Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur`an Menurut HM

advertisement
Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur’an
Menurut H. M. Quraish Shihab
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh :
Nur Fatimah
NIM 1110011000136
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
skripsi berjudul Konsep Pendidikan dalam Al-eur,an Menurut H. M. euraish
Shihab disusun oleh Nur Fatimah, NIM. 1110011000136, Jurirsan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif }iidal'atullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta,25 Maret 2015
Yang mengesahkan,
Pembimbing
NrP. 19640704 199303
I 003
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berju ul Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur'an Menurut H. M. Quraish
Shihab disusun oleh Nur Fatimah, Nomor Induk Mahasiswa 1110011000136,
iurusan Pendidikan Agama lsiam, diajukan kepa<ia Fakultas iimu Tarbiyah dan
Keguruan, UtN Syarif Hidayatultah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqasah pada tangeal l0 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu.
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) dalam bidang
Pendidikan Agama Islam.
Jakarta 15 April2015
Panitia Uj ian Munaqasah
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua JurusanProgram Stucii)
Dr. H. Abdui Majid Khon. M.As
NiP. 19580707 i98703 i 005
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
t6/ u%(f-r_r---
te
Marhamah Saleh. Lc. MA.
NiP i97203i3 20080i 2 0i0
Penguii I
/t -zotf
(6/PEt{Dr. H. Munzier Suparta. MA
NiP. 19s407A7 i98402 i 00i
Penguii
II
Dr. Jejen Musfah. MA
NIP. i9770502 20050i i
Dekan Faku
Tanda Tangan
/v
Li,
-=)
I
tt,/q%td
{-f-{-
iyah dan Keguruan,
.';
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nur Fatimah
Nama
NIM
11
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Alamat
Lingk. Cipayung Rt. 003/001 Kel. Abadijaya Kec.
Sukma iaya Kota Depok
Propinsi- jawa Barat
1001 1000r36
Indonesia
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur'an Menurut H.
M. Quraish Shihab a<iaiah benar hasii karya senciiri <ii bawah bimbingan ciosen:
Nama Pembirnbing
:
Dr. Dimyati. M.Ag
NIP
:
19640704 199303
Jurusan/Program Studi
:
Pendidikan Agama Islam
I
003
ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
Demikian surat pemyataan
senciiri.
Jakarta, 25 Maret2Al5
Yang Menyatakan
Nur Fatimah
ABSTRAK
Nur Fatimah, NIM 1110011000136, “Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an
menurut H. M. Quraish Shihab”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hudayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an
menurut H. M. Quraish Shihab. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis
dalam penyusunan skripsi adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif
analisis, yaitu pemecahan masalah-masalah yang ada dengan usaha menganalisis dan
menjelaskan dengan teliti kenyatan-kenyataan faktual dari subjek yang diteliti
sehingga diperoleh gambaran yang utuh berdasarkan fakta.
Dalam skripsi ini akan mengupas ide atau gagasan pendidikan dalam al-Qur’an
menurut H. M. Quraish Shihab yang mencakup konsep pendidikan tarbiyah yang
menitikberatkan pada pelaksanaan nilai-nilai Ilahiyat yang bersumber dari Allah Swt.
Dalam konsep pendidikan ini, terdapat pesan-pesan dakwah yang telah disampaikan
secara khusus, yakni meliputi tujuan pendidikan yakni membina manusia agar
menyadari bahwa dirinya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah. Dengan
menggunakan metode dialog dapat mengantarkan siswa agar berkomunikasi langsung
dengan pendidik dan dapat mengantarkan peserta didik agar dapat berani
menyampaikan pendapatnya. Selain itu ada juga sifat pendidikan Islam yang bersifat
Rabbani. Dalam skripsi ini juga H. M. Quraish Shihab menjelaskan makna dari
materi pembelajaran dalam al-Qur’an yakni menuntut pendidik agar menyampaikan
materi pendidikannya dapat disajikan dengan meyakini kebenarannya melalui
argumentasi-argumentasi yang rasional dan dalam metode penyampaian materi ada
beberapa metode, diantaranya dalam metode kisah mengarahkan peserta didik agar
mencari pengalaman dan mampu mengambil hikmah dari kisah tersebut, melalui
metode keteladanan mengarahkan siswa dapat merubah prilakunya dan mencoba
segala tindakan yang dijadikan teladan baginya, dalam metode nasihat menjadikan
siswa dalam setiap tindakannya menjadi lebih baik dan dalam metode pembiasaan
mengarahkan siswa untuk senantiasa membiasakan diri untuk berprilaku baik.
i
ABSTRACT
Nur Fatimah, NIM 1110011000136, "Concept of Education in the Qu’ran, according
by H. M. Quraish Shihab", Thesis, Department of Islamic Education, Faculty of
Science and Teaching tarbiyyah, State Islamic University Syarif Hudayatullah
Jakarta.
This study aims to determine the education concept in the Qur'an according by H.
M. Quraish Shihab. The research methods used by the author in the preparation of the
thesis is qualitative research with descriptive method of analysis, namely solving the
problems that exist with the attempt to analyze and explain carefully weaknessfactual reality of the subject under study in order to obtain a complete picture based
on facts.
In this paper will discuss the idea or notion of education in the Qur'an according
by H. M. Quraish Shihab. Tarbiyah education that includes the concept that focuses
on the implementation of value-divine values sourced from Allah. In this educational
concept, there are messages that have been conveyed propaganda specifically, the
objectives include fostering the education of man in order to realize that he is a
servant of God and as caliph. By using the method of dialogue can deliver students to
communicate directly with educators and can lead learners to be able to dare to
express an opinion. In addition there is also the nature of Islamic education that is
Rabbani. In this thesis also H. M. Quraish Shihab explains the meaning of learning
material in the Koran, which requires educators to deliver educational material can be
presented as to believe the truth through rational arguments and in delivery methods
there are several methods, including the method of directing story learners to gain
experience, and was able to take lessons from the story, through exemplary method
directs students can change his behavior and try all measures as a model for him, in
the method of the advice makes students in every action becomes better and in
methods of habituation lead students to always familiarize themselves to behave well.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas
segala ni’mat yang tiada hentinya engkau anugrahkan kepada penulis. Dan berkat
kasih serta sayang-Nya, penulis dapaat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan
sahabatnya, dan syafa’at dari beliaulah yang diharapkan umatnya di akhir zaman.
Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an Menurut H. M.
Quraish Shihab”, merupakan tugas akhir selama mengikuti masa perkuliahan di
Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam yang harus
dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Atas selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari upaya berbagai pihak yang telah
memberikan kontribusi atau bantuan dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abd. Majid Khon, M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
dan Hj. Marhamah Shaleh, Lc. MA, selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
HIdayatullah Jakarta.
3. Zaimudin, M. Ag., sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan
ilmunya dan senantiasa memberi motivasi penulis dari awal perkuliahan hingga
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
ii
4. Dr. Dimyati, M. Ag, selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar membimbing,
memberi arahan, masukan-masukan dan selalu memotivasi penulis dalam
penyususnan skripsi ini.
5. Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, MA, telah meluangkan waktunya untuk bersedia
di wawancara oleh penulis sebagai penguat dari penyusunan skripsi ini.
6. Pimpinan dan
Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu
penulis
dalam
mengumpulkan
bahan-bahan
referensi
untuk
menyelesaikan skripsi ini dan tempat yang selalu tersedia.
7. Teruntuk keluarga tersayang yakni ayahanda H. Ni’ih dan ibunda Hj. Asmanah
yang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan kesabaran yang tiada batas
kepada penulis. Tidak lupa untuk kakak-kakak yakni Nur hasan, Siti Maesaroh,
Siti Zainabun, Nur ’Aini, tak lupa juga semua kakak ipar (teh nesri, ka bari, ka
rakhmat, ka adha) dan keponakan-keponakan penulis yang selalu memberikan
keceriaan, motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
8. Segenap keluarga besar Pondok Pesantren Tanwiriyyah Cianjur, Ibu Ijih & Pak
Ustadz Haji (Alm), Bapak Deden & Ibu Eti, Apa & Ibu Yayah, Teh Eulis &
Kang Cep, Engkang sekeluarga, Pak Nanan & Ibu Iis, Kang San-san sekeluarga,
Kang Nur-nur sekeluarga, kang Rid-rid & Teh Yani, Kang Hal-hal & Teh Yiyi,
Kang Densu & Teh Ida, dan seluruh keluarga besar YMT, imeh ucapkan
jazakumullah khairan katsiran (semoga ilmu yang sudah diberikan menjadi ilmu
yang bermanfaat dan menjadi amal yang barakah... Amin).
9. Teman-teman penulis yang selalu bersama dari awal perkuliahan sampai
penyelesaian skripsi ini yakni Nur Annisa, Bahiyyah Shalihah, Amalia, Drifal,
Eka Efrianti, Reni Ilmayanti dan Hayatun Nufus terima kasih atas motivasi dan
semangatnya kepada penulis disaat penyusunan skripsi.
10. Teman-teman perjuangan penulis saat di Yayasan Madrasah Tanwiriyyah yakni
Siti Fauziyyah, Nunun Uswatun Hasanah, Ai Siti Hasanah, Lidiawati, Zakaria
Ansori.
iii
11. Teruntuk Gandi Gusrian Gemilang yang selalu memotivasi penulis yang tiada
hentinya dan memberikan kasih sayang dan selalu memberikan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman angkatan Akademik 2010 dari terutama untuk sahabat-sahabat
Dhe_Com.
13. Penghuni Rumah Tua and el-Bieya (Bahiyyah, eka, yayah dan anis).
14. Rekan-rekan kostan Putri An-Nur yakni amel, reni, teh iif, ferina, rahmah, filza.
15. Serta semua pihak yang pernah membantu dan mensupport penulis sampai
selesainya penulisan skripsi ini.
Jakarta, 26 Maret 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 9
D. Perumusan Masalah .................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pendidikan .................................................................................. 11
1. Pengertian Pendidikan ............................................................ 11
2. Pengertian Pendidikan Islam ................................................. 14
3. Tujuan Pendidikan Islam ....................................................... 16
4. Unsur-Unsur Pendidikan......................................................... 18
5. Metode Pendidikan Islam ...................................................... 21
B. Sejarah Al-Qur’an ...................................................................... 23
1. Pengertian al-Qur’an .............................................................. 23
2. Sebab diturunkannya al-Qur’an .............................................25
3. Fungsi dan Kedudukan al-Qur’an .......................................... 26
v
4. Pendidikan dalam al-Qur’an .................................................. 30
C. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian ......................................................................... 34
B. Metode Penulisan ........................................................................ 34
C. Fokus Penelitian .......................................................................... 34
D. ProsedurPenelitian ...................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................ 37
B. Konsep Pendidikan Islam dalam al-Qur’an Menurut H. M.
Quraish Shihab ........................................................................... 40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 58
B. Saran-saran ................................................................................. 59
DARTAR PUSTAKA ................................................................................... 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, seorang anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuannya untuk berfikir.1
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting pada zaman sekarang ini.
Karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan
modern sulit untuk diwujudkan. Dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting dalam membentuk generasi yang akan datang.
Dengan pendidikan,
manusia diharapkan dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas, bertanggung jawab dan mampu mengatasi perubahan-perubahan
dimasa yang akan datang. Pada hakikatnya pendidikan adalah menyiapkan dan
mendampingi seseorang agar dapat memperoleh kemajuan dan dapat menjalani
kesempurnaan.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan
yang pada pelaksanaanya berdasarkan pada ajaran Islam. Karena ajaran Islam
berdasar pada al-Qur’an dan al-Sunah, pendapat ulama serta warisan sejarah,
maka pendidikan Islam pun berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunah, pendapat
ulama serta warisan sejarah tersebut.2
Peninggalan umat Islam yang paling penting adalah al-Qur’an yang berfungsi
sebagai pembeda. Fungsi al-Qur’an tersebut menegaskan bahwa al-Qur’an itu
berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sebagaimana yang berkaitan
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. ke-9, h. 1
2
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif al-Qur‟an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet.
ke-1, h. 15
1
2
dengan firman Allah dalam ayat al-Qur’an dalam Qs. Al-Isra ayat 81 yaitu
sebagai berikut:
           
“Dan katakanlah: "Kebenaran telah datang dan yang bathil telah lenyap.” Sungguh yang
3
bathil pasti lenyap.”
Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan
bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan
petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut. Karena, Petunjuk
pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam kesatuan pragmen tetapi ia
diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-Qur’an, sehingga untuk
menjelaskannya perlu melalui tema-tema pembahasan yang relevan dan ayat-ayat
yang memberikan informasi-informasi pendidikan yang dimaksud.
Suatu kecendrungan positif yang tampak di kalangan masyarakat Indonesia
dewasa ini adalah pengkajian ayat-ayat al-Qur’an untuk menemukan kedalaman
maknanya. Pengkajian itu tidak terbatas pada masalah keagamaan saja, akan
tetapi juga masalah sosial, budaya, politik, ekonomi maupun pedidikan. Oleh
karena itu, melalui media massa terlihat beberapa tema persoalan yang
dipecahkan dengan pendekatan al-Qur’an. Hali ini membuktikan adanya
kesadaran umat Islam untuk menemukan metode baru dalam pengkajian masalah
keagamaan.
Dengan kesadaran ini, al-Qur’an harus dipandang sebagai panutan dalam
berbagai aspek kehidupan, tidak hanya dalam pelajaran dogmatis, tetapi juga
termasuk ilmu pengetahuan. Salah satu cabang ilmu pengetahuan itu yaitu ilmu
pendidikan. Meskipun al-Qur’an tidak menjelaskan secara terinci tetang
3
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2014), cet. ke 6, h. 290
3
bagaimana esensi pendidikan, namun ada berbagai patokan dasar yang telah
digariskannya.4
Al-Qur’an merupakan petunjuk dan menempati posisi yang paling penting
dalam pendidikan Islam. Sumber-sumber pokok ajaran Islam yang berupa alQur’an dan Hadits, banyak mendorong pemeluknya dalam menciptakan pola
kemajuan hidup yang dapat mensejahterakan pribadi dalam lingkungan
masyarakat.
Para pakar pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu sebagai berikut:
Pertama, aspek eksternal manusia yang akan dididik yaitu upaya
penyampaian ide atau konsep kepada orang lain atau masyarakat agar orang lain
atau masyarakat itu berubah menjadi tahu.
Kedua, aspek internal manusia yang akan dididik. Selain dari mewariskan
nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi, untuk memelihara identitas,
masyarakat juga bertugas mengembangkan potensi untuk dirinya sendiri dan
masyarakatnya. Dapatlah dipahami bahwa pada hakikatnya pendidikan adalah
suatu upaya tranformasi nilai dan pengembangan potensi manusia. Sedangkan
kedua potensi tersebut, baik berlangsug secara formal maupun informal
diharapkan dapat melahirkan perbahan-perubahan dalam masyarakat.5
Dasar pemikiran yang menggambarkan harapan atau tujuan setiap bentuk
pendidikan dan bentuk telaah dan mengenai esensi pendidikan, sejalan dengan
tujuan al-Qur’an yakni mengadakan perubahan-perubahan positif dalam
masyarakat. Hal ini dapat digambarkan dalam firman Allah Swt Qs. Ibrahim ayat
1, yaitu sebagai berikut:
4
Umar Sihab Kontekstualitas al-Quran (Jakarta:Penamadani, 2005), cet. 3, h. 151,
5
Ibid, h. 154
4
           
     
“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”
Dari penjelasan ayat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwasannya telah
menjadi kewajiban bagi seorang pendidik untuk mencerdaskan dan membimbing
peserta didik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan.
Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan ada yang menyampaikan materi
ada juga yang menerima materi. Hal ini mengandung makna komunikasi. Karna
dalam proses pembelajaran tanpa diadakannya komunikasi antara pendidik dan
peserta didik kegiatan belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik.
Komunikasi disini sangat dibutuhkan untuk suksesnya keberlangsungan kegiatan
belajar mengajar sehingga mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai, dan
untuk pencapaian tujuan pendidikan itu pendidik juga harus berpacu pada alQur’an dan Hadis. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan
merupakan proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai
tujuan tertentu.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang dapat dikemukakan
untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan al-Qur’an tentang ilmu pendidikan. Hal
tersebut yaitu: tujuan pendidikan, metode penyampaian pendidikan dan masa
yang dibutuhkan guna kelangsungan pendidikan. Tujuannya adalah adalah agar
terkuak hakikat setiap usaha dan pelaksanaan pembelajaran dalam hidup
manusia.6
6
Ibid, h. 154
5
Para peneliti telah membuktikan bahwasannya al-Qur’an telah
menaruh
perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Pendidikan
akan mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang
berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan
warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah Swt.7 Akan tetapi ilmu yang
dapat mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi itu tidak akan dapat
diperoleh jika manusia itu sendiri tidak mencarinya. Disini dapat dijelaskan
bahwa suatu ilmu dapat diperoleh dari pendidikan, dan disini menjadi tugas para
pendidik untuk dapat mengantarkan peserta didiknya menuju derajat tertinggi
tersebut.
Pada zaman sekarang ini, orang-orang menganggap bahwa al-Qur’an sebagai
kitab yang hanya menjadi bahan bacaan saja, tidak memahami isi yang terdapat
didalam al-Qur’an. Dengan pemahaman seperti ini orang-orang tidak paham akan
pentingnya pendidikan. Padahal di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang
memerintahkan manusia untuk berpendidikan melalui pendalaman ilmu
pengetahuan.
Dalam hal menyampaikan materi pendidikan, kebanyakan para pendidik
tidak merujuk pada al-Qur’an, padahal sudah sangat jelas bahwa al-Qur’an
merupakan sumber pokok dalam segala ilmu pengetahuan, baik itu ilmu
pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Oleh sebab itu,
penyampaian materi yang sampaikan oleh pendidik harus merujuk pada tujuan
pendidikan agar materi yang telah disampaikan akan dapat diterima oleh peserta
didik sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an, terdapat isyarat dan patokan dasar tujuan
pendidikan, yaitu dalam surat al-Isra’ ayat 9
7
Anshori , Transformasi Pendidikan Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet ke-1, h. 3
6
         
 
    
“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa
8
bagi mereka ada pahala yang besar.”
Penegasan ayat diatas menunjukkan bahwa al-Qur’an mengenalkan dirinya
sebagai petunjuk kepada jalan yang lebih lurus. Petunjuk-petunjuknya bertujuan
memberikan kesejahteraan dan kebahagian bagi manusia, baik secara pribadi
maupun kelompok.9
Penegasan yang telah di jelaskan oleh Umar Shihab dalam bukunya
Kontekstualitas al-Qur’an sudah sangat jelas, bahwasannya al-Qur’an merupakan
petunujuk untuk menuju jalan yang lebih baik lagi. Selain itu juga, al-Qur’an
merupakan sumber pokok ajaran Islam yang didalamnya menjelaskan banyak
sekali materi-materi yang dapat diterapkan oleh para pendidik dalam pencapaian
proses pendidikan, akan tetapi sedikit sekali para pendidik yang merujuk pada alQur’an dalam pembentukan materi yang akan diajarkan.
Al-Qur’an merupakan buku petunjuk (kitab hidayah) khususnya bagi umat
Islam serta umat manusia pada umumnya. al-Qur’an menjadi kurikulum
kehidupan bagi manusia di dalam kehidupan. Satu hal yang juga disepakati oleh
seluruh umat Islam ialah al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam.10 AlQur’an dalam mengerahkan pendidikannya kepada makhluk manusia menghadapi
dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur peciptaannya, yaitu
8
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2014), cet. ke 6, h. 383
9
Umar Sihab, Kontekstualitas al-Quran (Jakarta: Penamadani, 2005), cet. Ke-3, h. 154,
10
Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2008), cet. 1, h. 21,
7
jasmani, akal dan jiwa. Oleh karena itu, materi-materi pendidikan yang disajikan
al-Qur’an hampir selalu mengarah kepada jiwa, akal dan raga manusia.
Dalam penyajian materi pendidikan, al-Qur’an membuktikan kebenaran
materi tersebut melalui argumentasi logika. Argumentasi-argmentasi yang
dikemukakannya serta arahan yang dapat membuktikan sendiri oleh manusia
(anak didik) melalui penalaran akalnya, telah lebih dahulu dianjurkn teori
tersebut.11 Artinya, al-Qur’an dapat membuktikan kebenaran-kebenaran yang
telah ada dengan membuktikan kejadian-kejadian yang telah lalu.
Penurunan al-Qur’an yang dimulai dengan ayat-ayat yang mengandung
konsep pendidikan dapat menunjukkan bahwa tujuan al-Qur’an yang terpenting
adalah mendidik manusia melalui metode yang bernalar dengan kegiatan meneliti,
membaca, mempelajari dan obsevasi ilmiah terhadap manusia.
Jika dilihat dari metode-metode pendidikan saat ini, metode yang
disampaikan oleh pendidik itu sangat bertolak belakang dengan metode yang
diungkap oleh H. M. Quraish Shihab. Metode yang digunakan pada sekarang ini
seperti metode discovery, metode simulasi, metode inquiry, metode hafalan dan
metode yang lainnya hanya menitik beratkan pada siswa saja, sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator dan motivator sehingga pembentukan moral pada siswa
terabaikan. Padahal dalam hal proses pendidikan harus diadakannya komunikasi
antara pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu, hendaknya sebagai pendidik
dapat mempelajari dan mempraktekkan pendidikan Islam yang terdapat dalam alQur’an agar tujuan pendidikan tercapai secara optimal..
Telah dijelaskan bahwa al-Qur’an menuntut anak didiknya untuk menemukan
kebenaran melalui usaha anak didik itu sendiri dengan memanfaatkan daya
nalarnya dan menuntut agar materi yang disajikan dihayati kebenarannya melalui
argumentasi logika. Akan tetapi, dewasa ini kurangnya pemahaman pendidik
dalam menyampaikan konsep pendidikan tersebut mengakibatkan peserta didik
11
Op.Cit, h. 158,
8
tidak mengerti atau tidak paham dengan apa yang telah dijelaskan olehnya
(pendidik), karena kurangnya argunentasi atau bukti-bukti nyata yang dapat
memperkuat pemahan yang dapat diterima oleh daya nalarnya. Sebaiknya sebagai
pendidik dapat menyampaikan materi pendidikannya merujuk pada tujuan
pendidikan tersebut, agar dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan apa
yang telah diharapkan melalui berbagai macam aspeknya.
Sifat kependidikan al-Qur’an adalah bersifat Rabbaniy berdasarkan ayat yang
pertama-tama turun yakni dalam Qs. Al-‘Alaq ayat 1-5, yaitu sebagai berikut:
           
           

“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptkan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah
yang maha pemurah, yang mengajarkan dengan Qalam, yang mengajarkan
kepada manusia pa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-„Alaq: 1-5.)12
Maka dari itu, dalam kaitan pentingnya pendidikan dalam al-Qur’an yang
berfungsi untuk membangun pemahaman para pendidik dalam menyampaikan
bahan pengajaran mereka (para pendidik) terhadap peserta didik dengan berpacu
pada al-Qur’an, sehingga dalam penyusunan skripsi ini penulis ingin mengkaji
mengenai: “KONSEP PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN MENURUT H. M.
QURAISH SHIHAB.”
12
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 587
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah yang akan dimunculkan, diantaranya:
1. Kebanyakan orang beranggapan bahwasannya al-Qur’an itu hanya menjadi
bahan bacaan saja. Padahal sudah dijelaskan di dalam al-Qur’an bahwasannya
manusia itu harus berpendidikan dengan memperdalam ilmu pengetahuan.
2. Kurangnya perhatian pendidik dalam hal menyampaikan metode pendidikan
yang hanya menitikberatkan kepada peserta didik saja, sehingga pembentukan
moral pada peserta didik terabaikan.
3. Kurangnya kesadaran diri manusia akan hal pentingnya memahami ayat-ayat
al-Qur’an yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan, yang kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Pembatasan Masalah
Dari ruang lingkup permasalahan yang di atas dalam skripsi ini sangat luas,
maka penulis membatasinya agar peneliti dan pembahasan dalam skripsi ini
bersifat lebih mendalam dan nilai ilmiahnya dapat dipertahankan. Maka penulis
membatasi masalah pada penelitian ini dengan “Materi dan Metode Pendidikan
dalam al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab”.
D. Perumusan Masalah
Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis
membatasi masalahnya pada: “Bagaimana konsep pendidikan dalam al-Qur’an
menurut H. M. Quraish Shihab?”.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang konsep pendidikan yang terkandung di dalam al-Qur’an, agar para
10
pendidik dapat menerapkan dan menyampaikan materi pendidikan dan
metode pendidikan menurut pandangan yang terdapat dalam al-Qur’an.
2. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kegunaan secara teoritis yaitu: dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan masukan kritis sekitar konsep yang dirumuskan oleh H. M.
Quraish Shihab.
b. Kegunaan secara praktis yaitu: dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan kepada semua para pendidik untuk
menyampaikan materi pelajaran, metode dan cara penyampaiannya tidak
terlepas dari apa yang telah di jelaskan di dalam al-Qur’an.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian karya ilmiah ini, diharapkan dapat berguna
untuk:
1. Menjadi sumbangan pemikiran yang bisa memperluas khazanah dalam dunia
pendidikan serta memperkaya khazanah referensi bilamana ada penelitian
yang sama, terutama yang berkaitan dengan pendidikan Islam saat ini.
2. Menumbuhkan pemikiran progresif tentang upaya pengembangan pendidikan
nasional, dengan pemahaman dan pengkajian yang berpijak pada pemikiran
tokoh pendidikan kontemporer.
3. Menjadi media informasi tentang bagaimana al-Qur’an memandang tentang
pendidikan.
4. Memberikan
sumbangsih
karya
ilmiah
yang
bermanfaat
untuk
dipersembahkan pada lingkungan masyarakat pada umumnya dan khususnya
pada penulis sendiri.
5. Menjadi pesan positif bagi seluruh pendidik dan peserta didik dalam
melakukan kegiatan pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Kata “pendidikan” merupakan kata benda dan kata dasarnya adalah
“didik”, kemudian mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”,
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering
diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Menurut Abuddin Nata, "Tarbiyah atau pendidikan secara harfiah
atau ahli kebahasaan mengandung arti mengembangkan, menumbuhkan,
memelihara dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Kata ini
digunakan oleh Tuhan terhadap seluruh ciptaan-Nya".1 Sebagaimana
firman Allah Swt:
)٢
(     
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”.2
Menurutnya, ayat tersebut mengandung arti “Segala puji bagi
Allah yang memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan sekalian
alam”, jadi lafadz ‫ رب‬tersebut berarti memelihara, menumbuhkan dan
mengembangkan. Selain itu, terdapat pula lafadz ‫ رب‬yang digunakan oleh
orang tua terhadap anak-anaknya, sebagaimana firman Allah Swt:
1
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), h, 19
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 1
11
12
        
)22
   
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
3
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Dan menurutnya, lafadz ‫ ربياني‬pada ayat tersebut mengandung arti
mendidik. Sedangkan secara lebih luas berdasarkan kutipan yang beliau
ambil
dari
Mu’jam
al-Lughah,
“tarbiyah
bermakna
pendidikan
(education), pengembangan (upbringing), pengajaran (teaching), perintah
(instruction), pembinaan kepribadian (paedagogy), member makan
)breading(, dan pertumbuhan )raising(”.4
Ki Hajar Dewantoro mendefinisikan pendidikan sebagai barikut:
“daja upaja untuk mewudjudkan bertumbuhnja budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelect) dan tumbuh anak, dalam taman
siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian itu, agar supaya kita dapat
memadjukan kesempurnaan hidup, jakni kehidupan dan penghidupan
anak-anak jang kita didik selaras dengan dunianja”.5
Dalam perkembangannya, menurut Rama Yulis “istilah pendidikan
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja
terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam
perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.”6
Dalam kamus Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai suatu
proses pengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
3
Ibid, h. 284
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012), h.19
5
Ki Hajar Dewantoro, Karya Bagian Pertama; Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa, 1977), h. 14-16
6
Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h.13
4
13
latihan, proses perbuatan serta cara mendidik.7 Pendidikan adalah usaha
sadar orang dewasa atau pendidik untuk membantu membimbing
pertumbuhan dan perkembangan anak kearah dewasa.8
Dan dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal I, menyebutkan bahwa, “pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya ntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.9
Berdasarkan definisi pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwasannya pendidikan adalah suatu proses perkembangan sikap,
potensi, karakter, maupun psikologi seorang atau sekelompok orang
dengan adanya interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber
pendidikan melalui upaya pengajaran maupun pelatihan. Pendidikan
merupakan hal yang teramat penting bagi kehidupan. Karena dengan
pendidikan, berbagai permasalahan akan terselesaikan.
Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan
hidup masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu,
perlu dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan
sasaran pendidikan Islam.10
Sebagai landasan pandangan seorang Muslim disebutkan dalam ayat
al-Qur‟an surat Ali-„Imran ayat 11, yaitu sebagai berikut:
     
7
Depdikbud, Kamus Besar Bahsaa Indonesia, (Jakarta, PT: Balai Pustaka, 1990) Cet 1 h.
204
8
M. Alisuf Sabri, Pikologi Pendidikan, (Jakarta, PT: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet. h. 10
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan
Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar,
(Bandung: Citra Umbara Bandung, 2010), h.2
10
Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), cet. ke-1, h. 12
9
14
“Sesungguhnya Islam itu adalah agaa yang benar di sisi Allah.” 11
Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat Muslim harus mentaati
ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya dan
mampu mengamalkan ajaran yang didorong oleh iman sesuai dengan
Aqidah Islamiyyah. Jadi, pendidikan Islam adalah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
oleh hamba Allah.12
2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam secara sederhana dapat diartikan sebagai proses
pembimbingan, pembelajaran atau pelatihan terhadap manusia, agar
nantinya menjadi orang Islam yang berkehidupan serta mampu
melaksakan peranan dan tugas-tugas hidup sebagai muslim. Dengan
singkat, pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai proses pembimbingan,
pembelajaran atau pelatihan agar menusia menjadi seorang muslim.13
Sedangkan menurut Yusuf Qordhawi sebagaimana yang dikutip oleh
Armai Arief, pendidikan Islam adalah pendidikan manusia yang
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya.14
Beberapa ilmuan muslim mencoba merumuskan dan menawarkan
teorinya tentang definisi pendidikan Islam. Ada beberapa sumbangsih
pemikirannya berkenaan dengan pengertian pendidikan Islam, antara lain:
a. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian
utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 52
12
Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 12
13
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel, Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Karya Abditama,
1996), cet. ke-1, h. 6
14
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), cet. ke-1, h. 18
15
yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan,
berbuat serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
b. Menurut Abdur Rahman Nahlawi, Pendidikan Islam adalah pengaturan
pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis
dan sesuai secara keseluruhan, baik dalam kehidupan individu maupun
kolektif.
c. Menurut Drs. Burlian Shomad, pendidikan Islam adalah pendidikan
yang bertujuan untuk membentuk individu menjadi makhluk yang
bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan sisi
pendidikannya, untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.
Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut
pendidikan Islam apabila memiliki ciri khas, yaitu:
1) Tujuan untuk membentuk individu yang bercorak diri tertinggi
menurut ukuran al-Qur‟an.
2) Isi pendidikannya adalah ajaran Allah Swt yang tercantum dengan
lengkap dalam al-Qur‟an dan pelaksanaannya dalam praktek
kehidupan sehari-hari.
d. Menurut Syah Muhammad A. Naquib al-Atas, pendidikan Islam
adalah usaha yang dilakukan pendidikan terhadap anak didik untuk
pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam
tatanan wujud dan kepribadian.15
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
merupakan
usaha
sadar
untuk
mengarahkan
pertumbuhan
dan
perkembangan anak dengan segala potensi yang di anugrahkan oleh Allah
Swt kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawab
sebagai khalifah Allah Swt di muka bumi ini dan sebagai pengabdian
kepada Allah Swt.
15
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2001), cet. ke-2, h. 16
16
3. Tujuan Pendidikan Islam
Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum,
tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum
adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik
dengan pengajaran maupun dengan cara lain. Tujuan sementara adalah
tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman
tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah
tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia
yang sempurna (insan kamil)
setelah ia menghabisi sisa umurnya.
Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.16
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha
dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan,
tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu
benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu
keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek
kehidupannya.
Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah
aspek tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak
dalam mendefinisikan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan
atas konsep dasar mengenai manusia, alam dan ilmu serta dengan
pertimbangan
prinsip-prinsip
dasarnya.
Hal
tersebut
disebabkan
pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu-satunya untuk
membentuk manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena itu
menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada hakikatnya
merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan
manusia.
16
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 18
17
Menetapkan al-Qur‟an dan hadis sebagai dasar pendidikan Islam
bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada
keimanan semata, namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam
kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat
dibuktikan dalam sejarah dan pengalaman kemanusiaan.
Dalam Pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu
menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Qur‟an dan
menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya dan meyimpulkan
metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah Saw bersama sahabat,
perlakuannya terhadap anak-anak dan pendidikan keimanan yang pernah
dilakukannya.17
Kalau kita melihat kembali pengertian pendidikan Islam, akan terlihat
jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami
pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang
membuatnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa insan kamil artinya
manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara
wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah Swt. Ini mengandung arti
bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang
berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya serta senang dan gemar
mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan
dengan Allah Swt dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil
manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan
hidup di dunia kini dan di akhirat nanti. Tujuan ini kelihatannya terlalu
ideal, sehingga sukar dicapai. Tetapi dengan kerja keras yang dilakukan
secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang konsepsional
mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah hal yang mustahil.18
Tujuan pokok yang utama dari pendidikan Islam adalah mengantarkan
peserta didik agar mampu menjawab tantangan zaman yang timbul dalam
kehidupan sosial sebagai konsekuensi logis dari perubahan peradabannya.
17
18
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, H. 35
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 25
18
Pendidikan dan demokritasi mempunyai hubungan yang sangat erat.
Karena pendidikan berperan sangat strategis dan krusial dalam mendukung
pembentukan masyarakat demokratis berkeadaban. Peran pendidikan ialah
mempersiapkan anak bangsa baik secara individual maupun secara sosial,
agar memiliki kemampuan, keterampilan, etos kerja dan motivasi untuk
beradaptasi aktif dalam aktualisasi institusionalisasi masyarakat madani.19
4. Unsur-unsur pendidikan
a. Pendidik
Pendidik merupakan orang yang memikul pertanggung jawaban
untuk mendidik.20 Seorang pendidik harus memperlihatkan bahwa ia
mampu mandiri, tidak tergantung kepada orang lain, mampu
membentuk dirinya sendiri. Selain itu, pendidik juga bukan hanya
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap anak didiknya saja, namun
harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.21 Artinya pendidik
harus bisa menentukan keinginannya sendiri dalam memilih hal-hal
yang diinginkannya yang menurutnya baik. Sebab apa yang ia pilih
akan menjadi teladan bagi masyarakat, terutama bagi peserta didiknya.
Tanggung jawab seorang pendidik cukup berat, maka predikat
pendidik hanya dapat dipegang oleh orang dewasa. Untuk menjadi
pendidik, diperlukan berbagai kesiapan, diantaranya pendidikan calon
pendidik di sekolah, pendidikan pemimpin dan lain-lain.22
Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam
melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu sebagai berikut:
1) Kematangan diri yang stabil.
2) Kematangan sosial yang stabil.
3) Kematangan professional (kemampuan dalam mendidik).23
19
Arif Cholis, Pendidikan Islam Menurut Hasyim Muzadi, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyyah
dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2013, h. 15
20
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1987),
h. 19
21
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), h. 18
22
Ibid, h. 19
23
Ibid, h. 19
19
b. Peserta Didik
Dalam pengertian umum, anak didik (peserta didik) adalah setiap
orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit,
anak didik (peserta didik) ialah anak (pribadi yang belum dewasa)
yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.24
Dalam proses pendidikan, kedudukan anak didik sangat penting.
Proses pendidikan tersebut akan berlangsung di dalam situasi
pendidikan yang dialaminya, karena anak didik merupakan komponen
yang hakiki. Seseorang yang masih belum dewasa pada dasarnya
mengandung banyak sekali kemungkinan untuk berkembang, baik
jasmani maupun rohani. Antara pendidik dan peserta didik sama-sama
merupakan subjek pendidikan.25
c. Alat Pendidikan
Alat pendidikan merupakan faktor penting dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan. Tanpa alat pendidikan (sarana dan prasarana
pendidikan) kegiatan pendidikan tidak dapat berlangsung. Alat
pendidikan juga berfungsi untuk memperjelas pemahaman dan
penguasaan siswa dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang
diajarkan oleh pendidik.26 Menurut Hasbullah, alat pendidikan adalah
suatu tujuan pendidikan yang sengaja diadakan untuk tercapainya
suatu tujuan pendidikan yang ditentukan.27
Pendidikan sebagai suatu sistem terdiri atas berbagai komponen
yang masing-masing saling berkaitan dan berhubungan untuk
mencapai keberhasilan pendidikan sesuai dengan apa yang telah
diprogramkan. Dengan demikian, setiap komponen memiliki sifat
24
Ibid, h. 23
Ibid, h. 24
26
Supiana, Sistem Pendidikan Madrasah Unggulan, (Bandung: Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, 2008), cet. ke-1, h. 317
27
Op.Cit, h. 26
25
20
saling tergantung sesamanya. Keselarasan antara komponen ini akan
menopang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.28
Dalam pendidikan Islam, alat pendidikan yang paling diutamakan
adalah teladan. Karena sifat teladan merupakan alat pendidikan yang
paling penting dalam pendidikan Islam. Oleh karena itu, pendidik
(guru maupun orang tua) diwajibkan untuk menempatkan dirinya
sebagai sosok teladan bagi putra-putri dan peserta didik mereka.29
d. Tujuan pendidikan
Setiap apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar,
pendidikan akan selalu berpacu pada tujuan pendidikan yang hendak
dicapai yang telah ditetapkan. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha
yang dilakukan tanpa adanya tujuan, tidak akan berarti apa-apa.
Tentang tujuan ini, di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara
jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu:
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.30
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Berbudi pekerti luhur.
3) Memiliki pengetahuan dan keterampilan.
4) Sehat jasmani dan rohani.
5) Kepribadian yang mantap dan mandiri.
28
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. ke-3, h. 110
Ibid, h. 111
30
UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1 ayat 1). Lihat
Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Dirjend. Binbaga Islam, 1991/1992), h. 3
29
21
6) Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.31
5. Metode Pendidikan Islam
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku
kata, “metodos” berarti cara atau jalan dan “logos” yang berarti ilmu
Metodologi berarti ilmu tentang jalan atau cara. Secara istilah, metodologi
adalah ilmu tentang cara atau sampai kepada tujuan. Dengan demikian,
yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam merupakan jalan
yang dapat ditempuh untuk memudahkan pendidik dalam membentuk
pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuanketentuan yang digariskan oleh al-Qur‟an dan hadis.32
Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat
disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu
pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu, ilmu
pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi
yaitu metodologi pendidikan, yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang
metode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.33
Demikian pula dengan ilmu pendidikan Islam merangkum metodologi
pendidikan Islam yang tugas dan fungsinya adalah memberikan jalan atau
cara yang sebaik mungkin sebagai pelaksanaan operasional dari ilmu
pendidikan Islam tersebut. Pelaksanaannya berada dalam ruang lingkup
proses kependidikan yang berada di dalam suatu sistem dan struktur
kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.34
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam
adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan.
Dibawah ini merupakan macam-macam metode pendidikan Islam,
yaitu sebagai berikut:
31
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), h. 1
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 87-88
33
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet. 2 h. 99
34
Ibid, h. 99
32
22
a. Metode Mutual Education
Yaitu suatu metode mendidik secara berkelompok yang pernah
dicontohkan oleh Nabi. Misalnya dicontohkan oleh Nabi sendiri dalam
mengajarkan shalat dengan mendemonstrasikan cara-cara shalat yang
baik.35
Nabi bersabda:
“Shalatlah kamu sekalian sebagaimana aku shalat”. (HR. Bukhari)
b. Metode Intruksional
Yaitu metode yang bersifat mengajar tentang ciri-ciri orang yang
beriman dalam bersikap dan bertingkah laku agar mereka dapat
mengetahui bagaimana seharusnya mereka bersikap dan berbuat
sehari-hari.36 Misalnya, sabda Nabi:
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu: 1. Apabila berbicara ia
bohong, 2. Apabila berjanji ia ingkar, dan 3. Apabila dipercaya ia khianat.”
(al-Hadis).
c. Metode Bercerita
Yaitu yang mengisah peristiwa sejarah hidup manusia masa
lampau yang menyangkut ketaannya atau kemungkarannya dalam
hidup terhadap perintah Allah Swt yang dibawakan oleh Nabi atau
Rasul yang hadir di tengah mereka. Misalnya M. Arifin menyebutkan
contoh dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, sebuah
ayat yang mengandung nilai paedagogis dalam sejarah digambarkan
Allah swt,37 sebagai berikut:
35
Ibid, h. 110
Ibid, h. 111
37
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 4, h.71
36
23
       
“Sesungguhnya di dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang
38
yang berakal” . (Qs. Yusuf. 111).
d. Metode Tanya Jawab
Yaitu metode yang sering dipakai oleh para nabi dan rasul dalam
mengajarkan agama yang dibawa kepada umatnya. Bahkan para
folosof banyak mempergunakan metode Tanya jawab ini. Dengan
metode Tanya jawab, pengetahuan dan pemahaman anak didik dapat
lebih dimantapkan, sehingga segala bentuk kesalahpahaman dan
kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari.
M. Arifin di dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menyatakan
bahwa kita hendaknya bertanya kepada orang-orang yang ahli bila
memang tidak mengetahui,
39
seperti yang dicontohkan dalam Qs. An-
Nahl ayat 34:
      
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu
tidak mengetahui”.
B. Sejarah Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur‟an
Al-Qur‟an secara harfiah berarti “bacaan yang mencapai puncak
kesempurnaan”, al-Qur‟an al-Karim berarti “bacaan yang mahasempurna
dan mahamulia”. Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan “bacaan” ini
agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh para pakar, tetapi juga oleh
semua orang yang menggunakan “seedikit“ pikirannya.40
Qara‟a memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira‟ah berarti
merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lainnya dalam satu
38
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 248
39
Op.Cit, h. 75
40
M. Quraish Syihab, Lentera al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mizan, 2008), h. 21
24
ungkapan kata yang teratur. Secara khusus, al-Qur‟an menjadi nama bagi
sebuah kitab yang diturunkan Nabi Muhammad Saw, maka jadilah ia
sebagai sebuah identitas diri.41
Al-Qur‟an merupakan sumber hukum yang utama dari sumber-sumber
hukum yang ada, karena al-Qur‟an merupakan kalam Allah Swt yang telah
diriwayatkan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw bagi seluruh umat
manusia. Sedangkan sumber-sumber lainnya merupakan pelengkap dan
cabang dari al-Qur‟an, karena pada dasarnya sumber-sumber hukum yang
lain itu kembali lagi kepada al-Qur‟an. Selain sebagai sumber hukum
ajaran Islam yang paling utama, di dalam al-Qur‟an juga terdapat
kandungan-kandungannya yang meliputi:
a. Aqidah,
yakni
keyakinan
yang
lebih
menitikberatkan
kepada
tauhidullah yakni meng-Esa-kan Allah dan menyatukan pengabdian
hanya kepada-Nya.
b. Syari‟ah, yakni hukum Islam yang meliputi Ibadah dan Muamalah,
dengan kata lain petunjuk tentang beribadah bermuamalah dan cara
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
c. Akhlak, yakni hal-hal yang berkaitan dengan prilaku dan sopan santun,
baik hablun minallah maupun hablun munannas.
d. Berita ghaib, yang terkait dengan alam yang tidak terjangkau oleh
manusia di dunia.
e. Janji bagi yang taat kepada perintah Allah Swt dan ancaman bagi yang
melanggar perintah Allah Swt.
f. Taat hukum yang diperlukan manusia.
g. Kisah para Nabi dan Rasul serta umat-umat terdahulu.42
Al-Qur‟an merupakan kitab Allah Swt yang memiliki perbendaharaan
luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia. Ia
41
Syaikh Manna‟ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka alKautsar, 2011), cet. 6 h. 16
42
Nur Kholis, Pengantar Studi al-Qur’an dan al-Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2008), cet. I,
h. 60
25
merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan
masyarakat (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta
material (kejasmanian) dan alam semesta. Al-Qur‟an merupakan sumber
nilai yang absolute dan utuh, eksistensinya tidak akan pernah mengalami
perubahan. Kemungkinan perubahan hanya sebatas interpretasi manusia
terhadap teks ayat yang menghendaki kedinamisan pemaknaannya sesuai
dengan konteks zaman, situasi, kondisi dan kemampuan manusia dalam
melakukan interpretasi. Ia merupakan pedoman normatif-teoritis bagi
pelaksanaan pendidikan Islam yang memerlukan penafsiran pendidikan
Islam lebih lanjut.43
Al-Qur‟an juga merupakan petunjuk lengkap yang meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia secara universal. Keuniversalan ajarannya
mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan sekaligus merupakan mulia
esensinya tidak dapat dimengerti kacuali bagi orang yang berjiwa suci dan
berakal cerdas.44
2. Sebab diturunkannya al-Qur‟an
Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwasanya al-Qur‟an telah
diturunkan secara berangsur-angsur dalam berbagai kesempatan, sesuai
dengan peristiwa dan masalah yang menimpa kaum Muslim. Karenanya
demi menyelesaikan problematika tersebut, satu atau beberapa ayat dan
kadangkala satu surah diturunkan. Sangat jelas bahwa ayat-ayat yang
diturunkan pada setiap kesempatan berkaitan dan membahas peristiwa
tersebut. Karenanya, jika terdapat ketidakjelasan atau muncul masalah
dalam lafadz atau makna, maka untuk meyelesaikannya harus dengan
mengidentifikasi latar belakang peristiwa yang terjadi.45
Menurut sebagian ahli sejarah, al-Qur‟an diturunkan pada malam ke17 di Bulan Ramadhan. Penetapan tanggal 17 Ramadhan sebagai malam
43
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), cet. 1 h. 95-96
44
Husnul Khuluq, Konsep Etika Belajar Siswa Menurut al-Ghazali, Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2010 h. 15
45
M. Hadi Ma‟rifat, Sejarah al-Qur’an, (Jakarta: Al-Huda, 2007), cet. 1, h. 94
26
Nuzul al-Qur‟an )turun al-Qur‟an(, ini didasarkan pada berbagai isyarat
yang dilansir al-Qur‟an yang menggambarkan bahwa hari turun al-Qur‟an
itu sama dengan peristiwa perang Badar yang diabadikan al-Qur‟an
dengan julukan Yaum al-Furqan (hari yang membedakan Islam dan Kafir)
dan Yaum al-Jam’an (hari bertemunya dua pasukan tempur dalam hal ini
pasukan Muslim dan pasukan kafir).46 Hal ini dijelaskan dalam Qs. Ali
„Imran ayat 55, yaitu:
        
            
 
“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu
dua pasukan itu, Hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan
sebagian kesalahan yang Telah mereka perbuat (di masa lampau) dan
Sesungguhnya Allah Telah memberi ma'af kepada mereka. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”.
Dari sejarah turunnya al-Qur‟an, dapat diambil kesimpulan bahwa alQur‟an mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu sebagai berikut:
a. Petunjuk Aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang
tersimpul dalam keimanan dan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan
kepastiaan adanya hari pembalasan.
b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan
norma-norma keagamaaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia
dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
c. Petunjuk mengenai syari‟at dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan dan sesama manusia.47
46
Muhammad Amin Suma Ulumul Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013), cet. 1,
47
Ibid, h. 57
h. 39
27
3. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur‟an
Diantara fungsi al-Qur‟an adalah sebagai petunjuk )al-huda), penerang
jalan hidup (al-bayyinah), pembeda antara yang benar dan yang salah (alfurqan), penyembuh penyakit hati (asy-Syifa), nasihat (al-mau‟idzah(, dan
sumber informasi (al-Bayan). Sebagai sumber informasi, al-Qur‟an
mengajarkan banyak hal kepada manusia dari mulai persoalan keyakinan,
moral, prinsip-prinsip ibadah, prinsip-prinsip muamalah sampai kepada
asas-asas ilmu pengetahuan.48
Al-Qur‟an memperkenalkan dirinya sebagai Hudan li al-Nas
(petunjuk untuk seluruh manusia). Inilah fungsi utama kehadiran dari alQur‟an. Kita yakin bahwa para sahabat Nabi Muhammad Saw, seandainya
hidup pada saat ini pasti akan memahami petunjuk-petunjuk al-Qur‟an
sedikit atau banyak, berbeda dengan pemahaman mereka sendiri yang
telah tercatat dalam literatur keagamaan. Karena pemahaman manusia
terhadap sesuatu tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman-pengalaman,
disamping kecendrungan dan latar belakang pendidikannya.49
Dalam rangka penjelasan tentang fungsi al-Qur‟an ini, Allah
menegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 213 yang berbunyi:
        
       
           
         
48
Said Agil Husin al-Munawar Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani:Dalam Sistem Pendidikan
Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), cet. ke-2, h. 4
49
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an Isah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan
Pustaka, 2008), cet ke-2, h. 26
28
          
 
”Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu
melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, Karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.”50
Dari sudut subtansinya, fungsi al-Qur‟an sebagaimana tersurat namanamanya dalam al-Qur‟an adalah sebagai berikut:
a. Al-Furqon (pemisah). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia adalah cara
untuk Membedaka dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang
batil, atau antara yang benar dan yang salah.
b. Al-Asyifa (obat). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia berfungsi
sebagai obat bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada (mungkin
yang dimaksud disini adalah penyakit Psikologis).
c. Al-Mau‟izah )nasihat(. Didalam
al-Qur‟an di katakan bahwa ia
berfungsi sebagai penasihat bagi orang-orang yang bertakwa,
d. Al-Huda (petunjuk). Dalam al-Qur'an terdapat tiga kategori tentang
posisi al-Qur'an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia
secara umum. Kedua, al-Qur'an adalah petunjuk bagi orang-orang
bertakwa. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman.51
Selain memiliki banyak fungsi, al-Qur‟an juga memiliki banyak
kedudukan, diantaranya:
1) Al-Qur‟an sebagai sumber berbagai disiplin ilmu keislaman
Disiplin ilmu yang bersumber dari al-Qur‟an di antaranya yaitu:
50
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 33
51
Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: TERAS, 2008), h.32
29
a) Ilmu Tauhid (Teologi)
b) Ilmu Hukum
c) Ilmu Tasawuf
d) Ilmu Filasafat Islam
e) Ilmu Sejarah Islam
f) Ilmu Pendidikan Islam
2) Al-Quran sebagai Wahyu Allah Swt
adalah wahyu
yaitu seluruh ayat al-Qur‟an
Allah. Tidak ada satu kata pun yang
datang dari
perkataan atau pikiran Nabi.
3) Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar) arinya, al-Qur‟an
merupakan kabar yang di bawa oleh nabi yang datang dari Allah Swt
dan di sebarkan kepada manusia.
4) Minhajul Hayah (Pedoman Hidup), sudah seharusnya setiap Muslim
menjadikan al-Qur‟an sebagai rujukan terhadap setiap problem yang di
hadapi.
5) Sebagai salah satu sebab masuknya orang arab ke agama Islam pada
zaman Rasulallah dan masuknya orang-orang sekarang dan yang akan
datang.
6) Al-Quran sebagai suatu yang bersifat Abadi artinya, al-Qur‟an itu tidak
akan terganti oleh kitab apapun sampai hari kiamat baik itu sebagai
sumber hukum, sumber ilmu pengetahuan dan lain-lain.
7) Al-Qur‟an di nukil secara mutawattir artinya, al-Qur‟an disampaikan
kepada orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok
orang yang
tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah
orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.
8) Al-Qur‟an sebagai sumber hukum, seluruh mazhab sepakat al-Qur‟an
sebagai sumber utama dalam menetapkan hukum, dalam kata lain
bahwa al-Qur‟an menempati posisi awal dari tertib sumber hukum
dalam berhujjah.
30
4. Pendidikan dalam al-Qur‟an
Dalam al-Qur‟an, pendidikan mempunyai beberapa arti diantaranya
Tarbiyyah, Ta’dib dan Ta’lim dan. Istilah-istilah tersebut akan dilihat
penggunaanya didalam al-Qur‟an dengan suatu masukan yang kuat bahwa
disamping memiliki segi-segi persamaan, istilah-istilah tersebut memiliki
perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.52 Istilah-istilah tersebut
dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pertama, istilah Tarbiyyah. istilah tarbiyyah ini merupakan istilah
yang sering digunakan dan paling terkenal, karena istilah ini termasuk
yang paling banyak digunakan oleh para ahli pendidikan. Kata Rabb
merupakan akar dari kata tarbiyyah yang berarti sumber yang memberikan
ilmu pengetahuan.53 Konsep tarbiyyah pendidikan bersumber dari Allah
Swt, kemudian diamanatkan pada para rasul untuk diselenggarakan
dilingkungan kehidupan manusia. Khusus dalam pendidikan Islam, tugas
penyampaian nilai-nilai ajaran itu dibebankan kepada orang tua.54 Konsep
tarbiyyah pendidikan dititik beratkan pada upaya untuk memberi
bimbingan, perlindungan, pemeliharaan dan pembentukan nilai-nilai kasih
sayang. Oleh karena itu, konsep tarbiyyah menekan adanya alihan fungsi
dan peran orang tua dalam memberikan perlakuan dan pelayanan
kependidikan.55
Kata Tarbiyyah untuk menunjukkan makna pendidikan Islam dapat
dipahami dengan merujuk pada firman Allah Swt dalam al-Qur‟an surat
al-Isra ayat 24, yang berbunyi:
        
   
52
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), cet ke-1, h. 89
53
Ibid, h. 91
54
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. ke-3, h. 119
55
Ibid, h. 123
31
“dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah “wahai tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka
56
berdua telah mendidik aku pada waktu aku kecil.”
Kata Rabbaniy dalam al-Qur‟an dapat dilihat dalam Qs. Al-Maidah
ayat 44 yang berbunyi:
          
       
     
“Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk
dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orangorang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang
alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan
memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.”57
Pada ayat diatas, telah dijelaskan bahwasanya kata Rabbaniyun
diartikan orang-orang alim, yakni para ulama ahli agama secara khusus
terdapat pada penganut agama Yahudi. Dengan demikian, kata Rabbaniy
erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan. Rabbani adalah orang-orang
yang memiliki ilmu pengetahuan yang sempurna dan mendalam.58
Kedua, istilah Ta’dib. Kata Ta‟dib berasal dari kata “Addaba,
yuaddibu, ta’diban” yang berarti education (pendidikan), discipline
(disiplin, patuh dan tunduk pada aturan), punishment (peringatan atau
hukuman), dan chastisement (hukuman-penyucian(. Atau kata ta‟dib juga
berasal dari kata adab yang berarti beradab, bersopan antun, tata karma,
adab, budi pekerti, moral dan etika.59
Konsep ta’dib juga berimplikasi terhadap pendidikan formal dan
informal. Pada pendidikan formal ta‟dib tertuju kepada pendidik dan
56
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, h. 26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h.115
58
ibid, h. 92
59
Miftah Faridl, Konsep Ta’dib Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2013, h. 48
57
32
peserta didik. Kepribadian dan adab seorang pendidik yang mengharuskan
pendidik memiliki adab dan kepribadian yang baiksehingga mampu
menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya, sebab adab tidak hanya
terbatas pada aspek kognitif saja, tetapi juga meliputi pendidikan moral,
spiritual dan sosial.60
Ketiga, istilah Ta’lim. Dikalangan para ahli pendidikan di zaman
klasik, pemakaian kata ta’lim, banyak dijumpai . kata ini juga termasuk
kata yang juga popular sebagaimana kata tarbiyyah. di dalam al-Qur‟an,
kata ta’lim, dijumpai dalam Qs. Al-Hujurat ayat 16 yang berbunyi:
          
      
“Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang
agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
Allah Maha mengetahui segala sesuatu?"61
Dalam ayat diatas, kata tu’allimu diartikan sebagai memberitahukan
sesuatu. Dengan cara demikain, seseorang yang semula tidak mengetahui
menjadi mengetahui. Kata ta’lim, terkait erat dengan proses transfer of
information (mengalihkan informasi) atau mengalihkan ilmu pengetahuan.
Hasil dari proses ta’lim adalah ilmu yang berarti suatu upaya untuk
mendapatkan sesuatu dengan sesungguhnya.62
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Setelah penulis meneliti, ternyata judul skripsi yang berjudul “Konsep
Pendidikan dalam Al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab”, belum pernah
dikaji meskipun terdapat judul skripsi seperti dibawah ini:
60
Op. Cit, h. 94
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 115
62
Op. Cit, h. 99
61
33
1. Konsep Khalifah menurut H. M. Quraish Shihab dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Islam, oleh Khoirunnisa Fadhilah (109011000079)
tahun 2014
Skripsi tersebut berbeda dengan skripsi penulis, karena dalam skripsi
tersebut
membahas
memperhatikan
tentang
penyusunan
pentingnya
rancangan
pendidikan
program
Islam
pendidikan
dalam
yang
dijabarkan dalam kurikulum.
2. Konsep Metode Pendidikan Islam Studi Pemikiran Prof. Dr. H. M.
Quraish Shihab, MA, oleh Mar‟atin Qanitah )D1205212( tahun 2009
Skripsi ini ada beberapa persamaan dengan skripsi yang penulis kaji,
dalam skripsi ini menjelaskan bahwasannya metode yang terdapat dalam
al-Qur‟an berangkat dari metode pendidikan di Indonesia, terutama
metode pada saat ini. Persamaan antara skripsi ini dengan skripsi yang
penulis kaji yaitu penulis juga mencantumkan metode yang terdapat dalam
al-Qur‟an dengan menghantarkan anak didik agar memahami dan dan
mengetahui sebuah konsep pendidikan agar berprilaku baik dalam
kehidupannya sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an
menurut Quraish Shihab” ini dilaksanakan dalam waktu beberapa bulan,
dengan pengaturan waktu sebagai berikut: Bulan November digunakan untuk
pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks
book yang ada di perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian,
terutama yang berkaitan dengan pendidikan dalam al-Qur’an dari beberapa
sumber sebagai sumber primer, sebagai penguat dalam penulisan skripsi ini.
Kemudian menyusun data-data dalam bentuk penelitian (laporan) dari sumbersumber yang telah ditemukan.
B. Metode Penelitian
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research) yakni dengan membaca, menelaah dan
mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah
yang dibahas, dan penelitian pemikiran tokoh. Sesuai dengan pokok masalah
yang telah dirumuskan, data dan informasi yang dihimpun. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data penyajian data
digunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif digunakan untuk
menguraikan dan menggambarkan data dan informasi yang diperoleh dalam
bentuk kalimat yang disertai dengan kutipan-kutipan data.1
C. Fokus Penelitian
Penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian
yang sedang dilakukan. Fokus penelitian harus diungkapkan secara jelas untuk
mempermudah peneliti sebelum melakukan penelitian adalah garis besar dari
penelitian serta analisa hasil penelitian akan lebih terarah.
1
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2004), cet ke
18, h. 6
34
35
Fokus penelitian pada penulisan ini adalah konsep pendidikan dalam alQur’an. Apa itu pendidikan dan bagaimana pendidikan dalam al-Qur’an
menurut Quraish Shihab.
D. Prosedur Penelitian
Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.2 Penelitian pada
dasarnya merupakan suatu pencarian, menghimpun data, mengadakan
pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan dan lain sebagainya. Suatu
metode penelitian mempunyai rancangan penelitian tertentu. Rancangan ini
menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu
peneitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan dan dengan cara
bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.
Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode
penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban
yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.3
Adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah penelitian kualitatif, artinya penelitian yang menggunakan data
informasi berbagai macam teori yang diperoleh dari kepustakaan. Selain
itu, langkah metodis dalam penyusunan penelitian karya ilmiah ini
menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Menutut Whithney,
sebagaimana dikutip oleh Nazir, yang dimaksud dengan metode deskriptif
adalah:
Pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
2
3
52
Sugiono Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta , 2008), h. 3
Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h.
36
hubungan kegiatan-keiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta
proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.4
Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk memaparkan
konsep para cendikiawan, tokoh dan ahli dibidang tafsir yang nantinya
dapat mempermudah, memahami dan menghubungkan jalan pikiran
maupun makna yang terkandung di dalamnya secara runtut dan
komprehensif.
2. Sumber Data
Sumber data dalam skripsi ini di kelompokkan dalam dua kategori,
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
Yang dimaksud sumber primer dalam penelitian ini adalah sebuah
buku karya Quraish Shihab yang berjudul Membumikan Al-Qur’an
“Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat”.
b. Sumber data sekunder
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber sekunder adalah karyakarya atau buku-buku yang memiliki kesamaan pemikiran tentang
konsep pendidikan khususnya pendidikan dalam al-Qur’an.
3. Input Data
Sesuai dengan metode yang digunakan, maka input data dilakukan
dengan studi dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya
monumental dari seseorang. Dengan mengumpulkan dan menela’ah
sumber referensi berupa buku-buku, jurnal, dan literatur ilmiah lainnya
dari karya para pakar, intelektual, praktisi, maupun para
pengambil
kebijakan yang berkompeten, yang mana karya-karya tersebut mempunyai
keterkaitan dengan kajian-kajian yang akan diteliti.
4
Moh. Nizar, Metode Penellitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), cet. IV, h. 63-64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Biografi H. M. Quraish Shihab
H. M. Quraish Shihab lahir pada tanggal 16 Februari 1944 di Rapang,
Sulawesi Selatan. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab adalah keluarga
keturunan Arab yang terpelajar, dan menjadi ulama sekaligus guru besar
tafsir di IAIN Alauddin, Ujung Pandang. Sebagai orang yang berpikiran
maju, Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen
perubahan. Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat
dari latar belakang pendidikannya, yaitu Jami’at Khair, sebuah lembaga
pendidikan Islam tertua di Indonesia.
Kehadiran H. M. Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah memberikan
suasana baru dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti
dengan adanya berbagai aktifitas yang dijalankannya di tengah-tengah
masyarakat. Di samping mengajar, ia juga dipercaya untuk menduduki
sejumlah jabatan. Diantarnya adalah sebagai Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Pusat sejak 1984, anggota lajnah Pentashhih al-Qur’an
Departemen Agama sejak 1989. Beliau juga terlibat dalam beberapa
organisasi professional, antara lain Asisten Ketua Umum Ikatan
Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), ketika organisasi ini didirikan.
Selanjutnya ia juga tercatat sebagai pengurus perhimpunan Ilmu-Ilmu
Syari’ah dan pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Aktifitas lainnya yang ia lakukan adalah
sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic
Studies, Ulumul Qur’an, Mimbar Ulama dan Refleksi
Jurnal Kajian
Agama dan Filsafat. semua penerbitan ini berada di Jakarta.
1
1
Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2005), cet. 1-3 h. 362
37
38
2. Pendidikan H. M. Quraish Shihab
H. M. Quraish Shihab menyelesaikan sekolah dasarnya di kota Ujung
Pandang. Beliau kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di kota
Malang sambil belajar agama di Pesantren Daar al-Hadits al-Fiqhiyah.
Pada tahun 1958, ketika berusia 14 tahun, ia berangkat ke Kairo, Mesir
untuk melanjukan studi dan diterima sebagai mahasiswa di kelas II
Tsanawiyah al-Azhar. Setelah itu ia diterima sebagai mahasiswa di
Universitas al-Azhar dengan mengambil Jurusan Tafsir dan Hadis,
Fakultas Ushuluddin hingga menyelesaikan Lc pada tahun 1967.
Kemudian beliau melanjutkan studinya di jurusan dan universitas yang
sama hingga berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul alIijazasyari’i li al-Qur’anal-Karim pada tahun 1969 dengan gelar M. A.
Setelah menyelesaikan studinya dengan gelar M. A. tersebut, untuk
sementara ia kembali ke Ujung Pandang. Dalam kurung waktu kurang
lebih sebelas tahun (1969-1980) ia terjun ke berbagai aktivitas sambil
menimba pengalaman empirik, baik dalam bidang kegiatan akademik di
IAIN Alauddin maupun di berbagai institusi pemerintah setempat. Dalam
masa menimba pengalaman dan karier ini, ia terpilih sebagai Pembantu
Rektor III IAIN Ujung Pandang. Selain itu, ia juga terlibat dalam
pengembangan pendidikan perguruan tinggi swasta wilayah Timur
Indonesia dan diserahi tugas sebagai koordinator wilayah. Di tengahtengah kesibukanya itu, ia juga aktif melakukan kegiatan ilmiah yang
menjadi dasar kesarjanaannya. Beberapa penelitian telah dilakukannya,
diantaranya ia meneliti tentang “Penetapan Kerukunan Hidup Beragama
di Timur Indonesia” (1975) dan Masalah Wakaf di Sulawesi Selatan”
(1978).
Pada tahun 1980, H. M. Quraish Shihab kembali ke Mesir untuk
meneruskan studinya di Program
Pascasarjana Fakultas Ushuluddin
Jurusan Tafsir Hadis, Universitas al-Azhar. Hanya dalam waktu dua
tahun (1982) dia berhasil meyelesaikan disertasinya yang berjudul “Nazm
39
al-Durar li al-Biqai Tahqiq wa Dirasah” dan berhasil dipertahankan
dengan nilai Suma Cumlaude.
Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi H. M. Quraish
Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN
Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif
mengajar bidang Tafsir dan Ulum al-Qur’an di program S1, S2 dan S3
sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai
dosen, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta
selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu ia dipercaya
menduduki jabatan sebagai Mentri Agama selama kurang lebih dua bulan
di awal tahun 1998, hingga kemudian diangkat sebagai Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik
Arab Mesir merangkap negara Republik Djibauti berkedudukan di Kairo.
3. Karya-karya Tulis H. M. Quraish Shihab
Diantara karya-karya yang telah ditulis oleh H. M. Quraish Shihab
yaitu antara lain:
a.
Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang,
IAIN Alauddin, 1984);
b.
Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an
(Jakarta: Lentera Hati, 1998);
c.
Haji Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999);
d.
Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika,
September 2003);
e.
Anda
Bertanya,Quraish
Shihab Menjawab
Berbagai
Masalah
Keislaman (Mizan Pustaka)
f.
Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama);
g.
Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994);
h.
Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994);
i.
Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996);
40
j.
Wawasan al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan, 1996);
k.
Tafsir al-Qur'an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997);
l.
Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur'an (Bandung; Mizan,
1999)
m. Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15
Volume, Jakarta: Lentera Hati, 2003);
n.
Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama dan
Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004);
o.
Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005);
p.
Rasionalitas al-Qur'an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta:
Lentera Hati, 2006);
q.
Menabur Pesan Ilahi; al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat
(Jakarta: Lentera Hati, 2006);
r.
Wawasan al-Qur'an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati,
2006);
s.
Al-Lubâb; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fâtihah dan Juz
'Amma (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2008);
t.
Membumikan al-Qur'ân Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam
Kehidupan (Jakarta: Lentera Hati, Februari 2011);
u.
Tafîr Al-Lubâb; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah AlQur'ân (Boxset terdiri dari 4 buku) (Jakarta: Lentera Hati, Juli 2012).2
B. Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab
1. Pendidikan dalam al-Qur’an
Al-Qur’an dan hadis merupakan sumber hukum ajaran Islam dan
pengetahuan yang sangat lengkap, mencakup kehidupan manusia baik
dunia mapun akhirat. Al-Qur’an dan hadis merupakan pedoman dan
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab
41
sekaligus kerangka segala kegiatan intelektual. Keduanya membimbing
kegiatan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya.
Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada
jalan yang lurus. Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan
dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok.3
Al-Qur’an telah menjadi petunjuk bagi masyarakat dimuka bumi ini untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan pendidikan al-Qur’an adalah
membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah Swt dan khalifah-Nya, guna
membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah Swt.
Kekhalifahan mengharuskan empat sisi yang saling berkaitan, yaitu
diantaranya: pertama, pemberi tugas (Allah Swt), kedua penerima tugas
(manusia, baik perorangan maupun kelompok), ketiga tempat atau
lingkungan dan keempat materi-materi penugasan yang harus mereka
laksanakan.4
Dalam bidang pendidikan, al-Qur’an menuntut bersatunya kata
dengan sikap. Karena itu, keteladanan para pendidik dan tokoh masyarakat
merupakan salah satu andalannya. Pada saat al-Qur’an mewajibkan anak
menghormati orangtuanya, pada saat itu pula ia mewajibkan orangtua utuk
mendidik anak-anaknya. Pada saat masyarakat diwajibkan menaati rasul
dan para pemimpin, pada saat yang sama Rasul dan para pemimpin
diperintahkan menunaikan amanah, menyayangi yang dipimpin sambil
bermusyawarah bersama mereka. Dengan demikian, al-Qur’an menuntut
keterpaduan antara orangtua, masyarakat dan pemerintah.5
Dalam hal ini, telah dijelaskan pula bahwasannya peranan orangtua
sangatlah penting dalam perkembangan anaknya, baik dilingkungan
keluarga, masyarakat maupun negara. Sebagaimana firman Allah Swt
yang telah dijelaskan dalam Surat Luqman ayat 13-14 yang berbunyi:
3
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet. 121, h. 172
4
Ibid, h. 269
5
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Penertbit Mizan, 1997), cet. 6, h. 11
42
           

      
         
   
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.”6
Ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah Swt telah menetapkan
aqidah kepada anak, mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu selain Allah Swt. Masalah tauhid dikaitkan dengan
hubungan antara orang tua dan anak. Allah Swt mengingatkan betapa
penting dan dominan peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai tauhid
dalam diri anak-anak.
Pendidikan dalam ayat tersebut sejalan dengan konsep pendidikan
tarbiyah yang menitikberatkan pada pelaksanaan nilai-nilai Ilahiyat yang
bersumber dari Allah Swt selaku Tuhan semesta alam. Dalam hubungan
antara manusia, tugas penyampaian nilai-nilai ajaran itu dibebankan
kepada orang tua, sedangkan para pendidik tak lebih hanyalah sebagai
tenaga professional yang mengemban tugas berdasarkan keparcayaan para
orang tua. Pada ayat ke 14, nasehat tersebut menekankan kepada anak agar
senantiasa mengormati ibu terlebih dahulu, ini disebabkan karena ibu telah
mengandungnya dengan susah payah, kemudian memeliharanya dengan
kasih sayang yang tulus dan ikhlas, sehingga ibu berpotensi untuk tidak
dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu yang berbeda dengan bapak.
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 412
43
Telah dijelaskan bahwa al-Qur’an menuntut anak didiknya untuk
menemukan kebenaran melalui usaha anak didik itu sendiri dengan
memanfaatkan daya nalarnya, dan menuntut agar materi yang disajikan
dihayati kebenarannya melalui argumentasi logika. Demikian pula, sejarah
yang disampaikan mengantar pada tujuan pendidikan dalam berbagai
aspeknya. Pendidik (subjek pendidikan), harus membuktikan dirinya
sebagai panutan, bagaimana halnya yang ditemukan dalam kenyataan
pendidikan sekarang ini, khususnya dalam bidang metodologi pendidikan.7
Para pakar ilmu pendidikan menjelaskan bahwa usaha pendidikan
adalah usaha sadar yang dilaksanakan oleh seseorang yang menghayati
tujuan pendidikan. Berarti sudah jelas bahwa tugas pendidikan dibebankan
kepada seseorang yang lebih dewasa dan matang, yaitu orang yang
mempunyai integritas kepribadian dan kemampuan yang professional.8
Gagasan dan pemikiran H. M. Quraish Shihab dapat ditelusuri pada
sejumlah karya ilmiahnya dan pesan-pesan dakwah yang disampaikannya.
Secara lebih khusus gagasan dan pemikiran H. M. Quraish Shihab dalam
bidang pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan.
b. Metode Pendidikan.
c. Sifat Pendidikan Islam.
Ketiga bidang pendidikan ini, telah dijelaskan bagaimana kaitannya
dengan al-Qur’an dalam menyampaikan pendidikan kepada peserta didik
agar para pendidik tidak terlepas dari al-Qur’an dalam menyampaikan
materi pendidikannya kepada peserta didik. Dibawah ini akan dijelaskan
ketiga bidang tersebut:
Pertama, tentang tujuan pendidikan. Dengan merujuk kepada ayat 2
Surat al-Jumu’ah yaitu:
7
Umar Sihab, Kontekstualitas al-Quran (Jakarta:Penamadani, 2005), cet3, h. 167,
8 Ibid, h. 169
44
         
        
  
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”9
Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan disini adalah untuk
mencapai kesejahteraan dalam mencapai pendidikan yang berpacu kepada
al-Qur’an.
Dan tujuan yang ingin dicapai disini dengan pembacaan,
penyucian dan pengajaran tersebut adalah merupakan pengabdian kepada
Allah Swt. Sejalan dengan tujuan penciptaan manusia yang ditegaskan
oleh al-Quran dalam surat adz-Dzariyat ayat 56 “
      
“Aku tidak menciptakan manusia dan jin kecuali untuk menjadikan tujuan akhir
atau hasil segala aktifitasnya sebagai pengabdian kepada-Ku”.10
Atas dasar ini, H. M. Quraish Shihab berkesimpulan bahwa tujuan
pendidikan al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan
kelompok sehingga mampu menjelaskan fungsinya sebagai hamba Allah
Swt dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep
yang ditetapkan oleh Allah Swt.11 Dari hasil wawancara peneliti dengan
tokoh tersebut, telah dijelaskan bahwasannya tujuan pendidikan adalah
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h.553
10
Ibid, h. 523
11
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet., ke-3, h. 269
45
agar manusia menyadari bahwa dirinya sebagai hamba Allah dan khalifah
bertugas membangun masyarakat yang lebih baik.12
Tujuan kehadiran al-Qur’an yang terpadu dan menyeluruh, bukan
sekedar mewajibkan pendekatan religious yang bersifat ritual atau mistik,
yang dapat menimbulkan formalitas dan kegersangan. Al-Qur’an adalah
petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan membantu kita menemukan nilainilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian berbagai masalah
hidup. Apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran dan hati
kita mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas
dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.13
Dalam buku perbandingan pendidikan Islam, al-Gazali mempunyai
pandangan mengenai tujuan pendidikan. beliau menekankan tugas
pendidikan adalah mengarah pada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak,
dimana fadhilaah (keutamaan) dan taqarrub kepada Allah Swt merupakan
tujuan yang paling penting dalam pendidikan.14
H. M. Quraish Shihab mencoba menghubungkan tujuan pendidikan
dalam al-Qur’an dengan tujuan pendidikan Nasional. Dalam hubungan ini
beliau mengatakan bahwasannya “uraian diatas dikaitkan dengan
pembangunan Nasional yang bertujuan “membangun manusia Indonesia
seutuhnya” atau lebih khusus dibandingkan dengan tujuan Pendidikan
Nasional, jelas sekali relevansinya dan persesuaiannya. Dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) 1983 dinyatakan:
“Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta
bersama-sama bertanggugjawab atas pembangunan bangsa”.
12
Hasil wawancara dengan Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab bertempat di Pusat Studi alQur’an pada tanggal 14 April 2015
13
Umar Sihab, Kontekstualitas al-Quran (Jakarta: Penamadani, 2005), cet ke 3, h. 13
14
Ali Al Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), cet. ke1, h. 134
46
Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam menurut H. M. Quraish
Shihab adalah tujuan yang bersifat universal atau secara menyeluruh dan
berlaku untuk seluruh bangsa dan umat di dunia. Hal ini sejalan dengan
misi al-Qur’an yang ditujukan untuk membawa rahmat bagi seluruh alam.
Melalui kegiatan pendidikan, al-Qur’an menginginkan terwujudnya
manusia yang terbina seluruh potensi dirinya, fisik, jiwa dan akalnya
sehingga terbentuk manusia yang seutuhnya.
Kedua, metode pendidikan. Dalam kaitan ini, H. M. Quraish Shihab
menggunakan istilah metode penyampaian materi. Menurut H. M. Quraish
Shihab bahwa dalam penyajian materi pendidikannya, al-Qur’an
membuktikan kebenaran materi tersebut melalui penbuktian-pembuktian.
Baik dengan argumentasi-argumentasi yang dikemukakannya, maupun
yang dapat dibuktikan sendiri oleh manusia (peserta didik) melalui
penalaran akalnya.
Selain itu, H. M. Quraish Shihab juga mengemukakan bahwa alQur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk
mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Di samping itu,
al-Qur’an juga menggukan metode pembiasaan dalam menanamkan ajaran
kepada umat manusia. Dengan menggunakan metode-metode tersebut
terlihat dengan jelas, bahwa al-Qur’an menuntun peserta didiknya untuk
menemukan kebenaran melalui usaha peserta didik sendiri, menuntut agar
materi yang disajikan diyakini kebenarannya melalui argumentasiargumentasi logika dan kisah-kisah yang dipaparkannya.
Mengenai metode dan media yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran, menurut al-Ghazali dalam buku Ensiklopedi Tokoh
Pendidikan Islam harus dilihat secara psikologis, sosiologis, maupun
pragmatis dalam rangka keberhasilan proses pembelajaran dan metode
pengajaran tidak boleh monoton.15
15
Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press Group, 2005), cet. ke-1, h. 13
47
Ketiga, sifat pendidikan Islam. Menurut H. M. Quraish Shihab, sifat
pendidikan al-Qur’an adalah Rabbaniy, berdasrkan ayat pertama dalam
wahyu pertama. Sementara orang yang melaksanakan juga disebut
Rabbaniy yang oleh al-Qur’an dijelaskan cirinya antara lain mengajarkan
kitab Allah, baik yang tertulis (al-Qur’an) maupun yang tidak tertulis
(alam raya), serta mempelajarinya secara terus menerus.
Pemikiran H. M. Quraish Shihab dalam bidang pendidikan tersebut
sagat dipengaruhi oleh keahliannya dalam bidang tafsir al-Qur’an yang
dipadukan dengan berbagai ilmu lainnya, baik ilmu-ilmu keislaman
maupun ilmu pengetahuan umum serta konteks masyarakat Indonesia.
Pemikiran dan gagasan H. M. Quraish Shihab menunjukkan dengan
jelas bahwa di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memiliki implikasi
terhadap munculnya konsep pendidikan menurut al-Qur’an yang pada
gilirannya dapat menjadi salah satu bidang kajian yang sangat menarik. 16
2.
Materi Pembelajaran dalam al-Qur’an
Materi pembelajaran al-Qur’an adalah materi yang paling agung
diantara sekian materi pembelajaran, karena seluruh mata pelajaran
menginduk dan marujuk pada al-Qur’an. Semua materi pengajaran, baik
agama maupun umum sains dan teknologi bersumberkan dari al-Qur’an.
Betapa agungnya manusia yang mau mempelajari dan mengajarkannya,
sebagaimana sabda Nabi riwayat al-Bukhari sebagai berikut:
“Sebaik-baiknya (manusia) diantara kamu adalah yang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya17.” (HR. Bukhari)
Para pakar pendidikan sepakat bahwa al-Qur’an adalah materi pokok
dalam pendidikan Islam yang harus diajarkan kepada anak didik. Berikut
ini ungkapan pakar pendidikan, diantaranya:
16
17
Ibid, h. 367
Bukhari, Shahih Bukhari, (Kairo: Dar al-Hadits, 2010), jilid 6, h. 192
48
Al-Ghazali dalam Ihya Ulum al-Din mengungkapkan: “Hendaknya
anak kecil diajari al-Qur’an, hadis-hadis, biografi orang-orang baik dan
sebagian hukum Islam”
Ibn Rusyd mengungkapkan: “Hendaknya al-Qur’an diajarkan
pertama kal kepada anak kecil. Tujuannya semata untuk mempersiapkan
secara fisik dan intelektual dalam pengajaran ini agar ia mereguk bahasa
aslinya dan agar jiwanya tertanam ajaran-ajaran keimanan.
Singkatnya Rasulullah Saw dan para pendidik Muslim sangat menaruh
perhatian kepada umat Islam agar belajar dan mengajarkan al-Qur’an,
mampu membaca, mampu memahami dan mengamalkannya. Al-Quran
dijadikan pedoman hidup (way of life) dalam berbagai aspek, baik dalam
beribadah maupun dalam bermuamalah. Bahkan al-Qur’an juga sebagai
sumber segala ilmu pengetahuan.18
Al-Qur’an al-Karim dalam mengarahkan pendidikannya kepada
manusia dengan memandang, menghadapi dan memperlakukan makhluk
tersebut sejalan dengan unsur penciptaannya yaitu jasmani, akal dan
jiwa.19 Dalam penyajian materi pendidikannya, al-Qur’an membuktikan
kebenaran materi tersebut melalui pembuktian-pembuktian, baik dengan
arguentasi-argumentasi yang dikemukakannya, maupun yang dibuktikan
sendiri oleh manusia (peserta didik) melalui penalaran akalnya. Ini
dianjurkan oleh al-Qur’an untuk dilakukan pada saat mengemukakan
materi tersebut.20
Bagi pendidik, hal ini sudah menjadi kewajiban untuk dapat
menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan beberapa metode.
Salah satu metode yang digunakan al-Qur’an dalam mengarahkan manusia
kearah yang dikehendakinya adalah dengan menggunakan “kisah”. Setiap
18
Abdul Majid Khan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet.
1, h. 13
19
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet., ke-3, h. 272
20
Ibid, h. 273
49
kisah menunjang materi yang disajikan, baik kisah tersebut benar-benar
terjadi maupun kisah simbolik.21
Dari hasil wawancara dengan nara sumber, beliau mengatakan
bahwasannya dalam al-Qur’an menuntut para pendidik agar dalam hal
menyampaikan materi pendidikan itu disajikan dengan meyakini
kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi yang masuk akal, agar
peserta didik dapat menerima materi pembelajaran dengan mudah dan
diterima oleh daya fikirnya. Selain itu, aja juga penyampaian materi nya
dengan melalui kisah. Kisah-kisah yang dijelaskan dalam al-Qur’an juga
mengantarkan mereka pada tujuan pendidikan melalui berbagai aspeknya.
Al-Qur’an juga menuntun peserta didiknya untuk menemukan kebenaran
materi pendidikan yang disampaikan oleh pendidik melalui usaha peserta
didik itu sendiri.22
Al-Qur’an menuntun peserta didiknya untuk menemukan kebenaran
melalui usaha peserta didik sendiri, manuntut agar materi yang disajikan
diyakini kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi logika, dan kisahkisah yang dipaparkannya mengantarkan mereka kepada tujuan pendidikan
dalam berbagai aspeknya dan nasihatnya ditunjang dengan panutan.
Sementara pendidikan kita, khususnya dalam bidang metodologi seringkali
sangat menitikberatkan pada hapalan, atau contoh-contoh yang bersifat
ajaib, kiasan yang dikemukakan dengan bahasa gersang, tidak menyentuh
hati, ditambah lagi nasihat yang diberikan tidak ditunjang oleh panutan
pemberinya.23
Dalam penyampaian materi pendidikan kepada peserta didik perlu
ditetapkan metode yang didasarkan pada upaya memandang, menghadapi
dan memperlakukan manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu
jasmani, akal dan jiwa dengan mengarahkannya agar menjadi manusia
21
Ibid h. 175
Hasil wawancara dengan Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab bertempat di Pusat Studi alQur’an pada tanggal 14 April 2015
23
Op. Cit, h. 177
22
50
seutuhnya. Karena itu materi pendidikan yang disajikan oleh al-Qur’an
senantiasa mengarah kepada jiwa, akal dan jasmani manusia.
Selain itu, materi pembelajaran al-Qur’an juga merupakan materi
pokok diberbagai tingkatan, karena ia merupakan sumber dari semua
materi pembelajaran dan berbagai sumber ilmu pengetahuan. Sebaiknya,
sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai (KBM), seorang pendidik perlu
memulai pembelajaran tersebut dengan mengadakan apresiasi, pretest
maupun yang lainnya untuk membangkitkan kesiapan peserta didik dalam
menerima pelajaran yang akan disampaikan.
3. Metode Penyampaian Materi
Untuk menunjang tercapainya target yang diinginkan dalam
penyampaian materi-materinya, maka al-Qur’an menempuh metodemetode berikut ini:
a) Mengemukakan kisah-kisah yang berhubungan dengan salah satu
tujuan materi.
Cerita tentang kejadian terutama tentang sejarah merupakan
metode
yang
banyak
ditemukan
didalam
al-Qur’an.
Adapun
pendidikan Islam, metode penyampaiannya itu dengan menceritakan
sebuah kisah, namun cara penyampaiannya sulit untuk disampaikan.
Pendidikan melalui kisah-kisah ini dapat menggiring peserta didik
pada kehangatan perasaan, artinya peserta didik akan ikut merasakan
situasi yang sedang dikisahkannya tersebut.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an berpatokan pada peristiwa-peristiwa
sejarah yang terjadi dengan menyebut pelaku-pelaku dan tempat
terjadinya peristiwa yang telah terjadi dan masih dapat terulang
kejadiannya atau kisah simbolis yang tidak menggambarkan suatu
peristiwa yang telah terjadi, namun dapat saja terjadi sewaktu-waktu.24
Selain itu, dengan menggunakan metode kisah juga dapat
membangkitkan kesadaran pembaca termasuk peserta didik. Setiap
pembaca akan senantiasa dapat merenungkan makna dan mengkuti
24
Ibid, h. 309
51
berbagai situasi kisah tersebut sehingga pembaca dapat terpengaruh
oleh tokoh atau topik kisah tersebut. Hal itu didukung oleh kisah
Qur’ani
yang
cendrung
utuh
dan
biasanya
diawali
dengan
penyampaian tuntutan, ancaman atau peringatan terhadap suatu bahasa.
Ketiga macam peristiwa yang disebutkan diatas ini mengarah
kepada tujuan dari salah satu materi yang disajikan, misalnya
pembuktian tentang adanya wahyu dan kenabian, kekuasaan Tuhan
atau pembuktian tentang kesatuan sumber dan ajaran agama Allah Swt.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an disajikan secara benar sejalan dengan
konteks dan dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Al-Qur’an
menyajikan kisah-kisah secara realistis apa adanya. Selain itu,
alQur’an juga mendidik prilaku manusia melalui solusi pribadi
manusia secra realistis. Pada dasarnya kisah-kisah dalam al-Qur’an
bukanlah merupakan kisah yang asing bagi manusia, karena semua
kisah yang terdapat dalam al-Qur’an diciptakan untuk menampilkan
realitas kemanusiaan.
Selain itu, metode melalui kisah mempunyai daya tarik yang dapat
menyentuh perasaan. Menurut Quraish Shihab, bahwa al-Qur’an dalam
mengemukakan kisah-kisah tidak segan-segan untuk menceritakan
kelemahan manusiawi. Namun hal tersebut digambarkan sebagaimana
adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang tepuk
tangan atau rangsangan.25 Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan
menggarisbawahi akibat kelemahan itu atau dengan melukiskan saat
kesadaran manusia dan kemenangannya mengatasi kelemahan tadi.
Misalnya kisah yang diungkapkan pada Qs. Al-Qashash ayat 76-81,
bahwa dengan bangganya Qarun mengakui bahwa kekayaan yang
diperolehnya merupakan hasil usahanya sendiri, suatu kekaguman
orang-orang sekitarnya terhadap kekayaan yang dimilikinya, tiba-tiba
gempa menelan Qarun dan kekayaannya. Orang-orang yang tadinya
25
Ibid, h. 121,
52
kagum menyadari bahwa orang
yang durhaka tidak akan pernah
memperoleh keberuntungan yang langgeng.26
Metode melalui kisah ini juga menjadi perhatian Kuntowijoyo
untuk mengembangkan suatu alternatif pemahaman terhadap al-Qur’an
yang dinilainya amat efektif dan diberinya nama sebagai pendekatan
sintetik analitik. Menurutnya, kandungan al-Qur’an dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu pertama, berisi konsep-konsep yang mana
didalamnya kita mendapati banyak sekali istilah al-Qur’an yang
merujuk pada pengertian normatif yang khusus, doktrin-doktrin yang
etik, aturan-aturan legal dan ajaran keagamaan pada umumnya.
Konsep-konsep tersebut ada yang bersifat abstrak seperti Allah Swt,
malaikat, hati akhir dan lain-lain.27 Serta ada yang bersifat kongkrit
dan dapat diamati seperti konsep fuqara, dhu’afa dan lain-lain. Semua
konsep itu mempunya makna, bukan saja karena keunikannya secara
semantik, melainkan juga karena kaitannya dengan materi struktur
normatif dan etik tertentu yang melaluinya pesan-pesan al-Qur’an
bertujuan memberikan gambaran utuh tentang doktrin Islam dan lebih
jauh lagi tentang pandangan dunianya.
Jika pada bagian pertama al-Qur’an bermaksud membentuk
pemahaman yang komprehensif mengenai nilai-nilai ajaran Islam,
maka pada bagian kedua ini al-Qur’an ingin mengajak melakukan
perenungan untuk memperoleh hikmah.28
Pada dasarnya, metode pendidikan melalui kisah, seorang guru
tidak hanya berhenti pada kisah itu sendiri, tetapi ia harus menjelaskan
hikmah, ajaran atau nilai-nilai luhur yang dapat dan harus
dikembangkan dari kisah tersebut, sehingga tidak kehilangan pesan
moralnya yang merupakan hidayah al-Qur’an.
26
Ibid, h. 175
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), h. 327-
27
328
28
Ibid, h. 327-328
53
b) Nasihat dan Panutan
Al-Qur’an al-Karim telah menggunakan kalimat-kalimat yang
menyentuh hati untuk mengerahkan manusia kepada ide-ide yang
dikehendakinya. Tetapi nasihat yang dikemukakannya itu tidak akan
berlangsung dengan baik jika yang memberikan nasihat itu tidak
memberikan panutan dan tidak dibarengi dengan contoh teladan yang
baik.29 Salah satu cara al-Qur’an mendidik Nabi Saw sehingga
memiliki
keistimewaan-keistimewaan
menceritakan
sifat-sifat
para
nabi
tersebut
adalah
terdahulu
dan
dengan
kemudian
memerintahkannya untuk mengikuti sifat-sifat nabi tersebut.
Nasehat sebagai suatu metode yang sasarannya adalah peserta
didik itu sendiri, dengan timbulnya kesadaran untuk mengamalkan
ajaran agama, sebagaimana dapat diperhatikan dari apa yang dilakukan
Luqman al-Hakim terhadap putranya, yang isinya antara lain nasehat
agar tidak menyekutukan Allah, agar berbuat baik kepada ibu dan
bapak, agar bersyukur kepada Allah, menunaikan shalat, menyuruh
kepada kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat.
Metode panutan ini merupakan metode pendidikan dan pengajaran
dengan cara mendidik dan memberikan contoh agar dapat ditiru dan
dilaksanakan. Metode ini dalam pendidikan merupakan metode yang
paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara
moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pendidik dalam pandangan
anak didiknya akan menjadi panutan dalam bertingkah laku, disadari
atau tidak semua ucapan, perbuatan dan hal-hal yang bersifat material
dan spiritual akan di tiru oleh anak didiknya.
c) Pembiasaan
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”, yang
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa” dapat diartikan sebagai
29
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet., ke-3, h. 310
54
lazim atau umum, seperti sedia kala, sudah merupakan dari kehidupan
sehari-hari.30
Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan
Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang
dilakukan untuk membiasakan peserta didik untuk berfikir, bersikap
dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.31
Pembiasaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
kehidupan manusia, karena dengan kebiasaan seseorang mampu
melakukan hal-hal penting dan berguna tanpa menggunakan energi dan
waktu yang banyak. Al-Qur’an menggunakan “pembiasaan” yang
dalam prosesnya akan menjadi “kebiasaan” sebagai salah satu cara
yang
menunjang
tercapainya
target
yang
diinginkan
dalam
penyampaian materi-materinya.
Tetapi hendaknya diperhatikan bahwa yang dilakukan al-Qur’an
terhadap umatnya menyangkut pembiasaan-pembiasaan yang bersifat
positif, hanya dalam hal yang erat hubungannya dengan kondisi sosial
dan ekonomi, bukan kejiwaan yang berkaitan dengan aqidah dan
akhlak. Sedangkan yang bersifat aktif pembiasaan tersebut terdapat
dalam segala hal.
Dalam
hal
yang
sifatnya
menuntut
aktivitas,
al-Qur’an
membiasakan umatnya secara bertahap. Misalnya dalam hal shalat.
Dimulai dengan menanamkan rasa kebesaran Tuhan, kemudian dengan
peaksanaan shalat dua kali sehari disertai dengan kebolehan-kebolehan
bercakap-cakap, disusul dengan kewajiban melaksanakannya lima kali
sehari dengan larangan bercakap-cakap.
Metode al-Qur’an dalam mengajukan materi seperti yang
dikemukakan diata seharusnya ditempuh bukan pada saat berdakwah
30
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995), Edisi ke-2, cet ke-4, h. 129
31
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 110
55
dalam masyarakat saja, tetapi juga dalam mendidik pada lembagalembaga pendidikan formal.
Metode penyampaian materi yang berkaitan dengan aspek afektif
dan psikomotorik, al-Qur’an menempuh berbagai cara seperti
dilakukan dengan keteladanan, nasihat, kisah dan kebiasaan.
Keteladanan adalah salah satu cara mendidik yang paling efektif dan
sukses sebagaimana diperlihatkan oleh Rasulullah Saw yang
difirmankan oleh Allah dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21 yang
berbunyi:
          
      
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.32
Menurut Muhammad Quthb, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa
didalam diri Rasulullah Saw, Allah Swt menyusun suatu bentuk
sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi
sepanjang sejarah masih berlangsung.33
Cara lain yang digunakan dalam memberikan pendidikan adalah
melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap, termasuk dalam hal
merubah kebiasaan-kebiasaan negatif. Sebagai seorang pendidik
sebaiknya dapat memberikan kebiasaan-kebiasaan yang dapat diikiuti
oleh anak didiknya.
Pendidikan tidak hanya ditujukan pada pengembangan afektif saja,
tetapi juga terdapat segi-segi kognitif seperti tentang fakta-fakta
sejarah, tanda-tanda kebesaran Tuhan yang terdapat pada ciptaan-Nya
32
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 420
33
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salaman Harun, (Bandung: al-Ma’arif,
1984), h. 135
56
dan lain-lain. Metode mengajarkannya adalah sama dengan yang lain
dalam ilmu-ilmu lain.34
d) metode Keteladanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa
“keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu “perbuatan atau barang”
yang patut di tiru atau dicontoh. 35 Dengan demikian keteladanan dapat
diartikan sebagai hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh orang
lain. Akan tetapi keteladanan yang yang dimaksud diatas adalah
keteladan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan.36
Bila kita cermati sejarah pendidikan di zaman Rasulullah Saw,
dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa
beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan atau Uswah. Ternyata
Rasulullah Saw banyak memberikan keteladanan dalam mendidik para
sahabatnya.37
Sebagai pendidikan yang bersumber kepada al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah Saw, metode keteladan pastinya berdasarkan kepada kedua
sumber pokok tersebut. Dalam al-Qur’an “keteladanan” diistilahkan
dengan kata Uswah.38 Kata ini terdapat dalam al-Qur’an surat alMumtahanah ayat 4, yang berbunyi:
....
“sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia…”39
34
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: alMa’arif, 1980). H. 183
35
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), Edisi ke-2, cet ke-4, h. 1025
36
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 117
37
Ibid, h. 116
38
Ibid, h. 117
39
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), cet ke-6, h. 549
57
Ayat diatas menjelaskan bahwasannya kata Uswah diiringi dengan
suatu yang bersifat positif yaitu Hasanah (baik). Selain surat alMumtahanah, ada pula surat lain yang menjelaskan kata Uswah selalu
bersamaan dengan kata Hasanah yaitu dalam al-Qur’an Surat al-Ahzab
ayat 21, yang berbunyi:
           
    
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.40
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya kita dapat dipahami bahwa
Allah Swt telah mengutus Nabi Muhammad Saw ke bumi ini sebagai
suri tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu lebih dulu
mempraktekan semua ajaran yang disampaikan oleh Allah Swt
sebelum beliau menyampaikan kepada umatnya.41
Telah jelas bahwa suri tauladan yang diterapkan oleh Rasulullah
Saw pasti selalu bersifat yang positif, karena beliau juga merupakan
kekasih Allah Swt yang bersifat mulia. Hal ini dapat diterapkan pula
dalam dunia pendidikan dengan seorang pendidik sebagai tauladan
yang mana sikap, perbuatan, ucapan dan lain-lain akan dicontoh oleh
peserta didiknya. Untuk menciptakan anak yang shaleh (peserta didik),
pendidik tidak hanya memberikan prinsipnya saja, karena yang lebih
penting bagi peserta didik adalah seorang contoh atau figur yang baik,
yang selalu memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip
tersebut.
40
Ibid, h. 420
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), cet. 1, h. 119
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an Menurut H. M.
Quraish
Shihab.
Berdasarkan uraian-uraian
sebagaimana
yang telah
disebutkan dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bahwa konsep pendidikan dalam al-Qur’an itu mengarah dalam menolong
peserta didik agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai manusia untuk
mengabdi
kepada
Allah
dan
menjadi
khalifah-Nya.
Deskripsi
kependidikan yang diberikan oleh al-Qur’an nampak lebih memposisikan
dirinya sebagai pemandu dalam prinsip dan tidak memasuki kawasan yang
lebih bersifat teknis. Mengenai bagaimana tujuan yang dirumuskan, materi
disusun, guru-guru dilatih, evaluasi dilakukan, itu semua diserahkan pada
kreativitas pendidik itu sendiri.
2. Tujuan pendidikan al-Qur’an adalah membina manusia agar menyadari
akan dirinya sebagai hamba Allah Swt dan menjalani fungsinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi ini untuk dalam menjadikan lingkungan
masyarakatnya menjadi yang lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Islam menurut H. M. Quraish Shihab bersifat universal atau
menyeluruh yang berlaku untuk seluruh bangsa dan umat seluruh dunia.
Dalam hal ini, sifat tujuan pendidikan sejalan dengan misi al-Qur’an yaitu
sebagai rahmat untuk seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin)
3. Dalam hal penyampaian materi pembelajarannya, harus sesuai dengan apa
yang diharapkan dengan merujuk pada tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dengan menggunakan materi pelajaran yang diiringi dengan
metode pembelajaran yang sesuai, akan lebih cepat tangkap yang diterima
oleh peserta didik. Selain itu, dalam al-Qur’an menuntut para pendidik
agar dalam hal menyampaikan materi pendidikan itu disajikan dengan
58
59
meyakini kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi yang masuk
akal, agar peserta didik dapat menerima materi pembelajaran dengan
mudah dan diterima oleh daya fikirnya.
4. Pemikiran H. M. Quraish Shihab tentang konsep metode pendidikan Islam
yang terdapat dalam al-Qur’an berangkat dari kenyataan pendidikan di
Indonesia
khususnya
metode
pendidikan
saat
ini
yang
lebih
menitikberatkan pada peserta didik saja misalnya dengan menggunakan
metode hafalan. Hampir semua metode pendidikan saat ini sepenuhnya
bergantung peserta didik, sementara guru hanya sebagai motivator,
stimulator dan fasilitator sehingga pembentukan perilaku peserta didik
terabaikan.
B. Saran
Berdasarkan penelitian diatas, maka penilis sampaikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Sebaiknya bagi para pendidik, agar lebih meluangkan waktunya untuk
mengamati tingkahlaku peserta didiknya di luar jam pelajaran anak, agar
para pendidik dapat memahami kondisi dan permasalahan-permasalahan
yang sedang dihadapi oleh peserta didiknya sehingga dapat memberikan
solusi untuk peserta didiknya.
2. Untuk generasi intelektual Muslim diharapkan dapat lebih giat lagi untuk
mengkaji kandungan isi al-Qur’an khususnya mengenai metode-metode
pendidikan untuk lebih mengembangkan pesa-pesan kandungan yang
terdapat dalam al-Qur’an dan cara penyampaian materinya disesuaikan
atau merujuk pada al-Qur’an.
3. Hendaklah pendidik menggunakan metode dan media pembelajaran
bahkan cara penyampaian materi pembelajaran yang tepat yang terdapat di
dalam al-Qur’an serta dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa
supaya mereka selalu belajar dan tekun dalam belajar dan mampu
meningkatkan prestasi belajar mereka.
60
4. Untuk peserta didik, hendaknya tetap tekun dan rajin dalam belajar tidak
hanya dalam pengetahuan umum saja, tetapi juga dalam pengetahuan
islam terutama belajar al-Qur’an agar memiliki bekal yang kuat untuk
masa depan.
5. Untuk orangtua, hendaknya membantu anak dalam mengarahkan
pendidikan di lingkungan keluarga untuk mencapai tujuan pendidikan.
6. Adanya kerjasama antara sekolah dengan wali murid dalam hal mendidik
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munawar, Said Agil Husin. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani: Dalam Sistem
Pendidikan Islam. Ciputat Press, Mizan Pustaka, 2008
Al-Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an. Jakarta: Pustaka alKautsar, 2011
Anshori. Transformasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers, 2002
-----. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press, 2005
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Cholis, Arif. Pendidikan Islam Menurut Hasyim Muzadi, Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2013
Daradjat, Zakiyah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,.Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2014
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990
Dewantoro, Ki Hajar. Karya Bagian Pertama; Pendidikan. Yogyakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 18
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab
Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2001
Khan, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
Kholis, Nur. Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: Teras, 2008
Khuluq, Husnul. Konsep Etika Belajar Siswa Menurut al-Ghazali. Skripsi Fakultas
Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2010
Kuntowijoyo. Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan, 1991
61
62
Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung: alMa’arif, 1980
Ma’rifat, M. Hadi. Sejarah al-Qur’an. Jakarta: Al-Huda, 2007
Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, 2004
Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012
-----. Pendidikan dalam Persepektif al-Qur’an. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005
----- . Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005
Nizar, Moh. Metode Penellitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam,”Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis.
Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2001
Quthb, Muhammad. Sistem Pendidikan Islam, terj. Salaman Harun. Bandung: alMa’arif, 1984
Sabri, M. Alisuf. Pikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
Shihab, M. Quraish Lentera Al-Qur’an Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung:
Mizan Pustaka, 2008
-----. Kontekstualitas al-Quran. Jakarta:Pernamadani, 2005
-----.Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan Pustaka, 2007
-----. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Penerbit Mizan, 1997
Sihab, Umar. Kontekstualitas al-Quran. Jakarta:Penamadani, 2005
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta , 2008
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013
63
Supiana. Sistem Pendidikan Madrasah Unggulan. Bandung: Badan Litbang dan
Diklat Departemen Agama RI, 2008
Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel. Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Karya
Abditama, 1996
Tim Penyususun UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan
Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta
Wajib Belajar. Bandung: Citra Umbara Bandung, 2010
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung: Pustaka Setia, 1999
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan
Peraturan Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
serta Wajib Belajar,. Bandung: Citra Umbara Bandung, 2010
Yulis, Rama. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2010
LEMBAR UJI REF'ERENSI
Nama : Nur Fatimah
NIM
: 111001t000136
Jurusan : Pendirlikan Agama Islam
Judul skripsi
:
Konsep Pendidikan dalam al-eur'an Menurut H. M. euraish
Sbihab
BAB
I
Footnote Ke-
Referensi
I
Wina Sanjay4 Strategi -P;il;e@aran
Berorientasi Standar Proses Pendidikqt,
Halaman
Skripsi
Paraf
l\
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 20lZ),
cet. ke-9, h. 1
2
Abuddin Nat4 Pendidiknn dalam PersepehdalQur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet.
ke-l, h. 15
J
Departemen Agama
Terjemah,
Kl, Al-Qur'an Tajwid dan
@andung: CV Penerbit Diponegoro,
I
2\
([
2014), cet.ke 6,h.290
4
Umar Sihab
Kontekstualitas al-Quran
,(
(Jakarta:Penamadani, 2005), cet. 3, h- 151
5
Umar Sihab
Kontekstualitas al-Quran
J
(Jakarta:Penarnadani, 2005), cet. 3, h. 154
6
Umar Sihab
Kontekstualitas al-euran
4
7
(Jakarta:Penamadani,20A5), cet. 3, h. 154
Anshori LAL., MA Transformasi pendidikan
5
Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet ke-I,
h.3
8
Departemen Agama
Rl, Al-Qur'an Tajwid dan-
Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
6
2014), cet. ke 6, h. 383
9
10
11
12
Umar Sihab Kontel<stualitas al-Qurarz (Jakarta:
Penamadani,2005), cet. Ke-3, h. 154,
Nur Kholis Pengontar Studi Al-Qur'an dan
BAB
Footnote Ke-
2
a
J
4
6
Hcdis (Yogyakarta: Teras, 2008). cet. 1.h. 2l
Umar Sihab Kontekstualitas al-Quran (Jakarta:
Penamadani,2005), cet. Ke-3, h. 154
Departemen Agama KL, Al-Qur'an Tajwid dan
Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegorq
2414), cet. ke 6, h. 587
1
6
7
7
8
9
>rv
t
\
tr
Referensi
Abudd.n Nat4 Pemikiran Pendidikan Islam &
Barat, (Jakarta: Irt Raia Grafrndo Persad4
2Q12),h,19
Departemen Agama R\ Al-Qur'an Tajwid dan
Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2014), cet. ke 6,h.7
Departemen Agama P.I, Al-Qur'an Tajwid dan
Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2014),cet. ke 6,h.284
Abuddin Natq Pemikiran Pendidikan Islon &
Barat, (Jakafia: PT Raja Grafindo Persada,
Halaman
Skripsi
l1
Ki Hajar Dewantoro, Karya Bagian Pertama;
Pendidilean, (Yogakarta: Majelis Luhur
Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2010), h.13
Depdikbud, Kamus Besar Bahsaa Indonesia,
(Jakart4 PT: Balai Pustak4 1990) Cet t h. ZA4
M. Alisuf Sabri, Pikologt Pendidikan, (Iakarta
PT: Pedoman IImu Jay4 1996) Cet. h. 10
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan
Republik Indonesia tahun 2010
tentang
Penyelenggaraan Pendidikan serta Waj ib Belaj ar,
Paraf
11
t2
12
t2
Persatuan Taman Siswa, 1977), h. 14-16
6
\ [il'}
8
2012),1L19
5
n
w
\V
\'
L2
13
13
13
(Bandung: Citra Umbara eandung, 2010)Jrr_
10
11
t2
t3
t4
15
Nur Uhbiyati llmu Pendidikan Islam, (Bandung:
CV Pustaka Seti4 1997), cet. ke-L, h. 12
Departemen Agama Rl, Al-eur'an Ta,.1wA dan
Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2014), cet. ke 6, h. 52
Nur Uhbiyati llmu Pendidikon Islam, @andur€:
CV Pustaka Seti4 1997), cet. ke-1, h. 12
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel, Dalar-dasa,
Kependidika4 (surabaya: Karya Abditama, 1996),
cet. ke-l, h.6
Armai Arietl Reformulasi penaiatta" trt"*,
(Jakarta: CRSD Press,2005), cet. ke-l, h. 1g
Hamdani Ihsan dan Fuad
*tsai, filsafat
t3
14
t4
t4
(
t4
15
Pendidilaan Islam, (Bandung: CV. pustaka Setia
2001), cet. ke-2, h. 16
16
Armai Arief, Pengantar llmu dan Mendologi
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002),
cet. l, h- 18
t7
Samsul Nizar, Filsafat Pendtdikan klam,
16
t7
(Jakarta: Ciputat Pers,2oo2),cet. ke-1,. H. 35
18
t9
20
2t
22
Zakiyah Daraja! dkk, Ilmu pendidiksn tslam,
(Jakarta: Bumi Aksar4 2011),h.25
Arif Cholis, Pendidikan Islam *Iin*i Hasyim
Muzadi, Skripsi Fakultas [lmu Tarbiyyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islarq
2013,lL 15
Armai Arief,
Pengantar llmu don
Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 20A2), cet. t, h. 87-88 l.jrrmad,
D. Marimb4 Pengontar Filsafat pendidikon
I:!o*,(Bandung: Al-Ma'arif, 1987), h. 19
Hasbullah, Dasar-Dasar tlmu -Fin,lidtkan,
Qakarta: Rajagrafindo Persadq 2008), h. lg
Hasbullah, Dasar-Dasar
(Jakarta:
z)
tdi--
penAidika",
Bajagrafindopersad4 200g), h.
HasbullatL Dasar-Dasar llmi--Fendidikan,
Hasbullah, Dasar-Dasar
ltmu
\ \\l
\
18
18
r
18
18
19
(Jakarta: Rajagrafindo persada, 2009), h. 19
24
t7
\fi
F"nd;dtk*r,
(Jakarta: Rajagrafindo Persad4 20OB), h. 23
t8
19
I
I
llmu
25
Hasbullah, Dasar-Dasar
26
Supian4 Sistem Pendidikan
Madrasah
{tnggulan, (Bandung: Badan titbang dan Diklat
Departemen Agama RI, 2008), cet. ke-1, h.317
27
Hasbullah, Dasar-Dagar
P-endidikan,
("'akarta: Rajagrafindo Persad4 2008), h. 24
llmu
Pendidikan,
19
19
l9
(Jakarta: Rajagrafindo Peisad4 2AA8),h- 26
28
29
30
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja
Grafindo Fersada,2003), cet. ke-3, h. 110
Jalaluddin, Teclogi Pendidiknn, (Jakarta: Raja
Graflndo Persada, 2003), cel ke-3, h- 11 I
UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (pasal I ayat 1). Lihat
Departemen Agama R\ Himpunan Peraturan
Perundang31
JJ
34
35
36
37
38
20
20
Sistem
Pendidiiran
Binbaga Islam,
Nasional, (Jakarta: Dirjend.
t99t/1992),h.3
Hasbullah, Dasor-Dasar llmu Pmdidikan.
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), h-
32
20
Arief, Pengantar llmu dan Metodologi
Pendidilran Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet.
2l
t, h. 87-88
Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bwrdung: CV
Pustaka Setia, 1999), cet.2h.99
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidilcan Islam, (Bandung:
2t
CV Pustaka Setia, 1999), ceL 2 b. 99
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidiknn Islam, (Bandung:
CV Pustaka Setia 1999), cet. 2 h. 1 10
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung:
CV Pustaka Setia 1999), cet. 2 h. I I I
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi
Aksar4 2009), cet. 4, h.7 I
Departemen Agama PiI, AlQur'an Tajwid dan
Terjemah, @andung: CV Penerbit Diponegorq
u'
I
l
21
22
22
22
23
\
\
6,h.248
39
M. Arifin, Ilmu Pendidiknt Islam,(Iakaria: Bumi
Aksar4 20W), cet. 4, lt7 I
23
40
M. Quraish Syihab, Lentera
23
(B andung: Penerbit
4t
l
1
Armai
2014), cet. ke
.n
2t
al-Qur'an,
Mizan, 2008), h. Zl
Syaikh Manna' al-Qaththan, Pengantar Studi
24
--.-- /
I
Ilmu al-Qur'an, (Jakafta:
Pustaka al-Kautsar,
l), cet. 6 h. 16
Nur Kholis, Pengantar Studi al-Qur'an dan
al-Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2008), cet. I,
h.60
201
42
24
43
Samsul Nizar, Pengantar
Dosar-dasar
25
44
PemiLiran Peneiidiknn Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 200i), cet. t h. 95-96
Husnul Khuluq, Konsep Etikn Belajar Siswa
Menurut al-Ghazali, Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyyah dan Kegur,uan Jurusaa Perdidikan
25
I
Agama Islam,2010 h. 15
45
M. Hadi Ma'rifat, Sejaroh al-Qur'an, (Jakarta:
Al-Huda, 20A7), cet. 1, h.94
25
46
Muhammad Amin Suma Uumul Qur'an,
(Jokarta: Raja Grafindo Persada,20l3), cet.
26
ffi
1, h. 39
47
Muhammad Amin Suma Uumul Qwr'an,
26
(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2}JS), eet.
48
1,h.57
Said Agil Husin al-Munawar Aldualisasi
Nilai-Nilai Qur'ani:Dalam
49
50
Sistem
Pendidikan Islam, (Ciputat Ciputat Press,
2005), cet.ke-Z,h.4
M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur'an Isoh
don Hikmah Kehidupen, (Bandung: Mizan
Pustaka, 2008), cet ke-Z, h. 26
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Tajwid dan
Terjemah, (Bandung:
CV Penerbit
27
r
2t
28
Diponegoro,
2014), cet. ke 6, h. 33
51
Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur'an dan
28
52
Hadits, (Yogyaka(a: Teras, 2008), h.32
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepefud
30
al-Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta
53
Press,
2005), cet ke-1, h. 89
Abuddin Nata, Pendidiknn dalam Persepehif
30
alQur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005),cetke-1,h.91
54
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jaka*a:
\
30
/
Raja Grafindo Persada, 20A3),
'cet.
kejl, tL
119
55
Abuddin Nata, Pendidikaru dolom persepekttf
30\
al-Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta press,
56
2005), cet ke-l, h. 123
Samsul Nizar, Filsofot Pendidifuin Isiai,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, h. 26
'31
JI
Departemen Agama RI,
Al-eur'an TaJwid
31
dan Terjemah, (Bandung: CV
58
59
penerbit
Diponegoro,2014), cet. ke 6, h.l 15
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002) , cet.ke-L,h.92
Miftah Faridl, .Konsep Ta'dib Menurut Syid
Muhammad Naquib al-Ana; Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan
DA
31
3t
Junrsan Pendidikan Agama Islam, 2013, h.
48
60
Samsul Nizaq Filsafot
f"idAikan ttt"*,
32
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-I, h. 94
61
62
Departemen Agama BlI, Al-Qur'an Tajwid
don Terjemah, @andung: CV penerbit
Diponegoro,2014), cet. ke 6, h. 115
Samsul Nizar, Filscfat Pendidikon klAi:
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-I, h. 99
BAB
32
32
III
Lexy J. Moelong, Metodologi peielitian
Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2004),
cet ke 18, h. 6
Sugiono Metode Penelition pendidikon,
(Bandung: Alfabeta,2008), h. 3
Nana Syaodih, Metode penelitian
Pendidikan, @andung: Remaja
Rosda
Halaman
Skripsi
\\(
N
Karya, 2009),h.52
4
Moh. Nizar, Metode Penellitian, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1999), cet. IV, h.63-64
BAB
Referensi
I
Tokoh-tikoh Pemboruan
Islam di Indonesia, (Jakarta:
RajagrafindoPersada, 2005), cet. 1-3 11.362
http ://i d. wikipedia. orglwititMunammaa_qurai sh
Halaman
Skripsi
NatA
Pendidikan
2
(/
Y
IV
Footnote KeAbuddin
36
Paraf
37\
40
_Shihab
a
J
5
M. Quraish Shihab, Membwnikan olgurtan
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupwt
Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 ZO07),
cet.121, h.172
M. Quraish Shihab, Membumikan at-gu.An
Fungsi dan Peran Wahyu dslsn Kehidupon
Masyaralcat, @andung: Mizan pustek4 2007),
cet.l2l, h.I72.
M. Qtrraish Shihab, Wowason al-eurWt,
42
6
(Bandung: Penertbit Mizan,1997), cet- 6, h- I I
Departemen Agama P.l, Al-eur'an@iidAi
42
4
Terjemah, @andung: CV penerbit Diponegoro,
2Al4), cet. ke 6, h. 412
7
Umar Sihab
Kontekstualitas
ateuti
42
42
{a
\
43
(Jakarta:Penamadani, 2005), cetj, h. 167
8
9
10
Umar Sihab Kontelatualitas
al-Quran
43
(Jakarta:Penamadani, 2005), cet3, h. 169
Departemen Agama P.I, Al-Qur'an Tajwid dan
Terjemah, @andung: CV penerbit Diponegoro,
2014), cet. ke 6, h.553
M
Al-eur'an T;iwid d"n
44
Departemen Agama RI,
Terjemah, @andturg: CV Penerbit Diponegoro,
2014), cel ke 6,h.523
1l
M. Quraish Shihab, Membumikan it-eirZnFungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupon
t\
\
44
lvlasyaraka:, (Bandung: Mizan Pustaka,
cet., ke-3,
12
t3
14
ZO07),
h.269
Hasil wawancara dengan Prof. Dr. H. M.
Quraish Shihab bertempat di Pusat Studi alQur'an padatanggal 14 April2015
Sihab, Kontelcstuolitas al-Quran (Jakarta:
PenamaCani, 2005), cet ke 3, h. i3
Ali AI Jumbulati, Perbandingan pendidikan islam,
Cipta 1994),cet. ke-I, h. t34
Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tckoh
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press Group,
45
45
45
(Jakarta: Rineka
15
2005) cet. ke-I, h.
46
13
t6
Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh
PenCidikan Islant, (Jakarta: Ciputat Press Group,
2005). cet. ke-1, h.367
46
t7
Bukhari, Shahih Bukhari, ((airo: Dar al-Hadits,
46
2010),
l8
l9
2A
2t
22
23
24
jilid 6, h.192
Abdul Majid Y:han Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), cet. 1,h. 13
M. Quraish Shihab, Membunikan alQur'an:
Fungsi dnn Peran Wahyu dalon KehiCupon
Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 2007),
cet., ke-3, h.272
Iv{. Quraish Shihab, Membumikan al-eur'an:
Fungsi dan Peran W'alryu dalam Kehidupan
Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 2007),
cet., ke-3, h.273
M. Quraish Shihab, ]vlembwnikan aleur'an:
Fungsi dan Peran TVahyu dalam Kehidupan
Masyaraknt, @andung: Mizan Pustak4 2007),
cet., ke-3, h. 175
Hasil wawancara dengan Prof, Dr. H. M. euraish
Shihab bertempat di Pusat Studi al-eur,an pada
tanggal 14 April2015
M. Quraish Shihab, Membumikan aLeurbn
Fungsi dan Peran Wahya dalarn Kehidupan
Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 2007),
cet., ke-3, h.177
M. Quraish Shihab, Membumikan at-gurdrx
\ngsi dan Peran Wahyu dalarn Kehidupan
/
48
N
48
\\V
/\
48
\
49
49
49
I
J
Masyarakat, (Bandung: Mizan t ustakqJ0iry),
cet., ke-3, h. 309
25
26
27
28
M.
Quraish Shihab, Memburnikan ol-eur,an:
Fungsi don Peran {itahyu dolaru Kehidupan
Masyaralail, (Bandung: Mizan Pustaka, ZCOT),
cet., ke-3, h. 121
M. Quraish Shihab, Membwnikan al-eur'an:
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka- 2007),
cet., ke-3, h.175
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi
untuk Aksi, @andung: Mizan, l99l), h.327328
Kuntorvijoyo, Paradigma Islam Interpretasi
untuk Aksi, @andung: Mizan,l99l), h.327-
5l
t
\
5)
52
52
328
29
M. Quraish Shihab, Membumikatt ol-Qur'an:
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyaroknt, @andung: Mizan Pustaka,
/)
53
Iu
2007), cet., ke-3, h. 310
30
Departemel Pendidikan dan Kebudayaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
54
Balai Pustaka,1995), Edisi ke-2, cet ke-4, h.
129
3t
Armai Arief, Pengantar llmu
Metodologi Pendidikon Islam,
32
33
'34
35
dan
(Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 110
Departemen Agama Rl, Al-Qur'an Tajwid
dan Terjemah, @andung: CV Penerbit
Diponegoro,2014), cet. ke 6,h. 420
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islqm,
terj. Salaman Harun, @andung: al-Ma,arif,
1984), h. 135
Hasan langgulung, Beberapa pemikiran
tentang Pendidikan Islom, @andung: alMa'arif, 1980). H. 183
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (lakarta:
54
\
\
\
55
55
I
56
5H
/
Balai Pustaka,1995),, Edisi ke-2, cet ke-4, h
1025
36
Armai Arief, Pengantar llmu
Metodologi Pendidikan Islam,
Ciputat Pers,2002), cet. 1,h. 117
37
don
Armai Arief, Pengantar llmu
Metodologi Pendidiknn Islam,
56
(Jakarta:
dan
(Jakarta:
56
Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. i 16
38
Armai Arief Pengantor llrnu
dan
s6
Metodologt Pendidikon Islam, (Jakarta:
39
40
4t
Ciputat Pers,2002), cet. 1, h.ll7
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Tojwid
dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro,2004), cet ke-6, h.549
Departemen Agarna P.I, Al-Qur'an Tajwid
dan Te$emalt, @andung: CV Penerbit
Diponegoro,2004), cet ke-6, h- 420
Armai Arief, Pengantar llmu dan
Metodologi Pendidiknn Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers,2002), cet. l, h. 119
56
4A
4l
'\f
Download