemasar karena kelas sosial dapat
memilih dan membeli produk yang sesuai dengan gaya hidup. Pemasar
perlu cermat dalam memasarkan produk untuk segmen konsumen dengan
variabel kelas sosial. Hal tersebut didasarkan kelas sosial menunjukkan
preferensi atas produk dan merek yang berbeda-beda di sejumlah bidang
seperti pakaian, perabot rumah tangga, kegiatan waktu luang dan mobil
(Kotler, 2005).
c. Pengaruh Pribadi
Kepercayaan, sikap dan prilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain
digunakan sebagai kelompok acuan terutama dalam pencarian informasi.
Pengaruh dari kelompok acuan terjadi dengan tiga cara yaitu utilitarian,
niali ekspresif dan informasional (Engel et al, 1994). Selain kelompok
acuan, komunikasi lisan dari pemimpin opini menjadi dampak pribadi
yang menonjol (Engel et al, 1994). Variabel yang penting dalam pengaruh
pribadi adalah keterlibatan. Peningkatan keterlibatan terjadi jika pilihan
yang dibuat dapat menpengaruhi kelas sosial konsumen. Selain itu
keterlibatan yang tinggi juga akan memunculkan informasi dari orang
yang dipercaya. Pengaruh pribadi menjadi sebab dan hasil dari keterlibatan
yang tinggi.
d. Keluarga
Keluarga menjadi unit keputusan utama denagan pola peranan dan fungsi
yang kompleks dan bervariasi. Pada perilaku konsumen, keluarga menjadi
faktor penting karena adanya konsumen ganda yang bertindak sebagai unit
keluarga dalam membeli produk dan adanya pengaruh dari anggota
keluarga yang lain ketika ada pembelian individu (Engel et al, 1994)
e. Situasi
Perilaku konsumen terjadi dalam suatu situasi. Pengaruh situasi tidak
hanya melibatkan orang tapi juga melibatkan obyek. Pengaruh situasi
dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor khusus pada
waktu dan tempat spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan
karakteristik obyek (Engel et al, 1994)
2.
Perbedaan Individu
Faktor internal yang mempengaruhi konsumen dalam perilaku konsumen
adalah adanya perbedaan individu. Engel et al (1994) menyatakan lima
komponen yang mendasari individu berbeda dalam proses pengambilan
keputusan. Komponen tersebut antara lain:
a. Sumberdaya konsumen
Sumberdaya yang digunakan konsumen dalam proses pembelian adalah
sumberdaya ekonomi, temporal dan kognitif. Sumberdaya konsumen
memiliki pengaruh penting terutama sumberdaya ekonomi yang dapat
menggambarkan daya beli konsumen terhadap produk. Persepsi konsumen
terhadap sumberdaya yang tersedia dapat berpengaruh terhadap kesediaan
untuk menggunakan waktu dan uang untuk pembelian produk (Engel et
al,1994)
b. Motivasi dan Keterlibatn
Motivasi dan keterlibatan saling berkaitan, Engel et al (1994) menyatakan
bahwa keterlibatan merupakan faktor pengaruh yang potensial dan mampu
mempengaruhi motivasi dalam proses keputusan pembelian. Kebutuhan
menjadi variabel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai
perbedaan yang didasari antara keadaan ideal dan keadaan sebenarnya
yang memadai untuk mengaktifkan perilaku. Jika kebutuhan diaktifkan
maka akan menimbulkan dorongan yang disalurkan untuk tindakan
pembelian. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi dalam tindakan
pembelian dan konsumsi. Jika keterlibatan tinggi maka ada motivasi untuk
memperoleh dan mengolah informasi.
c. Pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam
ingatan. Pengetahuan merupakan faktor penentu utama dalam perilaku
konsumen. Hal tersebut dapat dilihat dari produk yang dibeli konsumen,
tempat pembelian dan waktu pembelian bergantung pada pengetahuan
yang relevan tentang keputusan pembelian (Engel et al, 1994).
Pengetahuan konsumen terbagi dalam tiga jenis yaitu pengetahuan produk
mencakup kesadaran merek dalam kategori produk, terminologi produk,
atribut produk dan kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan
merek spesifik, pengetahuan pembelian mencakup berbagai informasi
yang dimiliki konsumen tentang pemerolehan produk dan pengetahuan
pemakaian yang mencakup informasi dalam ingatan tentang penggunaan
suatu produk dan hal yang diperoleh dalam penggunaan produk.
d. Sikap
Sikap didefinisikan oleh Engel et al (1994) sebagai suatu evaluasi
menyeluruh
yang
memungkinkan
orang
merespon
dengan
cara
menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternatif
yang diberikan. Sikap konsumen tergantung dari pengalaman dengan suatu
produk jika pengalaman baru dirasakan oleh konsumen terutama untuk
membantu pengambilan keputusan yaitu mengindentifikasi pangsa pasar
meramalkan perilaku masa datang dan mengevaluasi pemasaran yang
potensial.
e. Kepribadian, gaya hidup dan demografi
Kepribadian, gaya hidup dan demografi merupakan faktor-faktor yang
saling berkaitan untuk menunjukkan adanya perbedaan individu dalam
konsumsi produk dan preferensi merek. Kepribadian dan gaya hidup
merupakan faktor yang lebih mudah dilihat dibandingkan motivasi dan
pengetahuan. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang
dapat berbeda dengan hasil tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan
lama terhadap lingkungannya (Kotler, 2005). Kepribadian biasanya
digambarkan dengan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi,
otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan
kemampuan beradaptasi. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana
orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang (Engel et all,1994). Gaya
hidup merupakan cerminan dari niali konsumen. Gaya hidup merupakan
konsep kontemporer dan komprehensif dan dapat berubah lebih cepat.
3.
Proses Psikologis
Proses psikologis terdiri dari tiga proses sentral yang membentuk
motivasi dan perilaku konsumen yaitu pemerosesan informasi, pembelajaran
dan perubahan sikap dan perilaku (Engel et al 1995)
a. Pemrosesan Informasi
Komunikasi menjadi faktor penting dalam pemasran karena berkaitan
dengan proses pengolahan informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada
proses suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan
akan diambil kembali (Engel et al 1995). Pemrosesan informasi terdiri dari
beberapa tahapan yaitu, pemaparan, perhatian, pemahaman, penerimaan
dan retensi (McGuire 1976 diacu dalam Engel et al 1995)
b. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses dimana pengalaman menyebabkan
perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku. Perspektif yang
digunakan dalam perilaku konsumen terdiri dari perspektif pembelajaran
kognitif dan pembelajaran bahaviourisme.
c. Perubahan Sikap dan Perilaku
Perubahan sikap dan perilaku konsumen menjadi sasaran utama
pemasaran. Sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh komunikasi
persuasif. Selain komunikasi persuasif sikap dan perilaku konsumen dapat
dipengaruhi oleh modifikasi perilaku seperti dorongan dan komitmen.
3.1.6 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Proses yang dilakukan konsumen dalam keputusan pembelian, meliputi
beberapa tahapan. Menurut Engel et.al (1994), proses pengambilan keputusan
konsumen terdiri dari lima tahapan yaitu :
a. Pengenalan kebutuhan: konsumen akan mempersiapkan perbedaan antara
keadaan
yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk
membangkitkn dan mengaktifkan proses keputusan.
b. Pencarian Informasi: konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam
ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan
dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).
c. Evaluasi Alternatif: konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan
manfaat yang diharapkan dan menyempitkan hingga alternatif yang dipilih.
d. Pembelian: konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti
yang dapat diterima.
e. Hasil/Pasca pembelian: konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang
dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan.
Engel et.al (1994) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dalam
pengambilan
keputusan
pembelian
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :
yang
dilakukan
oleh
konsumen
a. Faktor perbedaan individu terdiri dari sumber daya konsumen, motivasi dan
keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian , gaya hidup dan demografi
b. Faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial , pengaruh pribadi ,
keluarga dan situasi
c. Proses psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran,
perubahan sikap/perilaku
Model prilaku pengambilan keputusan pembelian dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya tersebut dapat dilihat pada Gambar 2
Pengaruh Lingkungan
Budaya
Kelas Sosial
Pengaruh Pribadi
Keluarga
Situasi
Pengaruh Individu
Sumberdaya Konsumen
Motivasi dan
Keterlibatan
Pengetahuan
Sikap
Kepribadian, Gaya
Hidup dan Demografi
Proses Keputusan
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
Proses Psikologis
Pemgolahan Informasi
Pembelajaran
Perubahan sikap/ Prilaku
Strategi Pemasaran
Strategi Produk
Startegi Harga
Strategi Promosi
Strategi Distibusi
Gambar 2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya
Sumber : Engel et.al 1994
3.1.7 Daur Siklus Produk
Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan
pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan
manusia, maka suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup
Produk (Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang menggambarkan riwayat
produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar.
PLC ini merupakan konsep yang penting dalam pemasaran karena
memberikan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika bersaing suatu
produk. Apabila PLC dianggap sebagai nilai strategik bagi suatu perusahaan,
maka manajernya harus dapat menentukan dimana posisi PLC produknya.
Identifikasi tahapan PLC ini dapat ditentukan dengan kombinasi tiga faktor yang
menunjukkan ciri status produk dan membandingkan hasilnya dengan pola yang
umum.
Tahap PLC suatu produk dapat ditentukan dengan mengidentifikasikan
statusnya dalam market volume, rate of change of market volume. Dalam keempat
tahap dari analisa PLC ini memiliki beberapa strategi (Kotler 1997) yaitu :
1. Tahap perkenalan (introduction).
Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun
volume penjualannya belum tinggi. Barang yang dijual umumnya barang
baru (betul-betul baru) karena masih berada pada tahap permulaan,
umumnya biaya yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi
yang dilakukan memang harus agresif dan menitikberatkan pada merek
penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba
yang diperoleh masih rendah.
2. Tahap pertumbuhan (growth)
Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan
cepat karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah
mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh
perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Pada tahap ini pesaing sudah
mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain
yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya
adalah dengan menurunkan harga jualnya.
3. Tahap kedewasaan (maturity)
Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih
meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen
maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam,
sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang
baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai
ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan.
4. Tahap kemunduran (decline)
Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu
mengalami keusangan dan harus diganti dengan barang yang baru. Dalam
tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang
lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi
pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh
menurun. Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa
mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi
pada pasar tertentu yang sangat terbatas. Altematif-alternatif yang dapat
dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain
memperbarui barang (dalam arti fungsinya), meninjau kembali dan
memperbaiki program pemasaran serta program produksinya agar lebih
efisien, menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik,
menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada
barang yang sudah ada, atau meninggalkan sama sekali barang tersebut.
3.1.8 Atribut Produk
Atribut adalah karakteristik atau sifat suatu produk, umumnya mengacu
pada karakteristik yang berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama pengambilan
keputusan oleh seorang konsumen. Keunikan suatu produk dapat dengan mudah
menarik perhatian konsumen, keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oelh
suatu produk. Suatu produk pada dasarnya merupakan kumpulan dari atributatribut, dan setiap produk baik barang atau jasa dapat diekspresikan dengan
menyebutkan atribut-atributnya. Para pemasar perlu memahami pengetahuan
konsumen akan atribut, karena pengetahuan mengenai atribut akan mempengaruhi
pengambilan keputusan pembelian.
Menurut Kotler (2002), atribut produk terdiri dari tiga hal yaitu mutu
produk, ciri produk, dan desain produk. Mutu produk menunjukkan kemampuan
sebuah produk untuk menjalankan fungsinya. Ciri produk dapat dipergunakan
sebagai alat untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaingnya.
Desain produk merupakan kekhasan penampilan produk yang dapat menarik
perhatian.
Menurut Engel et al., (1994), keunikan ini terlihat dari atribut yang dimilki
oleh suatu produk. Atribut-atribut produk terdiri dari tiga tipe,
1.
Ciri-ciri atau rupa (fetatures), dapat berupa ukuran, tampilan, harga, servis
atau jasa, komposisi, nilai estetika, warna dan lain-lain
2.
Manfaat
(benefit)
dapat
berupa
kegunaan
atau
kesenangan
yang
berhubungan dengan panca indera, dapat juga manfaat yang tak berwujud
seperi kesehatan dan penghematan waktu
3.
Fungsi (function) atribut ini jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan
sebagai ciri dan manfaat
Atribut menurut Solomon (1991) adalah karakteristik atau sifat dari suatu
obyek dan umumnya mengacu pada karakteristik yang berfungsi sebagai kriteria
evaluatif dalam pengambilan keputusan. Atribut produk dapat menjadi tersendiri
bagi konsumen terhadap suatu produk. Setelah melakukan penilaian melalui
evaluasi konsumen akan memberikan kekuatan kepercayaan konsumen terhadap
atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Kepercayaan konsumen inilah yang
merupakan kekuatan harapan dan keyakinan konsumen terhadap atribut yang
dimilki oleh suatu produk. Selanjutnya kekuatan kepercayaan ini akan tercermin
pada pengetahuan konsumen dan manfaat yang sudah diberikan oleh suatu
produk.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional
Perkembangan industri minuman sari buah dalam kemasan di pasaran,
semakin membuka peluang bagi para produsen untuk dapat memasarkan produk
minuman sari buah dalam kemasan dengan lebih baik lagi. Selain didukung oleh
pertumbuhan pasar sari buah yang meningkat tiap tahunnya, tentunya akan
menciptakan tingkat persaingan yang kompetitif. Adanya perubahan pola
konsumsi pada konsumen Indonesia dan usia remaja pada khususnya, yang lebih
menyukai makanan dan minuman cepat saji sangat memungkinkan hal tersebut
untuk dijadikan target pasar.
Konsumen dengan karakteristik kategori usia remaja pada dasarnya
memiliki sifat yang dinamis dan aktif mencari informasi. Kecenderungan ini juga
disebabkan karena remaja mudah terpengaruh dengan lingkungan terutama
pergaulan seperti teman sekolah atau kampus dan keluarga. Selain itu pengaruh
iklan juga memberikan dampak yang besar pada konsumen remaja dalam memilih
produk yang mereka konsumsi.
Meski Nutrisari sebelumnya sebagai pioneer dalam minuman sari buah
serbuk namun kini ditengah ketatnya persaingan, Nutrisari hadir dengan
memasarkan produk barunya minuman sari buah dalam kemasan pada tahun 2010.
Namun dengan begitu bukan hal yang mudah bagi Nutrisari untuk dapat bersaing
dengan Buvita dan ABC Juice sebagai pesaing utama sekaligus leader pada ceruk
pasar tersebut.
Sehingga sangat menarik untuk dianalisis mengenai bagaimana sikap
konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan RTD
dibandingkan dengan pesaingnya. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor
proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Adapun proses
keputusan pembelian tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis secara
deskriptif, data mengenai proses keputusan pembelian disajikan dengan tabulasi
sederhana.
Sedangkan untuk mengukur sikap konsumen terkait produk minuman sari
buah dalam kemasan Nutrisari yakni dianalisis dengan menggunakan model
multiatribut Fishbein dan analisis kesenjangan (gap) digunakan untuk
membandingkan tingkat kinerja dengan tingkat harapan pada masing-masing
atribut berdasarkan penilaian responden.
Peluang
Kendala
a. Peluang industri minuman sari
buah masih terbuka lebar baru
lima persen dari total pasar
minuman ringan
b. Perubahan Pola Konsumsi
Remaja yang lebih menyukai
makanan dan minuman siap
saji
a. Peningkatan jumlah Industri
minuman sari buah
b. Adanya persaingan yang ketat
dalam minuman sari buah
kemasan Ready To Drink (RTD)
yaitu Buavita dan ABC Juice
sebagai leader di pasaran
Nutrisari
Karakteristik Proses Keputusan
Pembelian Konsumen Terhadap
Minuman Sari Buah
a.
b.
c.
d.
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
e. Hasil Pasca Pembelian
Importance Performance Analysis
Analisis Deskriptif
Sikap Konsumen Terhadap Atribut Produk
Minuman Sari Buah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Harga
Rasa
Kekentalan Produk
Warna
Kandungan Bulir Serat Buah
Desain Kemasan
Variasi Rasa
Merek
Expired Date
Izin Depkes
Label MUI
Ketersediaan Produk
Iklan
Ukuran Saji
Efek Samping
Promosi
Analisis Multiatribut Fishbein
Analisis GAP
Rekomendasi Untuk Perusahaan
Keterangan:
Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Proses Keputusan Pembelian
Terhadap minuman Sari Buah Buavita dan Nutrisari
V ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
5.1 Karakteristik Umum Responden Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to
Drink
Perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen
dalam
mencari,
membeli,
menggunakan,
mengevaluasi
dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka (Shiffman dan Kanuk, 1994). Konsumen sangat erat kaitannya
terhadap kelangsungan suatu bisnis terutama bisnis yang bergerak pada industri
makanan dan minuman. Tinggi rendahnya tingkat pencapaian perusahaan
dihasilkan dari keputusan konsumen dalam membeli produk mereka. Pesatnya
perkembangan teknologi dan informasi menjadikan produsen semakin inovatif
dalam menciptakan dan memasarkan produknya. Hal tersebut juga mendorong
konsumen untuk semakin kritis dalam memilih produk dan jasa yang mereka
butuhkan terutama dalam memilih asupan makanan dan minuman yang mereka
konsumsi.
Konsumen memiliki keragaman dan karakteristik yang menarik untuk
dipelajari. Berbagai latar belakang responden tersebut meliputi usia, jenis
kelamin, pendidikan dan keadaan ekonomi sosialnya. Informasi karakteristik
umum responden didapatkan dari beberapa variabel yang diambil dari hasil
pengisian sejumlah pertanyaan pada kuesioner.
5.1.1 Profil Responden Berdasarkan Area Domisili
Proporsi terbesar responden minuman sari buah Nutrisari ready to drink
berdasarkan area domisili adalah responden yang berasal dari Bogor sebanyak 51
orang atau sebesar 85 persen (Tabel 8). Sedangkan area terbesar selanjutnya
adalah Jakarta dan Depok sebesar 6,67 dan lima persen. Ketiga area tersebut
dimungkinkan menjadi area dengan jumlah domisili terbesar pada responden
dikarenakan faktor kedekatan dengan area kampus Program Keahlian Diploma
IPB yang berada di Bogor sehingga menjadi pertimbangan mereka dalam
pemilihan tempat kuliah.
Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Domisili
No
1
2
3
4
5
Presentase (%)
Sebaran
Area
Bandung
Bogor
Depok
Jakarta
Tanggerang
Jumlah
1
51
3
4
1
60
1.67
85
5
6.67
1.67
100
5.1.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari 34
orang perempuan atau sebesar 56,67 persen dan 26 orang laki-laki sebesar 43,33
persen.
Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sebaran
No Jenis Kelamin
1 Laki-laki
2 Perempuan
Jumlah
Presentase (%)
26
34
60
43.33
56.67
100
Hal tersebut tidak terlepas dari jumlah keseluruhan mahasiswa perempuan
yang memang lebih banyak pada program keahlian manejemen agribisnis
sebanyak 123 orang sedangkan sisanya sebanyak 69 orang adalah laki-laki,
sehingga kemungkinan perempuan lebih banyak dipilih sebagai responden.
5.1.3 Profil Responden Berdasarkan Usia
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya mahasiswa yang dijadikan
responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat dua, dengan rentang usia
pada umumnya adalah 18-20 tahun. Usia tersebut adalah target utama dalam
konsumsi minuman sari buah dimana dengan tingkat aktivitas yang tinggi mereka
tetap membutuhkan asupan gizi yang seimbang terutama dari konsumsi buah dan
sayur yang dirasakan kurang.
Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Usia
No
1
2
3
4
Usia
Jumlah
Presentase (%)
Sebaran
18
19
20
22
2
39
18
1
60
3.33
65.00
30.00
1.67
100
Sebanyak 39 orang mayoritas responden adalah mahasiswa dengan usia 19
tahun, dan sebesar 30 persen berada pada usia 20 tahun, sedangkan sisanya berada
pada usia 18 dan 22 tahun dengan presentase masing-masing sebesar 3,33 dan
1,67 persen.
5.1.4 Sebaran Responden Berdasarkan Uang Saku
Uang saku menjadi faktor yang sangat penting karena terkait dengan
kesanggupan responden mahasiswa dalam membeli produk atau jasa. Jumlah
pendapatan atau uang saku sangat menggambarkan daya beli mereka terhadap
produk. Jumlah uang saku yang terbatas menjadikan mahasiswa kian selektif
dalam mengalokasikan uang yang dimiliki untuk membeli minuman sari buah
dalam kemasan. Sehingga menjadi hal yang sangat penting bagi produsen
minuman sari buah khususnya untuk mengetahui daya beli terhadap minuman
sari buah yang mereka pasarkan. Berikut ini Tabel 11 mengenai sebaran
responden berdasarkan uang saku yang dimiliki per bulannya. Uang saku tersebut
merupakan jumlah uang yang digunakan khusus hanya untuk jajan.
Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Uang Saku
No
1
2
3
4
Uang Saku (Rp)
< 100.000
100.000 - 500.000
500.001 - 1.000.000
> 1.000.001
Jumlah
Sebaran
2
36
18
4
60
Presentase (%)
3.33
60.00
30.00
6.67
100
Berdasarkan Tabel 11 sebanyak 36 orang atau 60 persen responden
memiliki uang saku berada pada kisaran Rp 100.000–Rp 500.000, sedangkan
jumlah tertinggi kedua berada pada kisaran yakni sebesar 30 persen.
Bila dilihat dari sebaran uang saku tersebut dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden memiliki daya beli yang cukup besar terhadap
pembelian minuman sari buah. Hal tersebut dapat diasumsikan dari nilai uang
yang mereka keluarkan dalam membeli minuman sari buah, berdasarkan frekuensi
rata-rata tertinggi dalam membeli minuman sari buah per minggu adalah sebanyak
tiga kali maka jumlah uang yang mereka keluarkan dalam sebulan, sehingga
berdasarkan perhitungan berikut 12 buah RTD dikali dengan harga minuman sari
buah rata-rata sebesar Rp.4500, maka jumlah uang yang harus mereka keluarkan
adalah sebesar Rp 54.000. Hal tersebut menunjukkan pengeluaran mereka hanya
sebesar 10 persen dari total uang saku yang sebagian besar dimiliki oleh
responden (Rp. 500.000)
5.1.5 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebaran respoden
berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dikatakan menyebar secara merata.
Proporsi terbesar menunjukkan bahwa responden dengan jumlah anggota keluarga
sebanyak empat orang sebesar 35 persen dan presentase kedua sebesar 30 persen
berada pada jumlah anggota keluarga yang memiliki jumlah sebanyak lima orang.
Sedangkan sisanya berada pada proporsi sebesar 11,67 persen untuk jumlah
anggota keluarga sebanyak 6 orang, 10 persen untuk jumlah tiga orang anggota
dan sebanyak 8,33 dan 3,33 persen untuk responden yang memiliki jumlah angota
sebanyak tujuh dan 12 orang dalam satu keluarga.
Besaran jumlah anggota keluarga tentunya berpengaruh terhadap jumlah
pembelian minuman sari buah yang dapat dimungkinkan oleh anggota keluarga
lainnya, sehingga hal tersebut dapat menjadi peluang bagi produsen dalam
peningkatan jumlah penjualan produk minuman sari buah dalam kemasan. Berikut
ini sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada
Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
No
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah Anggota
Presentase (%)
Sebaran
2
3
4
5
6
7
12
Jumlah
1
6
21
18
7
5
2
60
1.67
10.00
35.00
30.00
11.67
8.33
3.33
100
5.2 Analisis Proses Keputusan Pembelian
Analisis proses keputusan pembelian merupakan salah satu hal yang penting
untuk dipelajari guna mengetahui perilaku konsumen sebelum memutuskan untuk
membeli dan mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Proses pengambilan
keputusan pembelian minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan tentunya tidak
terlepas dari karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda oleh
konsumennya. Berbagai macam keputusan mengenai aktivitas kehidupan
dilakukan oleh konsumen dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini uraian yang
menentukan keputusan pembelian melalui beberapa tahapan antara lain
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan
pasca pembelian.
5.2.1 Pengenalan Kebutuhan
Proses pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menyadari adanya
suatu perbedaan, yakni suatu keadaan dimana terdapat ketidaksesuaian antara
keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sesungguhnya terjadi. Pengenalan
kebutuhan merupakan tahapan pertama dalam proses pengambilan keputusan
pembelian. Tahapan pengenalan kebutuhan dapat dimulai dari mengenali
keinginan atau alasan responden melakukan pembelian terhadap minuman sari
buah dalam kemasan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
dipengaruhi baik oleh rangsangan internal maupun rangsangan eksternal. Seperti
halnya kebutuhan, motivasi setiap orang untuk mengkonsumsi minuman sari buah
tentunya akan berbeda-beda. Berikut ini motivasi responden dalam membeli dan
mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari ready to drink.
Tabel 13.
No
1
2
3
4
5
6
Motivasi Responden Terhadap Konsumsi Minuman Sari Buah
Nutrisari Ready to Drink
Motivasi
Sekedar Coba-Coba
Harganya Terjangkau
Kandungan Nutrisi
Praktis/Mudah dikonsumsi
Mudah Diperoleh
Pelepas Dahaga
Jumlah
Jumlah Responden
11
3
7
29
3
7
60
Presentase (%)
18
5
12
48
5
12
100
Berdasarkan pada Tabel 13, motivasi atau alasan utama responden
mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari ready to drink adalah alasan
kepraktisan atau kemudahan dalam mengkonsumsi yakni sebesar 48 persen.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mendorong produsen
minuman sari buah berinovasi dalam mengemas produknya dalam kemasan yang
praktis namun tetap dapat melindungi isi produk dengan baik sehingga dapat
memperpanjang umur produk tanpa perlu ditambahkan bahan pengawet tertentu.
Minuman sari buah Nutrisari ready to drink merupakan hal yang relatif
baru di Indonesia sehingga alasan sekedar coba-coba sebesar 18 persen berada
pada urutan kedua, rasa ingin tahu konsumen yang begitu besar turut mendorong
konsumen untuk mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari yang baru
dipasarkan pada awal tahun 2010, terlebih dengan varian rasa Nutrisari yang kian
inovatif.
Hal tersebut diikuti pula dengan kandungan nutrisi dan vitamin C yang
menarik konsumen sebesar 12 persen untuk mengkonsumsi minuman sari buah
Nutrisari, selain harganya terjangkau kemudahan dalam memperoleh memberikan
proporsi masing-masing sebesar lima persen.
Manfaat yang besar dalam minuman sari buah memberikan pengaruh yang
besar bagi konsumen untuk mengkonsumsinya, selain sebagai penghilang dahaga
dan mendapat rasa segar (masing-masing sebesar 38 persen), responden
mempercayai sebesar 11 persen manfaat minuman sari buah sebagai pelengkap
nutrisi tubuh. Pola gaya hidup sehat turut mempengaruhi sebagian besar
responden dalam membeli minuman sari buah sebanyak 66 persen responden. Hal
tersebut menunjukkan bahwa minuman sari buah Nutrisari menjadi salah satu
pilihan minuman yang dapat menunjang nutrisi tubuh dan gaya hidup sehat oleh
sebagian besar responden.
5.2.2 Pencarian Informasi
Pada proses keputusan pembelian, pencarian informasai dilakukan setelah
pengenalan dalam pemenuhan kebutuhan. Pencarian informasi mulai dilakukan
ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan
membeli atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Pencarian informasi yang
dilakukan oleh konsumen dapat diperoleh dari pengetahuan yang tersimpan di
dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian
eksternal).
Pada proses pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to drink
sebanyak 90 persen responden tidak melakukan pencarian informasi sebelum
melakukan pembelian terhadap minuman sari buah Nutrisari dan hanya 10
persennya yang melakukan pencarian informasi secara khusus sebelum
melakukan pembelian. Hal ini menunjukkan pada keputusan ini, konsumen telah
memiliki kriteria dasar untuk mengevaluasi kategori produk minuman sari buah
dalam kemasan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar
responden telah memiliki gambaran yang jelas terhadap klasifikasi mengenai
karakteristik dan beberapa preferensi merek minuman sari buah.
Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Pencarian Informasi Pembelian
Minuman Sari Buah Nutrisari
No
1
2
Sumber Informasi
Jumlah Responden
Presentase (%)
54
6
60
90
10
100
Melakukan pencarian informasi
Tidak melakukan pencarian informasi
Jumlah
Sumber informasi yang menjadi komponen penting dalam tahap pencarian
informasi pembelian minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan adalah sumber
informasi yang berasal dari media elektronik televisi. Proporsi sumber informasi
yang berasal dari TV adalah 50 orang atau sebesar 83 persen. Hal tersebut terkait
dengan usia remaja yang relatif sering menonton TV, sehingga memudahkan
mereka dalam mengakses beragam informasi. Intesitas iklan yang relatif sering
ditayangkan pada televisi mampu memberikan ingatan yang baik pada usia
tersebut. Sehingga pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan memudahkan
sebagaian besar responden melakukan pencarian informasi yang dibutuhkan.
Sumber informasi lainnya yang menjadi prioritas kedua adalah sebaran
informasi yang berasal dari tenaga penjual atau SPG sebanyak 13 persen, hal ini
dimungkinkan karena area kampus yang dekat dengan mall/tempat-tempat
penjualan menjadi tujuan utama dalam kegiatan promosi Nutrisari seperti free
drink, gimmick atau free sample dalam memasarkan produknya.
Selain itu pengalaman keluarga atau teman turut mendorong responden
sebesar tiga persen dalam membeli minuman sari buah Nutrisari. Berikut ini Tabel
15 mengenai sebaran Sumber informasi Minuman Sari Buah Nutrisari ready to
drink.
Tabel 15. Sumber Informasi Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink
No
Sumber Informasi
1
Keluarga/Teman
2
Penjual/SPG
3
TV
Jumlah
Jumlah Responden
2
8
50
60
Presentase (%)
3
13
83
100
Diantara sumber informasi yang tersedia sebesar 28 persen responden
memberikan penilaian terbesar pada kandungan nutrisi sebagai sumber perhatian
utamanya, sedangkan prioritas kedua sumber perhatian responden adalah
kandungan nutrisi sebesar 17 persen yang terdapat pada minuman sari buah
Nutrisari ready to drink dan masing-masing sebanyak 12 persen responden
terfokus pada manfaat dan merek dari minuman sari buah itu sendiri. Berikut ini
Tabel 16 mengenai informasi yang menjadi sumber perhatian responden.
Tabel 16. Sumber Informasi yang Paling Dipertimbangkan
No
1
2
3
4
5
6
Jenis Informasi
Presentase (%)
Jumlah Responden
Harga
Kandungan Nutrisi
Kemasan Produk
Manfaat
Merek
Rasa
Jumlah
17
10
1
7
7
18
60
28
17
2
12
12
30
100
5.2.3 Evaluasi Alternatif
Tahap ketiga dari proses keputusan pembelian adalah evaluasi alternatif
(prepurchase
alternative
evaluation).
Evaluasi
alternatif
adalah
proses
mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan memilahnya sesuai dengan yang
diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi alternatif, konsumen membandingkan
berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada tahap
ini responden menetapkan kriteria-kriteria yang relevan sesuai dengan
keinginannya untuk dapat membuat keputusan yang paling bermanfaat dan untuk
memecahkan masalahnya tersebut. Penilaian tersebut tentunya akan berbeda-beda
diantara responden. Untuk bagaimana pertimbangan responden dalam pemilihan
alternatif tersebut dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Atribut yang Paling Dipertimbangkan dalam Proses Keputusan
Pembelian Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink
Atribut
Harga
Kandungan Bahan Alami
Komposisi
Manfaat
Merek
Rasa
Tanggal Kadaluarsa
Izin Depkes
Label Halal MUI
Variasi Rasa
Jumlah
Presentase (%)
Jumlah Responden
17
1
1
5
1
21
3
3
2
6
60
28
2
2
8
2
35
5
5
3
10
100
Pada proses pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to drink
prioritas responden dalam mengkonsumsi minuman sari buah adalah atribut rasa
sebesar 35 persen atau sebanyak 21 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasa
merupakan faktor penting dalam pemilihan minuman sari buah.
Prioritas kedua adalah atribut harga dan variasi rasa dengan proporsi
masing-masing sebesar 28 dan 10 persen. Responden sangat mempertimbangkan
atribut harga karena terbatasnya uang saku menjadikan responden kritis dalam
mengelola pembelajaannya, begitu pun dengan variasi rasa seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, sebagian besar responden memilih minuman sari buah
karena kecenderungan respoden yang suka mencoba-coba sesuatu yang baru.
5.2.4 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan salah satu tahapan tujuan akhir dari
tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi dan evaluasi alternatif sebelum
melakukan proses pembelian. Pada tahap keputusan pembelian meliputi keputusan
konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli,
dimana membeli dan bagaimana cara membelinya.
Pada proses keputusan pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to
drink sebanyak 43 persen responden membeli minuman sari buah Nutrisari pada
gerai-gerai atau oulet, dan sebanyak 40 persen pada tempat lainnya seperti
warung, minimarket atau pedagang kecil. Berikut ini Tabel 18 mengenai sebaran
pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to drink
Tabel 18. Sebaran Tempat Pembelian Nutrisari Ready to Drink
No
1
2
3
4
Tempat
Gerai/Outlet
Tempat Makan
Agen/Distributor
Warung/Minimarket
Jumlah
Presentase (%)
Jumlah Responden
26
6
4
24
60
43
10
7
40
100
Berdasarkan kemasan produk minuman sari buah ready to drink sebanyak
63 persen responden menginginkan bentuk kemasan yang unik, hal tersebut
dimaksudkan agar produsen mampu mengemas produknya dalam kemasan yang
berbeda dengan yang dipasaran pada umumnya. Berdasarkan hasil kuesioner
bagaimana cara mereka dalam melakukan keputusan pembelian menunjukkan
sebesar 82 persen responden membeli minuman sari buah dalam kemasan
tergantung situasi, beragam waktu dan kondisi memyebabkan mereka membeli
dalam waktu yang tidak tentu, sisanya sebesar 11 dan enam persen responden
melakukan pembelian secara terencana ataupun mendadak.
Intensitas mereka pun dalam membeli minuman sari buah dalam kemasan
menyebar secara beragam.
Sebanyak 28 orang atau 46 responden membeli
minuman sari buah sebanyak tiga kali dalam seminggu dan sebanyak 15 orang
membeli sebanyak dua kali dalam seminggu, sedangkan 12 orang responden
menyatakan membeli sebanyak satu kali dalam seminggu.
Pada penelitian yang telah dilakukan sebanyak 37 orang responden atau
sebesar 61 persen menginginkan varian rasa yang berbeda pada minuman sari
buah Nutrisari dalam kemasan. Hal ini dimaksudkan agar mereka terus memiliki
beragam pilihan dalam memilih minuman sari buah yang mereka sukai.
5.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian
Didalam tahapan proses keputusan pembelian, konsumen tidak akan
berhenti hanya sampai proses konsumsi produk atau jasa selesai dilakukan.
Namun konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah
dilakukannya. Setelah mengkonsumsi, konsumen diharapkan dapat menilai dan
mengevaluasi rasa puas atau tidak puas terhadap konsumsi produk atau jasa yang
telah dilakukan.
Hal tersebut sangat mempengaruhi niat beli kembali oleh konsumen dan
sebaliknya konsumen akan menolak membeli kembali jika mereka merasa tidak
puas tehadap produk atau jasa tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, sebanyak 50 orang responden atau sebesar 83 persen responden
menyatakan rasa puas terhadap minuman sari buah dalam kemasan dan sisanya
sebanyak 10 orang sisanya merasa tidak puas. Berikut Tabel 19 menerangkan
variasi kendala dalam mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari dalam
kemasan.
Tabel 19. Sebaran Kendala Terhadap Konsumsi Minuman Sari Buah Nutrisari
No
1
2
3
4
Kendala
Harganya mahal
Sulit Didapat
Kurang Informasi
Tidak ada Kendala
Jumlah
Presentase (%)
Jumlah Responden
33
3
13
11
60
55
5
22
18
100
Berdasarkan Tabel 19 penyebab terbesar yang menjadi kendala dalam
mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan adalah 55 responden
menyatakan harganya yang relatif mahal dan sebesar 21 persen responden
mendapati kendala kurangnya informasi tentang keberadaaan produk sehingga
sebanyak lima persen sisanya merasa minuman sari buah sulit didapat atau
diperoleh. Sedangkan sebanyak 18 persen menyatakan tidak terdapat kendala
dalam mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari.
Bila terjadi kenaikan harga pada minuman sari buah Nutrisari
menyebabkan 34 orang atau 56 persen responden menyatakan akan mencari
minuman sari buah yang lebih murah sehingga akan berdampak cukup signifikan
terhadap penurunan penjualan, karena hanya sebesar 26 persen responden tetap
memutuskan untuk membeli minuman sari buah Nutrisari. Hal ini menunjukkan
bahwa kenaikan harga dapat menyebabkan sensitivitas yang cukup tinggi terhadap
nilai penjualan yang berdampak pendapatan perusahaan.
VI. ANALISIS SIKAP KONSUMEN
6.1 Penilaian Evaluasi Atribut (ei)
Atribut produk yang diteliti dalam penelitian ini didasarkan pada hasil
survei pendahuluan mengenai atribut apa saja yang dianggap penting oleh calon
responden. Adapun atribut-atribut yang dinilai tersebut adalah rasa, warna,
kekentalan minuman, ukuran saji/volume, kandungan bulir/serat buah, kejelasan
tanggal kadaluwarsa, izin depkes, label halal MUI, desain kemasan, efek samping,
variasi rasa, harga, merek, iklan, ketersediaan produk dan promosi.
Berdasarkan hal tersebut konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda
terutama pada cara pandang mereka terhadap tingkat kepentingan suatu atribut
dalam pada produk minuman sari buah dalam kemasan. Konsumen menetapkan
kriteria tertentu dalam menilai suatu produk minuman sari buah dalam kemasan.
Semakin tinggi skor evaluasi yang diperoleh semakin penting suatu atribut dinilai
oleh responden. Berikut ini adalah perhitungan mengenai tingkat kepentingan
yang dapat menggambarkan sikap 60 responden yang dapat dilihat pada Tabel 20
Tabel 20. Skor Evaluasi (ei) Kepentingan Terhadap Minuman Sari Buah (Ready
to Drink) dalam Kemasan
Evaluasi Produk (ei)
No
Atribut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Rasa Keseluruhan
Warna
Kekentalan Minuman
Ukuran saji/volume
Kandungan Bulir/Serat Buah
Kejelasan Tanggal Kadaluwarsa
Izin Depkes
Label Halal MUI
Desain Kemasan
Efek Samping
Variasi Rasa
Harga
Merek
Iklan
Ketersediaan Produk
Promosi
-2
-1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
Total
0
0
4
4
1
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
2
1
+1
3
10
13
5
6
2
2
3
6
3
3
5
8
10
7
6
23
35
32
28
12
6
4
11
37
25
27
25
30
34
30
30
+2
34
11
11
26
42
52
54
46
17
32
30
30
19
15
21
22
Rata-rata
1.52
0.88
0.83
1.32
1.60
1.83
1.87
1.72
1.18
1.48
1.45
1.42
1.07
1.05
1.17
1.18
21.57
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 20 menunjukkan responden
mengevaluasi secara positif dari kesemua atribut yang diberikan. Atribut
informasi izin Depkes, kejelasan tanggal kadaluarsa, label halal MUI, kandungan
bulir/serat buah dan rasa merupakan atribut yang sangat penting dalam minuman
sari buah dalam kemasan ready to drink. Responden jelas menginginkan produk
minuman sari buah yang sangat memperhatikan dan mementingkan atribut
tersebut.
Skor evaluasi tertinggi dalam penelitian ini adalah atribut izin dari
Departemen Kesehatan dengan skor evaluasi 1,87 pada selang maksimum +2 dan
selang minimum -2 yang berarti atribut ini sangat penting bagi responden. Adapun
responden menganggap perizinan Departemen Kesehatan sebagai atribut
terpenting karena terkait dengan pertimbangan terhadap legalitas dan informasi
keamanan dalam mengkonsumsi. Diharapkan dengan upaya mengkonsumsi
minuman sari buah tersebut dapat pula dijadikan upaya menjaga kesehatan
sebagai pemenuhan terhadap nilai gizi dan vitamin yang terdapat pada buah,
terutama kandungan antioksidan dan vitamin C nya yang besar.
Atribut tanggal kadaluarsa dan label halal MUI juga dianggap sangat
penting atau sangat diinginkan oleh responden. Skor evaluasi kejelasan tanggal
kadaluarsa adalah sebesar 1.83 dan label halal MUI sebesar 1.72 pada selang
maksimum +2 dan minimum -2. Konsumen menilai suatu merek minuman sari
buah yang terbaik adalah yang memiliki kejelasan tanggal kadaluarsa dan label
MUI pada produknya. Hal ini disebabkan karena produk minuman sari buah ready
to drink umumnya tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga kesegaran dan
kandungan bahan alaminya tetap terjaga. Selain itu dengan adanya kejelasan label
halal MUI dapat dijadikan petunjuk bagi umat muslim umumnya untuk
mengetahui produk yang sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang berlaku.
Kandungan serat atau bulir buah dan rasa menjadi salah satu atribut yang
diinginkan oleh konsumen. Skor evaluasi kandungan serat/bulir buah dan rasa
adalah sebesar 1.60 dan 1.52 pada selang maksimum +2 dan selang minimum -2
yang berarti dengan adanya kandungan serat atau bulir buah yang banyak
memberikan kepercayaan yang besar terhadap keaslian minuman sari buah
tersebut. Begitu pun rasa secara keseluruhan mampu mencirikan keaslian sari
buah menjadi bagian yang amat penting dalam pertimbangan konsumen dalam
mengkonsumsi minuman sari buah ready to drink.
Sementara itu atribut yang terendah adalah atribut warna dan kekentalan
minuman dengan skor evaluasi sebesar 0.88 dan 0.83 pada selang maksimum +2
dan selang minimum -2 yang berarti kedua atribut ini dianggap tidak begitu
penting dalam pembentukan sikap terhadap produk minuman sari buah dalam
kemasan ready to drink. Persepsi konsumen ternyata faktor dan kekentalan
minuman dan warna tidak terlalu diperhatikan karena atribut tersebut tertutupi
oleh bentuk dan bahan kemasan yang tidak transparan. Dengan demikian, atribut
kekentalan minuman dan warna tidak menjadi hal yang utama yang memotivasi
responden dalam mengkonsumsi minuman sari buah dalam kemasan.
6.2 Penilaian Kinerja Atribut Merek
Nutrisari merupakan salah satu pioneer dalam olahan minuman sari buah
serbuk yang kini turut mengembangkan minuman sari buah ready to drink dan
berupaya meraih ceruk pasar yang lebih besar di Indonesia . Berbeda dengan Buavita
dan ABC Juice yang telah lebih dahulu memasuki pasar minuman sari buah,
Nutrisari merupakan follower dalam industri ini sehingga penilaian kinerjanya
menjadi hal yang menarik dianalisis. Buavita dan ABC Juice selain dijadikan
sebagai pembanding karena selain memiliki varian rasa yang sama, bentuk
kemasan dan harganya relatif tidak jauh berbeda. Penilaian responden terhadap
kinerja ketiga merek tersebut dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Skor Kepercayaan (bi) Terhadap Minuman Sari Buah Ready to Drink
No
Atribut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Rasa Keseluruhan
Warna
Kekentalan Minuman
Ukuran saji/volume
Kandungan Bulir/Serat Buah
Kejelasan Tanggal Kadaluwarsa
Izin Depkes
Label Halal MUI
Desain Kemasan
Efek Samping
Variasi Rasa
Harga
Merek
Iklan
Ketersediaan Produk
Promosi
Total
Nutrisari
Buavita
ABC Juice
SKOR KINERJA
1.083
1.033
-0.033
0.183
0.167
0.983
0.933
0.883
0.883
0.617
0.600
0.167
1.117
1.033
0.967
0.850
11.467
SKOR KINERJA
1.067
1.067
0.317
0.267
0.333
0.983
0.917
0.833
0.883
0.650
0.700
-0.050
1.000
0.817
0.867
0.700
11.350
SKOR KINERJA
0.700
0.683
0.033
0.317
-0.217
0.917
0.867
0.800
0.617
0.550
0.517
0.000
0.867
0.667
0.767
0.650
8.733
Berdasarkan perhitungan Tabel 21 menunjukkan bahwa skor kinerja Nutrisari
lebih besar dibandingkan dengan merek Buavita dan ABC Juice dengan skor
masing-masing sebesar 11,467, 11,350 dan 8,733. Namun dari ketiga produk
minuman sari buah dalam kemasan ready to drink tersebut memiliki keunggulan
yang berbeda tiap atributnya. Berikut ini penjelasan mengenai hasil analisis
tingkat kinerja terhadap ketiga merek minuman sari buah dalam kemasan tersebut.
1. Nutrisari
Penilaian responden terhadap minuman sari buah Nutrisari ready to drink
adalah sebagai berikut, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, atribut
yang kinerjanya paling baik dibandingkan Buavita dan ABC Juice menurut
responden adalah atribut merek dengan nilai kepercayaan sebesar 1.117 dimana
Nutrisari memiliki brand image yang begitu kuat ditengah ingatan masyarakat.
Hal ini terbukti dengan diraihnya Best Brand Award untuk kedelapan kalinya oleh
Nutrisari pada tahun 2010.
Atribut terbaik selanjutnya adalah atribut rasa dan warna dengan nilai
kepercayaan sebesar 1.083 dan 1.033 yang dinilai positif oleh responden.
Keunggulan nilai rasa Nutrisari disebabkan oleh banyaknya responden yang
selama ini sudah terbiasa dengan minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan
serbuk dan penilaian terhadap rasa buah yang khas meliputi rasa manis dan asam
buah sehingga menganggap minuman sari buah Nutrisari terasa seperti
mengkonsumsi buah asli. Sedangkan warna cairan yang dimiliki minuman sari
buah asli dinilai telah mencirikan warna daging buah asli.
Sementara itu atribut kekentalan minuman dinilai responden memiliki nilai
kepercayaan terendah sebesar -0.033. Responden menilai negatif atribut tersebut
karena konsumen menganggap minuman sari buah Nutrisari sangatlah cair
dibandingkan dengan merek lainnya.
2. Buavita
Buavita merupakan leader dalam minuman sari buah dalam kemasan.
Posisinya sebagai pemimpin pasar memungkinkan Buavita memiliki atribut
terbaik dibandingkan Nutrisari dan ABC Juice adalah atribut warna dan efek
samping dengan nilai kepercayaan sebesar 1.067 dan 0.650. Responden menilai
secara positif Buavita memiliki warna alami buah dengan tingkat keamanan
pangan yang baik, dan konsumen mempercayai Buavita terhindar dari zat-zat
berbahaya, dan tidak mengandung bahan pewarna maupun pengawet yang buatan.
Atribut terbesar lainnya adalah variasi rasa dengan nilai kepercayaan
sebesar 0.700 dan lebih besar dibandingkan dengan Nutrisari dan ABC Juice
sebesar 0.600 dan 0.517. Hal tersebut dikarenakan responden menganggap
Buavita memiliki variasi rasa minuman sari buah dalam kemasan yang paling
banyak. Dengan tagline “Be fruitarian with Buavita”, Buavita ingin menunjukkan
produknya tidak hanya mengkampanyekan konsumsi buah namun kaya akan rasa
buah.
Namun dibalik keunggulan tersebut, Buavita justru memiliki atribut
terendah dibandingkan Nutrisari dan ABC Juice pada atribut harga. Responden
menganggap produk Buavita sangat mahal dibandingkan produk pembandingnya.
3. ABC Juice
ABC Juice memiliki penilaian kinerja secara keseluruhan terendah
dibandingkan Nutrisari dan Buavita. Meski ABC Juice merupakan pelopor dalam
minuman sari buah dalam kemasan. Namun ABC Juice tidak mampu memberikan
kinerja terbaik dibandingkan produk pembandingnya. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, atribut kinerja ABC Juice yang paling baik adalah kejelasan
tanggal kadaluarsa dengan nilai skor sebesar 0,917. Responden menilai positif
atribut tersebut karena informasi tanggal kadaluarsa yang tertera dalam kemasan
berukuruan cukup besar dan dapat dengan mudah dibaca.
Hal ini diikuti pula dengan informasi mengenai izin departemen kesehatan
dan kejelasan label halal MUI dengan nilai skor sebesar 0.867 dan 0.800.
Keduanya mampu memberikan kepercayaan konsumen terhadap rasa aman saat
mengkonsumsi. Sementara atribut yang memiliki nilai terendah adalah kandungan
serat/bulir buah dengan skor kepercayaan sebesar -0.217. Atribut tersebut dinilai
negatif oleh konsumen karena memiliki kandungan serat/bulir buah yang sangat
sedikit dibandingkan produk pembandingnya.
6.3 Analisis Multiatribut Fishbein
Setelah memaparkan hasil analisis skor kepercayaan terhadap ketiga
produk minuman sari buah dalam kemasan ready to drink, selanjutnya perlu
diketahui skor sikap responden. Sikap responden dianalisis untuk melihat
bagaimana pandangan responden terhadap minuman sari buah merek Nutrisari,
Buavita dan ABC Juice. Untuk memperoleh skor sikap (Ao) konsumen terhadap
ketiga produk tersebut maka langkah berikutnya dilakukan adalah mengalikan
antara skor evaluasi atribut (ei) dengan skor kepercayaan (bi) dari masing-masing
minuman sari buah. Hasil perhitungan skor sikap (Ao) disajikan pada Tabel 22
dibawah ini.
Tabel 22. Skor Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Kemasan Nutrisari, Buavita
dan ABC Juice
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Atribut
Rasa Keseluruhan
Warna
Kekentalan Minuman
Ukuran saji/volume
Kandungan Bulir/Serat Buah
Kejelasan Tanggal
Kadaluwarsa
Izin Depkes
Label Halal MUI
Desain Kemasan
Efek Samping
Variasi Rasa
Harga
Merek
Iklan
Ketersediaan Produk
Promosi
Skor
Evaluasi
Kepentingan
(ei)
1.52
0.88
0.83
1.32
1.60
bi
ei .bi
bi
1.08
1.03
-0.03
0.18
0.17
1.64
0.91
-0.03
0.24
0.27
1.07
1.07
0.32
0.27
0.33
1.62
0.94
0.26
0.35
0.53
0.70
0.68
0.03
0.32
-0.22
1.06
0.60
0.03
0.42
-0.35
1.83
0.98
1.80
0.98
1.80
0.92
1.68
1.87
1.72
1.18
1.48
1.45
1.42
1.07
1.05
1.17
1.18
0.93
0.88
0.88
0.62
0.60
0.17
1.12
1.03
0.97
0.85
1.74
1.52
1.05
0.91
0.87
0.24
1.19
1.09
1.13
1.01
0.92
0.83
0.88
0.65
0.70
-0.05
1.00
0.82
0.87
0.70
1.71
1.43
1.05
0.96
1.02
-0.07
1.07
0.86
1.01
0.83
0.87
0.80
0.62
0.55
0.52
0.00
0.87
0.67
0.77
0.65
1.62
1.37
0.73
0.82
0.75
0.00
0.92
0.70
0.89
0.77
Nutrisari
Total
15.57
Skor Sikap
Buavita
ei .bi
15.37
ABC Juice
bi
ei .bi
12.02
Berdasarkan hasil perhitungan skor diatas menunjukkan bahwa Nutrisari
memiliki skor sikap paling tinggi sebesar 15.57 dibandingkan dengan Buavita dan
ABC Juice sebesar 15.37 dan 12.02. Hal ini menandakan Nutrisari lebih disukai
responden dibandingkan produk pembandingnya.
Diantara atribut yang memiliki kepercayaan tertinggi (>1), maka lima
tingkat kepercayaan tertinggi Nutrisari yaitu berada pada atribut kejelasan tanggal
kadaluarsa, izin depkes, rasa keseluruhan, label halal MUI dan merek, dengan
nilai skor masing-masing sebesar 1.80, 1.74, 1.64, 1.52 dan 1.19.
Hal tersebut berlaku pula pada minuman sari buah Buavita yang memiliki
lima tingkat kepercayaan tertinggi (>1) pada atribut yang sama seperti Nutrisari,
dengan nilai skor kepercayaan sebesar 1.80, 1.71, 1.62, 1.43, dan 1.07. Hal
sebaliknya terjadi pada, ABC Juice seperti halnya tingkat kinerja ABC Juice
memiliki penilaian skor sikap secara keseluruhan terendah dibandingkan Nutrisari
dan Buavita. Hanya terdapat empat artibut dengn skor sikap (>1) yaitu atribut
kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, label halal MUI dan rasa dengan skor
masing-masing sebesar 1.68, 1,62, 1.37 dan 1.06.
Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan sikap responden yang positif terhadap
15 atribut selain kekentalan minuman yang dimiliki oleh Nutrisari. Atribut
kekentalan minuman pada Nutrisari dinilai negatif dikarenakan responden menilai
minuman sari buah Nutrisari memiliki kekentalan minuman yang sangat cair.
Responden mengganggap hal tersebut tidak terlalu mencirikan tingkat kekentalan
minuman sari buah yang asli. Sebanyak 36 persen (-1) dan sebanyak 3 persen (-2)
responden menunjukkan sikap negatif terhadap atribut kekentalan minuman
sehingga hasil skor sikap yang dihasilkan bernilai negatif.
Berbeda dengan Buavita, responden hanya memberikan penilaian yang
negatif pada atribut harga. Konsumen menilai minuman sari buah Buavita
memiliki harga yang mahal. Sebanyak 26 persen (-1) dan 3 persen (-2)
menyebutkan bahwa harga jual pada minuman tersebut tergolong mahal.
Sedangkan pada minuman sari buah ABC Juice responden menilai negatif pada
atribut kandungan serat/bulir buah. Responden menilai kandungan serat/bulir buah
yang terdapat pada minuman sari buah ABC Juice memiliki jumlah yang relatif
sedikit, konsumen mengganggap minuman sari buah ABC Juice tidak mencirikan
sari buah asli sehingga konsumen memberikan penilaian skor negatif sebesar 0.35. Dengan diketahuinya skor sikap konsumen (Ao) maka skor selanjutnya yang
perlu dicari adalah skor maksimum sikap (Ao) maks. Skor ini berguna dalam
menentukan skala penilaian sikap sehingga dapat diketahui tingkat kesukaan
mereka masuk dalam kategori yang mana. Skor maksimum sikap ini diperoleh
dengan cara mengkalikan skor evaluasi (ei) dengan skor kepercayaan (bi) yang
ideal atau maks +2. Berikut ini hasil perhitungan skor sikap maksimum tersebut
dapat dilihat pada Tabel 23
Tabel 23. Skor Maksimum Sikap (Ao maks) Terhadap Minuman Sari Buah
No
Atribut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Rasa Keseluruhan
Warna
Kekentalan Minuman
Ukuran saji/volume
Kandungan Bulir/Serat Buah
Kejelasan Tanggal Kadaluwarsa
Izin Depkes
Label Halal MUI
Desain Kemasan
Efek Samping
Variasi Rasa
Harga
Merek
Iklan
Ketersediaan Produk
Promosi
Total
Skor Evaluasi
Kepentingan
(ei)
1.52
0.88
0.83
1.32
1.60
1.83
1.87
1.72
1.18
1.48
1.45
1.42
1.07
1.05
1.17
1.18
bi Max
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
Ao Max
3.03
1.77
1.67
2.63
3.20
3.67
3.73
3.43
2.37
2.97
2.90
2.83
2.13
2.10
2.33
2.37
43.13
Dari data yang diperoleh pada Tabel 23 maka dapat diketahui skor
maksimum sikap diatas adalah sebesar 43.13. Dengan demikian skala penilaian
telah dapat ditentukan yaitu berada pada selang maksimum 43.13 sampai
minimum -43.13. Skala penilaian tersebut dalam penelitian ini akan dibagi lagi ke
dalam lima kategori. Kategori tersebut dimulai dari penilaian sangat baik hingga
sangat buruk. Sebelum dibagi menjadi lima kategori, rentang skor setiap skalanya
harus ditentukan terlebih dahulu dengan cara membagi skor maksimum sikap
(43.13) dengan skor kepercayaan ideal atau maks (+2) yang menghasilkan rentang
skor 21.57. Pengukuran kategori terhadap kedua jenis produk untuk selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini.
Tabel 24 . Rentang Skor dan Kategori Penilaian
Rentang Skor
(-43,13) - (-21,57)
(-21,58) - (<0)
0
>0 - 21,57
21,58 - 43,13
Kategori
Sangat Buruk
Buruk
Biasa
Baik
Sangat Baik
Berdasarkan skala penilaian tersebut maka dapat diketahui kategori tingkat
kesukaan responden terhadap 3 jenis minuman sari buah, yaitu dengan
menyesuaikan skor sikap (Ao) setiap jenis minuman sari buah dengan rentang
skor penilaian yang ada pada Tabel 24. Adapun Nutrisari memiliki skor sikap
(Ao) sebesar 15.57. Hal ini berarti Nutrisari disukai responden dengan baik. Sama
halnya dengan Buavita dan ABC Juice memiliki skor sikap (Ao) sebesar 15.37
dan 12.02 yang berarti bahwa produk ini disukai responden dengan baik.
Sehingga dapat disimpulkan dari ketiga merek minuman sari buah
tersebut, responden menilai ketiganya memiliki penilaian yang baik. Hal tersebut
menandakan ketiganya mencirikan minuman sari buah yang diinginkan oleh
konsumen.
6.4 Analisis Kesenjangan (GAP)
Analisis gap merupakan salah satu langkah penting dalam tahapan
perencanaan maupun tahap evaluasi kinerja. Analisis gap dapat digunakan untuk
menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu kinerja
yang diharapkan, mengetahui peningkatan kinerja yang diperlukan dan menjadi
salah satu dasar pengambilan keputusan terkait evaluasi kinerja yang perlu
dilakukan. Nilai kesenjangan ini akan memberikan informasi mengenai seberapa
besar atribut minuman sari buah dalam kemasan ready to drink telah memenuhi
harapan responden.
Gap akan bernilai positif bila nilai aktual lebih besar dari nilai yang
diharapkan dan sebaliknya bernilai negatif apabila nilai yang diharapkan lebih
besar daripada nilai aktual. Apabila nilai yang diharapkan semakin besar dan nilai
kinerja semakin kecil, maka akan diperoleh nilai gap yang semakin melebar.
Berikut ini hasil analisis gap yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 18.
Berdasarkan data tersebut didapat bahwa pada minuman sari buah Nutrisari ready
to drink memiliki 11 atribut yang masih berada dibawah harapan konsumen antara
lain atribut warna, ukuran saji/volume, kandungan serat/bulir buah, label halal
MUI, desain kemasan, efek samping, variasi rasa, harga, ketersediaan produk, dan
promosi. Sementara itu atribut kekentalan rasa keseluruhan, kejelasan tanggal
kadaluarsa, izin Depkes, merek, dan iklan memiliki nilai positif masing-masing
sebesar 0.10, 0.10, 0.03, 0.12, dan 0.25. Meskipun Nutrisari memiliki merek yang
sangat dikenal baik oleh responden namun dikarenakan Nutrisari ready to drink
merupakan produk baru yang masih berada pada tahap perkenalan pada daur
siklus produknya. Penayangan iklan yang sering dilakukan pada berbagai media
maupun jejaring sosial kerap dilakukan Nutrisari untuk terus memperkenalkan
produk barunya, sehingga atribut iklan tersebut memiliki penilaian diatas harapan
konsumen.
Tabel 25. Analisis Kesenjangan Berdasarkan Merek Minuman Sari Buah
Inisial
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Atribut
Rasa Keseluruhan
Warna
Kekentalan Minuman
Ukuran saji/volume
Kandungan Bulir/Serat Buah
Kejelasan Tanggal Kadaluwarsa
Izin Depkes
Label Halal MUI
Desain Kemasan
Efek Samping
Variasi Rasa
Harga
Merek
Iklan
Ketersediaan Produk
Promosi
GAP
Nutrisari
0.10
-0.27
-0.80
-0.20
-0.98
0.10
0.03
-0.22
-0.33
-0.73
-0.12
-1.00
0.12
0.25
-0.12
-0.27
GAP
Buavita
0.03
0.27
0.13
-0.05
-0.23
0.02
0.00
-0.42
-0.12
-0.42
-0.07
-1.12
0.20
-0.30
-0.13
-0.42
GAP
ABC Juice
-0.77
-0.48
-0.35
-0.53
-1.32
-0.23
-0.28
0.12
-0.52
-0.80
-0.78
-0.70
-0.22
-0.90
-0.57
-0.58
Sejalan dengan produk pembandingnya, Buavita memiliki 10 atribut yang
berada di bawah harapan konsumen, atribut yang memiliki kesenjangan positif
secara berturut-turut yaitu atribut rasa keseluruhan, warna, kekentalan minuman,
kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, dan merek sebesar 0.03, 0.27, 0.13,
0.02, 0.00 dan 0.20. Merek yang begitu kuat mampu memposisikan Buavita
sebagai minuman yang memiliki brand image yang kuat ditengah konsumen
terlebih dengan posisinya sebagai leader di pasaran.
Meskipun ABC Juice merupakan produk yang lebih dahulu dipasarkan
sebelum Nutrisari namun ABC Juice ternyata memiliki nilai kesenjangan yang
negatif terhadap keseluruhan atribut kecuali atribut label halal MUI. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja minuman sari buah ABC Juice masih berada di
bawah harapan konsumen. Berdasarkan Tabel 25 dapat dibuat grafik analisis
kesenjangan untuk memperjelas gap antara tingkat harapan dan tingkat kinerja
atribut-atribut minuman sari buah dalam kemasan terhadap skor rata-ratanya.
Skor Rata-rata
Analisis GAP
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Harapan 1.28 0.87 0.83 1.32 1.65 1.35 1.23 1.22 1.12 1.48 1.32 1.42 1.13 1.05 1.17 1.18
Nutrisari 1.38 0.60 0.03 1.12 0.67 1.45 1.27 1.00 0.78 0.75 1.20 0.42 1.25 1.30 1.05 0.92
Buavita
1.32 1.13 0.97 1.27 1.42 1.37 1.23 0.80 1.00 1.07 1.25 0.30 1.33 0.75 1.03 0.77
ABC Juice 0.52 0.38 0.48 0.78 0.33 1.12 0.95 1.33 0.60 0.68 0.53 0.72 0.92 0.15 0.60 0.60
Gambar 4. Grafik Analisis Kesenjangan
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Karakteristik umum responden dalam penelitian ini tersusun atas selang
usia 18-20 tahun. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 60 persen responden
memiliki jumlah uang saku berada pada kisaran Rp.100.000 - Rp.500.000 dan
tertinggi kedua berada pada selang Rp.500.001 - Rp.1.000.000. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki daya beli yang cukup
terhadap pembelian minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan siap minum.
Sesuai dengan tujuan produk Nutrisari ready to drink motivasi terbesar
dalam mengkonsumsi minuman sari buah dalam kemasan siap minum adalah
alasan kepraktisan dan kemudahan dalam mengkonsumsi. Pada tahap evaluasi
alternatif, responden menyatakan bahwa rasa merupakan faktor penting dalam
pemilihan minuman sari buah. Responden menyatakan harga yang relatif mahal
menjadi kendala terbesar dalam mengkonsumsi minuman sari buah Nutrisari.
Dengan demikian perusahaan perlu mengantisipasi hal tersebut karena responden
menyatakan akan mencari minuman sari buah yang lebih murah bila terjadi
kenaikan harga.
Analisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari ready to
drink dengan dua produk pembandingnya Buavita dan ABC Juice menunjukkan
responden mengevaluasi secara positif dari semua atribut yang diberikan. Meskipun
Nutrisari merupakan follower ternyata Nutrisari memiliki penilaian kepercayaan
terhadap tingkat kinerja tertinggi, disusul Buavita dan ABC Juice. Skor sikap
fishbein terhadap minuman sari buah Nutrisari ready to drink pun menunjukkan
hasil yang sama, Nutrisari memiliki skor sikap paling tinggi dibandingkan dengan
Buavita dan ABC Juice. Hal ini menandakan Nutrisari lebih disukai responden
secara keseluruhan dibandingkan produk pembandingnya.
Berdasarkan evaluasi kinerja yang dilakukan pada Nutrisari ready to drink
atribut harga memiliki nilai kesenjangan yang paling besar. Responden menilai
Nutrisari masih memiliki harga yang relatif mahal.
7.2 Saran
1. Perusahaan sebaiknya memperbaiki atribut harga karena konsumen menilai
atribut yang paling negatif diantara atribut lainnya, konsumen menilai
minuman sari buah Nutrisari masih memiliki harga yang mahal oleh sebagian
besar respondennya.
2. Perusahaan hendaknya menambahkan kandungan serat buah/bulir buah yang
lebih banyak pada minuman sari buah Nutrisari ready to drink, karena
kandungan serat atau bulir buah menjadi salah satu atribut yang paling diinginkan
oleh konsumen. Selain itu berdasarkan tingkat kinerjanya, konsumen
menganggap atribut ini berada pada tingkat kedua terendah setelah atribut
harga. Perbaikan ini dilakukan agar produk Nutrisari ready to drink lebih
disukai oleh konsumen.
3. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan nantinya dapat dilakukan analisis
mengenai tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut kandungan minuman
sari buah dan menganalisis mengenai implikasi studi perilaku konsumen
terhadap strategi pemasaran pada produk minuman sari buah, khususnya
Nutrisari ataupun varian produk barunya kombinasi minuman sari buah dan
sayur
DAFTAR PUSTAKA
Artayati. 2009. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen
Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Azwar. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar: Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik . 2010. Nilai Tambah PDB Indonesia Menurut
Subsektor . Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2009. “Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)” [BPS].
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=1
&notab=2 [27 April 2009]
Direktorat Janderal Bea Cukai. 2002. “Kajian Terhadap Minuman Ringan Sebagai
Calon Barang Kena Cukai dalam Rangka Ekstensifikasi Objek Barang
Kena Cukai” [Ditjen Bea Cukai].
http://www.beacukai.go.id/library/data/Softdrink.htm [18 Juni 2009]
Engel J. F., Blackwell R. D., Miniard P. W. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Kotler dan Armstrong, Terjemahan Alexander Sindoro (2000), Dasar-dasar
Pemasaran, bagian 1 dan 2. Jakarta; Prenhalindo.
Nugroho, A.J. 2006. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Pocari Sweat (Studi
Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor). Skripsi. Fakultas
Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi.
Bogor. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
Sarifah. 2007. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) di Indonesia [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Savitri, E. 2004. Analisis Quality Function Development (QDF) untuk
Mengetahui Tingkat Kepuasan Konsumen Minuman Teh Kemasan Botol
(Studi Kasus : PT Cocacola Botling Indonesia, Cibitung). Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia dengan MMA IPB.
Sunencih . 2009. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman
Ringan di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Manajamen. Institut
Pertanian Bogor.
Schiffman LG, Kanuk LL. 2004. Consumer Behavior. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Swa. 2007. Peringkat Merek-merek Paling Memuaskan Berdasarkan ICSA Index
2007. No. 19/XXII/3-12 September 2007.
Swa, 2008. Indonesia Best Brand 2008. No.18/XX/IV/21 Agustus - 3 September
2008.
Swa. 2009. Indonesia Best Brand 2009. No.16/XXV/27 Juli – 5 Agustus 2009.
Swa. 2009. Master Of CS 2009. No.19/XXV/3-13 September 2009.
Wirakusumah E. 1998. Buah dan Sayur untuk Terapi. Jakarta: Penebar Swadaya.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Validitas
Atribut Yang Diuji
N
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
14
196
2
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
14
196
3
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
14
196
4
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
12
144
5
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
13
169
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
15
225
7
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
12
144
8
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
9
81
9
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
11
121
10
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
15
225
11
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
12
144
12
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
11
121
13
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
10
100
14
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
14
196
15
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
15
225
16
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
12
144
17
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
8
64
18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
256
19
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
11
121
20
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
15
225
Ci
16
18
16
15
15
16
15
15
17
16
15
17
16
16
15
15
253
3293
Ci²
256
324
256
225
225
256
225
225
289
256
225
289
256
256
225
225
4013
Ri
Ri²
Ci
Ci²
k
k-1
Q tab
Q hit
253
3293
253
4013
16
15
24,996
3,95
Hasil : Qhit hit < Q tab maka Terima Ho, artinya terdapat bukti untuk menyatakan
bahwa ke 16 atribut memiliki kemungkinan jawaban YA yang sama untuk setiap
atribut. Dengan kata lain ke-16 atribut yang dianalisis dapat dianggap sah sebagai
atribut minuman sari buah dalam kemasan ready to drink.
Ri
Ri²
Lampiran 2. Uji Reliabilitas
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
A1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
A2
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
A3
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
A4
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
A5
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
A6
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
A7
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
A8
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
b
b²
s
16
256
4
18
324
2
16
256
4
15
225
5
15
225
5
16
256
4
15
225
5
15
225
5
∑Xt
253
∑Xt² 3293
s
67
b
253
b²
4013
N
20
k
16
Sumber Varians
Atribut Yang Diuji
A9
A10 A11
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
17
289
3
16
256
4
15
225
5
A12
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
A13
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
A14
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
A15
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
A16
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
Xt
14
14
14
12
13
15
12
9
11
15
12
11
10
14
15
12
8
16
11
15
17
289
3
16
256
4
16
256
4
15
225
5
15
225
5
253
4013
67
JKr 5.78
JKt
53
Jka 0.62
JKs 46.6
Derajat Bebas
Responden
Atribut
Sisa
Total
Jumlah Kuadrat
19
15
285
319
5.784
0.622
46.566
52.972
Varians
0.304
0.041
0.163
r 11 = 1 – 0,163 = 0, 463
0,304
Nilai r tabel untuk N = 20 dengan interval kepercayaan 95 persen = 0,444 r11 > r
tab maka dapat diandalkan. Artinya : instrumen yang akan digunakan dapat
diandalkan, sehingga penelitian dapat dilanjutkan.
Xt²
196
196
196
144
169
225
144
81
121
225
144
121
100
196
225
144
64
256
121
225
3293
Lampiran 3. Skor Sikap
No
Atribut
1 Rasa Keseluruhan
2 Warna
Skor
Evaluasi
Kepentingan
(ei)
1.517
0.883
Nutrisari
Skor Sikap
Buavita
ABC Juice
bi
ei .bi
bi
ei .bi
bi
ei .bi
1.643
0.913
0.028
0.241
1.067
1.067
1.618
0.942
0.700
0.683
1.062
0.604
0.317
0.264
0.033
0.028
0.267
0.351
0.317
0.217
0.417
0.347
3 Kekentalan Minuman
0.833
4 Ukuran saji/volume
Kandungan Bulir/Serat
5
Buah
Kejelasan Tanggal
6
Kadaluwarsa
7 Izin Depkes
8 Label Halal MUI
9 Desain Kemasan
10 Efek Samping
11 Variasi Rasa
1.317
1.083
1.033
0.033
0.183
1.600
0.167
0.267
0.333
0.533
1.833
0.983
1.803
0.983
1.803
0.917
1.681
1.867
1.717
1.183
1.483
1.450
0.933
0.883
0.883
0.617
0.600
1.742
1.516
1.045
0.915
0.870
1.618
1.373
0.730
0.816
0.749
1.417
0.167
0.236
0.000
0.000
13
14
15
16
1.067
1.050
1.167
1.183
1.117
1.033
0.967
0.850
1.191
1.085
1.128
1.006
15.573
1.711
1.431
1.045
0.964
1.015
0.071
1.067
0.858
1.011
0.828
15.370
0.867
0.800
0.617
0.550
0.517
12 Harga
0.917
0.833
0.883
0.650
0.700
0.050
1.000
0.817
0.867
0.700
0.867
0.667
0.767
0.650
0.924
0.700
0.894
0.769
12.018
Merek
Iklan
Ketersediaan Produk
Promosi
Total
Lampiran 4. Informasi Data Diri Berdasarkan Domisili Responden
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
Nama
Rika Noviani
Desi Sembiring
Citra Alifiani
Budi Dermawan
Panji
Rowendi
Dicka Samudia Putri
Dinda Widya Astuti
Gina Oktaviani
Linda
Anzaluddin
Destirewati E.N
Iis Lenawati
Mastarida Sirait
M. Rizky
Hasan Sajili
Ridho Prayudha
Agung Nurpratomo
Ocky Prahara Pratiwi
Dennisa A. Zahara
Ratnanta Indriani CH
Maya Muliasari
Ardhy
Irhaz wirashalci
Firdha Fajrianisa
Harpan Abdhul Hapizh
Tricillia Dewi Mas A
Irwan Saban
Citra Azmarizka
Indra Ardiyansah
M. Reza Sulaeman
Syarah yulita
Masroni
Reza Fikri Wijaya
Rizky Fadhillah
Iqbal Sudarnoto
Siti Rochmah
Qona Asidakiah
Nurul Ramdhania
Retno Asih
Siti Masitoh
Yandi Armanda
Bima A.
Dini Oktaviani
Muh. Afif S.M
Yustina Nurseptiyani
Rivan Baressi Kelsaba
Luvi Anyes A.
Randitya Nur Azanni
Firmansyah
Dewi Purnamasari H
Anisah Nur Alfiah
Farah
M.Arief Wibisono
NIM
Kelas
Alamat
J3J109035
J3J209183
J3J109051
J3J209211
J3J209205
J3J109113
J3J109011
J3J209210
J3J109086
J3J209149
J3J109100
J3J109043
J3J109079
J3J209167
J3J109094
J3J209197
J3J109089
J3J209188
J3J109048
J3J209162
J3J109060
J3J209200
J3J209165
J3J109088
J3J109127
J3J109074
J3J209196
J3J109102
J3J209142
J3J109107
J3J109122
J3J209151
J3J109081
J3J209195
J3J209213
J3J109097
J3J109028
J3J109041
J3J109009
J3J209185
J3J109049
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
C
J3J109084
J3J109095
J3J109056
J3J109110
J3J209181
J3J109114
J3J109059
J3J109004
J3J209206
J3J209184
J3J209175
J3J209193
J3J109104
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
Jl. Petamburan VI Jakarta
Jl. Cikuray 44
jl. Villa Ciomas Indah Blok 06 No 19
Jl. Tipar Amaliah ciawi
Bumi Cimahpar Asri
Jl. Ciremai Ujung Bantarjati
Villa Citra Bantarjati
Jl. Nuri No 9 Gn Sindur
Jl. Kapten Yusuf Bogor
Bogor, Kp Sawah ilir
Bogor
Ciomas Permai
KDH Sentral Jembatan 1
Lodaya Ujung
Bogor
Jl. Lodaya Cilibende Bogor
Puri Nirwana Cibonong
Bogor
Perum Gaperi I
Perum Indraprasta
Bukit Cimanggu City Blok N4-8
Jl. Ciomas Permai
Bogor
Depok
Jl.Pariaman Jaksel
Cilendek Timur
Cilodong-Depok
Jl. Cibeureum
Pondok Bambu Kuning
Bogor
Jl. Cendana
Dramaga Bogor
Cilibende bogor
Jl. Anjasmara 7
Komp Griya Bandung
Jl. Palupuh
Jl. Ahmad Yani I 66
Kp. Arewan
Bogor
Villa Duta
Jl. Moh Toyib sukaresmi, Bogor
Cimore Karawaci Tanggerang
Cilodong-Depok
Jl. Kalimalang Pondok Kelapa Jakarta
Jl. Komp Bumi Cimahpar
Jl. Pintu Ledeng Kp. Sinar mulya
Perum Bantar Jati
Jl. Malabar Ujung no.31
Jl. Golf Komp. Bakosurtanal
Bogor
Jl. Raya Laladon
Jl. Ahmad Yani I 66
Jl. Lolongok
Bogor
Telepon
085780001620
085719424300
085741225200
08558920654
085693839554
085718838106
08568325137
085711633684
08989730616
085693174994
085694175665
0856924226142
085719779338
085883681128
08999502981
085236653544
08569167933
0251- 7532158
085717839907
085691533225
085716478616
085716690303
085694200792
"021- 87906701
085695465850
08988567627
085782890729
085710114656
086279259251
021 - 7710256
085793911116
085716233033
0251 - 8316636
081385899820
087770248286
08569584637
085682045667
08999221095
0251 - 4010640
083871398339
085714384542
085691703939
08521039274
08567393024
087822102984
085697515891
085693687313
No
55
56
57
58
59
60
Nama
Fazril Anugrah
Arbiyansyali
Amalia Dhaniaty
Annisa Syaida Ulfa
Ridwan
Selly Pratiwi G
NIM
Kelas
J3J109096
J3J209214
J3J109105
J3J109065
J3J109008
J3J109101
C
C
C
C
C
C
Alamat
Bogor
Bogor Baru
Jl. Swadaya IV
Jl. Raya Salabenda
Jl. Pajajaran
Jl. Kolonel ErnjoBog
Telepon
08569865756
085668874775
085697494701
085691643571
0251-7171005
085716222366
Download