Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Oleh : Nur Fatimah NIM 1110011000136 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI skripsi berjudul Konsep Pendidikan dalam Al-eur,an Menurut H. M. euraish Shihab disusun oleh Nur Fatimah, NIM. 1110011000136, Jurirsan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif }iidal'atullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas. Jakarta,25 Maret 2015 Yang mengesahkan, Pembimbing NrP. 19640704 199303 I 003 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berju ul Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur'an Menurut H. M. Quraish Shihab disusun oleh Nur Fatimah, Nomor Induk Mahasiswa 1110011000136, iurusan Pendidikan Agama lsiam, diajukan kepa<ia Fakultas iimu Tarbiyah dan Keguruan, UtN Syarif Hidayatultah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tangeal l0 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu. penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Jakarta 15 April2015 Panitia Uj ian Munaqasah Tanggal Ketua Panitia (Ketua JurusanProgram Stucii) Dr. H. Abdui Majid Khon. M.As NiP. 19580707 i98703 i 005 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) t6/ u%(f-r_r--- te Marhamah Saleh. Lc. MA. NiP i97203i3 20080i 2 0i0 Penguii I /t -zotf (6/PEt{Dr. H. Munzier Suparta. MA NiP. 19s407A7 i98402 i 00i Penguii II Dr. Jejen Musfah. MA NIP. i9770502 20050i i Dekan Faku Tanda Tangan /v Li, -=) I tt,/q%td {-f-{- iyah dan Keguruan, .'; SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nur Fatimah Nama NIM 11 Jurusan Pendidikan Agama Islam Alamat Lingk. Cipayung Rt. 003/001 Kel. Abadijaya Kec. Sukma iaya Kota Depok Propinsi- jawa Barat 1001 1000r36 Indonesia MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur'an Menurut H. M. Quraish Shihab a<iaiah benar hasii karya senciiri <ii bawah bimbingan ciosen: Nama Pembirnbing : Dr. Dimyati. M.Ag NIP : 19640704 199303 Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam I 003 ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya Demikian surat pemyataan senciiri. Jakarta, 25 Maret2Al5 Yang Menyatakan Nur Fatimah ABSTRAK Nur Fatimah, NIM 1110011000136, “Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an menurut H. M. Quraish Shihab”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hudayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an menurut H. M. Quraish Shihab. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis, yaitu pemecahan masalah-masalah yang ada dengan usaha menganalisis dan menjelaskan dengan teliti kenyatan-kenyataan faktual dari subjek yang diteliti sehingga diperoleh gambaran yang utuh berdasarkan fakta. Dalam skripsi ini akan mengupas ide atau gagasan pendidikan dalam al-Qur’an menurut H. M. Quraish Shihab yang mencakup konsep pendidikan tarbiyah yang menitikberatkan pada pelaksanaan nilai-nilai Ilahiyat yang bersumber dari Allah Swt. Dalam konsep pendidikan ini, terdapat pesan-pesan dakwah yang telah disampaikan secara khusus, yakni meliputi tujuan pendidikan yakni membina manusia agar menyadari bahwa dirinya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah. Dengan menggunakan metode dialog dapat mengantarkan siswa agar berkomunikasi langsung dengan pendidik dan dapat mengantarkan peserta didik agar dapat berani menyampaikan pendapatnya. Selain itu ada juga sifat pendidikan Islam yang bersifat Rabbani. Dalam skripsi ini juga H. M. Quraish Shihab menjelaskan makna dari materi pembelajaran dalam al-Qur’an yakni menuntut pendidik agar menyampaikan materi pendidikannya dapat disajikan dengan meyakini kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi yang rasional dan dalam metode penyampaian materi ada beberapa metode, diantaranya dalam metode kisah mengarahkan peserta didik agar mencari pengalaman dan mampu mengambil hikmah dari kisah tersebut, melalui metode keteladanan mengarahkan siswa dapat merubah prilakunya dan mencoba segala tindakan yang dijadikan teladan baginya, dalam metode nasihat menjadikan siswa dalam setiap tindakannya menjadi lebih baik dan dalam metode pembiasaan mengarahkan siswa untuk senantiasa membiasakan diri untuk berprilaku baik. i ABSTRACT Nur Fatimah, NIM 1110011000136, "Concept of Education in the Qu’ran, according by H. M. Quraish Shihab", Thesis, Department of Islamic Education, Faculty of Science and Teaching tarbiyyah, State Islamic University Syarif Hudayatullah Jakarta. This study aims to determine the education concept in the Qur'an according by H. M. Quraish Shihab. The research methods used by the author in the preparation of the thesis is qualitative research with descriptive method of analysis, namely solving the problems that exist with the attempt to analyze and explain carefully weaknessfactual reality of the subject under study in order to obtain a complete picture based on facts. In this paper will discuss the idea or notion of education in the Qur'an according by H. M. Quraish Shihab. Tarbiyah education that includes the concept that focuses on the implementation of value-divine values sourced from Allah. In this educational concept, there are messages that have been conveyed propaganda specifically, the objectives include fostering the education of man in order to realize that he is a servant of God and as caliph. By using the method of dialogue can deliver students to communicate directly with educators and can lead learners to be able to dare to express an opinion. In addition there is also the nature of Islamic education that is Rabbani. In this thesis also H. M. Quraish Shihab explains the meaning of learning material in the Koran, which requires educators to deliver educational material can be presented as to believe the truth through rational arguments and in delivery methods there are several methods, including the method of directing story learners to gain experience, and was able to take lessons from the story, through exemplary method directs students can change his behavior and try all measures as a model for him, in the method of the advice makes students in every action becomes better and in methods of habituation lead students to always familiarize themselves to behave well. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas segala ni’mat yang tiada hentinya engkau anugrahkan kepada penulis. Dan berkat kasih serta sayang-Nya, penulis dapaat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabatnya, dan syafa’at dari beliaulah yang diharapkan umatnya di akhir zaman. Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab”, merupakan tugas akhir selama mengikuti masa perkuliahan di Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam. Atas selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari upaya berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi atau bantuan dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi ini, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. H. Abd. Majid Khon, M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Hj. Marhamah Shaleh, Lc. MA, selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif HIdayatullah Jakarta. 3. Zaimudin, M. Ag., sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan ilmunya dan senantiasa memberi motivasi penulis dari awal perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. ii 4. Dr. Dimyati, M. Ag, selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar membimbing, memberi arahan, masukan-masukan dan selalu memotivasi penulis dalam penyususnan skripsi ini. 5. Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, MA, telah meluangkan waktunya untuk bersedia di wawancara oleh penulis sebagai penguat dari penyusunan skripsi ini. 6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan bahan-bahan referensi untuk menyelesaikan skripsi ini dan tempat yang selalu tersedia. 7. Teruntuk keluarga tersayang yakni ayahanda H. Ni’ih dan ibunda Hj. Asmanah yang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan kesabaran yang tiada batas kepada penulis. Tidak lupa untuk kakak-kakak yakni Nur hasan, Siti Maesaroh, Siti Zainabun, Nur ’Aini, tak lupa juga semua kakak ipar (teh nesri, ka bari, ka rakhmat, ka adha) dan keponakan-keponakan penulis yang selalu memberikan keceriaan, motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 8. Segenap keluarga besar Pondok Pesantren Tanwiriyyah Cianjur, Ibu Ijih & Pak Ustadz Haji (Alm), Bapak Deden & Ibu Eti, Apa & Ibu Yayah, Teh Eulis & Kang Cep, Engkang sekeluarga, Pak Nanan & Ibu Iis, Kang San-san sekeluarga, Kang Nur-nur sekeluarga, kang Rid-rid & Teh Yani, Kang Hal-hal & Teh Yiyi, Kang Densu & Teh Ida, dan seluruh keluarga besar YMT, imeh ucapkan jazakumullah khairan katsiran (semoga ilmu yang sudah diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal yang barakah... Amin). 9. Teman-teman penulis yang selalu bersama dari awal perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini yakni Nur Annisa, Bahiyyah Shalihah, Amalia, Drifal, Eka Efrianti, Reni Ilmayanti dan Hayatun Nufus terima kasih atas motivasi dan semangatnya kepada penulis disaat penyusunan skripsi. 10. Teman-teman perjuangan penulis saat di Yayasan Madrasah Tanwiriyyah yakni Siti Fauziyyah, Nunun Uswatun Hasanah, Ai Siti Hasanah, Lidiawati, Zakaria Ansori. iii 11. Teruntuk Gandi Gusrian Gemilang yang selalu memotivasi penulis yang tiada hentinya dan memberikan kasih sayang dan selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman angkatan Akademik 2010 dari terutama untuk sahabat-sahabat Dhe_Com. 13. Penghuni Rumah Tua and el-Bieya (Bahiyyah, eka, yayah dan anis). 14. Rekan-rekan kostan Putri An-Nur yakni amel, reni, teh iif, ferina, rahmah, filza. 15. Serta semua pihak yang pernah membantu dan mensupport penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini. Jakarta, 26 Maret 2015 Penulis iv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN PENULIS ABSTRAK ..................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 9 C. Pembatasan Masalah ................................................................... 9 D. Perumusan Masalah .................................................................... 9 E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9 F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pendidikan .................................................................................. 11 1. Pengertian Pendidikan ............................................................ 11 2. Pengertian Pendidikan Islam ................................................. 14 3. Tujuan Pendidikan Islam ....................................................... 16 4. Unsur-Unsur Pendidikan......................................................... 18 5. Metode Pendidikan Islam ...................................................... 21 B. Sejarah Al-Qur’an ...................................................................... 23 1. Pengertian al-Qur’an .............................................................. 23 2. Sebab diturunkannya al-Qur’an .............................................25 3. Fungsi dan Kedudukan al-Qur’an .......................................... 26 v 4. Pendidikan dalam al-Qur’an .................................................. 30 C. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian ......................................................................... 34 B. Metode Penulisan ........................................................................ 34 C. Fokus Penelitian .......................................................................... 34 D. ProsedurPenelitian ...................................................................... 35 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ............................................................................ 37 B. Konsep Pendidikan Islam dalam al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab ........................................................................... 40 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 58 B. Saran-saran ................................................................................. 59 DARTAR PUSTAKA ................................................................................... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, seorang anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuannya untuk berfikir.1 Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting pada zaman sekarang ini. Karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan modern sulit untuk diwujudkan. Dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk generasi yang akan datang. Dengan pendidikan, manusia diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab dan mampu mengatasi perubahan-perubahan dimasa yang akan datang. Pada hakikatnya pendidikan adalah menyiapkan dan mendampingi seseorang agar dapat memperoleh kemajuan dan dapat menjalani kesempurnaan. Sebagaimana telah diketahui, bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang pada pelaksanaanya berdasarkan pada ajaran Islam. Karena ajaran Islam berdasar pada al-Qur’an dan al-Sunah, pendapat ulama serta warisan sejarah, maka pendidikan Islam pun berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunah, pendapat ulama serta warisan sejarah tersebut.2 Peninggalan umat Islam yang paling penting adalah al-Qur’an yang berfungsi sebagai pembeda. Fungsi al-Qur’an tersebut menegaskan bahwa al-Qur’an itu berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sebagaimana yang berkaitan 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. ke-9, h. 1 2 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif al-Qur‟an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. ke-1, h. 15 1 2 dengan firman Allah dalam ayat al-Qur’an dalam Qs. Al-Isra ayat 81 yaitu sebagai berikut: “Dan katakanlah: "Kebenaran telah datang dan yang bathil telah lenyap.” Sungguh yang 3 bathil pasti lenyap.” Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut. Karena, Petunjuk pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam kesatuan pragmen tetapi ia diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-Qur’an, sehingga untuk menjelaskannya perlu melalui tema-tema pembahasan yang relevan dan ayat-ayat yang memberikan informasi-informasi pendidikan yang dimaksud. Suatu kecendrungan positif yang tampak di kalangan masyarakat Indonesia dewasa ini adalah pengkajian ayat-ayat al-Qur’an untuk menemukan kedalaman maknanya. Pengkajian itu tidak terbatas pada masalah keagamaan saja, akan tetapi juga masalah sosial, budaya, politik, ekonomi maupun pedidikan. Oleh karena itu, melalui media massa terlihat beberapa tema persoalan yang dipecahkan dengan pendekatan al-Qur’an. Hali ini membuktikan adanya kesadaran umat Islam untuk menemukan metode baru dalam pengkajian masalah keagamaan. Dengan kesadaran ini, al-Qur’an harus dipandang sebagai panutan dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya dalam pelajaran dogmatis, tetapi juga termasuk ilmu pengetahuan. Salah satu cabang ilmu pengetahuan itu yaitu ilmu pendidikan. Meskipun al-Qur’an tidak menjelaskan secara terinci tetang 3 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 290 3 bagaimana esensi pendidikan, namun ada berbagai patokan dasar yang telah digariskannya.4 Al-Qur’an merupakan petunjuk dan menempati posisi yang paling penting dalam pendidikan Islam. Sumber-sumber pokok ajaran Islam yang berupa alQur’an dan Hadits, banyak mendorong pemeluknya dalam menciptakan pola kemajuan hidup yang dapat mensejahterakan pribadi dalam lingkungan masyarakat. Para pakar pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai berikut: Pertama, aspek eksternal manusia yang akan dididik yaitu upaya penyampaian ide atau konsep kepada orang lain atau masyarakat agar orang lain atau masyarakat itu berubah menjadi tahu. Kedua, aspek internal manusia yang akan dididik. Selain dari mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi, untuk memelihara identitas, masyarakat juga bertugas mengembangkan potensi untuk dirinya sendiri dan masyarakatnya. Dapatlah dipahami bahwa pada hakikatnya pendidikan adalah suatu upaya tranformasi nilai dan pengembangan potensi manusia. Sedangkan kedua potensi tersebut, baik berlangsug secara formal maupun informal diharapkan dapat melahirkan perbahan-perubahan dalam masyarakat.5 Dasar pemikiran yang menggambarkan harapan atau tujuan setiap bentuk pendidikan dan bentuk telaah dan mengenai esensi pendidikan, sejalan dengan tujuan al-Qur’an yakni mengadakan perubahan-perubahan positif dalam masyarakat. Hal ini dapat digambarkan dalam firman Allah Swt Qs. Ibrahim ayat 1, yaitu sebagai berikut: 4 Umar Sihab Kontekstualitas al-Quran (Jakarta:Penamadani, 2005), cet. 3, h. 151, 5 Ibid, h. 154 4 “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” Dari penjelasan ayat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwasannya telah menjadi kewajiban bagi seorang pendidik untuk mencerdaskan dan membimbing peserta didik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Dalam proses transformasi ilmu pengetahuan ada yang menyampaikan materi ada juga yang menerima materi. Hal ini mengandung makna komunikasi. Karna dalam proses pembelajaran tanpa diadakannya komunikasi antara pendidik dan peserta didik kegiatan belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik. Komunikasi disini sangat dibutuhkan untuk suksesnya keberlangsungan kegiatan belajar mengajar sehingga mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai, dan untuk pencapaian tujuan pendidikan itu pendidik juga harus berpacu pada alQur’an dan Hadis. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan merupakan proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan al-Qur’an tentang ilmu pendidikan. Hal tersebut yaitu: tujuan pendidikan, metode penyampaian pendidikan dan masa yang dibutuhkan guna kelangsungan pendidikan. Tujuannya adalah adalah agar terkuak hakikat setiap usaha dan pelaksanaan pembelajaran dalam hidup manusia.6 6 Ibid, h. 154 5 Para peneliti telah membuktikan bahwasannya al-Qur’an telah menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Pendidikan akan mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah Swt.7 Akan tetapi ilmu yang dapat mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi itu tidak akan dapat diperoleh jika manusia itu sendiri tidak mencarinya. Disini dapat dijelaskan bahwa suatu ilmu dapat diperoleh dari pendidikan, dan disini menjadi tugas para pendidik untuk dapat mengantarkan peserta didiknya menuju derajat tertinggi tersebut. Pada zaman sekarang ini, orang-orang menganggap bahwa al-Qur’an sebagai kitab yang hanya menjadi bahan bacaan saja, tidak memahami isi yang terdapat didalam al-Qur’an. Dengan pemahaman seperti ini orang-orang tidak paham akan pentingnya pendidikan. Padahal di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berpendidikan melalui pendalaman ilmu pengetahuan. Dalam hal menyampaikan materi pendidikan, kebanyakan para pendidik tidak merujuk pada al-Qur’an, padahal sudah sangat jelas bahwa al-Qur’an merupakan sumber pokok dalam segala ilmu pengetahuan, baik itu ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Oleh sebab itu, penyampaian materi yang sampaikan oleh pendidik harus merujuk pada tujuan pendidikan agar materi yang telah disampaikan akan dapat diterima oleh peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam beberapa ayat al-Qur’an, terdapat isyarat dan patokan dasar tujuan pendidikan, yaitu dalam surat al-Isra’ ayat 9 7 Anshori , Transformasi Pendidikan Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet ke-1, h. 3 6 “Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa 8 bagi mereka ada pahala yang besar.” Penegasan ayat diatas menunjukkan bahwa al-Qur’an mengenalkan dirinya sebagai petunjuk kepada jalan yang lebih lurus. Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberikan kesejahteraan dan kebahagian bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok.9 Penegasan yang telah di jelaskan oleh Umar Shihab dalam bukunya Kontekstualitas al-Qur’an sudah sangat jelas, bahwasannya al-Qur’an merupakan petunujuk untuk menuju jalan yang lebih baik lagi. Selain itu juga, al-Qur’an merupakan sumber pokok ajaran Islam yang didalamnya menjelaskan banyak sekali materi-materi yang dapat diterapkan oleh para pendidik dalam pencapaian proses pendidikan, akan tetapi sedikit sekali para pendidik yang merujuk pada alQur’an dalam pembentukan materi yang akan diajarkan. Al-Qur’an merupakan buku petunjuk (kitab hidayah) khususnya bagi umat Islam serta umat manusia pada umumnya. al-Qur’an menjadi kurikulum kehidupan bagi manusia di dalam kehidupan. Satu hal yang juga disepakati oleh seluruh umat Islam ialah al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam.10 AlQur’an dalam mengerahkan pendidikannya kepada makhluk manusia menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur peciptaannya, yaitu 8 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 383 9 Umar Sihab, Kontekstualitas al-Quran (Jakarta: Penamadani, 2005), cet. Ke-3, h. 154, 10 Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur‟an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2008), cet. 1, h. 21, 7 jasmani, akal dan jiwa. Oleh karena itu, materi-materi pendidikan yang disajikan al-Qur’an hampir selalu mengarah kepada jiwa, akal dan raga manusia. Dalam penyajian materi pendidikan, al-Qur’an membuktikan kebenaran materi tersebut melalui argumentasi logika. Argumentasi-argmentasi yang dikemukakannya serta arahan yang dapat membuktikan sendiri oleh manusia (anak didik) melalui penalaran akalnya, telah lebih dahulu dianjurkn teori tersebut.11 Artinya, al-Qur’an dapat membuktikan kebenaran-kebenaran yang telah ada dengan membuktikan kejadian-kejadian yang telah lalu. Penurunan al-Qur’an yang dimulai dengan ayat-ayat yang mengandung konsep pendidikan dapat menunjukkan bahwa tujuan al-Qur’an yang terpenting adalah mendidik manusia melalui metode yang bernalar dengan kegiatan meneliti, membaca, mempelajari dan obsevasi ilmiah terhadap manusia. Jika dilihat dari metode-metode pendidikan saat ini, metode yang disampaikan oleh pendidik itu sangat bertolak belakang dengan metode yang diungkap oleh H. M. Quraish Shihab. Metode yang digunakan pada sekarang ini seperti metode discovery, metode simulasi, metode inquiry, metode hafalan dan metode yang lainnya hanya menitik beratkan pada siswa saja, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator sehingga pembentukan moral pada siswa terabaikan. Padahal dalam hal proses pendidikan harus diadakannya komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu, hendaknya sebagai pendidik dapat mempelajari dan mempraktekkan pendidikan Islam yang terdapat dalam alQur’an agar tujuan pendidikan tercapai secara optimal.. Telah dijelaskan bahwa al-Qur’an menuntut anak didiknya untuk menemukan kebenaran melalui usaha anak didik itu sendiri dengan memanfaatkan daya nalarnya dan menuntut agar materi yang disajikan dihayati kebenarannya melalui argumentasi logika. Akan tetapi, dewasa ini kurangnya pemahaman pendidik dalam menyampaikan konsep pendidikan tersebut mengakibatkan peserta didik 11 Op.Cit, h. 158, 8 tidak mengerti atau tidak paham dengan apa yang telah dijelaskan olehnya (pendidik), karena kurangnya argunentasi atau bukti-bukti nyata yang dapat memperkuat pemahan yang dapat diterima oleh daya nalarnya. Sebaiknya sebagai pendidik dapat menyampaikan materi pendidikannya merujuk pada tujuan pendidikan tersebut, agar dapat mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan apa yang telah diharapkan melalui berbagai macam aspeknya. Sifat kependidikan al-Qur’an adalah bersifat Rabbaniy berdasarkan ayat yang pertama-tama turun yakni dalam Qs. Al-‘Alaq ayat 1-5, yaitu sebagai berikut: “Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptkan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajarkan dengan Qalam, yang mengajarkan kepada manusia pa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-„Alaq: 1-5.)12 Maka dari itu, dalam kaitan pentingnya pendidikan dalam al-Qur’an yang berfungsi untuk membangun pemahaman para pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran mereka (para pendidik) terhadap peserta didik dengan berpacu pada al-Qur’an, sehingga dalam penyusunan skripsi ini penulis ingin mengkaji mengenai: “KONSEP PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN MENURUT H. M. QURAISH SHIHAB.” 12 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 587 9 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang akan dimunculkan, diantaranya: 1. Kebanyakan orang beranggapan bahwasannya al-Qur’an itu hanya menjadi bahan bacaan saja. Padahal sudah dijelaskan di dalam al-Qur’an bahwasannya manusia itu harus berpendidikan dengan memperdalam ilmu pengetahuan. 2. Kurangnya perhatian pendidik dalam hal menyampaikan metode pendidikan yang hanya menitikberatkan kepada peserta didik saja, sehingga pembentukan moral pada peserta didik terabaikan. 3. Kurangnya kesadaran diri manusia akan hal pentingnya memahami ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan, yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. C. Pembatasan Masalah Dari ruang lingkup permasalahan yang di atas dalam skripsi ini sangat luas, maka penulis membatasinya agar peneliti dan pembahasan dalam skripsi ini bersifat lebih mendalam dan nilai ilmiahnya dapat dipertahankan. Maka penulis membatasi masalah pada penelitian ini dengan “Materi dan Metode Pendidikan dalam al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab”. D. Perumusan Masalah Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi masalahnya pada: “Bagaimana konsep pendidikan dalam al-Qur’an menurut H. M. Quraish Shihab?”. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang konsep pendidikan yang terkandung di dalam al-Qur’an, agar para 10 pendidik dapat menerapkan dan menyampaikan materi pendidikan dan metode pendidikan menurut pandangan yang terdapat dalam al-Qur’an. 2. Kegunaan penelitian Adapun kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Kegunaan secara teoritis yaitu: dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan kritis sekitar konsep yang dirumuskan oleh H. M. Quraish Shihab. b. Kegunaan secara praktis yaitu: dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada semua para pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran, metode dan cara penyampaiannya tidak terlepas dari apa yang telah di jelaskan di dalam al-Qur’an. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian karya ilmiah ini, diharapkan dapat berguna untuk: 1. Menjadi sumbangan pemikiran yang bisa memperluas khazanah dalam dunia pendidikan serta memperkaya khazanah referensi bilamana ada penelitian yang sama, terutama yang berkaitan dengan pendidikan Islam saat ini. 2. Menumbuhkan pemikiran progresif tentang upaya pengembangan pendidikan nasional, dengan pemahaman dan pengkajian yang berpijak pada pemikiran tokoh pendidikan kontemporer. 3. Menjadi media informasi tentang bagaimana al-Qur’an memandang tentang pendidikan. 4. Memberikan sumbangsih karya ilmiah yang bermanfaat untuk dipersembahkan pada lingkungan masyarakat pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri. 5. Menjadi pesan positif bagi seluruh pendidik dan peserta didik dalam melakukan kegiatan pendidikan. BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Kata “pendidikan” merupakan kata benda dan kata dasarnya adalah “didik”, kemudian mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan. Menurut Abuddin Nata, "Tarbiyah atau pendidikan secara harfiah atau ahli kebahasaan mengandung arti mengembangkan, menumbuhkan, memelihara dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Kata ini digunakan oleh Tuhan terhadap seluruh ciptaan-Nya".1 Sebagaimana firman Allah Swt: )٢ ( “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”.2 Menurutnya, ayat tersebut mengandung arti “Segala puji bagi Allah yang memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan sekalian alam”, jadi lafadz ربtersebut berarti memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan. Selain itu, terdapat pula lafadz ربyang digunakan oleh orang tua terhadap anak-anaknya, sebagaimana firman Allah Swt: 1 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h, 19 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 1 11 12 )22 “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, 3 sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Dan menurutnya, lafadz ربيانيpada ayat tersebut mengandung arti mendidik. Sedangkan secara lebih luas berdasarkan kutipan yang beliau ambil dari Mu’jam al-Lughah, “tarbiyah bermakna pendidikan (education), pengembangan (upbringing), pengajaran (teaching), perintah (instruction), pembinaan kepribadian (paedagogy), member makan )breading(, dan pertumbuhan )raising(”.4 Ki Hajar Dewantoro mendefinisikan pendidikan sebagai barikut: “daja upaja untuk mewudjudkan bertumbuhnja budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect) dan tumbuh anak, dalam taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian itu, agar supaya kita dapat memadjukan kesempurnaan hidup, jakni kehidupan dan penghidupan anak-anak jang kita didik selaras dengan dunianja”.5 Dalam perkembangannya, menurut Rama Yulis “istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.”6 Dalam kamus Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai suatu proses pengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan 3 Ibid, h. 284 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.19 5 Ki Hajar Dewantoro, Karya Bagian Pertama; Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977), h. 14-16 6 Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h.13 4 13 latihan, proses perbuatan serta cara mendidik.7 Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa atau pendidik untuk membantu membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak kearah dewasa.8 Dan dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal I, menyebutkan bahwa, “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya ntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.9 Berdasarkan definisi pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan adalah suatu proses perkembangan sikap, potensi, karakter, maupun psikologi seorang atau sekelompok orang dengan adanya interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber pendidikan melalui upaya pengajaran maupun pelatihan. Pendidikan merupakan hal yang teramat penting bagi kehidupan. Karena dengan pendidikan, berbagai permasalahan akan terselesaikan. Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu, perlu dirumuskan pandangan hidup Islam yang mengarahkan tujuan dan sasaran pendidikan Islam.10 Sebagai landasan pandangan seorang Muslim disebutkan dalam ayat al-Qur‟an surat Ali-„Imran ayat 11, yaitu sebagai berikut: 7 Depdikbud, Kamus Besar Bahsaa Indonesia, (Jakarta, PT: Balai Pustaka, 1990) Cet 1 h. 204 8 M. Alisuf Sabri, Pikologi Pendidikan, (Jakarta, PT: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet. h. 10 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara Bandung, 2010), h.2 10 Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), cet. ke-1, h. 12 9 14 “Sesungguhnya Islam itu adalah agaa yang benar di sisi Allah.” 11 Oleh karena itu, bila manusia yang berpredikat Muslim harus mentaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya dan mampu mengamalkan ajaran yang didorong oleh iman sesuai dengan Aqidah Islamiyyah. Jadi, pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.12 2. Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan Islam secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pembimbingan, pembelajaran atau pelatihan terhadap manusia, agar nantinya menjadi orang Islam yang berkehidupan serta mampu melaksakan peranan dan tugas-tugas hidup sebagai muslim. Dengan singkat, pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai proses pembimbingan, pembelajaran atau pelatihan agar menusia menjadi seorang muslim.13 Sedangkan menurut Yusuf Qordhawi sebagaimana yang dikutip oleh Armai Arief, pendidikan Islam adalah pendidikan manusia yang seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.14 Beberapa ilmuan muslim mencoba merumuskan dan menawarkan teorinya tentang definisi pendidikan Islam. Ada beberapa sumbangsih pemikirannya berkenaan dengan pengertian pendidikan Islam, antara lain: a. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian 11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 52 12 Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam II (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 12 13 Tim Dosen IAIN Sunan Ampel, Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1996), cet. ke-1, h. 6 14 Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), cet. ke-1, h. 18 15 yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan, berbuat serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. b. Menurut Abdur Rahman Nahlawi, Pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan, baik dalam kehidupan individu maupun kolektif. c. Menurut Drs. Burlian Shomad, pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan sisi pendidikannya, untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah. Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut pendidikan Islam apabila memiliki ciri khas, yaitu: 1) Tujuan untuk membentuk individu yang bercorak diri tertinggi menurut ukuran al-Qur‟an. 2) Isi pendidikannya adalah ajaran Allah Swt yang tercantum dengan lengkap dalam al-Qur‟an dan pelaksanaannya dalam praktek kehidupan sehari-hari. d. Menurut Syah Muhammad A. Naquib al-Atas, pendidikan Islam adalah usaha yang dilakukan pendidikan terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.15 Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam merupakan usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala potensi yang di anugrahkan oleh Allah Swt kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah Swt di muka bumi ini dan sebagai pengabdian kepada Allah Swt. 15 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), cet. ke-2, h. 16 16 3. Tujuan Pendidikan Islam Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran maupun dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia yang sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.16 Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefinisikan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hal tersebut disebabkan pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu-satunya untuk membentuk manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena itu menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan manusia. 16 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 18 17 Menetapkan al-Qur‟an dan hadis sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata, namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah dan pengalaman kemanusiaan. Dalam Pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Qur‟an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya dan meyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah Saw bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.17 Kalau kita melihat kembali pengertian pendidikan Islam, akan terlihat jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah Swt. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah Swt dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti. Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Tetapi dengan kerja keras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah hal yang mustahil.18 Tujuan pokok yang utama dari pendidikan Islam adalah mengantarkan peserta didik agar mampu menjawab tantangan zaman yang timbul dalam kehidupan sosial sebagai konsekuensi logis dari perubahan peradabannya. 17 18 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, H. 35 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 25 18 Pendidikan dan demokritasi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena pendidikan berperan sangat strategis dan krusial dalam mendukung pembentukan masyarakat demokratis berkeadaban. Peran pendidikan ialah mempersiapkan anak bangsa baik secara individual maupun secara sosial, agar memiliki kemampuan, keterampilan, etos kerja dan motivasi untuk beradaptasi aktif dalam aktualisasi institusionalisasi masyarakat madani.19 4. Unsur-unsur pendidikan a. Pendidik Pendidik merupakan orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik.20 Seorang pendidik harus memperlihatkan bahwa ia mampu mandiri, tidak tergantung kepada orang lain, mampu membentuk dirinya sendiri. Selain itu, pendidik juga bukan hanya dituntut untuk bertanggung jawab terhadap anak didiknya saja, namun harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.21 Artinya pendidik harus bisa menentukan keinginannya sendiri dalam memilih hal-hal yang diinginkannya yang menurutnya baik. Sebab apa yang ia pilih akan menjadi teladan bagi masyarakat, terutama bagi peserta didiknya. Tanggung jawab seorang pendidik cukup berat, maka predikat pendidik hanya dapat dipegang oleh orang dewasa. Untuk menjadi pendidik, diperlukan berbagai kesiapan, diantaranya pendidikan calon pendidik di sekolah, pendidikan pemimpin dan lain-lain.22 Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu sebagai berikut: 1) Kematangan diri yang stabil. 2) Kematangan sosial yang stabil. 3) Kematangan professional (kemampuan dalam mendidik).23 19 Arif Cholis, Pendidikan Islam Menurut Hasyim Muzadi, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2013, h. 15 20 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1987), h. 19 21 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), h. 18 22 Ibid, h. 19 23 Ibid, h. 19 19 b. Peserta Didik Dalam pengertian umum, anak didik (peserta didik) adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit, anak didik (peserta didik) ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.24 Dalam proses pendidikan, kedudukan anak didik sangat penting. Proses pendidikan tersebut akan berlangsung di dalam situasi pendidikan yang dialaminya, karena anak didik merupakan komponen yang hakiki. Seseorang yang masih belum dewasa pada dasarnya mengandung banyak sekali kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Antara pendidik dan peserta didik sama-sama merupakan subjek pendidikan.25 c. Alat Pendidikan Alat pendidikan merupakan faktor penting dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Tanpa alat pendidikan (sarana dan prasarana pendidikan) kegiatan pendidikan tidak dapat berlangsung. Alat pendidikan juga berfungsi untuk memperjelas pemahaman dan penguasaan siswa dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh pendidik.26 Menurut Hasbullah, alat pendidikan adalah suatu tujuan pendidikan yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan yang ditentukan.27 Pendidikan sebagai suatu sistem terdiri atas berbagai komponen yang masing-masing saling berkaitan dan berhubungan untuk mencapai keberhasilan pendidikan sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Dengan demikian, setiap komponen memiliki sifat 24 Ibid, h. 23 Ibid, h. 24 26 Supiana, Sistem Pendidikan Madrasah Unggulan, (Bandung: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2008), cet. ke-1, h. 317 27 Op.Cit, h. 26 25 20 saling tergantung sesamanya. Keselarasan antara komponen ini akan menopang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.28 Dalam pendidikan Islam, alat pendidikan yang paling diutamakan adalah teladan. Karena sifat teladan merupakan alat pendidikan yang paling penting dalam pendidikan Islam. Oleh karena itu, pendidik (guru maupun orang tua) diwajibkan untuk menempatkan dirinya sebagai sosok teladan bagi putra-putri dan peserta didik mereka.29 d. Tujuan pendidikan Setiap apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, pendidikan akan selalu berpacu pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai yang telah ditetapkan. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang dilakukan tanpa adanya tujuan, tidak akan berarti apa-apa. Tentang tujuan ini, di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.30 Secara singkat, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2) Berbudi pekerti luhur. 3) Memiliki pengetahuan dan keterampilan. 4) Sehat jasmani dan rohani. 5) Kepribadian yang mantap dan mandiri. 28 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. ke-3, h. 110 Ibid, h. 111 30 UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1 ayat 1). Lihat Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjend. Binbaga Islam, 1991/1992), h. 3 29 21 6) Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.31 5. Metode Pendidikan Islam Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, “metodos” berarti cara atau jalan dan “logos” yang berarti ilmu Metodologi berarti ilmu tentang jalan atau cara. Secara istilah, metodologi adalah ilmu tentang cara atau sampai kepada tujuan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam merupakan jalan yang dapat ditempuh untuk memudahkan pendidik dalam membentuk pribadi muslim yang berkepribadian Islam dan sesuai dengan ketentuanketentuan yang digariskan oleh al-Qur‟an dan hadis.32 Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu, ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi yaitu metodologi pendidikan, yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.33 Demikian pula dengan ilmu pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan Islam yang tugas dan fungsinya adalah memberikan jalan atau cara yang sebaik mungkin sebagai pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan Islam tersebut. Pelaksanaannya berada dalam ruang lingkup proses kependidikan yang berada di dalam suatu sistem dan struktur kelembagaan yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.34 Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan. Dibawah ini merupakan macam-macam metode pendidikan Islam, yaitu sebagai berikut: 31 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), h. 1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 87-88 33 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet. 2 h. 99 34 Ibid, h. 99 32 22 a. Metode Mutual Education Yaitu suatu metode mendidik secara berkelompok yang pernah dicontohkan oleh Nabi. Misalnya dicontohkan oleh Nabi sendiri dalam mengajarkan shalat dengan mendemonstrasikan cara-cara shalat yang baik.35 Nabi bersabda: “Shalatlah kamu sekalian sebagaimana aku shalat”. (HR. Bukhari) b. Metode Intruksional Yaitu metode yang bersifat mengajar tentang ciri-ciri orang yang beriman dalam bersikap dan bertingkah laku agar mereka dapat mengetahui bagaimana seharusnya mereka bersikap dan berbuat sehari-hari.36 Misalnya, sabda Nabi: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu: 1. Apabila berbicara ia bohong, 2. Apabila berjanji ia ingkar, dan 3. Apabila dipercaya ia khianat.” (al-Hadis). c. Metode Bercerita Yaitu yang mengisah peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut ketaannya atau kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah Allah Swt yang dibawakan oleh Nabi atau Rasul yang hadir di tengah mereka. Misalnya M. Arifin menyebutkan contoh dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, sebuah ayat yang mengandung nilai paedagogis dalam sejarah digambarkan Allah swt,37 sebagai berikut: 35 Ibid, h. 110 Ibid, h. 111 37 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 4, h.71 36 23 “Sesungguhnya di dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang 38 yang berakal” . (Qs. Yusuf. 111). d. Metode Tanya Jawab Yaitu metode yang sering dipakai oleh para nabi dan rasul dalam mengajarkan agama yang dibawa kepada umatnya. Bahkan para folosof banyak mempergunakan metode Tanya jawab ini. Dengan metode Tanya jawab, pengetahuan dan pemahaman anak didik dapat lebih dimantapkan, sehingga segala bentuk kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari. M. Arifin di dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menyatakan bahwa kita hendaknya bertanya kepada orang-orang yang ahli bila memang tidak mengetahui, 39 seperti yang dicontohkan dalam Qs. An- Nahl ayat 34: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui”. B. Sejarah Al-Qur’an 1. Pengertian Al-Qur‟an Al-Qur‟an secara harfiah berarti “bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”, al-Qur‟an al-Karim berarti “bacaan yang mahasempurna dan mahamulia”. Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan “bacaan” ini agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh para pakar, tetapi juga oleh semua orang yang menggunakan “seedikit“ pikirannya.40 Qara‟a memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira‟ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lainnya dalam satu 38 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 248 39 Op.Cit, h. 75 40 M. Quraish Syihab, Lentera al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mizan, 2008), h. 21 24 ungkapan kata yang teratur. Secara khusus, al-Qur‟an menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan Nabi Muhammad Saw, maka jadilah ia sebagai sebuah identitas diri.41 Al-Qur‟an merupakan sumber hukum yang utama dari sumber-sumber hukum yang ada, karena al-Qur‟an merupakan kalam Allah Swt yang telah diriwayatkan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw bagi seluruh umat manusia. Sedangkan sumber-sumber lainnya merupakan pelengkap dan cabang dari al-Qur‟an, karena pada dasarnya sumber-sumber hukum yang lain itu kembali lagi kepada al-Qur‟an. Selain sebagai sumber hukum ajaran Islam yang paling utama, di dalam al-Qur‟an juga terdapat kandungan-kandungannya yang meliputi: a. Aqidah, yakni keyakinan yang lebih menitikberatkan kepada tauhidullah yakni meng-Esa-kan Allah dan menyatukan pengabdian hanya kepada-Nya. b. Syari‟ah, yakni hukum Islam yang meliputi Ibadah dan Muamalah, dengan kata lain petunjuk tentang beribadah bermuamalah dan cara mendekatkan diri kepada Allah Swt. c. Akhlak, yakni hal-hal yang berkaitan dengan prilaku dan sopan santun, baik hablun minallah maupun hablun munannas. d. Berita ghaib, yang terkait dengan alam yang tidak terjangkau oleh manusia di dunia. e. Janji bagi yang taat kepada perintah Allah Swt dan ancaman bagi yang melanggar perintah Allah Swt. f. Taat hukum yang diperlukan manusia. g. Kisah para Nabi dan Rasul serta umat-umat terdahulu.42 Al-Qur‟an merupakan kitab Allah Swt yang memiliki perbendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia. Ia 41 Syaikh Manna‟ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka alKautsar, 2011), cet. 6 h. 16 42 Nur Kholis, Pengantar Studi al-Qur’an dan al-Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2008), cet. I, h. 60 25 merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan masyarakat (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan alam semesta. Al-Qur‟an merupakan sumber nilai yang absolute dan utuh, eksistensinya tidak akan pernah mengalami perubahan. Kemungkinan perubahan hanya sebatas interpretasi manusia terhadap teks ayat yang menghendaki kedinamisan pemaknaannya sesuai dengan konteks zaman, situasi, kondisi dan kemampuan manusia dalam melakukan interpretasi. Ia merupakan pedoman normatif-teoritis bagi pelaksanaan pendidikan Islam yang memerlukan penafsiran pendidikan Islam lebih lanjut.43 Al-Qur‟an juga merupakan petunjuk lengkap yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia secara universal. Keuniversalan ajarannya mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan sekaligus merupakan mulia esensinya tidak dapat dimengerti kacuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas.44 2. Sebab diturunkannya al-Qur‟an Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwasanya al-Qur‟an telah diturunkan secara berangsur-angsur dalam berbagai kesempatan, sesuai dengan peristiwa dan masalah yang menimpa kaum Muslim. Karenanya demi menyelesaikan problematika tersebut, satu atau beberapa ayat dan kadangkala satu surah diturunkan. Sangat jelas bahwa ayat-ayat yang diturunkan pada setiap kesempatan berkaitan dan membahas peristiwa tersebut. Karenanya, jika terdapat ketidakjelasan atau muncul masalah dalam lafadz atau makna, maka untuk meyelesaikannya harus dengan mengidentifikasi latar belakang peristiwa yang terjadi.45 Menurut sebagian ahli sejarah, al-Qur‟an diturunkan pada malam ke17 di Bulan Ramadhan. Penetapan tanggal 17 Ramadhan sebagai malam 43 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), cet. 1 h. 95-96 44 Husnul Khuluq, Konsep Etika Belajar Siswa Menurut al-Ghazali, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2010 h. 15 45 M. Hadi Ma‟rifat, Sejarah al-Qur’an, (Jakarta: Al-Huda, 2007), cet. 1, h. 94 26 Nuzul al-Qur‟an )turun al-Qur‟an(, ini didasarkan pada berbagai isyarat yang dilansir al-Qur‟an yang menggambarkan bahwa hari turun al-Qur‟an itu sama dengan peristiwa perang Badar yang diabadikan al-Qur‟an dengan julukan Yaum al-Furqan (hari yang membedakan Islam dan Kafir) dan Yaum al-Jam’an (hari bertemunya dua pasukan tempur dalam hal ini pasukan Muslim dan pasukan kafir).46 Hal ini dijelaskan dalam Qs. Ali „Imran ayat 55, yaitu: “Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, Hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang Telah mereka perbuat (di masa lampau) dan Sesungguhnya Allah Telah memberi ma'af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”. Dari sejarah turunnya al-Qur‟an, dapat diambil kesimpulan bahwa alQur‟an mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu sebagai berikut: a. Petunjuk Aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan dan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastiaan adanya hari pembalasan. b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif. c. Petunjuk mengenai syari‟at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama manusia.47 46 Muhammad Amin Suma Ulumul Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013), cet. 1, 47 Ibid, h. 57 h. 39 27 3. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur‟an Diantara fungsi al-Qur‟an adalah sebagai petunjuk )al-huda), penerang jalan hidup (al-bayyinah), pembeda antara yang benar dan yang salah (alfurqan), penyembuh penyakit hati (asy-Syifa), nasihat (al-mau‟idzah(, dan sumber informasi (al-Bayan). Sebagai sumber informasi, al-Qur‟an mengajarkan banyak hal kepada manusia dari mulai persoalan keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah, prinsip-prinsip muamalah sampai kepada asas-asas ilmu pengetahuan.48 Al-Qur‟an memperkenalkan dirinya sebagai Hudan li al-Nas (petunjuk untuk seluruh manusia). Inilah fungsi utama kehadiran dari alQur‟an. Kita yakin bahwa para sahabat Nabi Muhammad Saw, seandainya hidup pada saat ini pasti akan memahami petunjuk-petunjuk al-Qur‟an sedikit atau banyak, berbeda dengan pemahaman mereka sendiri yang telah tercatat dalam literatur keagamaan. Karena pemahaman manusia terhadap sesuatu tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman-pengalaman, disamping kecendrungan dan latar belakang pendidikannya.49 Dalam rangka penjelasan tentang fungsi al-Qur‟an ini, Allah menegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 213 yang berbunyi: 48 Said Agil Husin al-Munawar Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani:Dalam Sistem Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), cet. ke-2, h. 4 49 M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an Isah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan Pustaka, 2008), cet ke-2, h. 26 28 ”Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, Karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”50 Dari sudut subtansinya, fungsi al-Qur‟an sebagaimana tersurat namanamanya dalam al-Qur‟an adalah sebagai berikut: a. Al-Furqon (pemisah). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia adalah cara untuk Membedaka dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara yang benar dan yang salah. b. Al-Asyifa (obat). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah penyakit Psikologis). c. Al-Mau‟izah )nasihat(. Didalam al-Qur‟an di katakan bahwa ia berfungsi sebagai penasihat bagi orang-orang yang bertakwa, d. Al-Huda (petunjuk). Dalam al-Qur'an terdapat tiga kategori tentang posisi al-Qur'an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, al-Qur'an adalah petunjuk bagi orang-orang bertakwa. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman.51 Selain memiliki banyak fungsi, al-Qur‟an juga memiliki banyak kedudukan, diantaranya: 1) Al-Qur‟an sebagai sumber berbagai disiplin ilmu keislaman Disiplin ilmu yang bersumber dari al-Qur‟an di antaranya yaitu: 50 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 33 51 Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: TERAS, 2008), h.32 29 a) Ilmu Tauhid (Teologi) b) Ilmu Hukum c) Ilmu Tasawuf d) Ilmu Filasafat Islam e) Ilmu Sejarah Islam f) Ilmu Pendidikan Islam 2) Al-Quran sebagai Wahyu Allah Swt adalah wahyu yaitu seluruh ayat al-Qur‟an Allah. Tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi. 3) Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar) arinya, al-Qur‟an merupakan kabar yang di bawa oleh nabi yang datang dari Allah Swt dan di sebarkan kepada manusia. 4) Minhajul Hayah (Pedoman Hidup), sudah seharusnya setiap Muslim menjadikan al-Qur‟an sebagai rujukan terhadap setiap problem yang di hadapi. 5) Sebagai salah satu sebab masuknya orang arab ke agama Islam pada zaman Rasulallah dan masuknya orang-orang sekarang dan yang akan datang. 6) Al-Quran sebagai suatu yang bersifat Abadi artinya, al-Qur‟an itu tidak akan terganti oleh kitab apapun sampai hari kiamat baik itu sebagai sumber hukum, sumber ilmu pengetahuan dan lain-lain. 7) Al-Qur‟an di nukil secara mutawattir artinya, al-Qur‟an disampaikan kepada orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka. 8) Al-Qur‟an sebagai sumber hukum, seluruh mazhab sepakat al-Qur‟an sebagai sumber utama dalam menetapkan hukum, dalam kata lain bahwa al-Qur‟an menempati posisi awal dari tertib sumber hukum dalam berhujjah. 30 4. Pendidikan dalam al-Qur‟an Dalam al-Qur‟an, pendidikan mempunyai beberapa arti diantaranya Tarbiyyah, Ta’dib dan Ta’lim dan. Istilah-istilah tersebut akan dilihat penggunaanya didalam al-Qur‟an dengan suatu masukan yang kuat bahwa disamping memiliki segi-segi persamaan, istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.52 Istilah-istilah tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: Pertama, istilah Tarbiyyah. istilah tarbiyyah ini merupakan istilah yang sering digunakan dan paling terkenal, karena istilah ini termasuk yang paling banyak digunakan oleh para ahli pendidikan. Kata Rabb merupakan akar dari kata tarbiyyah yang berarti sumber yang memberikan ilmu pengetahuan.53 Konsep tarbiyyah pendidikan bersumber dari Allah Swt, kemudian diamanatkan pada para rasul untuk diselenggarakan dilingkungan kehidupan manusia. Khusus dalam pendidikan Islam, tugas penyampaian nilai-nilai ajaran itu dibebankan kepada orang tua.54 Konsep tarbiyyah pendidikan dititik beratkan pada upaya untuk memberi bimbingan, perlindungan, pemeliharaan dan pembentukan nilai-nilai kasih sayang. Oleh karena itu, konsep tarbiyyah menekan adanya alihan fungsi dan peran orang tua dalam memberikan perlakuan dan pelayanan kependidikan.55 Kata Tarbiyyah untuk menunjukkan makna pendidikan Islam dapat dipahami dengan merujuk pada firman Allah Swt dalam al-Qur‟an surat al-Isra ayat 24, yang berbunyi: 52 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepektif al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet ke-1, h. 89 53 Ibid, h. 91 54 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. ke-3, h. 119 55 Ibid, h. 123 31 “dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah “wahai tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka 56 berdua telah mendidik aku pada waktu aku kecil.” Kata Rabbaniy dalam al-Qur‟an dapat dilihat dalam Qs. Al-Maidah ayat 44 yang berbunyi: “Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orangorang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.”57 Pada ayat diatas, telah dijelaskan bahwasanya kata Rabbaniyun diartikan orang-orang alim, yakni para ulama ahli agama secara khusus terdapat pada penganut agama Yahudi. Dengan demikian, kata Rabbaniy erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan. Rabbani adalah orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang sempurna dan mendalam.58 Kedua, istilah Ta’dib. Kata Ta‟dib berasal dari kata “Addaba, yuaddibu, ta’diban” yang berarti education (pendidikan), discipline (disiplin, patuh dan tunduk pada aturan), punishment (peringatan atau hukuman), dan chastisement (hukuman-penyucian(. Atau kata ta‟dib juga berasal dari kata adab yang berarti beradab, bersopan antun, tata karma, adab, budi pekerti, moral dan etika.59 Konsep ta’dib juga berimplikasi terhadap pendidikan formal dan informal. Pada pendidikan formal ta‟dib tertuju kepada pendidik dan 56 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, h. 26 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h.115 58 ibid, h. 92 59 Miftah Faridl, Konsep Ta’dib Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2013, h. 48 57 32 peserta didik. Kepribadian dan adab seorang pendidik yang mengharuskan pendidik memiliki adab dan kepribadian yang baiksehingga mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya, sebab adab tidak hanya terbatas pada aspek kognitif saja, tetapi juga meliputi pendidikan moral, spiritual dan sosial.60 Ketiga, istilah Ta’lim. Dikalangan para ahli pendidikan di zaman klasik, pemakaian kata ta’lim, banyak dijumpai . kata ini juga termasuk kata yang juga popular sebagaimana kata tarbiyyah. di dalam al-Qur‟an, kata ta’lim, dijumpai dalam Qs. Al-Hujurat ayat 16 yang berbunyi: “Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu?"61 Dalam ayat diatas, kata tu’allimu diartikan sebagai memberitahukan sesuatu. Dengan cara demikain, seseorang yang semula tidak mengetahui menjadi mengetahui. Kata ta’lim, terkait erat dengan proses transfer of information (mengalihkan informasi) atau mengalihkan ilmu pengetahuan. Hasil dari proses ta’lim adalah ilmu yang berarti suatu upaya untuk mendapatkan sesuatu dengan sesungguhnya.62 C. Hasil Penelitian yang Relevan Setelah penulis meneliti, ternyata judul skripsi yang berjudul “Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab”, belum pernah dikaji meskipun terdapat judul skripsi seperti dibawah ini: 60 Op. Cit, h. 94 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 115 62 Op. Cit, h. 99 61 33 1. Konsep Khalifah menurut H. M. Quraish Shihab dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam, oleh Khoirunnisa Fadhilah (109011000079) tahun 2014 Skripsi tersebut berbeda dengan skripsi penulis, karena dalam skripsi tersebut membahas memperhatikan tentang penyusunan pentingnya rancangan pendidikan program Islam pendidikan dalam yang dijabarkan dalam kurikulum. 2. Konsep Metode Pendidikan Islam Studi Pemikiran Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, MA, oleh Mar‟atin Qanitah )D1205212( tahun 2009 Skripsi ini ada beberapa persamaan dengan skripsi yang penulis kaji, dalam skripsi ini menjelaskan bahwasannya metode yang terdapat dalam al-Qur‟an berangkat dari metode pendidikan di Indonesia, terutama metode pada saat ini. Persamaan antara skripsi ini dengan skripsi yang penulis kaji yaitu penulis juga mencantumkan metode yang terdapat dalam al-Qur‟an dengan menghantarkan anak didik agar memahami dan dan mengetahui sebuah konsep pendidikan agar berprilaku baik dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian Penelitian yang berjudul “Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an menurut Quraish Shihab” ini dilaksanakan dalam waktu beberapa bulan, dengan pengaturan waktu sebagai berikut: Bulan November digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan pendidikan dalam al-Qur’an dari beberapa sumber sebagai sumber primer, sebagai penguat dalam penulisan skripsi ini. Kemudian menyusun data-data dalam bentuk penelitian (laporan) dari sumbersumber yang telah ditemukan. B. Metode Penelitian Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas, dan penelitian pemikiran tokoh. Sesuai dengan pokok masalah yang telah dirumuskan, data dan informasi yang dihimpun. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data penyajian data digunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif digunakan untuk menguraikan dan menggambarkan data dan informasi yang diperoleh dalam bentuk kalimat yang disertai dengan kutipan-kutipan data.1 C. Fokus Penelitian Penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Fokus penelitian harus diungkapkan secara jelas untuk mempermudah peneliti sebelum melakukan penelitian adalah garis besar dari penelitian serta analisa hasil penelitian akan lebih terarah. 1 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2004), cet ke 18, h. 6 34 35 Fokus penelitian pada penulisan ini adalah konsep pendidikan dalam alQur’an. Apa itu pendidikan dan bagaimana pendidikan dalam al-Qur’an menurut Quraish Shihab. D. Prosedur Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.2 Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian, menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan dan lain sebagainya. Suatu metode penelitian mempunyai rancangan penelitian tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu peneitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.3 Adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: 1. Pendekatan dan jenis penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif, artinya penelitian yang menggunakan data informasi berbagai macam teori yang diperoleh dari kepustakaan. Selain itu, langkah metodis dalam penyusunan penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Menutut Whithney, sebagaimana dikutip oleh Nazir, yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah: Pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang 2 3 52 Sugiono Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta , 2008), h. 3 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 36 hubungan kegiatan-keiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.4 Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk memaparkan konsep para cendikiawan, tokoh dan ahli dibidang tafsir yang nantinya dapat mempermudah, memahami dan menghubungkan jalan pikiran maupun makna yang terkandung di dalamnya secara runtut dan komprehensif. 2. Sumber Data Sumber data dalam skripsi ini di kelompokkan dalam dua kategori, sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber data primer Yang dimaksud sumber primer dalam penelitian ini adalah sebuah buku karya Quraish Shihab yang berjudul Membumikan Al-Qur’an “Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat”. b. Sumber data sekunder Sedangkan yang dimaksud dengan sumber sekunder adalah karyakarya atau buku-buku yang memiliki kesamaan pemikiran tentang konsep pendidikan khususnya pendidikan dalam al-Qur’an. 3. Input Data Sesuai dengan metode yang digunakan, maka input data dilakukan dengan studi dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dengan mengumpulkan dan menela’ah sumber referensi berupa buku-buku, jurnal, dan literatur ilmiah lainnya dari karya para pakar, intelektual, praktisi, maupun para pengambil kebijakan yang berkompeten, yang mana karya-karya tersebut mempunyai keterkaitan dengan kajian-kajian yang akan diteliti. 4 Moh. Nizar, Metode Penellitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), cet. IV, h. 63-64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Biografi H. M. Quraish Shihab H. M. Quraish Shihab lahir pada tanggal 16 Februari 1944 di Rapang, Sulawesi Selatan. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab adalah keluarga keturunan Arab yang terpelajar, dan menjadi ulama sekaligus guru besar tafsir di IAIN Alauddin, Ujung Pandang. Sebagai orang yang berpikiran maju, Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen perubahan. Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, yaitu Jami’at Khair, sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Kehadiran H. M. Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah memberikan suasana baru dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai aktifitas yang dijalankannya di tengah-tengah masyarakat. Di samping mengajar, ia juga dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan. Diantarnya adalah sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sejak 1984, anggota lajnah Pentashhih al-Qur’an Departemen Agama sejak 1989. Beliau juga terlibat dalam beberapa organisasi professional, antara lain Asisten Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), ketika organisasi ini didirikan. Selanjutnya ia juga tercatat sebagai pengurus perhimpunan Ilmu-Ilmu Syari’ah dan pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Aktifitas lainnya yang ia lakukan adalah sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies, Ulumul Qur’an, Mimbar Ulama dan Refleksi Jurnal Kajian Agama dan Filsafat. semua penerbitan ini berada di Jakarta. 1 1 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005), cet. 1-3 h. 362 37 38 2. Pendidikan H. M. Quraish Shihab H. M. Quraish Shihab menyelesaikan sekolah dasarnya di kota Ujung Pandang. Beliau kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di kota Malang sambil belajar agama di Pesantren Daar al-Hadits al-Fiqhiyah. Pada tahun 1958, ketika berusia 14 tahun, ia berangkat ke Kairo, Mesir untuk melanjukan studi dan diterima sebagai mahasiswa di kelas II Tsanawiyah al-Azhar. Setelah itu ia diterima sebagai mahasiswa di Universitas al-Azhar dengan mengambil Jurusan Tafsir dan Hadis, Fakultas Ushuluddin hingga menyelesaikan Lc pada tahun 1967. Kemudian beliau melanjutkan studinya di jurusan dan universitas yang sama hingga berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul alIijazasyari’i li al-Qur’anal-Karim pada tahun 1969 dengan gelar M. A. Setelah menyelesaikan studinya dengan gelar M. A. tersebut, untuk sementara ia kembali ke Ujung Pandang. Dalam kurung waktu kurang lebih sebelas tahun (1969-1980) ia terjun ke berbagai aktivitas sambil menimba pengalaman empirik, baik dalam bidang kegiatan akademik di IAIN Alauddin maupun di berbagai institusi pemerintah setempat. Dalam masa menimba pengalaman dan karier ini, ia terpilih sebagai Pembantu Rektor III IAIN Ujung Pandang. Selain itu, ia juga terlibat dalam pengembangan pendidikan perguruan tinggi swasta wilayah Timur Indonesia dan diserahi tugas sebagai koordinator wilayah. Di tengahtengah kesibukanya itu, ia juga aktif melakukan kegiatan ilmiah yang menjadi dasar kesarjanaannya. Beberapa penelitian telah dilakukannya, diantaranya ia meneliti tentang “Penetapan Kerukunan Hidup Beragama di Timur Indonesia” (1975) dan Masalah Wakaf di Sulawesi Selatan” (1978). Pada tahun 1980, H. M. Quraish Shihab kembali ke Mesir untuk meneruskan studinya di Program Pascasarjana Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis, Universitas al-Azhar. Hanya dalam waktu dua tahun (1982) dia berhasil meyelesaikan disertasinya yang berjudul “Nazm 39 al-Durar li al-Biqai Tahqiq wa Dirasah” dan berhasil dipertahankan dengan nilai Suma Cumlaude. Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi H. M. Quraish Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum al-Qur’an di program S1, S2 dan S3 sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai dosen, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu ia dipercaya menduduki jabatan sebagai Mentri Agama selama kurang lebih dua bulan di awal tahun 1998, hingga kemudian diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir merangkap negara Republik Djibauti berkedudukan di Kairo. 3. Karya-karya Tulis H. M. Quraish Shihab Diantara karya-karya yang telah ditulis oleh H. M. Quraish Shihab yaitu antara lain: a. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN Alauddin, 1984); b. Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1998); c. Haji Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999); d. Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika, September 2003); e. Anda Bertanya,Quraish Shihab Menjawab Berbagai Masalah Keislaman (Mizan Pustaka) f. Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama); g. Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994); h. Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994); i. Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996); 40 j. Wawasan al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996); k. Tafsir al-Qur'an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997); l. Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur'an (Bandung; Mizan, 1999) m. Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15 Volume, Jakarta: Lentera Hati, 2003); n. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah; dalam Pandangan Ulama dan Cendekiawan Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004); o. Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005); p. Rasionalitas al-Qur'an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera Hati, 2006); q. Menabur Pesan Ilahi; al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Lentera Hati, 2006); r. Wawasan al-Qur'an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati, 2006); s. Al-Lubâb; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fâtihah dan Juz 'Amma (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2008); t. Membumikan al-Qur'ân Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan (Jakarta: Lentera Hati, Februari 2011); u. Tafîr Al-Lubâb; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah AlQur'ân (Boxset terdiri dari 4 buku) (Jakarta: Lentera Hati, Juli 2012).2 B. Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab 1. Pendidikan dalam al-Qur’an Al-Qur’an dan hadis merupakan sumber hukum ajaran Islam dan pengetahuan yang sangat lengkap, mencakup kehidupan manusia baik dunia mapun akhirat. Al-Qur’an dan hadis merupakan pedoman dan 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab 41 sekaligus kerangka segala kegiatan intelektual. Keduanya membimbing kegiatan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok.3 Al-Qur’an telah menjadi petunjuk bagi masyarakat dimuka bumi ini untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan pendidikan al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah Swt dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah Swt. Kekhalifahan mengharuskan empat sisi yang saling berkaitan, yaitu diantaranya: pertama, pemberi tugas (Allah Swt), kedua penerima tugas (manusia, baik perorangan maupun kelompok), ketiga tempat atau lingkungan dan keempat materi-materi penugasan yang harus mereka laksanakan.4 Dalam bidang pendidikan, al-Qur’an menuntut bersatunya kata dengan sikap. Karena itu, keteladanan para pendidik dan tokoh masyarakat merupakan salah satu andalannya. Pada saat al-Qur’an mewajibkan anak menghormati orangtuanya, pada saat itu pula ia mewajibkan orangtua utuk mendidik anak-anaknya. Pada saat masyarakat diwajibkan menaati rasul dan para pemimpin, pada saat yang sama Rasul dan para pemimpin diperintahkan menunaikan amanah, menyayangi yang dipimpin sambil bermusyawarah bersama mereka. Dengan demikian, al-Qur’an menuntut keterpaduan antara orangtua, masyarakat dan pemerintah.5 Dalam hal ini, telah dijelaskan pula bahwasannya peranan orangtua sangatlah penting dalam perkembangan anaknya, baik dilingkungan keluarga, masyarakat maupun negara. Sebagaimana firman Allah Swt yang telah dijelaskan dalam Surat Luqman ayat 13-14 yang berbunyi: 3 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet. 121, h. 172 4 Ibid, h. 269 5 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Penertbit Mizan, 1997), cet. 6, h. 11 42 “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.”6 Ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah Swt telah menetapkan aqidah kepada anak, mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu selain Allah Swt. Masalah tauhid dikaitkan dengan hubungan antara orang tua dan anak. Allah Swt mengingatkan betapa penting dan dominan peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai tauhid dalam diri anak-anak. Pendidikan dalam ayat tersebut sejalan dengan konsep pendidikan tarbiyah yang menitikberatkan pada pelaksanaan nilai-nilai Ilahiyat yang bersumber dari Allah Swt selaku Tuhan semesta alam. Dalam hubungan antara manusia, tugas penyampaian nilai-nilai ajaran itu dibebankan kepada orang tua, sedangkan para pendidik tak lebih hanyalah sebagai tenaga professional yang mengemban tugas berdasarkan keparcayaan para orang tua. Pada ayat ke 14, nasehat tersebut menekankan kepada anak agar senantiasa mengormati ibu terlebih dahulu, ini disebabkan karena ibu telah mengandungnya dengan susah payah, kemudian memeliharanya dengan kasih sayang yang tulus dan ikhlas, sehingga ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu yang berbeda dengan bapak. 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 412 43 Telah dijelaskan bahwa al-Qur’an menuntut anak didiknya untuk menemukan kebenaran melalui usaha anak didik itu sendiri dengan memanfaatkan daya nalarnya, dan menuntut agar materi yang disajikan dihayati kebenarannya melalui argumentasi logika. Demikian pula, sejarah yang disampaikan mengantar pada tujuan pendidikan dalam berbagai aspeknya. Pendidik (subjek pendidikan), harus membuktikan dirinya sebagai panutan, bagaimana halnya yang ditemukan dalam kenyataan pendidikan sekarang ini, khususnya dalam bidang metodologi pendidikan.7 Para pakar ilmu pendidikan menjelaskan bahwa usaha pendidikan adalah usaha sadar yang dilaksanakan oleh seseorang yang menghayati tujuan pendidikan. Berarti sudah jelas bahwa tugas pendidikan dibebankan kepada seseorang yang lebih dewasa dan matang, yaitu orang yang mempunyai integritas kepribadian dan kemampuan yang professional.8 Gagasan dan pemikiran H. M. Quraish Shihab dapat ditelusuri pada sejumlah karya ilmiahnya dan pesan-pesan dakwah yang disampaikannya. Secara lebih khusus gagasan dan pemikiran H. M. Quraish Shihab dalam bidang pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Tujuan Pendidikan. b. Metode Pendidikan. c. Sifat Pendidikan Islam. Ketiga bidang pendidikan ini, telah dijelaskan bagaimana kaitannya dengan al-Qur’an dalam menyampaikan pendidikan kepada peserta didik agar para pendidik tidak terlepas dari al-Qur’an dalam menyampaikan materi pendidikannya kepada peserta didik. Dibawah ini akan dijelaskan ketiga bidang tersebut: Pertama, tentang tujuan pendidikan. Dengan merujuk kepada ayat 2 Surat al-Jumu’ah yaitu: 7 Umar Sihab, Kontekstualitas al-Quran (Jakarta:Penamadani, 2005), cet3, h. 167, 8 Ibid, h. 169 44 “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”9 Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan disini adalah untuk mencapai kesejahteraan dalam mencapai pendidikan yang berpacu kepada al-Qur’an. Dan tujuan yang ingin dicapai disini dengan pembacaan, penyucian dan pengajaran tersebut adalah merupakan pengabdian kepada Allah Swt. Sejalan dengan tujuan penciptaan manusia yang ditegaskan oleh al-Quran dalam surat adz-Dzariyat ayat 56 “ “Aku tidak menciptakan manusia dan jin kecuali untuk menjadikan tujuan akhir atau hasil segala aktifitasnya sebagai pengabdian kepada-Ku”.10 Atas dasar ini, H. M. Quraish Shihab berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjelaskan fungsinya sebagai hamba Allah Swt dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Allah Swt.11 Dari hasil wawancara peneliti dengan tokoh tersebut, telah dijelaskan bahwasannya tujuan pendidikan adalah 9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h.553 10 Ibid, h. 523 11 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet., ke-3, h. 269 45 agar manusia menyadari bahwa dirinya sebagai hamba Allah dan khalifah bertugas membangun masyarakat yang lebih baik.12 Tujuan kehadiran al-Qur’an yang terpadu dan menyeluruh, bukan sekedar mewajibkan pendekatan religious yang bersifat ritual atau mistik, yang dapat menimbulkan formalitas dan kegersangan. Al-Qur’an adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan membantu kita menemukan nilainilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian berbagai masalah hidup. Apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran dan hati kita mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.13 Dalam buku perbandingan pendidikan Islam, al-Gazali mempunyai pandangan mengenai tujuan pendidikan. beliau menekankan tugas pendidikan adalah mengarah pada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dimana fadhilaah (keutamaan) dan taqarrub kepada Allah Swt merupakan tujuan yang paling penting dalam pendidikan.14 H. M. Quraish Shihab mencoba menghubungkan tujuan pendidikan dalam al-Qur’an dengan tujuan pendidikan Nasional. Dalam hubungan ini beliau mengatakan bahwasannya “uraian diatas dikaitkan dengan pembangunan Nasional yang bertujuan “membangun manusia Indonesia seutuhnya” atau lebih khusus dibandingkan dengan tujuan Pendidikan Nasional, jelas sekali relevansinya dan persesuaiannya. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983 dinyatakan: “Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertanggugjawab atas pembangunan bangsa”. 12 Hasil wawancara dengan Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab bertempat di Pusat Studi alQur’an pada tanggal 14 April 2015 13 Umar Sihab, Kontekstualitas al-Quran (Jakarta: Penamadani, 2005), cet ke 3, h. 13 14 Ali Al Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), cet. ke1, h. 134 46 Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam menurut H. M. Quraish Shihab adalah tujuan yang bersifat universal atau secara menyeluruh dan berlaku untuk seluruh bangsa dan umat di dunia. Hal ini sejalan dengan misi al-Qur’an yang ditujukan untuk membawa rahmat bagi seluruh alam. Melalui kegiatan pendidikan, al-Qur’an menginginkan terwujudnya manusia yang terbina seluruh potensi dirinya, fisik, jiwa dan akalnya sehingga terbentuk manusia yang seutuhnya. Kedua, metode pendidikan. Dalam kaitan ini, H. M. Quraish Shihab menggunakan istilah metode penyampaian materi. Menurut H. M. Quraish Shihab bahwa dalam penyajian materi pendidikannya, al-Qur’an membuktikan kebenaran materi tersebut melalui penbuktian-pembuktian. Baik dengan argumentasi-argumentasi yang dikemukakannya, maupun yang dapat dibuktikan sendiri oleh manusia (peserta didik) melalui penalaran akalnya. Selain itu, H. M. Quraish Shihab juga mengemukakan bahwa alQur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Di samping itu, al-Qur’an juga menggukan metode pembiasaan dalam menanamkan ajaran kepada umat manusia. Dengan menggunakan metode-metode tersebut terlihat dengan jelas, bahwa al-Qur’an menuntun peserta didiknya untuk menemukan kebenaran melalui usaha peserta didik sendiri, menuntut agar materi yang disajikan diyakini kebenarannya melalui argumentasiargumentasi logika dan kisah-kisah yang dipaparkannya. Mengenai metode dan media yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, menurut al-Ghazali dalam buku Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam harus dilihat secara psikologis, sosiologis, maupun pragmatis dalam rangka keberhasilan proses pembelajaran dan metode pengajaran tidak boleh monoton.15 15 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press Group, 2005), cet. ke-1, h. 13 47 Ketiga, sifat pendidikan Islam. Menurut H. M. Quraish Shihab, sifat pendidikan al-Qur’an adalah Rabbaniy, berdasrkan ayat pertama dalam wahyu pertama. Sementara orang yang melaksanakan juga disebut Rabbaniy yang oleh al-Qur’an dijelaskan cirinya antara lain mengajarkan kitab Allah, baik yang tertulis (al-Qur’an) maupun yang tidak tertulis (alam raya), serta mempelajarinya secara terus menerus. Pemikiran H. M. Quraish Shihab dalam bidang pendidikan tersebut sagat dipengaruhi oleh keahliannya dalam bidang tafsir al-Qur’an yang dipadukan dengan berbagai ilmu lainnya, baik ilmu-ilmu keislaman maupun ilmu pengetahuan umum serta konteks masyarakat Indonesia. Pemikiran dan gagasan H. M. Quraish Shihab menunjukkan dengan jelas bahwa di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memiliki implikasi terhadap munculnya konsep pendidikan menurut al-Qur’an yang pada gilirannya dapat menjadi salah satu bidang kajian yang sangat menarik. 16 2. Materi Pembelajaran dalam al-Qur’an Materi pembelajaran al-Qur’an adalah materi yang paling agung diantara sekian materi pembelajaran, karena seluruh mata pelajaran menginduk dan marujuk pada al-Qur’an. Semua materi pengajaran, baik agama maupun umum sains dan teknologi bersumberkan dari al-Qur’an. Betapa agungnya manusia yang mau mempelajari dan mengajarkannya, sebagaimana sabda Nabi riwayat al-Bukhari sebagai berikut: “Sebaik-baiknya (manusia) diantara kamu adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya17.” (HR. Bukhari) Para pakar pendidikan sepakat bahwa al-Qur’an adalah materi pokok dalam pendidikan Islam yang harus diajarkan kepada anak didik. Berikut ini ungkapan pakar pendidikan, diantaranya: 16 17 Ibid, h. 367 Bukhari, Shahih Bukhari, (Kairo: Dar al-Hadits, 2010), jilid 6, h. 192 48 Al-Ghazali dalam Ihya Ulum al-Din mengungkapkan: “Hendaknya anak kecil diajari al-Qur’an, hadis-hadis, biografi orang-orang baik dan sebagian hukum Islam” Ibn Rusyd mengungkapkan: “Hendaknya al-Qur’an diajarkan pertama kal kepada anak kecil. Tujuannya semata untuk mempersiapkan secara fisik dan intelektual dalam pengajaran ini agar ia mereguk bahasa aslinya dan agar jiwanya tertanam ajaran-ajaran keimanan. Singkatnya Rasulullah Saw dan para pendidik Muslim sangat menaruh perhatian kepada umat Islam agar belajar dan mengajarkan al-Qur’an, mampu membaca, mampu memahami dan mengamalkannya. Al-Quran dijadikan pedoman hidup (way of life) dalam berbagai aspek, baik dalam beribadah maupun dalam bermuamalah. Bahkan al-Qur’an juga sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.18 Al-Qur’an al-Karim dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia dengan memandang, menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur penciptaannya yaitu jasmani, akal dan jiwa.19 Dalam penyajian materi pendidikannya, al-Qur’an membuktikan kebenaran materi tersebut melalui pembuktian-pembuktian, baik dengan arguentasi-argumentasi yang dikemukakannya, maupun yang dibuktikan sendiri oleh manusia (peserta didik) melalui penalaran akalnya. Ini dianjurkan oleh al-Qur’an untuk dilakukan pada saat mengemukakan materi tersebut.20 Bagi pendidik, hal ini sudah menjadi kewajiban untuk dapat menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan beberapa metode. Salah satu metode yang digunakan al-Qur’an dalam mengarahkan manusia kearah yang dikehendakinya adalah dengan menggunakan “kisah”. Setiap 18 Abdul Majid Khan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. 1, h. 13 19 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet., ke-3, h. 272 20 Ibid, h. 273 49 kisah menunjang materi yang disajikan, baik kisah tersebut benar-benar terjadi maupun kisah simbolik.21 Dari hasil wawancara dengan nara sumber, beliau mengatakan bahwasannya dalam al-Qur’an menuntut para pendidik agar dalam hal menyampaikan materi pendidikan itu disajikan dengan meyakini kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi yang masuk akal, agar peserta didik dapat menerima materi pembelajaran dengan mudah dan diterima oleh daya fikirnya. Selain itu, aja juga penyampaian materi nya dengan melalui kisah. Kisah-kisah yang dijelaskan dalam al-Qur’an juga mengantarkan mereka pada tujuan pendidikan melalui berbagai aspeknya. Al-Qur’an juga menuntun peserta didiknya untuk menemukan kebenaran materi pendidikan yang disampaikan oleh pendidik melalui usaha peserta didik itu sendiri.22 Al-Qur’an menuntun peserta didiknya untuk menemukan kebenaran melalui usaha peserta didik sendiri, manuntut agar materi yang disajikan diyakini kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi logika, dan kisahkisah yang dipaparkannya mengantarkan mereka kepada tujuan pendidikan dalam berbagai aspeknya dan nasihatnya ditunjang dengan panutan. Sementara pendidikan kita, khususnya dalam bidang metodologi seringkali sangat menitikberatkan pada hapalan, atau contoh-contoh yang bersifat ajaib, kiasan yang dikemukakan dengan bahasa gersang, tidak menyentuh hati, ditambah lagi nasihat yang diberikan tidak ditunjang oleh panutan pemberinya.23 Dalam penyampaian materi pendidikan kepada peserta didik perlu ditetapkan metode yang didasarkan pada upaya memandang, menghadapi dan memperlakukan manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal dan jiwa dengan mengarahkannya agar menjadi manusia 21 Ibid h. 175 Hasil wawancara dengan Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab bertempat di Pusat Studi alQur’an pada tanggal 14 April 2015 23 Op. Cit, h. 177 22 50 seutuhnya. Karena itu materi pendidikan yang disajikan oleh al-Qur’an senantiasa mengarah kepada jiwa, akal dan jasmani manusia. Selain itu, materi pembelajaran al-Qur’an juga merupakan materi pokok diberbagai tingkatan, karena ia merupakan sumber dari semua materi pembelajaran dan berbagai sumber ilmu pengetahuan. Sebaiknya, sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai (KBM), seorang pendidik perlu memulai pembelajaran tersebut dengan mengadakan apresiasi, pretest maupun yang lainnya untuk membangkitkan kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan. 3. Metode Penyampaian Materi Untuk menunjang tercapainya target yang diinginkan dalam penyampaian materi-materinya, maka al-Qur’an menempuh metodemetode berikut ini: a) Mengemukakan kisah-kisah yang berhubungan dengan salah satu tujuan materi. Cerita tentang kejadian terutama tentang sejarah merupakan metode yang banyak ditemukan didalam al-Qur’an. Adapun pendidikan Islam, metode penyampaiannya itu dengan menceritakan sebuah kisah, namun cara penyampaiannya sulit untuk disampaikan. Pendidikan melalui kisah-kisah ini dapat menggiring peserta didik pada kehangatan perasaan, artinya peserta didik akan ikut merasakan situasi yang sedang dikisahkannya tersebut. Kisah-kisah dalam al-Qur’an berpatokan pada peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dengan menyebut pelaku-pelaku dan tempat terjadinya peristiwa yang telah terjadi dan masih dapat terulang kejadiannya atau kisah simbolis yang tidak menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi, namun dapat saja terjadi sewaktu-waktu.24 Selain itu, dengan menggunakan metode kisah juga dapat membangkitkan kesadaran pembaca termasuk peserta didik. Setiap pembaca akan senantiasa dapat merenungkan makna dan mengkuti 24 Ibid, h. 309 51 berbagai situasi kisah tersebut sehingga pembaca dapat terpengaruh oleh tokoh atau topik kisah tersebut. Hal itu didukung oleh kisah Qur’ani yang cendrung utuh dan biasanya diawali dengan penyampaian tuntutan, ancaman atau peringatan terhadap suatu bahasa. Ketiga macam peristiwa yang disebutkan diatas ini mengarah kepada tujuan dari salah satu materi yang disajikan, misalnya pembuktian tentang adanya wahyu dan kenabian, kekuasaan Tuhan atau pembuktian tentang kesatuan sumber dan ajaran agama Allah Swt. Kisah-kisah dalam al-Qur’an disajikan secara benar sejalan dengan konteks dan dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Al-Qur’an menyajikan kisah-kisah secara realistis apa adanya. Selain itu, alQur’an juga mendidik prilaku manusia melalui solusi pribadi manusia secra realistis. Pada dasarnya kisah-kisah dalam al-Qur’an bukanlah merupakan kisah yang asing bagi manusia, karena semua kisah yang terdapat dalam al-Qur’an diciptakan untuk menampilkan realitas kemanusiaan. Selain itu, metode melalui kisah mempunyai daya tarik yang dapat menyentuh perasaan. Menurut Quraish Shihab, bahwa al-Qur’an dalam mengemukakan kisah-kisah tidak segan-segan untuk menceritakan kelemahan manusiawi. Namun hal tersebut digambarkan sebagaimana adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang tepuk tangan atau rangsangan.25 Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan menggarisbawahi akibat kelemahan itu atau dengan melukiskan saat kesadaran manusia dan kemenangannya mengatasi kelemahan tadi. Misalnya kisah yang diungkapkan pada Qs. Al-Qashash ayat 76-81, bahwa dengan bangganya Qarun mengakui bahwa kekayaan yang diperolehnya merupakan hasil usahanya sendiri, suatu kekaguman orang-orang sekitarnya terhadap kekayaan yang dimilikinya, tiba-tiba gempa menelan Qarun dan kekayaannya. Orang-orang yang tadinya 25 Ibid, h. 121, 52 kagum menyadari bahwa orang yang durhaka tidak akan pernah memperoleh keberuntungan yang langgeng.26 Metode melalui kisah ini juga menjadi perhatian Kuntowijoyo untuk mengembangkan suatu alternatif pemahaman terhadap al-Qur’an yang dinilainya amat efektif dan diberinya nama sebagai pendekatan sintetik analitik. Menurutnya, kandungan al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertama, berisi konsep-konsep yang mana didalamnya kita mendapati banyak sekali istilah al-Qur’an yang merujuk pada pengertian normatif yang khusus, doktrin-doktrin yang etik, aturan-aturan legal dan ajaran keagamaan pada umumnya. Konsep-konsep tersebut ada yang bersifat abstrak seperti Allah Swt, malaikat, hati akhir dan lain-lain.27 Serta ada yang bersifat kongkrit dan dapat diamati seperti konsep fuqara, dhu’afa dan lain-lain. Semua konsep itu mempunya makna, bukan saja karena keunikannya secara semantik, melainkan juga karena kaitannya dengan materi struktur normatif dan etik tertentu yang melaluinya pesan-pesan al-Qur’an bertujuan memberikan gambaran utuh tentang doktrin Islam dan lebih jauh lagi tentang pandangan dunianya. Jika pada bagian pertama al-Qur’an bermaksud membentuk pemahaman yang komprehensif mengenai nilai-nilai ajaran Islam, maka pada bagian kedua ini al-Qur’an ingin mengajak melakukan perenungan untuk memperoleh hikmah.28 Pada dasarnya, metode pendidikan melalui kisah, seorang guru tidak hanya berhenti pada kisah itu sendiri, tetapi ia harus menjelaskan hikmah, ajaran atau nilai-nilai luhur yang dapat dan harus dikembangkan dari kisah tersebut, sehingga tidak kehilangan pesan moralnya yang merupakan hidayah al-Qur’an. 26 Ibid, h. 175 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), h. 327- 27 328 28 Ibid, h. 327-328 53 b) Nasihat dan Panutan Al-Qur’an al-Karim telah menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengerahkan manusia kepada ide-ide yang dikehendakinya. Tetapi nasihat yang dikemukakannya itu tidak akan berlangsung dengan baik jika yang memberikan nasihat itu tidak memberikan panutan dan tidak dibarengi dengan contoh teladan yang baik.29 Salah satu cara al-Qur’an mendidik Nabi Saw sehingga memiliki keistimewaan-keistimewaan menceritakan sifat-sifat para nabi tersebut adalah terdahulu dan dengan kemudian memerintahkannya untuk mengikuti sifat-sifat nabi tersebut. Nasehat sebagai suatu metode yang sasarannya adalah peserta didik itu sendiri, dengan timbulnya kesadaran untuk mengamalkan ajaran agama, sebagaimana dapat diperhatikan dari apa yang dilakukan Luqman al-Hakim terhadap putranya, yang isinya antara lain nasehat agar tidak menyekutukan Allah, agar berbuat baik kepada ibu dan bapak, agar bersyukur kepada Allah, menunaikan shalat, menyuruh kepada kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat. Metode panutan ini merupakan metode pendidikan dan pengajaran dengan cara mendidik dan memberikan contoh agar dapat ditiru dan dilaksanakan. Metode ini dalam pendidikan merupakan metode yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pendidik dalam pandangan anak didiknya akan menjadi panutan dalam bertingkah laku, disadari atau tidak semua ucapan, perbuatan dan hal-hal yang bersifat material dan spiritual akan di tiru oleh anak didiknya. c) Pembiasaan Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa” dapat diartikan sebagai 29 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), cet., ke-3, h. 310 54 lazim atau umum, seperti sedia kala, sudah merupakan dari kehidupan sehari-hari.30 Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dilakukan untuk membiasakan peserta didik untuk berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.31 Pembiasaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, karena dengan kebiasaan seseorang mampu melakukan hal-hal penting dan berguna tanpa menggunakan energi dan waktu yang banyak. Al-Qur’an menggunakan “pembiasaan” yang dalam prosesnya akan menjadi “kebiasaan” sebagai salah satu cara yang menunjang tercapainya target yang diinginkan dalam penyampaian materi-materinya. Tetapi hendaknya diperhatikan bahwa yang dilakukan al-Qur’an terhadap umatnya menyangkut pembiasaan-pembiasaan yang bersifat positif, hanya dalam hal yang erat hubungannya dengan kondisi sosial dan ekonomi, bukan kejiwaan yang berkaitan dengan aqidah dan akhlak. Sedangkan yang bersifat aktif pembiasaan tersebut terdapat dalam segala hal. Dalam hal yang sifatnya menuntut aktivitas, al-Qur’an membiasakan umatnya secara bertahap. Misalnya dalam hal shalat. Dimulai dengan menanamkan rasa kebesaran Tuhan, kemudian dengan peaksanaan shalat dua kali sehari disertai dengan kebolehan-kebolehan bercakap-cakap, disusul dengan kewajiban melaksanakannya lima kali sehari dengan larangan bercakap-cakap. Metode al-Qur’an dalam mengajukan materi seperti yang dikemukakan diata seharusnya ditempuh bukan pada saat berdakwah 30 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Edisi ke-2, cet ke-4, h. 129 31 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 110 55 dalam masyarakat saja, tetapi juga dalam mendidik pada lembagalembaga pendidikan formal. Metode penyampaian materi yang berkaitan dengan aspek afektif dan psikomotorik, al-Qur’an menempuh berbagai cara seperti dilakukan dengan keteladanan, nasihat, kisah dan kebiasaan. Keteladanan adalah salah satu cara mendidik yang paling efektif dan sukses sebagaimana diperlihatkan oleh Rasulullah Saw yang difirmankan oleh Allah dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.32 Menurut Muhammad Quthb, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa didalam diri Rasulullah Saw, Allah Swt menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung.33 Cara lain yang digunakan dalam memberikan pendidikan adalah melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap, termasuk dalam hal merubah kebiasaan-kebiasaan negatif. Sebagai seorang pendidik sebaiknya dapat memberikan kebiasaan-kebiasaan yang dapat diikiuti oleh anak didiknya. Pendidikan tidak hanya ditujukan pada pengembangan afektif saja, tetapi juga terdapat segi-segi kognitif seperti tentang fakta-fakta sejarah, tanda-tanda kebesaran Tuhan yang terdapat pada ciptaan-Nya 32 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 420 33 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salaman Harun, (Bandung: al-Ma’arif, 1984), h. 135 56 dan lain-lain. Metode mengajarkannya adalah sama dengan yang lain dalam ilmu-ilmu lain.34 d) metode Keteladanan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa “keteladanan” dasar katanya “teladan” yaitu “perbuatan atau barang” yang patut di tiru atau dicontoh. 35 Dengan demikian keteladanan dapat diartikan sebagai hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh orang lain. Akan tetapi keteladanan yang yang dimaksud diatas adalah keteladan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan.36 Bila kita cermati sejarah pendidikan di zaman Rasulullah Saw, dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan atau Uswah. Ternyata Rasulullah Saw banyak memberikan keteladanan dalam mendidik para sahabatnya.37 Sebagai pendidikan yang bersumber kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, metode keteladan pastinya berdasarkan kepada kedua sumber pokok tersebut. Dalam al-Qur’an “keteladanan” diistilahkan dengan kata Uswah.38 Kata ini terdapat dalam al-Qur’an surat alMumtahanah ayat 4, yang berbunyi: .... “sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia…”39 34 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: alMa’arif, 1980). H. 183 35 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Edisi ke-2, cet ke-4, h. 1025 36 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 117 37 Ibid, h. 116 38 Ibid, h. 117 39 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2004), cet ke-6, h. 549 57 Ayat diatas menjelaskan bahwasannya kata Uswah diiringi dengan suatu yang bersifat positif yaitu Hasanah (baik). Selain surat alMumtahanah, ada pula surat lain yang menjelaskan kata Uswah selalu bersamaan dengan kata Hasanah yaitu dalam al-Qur’an Surat al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.40 Ayat diatas menjelaskan bahwasanya kita dapat dipahami bahwa Allah Swt telah mengutus Nabi Muhammad Saw ke bumi ini sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau selalu lebih dulu mempraktekan semua ajaran yang disampaikan oleh Allah Swt sebelum beliau menyampaikan kepada umatnya.41 Telah jelas bahwa suri tauladan yang diterapkan oleh Rasulullah Saw pasti selalu bersifat yang positif, karena beliau juga merupakan kekasih Allah Swt yang bersifat mulia. Hal ini dapat diterapkan pula dalam dunia pendidikan dengan seorang pendidik sebagai tauladan yang mana sikap, perbuatan, ucapan dan lain-lain akan dicontoh oleh peserta didiknya. Untuk menciptakan anak yang shaleh (peserta didik), pendidik tidak hanya memberikan prinsipnya saja, karena yang lebih penting bagi peserta didik adalah seorang contoh atau figur yang baik, yang selalu memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut. 40 Ibid, h. 420 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 119 41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Konsep Pendidikan dalam al-Qur’an Menurut H. M. Quraish Shihab. Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana yang telah disebutkan dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Bahwa konsep pendidikan dalam al-Qur’an itu mengarah dalam menolong peserta didik agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai manusia untuk mengabdi kepada Allah dan menjadi khalifah-Nya. Deskripsi kependidikan yang diberikan oleh al-Qur’an nampak lebih memposisikan dirinya sebagai pemandu dalam prinsip dan tidak memasuki kawasan yang lebih bersifat teknis. Mengenai bagaimana tujuan yang dirumuskan, materi disusun, guru-guru dilatih, evaluasi dilakukan, itu semua diserahkan pada kreativitas pendidik itu sendiri. 2. Tujuan pendidikan al-Qur’an adalah membina manusia agar menyadari akan dirinya sebagai hamba Allah Swt dan menjalani fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini untuk dalam menjadikan lingkungan masyarakatnya menjadi yang lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam menurut H. M. Quraish Shihab bersifat universal atau menyeluruh yang berlaku untuk seluruh bangsa dan umat seluruh dunia. Dalam hal ini, sifat tujuan pendidikan sejalan dengan misi al-Qur’an yaitu sebagai rahmat untuk seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin) 3. Dalam hal penyampaian materi pembelajarannya, harus sesuai dengan apa yang diharapkan dengan merujuk pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan menggunakan materi pelajaran yang diiringi dengan metode pembelajaran yang sesuai, akan lebih cepat tangkap yang diterima oleh peserta didik. Selain itu, dalam al-Qur’an menuntut para pendidik agar dalam hal menyampaikan materi pendidikan itu disajikan dengan 58 59 meyakini kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi yang masuk akal, agar peserta didik dapat menerima materi pembelajaran dengan mudah dan diterima oleh daya fikirnya. 4. Pemikiran H. M. Quraish Shihab tentang konsep metode pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Qur’an berangkat dari kenyataan pendidikan di Indonesia khususnya metode pendidikan saat ini yang lebih menitikberatkan pada peserta didik saja misalnya dengan menggunakan metode hafalan. Hampir semua metode pendidikan saat ini sepenuhnya bergantung peserta didik, sementara guru hanya sebagai motivator, stimulator dan fasilitator sehingga pembentukan perilaku peserta didik terabaikan. B. Saran Berdasarkan penelitian diatas, maka penilis sampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya bagi para pendidik, agar lebih meluangkan waktunya untuk mengamati tingkahlaku peserta didiknya di luar jam pelajaran anak, agar para pendidik dapat memahami kondisi dan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh peserta didiknya sehingga dapat memberikan solusi untuk peserta didiknya. 2. Untuk generasi intelektual Muslim diharapkan dapat lebih giat lagi untuk mengkaji kandungan isi al-Qur’an khususnya mengenai metode-metode pendidikan untuk lebih mengembangkan pesa-pesan kandungan yang terdapat dalam al-Qur’an dan cara penyampaian materinya disesuaikan atau merujuk pada al-Qur’an. 3. Hendaklah pendidik menggunakan metode dan media pembelajaran bahkan cara penyampaian materi pembelajaran yang tepat yang terdapat di dalam al-Qur’an serta dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa supaya mereka selalu belajar dan tekun dalam belajar dan mampu meningkatkan prestasi belajar mereka. 60 4. Untuk peserta didik, hendaknya tetap tekun dan rajin dalam belajar tidak hanya dalam pengetahuan umum saja, tetapi juga dalam pengetahuan islam terutama belajar al-Qur’an agar memiliki bekal yang kuat untuk masa depan. 5. Untuk orangtua, hendaknya membantu anak dalam mengarahkan pendidikan di lingkungan keluarga untuk mencapai tujuan pendidikan. 6. Adanya kerjasama antara sekolah dengan wali murid dalam hal mendidik anak. DAFTAR PUSTAKA Al-Munawar, Said Agil Husin. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani: Dalam Sistem Pendidikan Islam. Ciputat Press, Mizan Pustaka, 2008 Al-Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an. Jakarta: Pustaka alKautsar, 2011 Anshori. Transformasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010 Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002 -----. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press, 2005 Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Cholis, Arif. Pendidikan Islam Menurut Hasyim Muzadi, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2013 Daradjat, Zakiyah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2011 Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah,.Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990 Dewantoro, Ki Hajar. Karya Bagian Pertama; Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977 Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 18 http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001 Khan, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012 Kholis, Nur. Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: Teras, 2008 Khuluq, Husnul. Konsep Etika Belajar Siswa Menurut al-Ghazali. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2010 Kuntowijoyo. Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan, 1991 61 62 Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung: alMa’arif, 1980 Ma’rifat, M. Hadi. Sejarah al-Qur’an. Jakarta: Al-Huda, 2007 Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, 2004 Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012 -----. Pendidikan dalam Persepektif al-Qur’an. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 ----- . Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 Nizar, Moh. Metode Penellitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999 Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam,”Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers, 2002 Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001 Quthb, Muhammad. Sistem Pendidikan Islam, terj. Salaman Harun. Bandung: alMa’arif, 1984 Sabri, M. Alisuf. Pikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012 Shihab, M. Quraish Lentera Al-Qur’an Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan Pustaka, 2008 -----. Kontekstualitas al-Quran. Jakarta:Pernamadani, 2005 -----.Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan Pustaka, 2007 -----. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Penerbit Mizan, 1997 Sihab, Umar. Kontekstualitas al-Quran. Jakarta:Penamadani, 2005 Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta , 2008 Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013 63 Supiana. Sistem Pendidikan Madrasah Unggulan. Bandung: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2008 Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009 Tim Dosen IAIN Sunan Ampel. Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Karya Abditama, 1996 Tim Penyususun UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar. Bandung: Citra Umbara Bandung, 2010 Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung: Pustaka Setia, 1999 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar,. Bandung: Citra Umbara Bandung, 2010 Yulis, Rama. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2010 LEMBAR UJI REF'ERENSI Nama : Nur Fatimah NIM : 111001t000136 Jurusan : Pendirlikan Agama Islam Judul skripsi : Konsep Pendidikan dalam al-eur'an Menurut H. M. euraish Sbihab BAB I Footnote Ke- Referensi I Wina Sanjay4 Strategi -P;il;e@aran Berorientasi Standar Proses Pendidikqt, Halaman Skripsi Paraf l\ (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 20lZ), cet. ke-9, h. 1 2 Abuddin Nat4 Pendidiknn dalam PersepehdalQur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. ke-l, h. 15 J Departemen Agama Terjemah, Kl, Al-Qur'an Tajwid dan @andung: CV Penerbit Diponegoro, I 2\ ([ 2014), cet.ke 6,h.290 4 Umar Sihab Kontekstualitas al-Quran ,( (Jakarta:Penamadani, 2005), cet. 3, h- 151 5 Umar Sihab Kontekstualitas al-Quran J (Jakarta:Penarnadani, 2005), cet. 3, h. 154 6 Umar Sihab Kontekstualitas al-euran 4 7 (Jakarta:Penamadani,20A5), cet. 3, h. 154 Anshori LAL., MA Transformasi pendidikan 5 Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet ke-I, h.3 8 Departemen Agama Rl, Al-Qur'an Tajwid dan- Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 6 2014), cet. ke 6, h. 383 9 10 11 12 Umar Sihab Kontel<stualitas al-Qurarz (Jakarta: Penamadani,2005), cet. Ke-3, h. 154, Nur Kholis Pengontar Studi Al-Qur'an dan BAB Footnote Ke- 2 a J 4 6 Hcdis (Yogyakarta: Teras, 2008). cet. 1.h. 2l Umar Sihab Kontekstualitas al-Quran (Jakarta: Penamadani,2005), cet. Ke-3, h. 154 Departemen Agama KL, Al-Qur'an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegorq 2414), cet. ke 6, h. 587 1 6 7 7 8 9 >rv t \ tr Referensi Abudd.n Nat4 Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: Irt Raia Grafrndo Persad4 2Q12),h,19 Departemen Agama R\ Al-Qur'an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6,h.7 Departemen Agama P.I, Al-Qur'an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014),cet. ke 6,h.284 Abuddin Natq Pemikiran Pendidikan Islon & Barat, (Jakafia: PT Raja Grafindo Persada, Halaman Skripsi l1 Ki Hajar Dewantoro, Karya Bagian Pertama; Pendidilean, (Yogakarta: Majelis Luhur Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h.13 Depdikbud, Kamus Besar Bahsaa Indonesia, (Jakart4 PT: Balai Pustak4 1990) Cet t h. ZA4 M. Alisuf Sabri, Pikologt Pendidikan, (Iakarta PT: Pedoman IImu Jay4 1996) Cet. h. 10 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Waj ib Belaj ar, Paraf 11 t2 12 t2 Persatuan Taman Siswa, 1977), h. 14-16 6 \ [il'} 8 2012),1L19 5 n w \V \' L2 13 13 13 (Bandung: Citra Umbara eandung, 2010)Jrr_ 10 11 t2 t3 t4 15 Nur Uhbiyati llmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Seti4 1997), cet. ke-L, h. 12 Departemen Agama Rl, Al-eur'an Ta,.1wA dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 52 Nur Uhbiyati llmu Pendidikon Islam, @andur€: CV Pustaka Seti4 1997), cet. ke-1, h. 12 Tim Dosen IAIN Sunan Ampel, Dalar-dasa, Kependidika4 (surabaya: Karya Abditama, 1996), cet. ke-l, h.6 Armai Arietl Reformulasi penaiatta" trt"*, (Jakarta: CRSD Press,2005), cet. ke-l, h. 1g Hamdani Ihsan dan Fuad *tsai, filsafat t3 14 t4 t4 ( t4 15 Pendidilaan Islam, (Bandung: CV. pustaka Setia 2001), cet. ke-2, h. 16 16 Armai Arief, Pengantar llmu dan Mendologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002), cet. l, h- 18 t7 Samsul Nizar, Filsafat Pendtdikan klam, 16 t7 (Jakarta: Ciputat Pers,2oo2),cet. ke-1,. H. 35 18 t9 20 2t 22 Zakiyah Daraja! dkk, Ilmu pendidiksn tslam, (Jakarta: Bumi Aksar4 2011),h.25 Arif Cholis, Pendidikan Islam *Iin*i Hasyim Muzadi, Skripsi Fakultas [lmu Tarbiyyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islarq 2013,lL 15 Armai Arief, Pengantar llmu don Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 20A2), cet. t, h. 87-88 l.jrrmad, D. Marimb4 Pengontar Filsafat pendidikon I:!o*,(Bandung: Al-Ma'arif, 1987), h. 19 Hasbullah, Dasar-Dasar tlmu -Fin,lidtkan, Qakarta: Rajagrafindo Persadq 2008), h. lg Hasbullah, Dasar-Dasar (Jakarta: z) tdi-- penAidika", Bajagrafindopersad4 200g), h. HasbullatL Dasar-Dasar llmi--Fendidikan, Hasbullah, Dasar-Dasar ltmu \ \\l \ 18 18 r 18 18 19 (Jakarta: Rajagrafindo persada, 2009), h. 19 24 t7 \fi F"nd;dtk*r, (Jakarta: Rajagrafindo Persad4 20OB), h. 23 t8 19 I I llmu 25 Hasbullah, Dasar-Dasar 26 Supian4 Sistem Pendidikan Madrasah {tnggulan, (Bandung: Badan titbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2008), cet. ke-1, h.317 27 Hasbullah, Dasar-Dagar P-endidikan, ("'akarta: Rajagrafindo Persad4 2008), h. 24 llmu Pendidikan, 19 19 l9 (Jakarta: Rajagrafindo Peisad4 2AA8),h- 26 28 29 30 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Fersada,2003), cet. ke-3, h. 110 Jalaluddin, Teclogi Pendidiknn, (Jakarta: Raja Graflndo Persada, 2003), cel ke-3, h- 11 I UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal I ayat 1). Lihat Departemen Agama R\ Himpunan Peraturan Perundang31 JJ 34 35 36 37 38 20 20 Sistem Pendidiiran Binbaga Islam, Nasional, (Jakarta: Dirjend. t99t/1992),h.3 Hasbullah, Dasor-Dasar llmu Pmdidikan. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), h- 32 20 Arief, Pengantar llmu dan Metodologi Pendidilran Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 2l t, h. 87-88 Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bwrdung: CV Pustaka Setia, 1999), cet.2h.99 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidilcan Islam, (Bandung: 2t CV Pustaka Setia, 1999), ceL 2 b. 99 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidiknn Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia 1999), cet. 2 h. 1 10 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia 1999), cet. 2 h. I I I M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksar4 2009), cet. 4, h.7 I Departemen Agama PiI, AlQur'an Tajwid dan Terjemah, @andung: CV Penerbit Diponegorq u' I l 21 22 22 22 23 \ \ 6,h.248 39 M. Arifin, Ilmu Pendidiknt Islam,(Iakaria: Bumi Aksar4 20W), cet. 4, lt7 I 23 40 M. Quraish Syihab, Lentera 23 (B andung: Penerbit 4t l 1 Armai 2014), cet. ke .n 2t al-Qur'an, Mizan, 2008), h. Zl Syaikh Manna' al-Qaththan, Pengantar Studi 24 --.-- / I Ilmu al-Qur'an, (Jakafta: Pustaka al-Kautsar, l), cet. 6 h. 16 Nur Kholis, Pengantar Studi al-Qur'an dan al-Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2008), cet. I, h.60 201 42 24 43 Samsul Nizar, Pengantar Dosar-dasar 25 44 PemiLiran Peneiidiknn Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 200i), cet. t h. 95-96 Husnul Khuluq, Konsep Etikn Belajar Siswa Menurut al-Ghazali, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Kegur,uan Jurusaa Perdidikan 25 I Agama Islam,2010 h. 15 45 M. Hadi Ma'rifat, Sejaroh al-Qur'an, (Jakarta: Al-Huda, 20A7), cet. 1, h.94 25 46 Muhammad Amin Suma Uumul Qur'an, (Jokarta: Raja Grafindo Persada,20l3), cet. 26 ffi 1, h. 39 47 Muhammad Amin Suma Uumul Qwr'an, 26 (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2}JS), eet. 48 1,h.57 Said Agil Husin al-Munawar Aldualisasi Nilai-Nilai Qur'ani:Dalam 49 50 Sistem Pendidikan Islam, (Ciputat Ciputat Press, 2005), cet.ke-Z,h.4 M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur'an Isoh don Hikmah Kehidupen, (Bandung: Mizan Pustaka, 2008), cet ke-Z, h. 26 Departemen Agama RI, Al-Qur'an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit 27 r 2t 28 Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h. 33 51 Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur'an dan 28 52 Hadits, (Yogyaka(a: Teras, 2008), h.32 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Persepefud 30 al-Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta 53 Press, 2005), cet ke-1, h. 89 Abuddin Nata, Pendidiknn dalam Persepehif 30 alQur'an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),cetke-1,h.91 54 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jaka*a: \ 30 / Raja Grafindo Persada, 20A3), 'cet. kejl, tL 119 55 Abuddin Nata, Pendidikaru dolom persepekttf 30\ al-Qur'an, (Jakarta: UIN Jakarta press, 56 2005), cet ke-l, h. 123 Samsul Nizar, Filsofot Pendidifuin Isiai, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, h. 26 '31 JI Departemen Agama RI, Al-eur'an TaJwid 31 dan Terjemah, (Bandung: CV 58 59 penerbit Diponegoro,2014), cet. ke 6, h.l 15 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) , cet.ke-L,h.92 Miftah Faridl, .Konsep Ta'dib Menurut Syid Muhammad Naquib al-Ana; Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan DA 31 3t Junrsan Pendidikan Agama Islam, 2013, h. 48 60 Samsul Nizaq Filsafot f"idAikan ttt"*, 32 (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-I, h. 94 61 62 Departemen Agama BlI, Al-Qur'an Tajwid don Terjemah, @andung: CV penerbit Diponegoro,2014), cet. ke 6, h. 115 Samsul Nizar, Filscfat Pendidikon klAi: (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. ke-I, h. 99 BAB 32 32 III Lexy J. Moelong, Metodologi peielitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2004), cet ke 18, h. 6 Sugiono Metode Penelition pendidikon, (Bandung: Alfabeta,2008), h. 3 Nana Syaodih, Metode penelitian Pendidikan, @andung: Remaja Rosda Halaman Skripsi \\( N Karya, 2009),h.52 4 Moh. Nizar, Metode Penellitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), cet. IV, h.63-64 BAB Referensi I Tokoh-tikoh Pemboruan Islam di Indonesia, (Jakarta: RajagrafindoPersada, 2005), cet. 1-3 11.362 http ://i d. wikipedia. orglwititMunammaa_qurai sh Halaman Skripsi NatA Pendidikan 2 (/ Y IV Footnote KeAbuddin 36 Paraf 37\ 40 _Shihab a J 5 M. Quraish Shihab, Membwnikan olgurtan Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupwt Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 ZO07), cet.121, h.172 M. Quraish Shihab, Membumikan at-gu.An Fungsi dan Peran Wahyu dslsn Kehidupon Masyaralcat, @andung: Mizan pustek4 2007), cet.l2l, h.I72. M. Qtrraish Shihab, Wowason al-eurWt, 42 6 (Bandung: Penertbit Mizan,1997), cet- 6, h- I I Departemen Agama P.l, Al-eur'an@iidAi 42 4 Terjemah, @andung: CV penerbit Diponegoro, 2Al4), cet. ke 6, h. 412 7 Umar Sihab Kontekstualitas ateuti 42 42 {a \ 43 (Jakarta:Penamadani, 2005), cetj, h. 167 8 9 10 Umar Sihab Kontelatualitas al-Quran 43 (Jakarta:Penamadani, 2005), cet3, h. 169 Departemen Agama P.I, Al-Qur'an Tajwid dan Terjemah, @andung: CV penerbit Diponegoro, 2014), cet. ke 6, h.553 M Al-eur'an T;iwid d"n 44 Departemen Agama RI, Terjemah, @andturg: CV Penerbit Diponegoro, 2014), cel ke 6,h.523 1l M. Quraish Shihab, Membumikan it-eirZnFungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupon t\ \ 44 lvlasyaraka:, (Bandung: Mizan Pustaka, cet., ke-3, 12 t3 14 ZO07), h.269 Hasil wawancara dengan Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab bertempat di Pusat Studi alQur'an padatanggal 14 April2015 Sihab, Kontelcstuolitas al-Quran (Jakarta: PenamaCani, 2005), cet ke 3, h. i3 Ali AI Jumbulati, Perbandingan pendidikan islam, Cipta 1994),cet. ke-I, h. t34 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tckoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press Group, 45 45 45 (Jakarta: Rineka 15 2005) cet. ke-I, h. 46 13 t6 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh PenCidikan Islant, (Jakarta: Ciputat Press Group, 2005). cet. ke-1, h.367 46 t7 Bukhari, Shahih Bukhari, ((airo: Dar al-Hadits, 46 2010), l8 l9 2A 2t 22 23 24 jilid 6, h.192 Abdul Majid Y:han Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. 1,h. 13 M. Quraish Shihab, Membunikan alQur'an: Fungsi dnn Peran Wahyu dalon KehiCupon Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 2007), cet., ke-3, h.272 Iv{. Quraish Shihab, Membumikan al-eur'an: Fungsi dan Peran W'alryu dalam Kehidupan Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 2007), cet., ke-3, h.273 M. Quraish Shihab, ]vlembwnikan aleur'an: Fungsi dan Peran TVahyu dalam Kehidupan Masyaraknt, @andung: Mizan Pustak4 2007), cet., ke-3, h. 175 Hasil wawancara dengan Prof, Dr. H. M. euraish Shihab bertempat di Pusat Studi al-eur,an pada tanggal 14 April2015 M. Quraish Shihab, Membumikan aLeurbn Fungsi dan Peran Wahya dalarn Kehidupan Masyarakat, @andung: Mizan Pustak4 2007), cet., ke-3, h.177 M. Quraish Shihab, Membumikan at-gurdrx \ngsi dan Peran Wahyu dalarn Kehidupan / 48 N 48 \\V /\ 48 \ 49 49 49 I J Masyarakat, (Bandung: Mizan t ustakqJ0iry), cet., ke-3, h. 309 25 26 27 28 M. Quraish Shihab, Memburnikan ol-eur,an: Fungsi don Peran {itahyu dolaru Kehidupan Masyaralail, (Bandung: Mizan Pustaka, ZCOT), cet., ke-3, h. 121 M. Quraish Shihab, Membwnikan al-eur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan Pustaka- 2007), cet., ke-3, h.175 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, @andung: Mizan, l99l), h.327328 Kuntorvijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, @andung: Mizan,l99l), h.327- 5l t \ 5) 52 52 328 29 M. Quraish Shihab, Membumikatt ol-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyaroknt, @andung: Mizan Pustaka, /) 53 Iu 2007), cet., ke-3, h. 310 30 Departemel Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 54 Balai Pustaka,1995), Edisi ke-2, cet ke-4, h. 129 3t Armai Arief, Pengantar llmu Metodologi Pendidikon Islam, 32 33 '34 35 dan (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 110 Departemen Agama Rl, Al-Qur'an Tajwid dan Terjemah, @andung: CV Penerbit Diponegoro,2014), cet. ke 6,h. 420 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islqm, terj. Salaman Harun, @andung: al-Ma,arif, 1984), h. 135 Hasan langgulung, Beberapa pemikiran tentang Pendidikan Islom, @andung: alMa'arif, 1980). H. 183 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (lakarta: 54 \ \ \ 55 55 I 56 5H / Balai Pustaka,1995),, Edisi ke-2, cet ke-4, h 1025 36 Armai Arief, Pengantar llmu Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Pers,2002), cet. 1,h. 117 37 don Armai Arief, Pengantar llmu Metodologi Pendidiknn Islam, 56 (Jakarta: dan (Jakarta: 56 Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. i 16 38 Armai Arief Pengantor llrnu dan s6 Metodologt Pendidikon Islam, (Jakarta: 39 40 4t Ciputat Pers,2002), cet. 1, h.ll7 Departemen Agama RI, Al-Qur'an Tojwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,2004), cet ke-6, h.549 Departemen Agarna P.I, Al-Qur'an Tajwid dan Te$emalt, @andung: CV Penerbit Diponegoro,2004), cet ke-6, h- 420 Armai Arief, Pengantar llmu dan Metodologi Pendidiknn Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), cet. l, h. 119 56 4A 4l '\f