NAMA : BERLIANA AGUSTIN S. NIM : 2014-32-102 SESI : 01 DOSEN : IDRUS JUS’AT M.SC, PH.D DATA PERUBAHAN POLA PENYAKIT DAN KEMATIAN DI INDONESIA DIABETES MELITUS Gaya hidup modern dengan banyak pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat yang semakin menyebar keseluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyakit degenerative. Diabetes Melitus (yang selanjutnya disingkat DM) merupakan salah satu penyakit degenerative (Krisnatuti, 2008). Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang sangat terkait dengan pola makan. Pola makan merupakan gambaran mengenai macam-macam, jumlah dan komposisi bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh seseorang. Gaya hidup di perkotaan dengan pola diet yang tinggi lemak, garam, dan gula, keseringan menghadiri resepsi/pesta, mengakibatkan masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan secara berlebihan mengakibatkan berbagai penyakit termasuk DM. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. SEJARAH PENYAKIT DIABETES MELITUS Pada 1552 SM (Sebelum Masehi), di Mesir dikenal penyakit yang ditandai dengan sering kencing dan dalam jumlah yang banyak (yang disebut dengan poliurial) serta penurunan berat M badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada 400 SM, seorang penulis India yang bernama Sushratha menyebut penyakit tersebut dengan “penyakit kencing madu” (honey urine disease).Nama penyakit tersebut dikenal luas di kalangan niasyarakat dunia dan sangat populer di kalangan medis pada masa itu. Seiring perjalanan waklu, pada 200 SM tersebutlah Aretaeus yang memberi nama penyakit tersebut dengan “diabetes mellitus”. Diabetes berarti “mengalir terus” dan Mellitus berarti “rnanis”. Penamaan tersebut berdasarkan ciri-ciri yang terjadi pada penderitanya. Disebut Diabetes karena penderita minum terus- menerus dan dalam jumlah yang banyak (atau polidipsia), yang kemudian “mengalir terus” berupa air seni (urine); sedangkanpenyebutan Mellitus berdasarkan pada fakta air seni penderita mengandung gula (manis). Pada dasarnya, DM terjadi karena tubuh Anda kekurangan hormon insulin atau hormon insulin yang ada tidak mencukupi kebutuhan, atau tidak dapat bekerja normal. Padahal hormon insulin mempunyai peranan utama untuk mengatur kadar glukosa (= gula) di dalam darah menjadi sekitar 60-120 mg/ dL pada waktu puasa dan di bawah 200 mg/dL pada dua jam sesudah makan. Penyakit DM tercantum dalam urutan nomor empat dari prioritas penelitian nasional untuk penyakit degenerative setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan geriatrik (Krisnatuti,2008). Kasus diabetes yang terbanyak dijumpai adalah Diabetes Melitus tipe 2 (Sudoyo, 2007). Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe2 di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahuntahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Indonesia berada diperingkat keempat jumlah penyandang DM di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina (Hans, 2008). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka prevalensi diabetes mellitus tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1 persen), diikuti Riau (10,4 persen) dan NAD (8,5persen). Prevalensi diabetes mellitus terendah ada di pro vinsi Papua (1,7 persen), diikuti NTT (1,8persen). Prevalensi Diabetes di Sulawesi Utara berdasarkan profil kesehatan provinsi SULUT tahun 2008 di dapatkan angka lebih tinggi di tingkat provinsi SULUT(1,6%) daripada angka nasional(1,0%). Penyakit ini tersebar di seluruh kabupaten dan kota di SulawesiUtara,dengan prevalensi tertinggi di kota Manado. Grafk diatas menunjukan bahwa penyakit Diabetes Melitus di Indonesia mengalami peningkatan jumlah kematian pada tahun 1994, 1998, 2000, dan pada tahun 2010.