8 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Perusahaan Efek dan Kegiatannya

advertisement
BAB II
LANDAS AN TEORI
II.1
Perusahaan Efek dan Kegiatannya
II.1.1 Pengertian Perusahaan Efek
M enurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M .Fakhruddin (2001) pengertian
dari Perusahaan Efek adalah:
“pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek,
Perantara Pedagang Efek, dan atau M anajer Investasi (UU Pasar M odal).
Perusahaan Efek (berbentuk Perseroan Terbatas) dapat menjalankan usaha
tersebut setelah mendapat izin dari Bapepam”(h19).
Sedangkan pengertian perusahaan efek menurut SAK No.42 (2007)
adalah:
“perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM untuk
melakukan satu atau lebih kegiatan usaha berikut ini, yaitu kegiatan sebagai
perantara pedagang efek, penjamin emisi efek, manajer investasi,penasehat
investasi serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
BAPEPAM ”(Paragraf 11).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perusahaan Efek merupakan lembaga
yang telah mendapatkan izin dari Bapepam untuk melakukan kegiatan sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manajer investasi dan kegiatan
lainnya, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.
II.1.2 Peranan Perusahaan Efek
Tjiptono Darmadji dan Handy M .Fakhruddin (2001) menyatakan bahwa
peran dari Perusahaan Efek, “sebagai berikut :
8
1.
M endukung eksistensi pasar modal, dalam hal memperlancar perputaran
dana dan informasi.
2.
M endukung sistem dan aktivitas Bursa sebagai bagian dari pasar modal
dan sebagai unit usaha.
3.
M eningkatkan kegiatan investasi pasar modal untuk menunjang
perekonomian nasional”(h24).
II.1.3 Fungsi Perusahaan Efek
Tjiptono Darmadji dan Handy M .Fakhruddin (2001) adapun fungsi dari
Perusahaan Efek adalah “sebagai berikut :
1.
Sebagai perantara mengalirnya arus dana dan informasi antara pemodal
dengan pemodal dan pemodal dengan emiten (Perusahaan go public yang
tercatat di Bursa).
2.
Sebagai ujung tombak Bursa (pasar modal) dalam meningkatkan
pergerakan dan volume investasi”(h24).
II.1.4 Tugas Perusahaan Efek
Adapun menurut Tjiptono Darmadji dan Handy M .Fakhruddin, (2001)
Perusahaan Efek memiliki tugas, “sebagai berikut :
1.
M emasyarakatkan pasar modal dan meningkatkan minat masyarakat
untuk investasi di pasar modal sebagai salah satu alternatif investasi.
2.
M embantu mobilisasi dana masyarakat dengan cara memperjual-belikan
Efek di antara pemodal dengan pemodal maupun pemodal dengan
emiten”(h24).
II.1.5 Kegiatan Perusahaan Efek
9
II.1.5.1Penjamin Emisi
M enurut Eduardus Tandelilin (2007) Penjamin emisi merupakan :
“lembaga perantara emisi yang menjamin penjualan sekuritas yang diterbitkan
emiten. Penjamin Emisi merupakan mediator yang mempertemukan emiten
dengan pemodal. M ereka bertugas untuk meneliti dan mengadakan penelitian
menyeluruh atas kemampuan dan prospek emiten. Dengan adanya penjamin
emisi maka proses penarikan dana yang dibutuhkan akan lebih mudah dan pasti,
sehingga bisa disesuaikan dengan rencana perusahaan”(h33).
Sedangkan Tjiptono Darmadji dan Handy M .Fakhruddin, (2001)
menyatakan bahwa Penjamin Emisi merupakan “perusahaan sekuritas yang
membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan penawaran umum bagi
kepentingan Emiten tersebut. Kontrak tersebut memiliki sistem penjaminan
dalam 2 bentuk :
a.
Best Effort
Penjamin Emisi hanya menjual sebatas yang laku saja.
b.
Full Commitment
Penjamin Emisi menjamin penjualan seluruh saham yang ditawarkan.
Bila ada yang tak terjual, maka Penjamin Emisi yang membelinya”(h22).
Adapun yang diungkapkan oleh Kamaruddin Ahmad, (2004) Bantuan
penjamin emisi kepada emiten secara umum, “sebagai berikut :
a.
Nasihat kepada emiten, seperti jenis efek, harga yang wajar,
pendistribusian, dan kebijaksanaan umum lainnya.
b.
Pelaksanaan pengajuan pernyataan pendaftaran emisi efek. Selain itu,
mengorganisasi penyelenggara emisi, antara lain:
1
M erancang sistem distribusi efek
10
II.1.5.2
2.
M empersiapkan perjanjian-perjanjian emiten dengan penjamin emisi
3.
M engawasi pelaksanaan distribusi efek”(h27).
Perantara Pedagang Efek
M enurut Eduardus Tandelilin (2007) perantara pedagang efek
merupakan “pihak yang mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas,
menyediakan informasi bagi kepentingan pemodal, memberikan saran
serta membantu mengelola dana bagi kepentingan pemodal”(h34).
Sedangkan menurut Tjiptono Darmadji dan Handy M.Fakhruddin
(2001) Perantara pedagang efek merupakan :
“perantara dalam jual beli Efek, karena investor tidak boleh
melakukan kegiatan jual beli secara langsung tanpa melalui perantara
atau broker atau pialang. Jadi setiap transaksi jual dan beli harus melalui
perantara. Untuk jasa sebagai perantara tersebut maka perantara
mendapatkan komisi dari investor baik untuk kegiatan jual maupun beli.
Selain itu, pedagang efek juga dapat melakukan aktivitas jual beli saham
untuk kepentingan perusahaan Efek tersebut”(h22).
II.2
Transaksi Efek dan Mekanisme Perdagangan Efek
II.2.1 Pengertian Transaksi Efek
Berdasarkan SAK No.42 (2007) Pengertian dari Transaksi Efek ialah
“transaksi pembelian dan penjualan efek baik untuk nasabah maupun untuk
sendiri diakui dalam laporan keuangan Perusahaan Efek pada saat timbulnya
perikatan atas transaksi efek”(paragraf 14).
II.2.2 Pembagian Segmen Pasar Transaksi Efek
Adapun menurut Eduardus Tandelilin (2007) transaksi Efek yang terjadi
di pasar modal “terbagi atas :
11
a.
Pasar Perdana
Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya
kepada investor umum untuk pertama kalinya.
b.
Pasar Sekunder
Setelah sekuritas emiten dijual pasar perdana, selanjutnya sekuritas
emiten tersebut kemudian bisa diperjualbelikan oleh dan antara investor
di pasar sekunder. Di pasar sekunder ini, investor dapat melakukan
perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan”(h14-16).
Sedangkan, Abdul halim (2005) menyatakan bahwa perdagangan
saham (Transaksi Bursa) dapat dilakukan melalui salah satu dari tiga
pasar “berikut :
a.
Pasar Reguler
Pasar di mana perdagangan dilaksanakan melalui Jakarta Automated
Trading System (JATS) dan penyelesaiannya dilakukan pada Hari Bursa
ke-3 setelah terjadinya Transaksi Bursa ( T+3 ).
b.
Pasar Reguler Tunai
Pasar
di
mana
perdagangan
dilaksanakan
melalui
JATS
dan
penyelesaiannya dilakukan pada Hari Bursa yang sama dengan terjadinya
Transaksi Bursa ( T+0 ).
c.
Pasar Negosiasi
Pasar di mana perdagangan dilaksanakan berdasarkan tawar-menawar
langsung
secara
individual
dan
tidak
secara
lelang
yang
berkesinambungan ( non-continous auction market ) dan penyelesaiannya
12
dapat
dilakukan
berdasarkan
kesepakatan
penjual dan
pembeli.
Selanjutnya hasil kesepakatan tersebut diproses melalui JATS”(h8).
II.2.3 Instrumen dalam Transaksi Efek
Kamaruddin Ahmad (2004) menyatakan bahwa di Indonesia pengertian
Efek adalah “setiap pengakuan utang, Surat Berharga Komersial, Saham,
Obligasi, Sekuritas Kredit, Tanda Bukti Utang, Setiap Right, Warrant, Opsi atau
setiap derivatif dari efek atau instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai
efek”(h69).
“Surat berharga di pasar modal umumnya dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu :
a.
Surat berharga bersifat utang atau pengakuan utang dari suatu
perusahaan.
b.
Surat berharga yang bersifat pemilikan atau bukti penyertaan dalam suatu
perusahaan”(h69).
II.2.3.1
S aham
II.2.3.1.1
Pengertian S aham
M enurut
Eduardus
Tandelilin
(2007)
Pengertian
saham
merupakan :
“surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka
investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan
perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan”(h18).
Sedangkan
yang diungkapkan
dalam Pedoman
Akuntansi
Perusahaan Efek (1998) Pengertian saham merupakan :
13
“bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang dapat berbentuk warkat
atau tanpa warkat. Saham yang berbentuk warkat dinyatakan dalam
bentuk Surat Kolektif Saham (SKS) yang diterbitkan oleh emiten,
sedangkan Saham tanpa warkat tercatat dalam Rekening Efek di
kustodian secara elektronik”(h4).
Sehingga dapat disimpulkan, pengertian saham ialah surat bukti
kepemilikan atas asset suatu perusahaan, yang dapat berbentuk warkat
atau tanpa warkat.
II.2.3.1.2
Jenis-jenis S aham
M enurut Eduardus Tandelilin (2007) saham dapat “dibedakan
menjadi :
a.
Saham Preferen
b.
Saham Biasa ( Common Stock )"(h18).
Pendapat yang diungkapkan oleh Kamaruddin Ahmad (2004)
Saham preferen merupakan saham tanpa hak suara. Adapun jenisjenisnya, “sebagai berikut :
a.
Cummulative Prefered Stock
b.
Non Cummulative Prefered Stock
c.
Participating Prefered Stock”(h74-75).
Sedangkan Tjiptono Darmadji dan Hendy M .Fakhruddin (2001)
menyatakan bahwa, dilihat dari cara peralihannya, saham dapat
“dibedakan atas :
II.2.3.2
a.
Saham Atas Unjuk (bearer stocks)
b.
Saham Atas Nama (registered stocks)”(h6-7).
Obligasi
14
II.2.3.2.1
Pengertian Obligasi
M enurut
pendapat
Eduardus
Tandelilin
(2007)
Obligasi
merupakan “sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap
kepada pemiliknya”(h19).
Sedangkan berdasarkan Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek
(1998) pengertian dari obligasi (bond) ialah merupakan “sertifikat/ bukti
pengakuan hutang yang diterbitkan oleh pihak peminjam dana (debitur)
kepada pihak yang meminjamkan dana (kreditur)”(h4).
Dapat disimpulkan bahwa obligasi (bond) merupakan surat bukti
hutang yang diterbitkan oleh debitur kepada kreditur, yang memberikan
pemiliknya pendapatan dalam jumlah tetap.
II.2.3.2.2
Jenis-Jenis Obligasi
Kamaruddin Ahmad (2004) menyatakan bahwa menurut cara
peralihannya, obligasi “terbagi atas :
II.2.3.3
1.
Obligasi Atas Unjuk (bearer bonds)
2.
Obligasi Atas Nama”(h69).
Right
M enurut Eduardus Tandelilin (2007) Right merupakan instrumen
derivatif yang berasal dari saham. Pengertian dari Right Issue adalah :
“memberikan hak bagi pemiliknya untuk membeli sejumlah
saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan harga tertentu.
Perusahaan mengeluarkan right issue dengan tujuan untuk tidak
mengubah proposi kepemilikan pemegang saham dan mengurangi biaya
emisi akibat penerbitan saham baru”(h22).
15
Sesuai pernyataan Kamaruddin Ahmad (2004) bahwa Right mirip
dengan warrant, namun terdapat perbedaan diantara keduanya, “yaitu :
a.
Jangka waktu right lebih pendek dari warrant
b.
Dijual kepada pemegang saham senior (lama), sedangkan warrant
dapat dijual kepada siapa saja
c.
Harga beli sahamnya lebih tinggi daripada harga saham pada
waktu penerbitan saham
d.
Right dijual dan diterbitkan bersamaan dengan saham preferen
atau obligasi perusahaan yang mengemisinya, sedangkan warrant
sering diemisi tersendiri”(h76).
II.2.3.4
Warrants
Kamaruddin Ahmad (2004) berpendapat bahwa warrant adalah
“hak untuk membeli saham perusahaan dengan harga yang telah
ditetapkan lebih dahulu, harga tertentu dan pada waktu yang tertentu
pula”(h75).
Umumnya hak warrant disertakan pada distribusi utang dan
digunakan untuk menarik investor agar mau membeli obligasi tersebut
pada tingkat bunga yang lebih rendah dari semestinya.
Sesuai dengan pernyataan Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek
(1998) waran merupakan “efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
yang memberikan hak kepada pemegang Efek untuk memesan saham dari
perusahaan tersebut dengan harga tertentu pada waktu enam bulan
mendatang atau lebih”(h5).
16
Dari kedua pengertian tersebut, warran dapat diartikan sebagai
efek yang diterbitkan oleh perusahaan dimana diberikan hak untuk
membeli saham perusahaan tersebut dengan harga dan waktu tertentu.
Hak
yang
diberikan
kepada
pemegang
saham
tersebut
dimaksudkan untuk memberikan daya tarik atau pemanis agar penawaran
baru (new issuer) hutang atau saham menjadi lebih menarik.
II.2.4 Jenis-jenis Transaksi Efek :
II.2.4.1
Transaksi Tunai
Berdasarkan Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek (1998) Dalam
transaksi tunai, “nasabah melunasi pesanan jual beli dalam kurun waktu
yang ditentukan untuk menyelesaikan transaksi sebagaimana yang diatur
dalam peraturan perdagangan Bursa Efek yang bersangkutan”(h8).
II.2.4.2
Transaksi Nasabah Umum
M enurut Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek (1998) Transaksi
nasabah umum merupakan “transaksi yang dilakukan dalam rangka
pemesanan Efek dalam penawaran Umum oleh investor yang tidak
mempunyai
Rekening
Efek
pada
Perusahaan Efek”(h9).
II.2.4.3
Transaksi Nasabah Kelembagaan
Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek (1998) menyatakan bahwa
Transaksi Nasabah Kelembagaan adalah :
“transaksi Efek antara Perusahaan Efek dengan Nasabah
Kelembagaan tertentu yang didasarkan pada perjanjian antara Perusahaan
Efek dengan Nasabah Kelembagaan tersebut, seperti perusahaan asuransi,
17
II.2.4.4
Reksadana, bank atau lembaga keuangan lainnya yang tidak mempunyai
Rekening Efek pada Perusahaan Efek tersebut”(h9).
Transaksi Nasabah Pemilik Rekening
Sesuai dengan pernyataan Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek
(1998) Transaksi Nasabah Pemilik Rekening adalah :
II.2.4.5
“transaksi Efek yang dilaksanakan oleh Perusahaan Efek untuk
kepentingan rekening nasabahnya sesuai dengan kontrak antara
Perusahaan Efek dengan nasabah tersebut, yang dibuat sebagaimana
diatur pada angka 5 Peraturan Nomor V.D.3 ( dan angka 4 Peraturan
Nomor V.D.6 (Pembiayaan penyelesaian transaksi Efek bagi nasabah
hanya dapat diberikan oleh Perusahaan Efek apabila nasabah telah
membuka rekening Efek marjin pada Perusahaan Efek berdasarkan
kontrak marjin antara nasabah dan Perusahaan Efek)”(h9).
Transaksi
Menjual/Membeli
Efek
dengan
Perjanjian
Membeli/Menjual Kembali
Berdasarkan Pedoman Akuntansi Perusahaan
Efek
(1998)
Transaksi menjual dengan perjanjian untuk membeli kembali (repo)
adalah :
“transaksi dimana Perantara Pedagang Efek menjual Efek nasabah
atau pihak lain dengan harga yang telah ditentukan dan akan membeli
kembali Efek yang sejenis pada tanggal tertentu dengan harga yang sama
ditambah bunga atau dengan harga yang lebih tinggi”(h9).
Sedangkan kebalikannya, yaitu membeli efek dengan perjanjian
untuk menjual kembali (reverse repo) adalah
“transaksi dimana perantara pedagang Efek membeli efek dari
pihak lain dengan harga yang telah ditentukan dan akan menjual kembali
kepada pihak yang sama pada tanggal yang telah ditentukan di kemudia
hari dengan harga yang sama ditambah bunga atau dengan harga yang
lebih tinggi”(h9).
II.2.5 Mekanisme Perdagangan Efek
Berdasarkan pendapat dari Kamaruddin Ahmad (2004) mekanisme
perdagangan saham terjadi “pada :
18
1.
Pasar Perdana
Penawaran Efek emiten kepada pemodal selama masa tertentu
sebelum efek tersebut dicatatkan di bursa. Biasanya dalam jangka waktu
sekurang-kurangnya enam hari kerja.
Pada pasar perdana, penjamin emisi dibantu para agen penjualan
untuk menyebarkan prospectus, melayani pemesanan saham, penjatahan
saham dan pengembalian uang pemesanan apabila pemesan tidak
memperoleh jatah saham. Pembayaran hasil emisi diserahkan kepada
emiten setelah selesainya pasar perdana ini, setelah dikurangi dengan jasa
penjamin.
Harga efek di pasar perdana sebelumnya ditetapkan bersama
antara emiten dan penjamin emisi dengan harga yang besarnya tidak
boleh kurang dari nominalnya. Penawaran Efek pada pasar perdanan
dilakukan oleh penjamin emisi dengan bantuan para agen penjualan yang
menjadi anggota bursa dan ditunjuk oleh penjamin pelaksana emisi. Jika
ternyata permintaan melebihi jumlah yang ditawarkan, maka penjatahan
harus dilakukan, dengan berpedoman pada prinsip penyebarluasan
pemilikan saham dan prioritas pada pesanan kecil.
M asa penjatahan ini dibatasi selambat-lambatnya 6 hari kerja,
terhitung mulai berakhirnya masa penawaran. Bagi pemesan yang tidak
mendapat jatah, uang dikembalikan penjamin emisi selambat-lambatnya
4 hari setelah tanggal akhir penjatahan
19
Untuk surat saham/ obligasi yang telah dibeli harus diserahkan
kepada pemesan selambatnya-lambatnya 12 hari kerja, terhitung setelah
tanggal akhir penjatahan. Dan selanjutnya efek yang bersangkutan harus
didaftarkan di bursa.
2.
Pasar Sekunder
Dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari setelah izin emisi
diberikan, maka efek tersebut harus dicatatkan di bursa, di mana transaksi
dilakukan melalui perantara perdagangan efek dan pedagang efek yang
menjadi anggota bursa. Dengan demikian lembaga penunjang yang
berperan adalah perantara perdagangan efek.
Besarnya imbalan juga diserahkan kepada masing-masing pihak.
Dalam bursa, pemodal tidak bisa melaksanakan jual beli sendiri,
perdagangan bursa diselenggarakan oleh Bapepam dan dilakukan melalui
perantara perdagangan dan pedagang efek anggota bursa, yaitu yang telah
mengajukan permohonan dan disetujui oleh ketua Bapepam dengan
melampirkan salinan izin usaha dan tanda tangan anggota PPUE”(h4447).
II.3
Perlakuan Akuntansi
II.3.1 Pengakuan ( Recognition )
Iman Santoso (2007) mengatakan bahwa “pendapatan secara umum
diakui bilamana memenuhi dua kriteria,
yaitu
direalisasi atau
dapat
direalisasikan, dan dapat diterima. Pendekatan ini sering disebut sebagai Prinsip
Pengakuan Pendapatan. Pendapatan direalisasi apabila produk, persediaan, atau
20
aktiva lainnya ditukar dan memperoleh uang atau tagihan. Pendapatan dapat
direalisasi jika aktiva diterima atau dimiliki siap diubah menjadi kas atau
tagihan”(h30).
Sedangkan berdasarkan ketetapan SAK No.42, pengakuan pendapatan
ialah “pendapatan sehubungan dengan penjaminan emisi diakui pada saat
aktivitas penjaminan emisi secara substansi telah selesai dan jumlah pendapatan
telah dapat ditentukan”(Paragraf 29).
Adapun untuk pengakuan beban menurut SAK No.42 ialah :
“biaya yang timbul sehubungan dengan proses penjaminan emisi diakumulasi
dan dibebankan pada saat pendapatan penjaminan emisi diakui Dalam hal
kegiatan penjaminan emisi tidak diselesaikan dan emisi efek dibatalkan, maka
biaya penjaminan emisi tersebut dibebankan pada periode berjalan”(Paragraf 30).
II.3.2 Pengukuran ( Measurement )
M enurut Winwin Yadiati (2007) Definisi dari pengukuran ialah :
“pengukuran merupakan pemetaan (mapping) suatu angka kepada objek atau
peristiwa aturan tertentu.Akuntansi merupakan pengukuran dari peristiwa dan
transaksi-transaksi bisnis dari suatu entitas yang telah diidentifikasi dengan
angka-angka dan dengan atribut yang relevan”(h64).
Adapun, atribut-atribut pengukuran akuntansi, dimana atributnya
mengukur peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, “yaitu :
1.
Nilai perolehan (historical cost), yaitu semua barang dan jasa dinilai dan
dilaporkan berdasarkan nilai perolehannya, yaitu jumlah kas atau
ekuivalennya yang dibayarkan pada saat memperoleh baramg dan jasa
tersebut. Contohnya adalah perolehan aktiva tetap.
2.
Nilai sekarang atau Nilai Penggantinya (current or replacement cost),
yaitu pengukuruan yang didasarkan pada nilai sekarang saat ini bukan
21
nilai masa lalu, atau dengan nilai penggantinya. Contohnya adalah
persediaan.
3.
Nilai Pasar Sekarang (current market value), yaitu pengukuran yang
berdasarkan pada harga pasar yang berlaku saat ini, yaitu sejumlah kas
atau ekuivalennya yang akan diperoleh seandainya aktiva tersebut dijual.
Contohnya adalah surat berharga.
4.
Nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value), yaitu
pengukuran yang berdasarkan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan,
yaitu sejumlah uang kas atau ekuivalennya yang diharapkan akan
diperoleh setelah dikurangi biaya-biaya langsung. Contohnya adalah
piutang dagang”(64-65).
II.3.3 Penyajian ( Presentation )
Sofyan Syafri Harahap (2007) berpendapat bahwa secara umum aturan
tentang “penyajian laporan keuagan adalah bahwa posisi keuangan disajikan
dalam neraca, hasil usaha dalam laporan laba rugi dan arus kas dalam laporan
arus kas. PSAK mengatur cara penyajian ini dengan ketentuan sebagai berikut :
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas
hal-hal material. Hal-hal tersebut mencakup bentuk, susunan, dan isi laporan
keuangan, serta catatan atas laporan keuangan, yang meliputi, sebagai contoh,
istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan
keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang
dicantumkan dalam laporan keuangan”(h267).
22
M enurut SAK No.42 mengenai penyajian neraca ialah :
“neraca disajikan dengan menggunakan metode tidak dikelompokkan
(unclassified) sehingga asset dan kewajiban tidak dikelompokkan menjadi
elemen lancar dan elemen tidak lancar. Kelompok akun asset disajikan
berdasarkan urutan likuiditas, sedangkan kelompok akun kewajiban dilaporkan
berdasarkan urutan jatuh tempo”(Paragraf 45).
Berdasarkan ketentuan SAK No.42 mengatakan bahwa penyajian laporan
rugi “disajikan dalam bentuk single step, maka pendapatan dari masing-masing
kegiatan usaha Perusahaan Efek, dan beban disajikan sesuai jenisnya”(Paragraf
48).
II.3.4 Pengungkapan ( Disclosure )
Berdasarkan pendapat dari Iman Santoso (2007) Prinsip pengungkapan
penuh (full disclosure principles), mengakui bahwa “sifat dan jumlah informasi
yang harus tercakup
dalam laporan keuangan mencerminkan sejumlah
pertimbangan untung-rugi (trade off). Seperangkat laporan keuangan yang
lengkap diperlukan untuk memnuhi tujuan pelaporan keuangan adalah laporan
yang akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Posisi Keuangan pada akhir periode tertentu (neraca).
2.
Laba bersih selama satu periode tertentu (laporan laba-rugi).
3.
Laba komprehensif (perubahan total dalam aktiva bersih yang tidak
berasal dari transaksi pemilik) selama satu periode tertentu.
4.
Arus kas selama satu periode tertentu (laporan arus kas).
5.
Investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik selama satu periode
tertentu”(h31).
Sedangkan menurut ketetapan SAK No.42 menyatakan bahwa :
23
“selain hal-hal yang wajib diungkapkan sebagaimana yang dijelaskan dalam
pernyataan lain hal berikut wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan :
(a)
Perlakuan Akuntansi mengenai :
(1) Transaksi perantara dan pedagang efek;
(2) Transaksi jual efek dengan janji beli kembali dan transaksi beli
efek dengan janji jual kembali;
(3) Transaksi pinjam-meminjam efek; dan
(4) Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan kegiatan
Perusahaan Efek
(b)
Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi perantara
pedagang efek, penjamin emisi efek, dan manajer investasi”(Paragraf 49).
II.4
Konsep Modal Kerja Bersih Disesuaikan
II.4.1 Pengertian Modal Kerja Bersih Disesuaikan
M enurut
Pedoman
Akuntansi
Perusahaan
Efek
(1998)
M odal Kerja Bersih Disesuaikan merupakan :
“laporan yang menunjukkan perhitungan modal kerja Perusahaan Efek yaitu
selisih aktiva likuid (aktiva lancar) dengan total kewajiban kemudian dilakukan
penyesuaian sehingga modal kerja yang dilaporkan merupakan aktiva yang
benar-benar likuid”(h28).
II.4.2 Konsep Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan
Peraturan Bapepam Nomor V.D.5 (2008) mengenai Pemeliharaan dan
Pelaporan M odal Kerja Bersih Disesuaikan. “Definisi:
24
1.
Haircut
Suatu persentase tertentu yang digunakan sebagai pengurang nilai pasar
wajar Efek sesuai dengan resikonya masing-masing.
2.
M odal Kerja Bersih Disesuaikan (M KBD) adalah jumlah kas dan bank,
portfolio Efek, dan aktiva lancar lainnya yang dimiliki oleh Perusahaan
Efek dikurangi dengan seluruh utang Perusahaan Efek dan Ranking
Liabilities serta penyesuaian-penyesuaian lainnya.
3.
Ranking Liabilities adalah sejumlah kewajiban kontinjen dan kewajiban
off balance sheet yang menurut perhitungan tertentu akan ditambahkan
pada kewajiban sebagai faktor resiko dalam penghitungan M KBD.
4.
Rating adalah suatu hasil pemeringkat atas Efek bersifat hutang yang
diterbitkan oleh perusahaan pemeringkat Efek yang telah memperoleh
izin usaha sebagai perusahaan pemeringkat Efek dari Badan Pengawas
Pasar M odal dan Lembaga Keuangan.
Adapun ketentuan Nilai M inimal M KBD, sebagai berikut :
5.
Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi
Efek wajib memiliki M odal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit
sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) atau 6,25%
dari total kewajiban ditambah Ranking Liabilities, mana yang lebih
tinggi. 6.
Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang
Efek yang mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib memiliki
M odal
Kerja
Bersih
Disesuaikan
paling
sedikit
sebesar
Rp
25
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) atau 6,25% dari total
kewajiban ditambah ranking liabilities, mana yang lebih tinggi. 7.
Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang
Efek yang tidak mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib
memiliki M odal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau 6,25% dari total kewajiban
ditambah ranking liabilities, mana yang lebih tinggi. 8.
Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai M anajer Investasi
wajib memiliki M odal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau 6,25% dari total
kewajiban ditambah ranking liabilities, mana yang lebih tinggi. 9.
Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi
Efek dan M anajer Investasi wajib memiliki M odal Kerja Bersih
Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.200.000.000,00 (dua puluh lima
miliar dua ratus juta rupiah) atau 6,25% dari total kewajiban ditambah
ranking liabilities, mana yang lebih tinggi. 10.
Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang
Efek yang mengadministrasikan rekening Efek nasabah dan M anajer
Investasi wajib memiliki M odal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit
sebesar Rp 25.200.000.000,00 (dua puluh lima miliar dua ratus juta
rupiah) atau 6,25% dari total kewajiban ditambah ranking liabilities,
mana yang lebih tinggi”. 26
II.4.3 S anksi Pelanggaran Terhadap Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD)
Dalam pelaporan dan pemeliharaan M KBD, diterapkan pula sanksi bagi
anggota bursa (Perusahaan Efek) yang melakukan pelanggaran dengan tidak
melaporkan ataupun tidak memenuhi ketentuan MKBD minimum.
Berdasarkan ketentuan Bapepam (Peraturan VD5 Angka 5,6,9),sanksi
yang diberlakukan adalah sebagai berikut :
a.
Tidak M elaporkan Bursa melarang Anggota Bursa (AB) untuk bertransaksi (suspend).
b.
Tidak M emenuhi Ketentuan M KBD M inimum
1.
M enghentikan pembukuan rekening efek nasabah baru.
2.
M enghentikan transaksi yang akan meningkatkan Posisi Long/
Posisi Short pada portfolio milik perusahaan Efek.
3.
M enghentikan seluruh transaksi efek dalam rekening nasabah,
jika kekurangan M KBD > 20%.
4.
M enyampaikan rencana peningkatan MKBD ke Bapepam dan
Bursa.
II.4.4 Unsur-Unsur Modal Kerja Bersih Disesuaikan
II.4.4.1
Aktiva
Harta lancar adalah uang tunai di kas dan bank (setara dengan
kas) serta harta lancar lainnya yang diharapkan untuk direalisasikan atau
dijual menjadi uang tunai dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan dan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam.
27
II.4.4.2
Kewajiban
Dalam perhitungan M odal Bersih, yang dimaksud dengan hutang
(Liabilities) adalah tidak termasuk hutang Pialang Berjangka yang di
Subordinasikan untuk klaim dari kreditor umum; Tidak termasuk uang
surat berharga dan kekayaan milik Nasabah yang dikelola dalam rekening
terpisah; dan Tidak termasuk hutang-hutang yang diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka panjang dalam prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
II.4.4.3
Penyesuaian Resiko Pasar
Berdasarkan
Peraturan
Bapepam
Nomor
V.D.5
(2008)
Penyesuaian resiko pasar merupakan “penyesuaian terhadap resiko Efek
milik Perusahaan Efek yang dihitung berdasarkan Haircut tertentu dari
nilai pasar wajar”.
28
Download