Edisi Maret 2003 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” ( Efesus 2:8-9 ) Wawancara bersama Rosalinda Sumolang Bagaimana pelayanan seorang Wanita dan Ibu di GPO? Wawancara bersama Lenny Sihombing Apa suka duka memberi pelayanan di Pulau Lingka? Liputan Komisi Retreat sehari Komisi Wanita di YWCA Diterbitkan oleh Gereja Presbyterian Orchard 3 Orchard Road Singapore 1 Dari Redaksi Redaksi Ada 2 hal yang dapat kita renungkan. Yang pertama, masa-masa sengsara Tuhan Yesus menjelang kematianNya di salib. Yang kedua, telah dimulai dan masih berlangsungnya perang Iraq sampai hari ini. Apa hubungan peringatan kesengsaraan dan penyaliban Kristus dengan perang Iraq? Hampir di seluruh belahan dunia, ada kelompokkelompok, entah besar atau kecil, mengadakan demonstrasi anti peranq. Mereka mengecam Amerika dan sekutunya yang telah menyerang Iraq. Mereka begitu semangat memperjuangkan “kedamaian”, walaupun belum tentu motivasinya benar. Kelompok Kristenpun tidak ketinggalan, walaupun ada perbedaan pendapat terjadi. Ada yang setuju adanya perang, ada juga yang tidak. Bagi yang tidak setuju perang, mereka ikut pula dalam demo anti perang. Di Amerika sendiri setelah di survey ternyata 4 dari 5 pendeta tidak menentukan sikap alias bingung (menurut Christianity Today) . Kebanyakan orang yang cukup beragama, minimal mereka mendoakan; walaupun doanya juga dalam kebingungan. Ada juga seruan dari beberapa kelompok Kristen agar kita berdoa puasa untuk kedamaian dunia ini. Dari berbagai pembicaraan di kalangan Kristen, hampir sebagian besar memiliki nada “prihatin”, “kuatir”, dan “resah” karena akan memiliki dampak negatif bagi perekonomian. Ada juga yang tidak tahan melihat orang-orang “tidak berdosa” harus menjadi korban perang, mati terbunuh. Bagaimana sikap kita? Marilah kita mengingat 2 Korintus 5:18-19 “Semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab di dalam Kristus, Allah mendamaikan dunia dengan diriNya tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka dan Dia mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami” Jikalau kita rindu terjadi pendamaian dunia, apakah kita juga rindu adanya pendamaian dunia dengan Allah? Jika kita sangat bersemangat menentang dan berdemonstrasi untuk pendamaian dunia, apakah kita juga begitu semangat dan mendemonstrasikannya dalam hidup kita untuk pendamaian Allah dan dunia? Kalau kita tekun dan serius berdoa dan berpuasa bagi pendamaian dunia, apakah kita juga tekun berdoa dan berpuasa bagi pendamaian dunia dengan Allah? Kalau kita tidak lelah membicarakan dan mewartakan berita pendamaian dunia, apakah kita juga melakukan hal yang sama bagi pendamaian Allah dan manusia? Jika kita prihatin dan sedih melihat ratusan jiwa mati karena perang, apakah kita juga sedih dan prihatin dengan ratusan ribu jiwa yang mati dalam kebinasaan tanpa Kristus? Kalau Anda melihat pendamaian dunia itu penting, maka pendamaian Allah dan manusia adalah lebih penting, karena ini menyangkut hidup dan kebinasaan kekal. Untuk itulah Yesus telah menderita dan bahkan mati demi pulihnya hubungan Allah dan dunia (manusia). Agar manusia di damaikan dengan Allah. Pelayanan dan berita pendamaian antara Allah dan manusia telah dipercayakan kepada kita. Bagaiamana kita meresponi dan bertanggung jawab terhadap kepercayaan itu? Seberapa semangatkah kita telah memberitakan berita pendamaian ini? Sia-siakah kepercayaan yang telah diberikan kepada Anda saat ini? Marilah kita merenungkan minggu-minggu sengsara ini dengan lebih terfokus kepada Allah dan dunia, dan bukan pada diri sendiri. Marilah kita malu dan merasa bersalah apabila kita peduli dengan perang Iraq dan pendamaian dunia lebih dari pendamaian Allah dengan manusia. redaksi GEMA GPO: penasihat: team redaksi: Andreas email: Pdt. Roy Tamaweol Julianto [email protected] Dkn. Lina Sugianto Nonie Dkn. Salmon Wattimena Tanti Yuyun 2 MISI: HIDUP KRISTEN YANG SUKSES (2) -oleh andreas jonathan- “Apakah tujuan hidup Anda?” Pertanyaan ini pernah saya lontarkan kepada banyak orang: mahasiswa, alumni, bahkan beberapa pemimpin. Jawaban klasik dari orang Kristen adalah “Memuliakan Tuhan”. Saya melihat hal ini tidak salah, tetapi juga belum tepat. Memuliakan Tuhan sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai tujuan hidup orang Kristen di dunia. Alasannya sederhana saja, yaitu karena tujuan Allah mengutus kita (orang Kristen) ke dalam dunia bukan untuk itu. Kalau Allah ingin kita memuliakan Dia, maka tentunya di surga lebih baik. Tiap hari, tiap saat kita dapat selalu memuliakan Dia. Maka dari itu, pasti ada sesuatu yang lain yang paling utama dan penting menjadi alasan Allah mengutus kita ke dalam dunia. Ini bukan berarti bahwa kita tidak perlu lagi memuliakan Allah. Bukan! Kita harus memuliakan Allah dan segala hal yang kita lakukan (2 Kor 10:31), tetapi lebih dari itu, kita harus sungguh-sungguh mengerti dan melakukan dengan tepat maksud dan tujuan Allah mengutus kita ke dalam dunia. Jadi singkatnya, hidup Kristen yang suskes adalah hidup Kristen yang mencapai tujuan hidup Kristen. Tujuan hidup Kristen yang benar bukan ditentukan oleh manusia, tetapi ditentukan oleh Allah sendiri, yaitu tujuan Allah mengutus kita ke dalam dunia. Seberapa hebatnya hidup kita dalam pandangan manusia dan dunia, namun kalau itu belum mencapai yang Tuhan kehendaki, itu sama sekali tidak berguna dan gagal! Hidup tanpa Kristus jelas adalah hidup yang sia-sia, ujungnya hanyalah kebinasaan dan api neraka. Namun hidup di dalam Kristuspun kalau kita tidak hati-hati dan serius, maka juga dapat menjadi hidup yang sia-sia “meaningless”, walaupun tetap masuk surga. Nah sekarang pertanyaannya, apakah kita dapat tahu mengapa Allah mengutus kita ke dalam dunia? Apa tujuan Allah bagi hidup kita? Apakah memang benar status kita di dalam dunia ini adalah utusan Allah? Untuk melihat ini, kita perlu kembali kepada awal kejadian dunia dan manusia serta melihat karya Allah di dalam diri Yesus Kristus, serta melihat ke depan ketika kita masuk ke dalam kekekalan. 1. Tujuan Allah bagi manusia Kembali kepada kitab Kejadian, kita dapat mengetahui bahwa maksud Allah menciptakan manusia adalah untuk mengatur dan menguasai dunia. Ini yang disebut dengan mandat budaya. Dunia dipercayakan kepada manusia untuk dinikmati dan diatur dalam kehendak dan persekutuan dengan Allah. Namun sayang sekali, sebelum manusia (Adam dan Hawa) sempat melakukan apaapa, mereka telah jatuh dalam dosa. Mereka melanggar perintah Allah, dan akibatnya manusia “mati” secara rohani, putus hubungan dengan Allah. Manusia menjadi “musuh” Allah. Akibat secara praktis adalah bahwa mereka tidak lagi dapat menjalankan mandat budaya tersebut dengan baik. Pikiran, perasaan dan kehendak manusia telah dikotori, dirusak bahkan dikuasai oleh dosa. Dalam pemahaman iman Presbyterian (Reformed) manusia berada dalam kondisi rusak total (Total Depravity). Akibat kerusakan ini, maka hidup manusia tidak lagi berpusat kepada Allah, tetapi 3 kepada diri sendiri. Tidak lagi memuliakan Allah, tetapi memuliakan diri sendiri. Tidak lagi menyenangkan Allah, tetapi mencari kesenangan sendiri. Kalau kita hanya berhenti di sini maka kita akan melihat bahwa tujuan Allah menciptakan manusia seakan-akan gagal total! Bagaimana kita dapat keluar dari masalah ini? 2. Tujuan kedatangan Kristus Dalam keunikan iman Kristen, yang berbeda dengan semua agama dan keyakinan yang lain, maka kita melihat bahwa satu-satunya kita dapat menyelesaikan masalah ini adalah dengan karya Allah melalui kematian Kristus di atas kayu salib. Tidak ada cara lain. Semua agama mencoba memecahkan perbuatan dosa mereka dengan perbuatan baik mereka, tetapi mereka lupa bahwa dosa telah mengubah status mereka, dosa telah mencemari hidup mereka. Perubahan status tidak dapat dilakukan oleh perbuatan manusia. Hanya orang yang telah diubah statusnya yang dapat memuliakan Allah dengan benar, hidupnya bukanlah “keakuan”nya lagi (Galatia 2:20). Di sinilah arti “kelahiran kembali”, yaitu Roh Kudus telah memperharui roh manusia. Kita menjadi ciptaan baru (2 Kor 5:17) 3. Tujuan Allah bagi orang Kristen 4 Mengapa Allah memperbaharui hidup manusia? Seiring dengan perubahan status dan pembaharuan hidup, maka setiap orang percaya memiliki tujuan hidup yang baru. Memuliakan Allah bukan hanya dalam konteks pribadi, tetapi dalam konteks kesaksian bagi dunia. Tujuan akhirnya bukan hanya kita memuliakan Allah, tetapi melalui hidup kita maka ada orang-orang yang tidak memuliakan Allah menjadi memuliakan Allah. Orang-orang yang berpusat pada diri sendiri menjadi berpusat kepada Allah. Nah disinilah maka Mandat budaya itu baru dapat dikerjakan dengan baik. Mandat budaya tidak dapat dikerjakan tanpa mandat penginjilan. Dengan kata lain, mandat budaya tanpa mandat penginjilan adalah sebuah kesia-siaan; mandat penginjilan adalah yang terpenting. Saya ingin menguraikan beberapa ayat yang sangat penting kita pahami dalam konteks ini.. (Bersambung di edisi Gema bulan depan..) Data Pribadi Nama : Lenny Marlina Sihombing G ) ema: Bisakah anda ceritakan bagaimana anda sampai di Pulau Lingka dan apa yang membuat anda terbeban melayani di Pulau Lingka? permintaan saya kepada Tuhan Yesus untuk mencari akan kehendak Tuhan di dalam melayani-Nya. Puji Tuhan, doa-doa yang saya bawakan kepada Tuhan didengar oleh-Nya. Akhirnya Tuhan tidak membiarkan saya bersedih untuk menunggu jawaban yang pasti dari Dia. Esok harinya tepat pada sore hari saya mulai mendapat telepon dari Ibu Siauw Ling yang telah saya temui sebelumnya saat saya masih di Jakarta. Dalam doa kepada Tuhan yang selalu saya minta selama ini, kiranya apa yang telah saya dapati di dalam bangku kuliah selama 5 tahun dapat saya berikan kembali kepada Tuhan di dalam melayaninya, sebagai respon dari kebaikan Tuhan yang telah saya terima. Sehingga apa yang Tuhan Yesus telah berikan kepada saya tidaklah sesuatu yang sia-sia, melainkan dapat berguna untuk kemajuan pelayanan Tuhan di dunia ini. Karena melalui Ibu Siauw Ling dan Bapak Amin Tjung, saya mulai mengetahui sedikit akan keberadaan pelayanan yang dilayani nanti. Telepon yang saya dapati dari Ibu Siauw Ling adalah mengenai keberangkatan ke Pulau Lingka, serta mengenai hal-hal yang berhubungan dengan administrasi yang harus terlebih dahulu diurus. Setelah saya menyelesaikan pembentukan di Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar (SETIA), saya mendapatkan pelayanan di daerah pulau Jawa selanjutnya dipindahkan ke Kalimantan Barat. Kemudian bidang pelayanan yang ada di sekolah saya memindahkan lagi ke daerah Lampung, setelah itu ke Pulau Bangka. Dengan penempatan pelayanan yang tidak pasti ini, dari satu tempat ke tempat lain membuat hati saya merasa sedih. Terlebih lagi saat saya mendengar pelayanan saya akan dipindahkan lagi ke Pulau Batam. Mendengar hal ini, hati saya sempat menangis dan berkata,”Sepertinya saya belum layak melayani dibanding dari teman-teman saya yang sudah terlebih dahulu berangkat meninggalkan saya sendiri.” Namun saya tidak putus asa, dan saya meyakini bahwa memang Tuhan ingin sedang lebih mempersiapkan hati/pikiran saya untuk lebih baik lagi melayani. Sayapun tidak lupa selalu membawakannya di dalam doa pribadi saya secara lebih khusus. Di dalam doa saya selalu berkata,”Kiranya hambaMu boleh berarti dan dapat menjadi berkat di dalam pelayanan yang akan saya dapati nanti ya...Tuhan Yesus. Dan biarlah Tuhan Yesus sendiri yang memberi satu kepastian di mana saya akan melayani nanti.” Kata-kata itulah yang selalu saya bawakan di dalam doa pribadi saya. Dan tepat pada tanggal 21 September 2002 di saat saya ultah, saya membawakan sekali lagi secara khusus sebagai Mendengar keberadaan di Pulau Lingka ini dari Ibu Siauw Ling dan Bapak Amin Tjung membuat saya semakin berdoa lagi kepada Tuhan. Agar, kiranya Tuhan Yesus memampukan saya untuk melayaniNya dengan kasih dan kuasanya. Melalui apa yang diceritakan dari Ibu Siauw Ling dan Bapak Amin Tjung mengenai keberadaan penduduk di Pulai Lingka ini membuat hati saya terharu mendengarnya, terlebih lagi di antara penduduk masih ada yang belum bisa baca tulis dengan baik. Betapa sedihnya akan nasib penduduk tersebut, di mana di dekat mereka tinggal daerahnya boleh dikatakan sudah maju. Tetapi mengapa daerah tersebut belum merasakan perkembangan tersebut, khususnya di dalam bidang pendidikan. Selain itu yang saya fikirkan adalah pertumbuhan iman mereka secara pribadi. Bagaimana bisa bertumbuh, jikalau mereka tidak bisa membaci Alkitab serta merenungkan di dalam saat teduh yang patut mereka lakukan? Hal itulah yang membuat saya terbeban melayani di Pulau Lingka. Atas seizin Tuhan, sayapun berangkat dari Jakarta-Batam tepat pada tanggal 27 September 2002 dengan tidak kekurangan sesuatu apapun juga. G: Sejak pertama kali melayani sebagai guru juga pelayanan di Pulau Lingka, apakah suka dan duka yang ada di tengah-tengah jemaat dan apakah kelebihan dan kekurangan jemaat di Pulau Lingka? 5 Wawancara dengan Lenny Sihombing (L L )enny: Mengenai sampainya saya di Lingka adalah suatu anugerah yang Tuhan berikan kepada saya. Mengapa demikian seperti itu? Karena hal ini merupakan suatu pergumulan yang berat untuk saya bawakan setiap hari di dalam doa. Wawancara dengan Lenny Sihombing L: Sejak pertama kali melayani di Pulau Lingka ini, selalu saja datang silih berganti akan suka-duka yang saya alami, di antaranya: a. Saya merasakn sukacita di tengah-tengah jemaat yang mau terima saya dengan penuh hangat rasa kekeluargaan, tanpa memandang dari asal/daerah mana. b. Saat saya mulai mengajar, suka yang saya alami adalah mereka mau menerima saya tanpa ada rasa berat hati/sungkan, melainkan datang belajar dengan penuh semangat serta sukacita, baik dari kalangan kaum ibu maupun kanakkanak. c. Dan saat saya ajar mereka berdoa khususnya bagi anak-anak, mereka masih ada yang malumalu untuk melakukannya. Namun walaupun * * * * * * * Guru anak2dengan masihLenny malu,ketika merekamengajar melakukannya sukacita tanpa terpaksa. d. Selain itu, suka yang saya alami adalah, dapat mempelajari bahasa dan logat mereka berbicara. Karena logat bahasa mereka sangat mendayudayu bila kita dengar, dengan irama yang berbeda dengan daerah lain. Secara pribadi, sedikit demi sedikit saya sudah mulai mengenal bahasa dan logat cara mereka berbicara. e. Di Pulau Lingka juga saya cukup senang dan bersuka karena dapat melihat secara langsung alam laut yang diciptakan oleh Allah dengan begitu indah. Baik dengan binatang-binatang lautnya, benda-benda di angkasa raya seperti bintang dan bulan yang dapat dinikmati dengan jelas bila pada malam hari tiba. Serta dapat mengetahui keberadaan angin yang Tuhan beri untuk alam sekitarnya. f. Suka yang terakhir saya rasakan di dalam melayani di Pulau Lingka adalah dapat mengetahui dan mempelajari cara-cara mereka menangkap ikan. Di Pulau Lingka ini, sedikit demi sedikit saya mulai mengenal istilah-istilah yang dipakai untuk mereka menangkap ikan, di antaranya: 6 Mengaleh: Istilah ini digunakan untuk mencari “sotong” (istilah Pulau Lingka disebut “nus”). Menyuluh: Istilah ini digunakan untuk mencari udang dengan menggunakan alat “menyekop udang” Nombak: Istilah ini digunakan untuk menangkap ikan, dengan alat tombak. Menjaring: Istilah ini digunakan untuk menangkap ikan, dengan alat yang digunakan: alat jaring. Bubu: Istilah ini digunakan untuk menangkap dengan memasang perangkap ikan di dalam laut dan membiarkan ikan masuk. Kelong: Istilah ini sama kegunaannya dengan “bubu”, hanya saja kelong agak lebih tinggi letak perangkapnya dibanding dengan “bubu”. Ngedek: Istilah ini digunakan untuk memancing ikan, yang memakai umpan cacing (istilah di Pulau Lingka adalah “pumpun”), bisa juga memakai sotong atau siput. Itulah suka yang dapat saya alami dan rasakan, di sepanjang saya melayani di Pulau Lingka. Sedangkan dukanya ialah: a. Bila musim kemarau tiba, air sulit untuk didapat. Baik untuk mandi, minum maupun untuk memasak. b. Bila musim angin kencang, keadaan di sekeliling kita tidak dapat tenang. Semuanya ribut dan barang-barang yang ada di sekitar kita, bila tidak dijaga maka semuanya akan dapat terbang jauh. c. Bila musim angin reda, di antara jemaat ada yang pergi ke laut untuk tinggal dan hidup di laut sekitar 2 atau 4 bulan. Bisa juga berbulan-bulan. Sehingga anak-anak merekapun dibawa serta semua keluarga. Akibat yang ditimbulkan adalah: anak tidak lagi dapat mengikuti pelajaran dengan baik, Bapak/Ibu tidak dapat lagi mengikuti persekutuan bersama-sama memuji Tuhan. d. Orang tuanya yang kurang peduli dengan keberadaan anak dalam pendidikan, menjadikan anaknya malas belajar/tidak minat untuk belajar. Sehingga anak lebih senang bermain daripada belajar. Kelebihan jemaat di Lingka selama saya melayani di sini ialah: a. Mereka giat di dalam mencari ikan di laut dengan menggunakan alat untuk menangkap ikan yang mereka buat sendiri, seperti tombak, sekop udang, bubu, kelong dan jaring (semuanya merupakan alat-alat yang sederhana). b. Mereka juga memiliki pengetahuan mengenai alam laut di sekitar mereka, dibanding dari penduduk kota yang dapat tahu dari buku saja. Wawancara dengan Lenny Sihombing Sedangkan mereka tanpa berusaha untuk dapat mengetahui mengubah sesuatu yang karena mereka baru. Bersama Taruna Lingka dapat melihat serta G: B a g a i m a n a merasakan sendiri. c. M e m i l i k i menurut anda, Lingka kebudayaan yang dapat terus maju dan dapat berpantun, berkembang? sehingga enak L: didengar bila kita Lingka dapat terus mendengarnya. maju dan berkembang d. Mau menerima menurut hasil pantauan keberadaan orang saya selama melayani di lain yang baru tiba/ tempat ini, ialah: hadir di tengahBila di antara jemaat tengah mereka, dengan sikap terbuka tanpa yang ada tidak lagi memiliki sifat individualistis (sifat dalam keadaan terpaksa untuk menerima tamu suka berkelompok-kelompok terhadap yang lain). yang baru datang. Karena bila masih ada seperti itu, maka kemajuan di Pulau Lingka tidak akan terwujud dengan baik. Kekurangan jemaat yang ada di Lingka tersebut Selain itu, bila hanya mementingkan kelompok adalah: pribadi-pribadi saja, kegiatan yang akan dilakukan a. Di antara jemaat tersebut masih ada sifat jadi terhambat. pesimis (tidak memiliki sifat percaya diri). Juga Lingka akan dapat maju dan berkembang bila Dengan masih menganggap bahwa mereka orangtuanya sadar akan pentingnya pengetahuan/ tidak mampu untuk melakukan sesuatu yang pendidikan bagi anak-anak mereka. Karena dengan baru mereka temui. pendidikan yang diberikan secara khusus untuk b. Masih memiliki sifat mudah tersinggung (sulit anak-anak mereka, akan menjadikan anak-anak untuk menerima teguran, kritikan, atau nasehat memiliki akal budi dan kecerdasan serta dapat dari orang lain). menjadi penerus generasi bagi bangsa, daerah/ c. Masih memiliki sifat individualistis (lebih sukunya dan gereja. mementingkan kelompok pribadi sendirisendiri, daripada mementingkan untuk banyak Melalui anak-anak mereka nantinya yang berhasil orang). dalam pendidikan, akan dapat membangun kembali d. Di antara jemaat yang dilayani juga, masih tempat di mana mereka dilahirkan. Dan yang lebih ditemui sifat yang tidak mau berinisiatif untuk penting lagi, Lingka dapat berkembang dan maju maju. Contohnya: Masih ada yang kurang bila jemaat tersebut tidak setengah hati berharap peduli akan pendidikan untuk anak-anak kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru mereka dan masih suka hidup di dalam perahu, selamat yang hidup. Melainkan jemaat tersebut harus tetap sepenuhnya percaya kepada Tuhan Yesus yang memberikan keselamatan kepada manusia dengan cuma-cuma. me Dan jemaatpun tidak lagi bergantung/berharap pada kuasa-kuasa lain, serta tidak perlu lagi untuk jenuh mengikuti persekutuan/ibadah setiap minggunya. Melainkan juga, jemaat di Lingka harus tetap setia belajar dan mendengar Firman Tuhan. first Itulah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh jemaatjemaat di Lingka bila ingin maju dan berkembang. camp pemuda gpo pdt. rahmiyati tanudjaja (....bersambung....) 15.16.17.18 mei salvation army conference biaya S$125 upper changi road info & registration: Yenny - 91913692 - [email protected] 7 Data Pribadi Pelayanan diluar GPO: Kami mempunyai satu persekutuan dan yayasan yang anggotanya adalah Hamba Tuhan dan mereka2 yang rindu untuk melayani terutama sekali untuk daerah-daerah pedalaman. Semua aktifvitas ini ada di Jakarta. Untuk persekutuannya setiap minggu dan dibuat dirumah kami. Walaupun kami tinggal di Singapura, semua tetap berjalan seperti sebelum kami pindah ke Singapura. Puji Tuhan. Motto hidup:“Kasihilah sesamamu manusia seperti engkau Gema (G) : Tolong Ibu ceritakan sejak kapan dan bagaimana Ibu dapat bergabung dengan GPO Rosalinda (R) : Bergabung dengan GPO diTahun 1999 dan waktu itu suami saya diajak oleh Bpk S Wattimena dan semenjak itu kami menjadi anggota dari GPO karena ternyata memang ada kecocokan dalam beribadah. (G) : Apakah yang membuat Ibu memutuskan GPO sebagai “Home Church” Ibu? Hal-hal apa yang positif dari GPO dan apa yang masih perlu ditingkatkan lagi? ( R) : Kami memutuskan GPO sebagai Home Church kami karena kami mersakan adanya damai sejahtera dan kekeluargaan yang baik dengan sesama Jemaat di GPO. Yang positif adalah kita merasakan bahwa kita sebagai orang Indonesia yg kristen masih dapat beribadah bersama dan tanpa terasa bahwa kita dinegara orang,sehingga terasa sekali kekeluargaannya. Dan masih perlu ditingkatkan adanya partisipasi dari jemaat untuk mengambil bagian apabila ada acara khusus yang diadakan oleh GPO dan berusaha untuk lebih mengenal antara jemaat. 8 mengasihi dirimu sendiri” Kedua buah hati tercinta Wawancara dengan Rosalinda Sumolang Nama : Rosalinda Sumolang Suami : Henry Sumolang Anak : Rezie R.J. Sumolang (23 Tahun) Rosazefanya F.J.Sumolang (9 tahun) Pelayanan : Pelayanan di GPO Pertama sekali saya diminta mewakili Komisi wanita untuk bidang Misi, waktu itu ketuanya adalah Ibu Maryam sedangkan Misi belum menjadi Komisi, baru akan mulai. (G) : Kesan-kesan apa yang Ibu dapat dalam pengalaman Ibu melayani di Komisi Wanita? Apakah ada pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di KW? Apakah suka duka ibu melayani sebagai Ketua KW selama ini? (R) : Kesan dalam melayani di Komisi Wanita: Wah kalau kesan dimana-mana pasti kita punya kesan ,yang terasa sekali adalah melayani Ibu2 dengansegala macam pola tingkahnya ada yang cerewet ada yang kerjanya komplain terus tapi yang paling indah adalah kita dapat sama-sama bergumul dan berdoa untuk dapat saling membantu dalam setiap kelebihan maupun kekurangan kita. Pertumbuhan dan perkembangan ada sedikit karena diluar persekutuan kita juga mengadakan PA setiap Jum’at pagi dari rumah kerumah sesuai dengan Ibu2 yg mau rumahnya dipakai untuk PA. Suka duka sebagai Ketua KW yah gimana ya namanya melayani Tuhan jadi segala resiko harus ditanggung, enak maupun tidak, kadangkadang tengah malam kita dengerin Ibu A cerita mengenai anak dan kadang-kadang Oma-oma telefon mau ngobrol atau minta dianterin kesana sini, memang rasanya benar-benar sebagai seorang Ibu yg punya banyak tanggungan tapi (R) :Persoalannya adalah bagaimana majelis pendamping dari tiap komisi dapat menjadi penghubung yg baik bagi komisinya masingmasing sehingga tidak ada masalah antara majelis dengan komisi-komisi. Karena kadangkadang tidak ada keterbukaan sehingga terjadi benturan-benturan. Dan ini perlu sekali dipilih majelis pendamping yang mengerti sekali kebutuhan dan karakter dari orang-orang yang berada di komisinya. Wawancaradengan Rosalinda Sumolang Bersama suami dan Fanya bersaksi dalam pelayanan di sebuah gereja kecil di Jawa Tengah saya bersyukur karena dengan demikian kita merasa bahwa Tuhan masih mau memakai kita untuk dapat melayani sesama. Kita dikomisi wanitakan terdiri dari beraneka ragam Ibu2 dari segala umur dan segala macam pola tingkahnya oleh karena itu kita pengurus KW haruslah orang-orang yg berjiwa besar dan penuh dengan pengertian antara satu dengan yg lain kalau tidak rasanya pasti akan pusing sendiri (G) : Selain itu, Ibu juga menjadi majelis GPO. Pelajaran apa yang ibu dapatkan ketika menjadi majelis beberapa tahun ini? (R) :Saya menjadi Majelis baru pertama kali ini di GPO dan tentunya banyak yang saya dapatkan terutama dalam tugas dan kewajibanan. Karena dulu saya pikir jadi Majelis itu enak.Tugasnya tidak banyak tapi ternyata pusing juga apalagi kalau sudah hari minggu pasti kesana kemari sehingga kesannya majelis GPO tidak membaur dengan jemaat. Pelajarannya adalah lebih bijak didalam mengambil setiap keputusan jadi tidak seenaknya. (G) : Dengan menjadi majelis tentunya ibu dapat melihat GPO secara lebih luas (artinya tidak hanya KW saja). Bagaimana ibu melihat persoalan yang dihadapi komisi-komisi lainnya? (G) : Saat ini sedang dilakukan proses pencalonan majelis baru.. menurut Ibu apa yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat menjadi majelis yang baik? Pesan apa yang ingin Ibu sampaikan kepada para jemaat, yang kemungkinan dicalonkan menjadi majelis? Dalam suatu pelayanan ke daaerah (R) :Untuk menjadi majelis yang baik tentunya adalah mempunyai jiwa melayani tanpa harus memandang dari segi apapun juga. Mau bergaul dengan siapapun juga tanpa memilih status. Karena tentunya yang memilih majelis adalah jemaat oleh karena itu kita juga harus menyadarinya sehingga hubungan yang baik antara majelis dan jemaat membuat gereja kita menjadi HOME CHURCH bagi semua yg datang beribadah. (G) : Bagaimana ibu melihat visi dan misi GPO? strategi apa saja yang seharusnya dilakukan untuk mencapai Saat menngunjungi anak pertama di US 9 ○ ○ ○ ○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○ (R) : Untuk visi dan misi GPO kita harapkan akan berjalan dengan baik apabila ada komunikasi yang baik. Untuk KW sementara sedang berjalan.............................. (G) : Yang terakhir, kalau boleh, kami ingin tahu apa yang menjadi visi hidup pribadi dari Ibu dan keluarga. Dan bagaimana kehidupan keluarga Ibu dapat menjadi keluarga yang memuliakan Tuhan? (R) : Visi hidup pribadi dan keluarga kami adalah Meniup lilin bersama di hari ulang tahun selama kita masih dapat melayani Tuhan perkawinan lakukan itu. Kehidupan keluarga kami adalah mengucap ○ ○ ○ ○ ○ ○ syukur ○ ○ ○ ○dalam ○ ○ ○ ○segala ○ ○ ○ hal ○ ○ karena ○ ○ ○ ○ kita ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○ tahu bahwaTuhan tidak akan membiarkan kita tergeletak tangan Tuhan akan senantisa menopang kita. ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○ n bor s a irl w G y Bab w Ne Berita Gembira Telah lahir seorang putri dari pasangan Dkn Martin & Yenny Gunawan pada hari Senin, 31 Maret 2003 yang diberi nama : Helena Margaret Gunawan Segenap redaksi dan pembaca GemaGPO mengucapkan Selamat Berbahagia kepada keluarga Gunawan ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○ 10 Wawancaradengan Rosalinda Sumolang visi tersebut? dan bagaimana KW sudah mendukung proses pencapaian visi tersebut selama ini? Retreat Komisi Wanita - YWCA Fort Canning Tu j u h b e l a s M a r e t 2 0 0 3 , a d a l a h a w a l l i b u r a n s e k o l a h b a g i a n a k a n a k p r i m a r y d a n s e c o n d a r y l o c a l s c h o o l S i n g a p o r e . B e r t e pa ta n dengan Retreat Komisi Wanita GPO Banyak yang m e n g a j u k a n pertanyaan; “Mengapa Retreat ini diadakan bertepatan dengan liburan anak-anak sekolah?” Jawabannya adalah karena penentuan tanggal ini sudah diputuskan rapat pengurus KWGPO sejak tahun lalu ketika calendar sekolah Singapore belum terbit. Dan biasanya liburan sekolah jatuh pada awal bulan, jadi ketika segala sesuatunya sudah dipersiapkan maka Retreat tetap berjalan meskipun cukup membuat kami pengurus KWGPO merasa cemas. Namun dengan bersandar pada Kuasa Tuhan, kami yakin bahwa Retreat ini akan memberikan berkat bagi kami semua. Dan berkat pertolongan Tuhan sajalah kalau Retreat ini boleh berjalan dengan baik dan sungguh-sungguh menjadi berkat bagi setiap kami yang mengikutinya. Puji Tuhan. Memang peserta Retreat kali ini tidak sebanyak tahun-tahun yang lalu, tapi hal ini tidak mengurangi antusias kami yang datang. Dengan menggunakan Ibu Marjam sebagai MC sedang memimpin acara ruang Ballroom di YWCA Fort Canning Road, terasa sekali bahwa ruangan ini “agak terlalu besar” bagi kami yang hanya sekitar 50 orang.Namun hal ini tidak terlalu menjadi masalah pada akhirnya, karena suasana hangat yang tercipta saat Pdt. Ruffus A. Waney menyampaikan materi Retreatnya. Dengan Tema “Melayani sebagai Seorang Wanita Kristen” kami dituntun kepada pemahaman tentang pelayanan wanita Kristen yang alkitabiah. Retreat diawali dengan ibadah singkat pembukaan yang disampaikan oleh Ibu Widari yang membawakan renungan yang diambil dari perikop tentang pelayanan Maria dan Marta (Lukas 10 : 38 – 42). Dalam perenungan singkat ini, kami para wanita peserta retreat diajak untuk sejenak menjadi Maria yang mau duduk diam di bawah kaki Yesus untuk mendengar Firman dan kehendak Nya. Bukan sebagai Marta yang sibuk sekali dengan pelayanannya. Disampaikan dalam bentuk seminar 2 session, dengan waktu yang dua setengah jam untuk tiap session sungguh tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Pada session pertama Pdt. R.A. Waney hanya menyampaikan materi yang sudah disiapkannya dengan tuntunan ayat-ayat Alkitab. Lalu pada setengah waktu session kedua dilanjutkan lagi menyampaikan materi, baru setelah lengkap kami diberikan kesempatan untuk bertanya jawab. Dengan ilustrasi-ilustrasi yang nyata terjadi dalam kehidupan seputar kita dan gaya penyampaian yang kadang-kadang 11 lucu, kami semua diberikan wawasan yang luas dalam hal wanita Kristen yang melayani. Retreat ditutup dengan ibadah penutupan yang dipimpin oleh Ibu Pdt. Peggy Tamaweol yang diakhiri dengan acara jamuan Kasih. Dimana kami diajak untuk mau ikut ambil bagian dengan mengambil sepotong roti dan segelas kecil air putih, dan tantangan untuk mau menjadi roti yang terpecah dan anggur yang tercurah. Yang melambangkan bahwa kita mau ikut ambil bagian dalam panggilan pelayanan yang Tuhan berikan pada pada kita. Lalu bagi yang mengikuti retreat pada tahun yang lalu, kami dibagikan kembali amplop janji iman yang Ketua Komisi Wanita memberikan kata sambutan telah kami buat. Untuk mengingatkan kembali komitment yang telah kami tuliskan dalam amplop yang tetap tertutup rapat dan hanya diketahui oleh yang menuliskan sendiri dan Tuhan. Semoga melalui semua ini, kita boleh menjadi wanita-wanita Kristen yang siap melayani Tuhan, dimanapun Tuhan menempatkan kita. Dan siap untuk mau terjun dalam medan pelayanan dengan bekal pembaharuan yang Tuhan berikan melalui pembentukan diri dan karakter sesuai dengan kehendakNya. Sehingga kita bisa memberikan hidup kita sepenuhnya bagi Tuhan dengan melayani sesama dengan penuh kasih dan sukacita yang datang dari Tuhan. Amin. Ibu Widari memimpin ibadah pembukaan Ibu Siaw Ling mengiringi puji-pujian dengan piano Suasana dalam retreat Ibu Peggy memimpin ibadah penutupan 12 Istirahat sejenak dengan makanan jasmani Penyegaran suasana setelah makan agar tidak ngantuk dalam session II Kesempatan tanya-jawab tidak dilewatkan dengan sia-sia Meski sambil menjaga bayinya, tidak menghalangi Ibu Yuli mengikuti Retreat Membagikan pengalaman dalam pelayanan Ibadah penutupan 13 Gereja Presbyterian Bukit Batok menyelenggarakan Drama Musikal Perhatikan tanggal penyelenggaraannya jika tidak ingin ○ ○ ○ ○ ketinggalan! ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ Kebaktian Padang Komisi Maria Marta GPO Tema : Yesus Hidup Pembicara : Ev. Chandra Koewoso Hari : Minggu, 27 April 2003 Tempat : Marina Promenade (samping Car Park di bawah ECP Flyover) Segenap anggota Komisi Maria Marta diundang untuk mengikuti acara penyegaran ini. Bagi yang mau ikut harap berkumpul di GPO pukul 13:00. Kembali ke GPO pukul 17:00 Ajak teman-teman yang lain ikut bersama dalam kebaktian padang ini. Jangan lupa bo...........!!!! Redaksi dan pembaca GemaGpo mengucapkan ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Ibu Nita Sutanto (kakak Sdri Rita Sutanto). Kiranya Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan pada keluarga yang ditinggalkan 16