Poster GPI 03 - Wetlands International Indonesia

advertisement
Gambut dan Perubahan Iklim
Gambut merupakan salah satu faktor yang potensial dalam mempengaruhi perubahan iklim. Tanah gambut terdiri dari timbunan bahan
organik yang belum terdekomposisi sempurna, sehingga menyimpan karbon dalam jumlah yang besar. Vegetasi yang tumbuh di atas tanah
gambut dan membentuk ekosistem hutan rawa akan mengikat karbondioksida dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan menambah
simpanan karbon dalam ekosistem tersebut.
Perubahan iklim
MATAHARI
Radiasi
gelombang
pendek
Sebagian radiasi
gelombang pendek
yang dipantulkan
ATMOSFER
GAS RUMAH K
Sebagian
dipancarkan keluar
atmosfer dan
sebagian
memanaskan
atmosfer
A CA
BUMI
Sebagian besar radiasi
gelombang pendek diserap
Radiasi balik gelombang
dan memanaskan permukaan bumi
panjang
(inframerah) yang
setelah diubah menjadi
dipancarkan
permukaan bumi
gelombang panjang
Gas Rumahkaca
Iklim berubah karena terjadi perubahan kesetimbangan radiasi yang diterima bumi karena adanya
peningkatan konsentrasi gas rumahkaca (GRK) yang memiliki kemampuan menyerap radiasi
gelombang panjang yang bersifat panas
! Merupakan fenomena global yang ditandai dengan perubahan suhu udara dan distribusi hujan, melalui proses yang berlangsung dalam
jangka waktu yang panjang dan secara berangsur-angsur
! Terjadi disebabkan adanya peningkatan konsentrasi gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang
yang bersifat panas
! Peningkatan tersebut menyebabkan kesetimbangan radiasi berubah dan suhu bumi menjadi lebih panas
! Gas-gas tersebut dinamakan Gas Rumahkaca (GRK) dan efek yang ditimbulkannya disebut Efek Rumahkaca
! Termasuk dalam GRK utama antara lain adalah karbondioksida (CO2), metana CH4) dan nitrous oksida N2O)
! GRK, terutama CO2 , meningkat secara tajam sejak jaman industri ketika manusia mulai banyak menggunakan bahan bakar fosil (BBF)
seperti minyak bumi, batubara, dan gas alam
! Beberapa hal yang akan terpengaruh secara langsung oleh terjadinya peningkatan suhu dan perubahan distribusi dan besaran curah hujan
diantaranya adalah produktivitas tanaman, ketersediaan air, perkembangan hama dan penyakit tanaman, serta distribusi vektor penyakit
manusia. Dalam jangka panjang ketahanan pangan dan air pun akhirnya akan terganggu.
Gambut sebagai sumber karbon
Gambut sebagai penyimpan karbon
!
!
!
!
!
!
!
!
!
Lahan gambut tropis meliputi areal seluas 40 juta ha; 50% diantaranya terdapat di Indonesia (tersebar di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua) merupakan cadangan karbon terestrial yang penting
Pembentukan gambut di berbagai pantai Indonesia dimulai sejak zaman glasial akhir sekitar 3.000-5.000
tahun yang lalu, sedangkan gambut pedalaman terbentuk sekitar 10.000 tahun yang lalu (Brady, 1997)
Gambut di Indonesia, seperti gambut tropis lainnya, dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang
kaya akan kandungan lignin dan nitrogen
Di ekosistem rawa gambut masih dapat dijumpai adanya potongan-potongan batang, cabang dan akar
tanaman yang besar karena lambatnya proses dekomposisi
Sebagian besar cadangan karbon lahan gambut terdapat di bawah permukaan berupa bahan organik yang
telah terakumulasi selama ribuan tahun
Secara global lahan gambut menyimpan sekitar 329 - 525 Gt C atau 15 - 35% dari total C terestrial
Sekitar 86% (455 Gt) dari karbon di lahan gambut tersebut tersimpan di daerah temperate (Kanada dan
Rusia) sedangkan sisanya sekitar 14% (70 Gt) terdapat di daerah tropis (Maltby dan Immirizi, 1993)
Jika diasumsikan bahwa kedalaman rata-rata gambut di Indonesia adalah 5 m, bobot isi 114 kg/m3 dan
luasnya 16 juta ha, maka cadangan C di lahan gambut Indonesia adalah sebesar 46 Gt*
Dalam kondisi alami, lahan gambut dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyerap karbon
9
*Catatan: 1 Gt = 10 ton
!
!
!
!
!
!
!
Jika mengalami gangguan, lahan gambut tidak hanya dapat menjadi sumber CO2, tetapi juga GRK
lainnya seperti CH4, dan N2O
Kegiatan penggunaan lahan, alih-guna lahan dan kehutanan (land use, land use change and forestry LULUCF) adalah salah satu sumber (source) CO2 utama yang menyebabkan perubahan iklim
(IPCC, 2001)
Kegiatan LULUCF di daerah tropis menyumbangkan lebih dari 25% emisi CO2 total tahunan yang
selama dekade terakhir besarnya mencapai 8 Gt (IPCC, 2001)
Gangguan terhadap ekosistem lahan basah, berupa konversi lahan setelah hutan rawa gambut
mengalami deforestasi, kebakaran dan drainase yang meluas, akan mempengaruhi cadangan dan
siklus C
Cadangan C yang besar ini yang menyebabkan tingginya jumlah C yang dilepaskan ke atmosfer
ketika lahan gambut di Indonesia terbakar pada tahun 1997, yaitu berkisar antara 0,81-2,57 Gt
(Page, 2002)
Pada kawasan lahan gambut di sekitar Taman Nasional Berbak, Sumatera, diduga besarnya emisi
karbon adalah sebesar 7 juta ton C (Murdiyarso et al., 2002)
Pemeliharaan cadangan karbon dan peningkatan serapan C dapat dilakukan melalui kegiatan
konservasi dan pengelolaan seperti pengayaan tanaman, dan pengelolaan air
Gambut sebagai sumber karbon
Gambut Sumber Kehidupan
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan hubungi:
Http://www.indo-peat.net
Penyusun
The Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) Project undertaken with the financial support of
the Government of Canada provided through the Canadian International Development Agency (CIDA)
Canadian International
Development Agency
Indonesia Programme
Tim Produksi:
Ditjen. PHKA
Agence canadienne de
Développement international
Jill Heyde
Project Manager CCFPI
Wildlife Habitat Canada
200 7 Hinton Ave. N
Ottawa, ON, K1Y 4P1, Canada
Tel: +1 613 722-2090; Fax: +1 613 722-3318
E-mail: [email protected]
Yus Rusila Noor
Project Coordinator CCFPI
Wetlands International - Indonesia Programme
Jl. Ahmad Yani No. 53- Bogor 16161
PO Box 254/BPP-Bogor 1600, INDONESIA
Tel: 0251 312189; Fax: +62 251 325755
E-mail: [email protected]
Daniel Murdiyarso
I N. N. Suryadiputra
Desain/Layout
Vidya Fitrian
Foto
Yus Rusila Noor
Indra Arinal
Alue Dohong
Jill Heyde
Faizal Parish
Download