BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang
akan datang bagi keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang
lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di
pasar modal sebagai analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Menurut Hartono (2008), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut nilai positif, maka diharapkan
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan
saham. Pada waktu diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu mengintrepretasikan dan
menganalisis informasi tersebut dengan sinyal baik (good news) atau sinyal
buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik
bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
9
10
Oleh karena itu, signaling theory yang digunakan dalam penelitian ini
lebih mengarah kepada suatu pertanda yang dapat ditangkap oleh para
investor mengenai berbagai informasi yang relevan yang masuk ke pasar
modal. Pertanda tersebut dapat berarti positif atau negatif. Apabila positif,
maka investor akan makin tertarik untuk berinvestasi di dalam pasar modal
tersebut, dan sebaliknya pertanda yang negatif dapat membuat investor
beralih kepada investasi yang lainnya yang lebih menguntungkan.
B. Obligasi
1. Pengertian Obligasi
Menurut Bursa Efek Indonesia :
“Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang
dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang
menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode
tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah
ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut”.
Sedangkan Hartono (2008) mendefinisikan obligasi sebagai hutang
jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan
bunga yang tetap jika ada. Dari definisi ini dapat dimengerti bahwa obligasi
adalah suatu hutang atau kewajiban jangka panjang (bond), sedangkan hutang
jangka pendek disebut bill. Nilai hutang dari obligasi akan dibayarkan pada
saat jatuh temponya. Nilai hutang dari obligasi ini dinyatakan di dalam surat
hutangnya. Obligasi mempunyai jatuh tempo, berarti mempunyai lama waktu
pelunasannya yang sudah ditentukan. Bunga dari obligasi adalah tetap
(misalnya 14% setahun) jika ada dan sudah ditentukan. Karena obligasi
11
membayar bunga yang besarnya tetap, maka obligasi dikenal juga sebagai
sekuritas pendapatan tetap (fixed claim). Walaupun kebanyakan obligasi
memberikan bunga tetap, ada juga obligasi yang tidak membayar bunga (zero
coupon bonds).
Setiap perusahaan memerlukan modal untuk melakukan kegiatan
operasionalnya. Modal ini didapat dari ekuitas atau dari hutang. Ekuitas
adalah modal sendiri yang terdiri atas saham, retained earnings, dan agio
saham. Namun, dari tiga jenis ekuitas itu, yang bisa diperoleh dari masyarakat
adalah saham dan agio saham. Jika pemilik perusahaan bersedia berbagi
kepemilikan dan menginginkan penggalian dana yang tidak terbatas, maka
perusahaan bisa menjual saham kepada masyarakat melalui pasar modal.
Sedangkan dana yang berasal dari hutang adalah berupa obligasi. Obligasi
yang diterbitkan di pasar modal tidak memerlukan jaminan aset karena sudah
dijamin oleh penjamin emisi. Selanjutnya, hutang demikian memiliki jatuh
tempo yang panjang karena memang obligasi didesain sebagai hutang jangka
panjang. Jumlahnya tidaknya terbatas karena dana digali dari masyarakat
luas. Sepanjang masyarakat masih memiliki dana dan percaya kepada pasar
modal, maka dana ini akan terus tersedia (Widoatmodjo, 2009). Upaya
perusahaan untuk mendapatkan dan menambah modal ini menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari kegiatan berinvestasi terutama di pasar modal.
12
2. Jenis Obligasi
Sebagai salah satu instrumen pendanaan bagi perusahaan, obligasi
memiliki beberapa jenis, yaitu :
1. Dilihat dari sisi penerbit :
a) Corporate Bonds : Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik
yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau badan
usaha wasta.
b) Government Bonds : Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah
pusat.
c) Municipal Bonds : Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan
public (public utility).
2. Dilihat dari system pembayaran bunga :
a) Zero Coupon Bonds : Obligasi yang tidak melakukan pembayaran
bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan
sekaligus pada saat jatuh tempo.
b) Coupon Bonds : Obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara
periodic sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
c) Fixed Coupon Bonds : Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang
telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan
dibayarkan secara periodic.
13
d) Floating Coupon Bonds : Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang
ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan
(benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu ratarata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah
atau swasta.
3. Dilihat dari penukaran/opsi :
a) Convertible Bonds : Obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke
dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
b) Exchangeable Bonds : Obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam
sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
c) Callable Bonds : Obligasi yang memberikan hak kepada emiten
untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur
obligasi tersebut.
d) Putable Bonds : Obligasi yang memberikan hak kepada investor
yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada
harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
4. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya
a) Secured Bonds : Obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu
dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam
kelompok ini, termasuk di dalamnya adalah :
14
 Guaranteed Bonds : Obligasi yang pelunasan bunga dan
pokoknya dijamin dengan penanggungan pihak ke tiga.
 Mortgage Bonds : Obligasi yang pelunasan bunga dan
pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau
asset tetap.
 Collateral Trust Bonds : Obligasi yang dijamin dengan efek
yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya sahamsaham anak perusahaan yang dimilikinya.
b) Unsecured Bonds : Obligasi yang tidak dijaminkan dengan
kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya
secara umum.
5. Dilihat dari segi nominalnya
a) Conventional Bonds : Obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam
satu nominal, Rp. 1 Miliar per satu lot.
b) Retail Bonds : Obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai
nominal yang kecil, baik corporate bonds
maupun government
bonds.
6. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil
a) Conventional Bonds : Obligasi yang diperhitungkan dengan
menggunakan system kupon bunga.
b) Syariah Bonds : Obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan
menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal
dua macam obligasi syariah, yaitu :
15
- Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan
yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah
mengetahui pendapatan emiten.
- Obligasi Syariah Ijarah merupakan oblgasi syariah yang
menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijrah)
bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal
obligasi diterbitkan.
3. Karakteristik Obligasi
Obligasi memiliki beberapa karakteristik seperti :
1. Nilai nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang
akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh
tempo.
2. Kupon (The Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang
obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah
setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual
percentage.
3. Jatuh tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi
yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari
365 hari sampai dengan di atas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo
dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah diprediksi, sehingga memiliki
16
risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki
periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin
panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon/bunga nya.
4. Penerbit/Emiten (issuer) mengetahui dan mengenal penerbit obligasi
merupakan factor penting dalam melakukan investasi obligasi ritel.
Mengukur risiko/kemungkinan dari penerbit tidak dapat melakukan
pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default
risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan
oleh lembaga pemeringkat seperti Pefindo atau Kasnic Indonesia.
4. Return Obligasi
Return adalah tingkat pengembalian yang diperoleh investor atas
investasi yang dilakukannya. Menurut Prasetya (2007) return terdiri dari :
-
Required return adalah return yang diinginkan atau disyaratkan oleh
investor pada awal investasi.
-
Expected return adalah return yang diestimasikan dari asset yang
diharapkan oleh investor dimasa depan.
-
Realized return adalah return yang benar-benar dapat direalisasikan
dari investasi.
-
Total return adalah ukuran presentase yang berhubungan dengan
seluruh arus kas suatu sekuritas dalam periode tertentu terhadap harga
belinya.
17
5. Kelebihan dan Kekurangan Obligasi
Kelebihan dan kekurangan obligasi menurut Prasetya (2007) antara lain :
Tabel 2.1
Kelebihan dan Kekurangan Obligasi
Kelebihan
Bagi
Emiten
Kekurangan
- Relatif murah, karena tingkat bunga - Memberatkan
emiten
telah ditentukan sejak awal jadi
kondisi
jumlah bunga yang dibayarkan
tidak
pasti.
memiliki kewajiban membayar
- Jangka
waktu
(maturity)
bisa
jatuh
temponya
lebih
panjang,
membuat perusahaan lebih fleksibel
perusahaan
jika
baik,
bunga
sedang
karena
kepada
emiten
pemegang
obligasi, tidak peduli keadaan
perusahaan untung atau rugi.
menggunakan dana obligasi.
Bagi
Investor
- Investasi
yang
relatif
aman,
- investasi
yang
jangka
relatif
panjang
pendapatan yang akan diperoleh
waktunya
pasti (fixed income securities) yaitu
sehingga
berasal dari bunga kupon dan
yang tidak liquid lagi bagi
pokok pinjaman.
investor.
- Kemungkinan untuk mendapatkan
capital
gain
apabila
investor
menjual obligasi tersebut pada
pihak ketiga.
merupakan
- Pemegang
obligasi
asset
tidak
memiliki hak suara dalam
perusahaan.
18
6. Harga Obligasi
Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata
uang, harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu presentase
dari nilai nominal. Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi
yang ditawarkan, yaitu :
1. At par : Harga obligasi sama dengan nilai nominal.
2. At premium (dengan Premi) : Harga obligasi lebih besar dari nilai
nominal.
3. At discount (dengan diskon) : Harga obligasi lebih kecil daripada nilai
nominal.
7. Yield Obligasi
Pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh dari
investasi obligasi dinyatakan sebagai yield, yaitu hasil yang akan diperoleh
investor apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi. Sebelum
memutuskan
untuk
berinvestasi
obligasi,
investor
harus
mempertimbangkan besarnya yield obligasi, sebagai faktor pengukur
tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima.
Ada 2 (dua) istilah dalam penentuan yield yaitu current yield dan yield
to maturity.
 Current Yield adalah yield yang dihitung berdasarkan jumlah kupon
yang diterima selama satu tahun terhadap harga obligasi tersebut.
19
Current Yield = Bunga tahunan
Harga obligasi
 Sementara itu yield to maturity (YTM) adalah tingkat pengembalian
atau pendapatan yang akan diperoleh investor apabila memiliki obligasi
sampai jatuh tempo. Formula YTM yang seringkali digunakan oleh para
pelaku adalah YTM approximation atau pendekatan nilai YTM, sebagai
berikut :
YTM approximation = C + R – P
n
x 100%
R+P
2
Keterangan :
C = kupon
n = periode waktu yang tersisa (tahun)
R = redemption value
P = harga pembelian (purchase value)
C. Obligasi Syariah
1. Pengertian Obligasi Syariah
Menurut bahasa, obligasi berasal dari dari bahasa Belanda yaitu
obligate, kemudian dibakukan ke dalam bahasa Indonesia menjadi obligasi
yang berarti “kontrak”. Sedangkan dalam Pasal 1 Keputusan RI
No.755/KMK011/1982 menyebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek
berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari masyarakat dalam
20
bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun
dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta pembayarannya
telah ditentukan terlebih dahulu oleh emiten (Badan Pelaksana Pasar
Modal).
Obligasi atau bond adalah surat utang jangka panjang yang
dikeluarkan oleh peminjam dengan kewajiban untuk membayar kepada
bond holder (pemegang obligasi) sejumlah bunga tetap yang telah
ditetapkan sebelumnya. Obligasi adalah suatu istilah yang dipergunakan
dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang dari
penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar
kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal
jatuh tempo pembayaran. Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu
jangka waktu tetap diatas 10 tahun. Salah satu bentuk instrumen investasi
pasar modal adalah obligasi yang sering didefinisikan sebagai suatu surat
berharga jangka panjang bersifat utang yang dikeluarkan oleh emiten
kepada pemegang obligasi dan kewajiban membayar bunga pada periode
tertentu dan melunasi pokok pada saat jatuh tempo kepada pemegang
obligasi. Namun dalam Islam, obligasi yang bersifat utang dengan
kewajiban bayar bunga (sistem riba) tidak dibenarkan. Obligasi syariah
berbeda dengan obligasi konvensional, semenjak ada kovergensi pendapat
bahwa bunga adalah riba maka dari itu diumumkan alternatif investasi
yang dinamakan obligasi syariah.
21
Dalam islam, istilah obligasi lebih dikenal dengan shukuk. Shukuk
merupakan bentuk jamak shukkum yang artinya surat pengakuan utang,
cek bak. Kata shukuk sendiri artinya dokumen atau piagam akte. Dalam
istilah perbankan syariah maknanya surat berharga yang diterbitkan sesuai
prinsip syariah. Istilah Sukuk secara terminologi merupakan merupakan
bentuk jamak dalam bahasa arab yang berasal dari kata ”sakk” yang berarti
sertifikat atau bukti kepemilikan (www.wikipedia.or.id).
Dalam Shari’a Standard No.17 tentang Investment Sukuk, Accounting
and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
mendefinisikan Sukuk sebagai berikut:
“Investment Sukuk are certificates of equal value representing
undivided share in ownership of tangible assets, usufructs and services,
or (in the ownership of) the assets of particular projects or special
investment activity, however, this is true after receipt of the value of the
sukuk, the closing of subscription and the employment of funds received
for the purpose for which the sukuk were issued”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sukuk merupakan
sertifikat bernilai sama yang mewakili bagian tak terpisahkan dalam
kepemilikan suatu aset berwujud, manfaat atau jasa, atau kepemilikan dari
aset suatu proyek atau aktivitas investasi tertentu, yang terjadi setelah
adanya penerimaan dana sukuk, penutupan pemesanan dan dana yang
diterima dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penerbitan sukuk.
Sementara itu, definisi sukuk menurut Peraturan Bapepam dan LK
Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah memberikan definisi
Sukuk sebagai berikut : “Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti
22
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu
(tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share)) atas:
a) Aset berwujud tertentu (ayyan maujudat);
b) Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu baik yang
sudah ada maupun yang tidak ada;
c) Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang tidak ada;
d) Aset proyek tertentu (maujudat masyru’muayyan); dan
e) Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath itistmarin khasha)
Adapun Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia
(MUI) belum menggunakan istilah sukuk dan masih menggunakan istilah
obligasi syariah. Dalam fatwa No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi
syariah DSN-MUI mendefinisikan obligasi syariah sebagai: “...sebagai
suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan
emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah
berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo”.
Obligasi syariah mempunyai pengertian yaitu: “obligasi yang
ditawarkan dengan ketentuan yang mewajibkan emiten untuk membayar
kepada pemegang obligasi syariah sejumlah pendapatan bagi hasil dan
membayar kembali dana obligasi syariah pada tanggal pembayaran
kembali dana obligasi syariah”. Pendapatan bagi hasil dibayarkan setiap
periode tertentu (3 bulan, 6 bulan atau setiap tahun). Besarnya pendapatan
23
bagi hasil dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang obligasi
syariah dengan pendapatan yang dibagi hasilkan, yang besarnya tercantum
dalam laporan keuangan konsolidasi emiten triwulan yang terakhir
diterbitkan sebelum tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil yang
bersangkutan. Pembayaran pendapatan bagi hasil kepada masing-masing
pemegang obligasi syariah akan dilakukan secara proporsional sesuai
dengan porsi kepemilikan obligasi syariah yang belum dibayar kembali.
2. Karakteristik Obligasi Syariah (sukuk)
Keunggulan sukuk terletak pada strukturnya yang berdasarkan aset
nyata. Hal ini memperkecil kemungkinan terjadinya fasilitas pendanaan
yang melebihi nilai dari aset yang mendasari transaksi sukuk. Pemegang
sukuk berhak atas bagian pendapatan yang dihasilkan dari aset sukuk di
samping hak dari penjualan aset sukuk. Ciri khas lain sukuk adalah, jika
sertifikat tersebut mencerminkan kewajiban kepada pemegangnya, maka
sertifikat tersebut tidak dapat diperjualbelikan pada pasar sekunder
sehingga menjadi instrumen jangka panjang yang dimiliki hingga jatuh
tempo atau dijual pada nilai nominal.
Obigasi Syariah mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, obligasi
syariah menekankan pendapatan investasi bukan berdasarkan kepada
tingkat bunga (kupon) yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat
pendapatan dalam obligasi syariah berdasar kepada tingkat rasio bagi hasil
(nisbah) yang besarnya telah disepakati oleh pihak emiten dan investor.
Kedua, dalam sistem pengawasannya selain diawasi oleh pihak wali
24
amanat maka mekanisme obligasi syariah juga diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah (di bawah Majelis Ulama Indonesia) sejak dari
penerbitan obligasi sampai akhir dari masa penerbitan obligasi tersebut.
Dengan adanya sistem ini maka prinsip kehati-hatian dan perlindungan
kepada investor obligasi syariah diharapkan bisa lebih terjamin. Ketiga,
jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan perusahaan
penerbit obligasi harus terhindar dari unsur non halal.
Adapun lembaga Profesi Pasar Modal yang terkait dengan penerbitan
obligasi syariah masih sama seperti obligasi biasa pada umumnya. Sukuk
pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan
pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil
sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying
transaction) berupa jumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan
sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur
secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba,
gharar, dan masyir.
25
Tabel 2.2
Perbandingan Obligasi Syariah (Sukuk) dengan Obligasi
Konvensional
Deskripsi
Obligasi Syariah
Obligasi Konvensional
Penerbit
Pemerintah, korporasi
Pemerintah, korporasi
Jangka waktu
Sertifikat kepemilikan/ Instrumen pengakuan utang
penyertaan atas suatu
aset
Imbalan, bagi hasil, Bunga kupon, capital gain
margin
Pendek-menengah
Menengah-panjang
Underlying asset
Perlu
Tidak perlu
Price
Market price
Market price
Investor
Islami, konvensional
Konvensional
Sifat Instrumen
Penghasilan
Penggunaan dana Harus sesuai syariah
hasil penerbitan
Bebas
Sumber:Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan
yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan
atau tidak terbagi atas:
1) Kepemilikan aset berwujud tertentu.
2) Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi
tertentu,
3) Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
26
Ada beberapa kriteria persyaratan yang harus dipenuhi oleh emiten,
yaitu:
1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan
substansi Fatwa No.20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan
bahwa jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah islam
diantaranya adalah:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan diarang, usaha lembaga keuangan konvensional
(ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
b. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan
makanan dan minuman haram.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudharat.
2. Peringkat Invesment Grade:
a. Memiliki fundamental usaha yang kuat.
b. Memiliki fundamental keuangan yang kuat.
c. Memiliki citra baik di publik.
3. Keuntungan tambahan jika termasuk korporasi atau institusi syariah
yang terdaftar dalam komponen Jakarta Islamic Index.
27
Secara umum, ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah adalah
sebagai berikut:
a. Obligasi syariah haruslah berdasarkan prinsip syariah yang hanya
memberikan pendapatan kepada pemegang obligasi dalam bentuk bagi
hasil atau revenue sharing serta pembayaran utang pokok pada saat
jatuh tempo.
b. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada
bentuk pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya
serta pendapatan yang diterima harus bersih dari non halal
c. Nisbah (rasio bagi hasil) harus ditentukan sesuai keepakatan sebelum
penerbitan obligasi tersebut.
d. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai
ketentuan bersama, dan pada saaat jatuh tempo hal itu diperhitungkan
secara keseluruhan.
e. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas
Syariah atau oleh Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah
Nasional MUI.
f. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau
melanggar syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana
investor dan harus dibuat surat pengakuan utang. Apabila emiten
berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak investor dapat menarik
dananya.
28
g. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dipindah tangan
kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian.
3. Jenis Obligasi Syariah (sukuk)
Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang
Investment Sukuk, terdiri dari :
1) Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.
2) Sertifikat kepemilikan manfaat.
3) Sertifikat salam.
4) Sertifikat istishna.
5) Sertifikat murabahah.
6) Sertifikat musyarakah.
7) Sertifikat muzara’a.
8) Sertifikat musaqa.
9) Sertifikat mugharasa.
Sementara itu Academy for International Modern Studies (AIMS)
mengklasifikasikan jenis sukuk sebagai berikut:
1) Sukuk mudharabah
2) Sukuk musyarakah
3) Sukuk ijarah
4) Sukuk murabahah
5) Sukuk salam
6) Sukuk istishna
29
Di samping itu, AIMS juga membagi sukuk menjadi empat kelompok
berdasarkan aset dan proyek yang menjadi dasar transaksinya, sebaga
berikut:
1) Sukuk yang mewakili kepemilikan pada aset berwujud (sebagian besar
berupa transaksi sale dan lease back atau direct lease);
2) Sukuk yang mewakili kemanfaatan atau jasa (mendasarkan pada
transaksi sub lease atau penjualan jasa/sale of service);
3) Sukuk yang mewakili bagian ekuitas dalam usaha atau portofolio
investasi tertentu (berdasarkan akad musyarakah attau mudharabah);
4) Sukuk yang mewakili piutang atau barang yang diterima di masa
depan ( berdasarkan mudharabah, salam, atau istishna).
Atas dasar proyek atau aset yang mendasarinya tersebut di atas, sukuk
dapat juga dikelompokkan menjadi dua yaitu sukuk yang dapat
diperdagangkan dan sukuk yang tidak dapat diperdagangkan. Sukuk yang
dapat diperdagangkan (tradable sukuk) adalah sukuk yang mewakili aset
berwujud atau porsi kepemilikan dari usaha atau portofolio investasi
tertentu. Contohnya : sukuk ijarah, sukuk mudharabah, atau sukuk
musyarakah. Sementara sukuk yang mewakili piutang dalam bentuk uang
maupun barang tidak dapat diperdagangkan (non-tradable sukuk).
Contohnya : sukuk salam, sukuk istishna, atau sukuk murabahah.
Di Indonesia, fatwa DSN MUI baru mengatur beberapa jenis Obligasi
Syariah yaitu Obligasi Syariah Mudharabah (fatwa Nomor 33/DSNMUI/IX/2002),
Obligasi
Syariah
Ijarah
(fatwa
Nomor
41/DSN-
30
MUI/III/2004) dan Obligasi Syariah Mudharabah Konversi (fatwa Nomor
59/DSN-MUI/V/2007). Jenis-jenis sukuk yang dimungkinkan untuk
diterbitkan berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.14
tentang Akad-Akad yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syariah di
Pasar Modal adalah sukuk Mudharabah dan sukuk Ijarah.
4. Penerbitan Obligasi Syariah (Sukuk)
Setiap perusahaan memerlukan modal untuk melakukan kegiatan
operasionalnya. Modal yang digunakan oleh perusahaan tersebut bisa
berasal dari luar ataupun dari dalam perusahaan sendiri. Modal dari dalam
bisa berasal dari laba yang ditahan, saham biasa dan saham preferen yang
diterbitkan perusahaan. Sedangkan modal yang berasal dari luar adalah
hutang yang diambil oleh perusahaan. Pada penelitian ini, penulis tertarik
untuk meneliti tentang penerbitan obligasi syariah (sukuk) sebagai salah
satu bentuk investasi dan pendanaan bagi perusahaan. Selain sebagai salah
satu bentuk pendanaan bagi perusahaan, penerbitan obligasi syariah juga
dapat mempengaruhi investasi saham.
Penerbitan obligasi syariah akan menyebabkan terjadinya peningkatan
leverage perusahaan. Di satu sisi peningkatan leverage akan membawa
keuntungan bagi perusahaan berupa tax shield di mana perusahaan dapat
mengurangi bagian earning yang dibayarkan untuk pajak sehingga
perusahaan dapat meningkatkan nilai dari perusahaan dan memberikan
keuntungan bagi pemegang saham. Namun pada titik tertentu penggunaan
hutang dapat menurunkan nilai saham karena adanya pengaruh biaya
31
kepailitan dan biaya bunga yang timbul dari adanya penggunaan hutang.
Reaksi investor terhadap perubahan struktur modal dapat dilihat dari
pergerakan harga saham di pasar modal (Nafiah Afaf 2008).
Kemampuan
penerbitan
obligasi
syariah
(sukuk)
dalam
mempengaruhi investasi saham ini cukup beralasan melihat nilai manfaaat
yang terdapat dari penerbitan obligasi syariah ini. Selain itu potensi,
penerbitan obligasi syariah ke depan juga diprediksi akan semakin besar.
Momentum penerbitan obligasi syariah (sukuk) harus menjadi informasi
strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan, dan
peluang Sustainbility Development bagi perusahaan dan sektor keuangan,
khususnya keuangan Islam. Untuk melihat sejauh mana investor bereaksi
terhadap peristiwa tersebut dilakukan pengujian kandungan informasi
peristiwa pengumuman atau penerbitan obligasi syariah (sukuk) dapat
diukur dengan menggunakan return saham.
Jogiyanto (2008) memaparkan pengujian kandungan informasi
dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika
pengumuman tersebut mengandung informasi, maka diharapkan pasar
akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Secara umum, hubungan antara tingkat pengungkapan informasi yang
dilakukan oleh perusahaan dengan kinerja pasar perusahaan masih sangat
beragam. Secara teoritis, ada hubungan positif antara pengungkapan dan
kinerja pasar perusahaan. Penerbitan obligasi syariah (sukuk) juga
merupakan salah satu pengungkapan atas strategis pendanaan perusahaan
32
sehingga pengumuman penerbitan obligasi syariah (sukuk) perusahaan
idealnya akan mempengaruhi keputusan investor yang tercermin dalam
tingkat return saham. Hal ini disebabkan karena startegi penerbitan
obligasi syariah (sukuk) telah terbukti memberikan nilai lebih kepada
perusahaan maupun negara dalam mendorong ekspansi perusahaan dan
pembangunan negara seperti dikemukakan oleh Umar Mohammed Idris
(2007) :
“Sukuk is a very important tool for mobilization of the islamic funds,
since a big amount of the islamic funds is inactive in the economy.
Sukuk issuance has greatly contributed in the enhancement of more
infrastructural developments in many of the muslim countries by
issuing sukuk that provide capital for mega projects”.
Muhammad Firdaus, dkk dalam Sunarsih (2008) pada saat ini, yaitu
mulai tahun 2002 di Bursa Efek Indonesia diperdagangkan instrument
keuangan baru yaitu obligasi syariah. Obligasi syariah ini diterbitkan
selain untuk menutupi kebutuhan modal kerja juga bisa digunakan untuk
membangun infrastruktur baik oleh perusahaan maupun pemerintah.
Dengan demikian obligasi syariah bisa dimanfaatkan sebagai alternatif
sumber pendanaan bagi perusahaan. Obligasi syariah sebagai sumber
pendanaan bagi perusahaan lebih kompetitif dibandingkan dengan obligasi
konvensional. Tetapi kecenderungan investor memang berbeda-beda
karena sudut pandang yang digunakan untuk menganalisis dan
memprediksi investasi yang akan mereka lakukan pun berbeda.
Walaupun kepedulian investor dan perusahaan makin berkembang
pada alternatif investasi dan pendanaan bagi mereka, seperti adanya
33
obligasi syariah (sukuk) ini, tetapi belum semua perusahaan menggunakan
obligasi syariah (sukuk) sebagai instrumen pendanaannya selain saham
yang masih dominan hingga saat ini. Mengacu kepada Siaran Pers
BAPEPAM-LK pada 31 Desember 2009 yang menyatakan bahwa :
“Selama tahun 2009 terdapat 12 sukuk dari 7 emiten yang memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK dengan total nilai emisi dari
penerbitan sukuk tersebut sebesar Rp 1,22 triliun. Sampai dengan 29
Desember 2009, jumlah sukuk yang beredar telah mencapai 28 sukuk
sehingga proporsi jumlah sukuk telah mencapai 12,12% dari total efek
yang bersifat utang yang beredar. Secara kumulatif, sampai dengan
Desember 2009 jumlah sukuk yang telah diterbitkan telah mencapai 41
sukuk, meningkat sebesar 41,3% dibanding akhir tahun 2008 yang baru
berjumlah 29 sukuk. Sementara total nilai emisi sukuk mencapai Rp 6,71
triliun pada Desember 2009, meningkat sebesar 22,20% dibanding akhir
tahun 2008 yang baru mencapai Rp 5,49 triliun”.
Kondisi ini menunjukan bahwa penerbitan obligasi syariah (sukuk)
yang telah terjadi selama ini masih cenderung direspon secara konservatif
dan hati-hati oleh perusahaan dan pasar. Jika melihat hasil penelitian
sebelumnya tentang pengaruh penerbitan obligasi terhadap respon pasar, di
mana hasilnya pasar cenderung merespon negatif bahkan tidak terpengaruh
terhadap penerbitan obligasi yang dilakukan perusahaan, maka melihat
kondisi penerbitan obligasi syariah (sukuk) yang dilakukan oleh
perusahaan saat ini seperti respon yang ditunjukan pasar tidak akan jauh
34
berbeda (cenderung direspon negatif dan tidak signifikan) dengan hasil
penelitian sebelumnya. Namun, dilihat dari perkembangan yang ada
ditambah dengan masih mudanya umur keberadaan obligasi syariah
(sukuk) ini di dunia pasar modal Indonesia, pencapaian yang telah diraih
hingga saat ini masih bisa menumbuhkan potensi dan optimisme yang
besar dari para investor dan pelaku pasar modal.
Tingkat perumbuhan obligasi syariah (sukuk) sebesar 41,3%
sepanjang tahun 2009 secara kasat mata menunjukan bahwa pasar bereaksi
positif dengan adanya penerbitan obligasi syariah ini. Tentu saja respon
positif pasar ini tidak akan terjadi jika tingkat pengembalian atas investasi
yang ada tidak bernilai positif dan menguntungkan juga.
Seperti yang telah dijelaskan secara sekilas pada pembahasan di atas,
perkembangan di pasar merupakan indikator yang penting untuk
mengetahui tingkah laku pasar. Para investor dalam melakukan transaksi
di pasar modal akan mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi
yang dimilikinya. Informasi yang relevan dengan pasar modal merupakan
sesuatu yang dicari oleh investor dalam upaya pengambilan keputusan
investasi. Penerbitan obligasi adalah salah satu bentuk kebijakan
perusahaan yang akan berdampak pada terjadinya perubahan struktur
modal perusahaan. Apabila informasi diterbitkannya obligasi oleh
perusahaan merupakan informasi yang memiliki makna bagi pasar maka
akan tercermin dalam perubahan harga saham yang akan menghasilkan
selisih antara return yang diharapkan dengan return yang sesungguhnya.
35
Oleh karena itu, dampak dari pengumuman penerbitan obligasi
syariah (sukuk) perusahaan mengacu dari fenomena penerbitan obligasi
konvensional yang saat ini sedang berkembang di pasar tak luput dari
perhatian investor. Informasi penerbitan obligasi syariah (sukuk) ini
kemudian akan memberikan suatu pertanda (signal) bagaiman efeknya
bagi return saham perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah (sukuk)
sekaligus mengeluarkan saham di pasar bursa efek. Signalling Theory
berlaku di sini, di mana setiap tindakan mengandung informasi (Suluh
Pramastuti 2007).
Teori ini diperkuat oleh (Jogiyanto, 2008:491) : “Jika suatu informasi
baru yang relevan masuk ke pasar yang berhubungan dengan suatu aktiva,
informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan
nilai dari aktiva yang bersangkutan. Akibatnya adalah kemungkinan
pergeseran ke harga ekuilibrium yang baru.
5. Nilai Penerbitan Obligasi Syariah (sukuk)
Dalam penerbitan obligasi pihak emiten akan dengan jelas
menyatakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan melalui penjualan
obligasi. Istilah yang ada yaitu dikenal dengan jumlah emisi obligasi.
Apabila perusahaan membutuhkan dana Rp 400 Milyar maka dengan
jumlah sama akan diterbitkan obligasi senilai dana tersebut. Penentuan
besar kecilnya jumlah penerbitan obligasi berdasarkan kemampuan aliran
kas perusahaan serta kinerja bisnisnya. (Pratama, 2012).
36
6. Rating Penerbitan Obligasi Syariah (Sukuk)
Dalam investasi, rating merupakan salah satu hal yang sangat penting
karena menentukan suatu perusahaan atau negara bisa mendapatkan
pendanaan dari penerbitan obligasi atau tidak dan berapa besar kupon atau
imbal hasil yang harus dibayarkan agar diterima investor. Dalam investasi,
baik saham, reksadana, maupun obligasi, perubahan rating terutama rating
suatu negara bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi arah
investasi. Maka dari itu, investor perlu mengetahuinya.
Rating
adalah
suatu
penilaian
yang
terstandarisasi
terhadap
kemampuan suatu negara atau perusahaan dalam membayar hutanghutangnya. Karena terstandarisasi artinya rating suatu perusahaan atau
negara dapat dibandingkan dengan perusahaan atau negara lain sehingga
dapat dibedakan siapa yang mempunyai kemampuan lebih baik, siapa yang
kurang. Rating dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat dan biasanya
untuk menjadi perusahaan pemeringkat harus mendapat izin resmi dari
pemerintah (Pefindo).
Sebelum melakukan penjualan obligasi, kebanyakan korporasi akan
meminta lembaga pemeringkat untuk memberikan peringkat. Dalam
proses pemeringkatan ini, hal yang paling penting adalah pertemuan
dengan
manajemen
korporat.
Pertemuan
ini
dimaksudkan
untuk
melakukan review yang detail terhadap rencana operasional dan finansial
perusahaan, kebijakan manajemen, dan faktor-faktor kredit lain yang dapat
37
mempengaruhi peringkat. CFO dan CEO perusahaan biasanya mewakili
manajemen dalam pertemuan yang dijadwalkan beberapa kali.
Pada umumnya, lembaga pemeringkat akan meminta laporan
keuangan yang telah diaudit, lapora keuangan interim, deskripsi tentang
kegiatan operasi dan produk perusahaan, dan draft pernyataan registrasi.
Peringkat obligasi akan mempengaruhi tingkat pengembalian obligasi
yang diharapkan oleh investor. Semakin buruk peringkat suatu obligasi,
maka akan semakin tinggi pula tingkat pengembalian hasil yang akan
dituntut investor atas suatu obligasi.
Obligasi berperingkat rendah akan menyediakan tingkat kupon yang
tinggi, sebaliknya obligasi dengan peringkat tinggi menandakan bahwa
kualitas obligasi tersebut bagussehingga dapat memberikan tingkat kupon
yang rendah (Darmawan, 2007). Peringkat obligasi penting, karena
obligasi dengan peringkat yang lebih rendah biasanya memiliki biaya
bunga
yang
lebih
tinggi.
Tetapi,
penelitian-penelitian
terakhir
menunjukkan bahwa peringkat obligasi kurang mencerminkan resiko
obligasi. Harga saham dan harga obligasi dari suatu perusahaan tidak
memperlihatkan efek yang abnormal diakibatkan oleh perubahan
peringkat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena peringkat obligasi
didasarkan pada informasi yang tersedia di publik dan tidak menambahkan
informasi baru bagi pasar (Ross,Westerfield, Jaffe, Jordan; 2008).
Perusahaan-perusahaan umumnya berusaha untuk mempertahankan
peringkat obligasi yang dimilikinya karena menguntungkan bagi
38
perusahaan. Beberapa keuntungan yang dadiperoleh adalah kemampuan
untuk menerbitkan commercial paper, jalan masuk ke pasar modal dan
investor, dan hubungan yang lebih baik dengan pihak ketiga. Keuntungankeuntungan yang diperoleh tersebut mendorong perusahaan untuk
mempertahankan peringkat obligasinya dengan mengurangi penggunaan
hutang pada saat menjelang penerbitan peringkat obligasi. Penggunaan
hutang yang lebih sedikit dapat mencegah penurunan peringkat obligasi
dan mendorong peningkatan peringkat obligasi tersebut (Kisgen; 2006).
Peringkat obligasi saat ini dipandang penting. Securities and
Exchange Commission (SEC), dalam laporannya mengenai peran dan
fungsi lembaga pemeringkat, menyatakan bahwa pentingnya peringkat
obligasi bagi investor telah meningkat secara signifikan sehingga
mempengaruhi struktur transaksi finansial, akses penerbit obligasi
terhadap modal, dan kemampuan investor dalam melakukan investasi.
Bahkan majalah The Economist (2005) menyatakan bahwa saat ini
lembaga-lembaga pemeringkat adalah salah satu institusi yang paling
berpengaruh di pasar modal.
Di Indonesia, perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market
leader dalam pemberian rating adalah PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek
Indonesia). Selain itu, belakangan ini juga terdapat perusahaan baru yang
memiliki bidang usaha serupa yaitu Fitch Rating Indonesia dan ICRA
(Indonesia Credit Rating Agency). Umumnya perusahaan yang mendapat
izin dari pemerintah Indonesia hanya memeringkat perusahaan-perusahaan
39
yang beroperasi di Indonesia. Sementara rating terhadap kemampuan
membayar hutang suatu negara dilakukan oleh perusahaan pemeringkat
yang mendapat pengakuan internasional. Dahulu perusahaan pemeringkat
ini didominasi oleh 3 pemain besar seperti Standard & Poor, Moody’s
Investor Service, dan Fitch Rating. Namun, belakangan ini juga semakin
bermunculan perusahaan pemeringkat yang ratingnya juga diakui selain 3
pemain besar di atas. Perusahaan pemeringkat lainnya yaitu JCRA (Japan
Credit Rating Agency) dan Rating & Information Service Inc.
Suatu rating terdiri dari dua bagian yaitu rating dan outlook. Rating
adalah kemampuan membayar hutang sedangkan outlook adalah
pandangan dari perusahaan pemeringkat, apakah rating akan naik, turun,
atau tetap pada periode penilaian berikutnya. Rating sendiri terdiri dari dua
yaitu 3 huruf yang disertai dengan tanda atau angka tergantung perusahaan
pemeringkat. Sebagai contoh urutan dari yang paling tinggi hingga paling
rendah secara umum adalah sebagai berikut:
1. Invesment Grade
-
AAA atau Aaa
-
AA+,AA dan AA- atau Aa1, Aa2, dan Aa3
-
A+, A, dan A- atau A1, A2, dan A3
-
BBB+, BBB, BBB- atau Baa1, Baa2, Baa3
40
2. Non invesment grade ( Junk Bond ) dengan rating dibawah BBB atau
Baa.
- BB+, BB, BB- atau Ba1, Ba2, Ba3
- B+, B, B- atau B1, B2, B3
- CCC+, CCC, dan CCC- atau Caa1, Caa2, dan Caa3
- CC+, CC, CC- atau Ca1, Ca2, Ca3
- C+, C, C- atau C1, C2, C3
- Default
Invesment Grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan atau negara
dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi hutangnya.
Sehingga bagi investor yang mencari investasi yang aman, umumnya
memilih rating Investment Grade. Praktek pada perusahaan lebih detail
lagi. Perusahaan yang menerapkan screening yang lebih mendalam seperti
BUMN investment grade nya minimal A karena rating BBB masih
dianggap belum aman.
Non Invesment Grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan atau
negara dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi
kewajibannya. Perusahaan yang masuk ketegori ini biasanya cenderung
sulit memperoleh pendanaan. Supaya berhasil umumnya mereka
memberikan kupon atau imbalan hasil yang tinggi sehingga disebut juga
dengan High Yield Bond. Investor yang memilih jenis obligasi ini biasanya
cenderung memiliki sifat spekulatif. Sebab jika ternyata perusahaan
41
berkomitmen melunasi seluruh kewajibannya, imbal hasil yang diterima
bisa sangat tinggi.
Pada prinsipnya, semakin rendah rating, berarti semakin tinggi risiko
gagal bayar dan berarti semakin tinggi pula imbal hasil (return) yang
diharapkan oleh investor
Tabel 2.3
Interpretasi Rating Pefindo
AAA
Obligasi yang diperingkat AAA adalah peringkat obligasi tertinggi
yang diberikan oleh pefindo. Kapasitas penerbit obligasi untuk
membaya kewajiban jangka panjangnya sangat superior dibandingkan
dengan penerbit obligasi Indonesia lainnya.
AA
Obligasi dengan peringkat AA hanya berbeda sedikit dengan obligasi
dengan peringkat AAA. Kapasitas penerbit obligasi untuk membayar
kewajiban jangka panjangnya sangat kuat dibandingkan dengan
penerbit obligasi Indonesia lainnya.
Obligasi dengan peringkat A mengindikasikan kapasitas penerbit
obligasi untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya relatif kuat
dibandingkan dengan penerbit obligasi lainnya, tetapi obligasi ini tetap
lebih mudah terpengaruh oleh perubahan keadaan dan kondisi ekonomi
daripada obligasi peringkat AAA dan AA.
Obligasi berperingkat BBB mengindikasikan parameter yang cukup
aman dibandingkan dengan obligasi Indonesia lainnya. Memburuknya
kondisi ekonomi atau perubahan keadaan akan mempengaruhi
kapasitas penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka
panjangnya.
Obligasi dengan peringkat BB menggambarkan parameter
perlindungan yang relatif agak lemah dibandingkan dengan obligasi
lainnya. Kapasitas dari penerbit obligasi untuk membayar kewajiban
jangka panjangnya cukup rawan terhadap ketidakpastian terhadap
kondisi bisnis, finansial, dan ekonomi.
Obligasi dengan peringkat B menggambarkan parameter perlindungan
yang relatif lemah dibandingkan dengan obligasi lainnya. Penerbit
obligasi masih mempunyai kapasitas untuk membayar kewajiban
jangka panjangnya tetapi adanya kondisi-kondisi ekonomi, bisnis, dan
A
BBB
BB
B
42
CCC
SD
D
finansial yang buruk akan sangat mempengaruhi kapasitas dan
kemauan penerbit obligasi untuk membayar kewajiban jangka
panjangnya.
Obligasi dengan peringkat CCC berpotensi untuk tidak membayar
kewajibannya dan tergantung pada kondisi finansial dan bisnis yang
baik untuk dapat membayar kewajibannya tersebut.
Obligasi dengan peringkat SD (Selective Default) akan diberikan pada
penerbit obligasi yang telah gagal membayar satu atau lebih
obligasinya pada saat jatuh tempo. Rating SD diberikan oleh Pefindo
jika penerbit obligasi telah gagal membayar salah satu obligasinya
tetapi akan tetap membayar obligasi lainnya tepat waktu.
Obligasi diberi peringkat D jika penerbit obligasi tersebut gagal
membayar kewajibannya dan otomatis diberikan pada saat penerbit
pertama kali gagal membayar kewajibannya. Pengecualian diberikan
jika pembayaran bunga telah lewat dari tanggal jatuh tempo tetapi
masih di dalam periode grace atau telatnya pembayaran terjadi karena
adanya perselisihan komersial bonafide.
Sumber: Pefindo
Pada peringkat obligasi dari AAA sampai B dapat dimodifikasi
menggunakan notasi plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan
relatif dalam kategori peringkat tersebut.
D. Pasar Modal
1. Sejarah dan Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya
pada tahun 1912 di Batavia. Meskipun pasar modal telah ada sejak 14
Desember 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak
berjalan seperti yang diharapkan. Perkembangan pasar modal Indonesia
ternyata mengalami pasang surut, seiring dengan perjalanan negara dan
bangsa Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda, misalnya, pasar modal
Indonesia
pernah
mengalami
pasang.
Kemudian,
seiring
dengan
berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia, pasar modal juga mengalami
43
kemunduran. Selanjutnya, saat negara Indonesia mengalami kemelut
(termasuk kesulitan ekonomi), pada tahun 1960-an, pasar modal juga tidak
bisa menunjukan aktivitas yang baik. Catatan terakhir menunjukkan, pasar
modal indonesia mengalami masa pasang ketika pembangunan ekonomi
yang dilakukan sejak Orde Baru mulai menunjukkan hasil pada akhir tahun
1980-an hingga pertengahan 1990-an. Pada tahun 1997, ekonomi Indonesia
dilanda krisi moneter yang menyebabkan pasar modal juga terkena
imbasnya (Widoatmodjo, 2009).
Dengan demikian, tidaklah terlalu salah jika perkembangan pasar
modal Indonesia dapat didekati melalui sejarah perjalanan negara dan
bangsa Indonesia (Winarto, 1997) dalam (Widoatmodjo, 2009). Menurut
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan pasar modal sebagai berikut :
“Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
Efek “.
Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal
adalah pasar untuk melakukan penawaran umum dan perdagangan efek
yang diterbitkan oleh perusahaan publik maupun pemerintah serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan efek.
2.
Tujuan dan Manfaat Pasar Modal
Tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari 3 sudut pandang
(Samsul, 2006) yaitu:
44
 Sudut Pandang negara
Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian
suatu negara melalui kekuatan swasta dengan mengurangi beban
negara. Negara memiliki kekuatan dan kekuasaan untk mengatur
bidang perekonomian tetapi tidak harus memiliki perusahaan sendiri.
Tetapi negara mempunyai kewajiban membuat perundang-undangan
agar pihak swasta dapat bersaing dengan jujur dan tidak terjadi
monopoli. Negara tidak perlu membiayai pembangunan ekonominya
dengan cara meminjam dana dari pihak asing, sepanjang pasar modal
dapat difungsikan dengan baik. Pinjaman dari pihak asing akan
membebani APBN yang pada akhirnya akan dibebankan kepada
rakyak malalui pungutan pajak.
 Sudut Pandang Emiten
Pasar modal merupakan suatu sarana untuk mecari tambahan modal.
Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya
yang lebih murah dan hal itu bisa diperoleh di pasar modal. Karena
modal pinjaman dalam bentuk obligasi lebih murah daripada kredit
jangka panjang perbankan. meningkatkan modal sendiri lebih baik dari
pada memperbaiki strktur permodalan perusahaan. Perusahaan yang
masuk ke pasar modal akan lebih dikenal karena setiap hari bursa,
namanya selalu muncul dalam berita televisi, radio, atau surat kabar.
Perusahaan yang sudah dikenal namanya akan lebih mudah mencari
hubungan bisnis dengan perusahaan domestik atau luar negeri.
45
 Sudut Pandang Masyarakat
Dengan adanya pasar modal, maka masyarakat memiliki sarana baru
untuk menginvestasikan uangnya. Investasi yang semula dilakukan
dalam bentuk deposito, emas, tanah, atau rumah sekarang dapat
dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi. Jika pasar modal itu
berjalan dengan baik, jujur, dan pertumbuhannya stabil maka dapat
mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat.
3. Jenis-Jenis Pasar Modal
Pasar modal dapat diketegorikan menjadi 4 pasar, yaitu :
a. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk
pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum.
Penawaran umum awal ini, yang di sebut juga Initial Public Offering
(IPO), telah mengubah status perseroan tertutup menjadi perseroan
terbuka (Tbk). Masyarakat umum yang ingi membeli efek dapat
melakukan pemesanan beli langsung kepada penjamin emisi atau
kepada agen panjual terdekat.
b. Pasar Kedua (Secondary Market)
Pasar kedua (sekunder) adalah pasar dimana efek-efek yang telah
dicatatkan di bursa efek diperjual-belikan. Pasar sekunder memberikan
kesempatan kepada para investor untuk membeli atau menjual efek-efek
yang tercatat di Bursa, setelah terlaksananya penawaran perdana. Di
pasar ini, efek-efek diperdagangkan dari sat investor ke investor
46
lainnya. Terbentuknya harga pasar oleh tawaran jual dan tawaran beli
dari dari para investor ini disebut juga dengan istilah Order Driven
Market.
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas di luar
bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem
perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi. Jadi,
dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang
dinamakan floor trading (lantai bursa).
d. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat adalah sarana transaksi jual beli efek antar investor jual
dan investor beli tanpa melalui pelantara efek. Transaksi dilakukan
secara tatap muka antar investor beli dan investor jual untuk saham atas
pembawa. Dengan kemajuan teknologi, mekanisme ini dapat terjadi
melalui Electronic Comminication Network (ECN) asalkan para pelaku
memenuhi syarat yaitu memiliki efek dana di central custodian dan
central clearing house. Pasar keempat ini hanya dilaksanakan oleh
investor besar karena dapat menghemat biaya transaksi daripada jika
dilakukan di pasar sekunder.
47
4. Instrumen Pasar Modal
Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga
yang berupa :
1. Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya
disebut juga segabai pemegang saham.
2. Obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka
panjang kepada masyarakat yaitu di atas 3 tahun.
3. Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam
jangka waktu tertentu.
4. Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertetu dalam
jangka waktu tertentu.
5. Indeks saham dan indeks obligasi
6. adalah angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan
lindung nilai (hedging).
E. Efisensi Pasar
Definisi efisiensi pasar menurut Beaver (1989) dalam Hartono (2007)
adalah hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Pasar efisiensi
yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut pasar informasi (informationally
efficient market). Sedangkan, pasar efisien yang ditinjau dari sudut
kecanggihan para pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan
informasi yang tersedia tersebut dengan efisiensi pasar secara keputusan
(decisionally efficient market). Investor senantiasa memperhatikan pergerakan
harga pasar. Artinya, baik investor individula maupun institusi mengikuti
48
pergerakan pasar tiap saat secara seksama, dan selalu siap melakukan transaksi
beli atau jual manakala menurut perhitungan akan dapat hasil yang
menguntungkan. Dengan kata lain, investor memperoleh keuntungan dengan
menggunakan strategi yang tepat.
Efisiensi Pasar Modal ditunjukkan oleh kondisi dimana informasi bisa
diakses oleh semua investor secara cepat dan tepat. Efisiensi pasar dapat diuji
dengan melihat abnormal return yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien jika
satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati abnormal return dalam
jangka waktu yang cukup lama.
1. Efisiensi Pasar Secara Informasi
Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan
antara harga sekuritas dengan informasi. Tiga macam bentuk utama efisiensi
pasar secara informasi menurut Fama (1970) dalam Hartono (2008) adalah :
a. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (weak form)
Jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect)
terhadap informasi masa lalu. Investor tidak dapat menggunakan informasi
masa lalu tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal.
b. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semistrong form)
Jika harga-harga dari sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect)
semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information)
termasuk informasi-informasi yang berada di laporan keungan perusahaan.
Dalam pasar ini tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat
menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapat keuntungan
49
tidak normal dalam jangka waktu yang lama. Reaksi pasar ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini
dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga
saham atau dengan menggunakan abnormal return.
c. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form)
Jika harga-harga dari sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect)
semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information)
dan informasi-informasi privat (nonpublic information). Dalam pasar ini
tidaka ada investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh
keuntungan tidak normal karena mempunyai informasi privat.
Sendi pokok dalam gagasan dasar pasar efisien adalah bahwa semua
partisipan pasar mengetahui informasi publik karena informasi yang
terkandung dalam laporan arus kas bertujuan untuk dipublikasikan. Jika
seperangkat informasi secara luas diketahui oleh partisipan pasar (publik) pada
saat yang sama, dan jika mereka sepakat dengan implikasi tersebut terhadap
harga saham, persaingan akan menggerakan harga pada pasar tersebut. Ini
berarti bahwa para investor hanya bisa berharap untuk mendapatkan
keuntungan atas saham yang seimbang dengan risikonya. Sehubungan dengan
informasi akuntansi, seseorang tidak bisa mengharapkan pasar bereaksi kecuali
jika informasi tersebut berguna. Informasi yang berguna adalah informasi yang
relevan dan dapat dipercaya bagi pihak yang berkepentingan Sunariyah (2008).
50
F. Saham
1. Pengertian Saham
Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah
dalam bentuk saham. Wujud saham adalah berupa kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas
tersebut. Menurut Bapepam-LK dan PT. Bursa Efek Indonesia, saham di
definisikan sebagai berikut:
“Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa
disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham adalah juga
pemilik sebagian dari perusahaan. Dengan demikian, jika seorang
investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang
saham perusahaan.”
2. Tingkat Pengembalian (return) Investasi yang Diterima Pemegang
Saham
Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor
selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi
yang dihadapinya. Pengertian umum dari tingkat pengembalian (return)
adalah suatu hasil pengembalian yang diperoleh dari suatu dana atau modal
yang ditanamkan pada suatu investasi, baik berupa asset riil (real asset)
maupun asset keuangan (financial asset).
Menurut Brigham et al. (1999) yang diambil dari penelitian Michell
Suharli (2004), pengertian dari return
adalah: “measure the financial
performance of an investment”. Pada penelitian tersebut return digunakan
pada suatu investasi untuk mengukur hasil keuangan perusahaan.
51
Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembalian (return) saham dapat
diperoleh dari capital gain
dan dividen. Tingkat pengembalian yang
diperoleh dari capital gain merupakan selisih dari harga investasi sekarang
dengan harga periode yang lalu jika investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari
harga investasi periode masa lalu (Pt-1). Ini berarti terjadi keuntungan
modal (capital gain), sebaliknya jika harga investasi sekarang (Pt) lebih
rendah dari harga investasi periode masa lalu (Pt-1) terjadi kerugian modal
(capital loss). (Hartono, 2008).
Jenis-jenis return menurut Hartono (2008) dibedakan menjadi dua:
(1) return realisasi, merupakan return yang telah terjadi, (2) return
ekspektasi, merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di
masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu
saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung
selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan
mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus seperti dibawah ini
berdasarkan referensi Francis (1988) dan Hartono (2008) apabila kita
abaikan dividen:
Rt = Pt – Pt-1
Pt-1
Keterangan :
Rt
= tingkat pengembalian saham pada hari ke-t
Pt
= harga penutupan saham pada hari ke-t
Pt-1
= harga penutupan saham pada hari ke- t-1
52
G. Trading Volume Activity
Dalam pasar modal terdapat banyak sekali informasi-informasi yang
dapat mempengaruhi situasi di dalamnya. Reaksi pasar modal terhadap suatu
informasi dapat juga dilihat dengan Trading Volume Activity (TVA). Sriwijaya
(1998:142) menyatakan bahwa Trading Volume Activity merupakan suatu
instrumen yang digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu
informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham
di pasar modal.
Perhitungan
Trading
Volume
Activity
dilakukan
dengan
membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu
periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dari
perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama, menurut Jones, Charles P
(1986:375).
Volume perdagangan saham pada periode t
TVA =
Jumlah saham yang beredar pada periode t
Kegiatan perdagangan saham dalam volume yang sangat tinggi di
suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan
volume perdagangan saham yang sekaligus terjadinya peningkatan harga
merupakan gejala yang semakin kuat konbullish (Neni dan Mahendra, 2004).
Volume perdagangan saham dapat digunakan oleh investor untuk melihat
apakah saham yang dibeli tersebut merupakan yang aktif diperdagangkan di
pasar (Neni dan Mahendra, 2004). Saham yang aktif perdagangannya sudah
53
pasti memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume
yang besar akan dapat menghasilkan return yang tinggi (Tharun, 2000).
Menurut
Sudana
dan
Pradityo
Setiawan
(2005:15)
volume
perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham yang ditransaksikan oleh
para investor diperdaganga saham. Volume permintaan saham dari perusahaan
adalah jumlah transaksi-transaksi dari permintaan saham tiap perusahaan pada
hari yang sama diperdagangan saham. Perubahan permintaan saham
mempunyai
pengaruh
terhadap
volume
perdagangan
saham,
karena
pengembangan pasar modal terutama di pasar sekunder tidak lepas dari peran
investor (sisi permintaan dipasar modal). Semakin banyak dan semakin besar
para investor menginvestasikan modalnya pada saham, akan menjadikan
saham-saham yang diperdagangkan semakin liquid.
Dengan semakin
liquidnya saham-saham yang diperdagangkan, akan mengndang banyak
investor untuk menginvestasikan modalnya di saham, dan hal tersebut akan
menarik banyak perusahaan untuk go publik.
H. Abnormal Return
Abnornal return adalah selisih antara tingkat keuntungan yang
sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal return
sering digunakan sebagai dasar pengujian efisiensi pasar. Pasar dikatakan
efisien jika tidak satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return dalam
jangka waktu yang cukup lama. Akan tetapi, abnormal return dapat digunakan
untuk melakukan penilaian kinerja surat berharga. Pada dasarnya ada beberapa
54
model untuk menghitung abnormal return, diantaranya market model/single
index model dan capital asset pricing model.
Formula yang digunakan untuk menghitung abnormal return
(Jogiyanto, 2003:416) adalah sebagai berikut :
ARit = Rit – Rmt
Keterangan :
ARit
= abnormal return saham i pada periode t
Rit
= abnormal return saham i pada periode t
Rmt
= market return saham i pada periode t
Untuk mencari abnormal return digunakan beberapa rumus-rumus
yang pertama untuk mencari actual return, formulanya sebagai berikut:
Actual return
Rit = P 1 – P t-1
P t-1
Keterangan :
Rit
= return actual saham i pada periode t
Pt
= closing price pada periode t
P t-1
= closing
price pada periode t-1
Actual return dicari dengan mencari selisih antara closing price pada
periode t dengan closing price periode sebelumnnya, kemudian hasilnya akan
di bagi dengan closing price periode sebelumnya. Kemudian dilanjutkan
dengan mencari return pasar (market return) pada saat periode estimasi
55
digunakan harga saham harian dengan menggunakan ukuran Index Harga
Saham Gabungan (IHSG) masing-masing saham untuk periode harian seputar
tanggal pengumuman, menurut hikmah (2007) return pasar dihitung dengan
formula sebagai berikut :
Market Return
Rmt = IHSGt – IHSGt-1
IHSG t-1
Keterangan :
Rmt
= market return pada periode t
IHSGt
= indeks harga saham pada periode t
IHSGt-1
= indeks harga saham pada periode t-1
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk meningkatkan nilai
kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa melupakan faktor resiko
yang dihadapinya. Return saham yang tinggi mengidentifikasikan bahwa
saham tersebut aktif diperdagangkan.
1. Cumulative Abnormal Return
Menurut Hartono (2008), return tidak normal atau abnormal return
merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return
yang tidak normal. Dengan demikian return tidak normal dapat dicari dari
selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi,
sebagai berikut:
56
RTNi,t = Ri,t – E[Ri,t]
Keterangan :
RTNit
= return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-I periode
peristiwa ke-t
Rit
= return sesungguhnya yang terjadi untuk Sekuritas ke-I pada
periode perstiwa ke-t
E[Ri,t]
= return ekspektasi sekuritas ke-I untuk periode peristiwa ke-t
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t
yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya
atau dapat dihitung dengan rumus (Pi,t – Pi,t-1)/Pi,t-1. Sedangkan return
ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Model yang digunakan
untuk menghitung return ekspektasi saham dalam penelitian ini adalah
market adjusted model, mean adjusted model
dan market model.
Penjelasan lebih lanjut mengenai metode-metode tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Market Adjusted Model
Model ini beranggapan bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut.
Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode
estimasi yang sama dengan return pasar.
57
2. Mean Adjusted Model
Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang
sama dengan rata-rata return
realisasi sebelumnya selama periode
estimasi sebagai berikut:
t2
∑Ri,j
E[Ri,j] = J = t1
T
Keterangan :
E[Ri,j] = return ekspektasi sekuritas ke-I pada periode peristiwa ke-t
Ri,j = return realisasi sekuritas ke-I pada periode Peristiwa ke-t
T
= lamanya periode estimasi, yaitu dari t1sampai dengan t2
3. Market Model
Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dilakukan melalui dua
tahapan yaitu:
1) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi
selama periode estimasi, dan
2) menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return
ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk
menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan
persamaan:
58
Ri,j = αi + βi – Rmj + εi,j
Keterangan :
Ri,j
= return realisasi
αi
= intercept untuk sekuritas ke-I
βi
= koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-I
Rmj
= return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
εi,j
= kesalahan residu sekuritas ke-I pada periode estimasi ke-j
Abnormal Return = Actual return – Normal return
Abnormal Return (AR) adalah selisih antara return realisasi masingmasing saham dengan return ekspektasi masing-masing saham. CAR
merupakan akumulasi abnormal return selama periode peristiwa untuk
masing-masing saham.
I. Event Study
Event study merupakan studi yang mempelajari/mengamati reaksi
pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman.
Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan
informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji
efisiensi pasar setengah kuat ( Jogiyanto, 2000 ). Menurut Peterson (dalam
Marwan dan Faizal 1998), event study
tentang saham
adalah suatu
pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal untuk
mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham
59
akibat dari peristiwa tersebut. Sedangkan menurut Kritzman (1994), event
study bertujuan mengukur kandungan informasi dan hubungan antara suatu
peristiwa yang mempengaruhi surat berharga dan return dari surat berharga
tersebut.
J. Penelitian Terdahulu
Ringkasan beberapa penelitian sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel:
Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
No
1
Peneliti
C. Wahyu
Estining
(2007)
2
Aduda dan
Caroline
(2010)
3
Muhajid
(2010)
variable
Hasil Penelitian
Abnormal
Return Pasar modal bereaksi positif dan signifikan
dan
volume terhadap
perdagangan
Abnornal
dan
obligasi
dan
reduffle.
Average
abnormal return yang positif dan sinifikan.
return Ada suatu peningkatan di volume perdagangan
volume dari
perdagangan
Nilai
pengumuman
saham
yang
diperdagangkan
ketika
pemecahan saham tersebut diumumkan.
penerbitan Nilai dan rating penerbitan obligasi syariah, baik
syariah secara simultan maupun persial tidak berpengaruh
rating signifikan terhadap cumulative abnormal return
penerbitan obligasi
syariah
4
Agus dan
Wafa (2013)
Harga
sukuk Faktor-faktor non syariah seperti obligasi ritel dan
negara ritel, harga tingkat suku bunga bank umum pada dasarnya
obligasi ritel lain, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
60
tingkat bagi hasil perubahan permintaan obigasi syariah (sukuk).
deposito,
suku
tingkat
bunga
deposito
5
Ghoniyah dkk.
Abnornal return
(2008)
Pasar bereaksi tetapi tidak signifikan terhadap
pengumuman penerbitan obligasi syariah. Dengan
kata
lain
obligasi
syariah
tidak
memuat
kandungan informasi (infirmation content) yang
bermakna (good news) bagi investor.
6
Meliana Nur
Aisyah (2013)
Abnormal return
- Hasil uji beda terhadap abnormal return tidak
dan trading volume
terdapat perbedaan yang signifikan antara sesudah
activity
dan sebelum penerbitan obligasi syariah.
- Hasil uji beda volume perdagangan diperoleh
buti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara sesudah dana sebelum pengumuman.
7
Mochamad
Rizki Pratama
(2013)
Nilai
obligasi
dan
penerbitan Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
syariah nilai
penerbitan
obligasi
syariah
terhadap
rating cumulativ abnormal return. Namun untuk rating
penerbitan obligasi obligasi mempunyai pengaruh yang signifikan
syariah
8
Murdiati dan
Rating
Lucy Sumardi
obligasi dan nilai signifikan baik sebelum maupun sesudah terhadap
(2007)
9
terhadap cumulattive abnormal return.
penerbitan obligasi
Devi Adelin
Rating
Septianingtyas
obligasi
(2012)
penerbitan Rating
obligasi
tidak
berpengaruh
secara
abnormal return saham.
penerbitan Rating penerbitan obligasi syariah dan nilai
syariah penerbitan
obligasi
syariah
secara
parsial
dan nilai penerbitan berpegaruh positif dan signifikan terhadap return
obligasi syariah
saham.
61
10
Farid Muchtar
(2008)
Abnormal
return Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
dan trading volume abnormal retun setelah terjadinya stock split,
activity
sedangkan untuk trading volume activity tidak
berpengaru secara signifikan terhadap stok split.
Sumber : Peneliti
K. Kerangka Pikir
Penelitian ini akan membuktikan adanya keterkaitan abnormal return
dengan nilai penerbitan obligasi syariah, rating penerbitan obligasi syariah,
dan trading volume activity. Peneliti percaya bahwa dengan adanya
pengumuman penerbitan obligasi maka investor yang memiliki keterbatasan
informasi atas emiten akan percaya bahwa dengan pengumuman obligasi
tersebut akan meningkatkan kinerja emiten yang akhirnya espektasi investor
akan tinggi terhadap emiten tersebut.
Berikut bagan yang dapat menggambarkan kerangka pemikiran
penelitian:
Gambar 2.5
Kerangka Pikir
Nilai Penerbitan Obligasi
Syariah (sukuk)
Rating Penerbitan Obligasi
Syariah (sukuk)
Trading Volume Acivity
Sumber: data diolah 2014
Cummulative Abnormal
Return
62
L. Hipotesis
Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan,
diharapkan solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Hipotesis adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang diperkirakan
secara logis dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2009:135).
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu diatas, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengaruh Nilai Penerbitan Obligasi terhadap Abnormal Return
Dalam penerbitan obligasi pihak emiten akan dengan jelas
menyatakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan melalui penjualan
obligasi. Istilah yang ada yaitu dikenal dengan jumlah emisi obligasi.
Penelitian tentang pengaruh antara nilai penerbitan obligasi syariah
(sukuk) dan cumulative abnormal return dilakukan oleh (Pratama, 2013),
yang menyatakan bahwa, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
nilai penerbitan obligasi syariah terhadap cumulative abnormal return.
Dengan kata lain nilai penerbitan obligasi syariah tidak memuat kandungan
informasi (infirmation content) yang bermakna (good news) bagi investor.
pengembangan hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) tidak berpengaruh signifikan
terhadap reaksi pasar
63
2. Pengaruh Rating Penerbitan Obligasi terhadap Abnormal Return
Lembaga penunjang obligasi yaitu PT. Pemeringkat Efek Indonesia
(Pefindo) dan PT. Kasnic Credit Rating Indonesia selaku lembaga yang
menjalani fungsi rating surat-surat berharga di pasar modal, termasuk juga
di dalamnya obligasi. Secara umum rating obligas dikelompokkan menjadi
dua ratimg yaitu upgrade dan downgrade. Dalam penelitian ini rating
obligasi upgrade disebut dengan rating layak investasi dan downgrade
sebagai rating tidak layak investasi (Budi Wahyono dan Lindrianasari,
2006:69).
Penelitian tentang pengaruh antara rating penerbitan obligasi syariah
(sukuk) dan return saham dilakukan oleh (Pratama, 2013), yang menyatakan
bahwa rating obligasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
cummulative abnormal return. Apabila rating penerbitan obligasi syariah
(sukuk) tinggi maka return yang diterima oleh perusahaan (emiten) juga
akan tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut maka pengembangan hipotesis
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
H2
:
Rating penerbitan obligasi syariah (sukuk) berpengaruh signifikan
terhadap reaksi pasar
3. Pengaruh Trading Volume Activity terhadap Abnormal Return
Dalam pasar modal terdapat banyak sekali informasi-informasi yang
dapat mempengaruhi situasi didalamnya. Reaksi pasar modal terhadap suatu
informasi dapat juga dilihat dengan Trading Volume Activity (TVA).
Suryawijaya (1998:142) menyatakan bahwa Trading Volume Activity
64
merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi
pasar modal terhadap suatu informasi melalui parameter pergerakan
aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal.
Penelitian tentang pengaruh trading volume activity terhadap
abnormal return di lakukan oleh (Estining, 2007), yang menyatakan bahwa
pasar modal bereaksi positif dan signifikan terhadap pengumuman resuffle
anggota kabinet terbatas. Average abnormal return yang positif dan
signifikan. Sehubungan dengan hal tersebut maka pengembangan hipotesis
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
H3 : Trading Volume Activity berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar
Download